Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN OPERASI

“TOTAL QUALITY CONTROL (TQC)”

3-SM 6
Dibuat Oleh : Kelompok 2

1. Moch . Andhika (1810211604)


2. Dhean Arfia Sabriana (1810211601)
3. Saka Alwan Dilgantara (1810211373)
4. Filda Ega Artamevia (1810211406)
5. Clarista Fransisca (1810211372)
6. Auolia (1810211600)
7. Ferin Paulina (1810211408)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA SURABAYA


2019
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................ii
Pendahuluan
Pembahasan (Materi)
4.1 Pengertian pengendalian mutu terpadu(PMT)............................. 1
4.2 Ide pokok dan konsep total quality control...................................3
4.3 Tujuan, sasaran, dan manfaat Pengendalian mutu terpadu...........3
4.4 Faktor penghambat pelaksanaan PMT.........................................4
4.5 Pendekatan pengendalian mutu terpadu........................................5
4.6 Landasan penerapan sistem PMT..................................................6
4.7 Aspek uang dalam TQC.................................................................7
4.8 Aspek metode dalam TQC (method).............................................8
4.9 Aspek mesin dalam TQC (machine)..............................................10
4.10 Aspek material dalam TQC (material)........................................11
Contoh kasus....................................................................................................12
1. Identifikasi Masalah.......................................................................12
2. Identifikasi solusi dari masalah......................................................12
3. Kesimpulan dan Saran....................................................................12
Daftar Pustaka...................................................................................................13

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan Makalah manajemen operasi yang membahasa Total quality
Control ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian, prinsip kerja. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. 

Surabaya. Desember 2019

Penyusun

ii
TOTAL QUALITY CONTROL

4.1. Pengertian Pengendalian Mutu Terpadu (PMT)


Total Quality Control lahir di Jepang dan mulai di terapkan pada tahun
1951.walaupun teori TQC sudah lahir pada tahun 1950 dan diperkenalkan oleh
Dr. WE. Deming. Buku pertama yang menulis tentang TQC adalah buku yang
berjudul Total Quality Control ditulis oleh Dr. AV Feigenbaum, yang mana
selanjutnya teorinya banyak digunakan dan diterapkan oleh pengusaha Jepang dan
istilah Total Quality Control dimasyarakat dengan sinonim Pengendalian Mutu
Terpadu sampai sekarang. Sedangkan menurut Henryanto (1993): Total Quality
Control adalah suatu usaha dengan menerapkan siklus manajemen (siklus
Deming) dengan mempertimbangkan unsur-unsur 5 M (Man, Money, Methode,
Material, Machine) dalam seluruh. departemen di lingkungan perusahaan dengan
cara perumusan manajemen yang lebih ilmiah, dengan pendekatan ilmiah dan
penggunaan data dan fakta.
TQC adalah suatu system, dimana dalam aktifitasnya melibatkan setiap orang
yang terkait didalam suatu, proses untuk menemukan masalah,
mngeidentifikasikan masalah, mencari penyebab masalah, menentukan dan
melaksanakan penyelesaian masalah; terus menerus, berkesinambungan,
menyeluruh, dalam rangka peningkatan produktifitas yang efektif dan efisien
demi terjaganya Standar mutu bahkan demi peningkatan mutu yang dicita –
citakan atau Pengendalian Mutu terpadu memerlukan keterpaduan dari Gerakan
Total Quality Control ketrampilan manajerial dan ketrampilan teknis karyawan :
TQC dengan alatnya GKM atau Gugus Kendali Mutu merupakan suatu system
manajemen yang dapat diandalkan dan perlu terus menerus dikembangkan untuk
mewujudkan kemajuan organisasi Untuk lebih jelasnya pengertian Total Quality
Control para pakar menjelaskan artian secara terperinci daripada masing masing
kata sebagai berikut
a. Pengertian total ( Terpadu )
Total merupakan keterpaduan seluruh bagian atau departemen didalam
fungsi-fungsi perencanaan , pelaksanaan, pengendalian sampai pada
pemasaran yang melibatkan semua pihak yang ada dalam suatu organisasi.
Mendasarkan kepada kesadaran bahwa pentingnya kualitas pada setiap
tindakan atau langkah yang diambil, serta kesadaran bahwa output dari
masing-masing unit harus Zerro Deffact atau tanpa cacat : maka akan
dihasilkan kualitas akhir yang memenuhi standard mutu yang ditetapkan.

