Anda di halaman 1dari 14

Makalah Teori Kepribadian Alfred Adler

Dosen pembimbing : Aden Muhammad Luthfy,M.M

Disusun oleh :
1. Aprilia Tri Lestari
2. Resti Anggraeni
3. Ai Masturoh
4. Ferawati
5. Westi Fitri Yani
6. Arta Meifia
7. Siti Nurhasanah
8. Ratna Ardiyanti Dwi Saputri
9. Siti Nurhalizah
10. Tiris Dara Ika
11. Hamdani
Jl. Raya Cikarang-Cibarusah No.78, Desa Suka Resmi, Kec.Cikarang Selatan Kab.Bekasi, Jawa
barat 17530
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. makalah ini membahas tentang ”
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Bekasi,02 Novembe 2019


Penulis

BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Akhir abad ke-19 terdapat arah pikiran yang dipengaruhi oleh sosiologi
dan antropologi yang sedang berkembang pesat pada saat itu. Menurut
ilmu-ilmu social ini manusia adalah terlebih-lebih hasil masyarakat di
mana dia hidup, manusia adalah terutama makhluk social daripada
makhluk biologis. Sedikit demi sedikit pandangan ini makin meresap ke
dalam psikologi dan mendewasakan psikologi, dan hal ini akhirnya
mempengaruhi pula teiri kepribadian. Salah satu teori kepribadian yang
memakai cara pendekatan psikologi social adalah Individual Psychologie
yang didirikan oleh Adler. Adler yang mula-mula berpandangan
psikoanalitis akhirnya meninggalkan cara pendekatan biologis itu dan
memakai cara pendekatan psikologi social. Dalam makalah ini kami
akan menerangkan tentang pokok-pokok teori kepribadian Alfred Adler
dan aplikasinya.
B. Tujuan Permasalahan
1. Untuk
Teori Kepribadian Alfred Adler

Riwayat Hidup Alfred Adler

Alfred Adler lahir di Wina pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak ketiga dari dari
seorang pengusaha Yahudi. Sewaktu kecil, Adler sering sakit-sakitan sehingga ia baru bisa berjalan pada
usia empat tahun. Ketika berusia lima tahun, dia nyaris tewas akibat pneumonia. Pada usia inilah, dia
memutuskan untuk menjadi seorang fisikawan.

Ketika sekolah, Adler adalah seorang anak dengan kemampuan rata-rata dan menyenangi permainan di
luar ruangan ketimbang berkurung di ruang kelas. Dia sering keluar rumah, dikenal luas oleh teman-
temannya dan aktif. Salah satu penyebab dia terkenal diantara teman-temannya adalah karena dia ingin
menyaingi kakaknya, Sigmund.

Dia menerima gelar doktor dari Universitas of Wina pada tahun 1895. selama kuliah, dia bergabung
dengan mahasiswa-mahasiswa sosialis dan disinilah dia berkenalan dengan gadis yang kelak jadi istrinya,
Raissa Timofeyewna Epstein. Mereka menikah pada tahun 1897 dan dikaruniai empat orang anak, dua
diantaranya menjadi psikiatris.
Dia memulai kariernya sebagai seorang optamologis, tapi kemudian beralih pada praktek umum biasa dan
membuka praktek di daerah kelas bawah di Wina. Klien-kliennya termasuk anggota kelompok sirkus.
Kekuatan dan kelemahan para pemain sirkus inilah yang membuatnya bisa mencetuskan konsepnya
tentang inferioritas organ dan kompensasi.

Dia kemudian beralih pada psikiatri, dan pada tahun 1907 dia bergabung dengan kelompok diskusi Freud.
Walaupun Freud mengangkat Adler sebagai presiden Vienese Analytic Society dan ko-editor dari terbitan
berkala organisasi ini, Adler tetap mengkritik pandangan Freud. Perdebatan antara pendukung Adler dan
pendukung Freud pun diadakan tapi acara ini berakhir dengan keluarnya Adler dan sembilan anggota lain
dari organisasi ini dan mendirikan The Society for Individual Psychology.

