Sitti Rahmadina - L051171002 - Pengasapan (Tugas 2 - Makalah)
Sitti Rahmadina - L051171002 - Pengasapan (Tugas 2 - Makalah)
OLEH :
SITTI RAHMADINA
L051 17 1002
A. Latar Belakang
Sebagai negara yang dikelilingi oleh lautan, Indonesia mempunyai panjang pantai
±81.000 km dengan luas perairan pantainya adalah ± 6.846.000 km. Ini menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki potensi yang baik untuk mengembangkan dan memanfaatkan
kekayaan lautnya terutama ikan. Pemanfaatan ikan kemudian berkembang kearah
komersial untuk diekspor dan diperdagangkan sebagai bahan mentah dan bahan jadi.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor ikan yang cukup penting
di Asia. Untuk meningkatkan produksi dan kualitas pengolahan ikan serta memanfaatkan
lahan perairan Indonesia maka upaya pengembangan budidaya ikan laut masih perlu dikaji
dan dipelajari. Hasil-hasil percobaan ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai
usaha pengolahan ikan yang berdaya guna dan berhasil guna.
Hasil perikanan merupakan komoditi yang cepat mengalami kemunduran mutu, atau
mengalami pembusukan, karena ikan mempunyai kandungan protein (18-30 %) dan air
yang cukup tinggi (70-80%) sehingga merupakan media yang baik bagi perkembangan
bakteri pembusuk. Terutama di daerah tropis seperti Indonesia yang suhunya relatif tinggi
sehingga dapat mempercepat laju kemunduran mutunya. Dengan kelemahan tersebut telah
dirasakan sangat menghambat usaha pemasaran hasil ikan bahkan menimbulkan kerugian
besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah.
Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan kualitas
produk perikanan melalui proses pengolahan atau pengawetan. Prinsip pengolahan ikan
pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari pembusukan dan kerusakan. Selain itu juga
untuk memperpanjang daya awet dan mendiversifikasikan produk olahan hasil perikanan.
Pengolahan hasil perikanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti dengan
menggunakan teknologi pengasapan, fermentasi dan by-product hasil perikanan atau
memandaatkan limbah hasil perikanan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diuraikan dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana pengolahan atau pengawetan ikan dengan menggunakan teknologi
pengasapan?
2. Bagaimana pengolahan ikan dengan menggunakan teknik fermetasi?
3. Bagaimana pengolahan atau pemanfaatan limbah hasil perikanan pada by-product?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengolahan atau pengawetan ikan dengan menggunakan teknologi
pengasapan
2. Untuk mengetahui pengolahan ikan dengan menggunakan teknik fermetasi
3. Untuk mengetahui pengolahan atau pemanfaatan limbah hasil perikanan menjadi by-
product
4.
II. PEMBAHASAN
A. PENGASAPAN
1. Dasar Pengolahan Ikan Dengan Pengasapan
Pengasapan ikan adalah salah satu cara mengolah dan mengawetkan ikan yang
cukup popular di Indonesia. Cara ini dapat dijumpai di berbagai daerah, namun jumlahnya
tidak sebanyak produk pengasinan atau pengeringan. Pengasapan dapat menunda proses
kemunduran mutu ikan, namun dalam waktu yang tidak terlalu lama, tidak seperti ikan asin
atau ikan kering. Tujuan pengasapan pada ikan ada tiga hal. Pertama, mengolah ikan agar
siap untuk dikonsumsi langsung. Kedua, memberi cita rasa yang khas agar lebih disukai
konsumen. Ketiga, memberikan daya awet melalui pemanasan, pengeringan dan reaksi
kimiawi asap dengan jaringan daging ikan pada saat proses pengasapan berlangsung
(Sulistijowati S et al, 2011).
Pengasapan juga bertujuan untuk mengeluarkan uap dari unsur-unsur senyawa fenol
atau aldehid dari jenis kayu yang dilekatkan pada tubuh ikan atau untuk memasukkan unsur-
unsur tersebut ke dalam tubuh ikan sehingga menghasilkan rasa dan aroma yang khas,
serta mengeringkan ikan sehingga didapat efek pengawetan yang diharapkan. Rasa lezat
yang menjadi ciri khas produk ikan yang diasap, terutama dari senyawa fenol dan aldehid
yang efektif untuk menahan berkembang biaknya mikroorganisme.
