Anda di halaman 1dari 104

USULAN PENELITIAN TESIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN
TENUN ENDEK DI KABUPATEN KLUNGKUNG

I MADE SUANTARA

PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
USULAN PENELITIAN TESIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KREATIF KERAJINAN
TENUN ENDEK DI KABUPATEN KLUNGKUNG

I MADE SUANTARA
NIM 1291461028

PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018

i
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .............................................................................................................
i
DAFTAR ISI....................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL............................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
v
DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA.........................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
1
1.1 Latar Belakang.....................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................
8
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................
9

BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................


11
2.1. Konsep-konsep dan Definisi yang Digunakan....................
11
2.1.1. Industri kecil...........................................................
11
2.1.2. Industri kreatif........................................................
12
2.1.3. Permintaan tenaga kerja..........................................
12
2.1.4. Jumlah produksi......................................................
13
2.1.5. Teknologi................................................................
13

ii
2.1.6. Modal kerja.............................................................
13
2.1.7. Upah ...................................................................
14
2.1.8. Investasi..................................................................
14
2.2. Teori-teori yang Digunakan ...............................................
15
2.2.1. Industri kecil...........................................................
15
2.2.2. Ekonomi kreatif......................................................
17
2.2.3. Sub-sektor ekonomi kreatif.....................................
18
2.2.4. Ketenagakerjaan dan Permintaan Tenaga
Kerja ................................................................... 21
2.2.5. Fungsi Produksi......................................................
27
2.3. Keaslian Penelitian.............................................................
27

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS


PENELITIAN..............................................................................
32
3.1 Kerangka Berpikir.................................................................
32
3.2 Konsep Penelitian..................................................................
34
3.3 Hipotesis Penelitian...............................................................
35
BAB IV METODE PENELITIAN..............................................................
37
4.1 Rancangan Penelitian...........................................................
37
4.2 Lokasi, Ruang Lingkup, dan Waktu Penelitian....................
37
4.3 Identifikasi Variabel.............................................................
38
4.4 Definisi Operasional Variabel..............................................
39
4.5 Jenis dan Sumber Data.........................................................
40
4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel................
41..........................................................................................
4.7 Metode Pengumpulan Data..................................................
43

iii
4.8 Teknik Analisis Data............................................................ 44
4.8.1 Statistik deskriptif.......................................................
44
4.8.2 Analisis jalur (path analysis).......................................
44

DAFTAR RUJUKAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Indonesia Atas


Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun
2013-2017 (%)...................................................................................... 2
1.2 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang Diserap 4 Jenis
Industri Kecil Terbanyak di Kabupaten Klungkung selama
periode 2016-2017................................................................................ 5

v
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Model Kerangka Pemikiran dan Penelitian Analisis Faktor-


Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri
kreatif kerajinan tenun endek di Kabupaten Klungkung...................... 33
3.2 Kerangka Konsep Pemikiran dan Penelitian Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri
kreatif kerajinan tenun endek di Kabupaten Klungkung...................... 35
4.1 Model Analisis Jalur Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri kreatif
kerajinan tenun endek di Kabupaten Klungkung.................................. 46

vi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

PDB : Produk Domestik Bruto


PDRB : Produk Domestik Regional Bruto

vii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Penyerapan Tenaga Kerja Industri kreatif kerajinan tenun endek di
Kabupaten Klungkung...........................................................................
52

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transformasi sektor ekonomi dari berbasis agraris menjadi perekonomian

yang berbasis industri, menyebabkan sektor industri menjadi leading sektor dalam

perekonomian Indonesia yang diharapkan mampu untuk memberikan pengaruh

positif bagi sektor ekonomi lain dan juga penyerapan tenaga kerja (Arsyad, 2004).

Kondisi industri di Indonesia menggambarkan bahwa 80 persen dikuasai

oleh industri kecil yang pada umumnya dijalankan oleh masyarakat kecil. Peranan

industri kecil sangat penting bagi perkembangan ekonomi lokal, karena sesuai

dengan tujuan pembangunan lokal yaitu membuka lapangan kerja bagi

masyarakat, menggunakan sumber daya yang ada dan dapat memenuhi kebutuhan

pasar lokal (Rejekiningsih, 2004; Saputra, 2010). Pertumbuhan dan

perkembangan industri kecil mendorong terciptanya kegiatan ekonomi kreatif

yang mengembangkan potensi sub-sektor industri kreatif.

Gagasan ekonomi kreatif dipercaya dapat memobilisasi kreativitas

masyarakat sehingga menjadi aspek penting yang mampu mengubah kondisi

ekonomi lokal (Chapain dan Comunian, 2006; Foord, 2008). Ekonomi kreatif

menyajikan media komunikasi dan sektor budaya sebagai lokasi prioritas bagi

pertumbuhan pasar dan kesempatan kerja sehingga dapat menjadi pusat

pertumbuhan ekonomi pada umumnya, baik pada tingkat lokal maupun nasional

(Stam, de Jong, dan Marlet, 2008; Power dan Nielsen, 2010; Peuter, 2011).
2

Tabel 1.1
Distribusi Persentase PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2017 (%)
No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pertanian, Kehutanan dan 13,28 13,18 13,04 12,83 12,68
1
Perikanan
Pertambangan dan 9,70 9,28 8,54 8,21 7,87
2
Penggalian
3 Industri Pengolahan 21,72 21,65 21,54 21,38 21,22

4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,09 1,10 1,06 1,06 1,02

Pengadaan Air,
5 Pengelolaan Sampah, 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 9,47 9,65 9,79 9,80 9,97
6
Perdagangan Besar dan
7 Eceran; Reparasi Mobil 13,72 13,75 13,44 13,31 13,23
dan Sepeda Motor
Transportasi dan 3,73 3,82 3,88 3,97 4,10
8
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi 2,99 3,01 2,99 3,00 3,01
9
dan Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi 4,28 4,49 4,70 4,87 5,09

Jasa Keuangan dan


11 3,75 3,73 3,87 4,01 4,02
Asuransi
12 Real Estat 2,99 2,99 2,97 2,96 2,92
13 Jasa Perusahaan 1,54 1,61 1,65 1,69 1,74
Administrasi
14 Pemerintahan, Pertahanan 3,55 3,46 3,45 3,39 3,29
dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 3,07 3,08 3,15 3,11 3,07
Jasa Kesehatan dan
16 1,04 1,07 1,09 1,09 1,10
Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainnya 1,51 1,57 1,61 1,66 1,72
PDB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Indonesia

Tabel 1.1 menunjukkan kontribusi sektor industri pengelolahan terhadap

PDB yang merupakan sektor tertinggi yang menyumbangkan PDB dibandingkan

sektor lainnya, akan tetapi menunjukkan penurunan dalam lima tahun terakhir.
3

Penurunan ini disebabkan oleh kehidupan ekonomi umat manusia telah berubah

seiring dengan berlangsungnya proses globalisasi ekonomi dan banyaknya temuan

baru dibidang teknologi komunikasi dan informasi.

Indonesia memiliki empat kawasan industri yang sudah diakui sebagai

kawasan kreatif, dengan infrastruktur fondasi dan pilar industri yang kuat antara

lain; Bandung, Bali, DKI Jakarta dan Yogyakarta. Keempat kawasan tersebut

merupakan citra atau identitas yang menjadi tolak ukur perkembangan industri

kreatif di Indonesia.

Saat ini, ekonomi kreatif selalu ramai apalagi setelah mengetahui betapa

besarnya sumbangan industri ekonomi kreatif seperti seni, musik, fashion,dan

periklanan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, industri ekonomi

kreatif ini merupakan hasil dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan, serta bakat

individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan

menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu. Industri

ekonomi kreatif merupakan basis dari karakter dan simbol kehadiran bangsa

Indonesia di tengah pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia. Dengan memperkuat

struktur industri berbasis tradisi dan budaya, kekayaan intelektual dan warisan

budaya bangsa dapat dilestarikan sebagai sumber inspirasi untuk menghasilkan

produk-produk inovatif baru bernilai tambah dan berdaya saing tinggi dan

umumnya berskala kecil menengah seperti industri rumah tangga.

