LAPORAN EPIDEMIOLOGI KERACUNAN MAKANAN KEL 4 Fix
LAPORAN EPIDEMIOLOGI KERACUNAN MAKANAN KEL 4 Fix
MATA KULIAH
PENYELIDIKAN EPIDIMIOLOGI
Kelompok 4,
Jakarta
2
PENDAHULUAN
Gejala keracunan makanan dapat terlihat setelah beberapa menit, jam, atau
hari setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Kecepatannya
tergantung dari jenis makanan dan penyebabnya. Umumnya, keracunan makanan
bukanlah kondisi yang serius dan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun,
kondisi ini terkadang juga dapat membahayakan dan membutuhkan penanganan
khusus oleh dokter.
Pada hari Jumat pukul 22.00 Wita tanggal 17 Agustus 2012 Tim surveilans
(TGC) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara menerima informasi melalui
telpon genggam dari tim surveilans (TGC) Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
Selatan tentang adanya kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan pada
peserta paskibraka yang dilatih di Kabupaten tersebut. Menindaklanjuti informasi
tersebut, maka pada pukul 22.00 Tim Surveilans Provinsi, menyampaikan
informasi ini kepada lintas program terkait dengan KLB tersebut melalui sms.
Kemudian hari Sabtu tanggal 18 Agustus 2012 pukul 06.30 Wita Tim Surveilans
Provinsi melanjutkan koordinasi dengan tim lintas program melalui telpon
genggam untuk turun melakukan PE termasuk mempersiapkan logistik yang
diperlukan untuk dibawa ke lapanagan. Pukul 08.30 Wita tanggal 18 Agustus
2012 Anggota Tim Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK), anggota
TimSurveilans UPTD Balai Data Surveilens dan SIK, Tim UPTD Balai
Penunjang Pelayanan Kesehatan (BPPK) Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
Utara dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTK-
PP) Kelas I Manado menuju ke Kab.Minahasa Selatan. Setibanya di Dinas
Kesehatan langsung ke Rumah Sakit GMIM Kalooran untuk melakukan
3
investigasi bagi para penderita yang dirawat maupun yang tidak dirawat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para penderita kejadian tersebut terjadi pada
hari Jumat tanggal 17 Agustus 2012 setelah selesai upacara peringatan hari
kemerdekaan RI ke 67 yang dilaksanakan di halaman Kantor Bupati Minahasa
Selatan. Pada pukul 11.00 Wita peserta paskibraka laki – laki menuju ke kompi
712, sedangkan peserta paskibraka perempuan menunggu di Aula Waleta sambil
makan kue yang disuguhkan panitia yaitu roti dan panekuk sekitar pukul 12.30
Wita. Kemudian pada pukul 14.00 Wita peserta pasibraka wanita dan laki – laki
makan siang bersama yaitu makanan kotak yang terdiri dari nasi dan lauk pauk.
Sekitar pukul 15.30 Wita terjadi keluhan awal sakit dari beberapa peserta, panitia
dan undangan yang mengalami gejala-gejala. Jumlah kotak kue yang dibagikan
sebanyak 250 dos untuk peserta paskibraka, pelatih paskibraka, panitia dan
undangan. Penderita yang mengalami sakit langsung dibawa ke RSU GMIM
Kalooran Amurang oleh Tim Medis Dinas Kesehatan setempat dengan total
penderita 26 orang, dengan rincian sebagai berikut : rawat inap berjumlah 13
orang (10 orang paskibraka, 1 orang panitia, 1 orang anak panitia, dan 1
purna/senior paskibraka).
4
6 Sayur Campur 19 73.1
Berdasarkan data diatas, gejala yang paling banyak dialami oleh penderita
adalah pusing sebanyak 21 kasus (80,8%), diikuti gejala sakit perut sebanyak 20
kasus (76,9%) dan terendah gejala diare sebanyak 12 kasus (46,2%).
