Anda di halaman 1dari 12

Pengendalian Mutu Terpadu

Disusun oleh:

Kelompok 6

MUH. AL HABSY (E011191070)

Ilham Ferdiansa Nur (E011191072)

Ade Rahayu Azzahra (E011191076)

WILDAN NURUL HUDA (E011191077)

Siti Aura Ramadhani (E011191083)

Azwar Ramadhan Arif (E011191091)

ALVIANI WARDIANTI MUSU’ (E011191092)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Hasanuddin
Makassar
2022
KATA PENGANTAR

Assalamuaalaikum wr.wb

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan limpahan rahmatnya kami selalu sehat dan dapat menyelesaikan makalah
ini yang berisikan tentang penjelasan dari Pengendalian Mutu Terpadu. Semoga
makalah ini dapat menjadi sumber yang bisa membantu teman-teman pembaca dalam
hal menambah wawasan terkait isi yang disampaikan dalam makalah ini. Kami
harapkan pula teman-teman pembaca kelak tidak mengalami kesusahan apabila
membaca isi dari makalah yang kami buat bersama ini.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik, saran dan
pertanyaan yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari semua teman-teman
pembaca

Wassalam.

Makassar , 04 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................... 3

BAB I ............................................................................................................................... 4

Pendahuluan ................................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 4

1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 4

Bab II............................................................................................................................... 5

Pembahasan .................................................................................................................... 5

2.1 Pendekatan Total Quality Control (TQC)......................................................................... 5

2.2 Presepsi Mutu .................................................................................................................... 7

2.3 Pelaksanaan Total Quality Control (TQC) ....................................................................... 8

Bab III ........................................................................................................................... 11

Penutup ......................................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 11

3.2 Saran ................................................................................................................................ 11

Daftar Pustaka ............................................................................................................. 12


BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan, merupakan kata
kunci bagi perkembangan suatu perusahaan. Permasalahan kualitas telah mengarah pada
taktik dan strategi perusahaan secara menyeluruh dalam rangka untuk memiliki daya
saing dan bertahan terhadap persaingan global dengan produk perusahaan lain.
Perusahaan yang fleksibel dalam memenuhi tuntutan konsumen, senantiasa berubah
serta menghasilkan produk berkualitas yang kemungkinan besar akan berhasil. Tuntutan
konsumen yang senantiasa berubah inilah yang perlu direspon perusahaan.
Namun hal yang menjadi tantangan terberat bagi setiap perusahaan ialah
bagaimana mereka bisa tetap menjaga dan mengendalikan kualitas mutu perusahaan,
sehingga dari hal tersebut dibutuhkan pengendalian mutu terpadu atau dikenal Total
Quality Control (TQC) untuk menghasilkan mutu yang terbaik dengan upaya perbaikan
dan pengendalian secara berkesinambungan (continous improvement) terhadap
kemampuan produk, manusia, proses, dan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan latar belakang, manajemen mutu mempunyai perkembangan
yang dikaji oleh para ahli. Maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu pendekatan dalam pengendalian mutu terpadu?
2. Apa itu presepsi mutu?
3. Bagaimana pelaksanaan pengendalian mutu terpadu?

1.3 Tujuan
4. Untuk mengetahui pendekatan dalam pengendalian mutu terpadu

5. Untuk mengetahui presepsi mutu


6. Untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian mutu terpadu
Bab II
Pembahasan

2.1 Pendekatan Total Quality Control (TQC)

Digunakan pertama kali pada tahun 1956. TQC dipopulerkan oleh Armada V.
Felgenboum. Dia menuliskan konsep TQC dalam bentuk artikel di Harvard Business Review.
Setelah itu, dia menuliskan buku denga judul Total Quality Control. Dalam TQC, pengendalian
mutu tidak hanya dilakukan kepada produk saja. Namun, seluruh dapartemen dalam
perusahaan.