b. Pengertian Quality ( Mutu)


Quality atau mutu meliputi :
1. Kualitas produk atau jasa itu sendiri ( Quality Produk )
2. Kualitas biaya produksi ( Cost)

1
3. Kualitas ketepatan waktu dan cara penyampaian hasil produk
( Delivery)
4. Kualitas keselamatan / keamanan ( Safety)
5. Kualitas moral (Moraly)
Pada umumnya dikatakan mutu harus meliputi Q-C-D-S-M.
Pendapat lain dikemukakan oleh Feigenbaum (1992) dalam bukunya Total
Quality Control mengatakan bahwa : Mutu produk atau jasa adalah
keseluruhan gabungan, karakteristik produk dan jasa dari pemasaran,
rekayasa, pembikinan dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa
yang digunakan memenuhi harapan pelanggan.

Sedangkan Assauri (1998) mutu diartikan sebagai : "Faktor-faktor


yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang
atau jasa tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau jasa tersebut
dimaksudkan atau dibutuhkan . Jadi Quality mencakup nama semua
kegiatan yang berkaitan dengan tercapainya kepuasan masyarakat Dengan
demikian mutu terdapat pada segenap unsur dan kegiatan yang dapat
menghasilkan kepuasan bagi karyawan itu sendin. Dari sini mutu yang
umum dipakai bisa dikatakan sesual dengan tujuan organisasi

Sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat serta memuaskan


pelanggan dengan terus menerus meningkatkan persyaratan yang dipakai
Beberapa definisi gugus kendal mutu menurut Suryohadi (1993) adalah
sebagal berikut :
1. Gugus Kendali Mutu adalah suatu kelompok kecil dari para karyawan
yang bekerja dalam bidang tugas yang sama, dengan mengadakan
pertemuan untuk mengenal, menganalisis dan memecahkan masalah
kualitas. Mereka biasanya bertemu secara satu jam sampai satu setengah
jam setiap minggu di atau di dekat tempat pekerjaan mereka. Keanggotaan
adalah secara suka rela dan seseorang yang ingin bergabung, akan
disambut baik sebagai anggota. Setiap orang bebas untuk meninggalkan
keanggotaannya. Suatu gugus yang aktif akan menarik banyak orang
dalam jangka panjang.
2. Gugus Kendali Mutu adalah suatu kelompok karyawan pabrik yang
bekerja dalam bidang tugas yang sama, yang biasanya mengadakan
pertemuan selama satu jam setiap minggunya untuk mendiskusikan
masalah kualitas, menyelidiki penyebabnya.

2
4.2. Ide Pokok dan Konsep Total Quality Control

Dasar pemikiran Total Quality Control sangatlah sederhana, yakni


bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan
global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk
perbaikan A menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya
berkesinambungan dan terpadu terhadap kemampuan manusia, proses dan
lingkungan. Dengan memperbaiki kualitas, perusahaan akan memperoleh
peningkatan laba melalui dua sektor. Pertama, sektor pasar. Perusahaan
dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga pangsa pasamya
semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi, yang pada glirannya
akan dapat menaikkan laba. Kedua, sektor output. Perusahaan dapat
meningkatkan output yang bebas dari kerusakan ( defect ) karena adanya
upaya perbaikan kualitas. Hal ini dapat menyebabkan biaya operasi
perusahaan berkurang dan pada gilirannnya meningkatkan laba (lihat
Gambar 4.1).
Dalam sistem Total Quality, kualitas bukanlah semata-mata tugas
dari bagian pembikinan / proses produksi saja, melainkan merupakan
tanggung jawab keseluruhan manajemen dan karyawan. Dan karenanya
karyawan perlu untuk mendapatkan kepercayaan dalam ikut memikul
tanggung jawab, terutama bagi mereka yang langsung berubungan dengan
pelanggan / konsumen. Lebih lanjut bahwa, dalam sistim total kualitas,
tim-tim kerja bertanggung jawab terhadap pelanggannya, dimana
kebutuhan konsumen han dipenuhi. Maka untuk mencapai tujuan atas
mutu yang direncanakan perusahaan tersebut, dalam proses produksi
dituntut adanya Quality Control. Bila pada titik ini ditemukan defect, atau
sesuatu yang tidak diinginkan pasar, maka perbaikan mutu (Quality
Improvement) harus dibuat. Karena itu perlu dilakukan kegiatan
pengendalian mutu pada setiap tahap produksi.

