Anda di halaman 1dari 31

TT/MR

TUGAS FISIKA LANJUTAN BAB(VI) DAN BAB(VII)


“HUKUM COULOMB & MEDAN LISTRIK”
DAN
“ARUS, HAMBATAN & HUKUM OHM”

DOSEN : Dra Hj. Indrayani M.Si.

KELAS : B1 PAGI
KELOMPOK :5

NAMA:

1. FACHRI RAMADHAN (1807210084)(K)


2. MUHAMMAD AKBAR ATHALLASYAH (1807210085)
3. AWANG TARUNA (1807210086)
4. ANGGI SIREGAR (1807210088)
5. MUHAMMAD FARHAN (1807210091)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
APRIL 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “HUKUM COULOMB &
MEDAN LISTRIK” DAN “ARUS, HAMBATAN & HUKUM OHM”. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Fisika Lanjutan Materi Report. Selain itu tujuan dari
penyusunan makalah ini juga untuk menambah ilmu tentang pengetahuan fisika.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra.Hj.Indrayani,M.Si


selaku dosen Fisika kami yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah kami ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, 29 April 2019

Kelompok 5

BAB VI
HUKUM COULOMB DAN MEDAN LISTRIK

PENDAHULUAN
Pernahkah anda menyaksikan peristiwa dua benda non magnetik yang saling tarik-
menarik? Jika belum, lakukanlah percobaan berikut: Sobeklah selembar kertas menjadi
potongan kecil-kecil (kurang lebih ukuran 1 cm x 1 cm). Kemudian gosokkanlah sebatang
penggaris plastik ke rambut kering, dan dekatkan penggaris itu ke potongan kertas tadi. Apa
yang terjadi? Potongan kertas kecil akan menempel ke penggaris plastik. Mengapa demikian?
Tarik menarik antara kertas dengan penggaris plastik terjadi akibat adanya perbedaan muatan
listrik yang dimiliki kedua benda itu. Pada saat itu, kertas bermuatan listrik positif sedangkan
penggaris plastik bermuatan listrik negatif.

1. Hukum Coloumb
Pada tahun 1786, Charles Coulomb dari Prancis mengadakan eksperimen untuk
menyelidiki interaksi antara benda-benda yang bermuatan listrik. Hasil eksperimen itu
kemudian dinyatakan ke dalam hukum Coulomb, yang berbunyi:
"besar gaya tarik menarik atau tolak menolak antara dua benda bermuatan listrik yang
terpisah pada jarak tertentu sebanding dengan besar muatan kedua benda dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda. Hukum Coulomb itu dirumuskan:

Jika muatan kedua benda sejenis, maka akan terjadi gaya tolak menolak. Jika muatan
keduabenda berlawanan jenis, maka akan terjadi gaya tarik menarik.

1.1 Muatan Dikuantisasi


Seperti halnya massa, muatan listrik merupakan satu elemen sifat dasar pembentuk
materi. Interaksi yang dominan dalam penentuan struktur serta sifat atom dan
molekul adalah interaksi listrik antarpartikel bermuatan. Struktur atom di lukiskan
sebagai gabungan tiga partikel; elektron(bermuatan negatif), proton(bermuatan
positif), dan neutron(netral).
Besar muatan elektron sama dengan besar muatan proton. Muatan elektron adalah –
e, sedangkan muatan proton adalah +e, dengan e adalah muatan elementer. Muatan
listrik total dalam suatu benda merupakan kelipatan bulat dari e. hal ini dikenal
sebagai prinsip “kuantisasi muatan”. Jadi, muatan listrik total (Q) dalam suatu
benda selalu dapat ditulis dalam bentuk Q = ±Ne, N merupaan bilangan bulat. Tak
ada benda yang bermuatan lebih kecil daripada muatan elementer e. fakta kuantisasi
muatan ini telah dibuktikan oleh Robert Andrew Milikan dengan eksperimen tetes
minyak.
Jumlah proton maupun elektron dalam atom netral disebut nomor atom unsur itu.
Dalam atom netral, jumlah proton sama dengan jumlah elektron. Atom yang jumlah
elektronnya lebih banyak daripada jumlah protonnya dikatakan bermuatan negatif
dan disebut ion negatif. Sebaliknya,atom yang jumlah protonnya lebih banyak
daripada jumlah elektronnya dikatakan bermuatan positif  dan disebut ion positif.
Sebuah atom dapat menjadi ion negatif maupun positif dengan memperoleh
(menangkap) ataupun melepaskan elektronnya. Peristiwa perolehan atau kehilangan
elektron ini disebut ionisasi.

1.2 Kekekalan Muatan


Hukum kekekalan muatan listrik menyatakan bahwa dalam sistem tertutup, muatan
listrik tidak diciptakan atau dimusnahkan tetapi hanya mengalami perpindahan dari
satu benda ke benda lainnya. Ketika suatu benda menjadi bermuatan positif maka
pada saat yang sama benda lain menjadi bermuatan negatif, di mana masing-masing
benda mempunyai muatan neto yang sama besar.

1.3 Konsep Muatan Uji


Untuk menguji apakah ada medan listrik dalam suatu ruang maka diandaikan
terdapat sebuah muatan uji dalam ruang itu. Muatan uji adalah muatan (Q) yang
amat sangat kecil sehingga muatan tersebut menghasilkan medan listrik yang amat
sangat kecil pula karenanya dapat diabaikan. Walaupun demikian, muatan uji dapat
merasakan pengaruh medan listrik yang ditimbulkan muatan listrik lainnya. Muatan
uji dihadirkan hanya untuk menyelidiki apakah terdapat medan listrik. Jika ada
medan listrik dalam ruang maka muatan uji pasti mengalami pengaruh berupa gaya
listrik sebaliknya apabila tidak ada medan listrik maka muatan uji tidak mengalami
gaya listrik.

Cermati gambar di atas. Pada gambar 1, muatan +q 1 dan muatan +q2 menghasilkan
medan listrik pada ruang di sekitarnya. Ketika ditempatkan muatan uji +qo pada salah
satu titik dalam ruang, muatan uji +qo mengalami gaya listrik. F1 adalah gaya listrik
yang dikerjakan oleh muatan +q1 pada muatan uji +qo dan F2 adalah gaya listrik yang
dikerjakan oleh muatan +q2 pada muatan uji +qo. Pada gambar 2, ketika muatan uji
dihilangkan, medan listrik tetap ada dan tidak hilang dari titik tersebut. E 1 adalah
medan listrik yang dihasilkan oleh muatan listrik +q1 dan E2 adalah medan listrik yang
dihasilkan oleh muatan listrik +q2.