5
untuk memakan kue yang telah disediakan oleh panitia. Adapun kue
tersebut adalah roti dan kue panekuk. Lalu setelah itu dilanjutkan untuk
makan siang dengan menu yang disediakan berupa nasi, ikan, dan sayur.
Sekitar pukul 15.30 Wita terjadi keluhan awal sakit dari beberapa peserta,
panitia dan undangan yang mengalami gejala seperti pusing, mual, sakit
perut, dll. Penderita yang mengalami sakit langsung dibawa ke RSU
GMIM Kalooran Amurang oleh Tim Medis Dinas Kesehatan setempat
dengan total penderita 26 orang, dengan rincian sebagai berikut : rawat
inap berjumlah 13 orang (10 orang paskibraka, 1 orang panitia, 1 orang
anak panitia, dan 1 purna/senior paskibraka).
6
keracunan makanan di Amurang, sebagai penegakan dugaan sementara
adalah disebabkan oleh bakteri Staphylococcus Aureus .
1) Penjelasan Dalam Tabel
Tabel 1. Jenis kue dan nasi kotak yang dikonsumsi
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa seluruh jenis
makanan yang dikonsumsi tertinggi adalah panekuk dengan
jumlah kasus 26 orang (100%) dan terendah adalah yang
mengkonsumsi ikan woku sebanyak 11 kasus (42,3%).
Berdasarkan informasi yang diperoleh pada saat wawancara kue
panekuk yang dikonsumsi sudah mulai berlendir dan berbau amis,
dan ada penderita yang dirawat hanya makan kue panekuk dan
tidak mengkonsumsi makanan lainnya, sehingga wawancara kami
lebih mengarah pada penderita yang mengkonsumsi panekuk.
Berdasarkan grafik dibawah ini ada beberapa puncak kasus, tertinggi pada jam
15.30 sebanyak 7 kasus dan 17.00 sebanyak 4 kasus.
7
b. Distribusi Masa Inkubasi
8
bakteri staphylococcus dan salmonella, walaupun tidak dirinci lebih jauh tentang
jenis spesies salmonella. Sedangkan hasil pemeriksaan di laboratorium Balai
Penunjang Pelayanan Kesehatan (BPPK) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara menemukan citrobacter dan enterobacter pada kue panekuk
Jika ditelaah klasifikasi dari bakteri yang di temukan pada ke-2 (dua)
laboratorium ini, sesungguhnya bakteri tersebut berada dalam satu garis
klasifikasi yaitu genus salmonella termasuk dalam family enterobacteriaceae.
Jenis genus lain dari family enterobacteriaceae yang dapat bertumbuh cepat pada
suhu 37oC dan pH 6-8 seperti salmonella adalah genus citrobacter.
9
mulai mengalami gejala-gejala sakit perut, mual, pusing sekitar 1-8 jam setelah
makan kue panekuk.
Rekomendasi :
A. Bidang Kesehatan:
1. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap Tempat
Pengolahan Makanan (TPM) termasuk pemeriksaan sampel
makanan dan air secara berkala.
2. Melakukan penyuluhan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)
khususnya tentang sanitasi dan hygiene pengolahan makanan bagi
TPM dan masyarakat secara umum.
10
3. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor untuk
melakukan pemantauan penyakit atau masalah kesehatan yang
potensial Kejadian Luar Biasa.
B. Lintas sektor:
1. Kelompok PKK dapat membina usaha kecil dan menengah tempat
pengolahan makanan untuk memperhatikan sanitasi dan hygiene
pengolahan dan penyajian makanan disamping nilai gizi dan rasa.
2. Penjamah/pengolah makanan di TPM dianjurkan agar secara
berkala dapat memeriksakan kesehatan dan harus memiliki
sertifikat serta buku kesehatan yang berlaku (memuat hasil-hasil
pemeriksaan kesehatan)
1.7 PENUTUP
11