Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis ucapkan karena berkat rahmat

dan karunia-Nya kelompok dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini tepat

pada waktunya dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada anak dengan Kurang

Kalori Protein( KKP)”.

Dalam pembuatan asuhan keperawatan ini kelompok banyak mendapat

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu kelompok ucapkan terima

kasih. kelompok menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih ada

kekurangannya untuk itu, kelompok mengharapkan saran dan kritikan yang

sifatnya membangun.

Akhirnya kelompok mengharapkan asuhan keperawatan ini bermanfaat

bagi kita semua.

Padang juli 2009

Kelompok

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas sumberdaya manusia (SDM) merupakan syarat mutlak menuju

pembangunan disegala bidang. Sttatus gizi merupakan salah satu faktor yang

sangat berpengaruh pada kualitas SDM terutama yang terkait dengan

kecerdasan, produktifitas, dan kreatifitas.

Sementara itu, indonesia msh menghadapi 4 mslh gizi utama sampai akhir

masa pembangunan jangka panjang tahap I (1969/1970-1994/1995), yaitu:

1. kurang kalori protein dan obesitas ( gizi ganda)

2. Kurang vitamin A (KVA)

3. Gangguan akibat kurang iodium ( GAKI)

4. Anenia zat besi

Umunya terjadi pada anak-anak.

( Arif Mansjoer, 2000: 512)

Proses metabolik anak pada dasarnya sama, akan tetapi relatif lebih aktif

dibandingkan dengan orang dewasa. Anak membutuhkan lebih banyak

makanak untuk tiap kilogram badannya, karena sebagian dari makanan tsb

harus disediakan untuk pertumbuhan dan pertukaran energi yang lebih aktif.

Tubuh yang hidup spt halnya dengan mesin memerlukan bahan bakar dan

bahan untuk pengganti maupun perbaikan. Anak yang sedang tumbuh

memerlukan makanan tambahan untuk pertumbuhan. Keperluan ini dpt

dipenuhi dengan pemberian makanan yang mengandunh cukup kalori. Dalam

2
makanan tsb harus cukup tersedia protein, karbohidrat, mineral, air. Vitamin

dan beberapa macam asam lemak dlm jmlh tertentu.

( KIA, 2007: 360-361)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan KKP

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan KKP

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan

prioritas masalah

d. Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan dalam tindakan

nyata sesuai tujuan

e. Mampu mengevaluasi implementasi sesuai dengan kriteria hasil yang

diharapkan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Kurang Kalori Protein ( KKP)
Adalah Suatu penyakit defisiensi dalam median ringan sampai berat di
mana defisiensi ini disebabkan oleh kekurangan protein dan kalori dlm
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi(AKG).
(Kapita Selekta Kedokteran, 1999 : 512 ).
Ada tiga macam kurang kalori protein (KKP) :
a. Kwashiorkor
b. Marasmus
c. Marasmus Kwashiorkor

B. Etiologi
a. Kurangnya pemasukan kalori dan protein yang mempunyai nilai
boilogisa yang baik sebagi akibat kekurangan dalam susunan makanan.
b. Kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pantangan
makanan tertentu oleh agama atau tradisi turun temurun yang dapat
merugikan kesehatan dan kurangnya pengetahuan ortu tentang
pemeliharaan anak
c. Peranan kepadatan penduduk sehingga persediaan makanan tidak
memadai dan terjadi krisis pangan.
d. Peranan penyakit yang disebabkan infeksi dengan derajat apapun
dapat menyebabkan KKP ataupun memperoleh KKP seperti diare.
e. Kurangnya pengetahuan tentang nilai gizi yang terkandung dalam
bahan makanan yang baik dan benar.
(IKA, 2007 : 362)

4
Faktor-faktor penyebab yaitu :
a. Faktor lingkungan.
Faktor kehidupan keluarga akan lebih memberikan dampak langsung pada
keluarga itu sendiri.
b. Faktor pelayanan kesehatan
Permasalahan sejauh mana pelayanan kesehatan itu dapat menimbulkan
masalah kesehatan dan dapat dijangkau oleh masyarakat. Hal ini terdapat
pada beberapa faktor :
1. Biaya yang tersedia
2. Jarak antara rumah dan pelayanan kesehatan.
3.Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan.
c. Faktor Sosial Ekonomi.
Kemiskinan, sosial ekonomi yang rendah sehingga keluarga tidak dapat
memenuhi kebutuhan gizinya.

