Anda di halaman 1dari 18

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

TEORI ALFERD ADLER

DOSEN PENGAMPU:
NANI BARORAH NASUTION, S.Psi, M.A.,P.hD

KELOMPOK 4

ANNISA YASMIN JODY BINTANG HTB MUNA CAHYA

YESSY VIDIA PUTRI AFIYAH


PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dihadiratkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan
kesehatan, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Terimakasih kepada ibu Nani Barorah
Nasution S.Psi, M.A.,P.hD selaku dosen mata kuliah yang sudah memberikan kepercayaan untuk
menyelesaikan tugas ini.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal
menambah wawasan kita. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang
telah memberikan ilmu kepada kami dan rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung dan
menjalin kerja sama yang baik sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis mengharapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan
kedepannya.

Medan, 13- April- 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................1

DAFTAR ISI .................................................................................................................................2

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................................................3

1.1 Latar belakang.............................................................................................................3

1. 2 Rumusan masalah ......................................................................................................3

1.3 Tujuan..........................................................................................................................3

BAB II: PEMBAHASAN..............................................................................................................5

2.1 Biografi Alfred Adler...................................................................…………………...5

2.2 Pandangan Alferd Adler Tentang Perilaku Manusia......................………………….6

2.3 Teori-Teori Alfred Adler................................................................………………….9

2.4 Urutan Kelahiran Menurut Alfred Adler......................................………………….11

2.5 Pandangan Teori Alfred Adler Mengenai Tokoh Prabowo Subianto........................13

BAB III: PENUTUP .................................................................................................................. 16

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 16

3.2 Saran ........................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepribadian berasal dari bahasa Inggris yaitu personality, Belanda (personalita), Prancis
(personalia), Jerman (personlichekesit), Italia (personalita), dan Spanyol (personalidad).
Sedangkan akar katanya berasal dari bahasa latin yaitu persona yang berarti topeng, maksudnya
topeng yang dipakai oleh actor. Menurut Alfred Adler, kepribadian adalah gaya hidup individu
cara yang karakteristik mereaksinya seseorang terhadap masalah-masalah hidup termasuk tujuan
hidup.
Menurut Adler manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah. Kondisi
ketidakberdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan
ketergantungan dengan orang lain. Adler memilih nama Individual Psychology dengan harapan
dapat menekankan keyakinan bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah (Alwisol,
2005: 90). Psikologi individual menekankan kesatuan kepribadian. Menurut adler setiap orang
adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas, dan setiap
perilakunya menunjukkan corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual, yang di
arahkan pada tujuan tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana biografi Alfred Adler?
2. Apa pandangan Alfred Adler tentang perilaku manusia?
3. Apa saja teori-teori Alfred Adler?
4. Apa urutan kelahiran menurut Alfred Adler?
5. Apa pandangan teori Alfred Adler mengenai tokoh Prabowo Subianto?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui biografi Alfred Adler


2. Mengetahui pandangan Alfred Adler tentang perilaku manusia
3. Mengetahui teori-teori Alfred Adler
4. Mengetahui urutan kelahiran menurut Alfred Adler

3
5. Mengetahui pandangan teori Alfred Adler mengenai tokoh Prabowo Subianto

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Alfred Adler

Alfred Adler dilahirkan pada tanggal 7 Pebruari 1870 di Viena (Austria) dan wafat pada
tanggal 28 Mei 1937 di Aberdeen (Skotlandia). Ia adalah seorang Yahudi yang lahir dari
keluarga yang termasuk dalam status sosial ekonomi kelas menengah pada saat itu. Semasa muda
Adler mengalami masa- masa yang sangat sulit. Ketika ia berusia 5 tahun ia terkena penyakit
pneumonia (radang paru-paru) yang menurut dokter hampir mustahil untuk disembuhkan. Ketika
mendengar kabar tersebut, Adler berjanji jika ia bisa sembuh maka ia akan menjadi dokter dan
bertekad untuk memerangi penyakit yang mematikan tersebut.