2. Medan Listrik
Medan listrik didefinisikan sebagai ruangan di sekitar benda bermuatan listrik, di
mana jika sebuah benda bermuatan listrik berada di dalam ruangan tersebut akan mendapat
gaya listrik (gaya Coulomb). Medan listrik termasuk medan vektor, sehingga untuk
menyatakan arah medan listrik dinyatakan sama dengan arah gaya yang dialami oleh muatan
positif jika berada dalam sembarang tempat di dalam medan tersebut. Arah medan listrik
yang ditimbulkan oleh benda bermuatan positif dinyatakan keluar dari benda, sedangkan arah
medan listrik yang ditimbulkan oleh benda bermuatan negatif dinyatakan masuk ke benda.
Untuk menggambarkan medan listrik digunakan garis-garis gaya listrik. Garis-garis
gaya listrik yaitu garis lengkung yang dibayangkan merupakan lintasan yang ditempuh oleh
muatan positif yang bergerak dalam medan listrik. Garis gaya listrik tidak mungkin akan
berpotongan, sebab garis gaya listrik merupakan garis khayal yang berawal dari benda
bermuatan positif dan akan berakhir di benda yang bermuatan negatif. Gambar dibawah
menggambarkan garis-garis gaya listrik di sekitar benda bermuatan listrik.
2.1 Intensitas (Kuat Medan Listrik)
Kuat medan listrik di suatu titik dalam medan listrik didefinisikan sebagai gaya per
satuan muatan listrik di titik itu. Kuat medan listrik dinyatakan dengan lambang E.
Untuk menyatakan kuat medan di suatu titik dalam medan listrik perhatikan gambar
dibawah, menggambarkan suatu benda bermuatan q yang menimbulkan medan listrik
di sekitarnya.

Kita tinjau suatu titik P yang berada pada jarak r dari q. Untuk menentukan kuat medan listrik
di titik P, kita letakkan sebuah muatan penguji sebesar q’. Besarnya kuat medan di titik P
dapat dituliskan :

di mana :
= kuat medan di titik P (Newton/Coulomb)
k = Konstanta = 9.109 N m2 C-2
q = muatan listrik penimbul medan (C)
r = jarak antara titik P ke muatan q (m)

2.2 Intensitas Medan Listrik dalam Uji


Intensitas medan listrik pada sumbu lingkaran, yaitu sumbu-z, yang ditimbulkan oleh
kawat lingkaran berjari-jari R dan bermuatan garis  C/m yang terdistribusi merata
sepanjang kawat lingkaran adalah
Vektor intensitas medan listrik di sepanjang sumbu lingkaran, yaitu sumbu-z, dengan
vektor satuan di sepanjang sumbu-z positif adalah az, maka Ez = |Er| cos  az, dimana 
adalah sudut antara sumbu-z dan r

Dengan mensubsitusi cos  =  kita peroleh          (2.9)

Di pusat lingkaran dimana z = 0, maka Ez = 0

Di atas bidang XOY, vektor Ez bernilai positif,

(2.10)

  
Ke arah bawah bidang XOY, vektor Ez bernilai negatif,

Jadi, intensitas medan yang dihasilkan oleh muatan bidang bukan fungsi jarak ke
bidang.

2.3 Azas Superposisi


Azas superposisi adalah salah satu cara pintar yang membuat suatu rangkaian yang
terlihat kompleks dijadikan lebih sederhana. Strategi yang digunakan pada teorema
Superposisi adalah mengeliminasi semua sumber tetapi hanya disisakan satu sumber yang
hanya bekerja pada waktu itu juga dan menganalisa rangkaian itu dengan konsep rangkaian
seri-paralel masing-masing saat sumber bekerja sendiri-sendiri.  Lalu setelah masing-masing
tegangan dan/atau arus yang tidak diketahui telah dihitung saat sumber bekerja sendiri-
sendiri, masing-masing nilai yang telah diperoleh tadi dijumlahkan sehingga diperoleh nilai
tegangan/arus yang sebenarnya.
Teorema superposisi berlaku untuk semua rangkaian linear dan bilateral. Dalam
teorema superposisi ini terdapat dua atau lebih sumber yang bebas. Sumber tersebut bisa
tegangan dengan tegangan dan bisa tegangan dengan arus. Sumber-sumber tersebut tidak
dapat bekerja secara bersamaan atau hanya berpatokan pada satu sumber saja. Sumber-
sumber ini bekerja satu persatu. Sumber-sumber tegangan yang akan di tahan sewaktu salah
satu sumber lain (sumber tunggal) bekerja digantikan oleh rangkaian hubung singkat (short),
sumber-sumber arus digantikan dengan rangkaian terbuka (o.c). Teorema superposisi
digunakan untuk menghitung besar arus pada masing-masing  beban dengan menentukan
terlebih dahulu arah arus pada rangkaian. Dibawah ini adalah contoh gambar rangkaian listrik
yang dapat di analisis dengan metode atau teorema superposisi.

Sifat- Sifat Teorema Superposisi :


1. Berpatokan pada satu sumber, sumber (E) yang lain di hubung singkat (short) atau 
jika pada arus (I) dalam rangkaian terbuka (o.c)
2. Tidak berpengaruh dengan sumbernya
3. Besar I3 akan sama dengan I 1/3 + I 2/3 apabila searah
4. Jika I 1/2 > I 2/2 maka I 1/2 - I2/2 atau sebaliknya

3. Potensial Kapasitansi
Kapasitansi adalah piranti yang berguna untuk menyimpan muatan dan energi.
Kapsitor terbagi menjadi dua konduktor yang berdekatan tetapi terisolasi satu sama lain dan
membawa muatan yang sama besar dan berlawanan.
3.1 Beda Potensial
Beda potensial atau yang biasa dikenal dengan sebutan tegangan adalah perbedaan
jumlah elektron yang ada pada suatu arus listrik. Perbedaan tersebut bisa terjadi
karena adal penumpukan elektron di satu sisi sumber arus listrik, sedangkan di sisi
lainnya jumlah elektronnya lebih sedikit. Gaya magnet lah yang memengaruhi materi
tersebut, dan menimbulkan beda potensial listrik atau bertegangan listrik. Selain itu
jika rangkaian tersebut disentuh oleh materi konduktor, alias materi yang dapat
menghantarkan listrik, maka elektron tersebut akan mengalir melalui materi tersebut.
Itulah sebab mengapa manusia bisa tersetrum saat menyentuh benda yang dialiri oleh
listrik. Besarnya efek dari aliran listrik sendiri tergantung dari jumlah besar kecilnya
perbedaan elektron yang berada pada suatu materi. Beda potensial sendiri dapat
diukur menggunakan rumus:

Keterangan:
V = beda potensial (V)
I = kuat arus (A)
R = hambatan (ohm)
3.2 Potensial Mutlak
Potensial mutlak atau biasa disebut potensial listrik adalah energi potensial per satuan
muatan penguji, rumus potensial listrik sebagai berikut :
V = Ep /q’
  atau seperti pada gambar berikut

Potensial listrik di titik P dirumuskan :


V = k Q/r
V = Potensial Listrik (Volt)
k = Konstanta Listrik = 9.109 NC-2 m2
Q = Muatan sumber (Coulomb)
r = jarak dari muatan sampai titik P

3.3 Energi Potensial Listrik


Konsep energi juga berguna dalam listrik. Gaya listrik F yang dikerjakan pada suatu
muatan Uji positif q’ oleh suatu muatan negatif adalah mengarah ke muatan negatif.
Vektor kuat medan listrik E= F/q’, juga mengarah ke muatan negatif.
Untuk menggerakkan muatan uji menjauhi muatan negatif, kita harus melakukan
usaha pada muatan uji. Sebagai akibatnya energi potensial listrik muatan uji
bertambah (gambar 2).

Gambar  1              Gambar 2

3.4 Satuan Energi dalam Elektronvolt


Elektronvolt (simbol eV) adalah sebuah satuan energi yang merupakan jumlah energi
kinetik yang didapatkan oleh sebuah elektron tunggal yang tak terikat ketika elektron tersebut
melalui sebuah perbedaan potensial elektrostatik satu volt, dalam vakum.
Satu elektronvolt adalah sejumlah energi yang kecil:
1 eV = 1.60217653(14)×10−19 J.
Satuan elektronvolt diterima (tetapi tidak dianjurkan) untuk digunakan dalam SI. Satuan ini
banyak digunakan dalam fisika benda-padat, fisika atom, fisika nuklir, dan fisika partikel,
seringkali dengan awalan SI m, k, M, atau G.
Dalam kimia, sering terdapat persamaan molar, yaitu energi yang akan dihasilkan oleh satu
mol muatan (6.02214129(27)×1023) yang melewati perbedaan potensial satu volt. Ini sama
dengan 96,4853365(21) kJ/mol.

4. Kapasitor
Kapasitor adalah sebuah benda yang dapat menyimpan muatan listrik. Benda ini
terdiri dari dua pelat konduktor yang dipasang berdekatan satu sama lain tapi tidak sampai
bersentuhan. Benda ini dapat menyimpan tenaga listrik dan dapat menyalurkannya kembali,
kegunaannya dapat kamu temukan seperti pada lampu flash pada camera, juga banyak
dipakai pada papan sirkuit elektrik pada komputer yang kamu pakai maupun pada berbagai
peralatan elektronik.
Kapasitor [C] gambaran sederhananya terdiri dari dua keping sejajar yang memiliki
luasan [A] dan dipisahkan dengan jarak yang sempit sejauh [d]. Seringkali kedua keping
tersebut digulung menjadi silinder dengan sebuah insulator atau kertas sebagai pemisah

kedua keping. Pada gambar rangkaian listrik, simbolnya dinotasikan dengan:


Berbagai tipe kapasitor, (kiri) keping sejajar, (tengah) silindris, (kanan) gambar
beberapa contoh asli yang digunakan pada peralatan elektronik.

[Sum
ber: Douglas C. Giancoli, 2005]
Perlu kamu ketahui bahwa walaupun memiliki fungsi yang hampir sama, namun baterai
berbeda dengan kapasitor. Kapasitor berfungsi hanya sebagai penyimpan muatan listrik
sementara, sedangkan baterai selain juga dapat menyimpan muatan listrik, baterai juga
merupakan salah satu sumber tegangan listrik. Karena baterai perbedaan itu, baterai juga
memiliki simbol yang berbeda pada rangkaian listrik. Simbol baterai dinotasikan dengan

Contoh penggunaan kedua simbol tersebut pada rangkaian listrik:


Kamu dapat mencari nilai kapasitas atau kapasitansi suatu kapasitor, yakni jumlah muatan
listrik yang tersimpan. Untuk bentuk paling umum yaitu keping sejajar, persamaan
kapasitansi dinotasikan dengan:

Dimana:
C = kapasitansi (F, Farad) (1 Farad = 1 Coulomb/Volt)
Q = muatan listrik (Coulomb)
V = beda potensial (Volt)
Nilai kapasitansi tidak selalu bergantung pada nilai dan . Besar nilai kapasitansi
bergantung pada ukuran, bentuk dan posisi kedua keping serta jenis material pemisahnya
(insulator). Nilai usaha dapat berupa positif atau negatif tergantung arah gaya terhadap
perpindahannya. Untuk jenis keping sejajar dimana keping sejajar memiliki luasan [A] dan
dipisahkan dengan jarak [d], dapat dinotasikan dengan rumus:

Dimana:
A = luasan penampang keping (m2)
d = jarak antar keping (m)
= permitivitas bahan penyekat ( )

Jika antara kedua keping hanya ada udara atau vakum (tidak terdapat bahan penyekat), maka

nilai permitivitasnya dipakai .