Industri kreatif, terkait dengan eksplorasi kreativitas seseorang untuk

memperoleh penghasilan, menyerap pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan,

telah berhasil memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian


4

Indonesia baik ditinjau dari kontribusi terhadap Nilai Produk Domestik Bruto

(PDB), Jumlah Ketenagakerjaan, dan Aktivitas Perusahaan. Pemerintah dituntut

semakin berperan untuk mengembangkan Industri Kreatif dimasa yang akan

datang, sehingga Industri Kreatif bisa dijadikan solusi kreatif untuk mengentaskan

kemiskinan di Indonesia.

Industri kreatif merupakan salah satu pilar penting dalam membangun

ekonomi nasional. Alasannya, industri ini mampu menciptakan sumber daya

manusia yang berdaya saing di era globalisasi, sekaligus juga menyejahterakan

masyarakat Indonesia. Provinsi Bali yang terkenal dengan industri kreatifnya,

dimana sebagian besar masyarakat Bali berkecimpung di bidang industri kreatif.

Seperti yang kita ketahui ekonomi kreatif di Bali berkembang sangat pesat salah

satunya di bidang industri kreatif.

Tabel 1.2 menunjukkan kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB

Propinsi Bali pada tahun 2013 hingga 2017. Bali sebagai salah satu kawasan

industri kreatif justru menunjukkan pertumbuhan sektor industri yang cenderung

menurun dalam lima tahun terakhir, bahkan pada tahun 2017 kontribusi sektor

industri pengolahan hanya 6,05 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

pengembangan industri kreatif di Bali belum mampu meningkatkan kontribusi

sektor industri terhadap PDRB.

Tabel 1.2
Distribusi Persentase PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku 2010
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2017 (%)
No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pertanian, Kehutanan dan 15,22 14,65 14,65 14,67 14,35
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 1,31 1,25 1,11 1,08 0,98
5

3 Industri Pengolahan 6,44 6,38 6,53 6,38 6,05


4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,13 0,15 0,19 0,22 0,24
5 Pengadaan Air, Pengelolaan 0,20 0,18 0,18 0,18 0,18
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
6 Konstruksi 9,86 9,02 8,86 8,85 8,83
7 Perdagangan Besar dan Eceran; 8,31 8,27 8,34 8,33 8,61
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 8,42 9,08 9,29 9,57 9,45
9 Penyediaan Akomodasi dan 21,53 23,10 23,01 22,76 23,33
Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi 5,44 5,14 5,17 5,16 5,13
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 4,30 4,19 4,12 4,14 3,98
12 Real Estat 4,44 4,36 4,19 4,04 3,90
13 Jasa Perusahaan 1,00 0,98 1,02 1,05 1,06
14 Administrasi Pemerintahan, 5,09 5,01 4,95 4,92 5,07
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan 4,82 4,77 4,85 5,05 5,13
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan 1,99 1,98 2,05 2,10 2,15
Sosial
17 Jasa Lainnya 1,50 1,48 1,49 1,53 1,55
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Kabupaten Klungkung bagian dari Provinsi Bali, berinisiatif untuk

mengimplementasikan kegiatan industri kreatif yang berbasis budaya unggulan

khususnya pada industri kecil sebagai kekuatan ekonomi local (Saptutyningsih,

2005; Geria, 2009). Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2009)

sejauh ini di Provinsi Bali terdapat 4 sub sektor ekonomi kreatif yang memiliki

potensi untuk dikembangkan, yaitu: musik, penerbitan dan percetakan, kerajinan

dan fashion. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Klungkung melalui Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Klungkung merumuskan tiga

subsektor potensial yang dapat berkembang, yaitu: pasar barang seni, kerajinan

dan fashion (baliklungkungtranding, 2013).


6

Tabel 1.3
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2017 (%)
No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017
1 2 3 4 5 6 7
Pertanian, Kehutanan,
1 1.94 4.84 5.52 0.88 0.2
dan Perikanan
Pertambangan dan
2 7.21 -0.96 -7.08 -4.67 -1.32
Penggalian
3 Industri Pengolahan 8.67 8.64 6.6 7.37 3.89
Pengadaan Listrik dan
4 7.99 3.63 3.9 2.73 5.02
Gas
Pengadaan Air,
5 Pengelolaan Sampah, 5.37 6.48 2.19 4.21 2.6
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 5.79 1 6.14 14.96 9.73
Perdagangan Besar dan
7 Eceran; Reparasi Mobil 8.87 6.5 6.31 7.09 7.92
dan Sepeda Motor
Transportasi dan
8 7.13 9.19 6.93 4.34 8.19
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
9 8.51 5.23 5.85 10.26 13.92
dan Makan Minum
Informasi dan
10 5.59 6.32 6.86 8.52 7.28
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
11 13.34 8.86 7.29 9.26 2.27
Asuransi
12 Real Estate 6.78 8.14 6.28 4.66 6.01
13 Jasa Perusahaan 9.04 6.84 7.15 3.19 5.15
Administrasi
Pemerintahan,
14 -0.25 10.07 9.66 6.62 -1.59
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 13.58 9.95 11.5 8.28 7.99
Jasa Kesehatan dan
16 12.61 11.73 11.63 8.45 8.03
Kegiatan Sosial
17 Jasa Lainnya 3.97 7.04 7.56 7.43 8.13
  Jumlah 6.05 5.98 6.11 6.28 5.34
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Klungkung

Dari Tabel 1.3 perkembangan industri pengolahan setiap atahunnya justru

mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh semakin berkurangnya minat


7

masyarakat untuk terjun dibidang industri pengolahan tersebut, padahal tahun-

tahun sebelumnya industri pengolahan menyumbang PDRB yang cukup besar.

Kabupaten klungkung merupakan salah satu kabupaten yang merupakan daerah

tujuan wisatawan karena denga ragam dan kebudayaannya yang dianggap unik

oleh wisatawan asing, sudah seharusnya industri pengolahan tersebut

dikembangkan agar dapat menarik minat wisatawan khususnya pada industri

kreatif.

Permasalahan dan issu yang berkembang di masyarakat bahwa salah satu

faktor yang menyebabkan penurunan nilai produksi pada industri pengolahan

diantaranya adalah rendahnya permintaan pasar. Penyebab tersebut yakni

dipengaruhi oleh kualitas – kualitas yang dihasilkan oleh industri pengolahan

cenderung kurang diminati oleh masyarakat Bali maupun luar Bali. Sebagai

contoh yakni produk kain tenun ikat seperti endek yang sudah dikomodifikasi.

Kemampuan suatu sektor ekonomi termasuk sektor industri dalam

menyerap tenaga kerja tercermin dari tingkat permintaan tenaga kerja pada

perusahaan - perusahaan yang tergabung ke dalam kelompok industri. Permintaan

perusahaan terhadap input tenaga kerja merupakan permintaan turunan (derived

demand) dari permintaan konsumen terhadap produk (output) perusahaan. Artinya

permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja ditentukan oleh permintaan

konsumen terhadap produk perusahaan. Jika permintaan terhadap output

perusahaan besar, maka kemungkinan permintaan terhadap tenaga kerjajuga

besar. Hal itu karena pengusaha berproduksi karena ingin memenuhi permintaan

konsumen.
8

Tabel 1.4 menunjukkan jumlah usaha, dan tenaga kerja dari industri kecil

yang memiliki potensi dikembangkan menjadi industri kreatif. Industri tekstil

yang memproduksi kerajinan tenun endek di Kabupaten Klungkung pada tahun

2016 hingga tahun 2017 menunjukkan adanya peningkatan tertinggi,

dibandingkan industri lain dilihat dari jumlah usahanya. Sedang dari sisi tenaga

kerja, industri kerajian tenun endek menunjukan posisi yang tertinggi dari jumlah

tenaga kerja yang diserap.

Melihat peranan sektor industri kreatif khususnya sub sektor fashion yang

memproduksi kerajinan tenun endek demikian besar terhadap penyerapan tenaga

kerja, maka industri tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.