Ketika PD I berkecamuk, Adler bertugas sebagai fisikawan dalam Angkatan Bersenjata Austria, yang tugas
awalnya berada di garis depan yang berbatasan dengan Rusia dan kemudian di rumah sakit anak-anak.
Dia telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri seperti apa akibat buruk peperangan, dan inilah yang
membawa pemikirannya ke arah konsep kepentingan sosial. Dia berpendapat bahwa kalau kemanusiaan
masih ingin dipertahankan, manusia harus mengubah cara hidupnya.

Setelah perang usai, dia terlibat dalam berbagai proyek, termasuk klinik-klinik yang didirikan di sekolah-
sekolah negeri dan melatih para guru. Tahun 1926, dia pergi ke AS untuk mengajar dan menerima jabatan
sebagai profesor tamu di Long Island College of Medicine. Tahun 1934, dia dan kelurganya meninggalkan
Wina untuk selamanya. Pada tanggal 28 Mei 1937 sewaktu menyampaikan beberapa kuliah di Abeerden
University, dia meninggal akibat serangan jantung.

Pendekatan teori kepribadian Adler disebut Individual Psychology. Teori ini lebih menekankan pada
keunikan pribadi atau sifat khas, yaitu individualitas dan sifat-sifat pribadi manusia. Menurut Adler,
kepribadian dibentuk oleh keunikan sosial dan interaksi yang khas bukan oleh usaha seseorang dalam
memenuhi kebutuhan biologisnya. Sex, yang merupakan faktor utama dalam teori keribadian Freud,
diminimalisir oleh Adler. Dalam teorinya, Adler memandang bahwa kesadaran merupakan pusat
kepribadian. Berbeda dengan pandangan Freud yang mengutamakan ketidaksadaran.

A. Pokok-Pokok Teori Adler:


1. Inferiority Feelings

Inferiority feelings merupakan kondisi normal yang dialami oleh semua orang dan merupakan sumber
usaha semua orang. Adler meyakini bahwa perasaan rendah diri selalu hadir dalam diri tiap orang dan
merupakan dorongan untuk memotivasi tingkah laku seseorang karena setiap orang mengalami situasi
ini. Maka inferiority feelings bukanlah tanda-tanda kelemahan atau abnormalitas.

a) Kompensasi

Kompensasi merupakan motivasi untuk mengatasi rendah diri untuk mencapai level perkembangan yang
lebih tinggi. Kompensasi terhadap inferiority feelings menghasilkan kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan individu. Sepanjang hidup kita didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi rendah diri dan
untuk berjuang meningkatkan perkembangan ke tingkat yang lebih tinggi. Proses kompensasi dimulai dari
masa infancy. Adler meyakini bahwa bayi menyadari ada kekuatan dan kekuasaan orang tuanya dan
menyadari akan ketidakberdayaannya untuk menentang kekuatan orang tuanya itu. Walaupun
pengalaman ini berawal dari masa infancy dan dialami setiap orang tapi ini bukan ditentukan oleh faktor
genetik. Rasa rendah diri tidak dapat dielakkan karena merupakan hal yang penting bagi kita.

b) Inferiority Complex

Inferiority complex merupakan sebuah kondisi yang berkembang ketika seseorang tidak dapat
mengimbangi rasa rendah diri yang normal. Orang yang mengalami inferiority complex menganggap
rendah diri mereka sendiri dan mereka merasa tidak berdaya serta tidak mampu untuk mengatasi
tuntutan kehidupannya. Tiga hal penting yang menyebabkan inferiority complex pada masa kanak-kanak:

¨ Organic Inferiority, yaitu cacat tubuh/kelemahan pada salah satu organ tubuh

¨ Through Spoiling (Memanjakan), yaitu memberikan apa saja yang diminta oleh anak sehingga ia
tidak pernah belajar akan arti menunggu. Ketika anak itu berhadapan dengan masalah maka ia akan
mengalami inferiority complex

¨ Through Neglect (Pengabaian), yaitu apabila anak diabaikan oleh orang tua/tidak diberikan kasih
sayang yang penuh maka anak itu akan mengembangkan ketidakberdayaan mereka bahkan ketakutan
dan ketidakberdayaan terhadap orang lain

c) Superiority Complex

Superiority Complex merupakan suatu kondisi yang berkembang ketika seseorang terlalu berlebihan
dalam mengimbangi rasa rendah dirinya. Hal ini meliputi pandangan yang berlebihan terhadap suatu
kemampuan yang menuntut kesempurnaan, contoh: seseorang ingin suatu kesuksesan yang sangat luar
biasa. Orang yang mengalami superiority complex cenderung suka membual, sombong, egois, dan
cenderung menjelek-jelekkan orang lain.