Akhirnya pada tahun 1895, setelah dinyatakan sembuh dari penyakitnya, ia benar-benar
mewujudkan tekadnya dan berhasil meraih gelar saijana kedokteran dari University of Vienna. Ia
akhirnya dikenal sebagai seorang ahli penyakit dalam. Tahun 1898, ia menulis buku pertamanya
yang memfokuskan pada pendekatan kemanusiaan dan penyakit dari sudut pandang individu
sebagai pribadi bukan membagi-baginya menjadi gejala, insting, atau dorongan-dorongan. Pada
tahun 1902, ia mendapat tawaran kerjasama dari Freud untuk bergabung dalam kelompok diskusi
untuk membahas masalah psikopatologi. Adler akhirnya ikut bergabung dan kemudian menjadi
pengikut setia Freud, namun hubungan tersebut tidak berlangsung lama.

Pada tahun 1907, Adler menulis sebuah paper berjudul "Organ Inferiority" yang menjadi
pemicu rusaknya hubungan Freud dengan Adler. Dalam tulisan tersebut Adler mengatakan
bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai kelemahan organis. Berbeda dengan hewan,
manusia tidak dilengkapi dengan alatalat tubuh untuk melawan alam. Kelemahan-kelemahan
organis inilah yang justru membuat manusia lebih unggul dari makhluk-makhluk lainnya, karena
mendorong manusia untuk melakukan kompensasi (menutupi kelemahan). Adler juga tidak
sependapat dengan teori psikoseksual Freud. Pada tahun 1911, Adler meninggalkan kelompok
diskusi, bersama dengan delapan orang koleganya, dan mendirikan sekolah sendiri. Sejak itu ia
tidak pernah bertemu lagi dengan Freud.

5
2.2 Pandangan Alferd Adler Tentang Perilaku Manusia

Ada tujuh prinsip yang terkandung dari teori Psikologi Individual Adler, yaitu:
1. Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle)
Adler meyakini bahwa manusia dilahirkan disertai dengan perasaan rendah diri.
Seketika individu menyadari eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perannya dalam
lingkungan. Individu melihat bahwa banyak mahluk lain yang memiliki kemampuan
meraih sesuatu yang tidak dapat dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika
individu ingin menyaingi kekuatan dan kemampuan orang lain. Misalnya, anak merasa
diri kurang jika dibandingkan dengan orang dewasa.
Karena itu ia terdorong untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi.
Jika telah mencapai taraf perkembangan tertentu, maka timbul lagi rasa kurang untuk
mencapai taraf berikutnya. Demikian seterusnya, sehingga individu dengan rasa rendah
dirinya ini tampak dinamis mencapai kesempurnaan dirinya. Teori Adler mengenai
perasaan rendah diri ini berawal dari pengamatannya atas penderitaan pasien-pasiennya
yang seringkali mengeluh sakit pada daerah tertentu pada tubuhnya, mengenai
psikosomatis, Adler mengatakan bahwa rasa sakit yang diderita individu sebenarnya
adalah usaha untuk memecahkan masalah-masalah non-fisik.
Keadaan tersebut, menurut Adler disebabkan adanya kekurang sempurnaan pada
daerah-daerah tubuh tersebut, yang dikatakannya sebagai organ penyebab rendah diri
(organ inferiority). Jadi manusia lahir memang tidak sempurna, atau secara potensial
memiliki kelemahan dalam organ tubuhnya. Adanya stress menyebabkan organ lemah ini
terganggu. Karenanya, setiap orang selalu berusaha mengkompensasikan kelemahannya
dengan segala daya. Dalam hal ini usaha kompensasi ini ditentukan oleh gaya hidup dan
usaha mencapai kesempurnaan (superior).
Berkenaan dengan perasaan rendah diri dalam kondisi organik, Adler
menciptakan istilah masculine protest, yakni istilah yang dimaksud untuk menerangkan
perasaan rendah diri atau inferior ini dihubungkan dengan kelemahan (weakness) dan
kewanita-wanitaan (femininity). Istilah ini merupakan suatu dinamika kepribadian
manusia yang utama, karena hal ini merupakan usaha individu dalam mencapai kondisi
yang kuat dalam mengkompensasikan perasaan rendah dirinya.