Total Quality Control adalah berbagai kegiatan didalam penyelidikan dan


pengembangan , produksi, penjualan dan pelayanan purna jual dengan cara rasional untuk
mencapai kepuasan tingkat yang paling ekonomis Wignjosoebroto, 2003. Sedangkan menurut
Feigenbaum 1992, pengendalian mutu terpadu adalah suatu sistem yang efektif untuk
memadukan pengembangan mutu, pemeliharaan mutu dan upaya perbaikan mutu berbagai
kelompok dalam sebuah organisasi agar pemasaran, kerkayasaan, produksi dan jasa dapat
berada pada tingkatan yang paling ekonomis agar pelanggan mendapatkan kepuasan penuh.

Dasar Total Quality Control adalah mentalitas, kecakapan dan manajemen partisipatif
dengan sikap mental yang mengutamakan kualitas kerja. Mentalitas adalah kesediaan bekerja
sungguh-sungguh, jujur dan bertanggung jawab melaksanakan pekerjaannya. Seperti kita
ketahui bahwa TQC sangat diterapkan dalam Teori Kaizen ( Jepang)

Agar penerapan Total Quality Control memperoleh hasil yang maksimal maka ada syarat
pokok yang harus diperhatikan :

1. Seluruh sumber daya manusia yang turut serta dalam proses produksi mengerti dan
memahami arti TQC dan mau melakukannya dalam proses produksi atau pekerjaan lain yang
berkaitan.

2. TQC sebagai totalitas pengendalian terhadap mutu produk, secara bertahap merupakan
rangakaian suatu proses produksi yang menjadi tanggung jawab masing –masing kelompok
kecil dalam suatu rangkaian yang terpadu dari Gugus Kendali Mutu atau Quality Control
Circle yang bekerja dalam satuan tim atau kelompok.

3. Seluruh mata rantai dan sistem tersebut dapat bekerja dan efisien baik disebabkan karena
latar belakang pendidikan dan latihan yang baik maupun sasaran produksi yang baik
menyangkut segi teknologi, penglaman, kerja karyawan serta adanya sikap mental yang
positif dari karyawan.

4. Sikap mental yang positif tersebut adalah ”dengan bekerja produktif dalam suatu semangat
kelompok tim yang kuat akan menjamin mutu produksi yang tinggi, sumber balas jasa yang
lebih baik bagi tenaga kerja dan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan karena adanya
jaminan pasar yang luas.

TQC (Total Quality Control) adalah sistem manajemen yang dinamis yang mengikut
sertakan seluruh anggota organisasi dengan penerapan konsep dan teknik pengendalian
kualitas untuk tercapainya kepuasan pelanggan dan yang mengerjakannya.

Konsep dasar TQC :


1. Kepuasan pemakai (Orientasi pemakai bukan orientasi Standard)

2. Kualitas artinya mutu segala macam pekerjaan

3. Kualitas adalah urusan setiap karyawan (bekerja sekali jadi dan benar).

TQC adalah tentang penerapan prinsip-prinsip manajemen mutu pada proses bisnis
mulai dari tahap perancangan hingga pengiriman barang ke pengguna akhir. Ini mencakup
berbagai teknik Jepang terkait dengan manajemen kualitas seperti Kaizen, Kaikaku,
Kakushin, 5S, Genbashugi yang mengekspresikan berbagai cara untuk meningkatkan
produktivitas organisasi.

5S adalah program peningkatan produktivitas yang sangat populer di Jepang dan 5S


singkatan dari Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke. Seiri adalah memilah dan
membuang barang-barang yang tidak perlu di tempat kerja. Seiton adalah pengaturan barang-
barang yang diperlukan dalam urutan yang baik sehingga mereka dapat dengan mudah dipilih
untuk digunakan. Seiso membersihkan tempat kerja seseorang sepenuhnya sehingga tidak ada
debu di lantai, mesin atau peralatan. Seiketsu mempertahankan tempat kerja seseorang agar
produktif dan nyaman. Shitsuke adalah melatih orang untuk mengikuti kebiasaan kerja yang
baik dan pengawasan ketat terhadap aturan di tempat kerja.