Adler juga meyakini bahwa adanya istilah “protes maskulin”. Dia mencatat ada beberapa hal yang
mempengaruhi “protes maskulin” dalam kebudayaannya dan mungkin ada dalam kebudayaan kita juga,
misal: anak laki-laki jauh lebih diharapkan dibanding anak perempuan. Anak laki-laki sering dianggap kuat,
perkasa, agresif, atau ingin dianggap maskulin sedangkan perempuan dianggap lemah, pasif, dan
bergantung pada orang lain. Protes maskulin terjadi ketika seorang anak laki-laki berontak untuk
melakukan keinginannya dan ini dianggap sebagai hal yang wajar. Sementara ketika anak perempuan
membangkang dan selalu menuruti keinginnya sendiri akan disebut tomboi dan diperintahkan untuk
mengubah sikapnya. Istilah “protes maskulin” tidak hanya dilakukan pada perempuan, laki-laki juga bisa
melakukan “protes maskulin”, misal: anak perempuan yang pemalu dan pendiam akan dipuji karena
memang sudah memiliki sikap feminim. Tapi kalau ada anak laki-laki yang pemalu dan pendiam akan
disebut banci.

2. Striving for Superiority and Perfection

Adler mendeskripsikan dugaannya mengenai striving for superiority sebagai fakta kehidupan yang
fundamental. Superiority adalah tujuan pokok dari perjuangan kita. Perjuangan
untuk superiority bukanlah sebuah usaha untuk menjadi lebih baik dari orang lain dan juga bukan sifat
arogan atau perilaku yang menguasai atau sebuah opini yang berlebihan terhadap kemampuan dan
prestasi kita. Apa yang dimaksudkan oleh Adler adalah jalan menuju kesempurnaan.
Istilah perfection berasal dari bahasa Latin yang artinya untuk menyempurnakan atau untuk
menyelesaikan. Dengan demikian Adler menegaskan bahwa kita berjuang untuk superiority dengan usaha
untuk menyempurnakan diri kita sendiri; untuk membuat diri kita sempurna.

Tujuan pokok Adler ini diorientasikan untuk masa depan sedangkan Freud mengusulkan bahwa sikap
manusia ditentukan oleh masa lalu (dalam hal ini melalui insting dan pengalaman masa kecil kita). Adler
melihat dorongan manusia dalam hal meraih masa depan. Dia menyatakan bahwa kita tidak dapat
memohon pada naluri atau dorongan hati sebagai prinsip-prinsip penjelasan tersebut. Hanya tujuan
pokok dan superiority atau perfection yang dapat menjelaskan kepribadian dan tingkah laku.

Adler menerapkan istilah finalism yang berarti bahwa kita mempunyai sebuah tujuan pokok, tujuan akhir,
dan sebuah kebutuhan untuk bergerak maju. Tujuan yang kita perjuangkan bagaimanapun adalah
merupakan potensial dan bukan aktualitas. Dengan kata lain, kita berjuang untuk tujuan yang ada dalam
diri kita secara subjektif. Adler percaya bahwa tujuan kita bersifat fiksi atau tidak nyata yang tidak dapat
dikaitkan dengan realita. Kita menjalankan kehidupan ini dengan kepercayaan yang sama seperti orang
lain yang berdasarkan kebaikan. Kepercayaan ini mempengaruhi cara kita merasa dan berinteraksi dengan
orang lain. Contohnya, jika kita percaya bahwa kebiasaan kita sebuah cara tertentu akan diberikan di
surga, kita akan mencoba untuk berperilaku sesuai dengan kepercayaan tersebut. Kepercayaan diri dalam
eksistensi surga tidak didasarkan pada kenyataan akan tetapi hal itu dihubungkan pada orang yang
memegang pandangan tersebut.