6
2. Prinsip Superior (Superiority Principle)
Memandang prinsip superior terpisah dari prinsip inferior sesungguhnya keliru.
Justru kedua prinsip ini terjalin erat dan bersifat komplementer. Namun karena sebagai
prinsip, kedua istilah ini berbeda, maka pembahasannya pun dibedakan, kendati dalam
operasionalnya tak dapat dipisahkan. Sebagai reaksi atas penekanan aspek seksualitas
sebagai motivator utama perilaku menurut Freud, Adler beranggapan bahwa manusia
adalah mahluk agresif dan harus selalu agresif bila ingin survive. Namun kemudian
dorongan agresif ini berkembang menjadi dorongan untuk mencari kekuatan baik secara
fisik maupun simbolik agar dapat survive
Demikian banyak pasien Adler yang dipandang kurang memiliki kualitas agresif
dan dinyatakan sebagai manusia tak berdaya. Karenanya, yang diinginkan manusia
adalah kekuatan (power). Dari sini konsepnya berkembang lagi, bahwa manusia
mengharapkan untuk bisa mencapai kesempurnaan (superior). Dorongan superior ini
sangat bersifat universal dan tak mengenal batas waktu. Bagi Adler tak ada pemisahan
antara drive dan need seperti yang diungkapkan oleh Murray. Bagi Adler hanya ada satu
dorongan, yakni dorongan untuk superior sebagai usaha untuk meninggalkan perasaan
rendah diri.
Namun perlu dicatat bahwa superior disini bukanlah kekuatan melebihi orang
lain, melainkan usaha untuk mencapai keadaan superior dalam diri dan tidak selalu harus
berkompetisi dengan orang lain. Superioritas yang dimaksud adalah superior atas diri
sendiri. Jadi daya penggerak yang utama dalam hidup manusia adalah dinamika yang
mengungkapkan sebab individu berperilaku, yakni dorongan untuk mencapai superior
atau kesempurnaan.

3. Prinsip Gaya Hidup (Style of Life Principle)


Menurut Adler, justru jauh lebih banyak hal-hal yang muncul dan berkembang
dalam diri manusia yang mempengaruhi gaya hidupnya. Gaya hidup manusia tidak ada
yang identik sama, sekalipun pada orang kembar. Sekurang-kurangnya ada dua kekuatan
yang dituntut untuk menunjukkan gaya hidup seseorang yang unik, yakni kekuatan dari
dalam diri yang dibawa sejak lahir dan kekuatan yang datang dari lingkungan yang

7
dimasuki individu tersebut. dengan adanya perbedaan lingkungan dan pembawaan, maka
tidak ada manusia yang berperilaku dalam cara yang sama.
Gaya hidup seseorang sering menentukan kualitas tafsiran yang bersifat tunggal
atas semua pengalaman yang dijumpai manusia. Misalnya, individu yang gaya hidupnya
berkisar pada perasaan diabaikan (feeling of neglect) dan perasaan tak disenangi (being
unloved) menafsirkan semua pengalamannya dari cara pandang tersebut. misalnya ia
merasa bahwa semua orang yang ingin mengadakan kontak komunikasi dipandangnya
sebagai usaha untuk menggantikan perasaan tak disayangi tersebut.

4. Prinsip Diri Kreatif (Creative Self Principle)


Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian individu,
sebab hal ini dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama bagi semua tingkah
laku. Dengan prinsip ini Adler ingin menjelaskan bahwa manusia adalah seniman bagi
dirinya. Ia lebih dari sekedar produk lingkungan atau mahluk yang memiliki pembawaan
khusus. Ia adalah yang menafsirkan kehidupannya.
Individu menciptakan struktur pembawaan, menafsirkan kesan yang diterima dari
lingkungan kehidupannya, mencari pengalaman yang baru untuk memenuhi keinginan
untuk superior, dan meramu semua itu sehingga tercipta diri yang berbeda dari orang
lain, yang mempunyai gaya hidup sendiri. namun diri kreatif ini adalah tahapan di luar
gaya hidup. Gaya hidup adalah bersifat mekanis dan kreatif, sedangkan diri kreatif lebih
dari itu. Ia asli, membuat sesuatu yang baru yang berbeda dari sebelumnya, yakni
kepribadian yang baru individu mencipta dirinya.

5. Prinsip Diri yang Sadar (Conscious Self Principle)


Kesadaran menurut Adler, adalah inti kepribadian individu. Meskipun tidak
secara eksplisit Adler mengatakan bahwa ia yakin akan kesadaran, namun secara eksplisit
terkandung dalam setiap karyanya. Adler merasa bahwa manusia menyadari segala hal
yang dilakukannya setiap hari, dan ia dapat menilainya sendiri.
Adler tidak menerima konsep ambang sadar dan alam tak sadar (preconsious dan
uncounsious) Freud. Hal ini dianggap sebagai mistik. Ia merasa bahwa manusia sangat

8
sadar benar dengan apa yang dilakukannya, apa yang dicapainya, dan ia dapat
merencanakan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan yang dipilihnya secara sadar.