Jika dibina dengan baik maka sub sektor ini akan menjanjikan semakin luasnya

kesempatan kerja, sehingga perlu dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan tenun endek di Kabupaten

Klungkung.

Tabel 1.4
Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang Diserap 4 Jenis Industri Kecil
dan MenengahTerbanyak di Kabupaten Klungkung selama periode 2016-
2017
Jumlah Usaha (unit) Tenaga Kerja (orang)
No Jenis Industri
2016 2017 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kerajinan tenun endek 63 96 1.272 1.391
2 Kerajinan Logam 128 125 1.005 993
Makanan dan Minuman
3 55 68 317 379
Olahan
4 Kerajinan kayu 30 25 373 286
Sumber: Dinas Perindustrian Dan Tenaga Kerja Kabupaten Klungkung, (data
diolah)
9

Tenun endek merupakan salah satu warisan budaya lokal yang menjadi

produk unggulan tekstil Kabupaten Klungkung. Untuk mengangkat produk

unggulan ini, pemerintah Kabupaten Klungkung dan Dinas Perindustrian dan

Tenaga Kerja Kabupaten Klungkung, aktif melaksanakan berbagai kegiatan

meliputi workshop, seminar, fashion show, dan berbagai kegiatan lainnya.

Perkembangan industri tenun endek di Kabupaten Klungkung tentu diharapkan

dapat meningkatkan sumbangan sektor industri khususnya industri kreatif

terhadap PDRB. Disamping itu, industri kerajinan tenun endek juga diperkuat

oleh distribution store yang menawarkan kerajinan tenun endek hasil produksi

brand lokal (Suluh Bali,2013).

Mengingat bahwa semakin berkembangnya industri kreatif yang mulai

menyerap tenaga kerja terutama industri kerajinan tenun endek di Kabupaten

Klungkung, maka sangat penting untuk mengetahui faktor - faktor apa saja yang

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri endek di Kabupaten

Klungkung. Dengan mengetahui faktor – faktor tersebut, pemerintah dapat mulai

mengembangkan sektor industri yang nantinya akan mampu meningkatkan

penyerapan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.

Modal kerja berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi dalam suatu

industri. Penelitian yang dilakukan Sutristyaningtyas dan Sadik (2012) bahwa

setiap kenaikan modal kerja sebesar 1 persen, maka jumlah produksi akan

meningkat sebesar 3,752117 persen. Yuniartini (2013) juga menjelaskan modal

kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi, dimana

setiap penambahan modal kerja sebesar 1 rupiah maka jumlah produksi akan
10

meningkat sebesar 3,411 unit. Modal kerja yang dimiliki oleh suatu industri akan

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri tersebut. Teori ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Yanuwardani dan Woyanti (2009) yang

menyatakan bahwa setiap peningkatan modal kerja akan meningkatkan

penyerapan tenaga kerja dalam suatu industri. Sementara penelitian yang

dilakukan oleh Adrianto (2013) menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh

negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan penambahan modal

kerja yang dilakukan cenderung untuk menambah bahan baku dan insentif kepada

tenaga kerja.

Upah merupakan pemberian kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan

produksi yang pada dasarnya adalah imbalan atau balas jasa dari para produsen

kepada tenaga kerja atas prestasinya dalam kegiatan produksi. Sistem pengupahan

harus adil dan kompetitif agar pekerja termotivasi dan dapat meningkatkan

kesejahteraannya. Pada umumnya semakin tinggi upah maka akan memperkecil

penyerapan tenaga kerja dalam suatu industri karena berkaitan dengan efisiensi

biaya produksi (Umar, 2010; Sulistiawati, 2012). Pernyataan tersebut didukung

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Falch (2008), Dimas dan Woyanti

(2009) dan Ransom dan Sims (2009) menunjukkan bahwa variabel upah

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Artinya saat

terjadi kenaikan upah maka penyerapan tenaga kerja dalam suatu industri juga

akan mengalami penurunan.

Teknologi memiliki peranan penting dalam pengembangan industri kecil

akan tetapi pengembangan teknologi masih menjadi kendala. Penggunaan


11

teknologi dalam suatu industri tentu akan sangat mempengaruhi jumlah tenaga

kerja yang dibutuhkan. Semakin majunya teknologi, hasil produksi akan lebih

baik dan kuantitas produksi hampir sama dengan manusia. Kenyataan ini

menyebabkan industri lebih memilih meningkatkan teknologi dibanding

penyerapan tenaga kerja (Levy dan Powell, 2000; Haryani, 2002; Heatubun,

2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniartini (2013) menunjukkan

bahwa teknologi tidak berpengaruh terhadap jumlah produksi dalam suatu

industri. Di sisi lain pengaruh teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja

memiliki pengaruh positif. Hal ini dinyatakan oleh Indraswati (2012), yang

mendapatkan hasil bahwa teknologi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja

sebesar 17, 79 persen.

Investasi memiliki peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja, dalam

industri kreatif khususnya investasi dengan bentuk padat karya. Nilai investasi

akan menentukan skala usaha dan mempengaruhi kemampuan usaha dalam

menggunakan faktor produksi (Ito dan Rose, 2005; Rizvi, 2009; Putra, 2012).

Penelitian yang dilakukan Jamli (2012) menyatakan bahwa investasi berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap jumlah produksi. Penambahan investasi sebesar 1

rupiah, akan menurukan jumlah produksi sebesar 2,08 persen. Sementara itu,

penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Woyanti (2009) menunjukkan bahwa

kenaikan investasi pada usaha kecil sebesar 100 juta rupiah akan meningkakan

permintaan tenaga kerja sebanyak 6 hingga 7 orang.

1.2 Rumusan Masalah


12

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat disusun rumusan masalah

penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimanakah pengaruh modal kerja, upah, investasi dan teknologi terhadap

jumlah produksi pada industri kerajinan tenun endek di Kabupaten

Klungkung?

2) Bagaimanakah pengaruh modal kerja, upah, investasi, teknologi, dan jumlah

produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan tenun

endek di Kabupaten Klungkung?

3) Apakah jumlah produksi memediasi pengaruh modal kerja, upah,investasi dan

teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan tenun

endek di kabupaten Klungkung?

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Untuk menganalisis pengaruh modal kerja, upah, investasi dan teknologi

terhadap jumlah produksi pada industri kerajinan tenun endek di Kabupaten

Klungkung.

2) Untuk menganalsis pengaruh modal kerja, upah, investasi, teknologi, dan

jumlah produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan

tenun endek di Kabupaten Klungkung.


13

3) Untuk menganalisis peran jumlah produksi dalam memediasi modal kerja,

upah, investasi dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri

kerajinan tenun endek di Kabupaten Klungkung.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara teoritis

maupun praktis bagi semua kalangan yang berkaitan dengan penelitian ini.

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk pembuktian teori terkait

teori tentang produksi, ekonomi kreatif, ketenagakerjaan (permintaan &

penawaran tenaga kerja), modal kerja maupun faktor – faktor yang

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kreatif atapun

memperkuat teori dan hasil penelitian sebelumnya. Selain itu diharapkan

menjadi referensi untuk penelitian berikutnya.

2) Kegunaan Praktis

Dengan mengetahui adanya pengaruh modal kerja, upah, teknologi, dan nilai

produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kreatif di Kabupaten

Klungkung diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran maupun

pertimbangan bagi pemerintah maupun daerah setempat dalam membuat dan

menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan industri kecil,

ekonomi kreatif, sub sektor ekonomi kreatif, ketenagakerjaan dan permintaan

tenaga kerja, dan fungsi produksi dan penyerapan tenaga kerja pada industri

kerajinan tenun endek di Kabupaten Klungkung.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep-konsep dan Definisi yang Digunakan

Dalam penelitian ini muncul banyak istilah yang terkait dengan

penyerapan tenaga kerja. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu penjelasan konsep-

konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini. Konsep-konsep yang diuraikan

pada bagian berikut adalah konsep industri kecil, industri kreatif, permintaan

tenaga kerja, penyerapan tenaga kerja, jumlah produksi, modal kerja, upah,

investasi dan teknologi.