C. PATOFISIOLOGI
Kekurangan kalori protein akan terjadi dimana kebutuhan tubuh akan
kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diit. Dalam keadaan
kekurangan mknan, terjadi gangguan metabolik dan perubahan sel
menyebakan edema dan perlemakan hati. Berkurangnya asam amino dlm
serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albimin oleh hepar
sehingga timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan lipoprotein beta sehingga transpor lemak dr hati ke depot lemak
jg terganggu dan terjadi akumulasi lemak dlm hepar.
Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun
tidak didapat dan dipenuhi oleh makanan yang diberikan sehingga hrs didpt dr
tbh sendiri dan cadangan protein digunakan jg untuk memenuhi kebutuhan
energi.
Malnutrisi kalori protein yang berat pada umumnya menderita anoreksia
yang hebat sehingga sukar sekali untuk memberikan makanan. Selain
anoreksia juga menderita gangguan pada saluran pencernaaan sebagai akibat

5
kurangnya enzim-enzim yang diperlukan untuk pencernaan makanan sehingga
menyebabkan gangguan penyerapan akibat tdk dicerna dan tidak diserap
dengan baik, makanan yang ada dlm usus tsb menyebabkan berkembang
biaknya flora usus dan terjadi diare. Pada KKP juga terjadi kelemahan
kemampuan fisik. Pada KKP sangat mudah mendapat infeksi krn daya tahan
tbhny rendah ( terutama sistem kekebelan seluler).

D. TANDA DAN GEJALA


a. KKP tipe kwashiorkor :
1. Edema, umumnya seluruh tubuh dan terutama pd kaki
2. Wajah membulat dan sembab, mata tampak besar
3. Pandangan mata sayu
4. Rambut tipis, kemerahan, mudah di cabut dan rontok
5. Perubahan status mental( cengeng, rewel, apatis)
6. Pembesaran hati
7. otot mengecil( hipotrofi)
8. Kelainan kulit berupa bercak merah muda
9. sering disertai infeksi, anemia, diare
10. Biasanya perut membuncit

b. KKP tipe marasmus


1. nampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit.
2. Wajah seperti orang tua.
3. Cengeng, rewel.
4. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit
sampai tidak ada.
5. Perut cekung dan ubuun-ubun juga cekung, tulang pipi
dan dagu menonjol
6. Sering disertai penyakit kronik, diare

6
c. Tipe Marasmus kwashiorkor :
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus dengan berat /U < 60% disertai edema yang
tidak mencolok.
( Arif Mansjoer, 2000:514)

E. KOMPLIKASI
KKP sering dipengaruhi oleh penyakit lain seperti tuberkulosis paru,
bronkopneumonia, juga disertai oleh defisiansi fitamin seperti fitamin A, B
kompleks, fitamin C, serta elemen-elemen Fe, Zn.

F. PENATALAKSANAAN

 Atasi/cegah hipoglikemia
 Atasi atau cegah hipotermi
 Atasi atau cegah dehidrasi
 Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
 Obati atau cegah infeksi
 Dll
( Arif mansjoer, 2000: 514)

7
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian
1). Identitas klien
2). Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya pada klien tidak terlihat gejala KKP tetapi klien sering
mengalami penyakit infeksi seperti diare, ISPA, dan klien jarang dibawa
keposyandu dan puskesmas
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien tampak lemah dan lesu dengan kondisi tubuh yang
sangat kurus tinggal tulang terbungkus kulit wajah klien tampak seperti
orang tua dengan kulit keriput, ubun-ubun cekung, tulang pipi dan dagu
menonjol, mata klien tampak besar dan perut klien tampak membuncit
serta denganb atropi otot.selain itu klien juga mengalami diare, muntah,
nafsu makan menurun serta klien cengeng dan rewel, berat badan klien
menurun (kurang dari 60% berat badan ideal)
c. Riwayat kesehatankeluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
dengan klien serta penyakit menular lain seperti TB dan hepatitis

3). Pemeriksaan fisik


a. Pemeriksaan Antropometri :
BB tidak sesuai dengan pertumbuhan umur lingkar lengan atas sangat
kurang sekali karena sering atropi otot-otot dan menipisnya jaringan
lemak subkutis. Kekebalan lipatan kulit sangat kurang karena
menipisnya jaringa lemak.
1) Rambut dan Kepala
Rambut kepala Biasanya jarang dan halus serta berwarna
kemerahan dan rontok