4.3. Tujuan, Sasaran, dan Manfaat Pengendalian Mutu Terpadu


Tujuan dibentuknya system Pengendalian Mutu Terpadu adalah
lebih ditekankan pada usaha-usaha untuk menjamin pengembangan
kendali mutu dan memperkuat pengendalian pada setiap aspek keglatan
organisasi serta memelihara dan menghargal sumber daya manusia sebagai
modal terpenting organisasi.
Penerapan PMT / TQC menurut (Ishikawa, 1990) juga berarti
pengendalian Kualitas Sumber Daya Manusia yang tujuannya adalah:
1. Menjamin pengembangan kendali mutu untuk melaksanakan tujuan
produk yang sesuai dengan kebijaksanaan organisasi dengan cara
digabungkan dan diorganisasikan.
2. Memperkuat pengendalian, setiap individu harus mempraktekkan apa
yang telah dipelajari tentang metode dan pendekatan kendali mutu dan

3
menghasilkan perbaikan pengendalian mutu disetiap aspek kegiatan
perusahaan.
3. Memelihara Sumber Daya Manusia untuk menghargal Setiap Karyawan
sebagai individu, organisasi harus menyediakan tempat kerja yang layak
bagi setiap pekerja melalui pemeliharaan dan penggunaan sumber daya
manusia melalui kerja sama.
Jelas dari konsep diatas bahwa penerapan TQC ini selain bertujuan
untuk meningkatkan Produktifitas Organisasi dan kepuasan masyarakat,
juga dimaksudkan untuk memelihara sumber daya manusia, yakni dengan
menghargai setiap karyawan sebagai individu, sehingga karyawan
terdorong untuk bekerja lebih maksimal dalam suatu organisasi.
Tujuan-tujuan diatas secara garis besar adalah mengemban dua
misi atau sasaran pokok menurut Ishikawa (1990):
1. Meningkatkan mutu hasil karya baik barang maupun jasa melalui usaha
pengembangan kualitas sumber daya manusia pengendalian fungsi-fungsi
kepemimpinan secara berkesinambungan

2. Menyebar luaskan pentingnya kesadaran mutu untuk mencapai


kesuksesan semua pihak yang berkepentingan baik dari sumber daya
manusianya maupun dari organisasi.
Disisi lain PMT juga memberikan manfaat yang besar bagi suatu
organisasi sehingga dapat memprediksikan manfaat yang didapat
organisasi sebagai berikut:
1. Peningkatan produk atau jasa semakin pesat.
2. Peningkatan motivasi karyawan / sumber daya manusia.
3. Peningkatan pangsa pasar jangka panjang.
4. Pengurangan besar-besaran kebocoran sumber daya.
5. Peluang terbaik meningkatkan profit.

4.4. Faktor Penghambat Pelaksanaan PMT


Dalam proses pelaksanaan pengendalian ada beberapa faktor
penghalang dari Sumber Daya Manusianya sendiri. Hal ini biasanya
berasal dari manusia yang kurang bisa menyelaraskan diri dengan program
pengendalian yang dilaksanakan. Faktor-faktor penghambat menurut
Feigenbaum (1992) antara lain adalah :
1. Sikap pasif diantara para eksekutif dan manajer puncak, yang
mengelakkan tanggung jawab.
2. Orang-orang yang merasa bahwa segala sesuatu sudah berjalan dengan
baik dan tidak ada masalah sarna sekali.
3. Orang-orang yang merasa bahwa organisasinya sudah yang terbaik
tanpa membandingkan dengan organisasi yang lain secara
proporsional.
4. Orang-orang yang tak mau tahu pendapat orang lain. egoisme, serta
mengandalkan pengalamannya yang dangkal.

4
5. Orang-orang yang berjuang untuk keunggulan dirinya.