Adler merumuskan konsep ini sebagai fictional finalism, gagasan/ide fiksional tersebut menuntun tingkah
laku kita seperti halnya kita berjuang meraih sebuah kesempurnaan. Kita menunjukkan jalan hidup kita
melalui banyak fiksi tetapi pemikiran yang paling imajinatif adalah tujuan dari perfection. Dia menegaskan
bahwa formulasi yang baik dan tujuan ini dikembangkan oleh manusia yang didapatkan dari Tuhan.

Ada dua poin tambahan untuk mencatat striving for superiority. Yang pertama, lebih meningkatkan
daripada mengurangi tensi. Tidak sama dengan Freud, Adler tidak mempercayai bahwa motivasi kita satu-
satunya adalah untuk mengurangi tensi. Striving for perfection membutuhkan pengeluaran energi dan
usaha yang besar, sebuah kondisi yang cukup berbeda dari keseimbangan. Yang kedua, the striving for
superiority atau perfection tidak hanya sebagai individu tetapi juga sebagai anggota grup. Kita mencoba
meraih kesempurnaan kebudayaan kita.

Pada pandangan Adler, individu dan masyarakat saling berkaitan dan saling ketergantungan. Manusia
harus membangun hubungan dengan yang lain untik kebaikan semua. Dengan demikian, bagi Adler,
manusia terus berjuang untuk hal-hal yang tidak nyata., tujuan utama dari perfection.

3. Style of Life

Tujuan utama bagi kita semua mungkin superiority atau perfection tapi kita mencoba untuk mencapai
tujuan tersebut melalui tingkah laku yang khusus. Masing-masing kita mengekspresikan perjuangan
tersebut dengan cara yang berbeda-beda. Kita mengembangkan pola tingkah laku, karakter dan kebiasaan
yang unik dimana Adler menyebutnya sebagai sebuah karakter khusus atau gaya hidup.

Untuk memahami bagaimana gaya hidup itu berkembang, kita kembali kepada konsep inferiority
feelings dan compensation. Bayi mengalami inferiority feelings yang mendorong mereka untuk
mengimbangi ketidakberdayaan dan ketergantungan. Dalam usaha untuk mengimbangi hal tersebut,
anak-anak memperoleh seperangkat tingkah laku atau kebiasaan. Sebagai contoh, anak yang sedang sakit
dapat berjuang untuk meningkatkan kekuatan fisik dengan cara berlari atau angkat beban. Kebiasaan ini
menjadi bagian dari gaya hidup yang dibentuk untuk mengimbangi inferiority.

Apa yang kita lakukan dibentuk dan ditetapkan oleh gaya hidup kita yang unik. Hal ini menentukan aspek
mana dari lingkungan yang kita pedomani atau kita abaikan dan kebiasaan apa yang kita laksanakan. Gaya
hidup ini dipelajari dari interaksi sosial yang terjadi sebelumnya. Menurut Adler, gaya hidup ini benar-
benar direalisasikan pada usia empat atau lima tahun sehingga sulit untuk diubah.

Gaya hidup menunjukkan kerangka untuk tingkah laku yang selanjutnya. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, hal itu tergantung pada interaksi sosial khususnya keteraturan kelahiran manusia dalam
keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak. Sebagai contoh, sebuah kondisi yang dapat mengarah
pada inferiority complex itu diabaikan. Anak-anak yang diabaikan dapat merasa rendah diri dalam
mengatasi permintaan dalam hidup dan oleh karena itu dapat menjadikannya tidak percaya dan
bermusuhan dengan yang lain. Akibat dari gaya hidup mereka tersebut dapat melibatkan pencarian balas
dendam, membenci keberhasilan orang lain, dan merebut apa yang mereka anggap sebagai hak mereka.