Muatan sebelum disisipkan bahan penyekat ( ) sama dengan muatan setelah disisipkan
bahan penyekat ( ), sesuai prinsip bahwa muatan bersifat kekal. Beda potensialnya
dinotasikan dengan rumus:

Rangkaian Kapasitor
Dua kapasitor atau lebih dapat disusun secara seri maupun paralel dalam satu rangkaian
listrik. Rangkaian seri memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan rangkaian paralel. Berikut
diberikan tabel sifat-sifatnya pada rangkaian seri dan paralel.
4.1 Kapasitor Plat Paralel
Paling sederhana kapasitor terdiri dari dua pelat konduktif paralel yang
dipisahkan oleh dielektrik dengan permitivitas ε(seperti udara). Model ini juga
dapat digunakan untuk membuat prediksi kualitatif untuk geometri perangkat
lain. Pelat dianggap untuk memperpanjang seragam di area A dan densitas
muatan ± nilai p = ± Q / A ada pada permukaannya.Dengan asumsi bahwa lebar
pelat jauh lebih besar daripada perpisahan mereka d , medan listrik di dekat
pusat perangkat akan seragam dengan besarnya E = ρ / ε . Tegangan didefinisikan
sebagai garis integral dari medan listrik antara pelat

Penyelesaian ini untuk C = Q / V mengungkapkan bahwa kapasitansi meningkat dengan luas


dan menurun dengan pemisahan kapasitansi.

.
Oleh sebab itu terbesar dalam perangkat terbuat dari bahan dengan permitivitas tinggi, daerah
piring besar, dan kecil jarak antar pelat. Namun pemecahan untuk penyimpanan energi
maksimum menggunakan Vd sebagai kekuatan dielektrik per jarak

kita melihat bahwa energi maksimum merupakan fungsi dari volume dielektrik, permitivitas ,
dan kekuatan dielektrik per jarak. Jadi peningkatan area plat sementara penurunan pemisahan
antara pelat dengan tetap menjaga volume yang sama telah ada perubahan pada jumlah energi
kapasitor dapat menyimpan. Perawatan harus diambil ketika meningkatkan pemisahan
lempeng sehingga asumsi di atas jarak antara pelat yang jauh lebih kecil daripada luas pelat
tetap berlaku bagi persamaan ini harus akurat.
4.2 Kapasitor dalam Paralel dan Seri
a. Untuk Kapasitor secara Paralel
Kapasitor dalam konfigurasi paralel masing-masing memiliki tegangan yang
diberikan sama. kapasitansi mereka menambahk`n. Muatan dibagi antara mereka
berdasarkan ukuran. Menggunakan diagram skematik untuk memvisualisasikan plat
paralel, jelas bahwa setiap kapasitor kontribusi total luas permukaan.

b. Untuk Kapasitor dalam Seri

Beberapa kapasitor secara seri.


Connected dalam seri, diagram skematik menunjukkan bahwa jarak pemisahan, bukan
daerah piring, bertambah.Masing-masing kapasitor menyimpan muatan sesaat build-
up sama dengan setiap kapasitor lain dalam seri. Perbedaan tegangan total dari ujung
ke ujung y`ng dibagi untuk setiap kapasitor sesuai dengan kebalikan dari kapasitansi
nya. Seluruh rangkaian bertindak sebagai kapasitor lebih kecil daripada komponen-
komponennya.

Kapasitor digabungkan dalam serial untuk mencapai tegangan kerja lebih tinggi,
misalnya untuk merapikan catu daya tegangan tinggi. Peringkat tegangan, yang
didasarkan pada pemisahan piring, menambahkan. Dalam aplikasi, koneksi beberapa
seri pada gilirannya dihubungkan secara paralel, membentuk matriks. Tujuannya
adalah untuk memaksimalkan utilitas energi penyimpanan setiap kapasitor tanpa
overloading itu.
Seri koneksi juga digunakan untuk beradaptasi kapasitor elektrolit untuk
menggunakan AC.

4.3 Energi yang Tertimbun dalam Kapasitor


Jika sebuah kapasitor yang diberikan muatan listrik yang terjadi adalah timbul beda
potensial diantara kedua keping sejajarnya.  Beda potensial yang semual nol ketika
belum dialiri muatan listrik kini mejadi tidak nol. V mula-mula V = 0 dan V setelah
kapasitor dialiri arus listrik adalah V = Q/C (ingat rumus kapasitas kapasitor). Jika ada
dua keping makan beda potensial rata-rata pada masing-masing keping besarnya adalah
Vr = 1/2 Q/C
Pada saat kedua keping dialiri muatan listrik terjadi perpindahan muatan dari keping
yang satu ke keping yang lain. Untuk memindahkan muatan listrik tersebut diperlukan
sejumlah energi yang besarnya bisa dihitung menggunakan rumus:
W = Vr.Q
W = 1/2 Q/C. Q
W = ½ Q2/C
Karena C = Q/V maka
W = ½ QV atau W = ½ CV2
Usaha yang telah dipakai untukpemberian muatan itu kemudian akan disimpan oleh kapasitor
sebagai energi. Jadi energi yang tersimpan dalam kapasitor dirumuskan

W = ½ Q2/C = ½ QV = ½ CV2


W = energi yang tersimpan dalam kapasitor (Joule)
Q = muatan kapasitor (Coulomb)
C = kapasitas kapasitor pengganti (Farad)
V = tengangan kapasitor (V)
BAB VII
“ARUS, HAMBATAN DAN HUKUM OHM”

1. ARUS DAN BATRE

a). Hambatan
Hambatan listrik merupakan sifat suatu benda atau bahan untuk menahan atau
menentang aliran arus listrik. Besarnya hambatan pada sebuah rangkaian
listrikmenentukan jumlah aliran arus listrik pada rangkaian untuk setiap tegangan yang
diberikan pada rangkaian sesuai dengan prinsip hukum Ohm. Besar hambatan
penghantar ditentukan oleh panjang, luas penampang, dan hambatan jenis penghantar.

Nilai Hambatan Listrik


Nilai hambatan atau resistansi dalam sebuah rangkaian listrik diukur menggunakan
satuan Ohm yang dibri lambang dengan simbol Omega (ω). Sedangkan Standar
Internasional yang dipakai untuk menandakan kelipatan pada sebuah resistansi tersebut
yaitu kilo Ohm, Mega Ohm dan Giga Ohm.
1 Giga Ohm = 1.000.000.000 Ohm (109 Ohm)
1 Mega Ohm = 1.000.000 Ohm (106 Ohm)
1 Kilo Ohm = 1.000 Ohm (103 Ohm)

Faktor Mempengaruhi besarnya hambatan listrik


Setiap bahan penghantar atau konduktor mempunyai sifat yang menghambat arus
listrik. Besaran hambatan listrik pada sebuah penghantar atau konduktor itu dipengaruhi
beberapa faktor. Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya
hambatan listrik.