Setelah semangat dan praktik 5S yang baik dipasang sebagai platform, perusahaan
kemudian dapat mengembangkan dan menerapkan program super 5S yang membutuhkan
tingkat kreativitas dan pendekatan kaizen yang lebih tinggi. Ketika produktivitas meningkat
dengan menerapkan program- program di atas, biaya yang tidak perlu untuk pengerjaan
ulang, penundaan, hambatan berkurang dan pada akhirnya kualitas produksi meningkat.

Genbashugi dianggap sebagai prinsip berorientasi lantai toko atau prinsip berpusat
operasi. Ketika masalah terjadi di lantai kerja operasi, pekerja tahu yang terbaik dari itu dan
bagaimana hal itu terjadi. Mereka mungkin tidak tahu bagaimana menyelesaikannya, tetapi
memiliki beberapa petunjuk untuk solusi. Oleh karena itu, manajer atau insinyur harus turun
ke lantai toko untuk melihat benda kerja atau mesin yang sebenarnya dan menyelesaikan
masalah berdasarkan fakta atau data. Faktor-faktor ini perlu dipertimbangkan untuk
meningkatkan produktivitas organisasi.
2.2 Presepsi Mutu
1. Pengertian Persepsi
Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu (Bower).
Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh individu (Gibson) 7 . Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi
penglihatan, penciuman, pendengaran serta pengalaman masa lalu. Persepsi dinyatakan
sebagai proses menapsir sensasi-sensasi dan memberikan arti kepada stimuli. Persepsi
merupakan penafsiran realitas dan masing-masing orang memandang realitas dari sudut
perspektif yang berbeda .
2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Terdapat sejumlah faktor yang dapat berpengaruh untuk memperbaiki dan mendistorsi
persepsi kita yang berbeda dalam melihat suatu objek yang sama, hal ini dipengaruhi oleh: a)
Tingkat pengetahuan dan pendidikan seseorang b) Faktor pada pemersepsi/pihak pelaku
persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti sikap, motivasi, kepentingan atau minat,
pengalaman dan pengharapan. Variabel lain yang ikut menentukan persepsi adalah umur,
tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan,
kepribadian dan pengalaman hidup individu
3. Tahapan persepsi
Diketahui tiga faktor tahap persepsi yaitu pemersepsi, situasi dan target. Ketiga tahap
tersebut dipengaruhi oleh faktor karakteristik seperti pendidikan, pekerjaan, umur dan
status sosial, sebagaimana gambar 2.1. berikut;

Persepsi setiap orang terhadap suatu objek dapat berbeda-beda, oleh karena itu
persepsi mempunyai sifat subjektif, yang dipengaruhi oleh isi memorinya. Semua apa yang
telah memasuki indra dan mendapatkan perhatiannya, akan disimpan dalam memorinya
dan akan digunakan sebagai referensi untuk menghadapi stimuli baru. Dengan demikian
proses persepsi dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya yang tersimpan dalam memori.
4. Pengertian mutu
Mutu secara umum didefinisikan sebagai memenuhi atau melampaui persyaratan
pelanggan. Hal itu berarti produk atau jasa tepat bagi penggunaan oleh pelanggan. Ketepatan
untuk penggunaan berhubungan dengan nilai yang diterima pelanggan dan kepuasan
pelanggan. Hanya pelanggan– bukan produsen – yang dapat menentukannya.