Kita telah melihat dengan jelas ketidakkonsistenan antara pemikiran gaya hidup Adler dan komentar kita
sebelumnya bahwa teorinya lebih bersifat optimis dan kurang bersifat menentukan daripada teori Freud.
Adler mengatakan bahwa kita berada dalam kontrol nasib kita, bukan korban. Tapi sekarang kita
mengetahui bahwa gaya hidup itu ditentukan oleh hubungan sosial yang terjadi sebelumnya dan
subjeknya mengalami sakit perubahan sesudahnya.

Diri yang kreatif merupakan kemampuan individu untuk menciptakan gaya hidup yang sesuai untuk bisa
mencapai keberhasilan. Adler berpendapat bahwa manusia mempunyai kekuatan kreatif untuk
mengontrol kehidupan dirinya, bertanggung jawab mengenai tujuan finalnya, menentukan cara
memperjuangkan tujuan itu dan menyumbang pengembangan minat sosial. Kekuatan diri kreatif itu
membuat setiap manusia menjadi manusia bebas, bergerak menuju tujuan yang terarah.

Adler menguraiakan beberapa masalah yang sering kita hadapi, dan dia mengelompokkan dalam 3
katagori, yaitu : masalah yang meliputi tingkah laku kita terhadap orang lain, masalah pekerjaan, dan
masalah cinta.

Adler juga mengusulkan 4 dasar gaya hidup yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, yaitu:

1. Dominant Type, dalam tipe ini seseorang tidak membutuhkan pertimbangan orang lain
dalam bertindak. Dampak yang berlebihan dari tipe ini adalah : membuat seseorang menjadi sadis, jahat,
atau menjadi sociopaths. Dampak lain yang kurang mengarah pada tindak kejahatan adalah : seseorang
menjadi pemabuk, ketergantungan pada obat-obat terlarang, atau nekat bunuh diri, mereka percaya
bahwa mereka menyakiti orang lain dengan cara menyerang.

2. Getting Type, dalam tipe ini seseorang cenderung mengharapkan kepuasan dari orang lain
sehingga akan tergantung pada orang lain

3. Avoiding Type, dalam tipe ini seseorang tidak mau berusaha menyelesaikan masalah dalam
hidup nya, atau lari dari masalah.

4. Socially Usefull Type, dalam tipe ini seseorang cenderung bekerja sama dengan orang lain
dan bertindak sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya, seseorang mengatasi masalah nya dengan
membuat kerangka penyelesaian yang tersusun baik bersama dengan orang lain.
4. Social Interest

Adler meyakini bahwa bergaul dengan sesama adalah tugas pertama kita menghadapi kehidupan. Level
penyesuaian sosial kita selanjutnya yang merupakan gaya hidup kita berpengaruh terhadap pendekatan
kita ke seluruh masalah hidup. Dia mengusulkan konsep social interest, dimana dia mendefinisikannya
sebagai potensi individu sejak lahir untuk bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan pribadi
dan sosial.

Meskipun kita lebih kuat dipengaruhi oleh dorongan sosial daripada biologis, dalam keseluruhan potensi
untuk social interest ialah bawaan lahir. Pendekatan Adler mempunyai elemen biologis. Potensi kita sejak
lahir untuk social interest dipercaya bergantung pada pengalaman awal sosial kita.

Tidak seorang pun terpisah dari orang lain atau dari kewajiban. Dari waktu paling awal, orang berkumpul
dalam keluarga, suku, dan bangsa. Komunitas sangat diperlukan sebagai tempat manusia untuk
berlindung dan melangsungkan hidupnya. Komunitas selalu menjadi hal penting untuk manusia dalam
bekerja sama dan memperjelas social interest. Individu harus bekerja sama dan berinteraksi sosial untuk
menyadari tujuan individu dan umum.

Kelahiran adalah situasi yang memerlukan kerja sama. Awalnya dari ibu kemudian anggota keluarga
lainnya dan orang yang setiap hari peduli atau sekolah. Adler mencatat pentingnya ibu sebagai orang
pertama yang berinteraksi terhadap bayi yang baru lahir. Melalui perilakunya kepada anak, ibu bisa
membantu perkembangan social interest atau menghalangi perkembangan social interestnya. Pengaruh
ibu juga tergantung bagaimana anak menafsirkan perilaku ibu (ini berhubungan dengan ide Adler tentang
kekuatan kreatif dalam diri).