2.1.1 Industri kecil

Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan jumlah tenaga kerja per unit

usaha sebagai kriteria untuk membedakan antara berbagai industri. Menurut BPS,

industri kecil adalah industri yang mempekerjakan 5-19 orang pekerja. Definisi

lain dikemukakan oleh Mead dan Liedholm (1998) yang menjelaskan bahwa

kegiatan industri kecil pada umumnya mempekerjakan 1-50 orang pekerja.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menambahkan bahwa

usaha kecil adalah suatu badan usaha milik Warga Negara Indonesia (WNI) baik

perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih (tidak

termasuk tanah dan bangunan) sebanyak-banyaknya 200 juta rupiah dan atau

mempunyai omzet/nilai output atau hasil penjualan rata-rata per tahun sebanyak-

banyaknya 1 milyar rupiah dan usaha tersebut berdiri sendiri.

14
15

2.1.2 Industri kreatif

a. Teori Ekonomi Kreatif Menurut John Howkins

Istilah Ekonomi Kreatif pertama kali diperkenalkan oleh tokoh bernama

John Howkins, penulis buku "Creative Economy, How People Make

Money from Ideas". Jhon Howkins adalah seorang yang multi profesi.

Selain sebagai pembuat film dari Inggris ia juga aktif menyuarakan

ekonomi kreatif kepada pemerintah Inggris sehingga dia banyak terlibat

dalam diskusi-diskusi pembentukan kebijakan ekonomi kreatif dikalangan

pemerintahan negara-negara Eropa. Menurut definisi Howkins, Ekonomi

Kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah

Gagasan. Benar juga, esensi dari kreatifitas adalah gagasan. Bayangkan

hanya dengan modal kerja gagasan, seseorang yang kreatif dapat

memperoleh penghasilan yang sangat layak. Gagasan seperti apakah yang

dimaksud? Yaitu gagasan yang orisinil dan dapat diproteksi oleh HKI.

Contohnya adalah penyanyi, bintang film, pencipta lagu, atau periset

mikro biologi yang sedang meneliti farietas unggul padi yang belum

pernah diciptakan sebelumnya ( Nenny, 2008).

b. Teori Industri Kreatif Menurut Dr. Richard Florida

Adalah seorang Doktor dibidang Ekonomi, Dr. Richard Florida dari

Amerika, penulis buku "The Rise of Creative Class" dan "Cities and the

Creative Class" memperkenalkan tentang industri kreatif dan kelas kreatif

di masyarakat (Creative Class). Florida sempat mendapat kritik, bila ada

kelompok tertentu dilingkungan sosial yang memiliki kelas tersendiri,


16

apakah ini terkesan elit dan eksklusif? Tidak juga. Justru menurut Florida,

ia menghindari kesan tersebut karena gejala dari istilah-istilah sebelumnya

seperti Knowledge Society yang dinilai elitis. Menurut Florida "Seluruh

umat manusia adalah kreatif, apakah ia seorang pekerja di pabrik kacamata

atau seorang remaja digang senggol yang sedang membuat musik hip-hop.

Namun perbedaanya adalah pada statusnya (kelasnya), karena ada

individu-individu yang secara khusus bergelut dibidang kreatif dan

mendapat faedah ekonomi secara langsung dari aktivitas tersebut. Tempat-

tempat dan kota-kota yang mampu menciptakan produk-produk baru yang

inovatif tercepat akan menjadi pemenang kompetisi di era ekonomi ini”

(Nenny, 2008).

c. Teori Industri Kreatif Menurut Robert Lucas

Adalah pemenang Nobel dibidang Ekonomi, mengatakan bahwa kekuatan

yang menggerakan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota atau

daerah dapat dilihat dari tingkat produktifitas klaster orang orang

bertalenta dan orang-orang kreatif atau manusia-manusia yang

mengandalkan kemampuan ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya

( Nenny, 2008).

d. Teori Industri Kreatif Menurut Visi Pemerintah

Definisi Industri Kreatif dari visi Pemerintah, sebagai berikut: Industri-

industri yang mengandalkan kreatifitas individu, keterampilan serta talenta

yang memiliki kemampuan meningkatkan taraf hidup dan penciptaan

tenaga kerja melalui penciptaan (gagasan) dan eksploitasi HKI. (Diambil


17

dari definisi UK Department of Culture, Media and Sport, 1999 dalam

Nenny, 2008).

e. Teori Industri Kreatif Menurut Alvin Toffler

Teori Alvin Toffler menyatakan bahwa gelombang peradaban manusia itu

dibagi menjadi tiga gelombang. Gelombang pertama adalah abad

pertanian. Gelombang kedua adalah abad industri dan gelombang ketiga

adalah abad informasi. Sementara ini Toffler baru berhenti disini. Namun

teori-teori terus berkembang, saat ini peradaban manusia dengan kompetisi

yang ganas dan globalisasi, masuklah manusia pada era peradaban baru

yaitu Gelombang ke-4. Ada yang menyebutnya sebagai Knowledge-based

Economy ada pula yang menyebutnya sebagai ekonomi berorientasi pada

Kreativitas (Nenny, 2008) Definisi idustri kreatif sendiri menurut

Departemen Perdagangan pada studi pemetaan industri kreatif tahun 2007

dalam buku Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 (2008)

adalah: “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan,

serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan

pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta

individu tersebut.”

2.1.3 Permintaan tenaga kerja

Keputusan pengusaha untuk meningkatkan atau mengurangi permintaan

tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap permintaan konsumen akan barang dan

jasa. Semakin tinggi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa maka
18

permintaan tenaga kerja juga akan meningkat dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan,

pengusaha mempekerjakan seseorang untuk meningkatkan produksi barang dan

jasa perusahaannya (Simanjuntak, 1985 dalam Tindaon, 2009). Perkembangan

industri kreatif memberikan dampak terhadap permintaan tenaga kerja.

Potensialnya pasar produk-produk kreatif sehingga meningkatkan jumlah usaha

yang pada akhirnya menyebabkan peningkatkan permintaan tenaga kerja (Putra,

2010; Martini, 2011).

2.1.4 Jumlah Produksi

Jumlah produksi adalah kuantitas yang dihasilkan dari kombinasi dan

koordinasi berbagai faktor-faktor produksi selama periode waktu tertentu. Jumlah

produksi dalam suatu industri sangat dipengaruhi oleh tingkat investasi. Semakin

tinggi tingkat investasi pada suatu industri maka jumlah produksi juga akan

mengalami peningkatan (Sukirno, 2005; Jamli, 2012).

2.1.5 Teknologi

Teknologi berarti perubahan dalam teknik produksi, perbaikan peralatan

yang digunakan dalam proses produksi, peningkatan kemampuan pekerja, dan

perbaikan dalam mengurus perusahaan. Penggunaan teknologi yang tepat guna

akan mendukung adanya inovasi-inovasi produk, meningkatkan daya saing

produk dan menjadi hambatan masuk bagi perusahaan pesaing (Sukirno, 2005;

Kesumadinata dan Budiana, 2012).


19

2.1.6 Modal kerja

Modal kerja kerja merupakan aktiva lancar yang digunakan oleh

perusahaan untuk mendanai kegiatan produksi, seperti pembelian bahan baku,

pembayaran utang dan lainnya. Modal kerja kerja terdiri dari barang yang akan

digunakan dalam proses produksi, tidak meliputi mesin, tanah dan bangunan milik

perusahaan tersebut. Semakin tinggi modal kerja yang dimiliki oleh industri maka

penyerapan tenaga kerja juga akan semakin tinggi. (Zamrowi, 2007; Ahmad, 2004

dalam Arsha dan Natha, 2013).

2.1.7 Upah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan, Bab I Pasal 1 angka 30 dijelaskan bahwa upah adalah

hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja yang ditetapkan dan dibayarkan sesuai

dengan perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan yang

berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya, atas pekerjaan

yang telah dilakukannya (Nisfihani, Wijaya, dan Junaidi, 2013). Sukirno (2005)

dan Badan Pusat Statistik (2011) menjelaskan upah merupakan balas jasa yang

dibayarkan oleh perusahaan kepada tenaga kerja atas jasa fisik maupun mental

yang telah mereka sediakan, sebelum dikurangi pajak baik dalam bentuk uang

maupun barang.