Kepuasan pelanggan merupakan konsep yang relatif berbeda antara pelanggan yang
satu dengan yang lain. Sebagai contoh, beberapa orang mengatakan bahwa mobil Ford sangat
memuaskan sedang yang lain mengatakan tidak. Setiap orang mendefinisikan mutu sesuai
dengan kebutuhan masing-masing. Dari sudut pandang produsen, variasi dalam mutu tidak
dapat ditolerir. Produsen harus menentukan spesifikasi tersebut sambil terus menerus
mengembangkan produknya. Apakah hasilnya memenuhi persyaratan pelanggan atau tidak,
pelangganlah yang menentukannya.

Mutu dari kesesuaian berarti memproduksi suatu produk untuk memenuhi spesifikasi. Jika
produk sesuai dengan spesifikasi, hal itu dianggap oleh operasi sebagai produk bermutu
meskipun mutu desainnya rendah. Sebagai contoh, sepasang sepatu yang tidak mahal dapat
mempunyai mutu yang tinggi jika dibuat sesuai dengan spesifikasinya dan akan memiliki
mutu yang rendah, jika tidak sesuai dengan spesifikasinya. Mutu desain dan mutu kesesuaian
mencerminkan penggunaan yang berbeda dari definisi mutu.

2.3 Pelaksanaan Total Quality Control (TQC)

Total Quality Control (Pengendalian Mutu Terpadu) diprakarsai oleh Dr. J.M. Juran
dan Dr. E.W. deming dan dikembangkan di Jepang oleh Kaoru Ishikawa dengan menerapkan
Quality Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu (GKM). GKM adalah salah satu
konsep baru untuk meningkatkan mutu dan produktivitas kerja industri/jasa. Terbukti bahwa
salah satu faktor keberhasilan industrialisasi di Jepang adalah penerapan GKM secara efektif.
Karena keberhasilan ini, sejumlah negara industri maju dan sedang berkembang termasuk
Indonesia, menerapkan GKM di perusahaan-perusahaan industri guna meningkatkan mutu,
produktivitas dan daya saing. GKM merupakan bagian integral dari PMT dalam suatu
organisasi. Tujuan GKM ini adalah untuk mendayagunakan seluruh aset yang dimiliki
perusahaan / instansi terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan
mutu dalam arti luas

Gugus Kendali Mutu merupakan sebuah sistim dalam manajemen usaha yang ditujukan
untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka meningkatkan
daya-saing produk yang dihasilkan. Sistim ini dilaksanakan melalui pemasyarakatan cara
pandang, cara analisa dan diagnosa dan solusi sesuatu masalah (inefisiensi, produktivitas
rendah dan rendahnya mutu pekerjaan/produk) di lingkungan kerja seluruh jajaran SDM
perusahaan, sehingga dapat membentuk kebiasaan yang diterapkan dalam etos kerja dan
budaya produksi kompetitif.

Fungsi dan kegunaan GKM adalah (1) Penerapan GKM di lingkungan Industri Kecil
Menengah (IKM) akan ikut mempercepat sosialisasi budaya produksi kompetitif melalui
praktek nyata dalam kehidupan perusahaan sehari-hari, sehingga hasilnya akan jauh lebih
efektif daripada sistem ceramah teori yang sering terkendala oleh daya-serap peserta dari
kalangan IKM dan (2) Apabila pemasyarakatan GKM dapat diterapkan semakin meluas di
kalangan IKM, hal ini akan berdampak positif bagi kemajuan dan pertumbuhan IKM terutama
oleh faktor pendorong knowledge-based. Maksud pelatihan GKM adalah untuk menghasilkan
suatu konsep baru untuk meningkatkan mutu dan produktivitas kerja industri/jasa.

