Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN EPIDEMIOLOGI KERACUNAN MAKANAN DI AMURANG

KAB. MINAHASA SELATAN 17 AGUSTUS 2012

MATA KULIAH

PENYELIDIKAN EPIDIMIOLOGI

Disusun oleh Kelompok 4:

1. Bias Pijar Islami (P21345118014)

2. Carissa Gianika (P21345118015)

3. Eva Pratiwi (P21345118020)

4. Febrian Aditya (P21345118026)

Tingkat 2 D-III A Kesehatan Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Jalan Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120

Tlp.021-7397641, 7397643 Fax. 62 (021)7397769


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya sehingga


penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas Pendekatan Epidemiologi. Penyusun menyadari, makalah ini dapat
terselesaikan bukan hanya karena kemampuan danusaha penyusun sendiri tetapi
juga bantuan dan bimbingan berbagai pihak.Penyusun jugamenyadari dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasanpengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu, saran dan masukan
dari berbagai pihak sangatpenulis harapkan. Akhirnya, harapan penyusun semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Kelompok 4,

Jakarta

2
PENDAHULUAN

Keracunan makanan adalah kondisi yang ditandai dengan munculnya


mual, muntah, atau diare setelah mengonsumsi makanan yang telah
terkontaminasi. Kontaminasi tersebut dapat disebabkan oleh kuman atau racun
yang masuk ke dalam makanan.

Gejala keracunan makanan dapat terlihat setelah beberapa menit, jam, atau
hari setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Kecepatannya
tergantung dari jenis makanan dan penyebabnya. Umumnya, keracunan makanan
bukanlah kondisi yang serius dan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun,
kondisi ini terkadang juga dapat membahayakan dan membutuhkan penanganan
khusus oleh dokter.

1.1 KRONOLOGIS KEJADIAN

Pada hari Jumat pukul 22.00 Wita tanggal 17 Agustus 2012 Tim surveilans
(TGC) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara menerima informasi melalui
telpon genggam dari tim surveilans (TGC) Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
Selatan tentang adanya kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan pada
peserta paskibraka yang dilatih di Kabupaten tersebut. Menindaklanjuti informasi
tersebut, maka pada pukul 22.00 Tim Surveilans Provinsi, menyampaikan
informasi ini kepada lintas program terkait dengan KLB tersebut melalui sms.
Kemudian hari Sabtu tanggal 18 Agustus 2012 pukul 06.30 Wita Tim Surveilans
Provinsi melanjutkan koordinasi dengan tim lintas program melalui telpon
genggam untuk turun melakukan PE termasuk mempersiapkan logistik yang
diperlukan untuk dibawa ke lapanagan. Pukul 08.30 Wita tanggal 18 Agustus
2012 Anggota Tim Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK), anggota
TimSurveilans UPTD Balai Data Surveilens dan SIK, Tim UPTD Balai
Penunjang Pelayanan Kesehatan (BPPK) Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
Utara dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTK-
PP) Kelas I Manado menuju ke Kab.Minahasa Selatan. Setibanya di Dinas
Kesehatan langsung ke Rumah Sakit GMIM Kalooran untuk melakukan

3
investigasi bagi para penderita yang dirawat maupun yang tidak dirawat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para penderita kejadian tersebut terjadi pada
hari Jumat tanggal 17 Agustus 2012 setelah selesai upacara peringatan hari
kemerdekaan RI ke 67 yang dilaksanakan di halaman Kantor Bupati Minahasa
Selatan. Pada pukul 11.00 Wita peserta paskibraka laki – laki menuju ke kompi
712, sedangkan peserta paskibraka perempuan menunggu di Aula Waleta sambil
makan kue yang disuguhkan panitia yaitu roti dan panekuk sekitar pukul 12.30
Wita. Kemudian pada pukul 14.00 Wita peserta pasibraka wanita dan laki – laki
makan siang bersama yaitu makanan kotak yang terdiri dari nasi dan lauk pauk.
Sekitar pukul 15.30 Wita terjadi keluhan awal sakit dari beberapa peserta, panitia
dan undangan yang mengalami gejala-gejala. Jumlah kotak kue yang dibagikan
sebanyak 250 dos untuk peserta paskibraka, pelatih paskibraka, panitia dan
undangan. Penderita yang mengalami sakit langsung dibawa ke RSU GMIM
Kalooran Amurang oleh Tim Medis Dinas Kesehatan setempat dengan total
penderita 26 orang, dengan rincian sebagai berikut : rawat inap berjumlah 13
orang (10 orang paskibraka, 1 orang panitia, 1 orang anak panitia, dan 1
purna/senior paskibraka).