Menurut konsep di atas jelas bahwa pengendalian memang


memerlukan partisipasi dari semua bagian dan karyawan dan setiap
orang dalam organisasi harus bisa menghadapi dan mengatasi
seliapkendala yang ada terutama kendala yang berasal dari dalam
dirinya sendiri.
4.5. Pendekatan Pengendalian Mutu Terpadu
Dasar penerapan Sistem Manajemen Pengendalian Mutu Terpadu
adalah pembaharuan total menuju peningkatan mutu dan produktifitas.
Latar belakang konsep PMT berasal dari beberapa pendekatan yaitu :
1. Pendekatan metodologi yang dimaksud adalah sistem
pengawasan mutu dari produksi. Evaluasi personil, spesifikasi, tanggung
jawab dan pengawasan anggaran. Kemudian metodologi pendekatan
tujuan perusahaan yang dimaksud adalah sistem manajemen partisipatif,
keterpaduan aspek organisasi, aspek manajemen sumber daya manusia,
aspek pengendalian profit, pengetahuan motivasi serta pengembangan
kemampuan bawahan.
2. Pendekatan bisnis dan tujuan organisasi
3. Pendekatan kultur budaya Jepang.
Untuk dapat menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen
TQC atau PMT di suatu organisasi, maka salah satu cara yang diperlukan
adalah membentuk badan pelaksana TQC atau PMT yang dinamakan
Gugus Kendali Mutu (GKM) atau Quality Control Circle. Melalui
pendidikan dan pelatihan yang disertai kepemimpinan manajemen yang
partisipatif dan tersedianya informasi mengenai standard mutu maka
implementasi pengetahuan dan teknik TQC I PMT akan dapat
dilaksanakan. Dengan melihat pendekatan yang digunakan diatas maka
sebenarnya orientasi dasar diterapkannya TQc atau PMT adalah
berorientasi pada masyarakat / konsumen, kerjasama dan partisipasi total
team, pengembangan kualitas sumber daya manusia serta manajemen
informasi yang akurat sebagai dasar kekuatan organisasi untuk mengatasi
segala persoalan yang ada.

4.6. Landasan Penerapan Sistem Pengendallan Mutu Terpadu

Dengan mendasarkan diri pengalaman ASTRA yang telah


menerapkan sistem manajemen TQC ini dan tergolong berhasil, maka
landasan penerapan TQC atau PMT sebagai berikut :

5
1. Penerapan TQC harus didasarkan pada kebutuhan, bukan karena ikut-
Ikutan atau sebab lain.
2. Penerapan TQC memerlukan perubahan sikap mental dan semua
tingkah laku sesual dengan prinsip dasar TQC atau PMT.
3. Penrapan TQC memerlukan partisipasi aktif dari seluruh jajaran
terutama konsistensi, komitmen serta keteladanan dari pimpinan.
4. Harus ada kejelasan hubungan antara keglatan GKM / QCC dengan
keglatan manajemen secara keseluruhan pada organisasi tersebut.
5. Untuk memelihara semangat karyawan untuk berGKM diperlukan
adanya suatu sistem penghargaan yang baik, tidak saja penghargaan materi
tetapl lebih ditekankan pada pengharapan yang lebih mempunyal effek
kejiwaan.
Manusia sangat berpengaruh bagi efektifitas atau keberhasilan
TQC kerena fungsi manusia sebagai perencana, pelaksana dan pengendali
segala aktivitas TQc. Oleh karenanya unsur manusia harus ditempatkan
pada posisi yang penting dalam TQC. Dengan demikian jelas bahwa
landasan penerapan TQC atau PMT berawal dari kebutuhan organisasi
akan konsep peningkatan mutu sampal pada pengharapan yang tinggi
terhadap aspek sumber daya manusianya yang merupakan elemen yang
paling menentukan tingkat keberhasilan sistem manajemen ini. Konsep
Total Quality pada dasamya merupakan ancangan untuk meningkatkan
produktifitas kerja, yang secara khusus memfokuskan unsur manusia
sebagai titik sentralnya. Sasaran utamanya adalah menciptakan lingkungan
kerja yang sadar akan mutu serta menciptakan hubungan kerja yang lebih
bermutu. Untuk mencapal sasaran-sasaran itu secara operasional
Pengendalian Mutu Terpadu (TQC) melibatkan seluruh karyawan melalui
kegiatan Quality Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu (GKM),
Dalam QCC / GKM inilah kesadaran para karyawan selalu ditingkatkan
dan dikembangkan sehingga dapat menumbuhkan sikap ikut memiliki.
Dalam kegiatan operasional melalui QCC, TQC dijabarkan melalui
empat pendekatan utama (Ensiklopedia, 1992), yaitu:
- Mengutamakan kepuasan pelanggan (customer satisfaction);
- Melaksanakan siklus pengendalian (Deming Cycle) yang kontinyu,
- Menganalisa masalah hanya berdasarkan fakta;
-Menghormati martabat kemanusiaan.
Mengutamakan kepuasan pelanggan. Bahwa proses produksi
barang atau jasa selalu melibatkan dua sistem, yaitu sistim ekstern
(pemakai akhir produk dan pemasok bahan) dan intern (semua bagian /
karyawan). Dengan demikian pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan
intern dan pelanggan ekstern (Fandy, 1995). Dan aktivitas perusahaan
harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan inten dan ekstern
itu. Kualitas yang dihasilkan perusahaan harus sama dengan nilal yang
diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pelanggan. Semakin
tinggi nilai yang diberikan, maka semakin besar pula kepuasan pelanggan.