6. Prinsip Tujuan Semu (Fictional Goals Principle)


Meskipun Adler mangakui bahwa masa lalu adalah penting, namun ia
mengganggap bahwa yang terpenting adalah masa depan. Yang terpenting bukan apa
yang telah individu lakukan, melainkan apa yang akan individu lakukan dengan diri
kreatifnya itu pada saat tertentu.
Misalkan, seorang mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi bukanlah
didukung oleh prestasinya ketika di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah, melainkan
tujuannya mencapai gelar tersebut. usaha mengikuti setiap tingkat pendidikan adalah
bentuk tujuan semunya, sebab kedua hal tidak menunjukkan sesuatu yang nyata,
melainkan hanya perangkat semu yang menyajikan tujuan yang lebih besar dari tujuan-
tujuan yang lebih jauh pada masa datang.
Tujuan semu yang dimaksud oleh Adler ialah pelaksanaan kekuatan-kekuatan
tingkah laku manusia. Melalui diri keratifnya manusia dapat membuat tujuan semu dari
kemampuan yang nyata ada dan pengalaman pribadinya. Kepribadian manusia
sepenuhnya sadar akan tujuan semu dan selanjutnya menafsirkan apa yang terjadi sehari-
hari dalam hidupnya dalam kaitannya dengan tujuan semu tersebut.

7. Prinsip Minat Sosial (Social Interest Principle)


Adler menyatakan pula bahwa manusia memiliki minat sosial. Bahwa manusia dilahirkan
dikaruniai minat sosial yang bersifat universal. Kebutuhan ini terwujud dalam
komunikasi dengan orang lain, yang pada masa bayi mulai berkembang melalui
komunikasi anak dengan orang tua. Melalui empati, individu dapat belajar apa yang
dirasakan orang lain sebagai kelemahannya dan mencoba memberi bantuan kepadanya.
Individu juga belajar untuk melatih munculnya perasaan superior sehingga jika saatnya
tiba, ia dapat mengendalikannya. Proses-proses ini akan dapat memperkaya perasaan
superior dan memperkuat minat sosial yang mulai dikembangkannya.

2.3 Teori-Teori Alfred Adler

9
Pada mulannya dia penganut teori freud, kemudia membentuk teorinya sendiri yang disebut
sebagai psikologi individual dengan rumusan sebagai berikut :

1. Pandangan Tentang Manusia


Manusia dimotivasi terutama dorongan-dorongan social. Pria dan wanita adalah
makhluk social dan masing - masing orang dalam berelasi dengan orang lain
mengembangkan gaya hidup yang unik.

2. Inferioritas Dasar dan Kompensasi


Manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi inferioritasnya yang inheren
serta untuk mencapai superioritas. Tujuan hidup adalah yang inheren serta untuk
mencapai superioritas. Adler menekankan bahwa setiap orang memiliki perasaan rendah
diri.

3. Usaha Untuk Mencapai Superioritas


Orang mencoba mengatasi inferioritas dasarnya dengan mencari kekuasaan,
Dengan mencoba untuk mencapai superioritas, ia ingin mengubah kelemahan dengan
kekuatan pada suatu bidang sebagai kompensasi bagi kekuranag di bidang-bidang lain.

4. Gaya Hidup
Konsep gaya hidup menerangkan keunikan setiap individu. Setiap individu
memiliki gaya hidupnya sendiri dan tidak ada dua orang yang memiliki gaya hidup yang
persis sama.

5. Pengalaman-pengalaman Masa Kanak-kanak


Adler memekankan jenis-jenis pengaruh awal yang menyebabkan anak
mengembangkan gaya hidup yang keliru. Susunan dalam keluarga bias memperkuat
perasaan rendah diri si anak

Dalam pandangan freud bahwa kebiasaan manusia didorong oleh naluri-naluri buta
(yakni id - penulis) dan Jung yang mengatakan bahwa tindakan umat manusia didorong oleh
arketipal-arketipal, Adler berpendapat bahwa umat manusia dimotivasi oleh dorongan-dorongan

10
masyarakat. Manusia menurut Adler adalah makhluk sosial. Mereka menghubungkan dirinya
dengan orang lain terlibat dengan kegiatan kemasyarakat, menempatkan kepentingan umum
diatas kepentingan pribadi, dan menjalankan gaya hidup yang didominasi oleh orientasi
kemasyarakatan.

