3-SM 6
Dibuat Oleh : Kelompok 2
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Pendahuluan
Pembahasan (Materi)
4.1 Pengertian pengendalian mutu terpadu(PMT)............................. 1
4.2 Ide pokok dan konsep total quality control...................................3
4.3 Tujuan, sasaran, dan manfaat Pengendalian mutu terpadu...........3
4.4 Faktor penghambat pelaksanaan PMT.........................................4
4.5 Pendekatan pengendalian mutu terpadu........................................5
4.6 Landasan penerapan sistem PMT..................................................6
4.7 Aspek uang dalam TQC.................................................................7
4.8 Aspek metode dalam TQC (method).............................................8
4.9 Aspek mesin dalam TQC (machine)..............................................10
4.10 Aspek material dalam TQC (material)........................................11
Contoh kasus....................................................................................................12
1. Identifikasi Masalah.......................................................................12
2. Identifikasi solusi dari masalah......................................................12
3. Kesimpulan dan Saran....................................................................12
Daftar Pustaka...................................................................................................13
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan Makalah manajemen operasi yang membahasa Total quality
Control ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian, prinsip kerja. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Penyusun
ii
TOTAL QUALITY CONTROL
1
3. Kualitas ketepatan waktu dan cara penyampaian hasil produk
( Delivery)
4. Kualitas keselamatan / keamanan ( Safety)
5. Kualitas moral (Moraly)
Pada umumnya dikatakan mutu harus meliputi Q-C-D-S-M.
Pendapat lain dikemukakan oleh Feigenbaum (1992) dalam bukunya Total
Quality Control mengatakan bahwa : Mutu produk atau jasa adalah
keseluruhan gabungan, karakteristik produk dan jasa dari pemasaran,
rekayasa, pembikinan dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa
yang digunakan memenuhi harapan pelanggan.
2
4.2. Ide Pokok dan Konsep Total Quality Control
3
menghasilkan perbaikan pengendalian mutu disetiap aspek kegiatan
perusahaan.
3. Memelihara Sumber Daya Manusia untuk menghargal Setiap Karyawan
sebagai individu, organisasi harus menyediakan tempat kerja yang layak
bagi setiap pekerja melalui pemeliharaan dan penggunaan sumber daya
manusia melalui kerja sama.
Jelas dari konsep diatas bahwa penerapan TQC ini selain bertujuan
untuk meningkatkan Produktifitas Organisasi dan kepuasan masyarakat,
juga dimaksudkan untuk memelihara sumber daya manusia, yakni dengan
menghargai setiap karyawan sebagai individu, sehingga karyawan
terdorong untuk bekerja lebih maksimal dalam suatu organisasi.
Tujuan-tujuan diatas secara garis besar adalah mengemban dua
misi atau sasaran pokok menurut Ishikawa (1990):
1. Meningkatkan mutu hasil karya baik barang maupun jasa melalui usaha
pengembangan kualitas sumber daya manusia pengendalian fungsi-fungsi
kepemimpinan secara berkesinambungan
4
5. Orang-orang yang berjuang untuk keunggulan dirinya.
5
1. Penerapan TQC harus didasarkan pada kebutuhan, bukan karena ikut-
Ikutan atau sebab lain.
2. Penerapan TQC memerlukan perubahan sikap mental dan semua
tingkah laku sesual dengan prinsip dasar TQC atau PMT.
3. Penrapan TQC memerlukan partisipasi aktif dari seluruh jajaran
terutama konsistensi, komitmen serta keteladanan dari pimpinan.
4. Harus ada kejelasan hubungan antara keglatan GKM / QCC dengan
keglatan manajemen secara keseluruhan pada organisasi tersebut.
5. Untuk memelihara semangat karyawan untuk berGKM diperlukan
adanya suatu sistem penghargaan yang baik, tidak saja penghargaan materi
tetapl lebih ditekankan pada pengharapan yang lebih mempunyal effek
kejiwaan.