6
Malaksanakan siklus pengendalian Pengendalian mutu produk
pada dasamya merupakan pengendalian mutu kerja. Dalam hal ini Edward
Deming, dalam Ensiklopedia (1992), telah menciptakan suatu siklus
pengendalian yang disebut dengan "Deming Cycle", yang terdiri dari
aktivitas : Plan - Do - Check - Action (PDCA). Siklus ini berjalan secara
stimulan dan meningkatkan kepada keadaan yang lebih balk dan
dijalankan diseluruh bagian (lihat Gambar 4.2).
Menganalisis masalah hanya berdasarkan fakta. Bahwa identifikasi
masalah, pencarian sebab-sebabnya serta penentuan tindakan
pemecahannya harus selalu didasarkan pada fakta. Hal ini untuk
menghindari adanya unsur subyektivitas, pengambilan keputusan yang
terlalu copat dan bersitat sederhana

Menghormati nartabat manusia. Sumberdaya manusia didalam


perusahaan melebihi sumberdaya-sumberdaya yang lain, karena itu harus
mendapatkan perlakuan yang istimewa. Artinya, para karyawan harus
dihargai secara manusiawi, tidak semata-mata sebagai bagian dari pabrik;
tidak juga hanya semata-mata berdasarkan status atau kedudukan dalam
hirarki saja, tetapi juga atas dasar prestasi serta keahlian mereka masing-
masing. Keahlian mereka dimanfaatkan sebesar-besamya melalui
peningkatan peranan dan kontribusinya, serta melalui penyebaran keahlian
kepada rekan kerja mereka yang memerlukan, Untuk itulah maka
diperlukan hubungan kerja yang baik dan harmonis. Lihat Gambar 4.3.

4.7. Aspek Uang Dalam TQC (money)


Istilah kompensasi sering digunakan secara bergantian dengan
administrasi gaji dan upah; bagaimanapun, istilah kompensasi
sesungguhnya merupakan konsep yang lebih luas. Kompensasi diartikan
sebagal semua bentuk kembalian (return) finansial, jasa-jasa berwujud,
dan tunjangan-tunjangan yang diperoleh karyawan sebagai bagian dari
sebuah hubungan kepegawaian. Kompensasi berkenaan dengan tidak
hanya pada imbalan-Imbalan moneter atau ekstrinsik saja, tetapi juga pada
tujuan-tujuan dan imbalan-imbalan intrinsik organisasi seperti pengakuan,
kesempatan untuk promosi, dan kesempatan kerja yang lebih menantang.
Sedangkan istilah administrasi gaji dan upah blasanya diartikan terbatas
pada imbalan-imbalan moneter yang diberikan kepada para karyawan.
Komponen dari keseluruhan program kompensasi disajikan dalam
Gambar 2.4. Kompensasi finansial langsung (direct financial
compensation) terdiri dari bayaran (pay) yang diperoleh seseorang dalam
bentuk gaji, upah, bonus, dan komisi. Kompensasi finansial tidak langsung
(indirect finansial compensation), yang disebut juga dengan tunjangan,
meliputi semua imbalan finansial yang tidak tercakup dalam kompensasi
langsung.