Ibu juga harus mengajari anak bekerja sama, bersababat, dan keberanian. Hanya jika anak-anak merasa
bersahabat dengan yang lainnya mereka dapat bertindak dengan berani dalam usaha untuk
menanggulangi ketergantungan. Orang yang tidak punya perasaan tentang social interest mungkin
menjadi neurotics atau bahkan kriminal.

Dia menyatakan bahwa perasaan sosial mempunyai ruang gerak eksis yang luas. Beberapa orang, seperti
Mother Teresa, mencurahkan seluruh waktu dan energinya untuk menolong sesama, orang yang lain
memilih kehidupan egois dan tidak membuat sumbangsih kepada komunitas.

Di awal karir, Adler mengusulkan bahwa manusia digerakkan oleh nafsu untuk kekuatan dan kebutuhan
untuk mendominasi. Setelah ia pisah dari Freud dan mencapai pemikiran ulang dari kerjanya, dia
mengusulkan bahwa orang dimotivasi lebih kepada social interest daripada kebutuhan untuk kekuatan
dan mendominasi.

5. Birth Order (Urutan Kelahiran)


Urutan kelahiran merupakan suatu pengaruh sosial yang dominan pada masa kanak-kanak, salah satunya
mempengaruhi kita dalam menciptakan gaya hidup. Meskipun saudara kandung memiliki orang tua yang
sama dan tinggal dalam rumah yang sama, tetapi mereka tidak mempunyai lingkungan sosial yang identik.
Perlakuan orangtua terhadap anak tertua, anak kedua, anak termuda, dan anak tunggal akan
mempengaruhi pembentukan kepribadian anak tersebut. Adler menyatakan bahwa ada 4 situasi dalam
urutan kelahiran : anak pertama, anak kedua, anak termuda, anak tunggal.

Anak pertama

Biasanya orang tua merasa senang saat kelahiran anak pertamanya dan mereka cenderung memberikan
waktu dan perhatiaan yang besar kepada anak tersebut. Anak pertama biasanya mendapat perhatian yan
instan dan tidak terbagi dari orangtuanya. Akibatnya anak pertama merasa senang dan aman sampai
kelahiran anak kedua. Kemudian, setelah anak kedua lahir, anak pertama biasanya merasa terbuang
karena perhatian dan kasih sayang orangtua tidak lagi fokus padanya

Tidak seseorang pun anak pertama mengharapkan pergantian tempat yang drastis tanpa adanya suatu
perlawanan. Mereka berusaha untuk merebut kembali posisi mereka semula dengan mengandalkan
kekuatan dan kewibawaan mereka. Adler meyakini bahwa semua anak pertama pasti merasa shock
dengan perubahan status mereka dalam keluarga.

Anak pertama tidak akan bisa merebut kembali posisinya dalam urutan keluarga setelah anak berikutnya
lahir, tidak peduli bagaiman cara mereka berusaha. Hal ini mengakibatkan anak pertama
merasa stubbrorn, sakit hati, dan melawan serta menolak untuk makan dan tidur. Mereka menunjukan
amarahnya tetapi orangtua justru memarahi mereka kembali. Ketika anak pertama dihukum akibat
kesalahan mereka, mereka menginterpretasikan hukuman itu sebagai bukti tambahan atas keterbuangan
mereka dalam keluarga sehingga mereka mulai membenci anak kedua.

Adler menemukan bahwa anak pertama cenderung berorientasi pada masa lalu, dan pesimis terhadap
masa depan. Anak pertama akan berkembang menjadi seorang yang baik dalam mengorganisir, teliti dan
seksama, berkuasa dan berprilaku konservatif.