Manusia sangat berpengaruh bagi efektifitas atau keberhasilan
TQC kerena fungsi manusia sebagai perencana, pelaksana dan pengendali
segala aktivitas TQc. Oleh karenanya unsur manusia harus ditempatkan
pada posisi yang penting dalam TQC. Dengan demikian jelas bahwa
landasan penerapan TQC atau PMT berawal dari kebutuhan organisasi
akan konsep peningkatan mutu sampal pada pengharapan yang tinggi
terhadap aspek sumber daya manusianya yang merupakan elemen yang
paling menentukan tingkat keberhasilan sistem manajemen ini. Konsep
Total Quality pada dasamya merupakan ancangan untuk meningkatkan
produktifitas kerja, yang secara khusus memfokuskan unsur manusia
sebagai titik sentralnya. Sasaran utamanya adalah menciptakan lingkungan
kerja yang sadar akan mutu serta menciptakan hubungan kerja yang lebih
bermutu. Untuk mencapal sasaran-sasaran itu secara operasional
Pengendalian Mutu Terpadu (TQC) melibatkan seluruh karyawan melalui
kegiatan Quality Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu (GKM),
Dalam QCC / GKM inilah kesadaran para karyawan selalu ditingkatkan
dan dikembangkan sehingga dapat menumbuhkan sikap ikut memiliki.
Dalam kegiatan operasional melalui QCC, TQC dijabarkan melalui
empat pendekatan utama (Ensiklopedia, 1992), yaitu:
- Mengutamakan kepuasan pelanggan (customer satisfaction);
- Melaksanakan siklus pengendalian (Deming Cycle) yang kontinyu,
- Menganalisa masalah hanya berdasarkan fakta;
-Menghormati martabat kemanusiaan.
Mengutamakan kepuasan pelanggan. Bahwa proses produksi
barang atau jasa selalu melibatkan dua sistem, yaitu sistim ekstern
(pemakai akhir produk dan pemasok bahan) dan intern (semua bagian /
karyawan). Dengan demikian pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan
intern dan pelanggan ekstern (Fandy, 1995). Dan aktivitas perusahaan
harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan inten dan ekstern
itu. Kualitas yang dihasilkan perusahaan harus sama dengan nilal yang
diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pelanggan. Semakin
tinggi nilai yang diberikan, maka semakin besar pula kepuasan pelanggan.
6
Malaksanakan siklus pengendalian Pengendalian mutu produk
pada dasamya merupakan pengendalian mutu kerja. Dalam hal ini Edward
Deming, dalam Ensiklopedia (1992), telah menciptakan suatu siklus
pengendalian yang disebut dengan "Deming Cycle", yang terdiri dari
aktivitas : Plan - Do - Check - Action (PDCA). Siklus ini berjalan secara
stimulan dan meningkatkan kepada keadaan yang lebih balk dan
dijalankan diseluruh bagian (lihat Gambar 4.2).
Menganalisis masalah hanya berdasarkan fakta. Bahwa identifikasi
masalah, pencarian sebab-sebabnya serta penentuan tindakan
pemecahannya harus selalu didasarkan pada fakta. Hal ini untuk
menghindari adanya unsur subyektivitas, pengambilan keputusan yang
terlalu copat dan bersitat sederhana
7
Kompensasi nonfinansial (nonfinancial compensation) terdiri dari
kepuasan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri, atau dari
lingkungan psikologis dan / atau fisik di mana orang tersebut bekerja. tipe
kompensasi nonfinansial ini meliputi kepuasan yang diperoleh seseorang
dari pelaksanaan tugas-tugas yang bermakna yang berhubungan dengan
pekerjaan.
Organisasi memiliki beberapa tujuan dalam merancang sistem
kompensasi mereka Spesialis sumber daya manusia mestilah memikirkan
tujuan-tujuan sistern dan apa kebutuhan-kebutuhan organisasi yang akan
dicapai untuk nemperoleh tujuan-tujuan tersebut Pada intinya, tujuan
setiap organisasi dalam merancang sistem kompensasi haruslah untuk
memikat dan menahan (retain) karvawan yang cakap. Dan juga sistem
Kompensasi haruslah memotivasi para karvawan dan mematuhi semua
peraturan-peraturan hukum.
Gaji dapat diklasifikasikan di sekitar beberapa dimensi, seperti yang
digambarkan dibawah ini :
- Gaji per jam kerja atau bulanan. Karyawan per jam kerja (hourly
employeo) dibayar untuk setiap jam bekerja ; karyawan gaji bulanan
mendapatkan jumlah tertentu terlepas dari jumlah kerja mereka.