2.4 Urutan Kelahiran Menurut Adler

Adler menempatkan urutan kelahiran sebagai salah satu pengaruh sosial mayor dalam masa
kanak-kanak dimana individu membentuk gaya hidup. Sekalipun saudara sekandung memiliki
orang tua dan rumah yang sama, mereka tidak memiliki lingkungan sosial yang sama. Fakta-
fakta dari yang lebih tua atau yang lebih muda pada saudara sekandung dan dari terbukanya
sikap orang tua yang telah berubah sebagai hasil dari adanya banyak anak menciptakan kondisi
yang berbeda pada masa kanak-kanak yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang,
sebagaimana Adler telah mengetahui dari masa kecilnya sendiri. Adler focus pada 3 (tiga) posisi;
anak pertama, anak kedua, dan yang paling muda.

a. Anak Pertama

Anak pertama menemukan dirinya dalam keunikan dan dalam banyak situasi yang patut
ditiru. Biasanya, para orang tua sangat bahagia pada kelahiran anak pertama mereka dan
mencurahkan seluruh waktu dan perhatian pada bayi yang baru lahir. Kelahiran anak pertama
menerima perhatian yang sepenuhnya dari orangtua.

Sebagai hasilnya, anak pertama sering merasa senang, terjamin keberadaannya hingga
hadirnya anak kedua. Hal itu pasti membuat shock. Tidak ada focus perhatian yang instan
dan konstan, tidak ada penerimaan cinta dan kasih sayang yang penuh dari orangtuanya
terhadap anak ini, dalam bahasa Adler, "turun tahta". Cinta yang tetap yang diterima anak
pertama pada periode ini sekarang harus dibagi. Anak harus sering menyerah pada
kemarahan untuk menunggu hingga bayi yang baru lahir telah selesai diurus dan harus diam
pada suatu waktu agar tidak membangunkan bayi yang baru lahir.

11
Semua anak pertama merasa shock terhadap perubahan posisi mereka dalam keluarga,
tapi hal itu juga menjadikan dia lebih manja, tentu saja, merasa sangat kehilangan juga,
tingkat kehilangan tergantung pada umur anak pertama saat lawannya hadir.

Pertarungan untuk tetap memakai kekuasaannya yang hilang dari awal; sesuatu tidak
akan pernah menjadi seperti pertama mereka ada, tidak menjadi masalah bagaimana kerasnya
anak pertama mencoba. Tapi anak yang mencoba kapanpun dan menjadi, pada satu waktu,
masalah tingkah laku, melanggar objek dan peraturan, menjadi keras kepala, atau menolak
makan dan tidur. Dia menjadi pemarah. Saat anak pertama dihukum pada awalnya, karena
tingkah laku yang menyusahkan atau suka mengganggu, dia menginterpretasi hukumannya
sebagai bukti dari perubahan posisi yang mungkin lebih mudah untuk tumbuh kebencian
terhadap anak yang baru lahir. Bayi yang baru lahir, merupakan penyebab masalah.

Dia menemukan bahwa anak yang lebih tua sering berorientasi pada masa lampau,
terkunci dalam nostalgia dan pesimis terhadap masa depan tetapi pada waktu yang sama,
mereka biasanya lebih tunduk pada kekuasaan. Sebagai hasil dari keseluruhan hal ini, anak
pertama memiliki ketertarikan pada pemeliharaan urutan dan kekuasaan.