Pengawetan dengan pengasapan sudah lama dilakukan manusia dengan
pemanggangan dan pengasapan, ikan dapat disimpan lebih lama dan memberikan cita rasa
yang khas dan disukai. Istilah pengasapan (smoking) diartikan untuk penyerapan
bermacam-macam senyawa kimia yang berasal dari asap kayu ke dalam ikan, disertai
dengan setengah pengeringan dan biasanya didahului dengan proses penggaraman. Jadi,
istilah smoke curing meliputi seluruh proses yang dimulai dari tahap persiapan bahan
mentah sampai ke pengasapan terakhir yang mengakibatkan perubahan warna, flavor dan
tekstur ikan. Sedangkan tujuan pengasapan dalam pengawetan ikan adalah untuk
mengawetkan dan memberi warna serta rasa asap yang khusus pada ikan (Sulistijowati S et
al, 2011).
Nama Nama
Gambar produk Uraian singkat cara membuatnya
Ikan produk
B. FERMENTASI
1. Dasar-dasar Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan melalui proses memanfaatkan
penguraian senyawa dari bahan-bahan protein kompleks. Protein kompleks tersebut
terdapat dalam tubuh ikan yang diubah menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana dengan
bantuan enzim yang berasal dari tubuh ikan atau mikroorganisme serta berlangsung dalam
keadaan yang terkontrol atau diatur.
Proses fermentasi yang terjadi pada ikan merupakan proses penguraian secara
biologis atau semibiologis terhadap senyawa-senyawa komplek terutama protein menjadi
senyawasenyawa yang lebih sederhana dalam keadaan terkontrol. Selama proses
fermentasi, protein ikan akan terhidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptida, kemudian
asam-asam amino akan terurai lebih lanjut menjadi komponen-komponen lain yang
berperan dalam pembentukan cita rasa produk.
Cara fermentasi pada dasarnya hanya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Proses fermentasi yang memungkinkan terjadinya penguraian atau transformasi
yang nantinya akan mampu menghasilkan suatu produk dengan bentuk dan sifat
yang sama sekali berbeda (berubah) dari keadaan awalnya. Misalnya saja dalam
pengolahan terasi, kecap ikan dan ikan peda.
2. Proses fermentasi yang menghasilkan senyawa-senyawa, secara nyata akan
memiliki kemampuan atau daya awet dalam produk yang diolah tersebut, misalnya
dalam pembuatan ikan peda.
Proses fermentasi bahan makanan pada dasarnya sebagai hasil kegiatan beberapa
jenis mikroorganisme diantara beribu-ribu jenis bakteri, khamir dan kapang. Oleh karena itu,
dalam membahas berbagai jenis mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi bahan
makanan tradisional, akan bertitik tolak dari ketiga jenis mikroorganisme di atas, yaitu
bakteri, khamir dan kapang.
2. Jenis Fermentasi
a. Fermentasi Garam
Fermentasi garam dapat dibedakan dengan dua cara, yaitu :
Fermentasi dengan cara penggaraman kering, biasanya dilakukan terhadap ikanikan
yang mempunyai kandungan lemak rendah.
Fermentasi dengan cara penggaraman basah, yaitu merendam di dalam larutan garam
dan cara tersebut biasanya dilakukan terhadap ikan-ikan berlemak tinggi. Fermentasi
dengan cara penggaraman basah biasanya juga terjadi fermentasi laktat.
Pada cara itu, sering ditambahkan cuka, bumbu-bumbu dan bahan pengawet
lainnya. Penambahan garam dalam fermentasi ikan mempunyai beberapa fungsi antara
lain :
Meningkatkan rasa ikan
Membentuk tekstur yang diinginkan
Mengotrol mikroorganisme, yaitu merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang
diinginkan berperan dalam fermentasi, dan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk dan patogen.
b. Fermentasi Laktat
Fermentasi asam laktat dapat terjadi sebagai akibat aktivitas bakteri asam laktat yang
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
Bakteri asam laktat homofermentatif. Bakteri ini dapat mengubah 95% dari glukosa
atau heksosa lainnya menjadi asam laktat. Karbondioksida dan asam-asam volatil
lainnya juga dihasilkan, tetapi jumlahnya sangat kecil.
Bakteri asam laktat heterofermentatif, mengubah glukosa dan heksosa lainnya
menjadi asam laktat, etanol, asam asetat, asam format dan CO2 dalam jumlah yang
hampir sama
4. Produk Fermentasi
a. Peda
Merupakan produk fermentasi dengan bahan baku ikan. Pada umumnya dibuat
untuk ikan yang berkadar lemak tinggi. Selama atau pada waktu fermentasi akan terjadi
perubahan kimia antara lain proses reaksi pada lemak yang memberikan cita rasa
khas.Jenis ikan yang dapat diolah menjadi ikan peda antara ain ikan Kembung, ikan Layang,
Selar, ikan Mas, Tawes dan ikan Mujair. Tetapi ternyata hasil yang paling memuaskan
adalah ikan Kembung, baik Kembung betina maupun jantan.