 Panjang penghantar: Jika semakin panjang sebuah penghantar, maka semakin


tinggi pula nilai resistansinya.
 Luas penampang: Jika semakin kecil diameter sebuah penghantar, maka
semakin tinggi pula nilai resistansinya.
 Jenis bahan: misalnya dari tembaga yang mempunyai nilai resistansi yang lebih
rendah dibanding dengan baja.
 Suhu: Nilai resistansi akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu pada
sebuah penghantar.

Kompon elektronik yang fungsinya sebagai penghambat arus listrik isalah resistor.
Dalam sebuah rangkaian elektronika resistor bisa berfungsi untuk mengurangi atau
menghambat aliran arus listrik sekaligus berfungsi untuk menurunkan level tegangan
listrik dalam sebuah rangkaian.
b).Hukum Ohm
Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah penghantar mampu dialiri
electron bebas secara terus menerus. Aliran yang terus-menerus ini yang disebut
dengan arus, dan sering juga disebut dengan aliran, sama halnya dengan air yang
mengalir pada sebuah pipa.
Bunyi Hukum Ohm
“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan
berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”.

Secara Matematis, Hukum Ohm dapat dirumuskan menjadi persamaan seperti


dibawah ini :

V=IxR
I=V/R
R=V/I
Dimana :
V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))

Dalam aplikasinya, Kita dapat menggunakan Teori Hukum Ohm dalam Rangkaian
Elektronika untuk memperkecilkan Arus listrik, Memperkecil Tegangan dan juga dapat
memperoleh Nilai Hambatan (Resistansi) yang kita inginkan.

Hal yang perlu diingat dalam perhitungan rumus Hukum Ohm, satuan unit yang
dipakai adalah Volt, Ampere dan Ohm. Jika kita menggunakan unit lainnya seperti
milivolt, kilovolt, miliampere, megaohm ataupun kiloohm, maka kita perlu melakukan
konversi ke unit Volt, Ampere dan Ohm terlebih dahulu untuk mempermudahkan
perhitungan dan juga untuk mendapatkan hasil yang benar.

Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui
sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan
kepadanya.Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai
resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang
dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis
penghantar, namun istilah “hukum” tetap digunakan dengan alasan sejarah.
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:

Dimana (I) adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan
Ampere, (V )adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam
satuan volt, dan (R) adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu
penghantar dalam satuan ohm.

Hubungan antara arus listrik, tegangan listrik, dan harrabatan listrik dalam suatu


rangkaian dinyatakan dalam hukum Ohm. Nama Ohm diambil dari seorang ahli fisika
dan matematika Jerman, George Simon Ohm (1787 – 1854) seorang fisikawan dari
Jerman pada tahun dan dipublikasikan pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic
Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827 yang membuat teori ini. Ketika
Ohm membuat percobaan tentang listrik, ia menemukan:

1. Bila hambatan tetap, arus dalam setiap rangkaian adalah berbanding langsung
dengan tegangan. Bila tegangan bertambah, maka aruspun bertambah. Dan bila
tegangan berkurang maka aruspun berkurang.
2. Bila tegangan tetap, maka arus dalam rangkaian menjadi berbanding terbalik
terhadap rangkaian itu. Bila hambatan bertambah, maka arus berkurang dan bila
hambatan berkurang maka arus bertambah.

2.PENGUKURAN HAMBATAN DENGAN AMPEREMETER DENGAN


VOLTMETER.

Amperemeter dan Voltmeter DC adalah alat ukur arus dan tegangan listrik DC.
Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik, dan voltmeter untuk mengukur
beda potensial atau tegangan.

Bagian Utama Amperemeter Dan Voltmeter DC

Bagian terpenting amperemeter atau voltmeter adalahgalvanometer, yang berupa jarum


penunjuk pada suatu skala tertentu.
Gambar diatas menunjukkan sebuah galvanometer yang bekerja dengan prinsip gaya
antara medan magnet dan kumparan pembawa arus. Penyimpangan jarum galvanometer
sebanding dengan arus yang melewatinya. Sensitivitas arus skala-penuh, Im, dari sebuah
galvanometer merupakan arus yang dibutuhkan agar jarum menyimpang dengan skala
penuh. Bila sensitivitas Im adalah 50 mA, maka untuk arus 50 mA akan menyebabkan
jarum bergerak ke ujung skala, sedangkan arus 25 mA akan menyebabkan jarum
menyimpang setengah skala penuh. Jika tidak ada arus, jarum seharusnya berada di angka
nol dan biasanya ada tombol pemutar untuk mengatur skala titik nol ini.

Galvanometer Pada Amperemeter Dan Voltmeter DC

Galvanometer dapat digunakan secara langsung untuk mengukur arus DC yang kecil.
Contohnya, galvanometer dengan sensitivitas Im 50 mA dapat mengukur arus dari 1 mA
sampai dengan 50 mA. Untuk mengukur arus yang lebih besar, sebuah resistor dipasang
paralel dengan galvanometer.

Galvanometer Pada Amperemeter

Amperemeter yang terdiri dari galvanometer yang dipasang paralel dengan resistor
disebut resistor shunt (“shunt” adalah persamaan kata “paralel dengan”). Penyusunan
resistor shunt tampak seperti pada gambar berikut.

Amperemeter dirangkai paralel dengan resistor shunt


Hambatan shunt adalah R, dan hambatan kumparan galvanometer (yang membawa arus)
adalah r. Nilai R dipilih menurut penyimpangan skala penuh yang diinginkan dan biasanya
sangat kecil, mengakibatkan hambatan dalam amperemeter sangat kecil pula.

Galvanometer Pada Voltmeter

Voltmeter juga terdiri dari galvanometer dan resistor. Resistor R yang dihubungkan seri
dan biasanya besar, gambar dibawah, mengakibatkan voltmeter mempunyai hambatan
dalam yang besar.