Adler menemukan bahwa mereka menjadi organisator yang sangat bagus, teliti dan
cermat terhadap detail dan penguasa serta bersikap konservatif. Secara tak sengaja—Freud
adalah anak pertama. Kenyataannya, Adler menunjuk Freud sebagai "tipikal anak sulung".
Anak pertama dapat tumbuh dengan perasaan tidak aman dan bermusuhan terhadap yang
lain. Adler menemukan bahwa penjahat, criminal dan neurotic lebih sering adalah anak
pertama.

b. Anak Kedua

Bayi kedua tidak membawa sesuatu yang baru seperti anak pertama dan orang tua
mungkin berkurang kekhawatiran dan kecemasan tentang perilaku mereka dalam
membesarkan yang kedua;mereka mungkin lebih relaks dalam menghadapi anak kedua.
Anak kedua, pada awalnya, menentukan model pada saudara kandung yang tertua. Anak
kedua tidak sebagai anak yang kesepian tapi selalu memiliki contoh dari perilaku saudara
kandung yang tertua sebagai model atau ancaman untuk bersaing dengannya.

12
Adler merupakan anak kedua yang memiliki hubungan kompetitif dengan saudara
lakilaki yang lebih tua dalam seluruh hidupnya. Sebagai seorang analis yang sukses dan
terkenal, dia tetap merasa dikalahkan oleh saudara laki-lakinya, yang menjadi pembisnis
yang kaya. Secara nyata, Konsep urutan kelahiran telah berkembang, pada awalnya
merupakan dasar dari pengetahuan personal.

Kompetisi dengan anak pertama dipacu oleh anak kedua, stimulasi sering lebih cepat
berkembang daripada yang ditunjukkan anak pertama. Anak kedua didorong untuk mengejar
dan mengungguli saudara yang lebih tua, tujuannya biasanya kecepatan bahasa dan
perkembangan motor. Sebagai contoh anak kedua biasanya mulai berbicara pada usia yang
lebih muda daripada anak pertama. Tanpa memiliki pengalaman kekuatan, anak kedua tidak
memiliki kekhawatiran sebagaimana anak pertama dan lebih optimis dalam memandang
masa depan. Anak kedua kemungkinan menjadi sangat kompetitif dan ambisius.

c. Anak Ketiga

Anak yang paling muda atau yang paling akhir lahir tidak pernah merasa shock dengan
pelengseran kedudukan oleh anak yang lain dan sering menjadi kesayangan atau bayi dalam
keluarga, khususnya jika saudara kandung lebih tua beberapa tahun. Didorong oleh
kebutuhan untuk mengungguli saudara yang lebih tua, anak yang lebih muda sering
berkembang pada tingkat kesungguhan.

Sebagai hasilnya, anak terakhir sering berprestasi tinggi dalam pekerjaan apapun yang
mereka kerjakan seperti orang dewasa. Tapi lawan yang sesungguhnya ada jika anak yang
termuda manja dan dimanjakan oleh anggota keluarga secara langsung dimana dia tidak perlu
belajar untuk melakukan apapun untuk dirinya.

Sebagaimana individu tumbuh dewasa, dia mungkin memelihara ketidakberdayaan dan


ketergantungan yang merupakan cirri dari masa kanakkanaknya. Tidak terbiasa untuk
berusaha dan berjuang, digunakan untuk tetap dipedulikan oleh orang lain, seseorang akan
menemukan kesulitan untuk mengatasi masalah dan penyesuaian diri pada masa dewasa.

2.5 Pandangan Tokoh Menurut Teori Alferd Adler

13
PRABOWO SUBIANTO

Menurut teori Alfred Adler (dalam Alwisol, 2005) yang memiliki pemikiran bahwa,
dorongan sosial adalah sesuatu yang di bawa sejak lahir; konsep mengenai diri kreatif; dan
keunikan tentang kepribadian. Adler berpendapat bahwa setiap orang merupakan konfigurasi
unik dari motif-motif, sifat-sifat, minat-minat dan nilai-nilai, sangat dipengaruhi dari warisan
generasi terdahulu, kemudian kepribadian dibentuk secara tak sadar terbentuk melalui perjalanan
proses yang panjang turun temurun dari generasi ke generasi yang ada.

Probowo sejak kecil sudah sangat terlihat minat akan dunia militer. Terlihat naluri sifat-
sifat kepemimpinan dan bagaimana Prabowo tertarik dengan kisah tentang pamannya yang
merupakan salah satu pejuang yang gugur saat perang lengkong. Selain itu dapat dilihat dari
pernyataan Prabowo yang masih melekat dengan unsur militer, "Sebagai seorang prajurit, kami
melakukan tugas kami sebaik-baiknya," katanya dalam debat capres pertama.