Sedangkan untuk jenis ikan lainnya memiliki cita rasa yang masih kalah dengan ikan
Kembung bila diolah menjadi peda. Berdasarkan pembuatannya dikenal dua jenis peda,
yaitu peda putih dan peda merah. Perbedaan itu dikarenakan bahan baku yang digunakan.
Ciri-ciri peda yang baik antara lain berwarna merah segar, tekstur dagingnya maser, pHnya
6,0-6,4, rasanya khas disebabkan adanya proses fermentasi.
Pada umunya, konsumen lebih menyukai peda yang berwarna merah. Hal ini karena
peda yang berwarna merah kandungan lemaknya tinggi yang akan memenuhi cita rasa
peda. Kandungan lemak peda merah berkisar antar 7-14% yang memberikan rasa gurih.
Warna yang kemerahan merupakan salah satu faktor disenangi oleh konsumen. Disamping
itu tekstur peda merah lebih maser dibandingkan peda putih.
b. Terasi
Merupakan satu produk olahan dari hasil perikanan sebagai usaha pemanfaatan ikan
atau udang yang berkualitas rendahadalah terasi. Terasi merupakan produk perikanan yang
berbentuk pasta. Bahan baku yang biasa digunakan untuk terasi berkualitas baik.
Sedangkan terasi bermutu rendah biasanya dibuat dari limbah ikan, sisa ikan sortiran
dengan bahan tambahan biasanya tepung tapioka atau tepung beras, dan berbagai jenis
ikan kecil (teri) atau udang kecil (rebon). Umumnya terasi digunakan untuk campuran
membuat sambal, adakalanya digunakan pula untuk campuran pada masakan lain.
c. Kecap ikan
Sebagai salah satu produk fermentasi ikan. Kecap ikan memiliki cita rasa yang
berbeda dengan kecap yang dibuat dari kacang kedelai. Warnanya bening kekuningan
sampai coklat muda dengan rasa asin yang relatif serta banyak mengandung
senyawasenyawa nitrogen. Selain komponen nitrogen, kecap ikan juga mengandung
mineral yang penting bagi tubuh, contohnya garam NaCl atau garam kalsium. Kecap ikan
mempunyai kandungan gizi tinggi karena mengandung nitrogen. Pada proses pengolahan
kecap protein ikan akan terhidrolisis.
Berdasarkan hasil penelitian selama proses, amino nitrogen akan mengalami
peningkatan tetapi akan terjadi penurunan total nitrogen. Amino nitrogen merupakan unsur
gizi yang baik untuk tubuh karena mudah dicerna. Mikroba yang telah berhasil diisolasi dari
produk kecap ikan antara lain bakteri halofilik dan khamir. Kapang yang ditemukan seperti
Cladosporium herbarum, Aspergillus fumigatus dan Penicillium notatum. Sedangkan dari
jenis khamir berupa Caudida clausenii.
d. Bekasam
Merupakan produk olahan ikan dengan cara fermentasi yang rasanya asam. Olahan
tersebut banyak dikenal di daerah Jawa Tengah dan Sumatera Selatan. Ikan yang dapat
digunakan sebagai bekasam merupakan jenis ikan air tawar seperti Lele, ikan Mas, Tawes,
ikan Gabus, Nila dan Mujair.Pengolahan bekasam di daerah Kalimantan Selatan
umumnya dikenal dengan nama samu. Bahan baku berupa ikan Gabus, ikan Betok, ikan
Sepat siam dan Sepat rawa dengan penambahan garam sekitar 15-20%, dan ditambahkan
samu atau beras ginseng sebanyak 15%, kemudian difermentasi + satu minggu sampai
menghasilkan aroma dan rasa yang khas bekasam.
C. BY- PRODUCT
By product adalah suatu hasil sampingan yang diperoleh dari suatu proses produksi
selain dari yang dihasilkan oleh suatu produk utamanya ataupun hasil sampingan dari suatu
jenis produk pangan yang bukan merupakan hasil utamanya atau sering disebut dengan
limbah. Limbah yang tidak dimanfaatkan tentu saja akan menimbulkan masalah
pencemaran lingkungan yang serius jika tidak cepat ditangani. Limbah tersebut dianggap
sebagai sesuatu yang tidak lagi memiliki nilai guna dan juga nilai ekonomis karena itu limbah
tersebut memerlukan penanganan yang baik dan benar. Selain dapat menimbulkan
pencemaran, limbah juga akan menjadi sumber pertumbuhan mikroba yang dapat
mengganggu kesehatan tubuh manusia (Firlianty, 2009).