7
Kompensasi nonfinansial (nonfinancial compensation) terdiri dari
kepuasan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri, atau dari
lingkungan psikologis dan / atau fisik di mana orang tersebut bekerja. tipe
kompensasi nonfinansial ini meliputi kepuasan yang diperoleh seseorang
dari pelaksanaan tugas-tugas yang bermakna yang berhubungan dengan
pekerjaan.
Organisasi memiliki beberapa tujuan dalam merancang sistem
kompensasi mereka Spesialis sumber daya manusia mestilah memikirkan
tujuan-tujuan sistern dan apa kebutuhan-kebutuhan organisasi yang akan
dicapai untuk nemperoleh tujuan-tujuan tersebut Pada intinya, tujuan
setiap organisasi dalam merancang sistem kompensasi haruslah untuk
memikat dan menahan (retain) karvawan yang cakap. Dan juga sistem
Kompensasi haruslah memotivasi para karvawan dan mematuhi semua
peraturan-peraturan hukum.
Gaji dapat diklasifikasikan di sekitar beberapa dimensi, seperti yang
digambarkan dibawah ini :

- Gaji per jam kerja atau bulanan. Karyawan per jam kerja (hourly
employeo) dibayar untuk setiap jam bekerja ; karyawan gaji bulanan
mendapatkan jumlah tertentu terlepas dari jumlah kerja mereka.
Beberapa organisasi tidak memiliki karyawan per jam kerja. Mereka
memberi alasan bahwa dengan menggaji bulanan semua karyawan
tenaga karyawan tenaga kerja yang lebih profesional akan tercipta; dan
organisasi dapat lebih mudah meminta waktu lembur tanpa
membayarnya.
- Tanpa pengecuaiian (nonexempl) atau dengan pengecualian (exempt).
Karyawan-karyawan tanpa pengecualian merupakan subyek peratura-
peraturan lembur (overtime laws). Hal ini khususnya mermerlukan gaji
tambahan, seperti waktu lembur untuk kerja di hari Minggu. Karyawan
dengan pengecualian tidak memerlukan pembayaran untuk kerja
lembur.
Di samping gaji, kompensasi juga meliputi cakupan tunjangan-
tunjangan (benefits) yang luas. tunjangan karyawan (employee benefit)
adalah pembayaran-pernbayaran (payments) dan jasa-jasa (services) yang
melindungi dan melengkapi gaji dasar, dan perusahaan membayar semua
atau sebagian dari tunjangan ini.

4.8. Aspek Metode Dalam TQC (method)


Proses pelaksanaan GKM di suatu perusahaan melalui beberapa
tahap yaitu : diawali dengan para anggota yang mengajukan masalah yang
tersembunyi, biasanya disampaikan pada pertemuan yang pertama.
Facilisator atau koordinator biasanya memberikan bahan organisasi yang
diperlukan yang menerangkan kegiatan dari gugus kendali mutu. Di

8
dalamnya terdapat alat pokok seperti ballpoint, pensil, buku catatan
penggalan, map, dan barang-barang lain yang berguna bagi anggota gugus
untuk bekerja dalam memecahkan masalah. Kelompok tersebut kemudian
memilih salah satu nama untuk gugus mereka, memilih pemimpin dan
sekretaris, Sekretaris tersebut menangani administrasi dan tugas yang lain.
Apabila formalitas ini telah selesai dilakukan, maka gugus biasanya
memutuskan untuk mempersiapkan suatu daftar dan semua masalah yang
ada, yang para anggotanya ingin menanganinya. Setelah daftar tersebut
selesai dibuat maka pertu untuk dipikirkan suatu metode untuk mengukur
atau mengevaluasi kepelikan dari masalah tersebut Salah satu cara adalah
dengan mengumpulkan data mengenai beberapa kali terjadinya masalah
tersebut, pengulangan pekerjaan, mengenai penolakan, atau dengan cara
lain yang dapat digunakan gugus untuk menaksir berat ringannya masalah
yang ada.
Analisis Masalah / Proyek: Setelah suatu masalah dipilih, maka
gugus dapat mulai menganalisis masalah dengan bantuan dan macam
peralatan statistik penting - sumbang saran (brainstroming) dan diagram
sebab-akibat (cause and effect diagram). Pada umumnya diagram sebab-
akibat digunakan bila faktor akibat dicatat pada ujung sebelah kanan.
sedang empat atau lima faktor akibal dicatat pada ujung sebelah kiri.
Pengumpulan ide melalui teknik sumbang saran membantu agar semua
anggota turut terlibat sehingga berbagai penyebab dapat dikumpulkan pada
sehelai kertas. Pemimpin biasanya meminta kepada para anggota akan
pendapat mereka mengenai penyebab yang ada dan menuliskan penyebab
yang mungkin ada pada kertas itu. Dengan persetujuan dari kelompk,
penyebab utama dipilih untuk dianalisis, sedang serangkaian data yang
lain dikumpulkan untuk mengecek penyebab utama, maka mereka pada
umumnya dapat memeroses letih lanjut untuk mencari pemecahan
terhadap penyebab tersebut.
Namun bilamana data yang ada tidak cukup terbuka, maka anggota
gugus harus mencari penyebab masalah lain dan mengumpulkan data baru
untuk dicocokkan. Kadang-kadang proses ini harus diulangi dua atau tiga
kali sampai penyebab yang sebenarnya diketemukan. Bilamana penyebab
utama sudah diketemukan maka pada umumnya gugus akan berjalan terus
untuk mengembangkan pemecahan.
Mengembangkan Suatu Pemecahan : Bilamana faktor penyebab
telah diselidiki maka anggota gugus bersama-sama memikirkan dan mulai
mempersiapkan usulan pemecahan. Salah satu anggota mungkin
memikirkan mengenal perubahan di dalam peralatan, yang lain
memberikan saran mengenai perubahan didalam bahan, dan dalam hal
yang sama anggota lain mungkin memberikan saran untuk menghilangkan
Oleh karena kebanyakan anggota gugus penyebab yang ada. menghadapi
masalah ini setiap hari maka saran pemecahan mereka biasanya dapat