Beberapa organisasi tidak memiliki karyawan per jam kerja. Mereka
memberi alasan bahwa dengan menggaji bulanan semua karyawan
tenaga karyawan tenaga kerja yang lebih profesional akan tercipta; dan
organisasi dapat lebih mudah meminta waktu lembur tanpa
membayarnya.
- Tanpa pengecuaiian (nonexempl) atau dengan pengecualian (exempt).
Karyawan-karyawan tanpa pengecualian merupakan subyek peratura-
peraturan lembur (overtime laws). Hal ini khususnya mermerlukan gaji
tambahan, seperti waktu lembur untuk kerja di hari Minggu. Karyawan
dengan pengecualian tidak memerlukan pembayaran untuk kerja
lembur.
Di samping gaji, kompensasi juga meliputi cakupan tunjangan-
tunjangan (benefits) yang luas. tunjangan karyawan (employee benefit)
adalah pembayaran-pernbayaran (payments) dan jasa-jasa (services) yang
melindungi dan melengkapi gaji dasar, dan perusahaan membayar semua
atau sebagian dari tunjangan ini.
8
dalamnya terdapat alat pokok seperti ballpoint, pensil, buku catatan
penggalan, map, dan barang-barang lain yang berguna bagi anggota gugus
untuk bekerja dalam memecahkan masalah. Kelompok tersebut kemudian
memilih salah satu nama untuk gugus mereka, memilih pemimpin dan
sekretaris, Sekretaris tersebut menangani administrasi dan tugas yang lain.
Apabila formalitas ini telah selesai dilakukan, maka gugus biasanya
memutuskan untuk mempersiapkan suatu daftar dan semua masalah yang
ada, yang para anggotanya ingin menanganinya. Setelah daftar tersebut
selesai dibuat maka pertu untuk dipikirkan suatu metode untuk mengukur
atau mengevaluasi kepelikan dari masalah tersebut Salah satu cara adalah
dengan mengumpulkan data mengenai beberapa kali terjadinya masalah
tersebut, pengulangan pekerjaan, mengenai penolakan, atau dengan cara
lain yang dapat digunakan gugus untuk menaksir berat ringannya masalah
yang ada.
Analisis Masalah / Proyek: Setelah suatu masalah dipilih, maka
gugus dapat mulai menganalisis masalah dengan bantuan dan macam
peralatan statistik penting - sumbang saran (brainstroming) dan diagram
sebab-akibat (cause and effect diagram). Pada umumnya diagram sebab-
akibat digunakan bila faktor akibat dicatat pada ujung sebelah kanan.
sedang empat atau lima faktor akibal dicatat pada ujung sebelah kiri.
Pengumpulan ide melalui teknik sumbang saran membantu agar semua
anggota turut terlibat sehingga berbagai penyebab dapat dikumpulkan pada
sehelai kertas. Pemimpin biasanya meminta kepada para anggota akan
pendapat mereka mengenai penyebab yang ada dan menuliskan penyebab
yang mungkin ada pada kertas itu. Dengan persetujuan dari kelompk,
penyebab utama dipilih untuk dianalisis, sedang serangkaian data yang
lain dikumpulkan untuk mengecek penyebab utama, maka mereka pada
umumnya dapat memeroses letih lanjut untuk mencari pemecahan
terhadap penyebab tersebut.
Namun bilamana data yang ada tidak cukup terbuka, maka anggota
gugus harus mencari penyebab masalah lain dan mengumpulkan data baru
untuk dicocokkan. Kadang-kadang proses ini harus diulangi dua atau tiga
kali sampai penyebab yang sebenarnya diketemukan. Bilamana penyebab
utama sudah diketemukan maka pada umumnya gugus akan berjalan terus
untuk mengembangkan pemecahan.