Resistor R yang dihubung seri

Sebagai contoh, dengan menggunakan galvanometer yang hambatan dalamnya r = 30 Ω


dan sensitivitas arus skala penuh sebesar 50 mA. Kemudian dengan merancang suatu
voltmeter yang membaca dari 0 sampai dengan 15 V, apakah skala ini linier? Bila ada
beda potensial 15 V di antara kutub-kutub voltmeter, kita menginginkan arus 50 mA
mengalir melaluinya agar dihasilkan simpangan skala penuh. Dari Hukum Ohm kita
dapatkan:

15 V = (50 μA )(r + R)

maka:

R=

R = 300 kΩ – 30 Ω ≈ 300 kΩ

Bila kita perhatikan bahwa r = 30 Ω sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai R ≈ 300
k Ω , sehingga tidak memengaruhi perhitungan secara signifikan. Skala akan kembali
linier jika tegangan yang akan diukur sebesar 6,0 V, arus yang melalui voltmeter akan
sebesar:

I=

I = 2,0 × 10-5A

I = 20 μA
Ini akan menghasilkan dua per lima simpangan skala penuh, sebanding dengan nilai

tegangan: .

Voltmeter juga dapat dirangkai paralel dengan elemen rangkaian yang tegangannya akan
diukur. Voltmeter digunakan untuk mengukur beda potensial antara dua titik dan kedua
ujung kawatnya (kawat penghubung) dihubungkan ke dua titik tersebut. Makin besar
hambatan dalamnya r, maka makin kecil pengaruhnya terhadap rangkaian yang diukur.

Voltmeter dan amperemeter mempunyai beberapa resistor seri atau shunt untuk
memberikan suatu jangkauan (range) pilihan. Multimeter merupakan alat multiukur, dapat
dipakai sebagai pengukur beda potensial, kuat arus listrik, maupun hambatan. Alat ini juga
disebut AVOmeter (AVO = Amperemeter, Voltmeter, dan Ohmmeter).

Sensitivitas multimeter biasanya ditunjukkan pada tampilannya dan dinyatakan dalam


ohm per volt (Ω /V). Skala ini yang menunjukkan ada berapa ohm hambatan pada meter
per volt pembacaan skala penuh. Contohnya, jika sensitivitas multimeter 30.000 Ω /V,
berarti pada skala 10 V memiliki hambatan 300.000 Ω . Sensitivitas arus skala penuh, Im,
merupakan kebalikan sensitivitas dalam Ω /V ( Ω /V = A-1). Misalnya, multimeter dengan
sensitivitas 30.000 Ω /V menghasilkan simpangan skala penuh pada 1,0 V di mana 30.000
Ω dirangkai seri dengan galvanometer. Ini berarti sensitivitas arus adalah:

Im =

Im= 33 μA.

3. BEDA POTENSIAL JEPIT

Pengertian tegangan jepit – Apa yang dimaksud dengan tegangan jepit? Tahukah kamu
apa itu tegangan jepit? Seperti apa pengertian tegangan jepit. Mungkin sebagian dari
kamu ada yang sudah bisa menjelaskan tentang apa arti tegangan jepit. Namun tentunya
ada juga yang belum bisa menjelaskan arti dari tegangan jepit. Untuk itulah pada
kesempatan kali ini kami akan menjelaskan tentang apa yang dimaksud tegangan jepit. Di
sini selain menjelaskan tentang definisi tegangan jepit juga kami berikan penjelasan
seperti apa rumus tegangan jepit, contoh tegangan jepit, beserta contoh soal tegangan jepit
dan pembahasan.
Pengertian Tegangan Jepit

"Tegangan sandal jepit" mungkin kata ini cukup asing namun dalam pelajaran fisika
pastinya kita menjumpai istilah tersebut. Inilah penjelasannya: Tegangan dari suatu
sumber tegangan sebelum mengalirkan arus listrik disebut gaya gerak listrik (GGL). Suatu
sumber tegangan, misalnya baterai mempunyai hambatan yang disebut hambatan dalam (r)
sehingga ketika baterai mengalirkan arus (pada rangkaian tertutup), tegangannya akan
menurun. Tegangan suatu sumber tegangan (baterai) setalah mengalirkan arus disebut

Tegangan Jepit
Tegangan jepit adalah perbedaan potensial yang bisa ditemukan pada sumber tegangan
antara ujung-ujung penghantar atau kedua kutub positif dan kutub negatif ketika sumber
tenganan tersebut telah terhubung antara kutub positif dan kutub negatifnya terhadap
tahanan dan telah mengalirkan arus listrik.

Rumus Tegangan Jepit

Rumus tegangan jepit pada rangkaian listrik yaitu sebagai berikut ini:
V=IxR
Keterangan:
V = Teganganjepit
I = Arus listrik yang mengalir
R = Nilai tahanan dalam suatu rangkaian

Contoh Tegangan Jepit

Contoh tegangan jepit bisa kita ambil contoh dalam praktek pengukuran tegangan pada
batu baterai, yang mana batu baterai tersebut telah terhubung dalam sebuah rangkaian
tertutup, yaitu dihubungkan ke sebuah beban misalknya yaitu lampu pijar.
Maka beda potensial yang terjadi diantara kutub positif dengan negatif pada baterai
tersebut bisa disebut sebagai tegangan jepit. Hal tersebut bisa dilihat ketika tegangan di
ukur, ternyata besarnya tidak sama dengan ketika baterai tidak dipakai untuk menyalakan
lampu pijar. Apabila sebelumnya baterai tersebut mempunyai tegangan 4,5 volt, maka
ketika telah terhubung dengan rangkaian, tegangan jepitnya sebesar 4,2 volt.
4. RESISTIFITAS

Resistivitas listrik adalah salah satu metode geofisika yang menyelidiki struktur
bawah permukaan dengan menggunakan sifat - sifat kelistrikan batuan. Resistivitas
juga berfungsi untuk mengukur sifat batuan dan fluida pori (baca: minyak, gas dan
air) disepanjang lubang bor dengan mengukur sifat tahanan kelistrikannya.Besaran
resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan biasanya dibuat dalam
skala logarithmic dengan nilai antara 0.2 sampai dengan 2000 Ohm Meter.

Metode resistivity dilakukan karena pada hakikatnya batuan, fluida dan hidrokarbon
di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu

Pengukuran resisitivitas test telah banyak dilakukan untuk berbagai keperluan


dalam menduga keterdapatan air tanah, mineral and applikasi resistivitas dalam teknik
sipil. Setiap bahan/material akan mempunyai tahanan/resistance jika dialirkan arus
listrik. Nilai resistivitas ini tergantung pada kekompakan bahan, porositas, dan
permeabilitas bahan serta kandungan air .

Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan biasanya dibuat
dalam skala logarithmic dengan nilai antara 0.2 sampai dengan 2000 Ohm Meter.
Metode resistivity dilakukan karena pada hakikatnya batuan, fluida dan hidrokarbon
di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu
Pengukuran resisitivitas test telah banyak dilakukan untuk berbagai keperluan
dalam menduga keterdapatan air tanah, mineral and applikasi resistivitas dalam teknik
sipil. Setiap bahan/material akan mempunyai tahanan/resistance jika dialirkan arus
listrik. Nilai resistivitas ini tergantung pada kekompakan bahan, porositas, dan
permeabilitas bahan serta kandungan air
Contoh untuk resisitivitas suatu medium yaitu Air garam yang memiliki konsentrasi
yang tinggi akan dapat mengalirkan listrik dengan mudah dibandingkan dengan air
tawar. Dalam suatu lapisan batuan, pori batuan tersebut akan terisi oleh hidrokarbon
dan air formasi. Zona air dominan pada suatu lapisan batuan tersebut akan memiliki
konduktivitas lebih tinggi (resistivitas rendah) dibanding pada zona hidrokarbon
dominan.
5. RESISTANSI MERUPAKAN FUNGSI SUHU

Hampir semua penghantar listrik terbuat dari metal atau logam. Tetapi tidak ada bahan
yang dapat menjadi penghantar murni. Tetapi beberapa logam merupakan penghantar
listrik yang lebih baik dibandingkan dengan lainnya. Perak, tembaga, dan alumunium
merupakan penghantar yang bagus. Besi, baja, dan arang juga dapat menghantarkan arus
listrik, tetapi resistansinya sangat tinggi. Arang (carbon) seringkali digunakan dalam
rangkaian listrik, tetapi bukan penghantar yang bagus.

Penghantar yang sangat jelek lazim disebut sebagai resistor atau resistan atau tahanan
atau penghambat. Resistor tidak memiliki elektron bebas atau sangat sedikit elektron
bebas pada atomnya. Jadi sangat sulit bagi elektron bebas tersebut bergerak melewati
ataom lainnya. Resistor atau tahanan adalah bahan listrik yang mempunyai daya hantar
listrik rendah atau mempunyai resistansi tinggi. Karena nilai resitansinya tinggi maka
resistor sering digunakan sebagai pembatas arus listrik.

Bahan listrik yang sering digunakan sebagai resitor adalah arang atau karbon, dan
nichrom.Dalam prakteknya untuk keperluan pengontrolan arus listrik digunakan resistor-
resistor praktis yang didesain dalam berbagai harga. Satuan praktis dari resistor adalah
Ohm.

Resistan listrik diukur dalam satuan ohm. Di mana satuan ohm menyatakan jumlah
resistan pada suatu rangkaian listrik. Resistan sebesar satu ohm memungkinkan adanya
emf sebesar satu volt yang menyebabkan terjadinya aliran arus melalui rangkaian
tersebut sebesar satu amper. Simbol yang digunakan untuk menyatakan satuan ohm
adalah Ω. Nilai resistan listrik pada suatu konduktor tergantung pada empat aspek
berikut:

 Bahan yang digunakan


 Diameter atau ukuran konduktor
 Panjang konduktor
 Suhu konduktor

Besarnya nilai resistansi suatu bahan konduktor dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :

Dimana :
R : resistansi konduktor, diukur dalam satuan ohm
ρ : resistivitas bahan, dalam satuan ohm.mm2/m
l : panjang konduktor, diukur dalam satuan meter (m)
A : luas penampang kawat penghantar, dalam satuan mm2

Pengaruh Suhu terhadap nilai Resitansi adalah


– menaikkan niali resistivitas pengantar logam murni dan logam campuran
– menurunkan nilai resistivitas penghantar non logam seperti elektrolit dan karbon
serta bahan isolator seperti kertas, karet, gelas dan mika.

Misalkan, suatu resistor pada suhu t0 mempunyai resistansi R0. Bila suhu resistor
naik menjadi t1, maka nilai resistansinya naik menjadi Rt. Dalam hal ini ada keanikan
milai resistansi sebesar dR, di mana:

Di mana :
α adalah konstanta yang disebut sebagai koefisien suhu
dt adalah besarnya kenaikan suhu (t1 – t0)

Sehingga dapat dituliskan:

Pengaruh suhu ini ternyata juga terjadi pada nilai resistivitas bahan konduktor dari logam
(timbal, sodium, tembaga dan alumunium). Misalkan pada t0 nilai resitivitasnya adalah
ρ0, maka pada t1 menjadi ρ1.
6. PERUBAHAN POTENSIAL.

Energi potensial adalah energi yang mempengaruhi benda karena posisi (ketinggian)
benda tersebut yang mana kecenderungan tersebut menuju tak terhingga dengan arah dari
gaya yang ditimbulkan dari energi potensial tersebut. Satuan SI untuk mengukur usaha
dan energi adalah Joule (simbol J).

Saat benda bergerak, dapat dikatakan benda memiliki energi kinetik. Akan tetapi, benda
juga kemungkinan memiliki Energi Potensial. Energi Potensial adalah energi yang
dimiliki benda karena posisinya atau bentuk maupun susunannya. Salah satu contoh
energi potensial adalah energi potensial gravitasi atau selanjutnya kita sebut Energi
Potensial. Energi Potensial disebabkan adanya gaya gravitasi. Suatu benda memiliki
energi potensial yang besar jika massanya semakin besar dan ketinggiannya semakin
tinggi.

Rumus Energi Potensial dinotasikan dengan:

Dimana :

= Energi Potensial benda (Joule)


= kecepatan gravitasi (9,8 m/s2)
= ketinggian benda (m)

Hubungan usaha dengan Energi Potensial dinotasikan dengan:

Dimana :

= perubahan ketinggian (m)

jenis Energi Potensial

1. Energi potensial gravitasi, yaitu energi yang dimiliki suatu benda karena terletak di
atas permukaan bumi.
2. Energi potensial elastisitas, ialah energi yang tersimpan pada benda yang sedang di
regangkan (misalnya, pada karet katapel dan busur panah) atau di tekan (misalnya,
pada per).
3. Energi kimia, ialah energi yang terkandung dalam suatu zat.
4. Energi listrik, ialah energi yang dimiliki muatan listrik dan arus listrik.
7. DAYA LISTRIK

Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power adalah
jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian. Sumber
Energi seperti Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban yang
terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain, Daya
listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau rangkaian listrik. Kita
mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas), Lampu pijar menyerap daya
listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi cahaya sedangkan Heater
mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas. Semakin tinggi nilai Watt-nya
semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya.

Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya listrik adalah
besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih singkatnya
adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap detik. Berdasarkan definisi tersebut,
perumusan daya listrik adalah seperti dibawah ini :

P=E/t

Dimana :

P = Daya Listrik
E = Energi dengan satuan Joule
t = waktu dengan satuan detik

Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan huruf “P”
yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya
Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule per
detik (Watt = Joule / detik)

Satuan turunan Watt yang sering dijumpai diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1 miliWatt  = 0,001 Watt
1 kiloWatt = 1.000 Watt
1 MegaWatt = 1.000.000 Watt

A.USAHA LISTRIK

Energi mekanik adalah dua gabungan dari energi kinetik dan energi potensial.
Contoh benda nyata yang menggunakan energi mekanik adalah kincir angin yang
menggunakan air sebagai sumber energi yang nantinya akan dikonversikan menjadi
pembangkit listrik. Penghasil listrik yang ada di pembangkit listrik tenaga angin
adalah turbin raksasa yang berukuran sangat besar.

Sebenarnya, usaha dan energi adalah dua hal yang sangat berkaitan dan tidak bisa
dipisahkan. Hukumnya adalah dimana ada usaha pasti ada energi yang digunakan
atau dihasilkan. Contohnya adalah mesin mobil yang menggerakan ban yang berada
dalam posisi diam yang akan berubah posisi ketika ban berputar. Proses dari
bergeraknya ban dari satu posisi ke posisi yang lain inilah yang disebut sebagai
energi.

Suatu usaha dapat dilambangkan dengan W yang berarti usaha yang mempunyai
lambang J yang berarti Joule. Jika kita ingin mencari besarnya suatu gaya maka kita
akan mendapatkan sebagai W = Fx.s = (F cos ?).s = Fs cos ?. F adalah gaya yang
dilambangkan dengan N atauNewton dan s adalah perpindahan yang mempunyai
satuan meter dan ? adalah sudut antara F dan s ( derajat datau radian ). 

Ada rumus yang menjadi hubungan dari pengertian usaha dan energi. Jika kita
ingin mencari besaran energi maka kita bisa mencari 1 Nm = 1 Joule = 107 erg
sedangkan dimensi dari usaha energi adalah 1 W = E1 = ML2T-2. Beberapa jenis
energi antara lain adalah energi kinetik yang mempunyai satuan Ek= ½ m v2 sebagai
energi kinetik rot dan Ek ½ m v2 sebagai energi kinetik trans. Pelambanganya
adalah sebagai berikut, m adalah massa yang mempunyai satuan kg, v adalah
kecepatan yang dilambangkan dengan m/s, l adalah momen inersia dan w adalah
kecepatan sudut. Dengan rumus ini, kita bisa mencari energi kinetik dari suatu
benda.

B.DAYA LISTRIK

Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power adalah


jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian. Sumber
Energi seperti Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban
yang terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain,
Daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau rangkaian
listrik. Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas), Lampu pijar
menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi cahaya
sedangkan Heater mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas. Semakin
tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya.

Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya listrik adalah
besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih singkatnya
adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap detik. Berdasarkan definisi
tersebut, perumusan daya listrik adalah seperti dibawah ini :

P=E/t

Dimana :

P = Daya Listrik
E = Energi dengan satuan Joule
t = waktu dengan satuan detik
Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan huruf “P”
yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya
Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule
per detik (Watt = Joule / detik)

Satuan turunan Watt yang sering dijumpai diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1 miliWatt  = 0,001 Watt
1 kiloWatt = 1.000 Watt
1 MegaWatt = 1.000.000 Watt

Rumus Daya Listrik

Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Daya Listrik dalam sebuah
Rangkaian Listrik adalah sebagai berikut  :

P=VxI
Atau
P = I2R
P = V2/R

Dimana :

P = Daya Listrik dengan satuan Watt (W)


V = Tegangan Listrik dengan Satuan Volt (V)
I = Arus Listrik dengan satuan Ampere (A)
R = Hambatan dengan satuan Ohm (Ω)

E. KALOR YANG TIMBUL

Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara
umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan
mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh
benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang
dikandung sedikit.

Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan
suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu

8. HAMBATAN EKIVALEN & RANGKAIAN SEDERHANA.


A.Hubungan Seri Resistor
Rangkaian Resistor adalah salah satu komponen elekronika yang berfungsi
sebagai penahan arus yang mengalir dalam suatu rangkaian dan berupa terminal
dua komponen elektronik yang menghasilkan tegangan pada terminal yang
sebanding dengan arus listrik yang melewatinya sesuai dengan hukum Ohm (V =
IR).

Berdasarkan nilai tahanan dari sebuah resistor dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu resistor dengan nilai tahanan tetap (fixe) dan resistor dengan nilai tahanan
dapat diubah (variabel).

Fungsi dari Komponen Resistor adalah sebagai penghambat listrik dan juga
dipergunakan sebagai pengatur arus listrik dalam rangkaian Elektronika. Satuan
pengukuran Resistor (Hambatan) adalah OHM (Ω). Dalam Rangkaian Elektronika,
Resistor atau Hambatan ini sering disingkat dengan huruf “R” (huruf R besar).

Rangkaian Seri Resistor

Rangkaian Seri Resistor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau
lebih Resistor yang disusun secara sejajar atau berbentuk Seri. Dengan Rangkaian
Seri ini kita bisa mendapatkan nilai Resistor Pengganti yang kita inginkan.

Rumus dari Rangkaian Seri Resistor adalah :


Rtotal = R1 + R2 + R3 + ….. + Rn
Dimana :
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n

B.Hubungan Paralel Resistor


Rangkaian Paralel Resistor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau
lebih Resistor yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel. Sama seperti
dengan Rangkaian Seri, Rangkaian Paralel juga dapat digunakan untuk mendapatkan
nilai hambatan pengganti. Perhitungan Rangkaian Paralel sedikit lebih rumit dari
Rangkaian Seri.

Rumus dari Rangkaian Seri Resistor adalah :


1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….. + 1/Rn
Dimana :
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n

Anda mungkin juga menyukai