8
2) Mata
cekung, melotot dan besar, pandangan sayu dan air mata tidak ada,
konjungtiva anemis.
3) Mulut
Lidah kotor, nafas bau, bibir kering,
4) Pipi
Cekung dan kering ,wajah seperti orang tua dan pandangan sayu
5) Thorak
Simetris, nafas dalam dan cepat
6) Perut :
Kelihatan mengalami distensi / tetap datar kadang-kadang disertai
asites adanya pembesaran hati
7) Genetalia
Tidak ada kelainan
8) Ekstermitas
Biasanyan terjadi edema pada kedua tangan dan kaki

4). Pemerikasaan Labor


 Anemia ringan, Hb menurun
 albumin menurun
 limfosit total menurun
 kreatinin menurun
 globulin meningkat

Pemeriksaan feses :
 konsistensi : cair 3x sehari
 warna : hijau tua
 jumlah : sedikit
 disertai : lendir

9
5) Sosial ekonomi
Klien berasal dari keluarga ekonomi menengah kebawah
6) Psikologis
Klien tampak gelisah dan rewel, keluarga klien tampak cemas

II. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pemenuhan nutrisi : protein kurang dari kebutuhan
tubuh b/d intake yang tidak adekuat
2. Devisit volume cairan tubuh b/d kejadian diare
3. Gangguan integritas kulit b/d tidak adanya kandungan makanan
yang cukup
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi b/d gangguan respon imun
sekunder dan malnutrisi
5. Kurangnya pengetahuan orang tua b/d kurangnya informasi
6. Kelebihan volume cairan b/d rendahnya masukan protein
7. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d melemahnya
kemampuan fisik

III. Intervensi
Dx 1 : Gangguan pemenuhan nutrisi : protein kurang dari kebutuhan tubuh
b/d intake yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
- BB ideal
- Nafsu makan meningkat
Intervensi
a. Kaji pemasukan makanan dan evaluasi BB
R: memantau seberapa kekurangan nutrisi yang dialami oleh klien
b. Berikan makanan tinggi kalori dan protein dalam bentuk cair
sedikit tapi sering
R: menyesuaikan kemampuan tubuh dalam mencerna makanan

10
c. Berikan makanan biasa TKTP secara brtahap dengan porsi sedikit
tapi sering
R: terpenuhinya kebutuhan protein dan membantu menurunkan
kelemahan sewaktu makan
d. Motivasi periode untuk instirahat selama 1 jam sebelum dan
sesudah makan
R : meningkatkan masukan dan penyerapan kalori total tubuh
e. Timbang berat badan setiap hari
R: mengetahui kekurang nutrisi klien
f. Kolaborasi dengan ahli gizi
R: mengetahui dalam pemilihan diit nutrisi dalam pemenuhan
kebutuhan protein

Dx 2 : Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.


Tujuan
Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil :
Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
R: untuk mengetahui keadaan umum klien
b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
R: Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh klien
c. Ukur haluaran urine dengan akurat
R: untuk mengetahui intake dan output klien
d. Observasi pemasukan dan pengeluaran
R: Memberikan informasi tentang kekurangan cairan.
e. Observasi kulit kering dan mukosa bibir kering, penurunan turgor kulit.
R : menunjukan kehilqanhan cairan berlebihan/dehidrasi
f. Timbang berat badan
R : Indikator cairan dan status nutrisi

11
Dx 3 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
nutrisi/status metabolik
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
Intervesi :
a. Monitor kemerahan, pucat,dll
R: Untuk mengetahui sejauh mana terjadinya kerusakan integritas
kulit klien serta untuk mengetahui apakah terjadi anemia pd klien
b. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
R: untuk mencegah kulit klien tdk kering dan tetap lembab serta untuk
menjaga kebersihan klien
c. Berikan perawatan kulit
R : melindungi kulit dan mencegah eksoriasi
d. Pertahankan kulit tetap bersih dan kering
R : Agar dapat mencegah terjadinya iritasi yang menyebabkan
kerusakan kulit.