Anak kedua

Anak kedua adalah seseorang yang menyebabkan pergolakan dalam kehidupan anak pertama. Mereka
tidak pernah mendapatkan posisi yang kuat karena keberadaan anak pertama. Namun, anak kedua juga
tidak pernah merasa terbuang seperti yang dirasakan anak pertama. Anak kedua tidak pernah merasa
sendiri, tapi selalu meniru tingkah laku saudaranya yang lebih tua sebagai trik dan sumber untuk bersaing
dengan saudaranya itu. Anak kedua cenderung juga ingin bersaing dengan saudaranya yang lebih tua,
contohnya Adler yang merupakan anak kedua melakukan persaingan dengan kakaknya, Sigmund. Ketika
ia menjadi seorang analis yang terkenal, dia merasa sudah mengalahkan kakaknya yang
merupakan businessman kaya. Anak kedua biasanya lebih cepat berbicara daripada anak pertama.
Mereka cenderung optimis akan masa depan dan bersifat kompetitif dan ambisius.

Anak termuda

Anak termuda tidak pernah menghadapi perasaan terbuang oleh saudara yang lain, dan sering menjadi
anak kesayangan dalam keluarga, sehingga mereka akan kesulitan untuk menjadi dewasa. Anak termuda
yang dimanjakan secara berlebihan dianggap tidak membutuhkan pelajaran untuk melakukan sesuatu
dengan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, anak-anak tersebut menjadi tidak berdaya dan sangat bergantung
pada orang tua

Anak Tunggal

Anak tunggal tidak pernah kehilangan posisi dan haknya dalam keluarga. Seluruh perhatian dari orang tua
hanya dipusatkan pada mereka. Dibandingkan dengan anak-anak yang lain, anak tunggal cenderung lebih
cepat matang dalam arti lebih cepat berperilaku dewasa. Anak tunggal cenderung mengalami kesulitan
ketika mereka berada diluar rumah, misalnya disekolah, karena mereka bukanlah menjadi pusat perhatian
lagi pada tempat itu. Anak tunggal biasanya sulit berbagi dan berkompetisi, dan jika kemampuan mereka
tidak diberi perhatian yang cukup maka mereka akan sangat kecewa.

Melalui pandangannya terhadap urutan kelahiran, Adler tidak mengusulkan bahwa urutan kelahiran
mutlak mempengaruhi perkembangan masa kanak-kanak. Anak-anak tidak akan secara otomatis
memperoleh karakter yang khusus semata-mata didasarkan pada urutan dalam keluarga. Apa yang
dikemukakan Adler sebelumnya merupakan suatu kemungkinan tertentu yang dianggapnya mampu
mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. Namun Adler juga mengaitkannya
dengan interaksi social. Keduanya digunakan oleh diri kreatif dalam membentuk gaya hidup.

B. ASSESMENT IN ADLER’S THEORY (PENILAIAN DALAM TEORI ADLER)

Sama halnya seperti Freud, Adler mengemukakan teorinya melalui analisis pasiennya, melalui evaluasi
verbal dan prilaku mereka selama sesi terapi. Pendekatan Adler lebih santai dan informal dibandingkan
dengan teori Freud. Dimana pasien Freud duduk disampingnya, sedangkan Adler duduk berhadapan
dengan pasiennya, serta duduk di kursi yang nyaman dan santai. Sesi ini lebih kelihatan seperti percakapan
antara teman dengan teman dibanding dengan hubungan yang formal seperti yang diterapkan oleh Freud.

Adler menilai kepribadian pasiennya melalui observasi segala sesuatunya tentang mereka seperti, cara
mereka berjalan dan duduk, cara mereka bersalaman dan sebagainya. Mengantisipasi tanda-tanda
modern dari bahasa tubuh, Adler menyarankan bahwa cara kita menggunakan tubuh kita
menggambarkan gaya hidup kita.

Metode utama dari penilaian Adler disebut “entrance gates to mental life”, adalah urutan kelahiran, early
recollection, dream analysis. Sebagai tambahan, Psikologi Kontemporer telah dikembangkan dalam test
penilaian Psikologis yang didasarkan pada konsep Adler yaitu social interest. Tujuan Adler dalam penilaian
kepribadian ini adalah untuk menemukan gaya hidup dari pasien dan menentukan apakah hal tersebut
dalam menggambarkan kepribadian seseorang.

· EARLY RECOLLECTIONS
Early recollections adalah suatu teknik penilaian kepribadian dimana memori awal kita baik nyata atau
khayalan mengasumsikan keinginan yang paling utama dalam hidupnya.