9
diandalkan, Tidak hanya itu, tetapi salah satu dan pemecahan tersebut
biasanya dapat memperbaiki masalah secara permanen, asal setiap
perubahan lain yang perlu yang akan memberikan pengaruh pemecahan
dilakukan pada waktu yang bersamaan.
Sekali anggota mulai melaksanakan tugas didalam gugus, maka
lambat tetapi mantap" terciptalah semangat kelompok / kebersamaan
didalam gugus tersebut Anggota dapat saling mengenal keadaan masing-
masing. Mereka mulai saling memperhatikan, sehingga dengan demikian
terciptalah rasa "kegotong royongan di dalam kelompok tersebut. Gugus
tersebut menciptakan persahabatan yang baru. Anggota mulai
membicarakan kegiatan bidang usaha maupun masalah lain., Mereka
saling bantu-membantu. Kelompok ini menjadi suatu kekuatan besar di
dalam perusahaan untuk memerangi kompetisi / persaingan yang sernairn
tajam dan masalah inflasi.

4.9. Aspek Mesin Dalam TQC (Machine)


Pendayagunaan mesin menurut Suryohadi (1993) adalah bidang
lain yang unik yang dapat digunakan untuk mengukur keeffektifan
program Gugus Kendali Mutu. Pendayagunaan mesin secara tepat dapat
membantu untuk meningkatkan efsiensi dan akibatnya dapat mengurangi
biaya produksi.
Misalanya : Waktu yang diperlukan untuk mermbuat suatu cetakan
dengan mesin yang sudah tua kira-kira berkisar sekitar 6-7jam salah satu
gugus kendali mutu menangani masalah ini dan dapat mengurangi waktu
pembuatan menjadi hanya 1,5 jam dan oleh sebab itu dapat meningkatkan
kecepatan produksi.
Sering kali perusahaan membahas mengenal program perawatan
dengan desain yang baik dan sistimatis. Tapi kenyataannyabanyak mesin
diabaikan oleh karena kurangnya tenaga / kurangnya wakts. Gugus
Kendali Mutu dapat memperbaiki keadaan ini dengan mengusulkan
perawatan singkat tetapi perlu untuk menjaga agar mesin tetap berjalan.
Menurut Henryanto (1993), Tujuan GKM I TOC pada mesin
melipuli:
1. Tingkat utilitas penggunaan mesin
2. Aspek perawatan mesin
Hal ini merupakan suatu contoh yang unik dimana program gugus
kendali mutu dapat dipakai untuk mengukur tingkat keffektifan program
tersebut Tingkat penggunaan / utilisisasi mesin yang baik akan dapet
mengurangi biaya produksi, Barnyaknya sekali mesin yang kurang
diperhatikan oleh karena kekurangan waktu ataupun kekurangan tenaga
kerja. Gugus Kendali Mutu dapat memperbalki situasi ini yaitu agar mesin
tersebut dapat berjalan terus.