Sejak kecil Prabowo dibesarkan oleh orang tua yang demokratis dan seorang guru yang
memiliki pengajaran yang disiplin, sehingga menumbuhkan prabowo sebagai seorang yang
disiplin juga menjunjung demokrasi. Prabowo termasuk dalam kategori ekstorvert, karena sejak
kecil memang telah berpindah-pindah tempat tinggal. Dalam hal ini semenjak kecil, Prabowo
selalu berusaha melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan barunya.

Dari segi perjuangan ke arah superioritas terkait hasrat kekuasaan yang besar, dapat
dilihat pada saat Prabowo dalam bidang militer pernah menjabat sebagai wakil ketua, lalu saat
berhenti dari militer mendirikan perusahaan dan saat ini dalam bidang politik mendirikan partai
dengan tujuan menjadi presiden RI. Prabowo juga tak henti-hentinya selalu berusaha
mencalonkan diri sebagai pemimpin Negara dapat dilihat dari tidak menghentikan ambisinya
meskipun kalah dalam pemilihan presiden beberapa tahun yang lalu.

Sedangkan dari segi Inferioritas dan Kompensasi, tidak terlepas dari minat social.
Manusia dimotivasi oleh minat sosial bawaan yang menyebabkan menempatkan kepentingan
umum di atas kepentingan pribadi. Dalam hal ini prabowo sebagai individu cenderung selalu
melakukan sesuatu untuk kepentingan bangsa karena rasa cinta tanah airnya yang tinggi. Hal ini
didukung oleh pernyataan Prabowo, ia berkata dalam debat kedua yang membahas tentang
ekonomi , "Kebijakan investasi kami terbuka, kami mendukung investasi asing tetapi tentunya

14
tidak boleh mematikan ekonomi rakyat, harus perkuat koperasi, harus kita perkuat usaha kecil
dan menengah.”

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Alfred Adler merupakan seorang yang dibesarkan pada kota yang sama, situasi dan
kondisi yang sama, dan lapangan kerja yang sama dengan Sigmund Freud, bahkan ia awalnya
merupakan pengikut setia aliran Freud. Akan tetapi berkat belajar dari pengalamannya dalam
menangani pasien, menjadikan ia seorang yang sama terkenalnya dengan gurunya Freud.
Walaupun dari substansi teorinya memiliki kontradiksi yang cukup tajam, bahkan perbedaan ini
memisahkan hubungan keduannya.

Berefleksi dari pengalaman menangani dan mengamati perilaku pasiennya, ia dengan


sistematis dan berangsur-angsur mematahkan pendapat Freud tentang perilaku manusia. Berbeda
dengan Freud, Adler mempunyai nilai lebih dalam teorinya, yang kami kira mampu menarik
banyak simpati kalangan praktisi psikologi waktu itu. Dimana ia menilai manusia sebagai
mahluk yang memiliki “power” untuk dapat hidup, walaupun hal itu digambarkan sebagai suatu
kompensasi dalam menyembunyikan dan menghilangkan segala kekurangan dalam dirinya.
Pendapat ini sepertinya memberikan “pencerahan baru” bagi dunia psikologi yang pada saat itu
terdominasi dengan “naluri sexual”-nya Freud.

Teori psikologi individual Adler ini, memang lebih banyak berupaya menyadarkan
manusia, bahwa ia merupakan mahluk yang berdaya dan memiliki rasa sosial yang dalam,
sehingga itu pulalah ia dapat “survive” dalam menjalani hidup. Teori ini pula, memiliki kekuatan
dalam hal memprediksi perilaku manusia melalui tujuan semu atau akhir dari perilaku yang
diperbuatnya, sebagai tujuan akhir yang merupakan gambaran dari diri manusia tersebut. Hal ini
sangat menarik karena merupakan pandangan yang kami kira sangat positif dan futureristik, dan
hal ini tentunya dapat membangkitkan semangat dan gaya hidup manusia dalam melakukan
aktivitas.

3.2 Saran

Kami menyarankan agar pembaca dapat lebih memahami dan mengerti mengenai materi
in yakni tentang teori behavioristic dengan baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Supratiknya.1993.Teori dan Sifat Behavioristik.Yogyakarta:Penerbit Kanisius

James F. Brennan.2003.Sejarah dan sistem Psikologi.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

17

Anda mungkin juga menyukai