Mengembangkan Suatu Pemecahan : Bilamana faktor penyebab
telah diselidiki maka anggota gugus bersama-sama memikirkan dan mulai
mempersiapkan usulan pemecahan. Salah satu anggota mungkin
memikirkan mengenal perubahan di dalam peralatan, yang lain
memberikan saran mengenai perubahan didalam bahan, dan dalam hal
yang sama anggota lain mungkin memberikan saran untuk menghilangkan
Oleh karena kebanyakan anggota gugus penyebab yang ada. menghadapi
masalah ini setiap hari maka saran pemecahan mereka biasanya dapat
9
diandalkan, Tidak hanya itu, tetapi salah satu dan pemecahan tersebut
biasanya dapat memperbaiki masalah secara permanen, asal setiap
perubahan lain yang perlu yang akan memberikan pengaruh pemecahan
dilakukan pada waktu yang bersamaan.
Sekali anggota mulai melaksanakan tugas didalam gugus, maka
lambat tetapi mantap" terciptalah semangat kelompok / kebersamaan
didalam gugus tersebut Anggota dapat saling mengenal keadaan masing-
masing. Mereka mulai saling memperhatikan, sehingga dengan demikian
terciptalah rasa "kegotong royongan di dalam kelompok tersebut. Gugus
tersebut menciptakan persahabatan yang baru. Anggota mulai
membicarakan kegiatan bidang usaha maupun masalah lain., Mereka
saling bantu-membantu. Kelompok ini menjadi suatu kekuatan besar di
dalam perusahaan untuk memerangi kompetisi / persaingan yang sernairn
tajam dan masalah inflasi.
10
4.10. Aspek Material Dalam TQC (Material)
Bahan disini adalah bahan mentah , komponen, sub perakitan serta
pasokan (suppliles), yang digunakan untuk menghasilkan barang barang
dan jasa. Berbagai tingkat manajemen didalam organisasi perlu untuk
dapat menerima ide partisipasi manajemen dimana pimpinan program
Gugus Kendali Mutu mempunyai tanggung jawab untuk menyebarkan ide
yang baik mengenai program Gugus Kendali Mutu tersebut. Manajemen
atas, manajemen menengah, maupun pimpinan serikat buruh perlu
dikenalkan dengan program tersebut secara baik. Hal ini akan membantu
untuk mendapatkan dana yang diperlukan, waktu dan ruang / tempat untuk
memulai program Gugus Kendali Mutu tersebut.
Keterlibatan Manajemen Atas, dalam program gugus kendali mutu
adalah hal penyusunan kebijaksanaandan pedoman Manajemen atas harus
diberikan informasi secara berkala mengenai kemajuan dari program yang
ada, Hal ini akan membantu untuk menunjukkan apa yang telah dicapai
oleh Gugus Kendali Mutu kepada pihak manajemen atas.
Partisipasi Manajemen Menengah_ adalah dalam panitia operasi
dan panitia promosi. Dimana manajemen manajemen menengah ini
dilibatkan didalam kegiatan Gugus Kendali Mutu langsung dari awal
permulaan. Manajemen dapat memberi jasa dalam 5 fungsi pokok yaitu
1. Mendukung keglatan Gugus Kendali Mutu
2. Memberikan partisipasinya didalam Gugus Kendal Mutu
3. Mempromosikan konsep Gugus Kendali Mutu
4. Bertindak sebagai mini koordinator
5. Membentuk Gugus Kendali Mutu dibidangnya masing-masing.
11
CONTOH KASUS
Identifikasi masalah
Contoh Teori Kaizen diterapkan di Industri di Indonesia :Penerapan
Kaizen pada bagian operasional dilakukan secara bertahap dan dilakukan evaluasi
dengan melihat hasil kerja setiap personil dalam pelaksanaan proses perbankan di
Cabang PT Bank Mega Tbk untuk meminimalisir risiko yang dapat terjadi.
Penelitian ini penting dilakukan di PT Bank Mega untuk mengetahui tingkat
efektifitas kerja dan efisiensi waktu dalam proses operasional perbankan sesudah
setiap personil melakukan perbaikan berkesinambungan dari konsep Kaizen yang
sudah disesuaikan dengan Standar Operasional Prosedur yang sudah diatur
perusahaan Implikasi Manajerial yang ditimbulkan dari pelaksanaan Kaizen
adalah lebih mudahnya manajemen waktu dan diikuti dengan penurunan biaya-
biaya yang terkait secara operasional sehingga hal tersebut dapat dijadikan acuan
untuk melakukan penilaian kinerja baik antar personil maupun bagian.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://nopikartika.wordpress.com/2016/10/23/total-quality-control-tqc-2/
13