2.1.8 Investasi

Investasi didefinisikan sebagai pengeluaran atau penanaman modal kerja

pada perusahaan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang modal kerja


20

dan perlengkapan lain yang dapat membantu proses produksi dan bertujuan untuk

meningkatkan kapasitas faktor-faktor produksi. Tingkat suku bunga sangat

mempengaruhi investasi. Jika tingkat suku bunga lebih tinggi dari pengembalian

modal kerja maka investasi yang dilakukan tidak menguntungkan sehingga

perusahaan akan membatalkan investasi tersebut. Barang modal kerja sendiri

terdiri dari pabrik, kantor, mesin dan produk tahan lama lain yang digunakan

dalam proses produksi. Peningkatan output yang terjadi secara signifikan akan

mempengaruhi permintaan tenaga kerja. Investasi semacam ini dinamakan

investasi modal kerja kerja, walaupun masih ada jenis investasi lainnya yaitu:

investasi konsumsi dan investasi produksi (Sukirno, 2004; Imamudin, 2008 dalam

Silvia dkk, 2013; Kawengian dalam Dewi, 2009, Susilo, 2012).

2.2 Teori-Teori yang Digunakan

2.2.1 Industri Kecil

Industri kecil merupakan salah satu komponen dari industri pengolahan

yang masih menggunakan sistem sederhana dan dinilai mampu untuk

meningkatkan penyerapan tenaga kerja sehingga perlu dioptimalkan peranannnya

sehingga diperlukan langkah-langkah untuk mendukung industri kecil untuk

meningkatkan konsistensi dan efektivitasnya (Europe Commission, 2005; Badan

Pusat Statitik, 2010; Adrianto, 2013). Kuncoro (2000) menjelaskan bahwa usaha

kecil pada umumnya memiliki karakteristik yang seragam, yaitu:

1) Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara administrasi dan operasional.

Kebanyakan pemilik adalah perorangan dan merangkap menjadi pengelola.

Sumber tenaga kerja juga kebanyakan dari keluarga.


21

2) Industri kecil kurang memiliki akses ke lembaga perkreditan formal,

dikarenakan sulitnya persyaratan yang diajukan untuk peminjaman kredit. Hal

ini menyebabkan kebanyakan mereka menggantungkan permodal kerjaan dari

pinjaman informal seperti dari keluarga terdekat atau bahkan rentenir. Ini akan

sangat menghambat pertumbuhan usaha kecil.

3) Sebagian besar industri kecil belum berbadan hukum.

Perkembangan industri kecil dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok:

1) Livelihood Activities

Merupakan usaha kecil menengah yang digunakan sebagai kesempatan untuk

mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal.

2) Micro Enterprise

Merupakan usaha kecil menengah yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum

memiliki sifat kewirausahaan.

3) Small Dynamic Enterprise

Merupakan usaha kecil menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan

dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

4) Fast Moving Enterprise

Merupakan usaha kecil menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan

dan akan melakukan transformasi menjadi usaha besar (Rahmana, 2009;

Ngatindriatun dkk, 2011).

Industri kecil juga memiliki konsep yang terdiri dari 2 aspek, yaitu:
22

1) Aspek Perusahaan

Usaha kecil dari aspek perusahaan adalah aktivitas produksi yang

mengkombinasikan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa,

memasarkan dan mencari keuntungan.

2) Aspek Pengusaha

Usaha kecil dari aspek pengusaha yaitu orang dibalik usaha atau perusahaan

yang biasanya adalah pemilik, pengelola sekaligus administrator dari

perusahaanya (Korawijayanti dan Listayani, 2009).

2.2.2 Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009

tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Tahun 2009-2015. Untuk itu dalam

rangka menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan diperlukan

pengembangan ekonomi kreatif guna mengatasi jumlah kemiskinan agar tidak

semakin bertambah. Pengembangan ekonomi kreatif banyak ditentukan oleh

perkembangan industri kreatif di tanah air (Jurnal Kajian Lemhanas, 2012).

Industri kreatif merupakan komponen ekonomi dimana keterampilan,

kreativitas, bakat dan budaya lokal merupakan masukan dan kekayaan intelektual

adalah outputnya (Potts dan Cunningham, 2008; Keane, 2009; Cutler dan

Buckeridge dalam James, 2010). Boston’s Creative Economi (2011)

mengkategorikan kegiatan ekonomi kreatif meliputi:

1) Kegiatan langsung yang menggunakan kreativitas individu dan keterampilan

yang ditandai dengan inovasi dan orisinalitas yang mengarah ke penciptaan

kekayaan intelektual dalam bentuk hak cipta.


23

2) Setiap kegiatan (hulu/hilir) yang secara langsung memberikan kontribusi untuk

kegiatan kreatif seperti bahwa produk tersebut tidak akan ada dalam bentuk

yang sama tanpa itu.

3) Pekerja mandiri (penulis atau seniman) karena industri kreatif juga mencakup

banyak pekerja keras.

Murjana Yasa (2009) mengatakan bahwa produk-produk kreatif memiliki

ciri-ciri seperti: siklus hidup yang singkat, risiko yang relatif tinggi, margin,

keanekaragaman, dan persaingan yang tinggi dan mudah ditiru. Untuk melindungi

produk kreatif tersebut, diperlukan pengakuan hak kekayaan intelektual agar

unsur budaya yang terkandung dalam setiap produk tidak diklaim oleh pihak lain.

2.2.3 Sub Sektor Ekonomi Kreatif

Higgs, dkk (2008) menjelaskan bahwa ada sebelas kemungkinan bagi

industri kreatif yang dapat diidentifikasi yaitu yang menciptakan budaya ‘produk’

termasuk seni, film dan permainan interaktif, dan mereka menyediakan bisnis jasa

di bidang: arsitektur, pemasaran periklanan, design web dan pengembangan

software. Istilah ekonomi kreatif juga mencakup berbagai mass media yang terdiri

dari: radio, televisi, kantor berita dan penerbitan, serta pembuatan perhiasan dan

museum.

Moelyono (2010) menjelaskan bahwa sub-sektor yang merupakan bagian

dari industri berbasis kreativitas adalah terdiri dari:

1) Periklanan

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa periklanan meliputi proses kreasi,

produksi, dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar,
24

perencanaan iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, kampanye relasi

publik, promosi, tampilan iklan di media cetak dan elektronik, pemasangan

berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur

dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau sample,

serta sewaan kolom iklan.

2) Arsitektur

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan

biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi secara

menyeluruh dari level makro sampai level mikro.

3) Desain

Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior,

desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset

pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

4) Pasar Barang Seni

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik

dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang galeri,

toko, pasar swalayan, dan internet.

5) Kerajinan
25

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk

yang dibuat dan dihasilkan oleh tenaga pengrajin mulai dari desain awal

sampai dengan proses penyelesaian produknya.

6) Musik

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi atau komposisi, pertunjukan,

reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

7) Fashion

Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki,

dan desain aksesori mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya,

konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.British Council

(2008) menyatakan bahwa fashion merupakan sub sector yang relatif kecil tapi

mampu berintegrasi tinggi ke pasar internasional karenamampu melakukan

ekspor atas produk-produk mereka.

8) Permainan Interaktif

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi

permainan computer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan

edukasi. Sub-sektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan

semata-mata, tapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

9) Video, Film, dan Fotografi

Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa

fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya

penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

10) Seni Pertunjukan


26

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten,

produksi pertunjukan, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata

panggung, dan tata pencahayaan.

11) Layanan Komputer dan Piranti Lunak

Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi

termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database,

pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem,

desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan keras, serta

desain portal termasuk perawatannya.

12) Riset dan Pengembangan

Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan

penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut

untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru,

alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan

pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan

pengembangan bahasa, sastra, seni; serta jasa konsultasi bisnis dan

manajemen.