Dx 4 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan


            Tubuh
Tujuan :
Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil:
suhu tubuh normal 36,6 0C-37,7 0C, lekosit dalam batas normal
Intervensi:
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R: Mencegah masuknya kuman dan akan menyebabkan terjadinya
infeksi
b. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril

12
R: Mencegah masuknya kuman melalui alat2 medis
c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur
kontrol infeksi
R: Agar perawat dan keluarga berhati-hati melakukan suatu tindakan
dan dpt mengantisipasi masuknya kuman
d. Beri antibiotik sesuai program
R: mencegah terjadinya infeksi

Dx 5 : Kurangnya pengetahuan orang tua b/d kurang nya informasi


Tujuan :
pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil:
Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi
hubungan tanda dan gejala.
Intervensi :
a. Tentukan tingkat pengetahuan orang tua pasien
R: Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan orang tuatentang
pemenuhan gizi yang baik untuk anaknya
b. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
R: Untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan gizi yg diperlukan
klien dan jawaban atas semua pertanyaan orang tua tentang
kebutuhan gizi anaknya
c. Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
R: Untuk memenuhi kebutuhan gizi klien dan mencegah timbulnya
komplikasi
d. Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien
R: Agar orang tua tidak lupa informasi yang diberikan

Dx 6: Kelebihan volume cairan b/d rendahnya pemasukan protein


Tujuan: kelebihan volume cairan tdk terjadi
Kriteria hasil: menyebutkan faktor2 penyebab dan metode2 pencegahan
edema, memperlihatkan penurunan edema.

13
Intervensi:
a. Kaji status cairan

R:pengkajian merupakan data dasar berkelanjutan untuk

memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

b. Identifikasi sumber potensial cairan

R:Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat di identifikasi

c.kaji masukan diit klien

R: untuk mengetahui sejauh mana pemenuhan protein yang dibutuhkan oleh

tubuh klien

d.Ubah posisi klien tiap 2 jam

R: Agar tidak terjadi penumpukan cairan dlm satu daerah saja

Dx 7: Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d melemahnya

kemampuan fisik

Tujuan: Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya

Kriteria hasil: terjadi peningkatan dlm prilaku personal, social, bahasa,

kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya.

Intervensi:

a. Ajarkan pada orang tua tentangg tugas perkembangan yang sesuai dengan

kelompok usia

R: Agar orang tua mengerti tentang penempatan tgs perkembangan yg

sesuai dng usia anak

b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II

R: Mengetahui tingkat perkembangan anak

c. Berikan mainan sesuai usia anak

14
R: Untuk memstimulus perkenbangan anak sesuai dng usianya

d. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tgs perkembangannya

R: Agas tugas perkembangan anak tidak terlewati

IV. IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan disusun, selanjutnya diterapkan dalam
tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus
bersifat khusus agar semua perawat dapat menjalankan dengan baik, dalam
waktu yang belum ditentukan. Dalam implememtasi keperawatan, perwat
langsung melaksanakan atau dapat mendelegasikan kepada perawat lain yang
dipercaya.

V. EVALUASI
Merupakan tahap akhir dimana perawat mencari kepastian
keberhasilan rencana keperawatan yang dibuat dan menilai yang telah
dilakukan dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi.

15
BABIII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gizi adalah bahan makanan yang berhubungan dengan kesehatan tubuh.
Dari sinilah penilaian apakah makanan tsb bernilai gizi cukup, baik, atau
kurang.
Nutrien ialah zat penyusun bahan makanan yang diperlukan tubuh untuk
metabolisme yaitu karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin dan mineral
(spt beras, gula, susu, daging, telur dan sayuran).
Selain mengetahui penyebab terjadinya gangguan gizi, ada baiknya
diketahui istilah yang sering dijumpai pada masalah giziapa sebenarnya
yang disebut gizi nutrient.
Kebutuhan nutrient dapat bersifat optimum, minimum, atau maximum.
Pada umumnya dianjurkan rata2 menurut umur. Dari pengertian2 tsb dapat
dipahami bahwa KKP, nutrient tidak tercukupi.
( Ngastiyah, 2005: 265 )

B. Saran
1. Agar pembaca dapat memahami tentang KKP
2. Diharapkan pada pembaca untuk memanfaatkan askep KKP ini dan
hendaknya dapat menjaga pola hidup sehat sehingga dapat dicegah
terjadinya KKP.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.


Mansjoer Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media
Aesculapius.
IKA, Staf FKUI, 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaborasi. Edisi II. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran

Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi II. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran

17

Anda mungkin juga menyukai