1.2 DISTRIBUSI PENDERITA MENURUT GEJALA KLINIS

Definisi kasus keracunan makanan adalah semua penderita yang


mengalami mual, muntah, diare, sakit perut, pusing dan sakit kepala setelah
makan kue dan nasi kotak yang diperoleh setelah mengikuti upacara peringatan
hari kemerdekaan RI yang ke 67.

Tabel 1. Jenis kue dan nasi kotak yang dikonsumsi

No Jenis Kue Jumlah Kasus %


1 Panekuk 26 100
2 Roti 22 84.6
3 Nasi 20 76.9
4 Ikan Sous 16 61.5
5 Ikan Woku 11 42.3

4
6 Sayur Campur 19 73.1

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa seluruh jenis makanan yang


dikonsumsi tertinggi adalah panekuk dengan jumlah kasus 26 orang (100%) dan
terendah adalah yang mengkonsumsi ikan woku sebanyak 11 kasus (42,3%).
Berdasarkan informasi yang diperoleh pada saat wawancara kue panekuk yang
dikonsumsi sudah mulai berlendir dan berbau amis, dan ada penderita yang
dirawat hanya makan kue panekuk dan tidak mengkonsumsi makanan lainnya,
sehingga wawancara kami lebih mengarah pada penderita yang mengkonsumsi
panekuk.

Tabel 2. Distribusi Gejala dari kasus-kasus Keracunan Makanan

No Gejala dan Tanda Jumlah Kasus %


1 Mual 17 65.4
2 Muntah 13 50
3 Sakit Perut 20 76.9
4 Sakit Kepala 12 46.2
5 Pusing 21 80.8
6 Diare 12 46.2
7 Sesak Nafas 0 0

Berdasarkan data diatas, gejala yang paling banyak dialami oleh penderita
adalah pusing sebanyak 21 kasus (80,8%), diikuti gejala sakit perut sebanyak 20
kasus (76,9%) dan terendah gejala diare sebanyak 12 kasus (46,2%).

1.3 ANALISA BERDASARKAN KEJADIAN KRONOLOGI

Hasil analisa berdasarkan kejadian kronologi kasus tersebut


bahwa KLB keracunan makanan telah terjadi pada hari Jumat tanggal 17
Agustus 2012. Kejadian tersebut bermula saat para peserta paskibra telah
selesai melakukan upacara kemerdekaan, mereka langsung menuju aula

5
untuk memakan kue yang telah disediakan oleh panitia. Adapun kue
tersebut adalah roti dan kue panekuk. Lalu setelah itu dilanjutkan untuk
makan siang dengan menu yang disediakan berupa nasi, ikan, dan sayur.
Sekitar pukul 15.30 Wita terjadi keluhan awal sakit dari beberapa peserta,
panitia dan undangan yang mengalami gejala seperti pusing, mual, sakit
perut, dll. Penderita yang mengalami sakit langsung dibawa ke RSU
GMIM Kalooran Amurang oleh Tim Medis Dinas Kesehatan setempat
dengan total penderita 26 orang, dengan rincian sebagai berikut : rawat
inap berjumlah 13 orang (10 orang paskibraka, 1 orang panitia, 1 orang
anak panitia, dan 1 purna/senior paskibraka).

Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh Tim Surveilans


(TGC) Kabupaten Minahasa bahwa makanan yang dicurigai sebagai
penyebab keracunan makanan adalah kue panekuk. Dari hasil pelacakan di
tempat pembuatan kue tersebut tim investigasi mendapatkan informasi
bahwa kue tersebut dikelola oleh seorang ibu yang bekerja pada salah satu
perusahaan kue yang ada di Kota Manado, dan kue tersebut dibuat dirumah
bukan di perusahaan tersebut. Berdasarkan wawancara dengan ibu pembuat
kue bahwa panekuk mulai dibuat pada tanggal 17 agustus jam 02.00. dini
hari sampai jam 08.00 Wita. Pada jam 10.00 kue tersebut diambil di
perusahaan kue dan diangkut ke tempat pelaksanaan upacara detik-detik
peringatan hari kemerdekaa RI ke 67 di Amurang. Waktu makan kue
panekuk sangat bervariasi yaitu panitia, tamu undangan makan sekitar jam
08.00 – 12.00 tapi tidak menimbulkan gejala apapun, sedangkan yang
makan kue panekuk sesudah jam 13.00 Wita adalah anggota Paskibraka
dan para pelatih, dimana sekitar 1-2 jam kemudian beberapa dari anggota
paskibraka tersebut mengalami gejala sakit kepala, pusing, mual dan sakit
perut.

Dengan mempertimbangkan masa inkubasi dan gejala yang timbul


serta jenis bahan baku makanan yang dikonsumsi maka etiologi penyebab

6
keracunan makanan di Amurang, sebagai penegakan dugaan sementara
adalah disebabkan oleh bakteri Staphylococcus Aureus .
1) Penjelasan Dalam Tabel
 Tabel 1. Jenis kue dan nasi kotak yang dikonsumsi
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa seluruh jenis
makanan yang dikonsumsi tertinggi adalah panekuk dengan
jumlah kasus 26 orang (100%) dan terendah adalah yang
mengkonsumsi ikan woku sebanyak 11 kasus (42,3%).
Berdasarkan informasi yang diperoleh pada saat wawancara kue
panekuk yang dikonsumsi sudah mulai berlendir dan berbau amis,
dan ada penderita yang dirawat hanya makan kue panekuk dan
tidak mengkonsumsi makanan lainnya, sehingga wawancara kami
lebih mengarah pada penderita yang mengkonsumsi panekuk.

 Tabel 2. Distribusi Gejala dari kasus-kasus Keracunan


Makanan
Berdasarkan data diatas, gejala yang paling banyak
dialami oleh penderita adalah pusing sebanyak 21 kasus (80,8%),
diikuti gejala sakit perut sebanyak 20 kasus (76,9%) dan terendah
gejala diare sebanyak 12 kasus (46,2%).

1.4 KURVA EPIDEMI

a. Kurva Epidemi KLB Keracunan Makanan

Berdasarkan grafik dibawah ini ada beberapa puncak kasus, tertinggi pada jam
15.30 sebanyak 7 kasus dan 17.00 sebanyak 4 kasus.

Grafik 1. Distribusi Keracunan Makanan Berdasarkan Waktu Timbulnya Gejala

7
b. Distribusi Masa Inkubasi

Masa Inkubasi (Jam) Jumlah Kasus %


1 4 15.38
2 8 30.77
3 5 19.23
4 4 15.38
5 1 3.85
6 3 11.54
7 1 3.85

Dilihat dari masa inkubasi:

- Masa inkubasi terpendek yaitu 1 jam


- Masa inkubasi terpanjang yaitu 7 jam
-
1.5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil laboratorium diketahui pada tanggal 23 Agustus 2012 pukul 14.30
wita. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel makanan yang
ada, dimana sampel tersebut diperiksa di 2 (dua) laboratorium. Sampel makanan
yang diperiksa di Laboratorium BTKL kelas I Manado menemukan adanya

8
bakteri staphylococcus dan salmonella, walaupun tidak dirinci lebih jauh tentang
jenis spesies salmonella. Sedangkan hasil pemeriksaan di laboratorium Balai
Penunjang Pelayanan Kesehatan (BPPK) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara menemukan citrobacter dan enterobacter pada kue panekuk

Perbedaan hasil pemeriksaan terhadap sampel makanan yang sama, dapat


dipengaruhi beberapa faktor antara lain:

1. Perbedaan waktu pemeriksaan, dimana penanaman sampel pada media


biakan di Laboratorium BTKL kelas I Manado dilakukan pada tanggal 18
Agustus 2012 pagi sekitar pukul 09.30 wita (sampel dibawa oleh petugas
Kabupaten Minahasa Selatan ke BTKL), sedangkan penanaman sampel
pada media biakan di laboratorium BPPK dilakukan setelah investigasi di
lapangan yaitu sekitar pukul 18.00 wita tanggal 18 Agustus 2012.
2. Dengan adanya interval waktu tersebut, dimungkinkan pertumbuhan
bakteri yang lebih banyak, dimana pertumbuhan bakteri dapat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti suhu (temperatur), oksigen (O2), CO2, pH,
nutrient dan cahaya (Swendra, dkk 1991).