13) Penerbitan dan Percetakan

Kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku,

jurnal, koran, majalah, tabloid dan konten digital serta kegiatan kantor dan

pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai,


27

uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga

lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya.

14) Televisi dan Radio

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan

pengemasan acara televisi, penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan

radio, termasuk kegiatan station relay siaran radio dan televisi.

2.2.4 Ketenagakerjaan dan Permintaan Tenaga Kerja

1) Tenaga Kerja

Sitanggang dan Nachrowi (2004) menyatakan ada dua pengertian

tenaga kerja:

(1) Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar kerja dan biasanya siap untuk

digunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa. Kemudian

penerima tenaga kerja meminta tenaga kerja dari pasar tenaga kerja.

Selama bekerja, mereka akan mendapat imbalan jasa berupa upah atau

gaji.

(2) Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia

yang sangat dibutuhkan setiap perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar merupakan potensi

sumber daya manusia yang dapat diandalkan.

Tenaga kerja atau sumber daya manusia adalah manusia, baik jasmani

dan rohani yang digunakan dalam proses produksi, dipandang sebagai suatu

faktor produksi yang mampu untuk meningkatkan daya guna faktor produksi

lainnya (mengolah tanah, memanfaatkan modal kerja, dan sebagainya)


28

sehingga dipandang sebagai suatu investasi dan banyak perusahaan yang

memberikan pendidikan kepada karyawannya sebagai wujud kapitalisasi

tenaga (Suroso, 1994 dalam Rasinan, 2010; Lestari dan Darsana, 2012).

2) Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah jumlah atau banyaknya orang yang

bekerja di berbagai sektor perekonomian. Permintaan pengusaha atas tenaga

kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa.

Pengusaha mempekerjakan seseorang karena itu membantu produksi barang

dan jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Dengan kata lain

pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari

pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya.

Permintaan tenaga kerja yang seperti ini disebut dengan derived demand

(Simanjuntak, 1985 dalam Tindaon dan Yusuf AG, 2009). Berapa jumlah

tenaga kerja yang diminta di pasar tenaga kerja ditentukan oleh faktor-faktor

berikut ini:

(1) Modal kerja

Dalam prakteknya faktor-faktor produksi baik sumberdaya

manusia maupun yang non sumber daya manusia seperti modal kerja tidak

dapat dipisahkan dalam menghasilkan barang atau jasa. Pada suatu industri,

dengan asumsi faktor-faktor produksi yang lain konstan, maka semakin

besar modal kerja yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga

kerja (Haryani, 2002).


29

Modal kerja kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka

pendek atau disebut juga sebagai asset lancar (current asset); di antaranya

adalah kas/bank, persediaan, piutang, investasi jangka pendek dan biaya

dibayar dimuka. Ada suatu konvensi akunting bahwa asset lancar adalah

suatu suatu asset perusahaan yang dikonversi kepada kas/bank kurang

dalam 1 tahun. Total dari asset lancar disebut gross working capital.

Sumber dana untuk investasi dalam asset lancar perusahaan berasal dari

kewajiban lancar (current liabilities), seperti antara lain: utang lancar,

utang bank jangka pendek, utang pajak penghasilan, uang muka

pelanggan, dan lainnya. Utang lancar adalah kewajiban perusahaan yang

harus dipenuhi oleh perusahaan kurang dalam satu tahun. Sedangkan net

working capital adalah selisih antara asset lancar dengan kewajiban

lancar, untuk itu modal kerja kerja bersih adalah didanai oleh sumber

utang jangka panjang (long term debt) dan sebagian modal kerja

sendiri (Raharjaputra, 2009).

(2) Upah

Dalam teori ekonomi, upah merupakan pembayaran atas jasa-jasa

fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada pengusaha.

Dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan di antara

pembayaran kepada pegawai tetap dengan pembayaran ke atas jasa-jasa

pekerja kasar dan tidak tetap. Di dalam teori ekonomi kedua jenis

pendapatan pekerja dinamakan upah. Ahli ekonomi membedakan

pengertian upah menjadi dua, yaitu upah uang dan upah riil. Upah uang
30

adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha

sebagai pembayaran ke atas tenaga mental atau fisik para pekerja yang

digunakan dalam proses produksi. Upah riil adalah upah pekerja yang

diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang dan jasa yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Sukirno, 2006).

Sumarsosno (2003, dalam Fadliilah dan Atmanti, 2012)

menjelaskan bahwa upah akan mempengaruhi biaya produksi. Naiknya

upah akan menaikkan biaya produksi perusahaan, selanjutnya akan

meningkatkan harga per unit barang yang diproduksi. Konsumen biasanya

akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang,

yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak mau membeli barang yang

bersangkutan. Akibatnya banyak produk yang tidak terjual dan terpaksa

produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi

mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan, Penurunan

jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala

produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect.

Apabila upah naik (asumsi harga dari barang modal kerja lainnya

tidak berubah) maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan

teknologi padat modal kerja untuk proses produksinya dan menggantikan

kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang modal kerja

seperti mesin. Penurunan penggunaan jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan karena penggunaan mesin disebut efek substitusi atau

substitution effect.
31

(3) Jumlah Produksi

Jumlah produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah

barang yang dihasilkan oleh suatu industri. Naik turunnya permintaan

pasar akan hasil produksi akan sangat mempengaruhi penyerapan tenaga

kerja dalam industri tersebut (Sumarsono, 2003 dalam Putra, 2012).

Yanuwardani (2009) selanjutnya menjelaskan untuk meningkatkan

output diperlukan peningkatan input yang digunakan, dalam hal ini

tenaga kerja. Semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka semakin

tinggi pula jumlah barang yang diproduksi dengan asumsi faktor

produksi lainnya tetap maka jumlah produksi juga akan meningkat.

(4) Investasi

Karib (2012) menjelaskan investasi bertujuan untuk

meningkatkan produksi dan produktifitas yang lebih tinggi yang akan

mengakibatkan surplus yang lebih besar, sehingga mempengaruhi proses

investasi pada sektor yang satu atau yang lainnya. Dengan begitu

kesempatan kerja semakin meningkat sehinnga mempengaruhi

penyerapan kerja. Persamaan matematis investasi adalah:

L = f(I)………………...……………….………………………...(1)

Keterangan:
L = Jumlah Tenaga Kerja
I = Investasi

(5) Teknologi

Teknologi memliki peran penting dalam industrialisasi.

Perkembangan teknologi akan menimbulkan akibat penting dalam proses


32

produksi dan produktivitas. Kemajuan teknologi yang dapat

menggantikan tenaga manusia dengan mesin akan meningkatkan

produktivitas industri dan juga meningkatkan mutu. Dalam era industri

kreatif yang menuntut keterampilan dan kreatifitas dari para pelakunya,

peranan teknologi sangatlah penting untuk melakukan inovasi dan

modifikasi produk agar memberikan nilai tambah lebih dan memenuhi

keinginan pasar tidak hanya dalam negeri tapi juga pasar ekspor

(Sukirno, 2005; O’Connor, 2007; Sumarno, 2010).

Kemajuan teknologi akan sangat mempengaruhi penyerapan

tenaga kerja. Bila suatu industri menggunakan teknologi padat modal

kerja, yang akan meningkatkan produktivitas barang modal kerja maka

penyerapan tenaga kerja pada industri tersebut akan berkurang karena

adanya efek substitusi. Sedangkan apabila suatu industri menggunakan

teknologi yang padat karya, maka penyerapan tenaga kerja akan

mengalami peningkatan.

2.2.5 Fungsi Produksi

Kombinasi dari berbagai faktor produksi untuk menciptakan output barang

dan jasa, dinyatakan dalam fungsi produksi sebagai berikut:

Q=f ( K , L , R ,T )………………………………………………………...(2)

Keterangan:
Q = Jumlah Produksi
K = Modal kerja
L = Tenaga Kerja
R = Kekayaan Alam
T = Teknologi
33

Berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung pada jumlah modal kerja,

jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan

(Sukirno, 2005).