Orang dengan early recollections memiliki sebuah petunjuk yang hebat untuk tidak menemukan gaya
hidup. Menurut Adler, kepribadian kita tercipta selama 4 atau 5 tahun pertama. Memori yang paling
pertama dari periode ini mengindikasikan gaya hidup yang berlanjut pada karekter kita sampai dewasa.
Adler menemukan bahwa hal ini memiliki sedikit perbedaan apakah early recollection dari pasiennya itu
merupakan suatu yang nyata atau khayalan.

Adler meminta lebih dari 100 kolega, semua ahli jiwa, untuk menggambarkan memori awal
meraka. Recollection yang paling banyak, diberi perhatian kepada penyakit dan kematian dalam keluarga,
yang secara jelas menuntun mereka dalam memilih karir dalam bidang kesehatan seperti yang dialami
oleh Adler sendiri.

· DREAM ANALYSIS (ANALISIS MIMPI)

Adler setuju dengan Freud mengenai nilai-nilai mimpi dalam pengertian kepribadian tetapi ia tidak setuju
ketika mimpi itu diinterpretasikan. Adler tidak percaya bahwa mimpi itu berisi harapan atau konflik yang
tersembunyi dalam diri kita. Agaknya mimpi meliputi perasaan kita tentang current problem.

Adler menyatakan bahwa mimpi itu ditimbulkan oleh perasaan dan emosi. Sebagai buktinya dia menunjuk
kepada fakta yang sering kali tidak dapat kita recall seperti kejadian-kejadian tertentu dalam mimpi, tetapi
kita masih bisa merasakan suasana mimipi itu. Sebagai contoh, kita mengingat mimpi yang menyenangkan
maupun menakutkan walaupun kita tidak dapat me- recall ceritanya secara detail. Menurut Adler mimpi
diorientasikan terhadap masa kini dan masa depan, tidak kepada konfli dimasa lalu. Mimpi tidak dapat
diinterpretasikan tanpa pengetahuan tentang orang tersebut dan situasinya. Mimpi adalah manifestasi
dari gaya hidup seseorang dan keunikannya. Dari kerjanya dengan pasiennya, Adler menemukan
beberapa interpretasi yang umum dari mimpi. Sebagai contoh, banyak orang mimpi jatuh atau terbang.
Freud menginterpretasikan mimpi ini kedalam hal seksual. Sedangkan menurut Adler, mimpi jatuh
mengindikasikan perasaan emosional seseorang meliputi demosi, seperti ketakutan atau kehilangan
harga diri, dan prestise. Dan ketika dia mimpi terbang diindikasikan sebagai suatu perasaan yang memiliki
daya juang seperti sebuah gaya hidup yang ambisius dimana seseorang memiliki hasrat untuk selalu lebih
baik dari orang lain. Mimpi yang dikombinasikan antara terbang dan jatuh meliputi sebuah ketakutan yang
terlalu ambisius.

C. MENGUKUR MINAT SOSIAL

Adler tidak begitu antusias dengan penggunaan test psikologi untuk menilai kepribadian seseorang. Dia
berpendapat bahwa test itu justru membuat hasil yang ambigu atau ditafsirkan ganda karena test itu bisa
menunjukan situasi yang tidak sesuai dengan keadaan aslinya. Menurut Adler, terapis-terapis seharusnya
mengembangkan intuisi mereka. Tapi, walaupun begitu Adler tetap mendukung test memori dan
intelegensi.
Ahli psikologi mengembangkan test untuk mengukur konsep minat sosial Adler, dengan the social interest
scale (SIS) ynag terdiri dari kata-kata sifat, misalnya sifat suka menolong, simpatik, emosional dan lain-lain
yang dapat menggambarkan individu tersebut. Alat yang lain yaitu the social interest index (SII),
merupakan laporan pribadi dimana si subjek menyatakan pernyataan yang dapat mewakili sifat-sifat yang
dimilikinya atau yang dapat menggambarkan karakternya. The Sulliman Scale of Social Interest juga dapat
digunakan untuk mengukur minat sosial.

Anda mungkin juga menyukai