10
4.10. Aspek Material Dalam TQC (Material)
Bahan disini adalah bahan mentah , komponen, sub perakitan serta
pasokan (suppliles), yang digunakan untuk menghasilkan barang barang
dan jasa. Berbagai tingkat manajemen didalam organisasi perlu untuk
dapat menerima ide partisipasi manajemen dimana pimpinan program
Gugus Kendali Mutu mempunyai tanggung jawab untuk menyebarkan ide
yang baik mengenai program Gugus Kendali Mutu tersebut. Manajemen
atas, manajemen menengah, maupun pimpinan serikat buruh perlu
dikenalkan dengan program tersebut secara baik. Hal ini akan membantu
untuk mendapatkan dana yang diperlukan, waktu dan ruang / tempat untuk
memulai program Gugus Kendali Mutu tersebut.
Keterlibatan Manajemen Atas, dalam program gugus kendali mutu
adalah hal penyusunan kebijaksanaandan pedoman Manajemen atas harus
diberikan informasi secara berkala mengenai kemajuan dari program yang
ada, Hal ini akan membantu untuk menunjukkan apa yang telah dicapai
oleh Gugus Kendali Mutu kepada pihak manajemen atas.
Partisipasi Manajemen Menengah_ adalah dalam panitia operasi
dan panitia promosi. Dimana manajemen manajemen menengah ini
dilibatkan didalam kegiatan Gugus Kendali Mutu langsung dari awal
permulaan. Manajemen dapat memberi jasa dalam 5 fungsi pokok yaitu
1. Mendukung keglatan Gugus Kendali Mutu
2. Memberikan partisipasinya didalam Gugus Kendal Mutu
3. Mempromosikan konsep Gugus Kendali Mutu
4. Bertindak sebagai mini koordinator
5. Membentuk Gugus Kendali Mutu dibidangnya masing-masing.

11
CONTOH KASUS

Identifikasi masalah
Contoh Teori Kaizen diterapkan di Industri di Indonesia :Penerapan
Kaizen pada bagian operasional dilakukan secara bertahap dan dilakukan evaluasi
dengan melihat hasil kerja setiap personil dalam pelaksanaan proses perbankan di
Cabang PT Bank Mega Tbk untuk meminimalisir risiko yang dapat terjadi.
Penelitian ini penting dilakukan di PT Bank Mega untuk mengetahui tingkat
efektifitas kerja dan efisiensi waktu dalam proses operasional perbankan sesudah
setiap personil melakukan perbaikan berkesinambungan dari konsep Kaizen yang
sudah disesuaikan dengan Standar Operasional Prosedur yang sudah diatur
perusahaan Implikasi Manajerial yang ditimbulkan dari pelaksanaan Kaizen
adalah lebih mudahnya manajemen waktu dan diikuti dengan penurunan biaya-
biaya yang terkait secara operasional sehingga hal tersebut dapat dijadikan acuan
untuk melakukan penilaian kinerja baik antar personil maupun bagian.

Identifikasi solusi masalah


Dengan Melaksanakan proses Manajemen berdasarkan teori Kaizen
perbaikan berkesinambungan dapat dilakukan dan menghasilkan kinerja
operasional perbankan yang lebih baik dan tercapai tujuan untuk efisiensi dan
efektifitas tiap bagian pada PT.Bank Mega Tbk.sebuah bank nasional besar yang
sering mengadakan Kaizen event untuk menyelesaikan masalah mengenai
kecepatan proses dan efisiensi. Mereka mengadakan Kaizen dalam beberapa
langkah. Pertama, tentukan masalah yang akan diselesaikan. Lalu mereka
membentuk tim, dan menunjuk project sponsor untuk event. Mereka menjalankan
Kaizen dalam format yang spesifik

Kesimpulan dan Saran


Dari uraian diatas bahwa dalam penerapan Total Quality Control yang
ditimbulkan dari pelaksanaan Kaizen adalah lebih mudahnya manajemen waktu
dan diikuti dengan penurunan biaya-biaya yang terkait secara operasional
sehingga hal tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan penilaian kinerja
baik antar personil maupun bagian.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://nopikartika.wordpress.com/2016/10/23/total-quality-control-tqc-2/

13

Anda mungkin juga menyukai