Pengertian GKM di dalam perusahaan adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri
3 - 8 orang dari unit kerja yang sama dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan
mengadakan pertemuan untuk melakukan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah.
GKM ini adalah untuk mendaya gunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan/instansi
terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dan
produktivitas, nilai tambah serta meningkatkan keuntungan semua pihak termasuk produsen,
karyawan, konsumen maupun pemerintah.
Tidak semua perusahaan yang menerapkan TQM mampu menghasilkan kinerja perusahaan
yang yang baik. Menurut Soeharso Hardjosoedarmo (1996:40) untuk menjamin keberhasilan
pengimplementasian TQM dalam perusahaan maka perlu mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Tanamkan satu falsafah kualitas;

Pada proses ini manajemen dan karyawan harus memahami sepenuhnya bahwa untuk
mencapai kelangsungan hidup organisasi secara berkesinambungan dalam iklim
persaingan, maka perusahaan harus mencapai kualitas total.

2. Manajemen harus membimbing dan menunjukkan kepemimpinan yang bermutu;

Dari tahap pertama, maka CEO (Chief Executive Officer) harus mampu memberikan contoh
baik dalam pola sikap, pola pikir, maupun pola tindak dan menunjukkan kepemimpinan
yang teguh dalam gerakan mutu.

3. Adakan perubahan terhadap sistem yang lebih kondusif

Tahap ketiga adalah dengan melakukan evaluasi terhadap sistem dan prosedur yang ada
dalam organisasi, apakah sistem tersebut masih kondusif dan konsistem terhadap kualitas
total. Hal-hal yang perlu dievaluasi meliputi; struktur organisasi, proses kegiatan, prosedur
kendali mutu, kebijaksanaan pengembangan sumber daya manusia, metode insentif dan lain-
lain.
4. Didik, latih dan berdayakan (empower) seluruh karyawan.

Setelah tahap pembenahan sistem dan prosedur dalam organisasi, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan pelatihan tentang kualitas total kepada seluruh anggota organisasi,
termasuk para manajer. Dalam pemberdayaan ini seluruh karyawan diberi kepercayaan, tugas,
wewenang dan tanggung jawab untuk mengorganisasikan diri ke dalam self-managing teams
guna perbaikan proses dalam mencapai mutu produk atau jasa.
Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Menurut Feigenbaum 1992, pengendalian mutu terpadu adalah suatu sistem yang efektif
untuk memadukan pengembangan mutu, pemeliharaan mutu dan upaya perbaikan mutu
berbagai kelompok dalam sebuah organisasi agar pemasaran, kerkayasaan, produksi dan jasa
dapat berada pada tingkatan yang paling ekonomis agar pelanggan mendapatkan kepuasan
penuh. Dalam pelaksanaannya pengendalian mutu terpadu merupakan sebuah sistim dalam
manajemen usaha yang bersifat dinamis yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi,
produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka meningkatkan daya-saing produk yang
dihasilkan. Sistim ini dilaksanakan melalui pemasyarakatan cara pandang, cara analisa dan
diagnosa dan solusi sesuatu masalah (inefisiensi, produktivitas rendah dan rendahnya mutu
pekerjaan/produk) di lingkungan kerja seluruh jajaran SDM perusahaan, sehingga dapat
membentuk kebiasaan yang diterapkan dalam etos kerja dan budaya produksi kompetitif.

3.2 Saran

Jika sebuah perusahaan ingin tetap menguasai pangsa pasar produk mereka maka sangat
perlu diterapkan gugus kendali mutu dalam sebuah perusahaan, ini karena sistim manajemen
yang baik sangat berpengaruh dalam dalam pengendalian mutu suatu perusahaan sehingga
dapat memberikan pengaruh dalam proses pengembangkan dan peningkatkan daya – saing
produk perusahaan.
Daftar Pustaka

Armstrong, M. (2001). Buku Pegangan Teknik Manajemen. London: Kogan Page Ltd.
Kementerian Perindustrian. (2007). Pengertian GKM. Jakarta : Direktorat Jenderal Indsutri
Kecil dan Menengah.
ARIFIN KHOLID PUTRA.2014."SQC, TQM, TQC".
https://kholidarifin.wordpress.com/2014/05/13/sqc- tqm-tqc/ . Di akses pada 4 April
2022 pukul 16.00.

Anda mungkin juga menyukai