Untuk meminimalisasi dampak tersebut maka perlu dilakukan usaha untuk
memanfaatkan limbah ini dengan cepat dan tepat, dengan harapan produk yang dihasilkan
dari limbah ini dapat memiliki nilai guna dan nilai ekonomis, serta menanamkan konsep
pengolahan limbah berbasis zero waste kepada masyarakat. Sebagai salah satu alternatif
yang paling efektif dan efisien dalam menanggulangi limbah yang dihasilkan dari
pengolahan adalah dengan penerapan konsep zero waste melalui optimalisasi pemanfaatan
pada limbah menjadi bahan baku pada pengembangan produk baru (Haryati dan Munandar,
2012).
1. Bahan Baku By Product
Jenis-jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat makanan dari hasil samping
perikanan, sebagai berikut.
Kepala ikan adalah bagian kepala dari tubuh ikan, di mana terdapat insang, mata ikan,
dan mulut ikan. Bagian kepala ikan dapat diolah menjadi hidangan yang lezat dan
bergizi seperti: gulai kepala ikan atau sup kepala ikan. Bagian kepala ikan masih
memiliki sedikit daging serta nikmat menyatap bagian mata ikan, memiliki nilai nutrisi
yang hampir sama dengan bagian tubuh utama di mana terdapat daging ikan, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan gizi serta memiliki nilai jual.
Kulit ialah bagian paling luar daging. Kulit merupakan organ tunggal tubuh paling berat,
kulit juga merupakan hasil ternak yang paling tinggi nilai ekonominya, yaitu sekitar 59%
dari nilai keseluruhan produk yang dihasilkan oleh seekor ternak. Kulit mempunyai
banyak fungsi antara lain sebagai alat perasa, pelindung jaringan di bawahnya,
memberi bentuk, mengatur suhu tubuh, tempat sintesis vitamin D. Kulit dapat diolah
menjadi produk pangan seperti kerupuk dan masakan lainnya.
Selain kepala ikan yang bisa mengurangi terjadinya osteoporosis ternyata tulang ikan
juga dapat membantu menguatkan dan memperkokoh tulang tubuh manusia, karena
tulang ikan mengandung kalsium, fosfor, dan vitamin D yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh dalam menjaga kokohnya tulang. Tulang ikan biasanya dikeringkan dan digiling
menjadi tepung, setelah menjadi tepung ini baru bisa diversifi kasi dalam bentuk olahan
berupa cemilan, seperti pangsit ikan, stik ikan, kerupuk, dan lainnya.Mengolah hasil
samping dari bahan baku perikanan dan peternakan harus melalui beberapa uji coba
yang membutuhkan ketelitian, ketekunan dan kesabaran karena waktu yang dibutuhkan
relatif lama untuk menghasilkan produk pangan sampingan yang bermanfaat bagi tubuh
manusia yang memiliki nilai gizi yang tinggi, sehat, dikemas dengan
penampilan/kemasan yang menarik dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
2. By Product
Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian terkait dengan pemanfaatan limbah
hasil perikanan (By product) :
a. Pemanfaatan limbah tulang ikan tuna (Thunnus sp.)
Tepung tulang ikan yang dihasilkan berbentuk bubuk halus berwarna putih
kekuningan hingga kuning tergantung pada waktu autoclaving dan frekuensi perebusan
yang dilakukan. Kadar abu yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar 77,54-84,22 (% bb).
Nilai ini lebih tinggi dibandingkan kadar abu yang diperoleh pada tepung tulang komersial.
Protein tulang ikan sebagian besar terdiri atas protein kolagen dengan asam amino
penyusun utamanya adalah prolin, glisin dan alanin. Dalam kondisi alami protein fibriler
atau skleroprotein ini sulit untuk dicerna oleh enzim pepsin dan pankreatin (Winarno, 1997)
atau tripsin dan kemotripsin menjadi asam-asam amino (Alais dan Linden, 1991). Oleh
karena itu perlu proses hidrolisis dan pelarutan protein tersebut dengan cara pemanasan.
Proses tersebut juga sangat berguna untuk memisahkan dan memanfaatkan kalsium
fosfatnya
DAFTAR PUSTAKA