2.2 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai penyerapan tenaga kerja pada industri kecil telah

dilakukan beberapa peneliti dengan menggunakan variabel yang berbeda-beda.

Berikut ini beberapa penelitian mengenai penyerapan tenaga kerja pada industri

kecil yang pernah dilakukan:

Penelitian yang dilakukan oleh Yanuwardani dan Woyanti (2009) dengan

judul “Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Pada Industri Kecil Tempe Di Kota Semarang”. Tujuan dari penelitian ini adalah .

Untuk menganalisis faktor modal kerja kerja, nilai produksi dan upah yang

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil tempe di Kota

Semarang dan untuk mengkaji faktor yang paling berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja pada industri kecil tempe di Kota Semarang. Penelitian

ini mengambil sampel 58 pengusaha tempe di Kota Semarang. Hasil dari

penelitian ini adalah variabel modal kerja memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sedangkan variabel upah memiliki

pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Dan variabel

jumlah produksi memiliki pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Sutristyaningtyas dan Sadik (2012) melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Di Kecamatan Socah

kabupaten Bangkalan (Studi Kasus Industri Kecil Pengolahan Kapur) Tahun


34

2012”.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel

upah, nilai produksi dan modal kerja terhadap penyerapan tenaga kerja pada

industri pengolahan kapur. Hasil dari penelitian ini adalah variabel upah memiliki

pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika

terjadi kenaikan upah maka tidak akan memberikan pengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja. Variabel modal kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja.

Penelitian yang dilakukan Budiawan (2013) dengan judul “Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Industri Pengolahan

Ikan di Kabupaten Demak” bertujuan untuk bertujuan untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh upah, modal kerja dan nilai produksi pada penyerapan tenaga

kerja terhadap industri kecil pengolahan ikan di Kabupaten Demak. Penelitian ini

mengmbil sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebanyak 75 unit

usaha. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel modal kerja upah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Variabel

jumlah produksi memiliki pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Adrianto (2013) dengan judul “Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil

(Studi Kasus Pada Industri Krupuk Rambak di Kelurahan Bangsal, Kecamatan

Bangsal, Kabupaten Mojokerto)”.Tujuan dari adalah untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil di

kabupaten Mojokerto, dimana industri kecil tersebut masih tetap mampu bersaing

dan bertahan, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu usaha strategis dalam
35

mencapai pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian ini adalah variabel modal

kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Artinya saat terjadi peningkatan modal kerja kerja dalam usaha, pengusaha lebih

memilih untuk meningkatkan pembelian bahan baku produksi daripada

menambah tenaga kerja. Pengusaha cenderung memberikan uang tambahan

kepada pekerja atas tambahan waktu bekerja daripada menambah jumlah tenaga

kerja.

Lestari dan Woyanti (2009) dengan judul “Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai

Investasi, dan Upah Minimum terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri

Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Semarang” memperoleh hasil variabel upah

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.Variabel

investasi menunjukkan pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Kenaikan investasi dalam suatu industri akan menyebabkan peningkatan terhadap

penyerapan tenaga kerja.

Rahmawati (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Investasi Dan Upah

Terhadap Kesempatan Kerja Di Jawa Timur” bertujuan untuk mengetahui

pengaruh investasi dan upah secara simultan dan parsial terhadap kesempatan

kerja di Jawa Timur. Hasil dari penelitian ini adalah variabel investasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur

sedangkan variabel upah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja

di Jawa Timur.

Penelitian yang dilakukan oleh Dimas dan Woyanti (2009) dengan judul “

Penyerapan Tenaga Kerja Di DKI Jakarta”. Penelitian ini bertujuan Menganalisis


36

pengaruh PDRB terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta, menganalisis

pengaruh upah riil terhadap penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta, dan

menganalisis pengaruh tingkat investasi riil terhadap penyerapan tenaga kerja di

DKI Jakarta. Hasil dari penelitian ini adalah, variabel upah berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika terjadi kenaikan upah, maka

penyerapan tenaga kerja akan mengalami penurunan. Variabel investasi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga, sehingga saat

investasi naik maka penyerapan tenaga kerja akan mengalami penurunan.

Penelitian yang dilakukan Indraswati (2012) berjudul “Pengaruh Modal

kerja Kerja, Nilai Upah Dan Teknologi Industri Kerajinan Serat Agel Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Di Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo”.

Bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal kerja kerja industri kerajinan serat

agel terhadap penyerapan tenaga kerja di Desa Salamrejo; Pengaruh nilai upah

industri kerajinan serat agel terhadap penyerapan tenaga kerja di Desa Salamrejo;

Pengaruh teknologi industri kerajinan serat agel terhadap penyerapan tenaga kerja

di Desa Salamrejo; dan Pengaruh modal kerja kerja, nilai upah dan teknologi

secara simultan pada industri kerajinan serat agel terhadap penyerapan tenaga

kerja di Desa Salamrejo. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30

pengusaha kerajinan serat agel di Desa Salamrejo. Hasil dari penelitian ini adalah

terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel modal kerja kerja, upah

dan teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja.

Keaslian penelitian ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan dengan

penelitian sebelumnya. Penelitian ini menambahkan variabel teknologi sebagai


37

salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dan subyek dari

penelitian ini adalah industri kreatif .


BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Perkembangan sektor industri sebagai leading sector dalam perekonomian

Indonesia sebesar 80 persen dikuasai industri kecil. Pertumbuhan dan

perkembangan industri kecil di Indonesia mendorong munculnya kegiatan

ekonomi kreatif yang menggunakan budaya dan kreatifitas sebagai bahan utama

dalam pembuatan dan pengembangan produk. Bali merupakan salah satu kawasan

kreatif di Indonesia yang memiliki tiga sub sektor potensial. Salah satu sub sektor

yang memiliki perkembagan paling potensial adalah sub sektor kerajinan

khususnya industri kerajinan tekstil tenun endek di Kabupaten Klugkung. Melihat

peranan sektor industri kreatif khususnya sub sektor kerajinan yang demikian

besar terhadap penyerapan ternaga kerja, jika dibina dengan baik maka sub sektor

ini akan menjanjikan semakin luasnya kesempatan kerja, maka perlu dianalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan

tenun endek di Kabupaten Klungkung. Modal kerja, upah, jumlah produksi,

investasi dan teknologi merupakan faktor-faktor yang akan dianalisis dalam

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kreatif kerajinan tenun

endek di Kabupaten Klungkung. Penelitian ini dibagi dalam dua substruktur.

Substruktur pertama akan melihat pengaruh modal kerja, upah, teknologi dan

investasi (variabel independen) secara tidak langsung terhadap penyerapan tenaga

kerja (variabel dependen) melalui jumlah produksi (variabel endogenous).


39

Substruktur kedua akan melihat pengaruh modal kerja, upah, teknologi, investasi

dan jumlah produksi secara langsung terhadap penyerapan tenaga kerja.

Industri

Industri
Industri Besar Industri Kecil
Menengah

Ekonomi Kreatif

Sub Sektor
Kerajinan
Faktor yang
mempengaruhi
penyerapan tenaga kerja:
1. Modal kerja Jumlah Penyerapan
2. Upah Tenaga Kerja
Produksi
3. Teknologi
4. Investasi
5. Jumlah Produksi
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kerajinan
tenun endek di Kabupaten Klungkung

3.3 Kerangka Konsep

Selanjutnya penelitian akan melihat arah masing-masing variabel independent

terhadap variabel dependen. Variabel modal kerja memiliki pengaruh positif


40

terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika modal kerja dalam industri kerajinan tenun

endek meningkat maka penyerapan tenaga kerja juga akan mengalami

peningkatan. Variabel upah memiliki pengaruh negatif terhadap penyerapan

tenaga kerja. Jika upah terus mengalami peningkatan, maka industri kerajinan

tenun endek akan mengurangi penyerapan tenaga kerja karena terkait dengan

efisiensi biaya produksi. Variabel jumlah produksi memiliki pengaruh positif

terhadap penyerapan tenaga kerja. Semakin tinggi jumlah produksi dalam industri

kerajinan tenun endek maka penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat.