Jika ditelaah klasifikasi dari bakteri yang di temukan pada ke-2 (dua)
laboratorium ini, sesungguhnya bakteri tersebut berada dalam satu garis
klasifikasi yaitu genus salmonella termasuk dalam family enterobacteriaceae.
Jenis genus lain dari family enterobacteriaceae yang dapat bertumbuh cepat pada
suhu 37oC dan pH 6-8 seperti salmonella adalah genus citrobacter.

Sedangakan bakteri staphylococcus merupakan bakteri yang mudah


bertumbuh pada makanan yang bahan bakunya dari susu. Kondisi tersebut terjadi
pada kue panekuk yang salah satu bahan bakunya adalah susu. Staphylococcus
bertumbuh cepat pada suhu 20-350C. Kondisi suhu pada waktu membawa kue dos
ke Amurang saat HUT RI ke-67 tahun cukup terik (panas), hal ini dapat
berpengaruh terhadap kondisi tekstur kue sebagai media berkembang bakteri
staphylococcusdengan masa inkubasi 2-4 jam. Hal ini sesuai dengan masa
inkubasi penderita yang dirawat di RSU GMIM Kalooran Amurang, dimana

9
mulai mengalami gejala-gejala sakit perut, mual, pusing sekitar 1-8 jam setelah
makan kue panekuk.

a. Attack Rate adalah 10.4 %


b. Case Fatality Rate (CFR) keracunan makanan = 0 %

1.6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Kesimpulan :
1. Telah terjadi KLB keracunan makanan pada anggota paskibraka dan
para pelatih pada HUT RI ke-67 tahun di Amurang Kab. Minahasa
Selatan
2. Penyebab keracunan makanan adalah kue panekuk yang dipesan
tim penggerak PKK Kab. Minahasa Selatan dari Manado.
3. Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel kue panekuk adalah
ditemukan bakteri yang termasuk dalam family enterobacteriaceae;
genus salmonella dan genus citrobacter.
4. Secara spesifik dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan juga
bakteri jenis staphylococcus.
5. KLB keracunan makanan di Amurang tanggal 17 Agustus 2012, telah
dinyatakan berakhir pada tanggal 19 Agustus 2012 setelah tidak
ditemukan ketambahan kasus dari kasus terakhir ditemukan (2 x masa
inkubasi tertinggi yaitu 7 jam tidak ditemukan kasus lagi).

Rekomendasi :
A. Bidang Kesehatan:
1. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap Tempat
Pengolahan Makanan (TPM) termasuk pemeriksaan sampel
makanan dan air secara berkala.
2. Melakukan penyuluhan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)
khususnya tentang sanitasi dan hygiene pengolahan makanan bagi
TPM dan masyarakat secara umum.

10
3. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor untuk
melakukan pemantauan penyakit atau masalah kesehatan yang
potensial Kejadian Luar Biasa.
B. Lintas sektor:
1. Kelompok PKK dapat membina usaha kecil dan menengah tempat
pengolahan makanan untuk memperhatikan sanitasi dan hygiene
pengolahan dan penyajian makanan disamping nilai gizi dan rasa.
2. Penjamah/pengolah makanan di TPM dianjurkan agar secara
berkala dapat memeriksakan kesehatan dan harus memiliki
sertifikat serta buku kesehatan yang berlaku (memuat hasil-hasil
pemeriksaan kesehatan)
1.7 PENUTUP

Demikian laporan lengkap hasil penyelidikan epidemiologi KLB


keracunan makanan di Kabupaten Minahasa Selatan, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

11

Anda mungkin juga menyukai