Variabel investasi memiliki pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Jika investasi dalam industri kerajinan tenun endek meningkat, maka penyerapan

tenaga kerja akan mengalami peningkatan. Variabel teknologi memiliki pengaruh

negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika penggunaan teknologi dalam

industri kerajinan tenun endek semakin modern, maka industri kerajinan tenun

endek akan mengurangi penyerapan tenaga kerja

Modal kerja
(X1)

Upah
(X2)
Jumlah produksi Penyerapan
Investasi (Y1) Tenaga Kerja
(X3) (Y2)

Teknologi
(X4)
41

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kerajinan
tenun endek di Kabupaten Klungkung

3.3 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan

penelitian yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan

permasalahan, tujuan penelitian, dan kajian-kajian teori yang relevan ataupun

hasil penelitian sebelumnya (Sugiyono, 2008), maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1) Modal kerja, upah, teknologi dan investasi berpengaruh signifikan secara tidak

langsung terhadap penyerapan tenaga kerja melalui jumlah produksi pada

industri kerajinan tenun endek di Kabupaten Klungkung.

2) Modal kerja, upah, teknologi, investasi dan jumlah produksi berpengaruh

signifikan secara langsung terhadap penyerapan tenaga kerja industri kerajinan

tenun endek di Kabupaten Klungkung.

3) Modal kerja, upah, teknologi, investasi dan jumlah produksi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kerajinan

tenun endek di Kabupaten Klungkung.


42

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian harus berpedoman pada permasalahan penelitian dan

hipotesis yang disusun karena merupakan titik tolak dari setiap rancangan penelitian

(Suparmoko, 1999). Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan

adalah penelitian kuantitatif dengan tingkat eksplanasi asosiatif.

Berdasarkan hipotesis penelitian, variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian adalah modal kerja, upah, nilai produksi, investasi, teknologi dan

penyerapan tenaga kerja. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling yang berdasarkan kriteria tertentu. Pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: observasi, wawancara dan wawancara

mendalam. Data yang telah terkumpul akan diolah dengan menggunakan teknik

analisis statistik deskriptif dan analisis jalur. Terakhir, dilakukan interpretasi masing-

masing variabel untuk melihat kesesuaian model teoritik dan empirik sehingga dapat

ditarik kesimpulan dari rumusan masalah penelitian.

4.2 Lokasi, Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dipilih di Kabupaten Klungkung pada bulan November

hingga Desember 2018. Hal ini dilakukan karena Kabupaten Klungkung merupakan

salah satu kawasan di Bali yang mengembangkan ekonomi kreatif khususnya sub
43

sektor kerajinan salah satunya industri kerajinan tenun endek, yang jumlah

penyerapan tenaga kerjanya terbesar dan mengalami peningkatan dari tahun 2016

hingga 2017. Ruang lingkup penelitian akan dibatasi pada variabel-variabel yang

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kerajinan tenun endek dari

tekstil yaitu modal kerja, upah, investasi, teknologi, jumlah produksi dan penyerapan

tenaga kerja.

4.3 Identifikasi Variabel

Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang diteliti, maka variabel

yang dianalisis dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1) Variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain atau variabel yang mengalami perubahan akibat pengaruh variabel

bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Penyerapan

Tenaga Kerja (Y2).

2) Variabel bebas (independent variable) yaitu variabel yang mempengaruhi

variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah Modal kerja (X 1),

Upah (X2), Investasi (X3), dan Teknologi (X4).

3) Variabel intervening yaitu variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan

antara variabel independen dan dependen. Dalam penelitian ini variabel

intervening adalah variabel Jumlah Produksi (Y1).

Variabel-variabel dalam penelitian ini juga dikelompokkan menjadi variabel

eksogen dan endogen sebagai berikut.


44

1) Variabel eksogen adalah variabel yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam

model. Dalam penelitian ini, variabel eksogen adalah Modal kerja (X 1), Upah

(X2), Investasi (X3), dan Teknologi (X4).

2) Variabel endogen adalah variabel yang diprediksikan oleh salah satu atau

beberapa variabel lain dalam model. Dalam penelitian ini, variabel endogen

adalah Jumlah Produksi (Y1) dan Penyerapan Tenaga Kerja (Y2).

4.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel dengan cara memberi arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Berdasarkan identifikasi terhadap variabel-variabel yang digunakan dan untuk

menghindari kesalahan dalam mengartikan variabel yang diteliti. Berikut ini

dijelaskan definisi operasional dari masing-masing variabel.

1) Modal kerja (X1) merupakan seluruh dana yang digunakan dalam proses produksi,

yang tidak termasuk tanah dan bangunan atau biasa disebut modal kerja kerja.

Dalam penelitian ini modal kerja kerja adalah modal kerja kerja rata-rata selama

satu bulan yang diukur dalam satuan ribuan rupiah.

2) Upah (X2) adalah biaya tenaga kerja yang dibayarkan oleh pengusaha industri

kecil kreatif yang dinyatakan dalam uang dengan satuan rupiah. Dalam penelitian

ini upah adalah upah rata-rata yang dibayarkan pengusaha dalam waktu satu bulan

dalam satuan ribuan rupiah.


45

3) Investasi (X3) adalah pembelian atas barang modal kerja industri kecil selama satu

bulan yang diukur dalam satuan ribuan rupiah.

4) Teknologi (X4) yang digunakan industri kecil kreatif dibedakan antara pilihan

teknologi modern dan teknologi sederhana. Teknologi sederhana merupakan

teknologi yang mudah dipahami, murah dan memiliki skala produksi yang

rendah, sedangkan teknologi modern yaitu teknologi yang memiliki tingkat

kesulitan kompleks dan skala produksi yang tinggi. Data yang diperoleh adalah

data nominal dengan nilai 1 (modern) dan 2 (sederhana). Kemudian untuk

kebutuhan analisis, data diubah menjadi dummy 1 (modern) dan 0 (sederhana).

Jadi variabel teknologi (X4) adalah variabel dummy.

5) Jumlah produksi (Y1) adalah jumlah kain endek yang dihasilkan dari pengolahan

tekstil/proses pertenunan dalam waktu satu bulan dan diukur dengan satuan meter.

6) Penyerapan tenaga kerja (Y2) adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja pada tiap

perusahaan industri kerajinan tenun endek di Kabupaten Klungkung dalam rata-

rata tiap bulannya dengan satuan orang.

4.5 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sifatnya jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka dan dapat diukur. Data

kuantitatif dalam penelitian ini adalah data Pendapatan Domestik Bruto (PDB)

Indonesia Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha
46

Tahun 2013-2017, data Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang Diserap 4

Industri Kecil Terbanyak di Kabupaten Klungkung selama periode 2016 - 2017.

2) Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata, kalimat,

skema, dan gambar. Data kualitatif tidak dapat dihitung dan tidak berupa angka

tetapi merupakan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah penjelasan, gambar grafik

keseimbangan di pasar tenaga kerja dan gambar kurva penawaran tenaga kerja.

Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung, dicatat dan diamati

untuk pertama kalinya dan hasilnya digunakan langsung untuk memecahkan

permasalahan yang dicari jawabannya (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini

data primer adalah data yang diperoleh dari kuesioner, meliputi data modal kerja,

upah, teknologi, investasi, jumlah produksi, dan tenaga kerja industri tekstil

kerajinan tenun endek di Kabupaten Klungkung.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh sudah dalam bentuk sudah jadi,

dikumpulkan dan diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, dalam

bentuk text book dan jurnal (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini data sekunder

meliputi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2017, Jumlah Unit Usaha dan

Tenaga Kerja yang Diserap 4 Industri Kecil Terbanyak di Kabupaten Klungkung

selama periode 2016 - 2017.


47

4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel

4.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang

mempunyai kausalitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Pada penelitian ini

populasi yang digunakan adalah perusahaan industri kreatif yang bergerak dalam sub

sektor kerajinan, khususnya industri kecil kerajinan tenun yang memproduksi kain

endek di Kabupaten Klungkung. Populasi dari industri kreatif kerajinan tenun endek

ini sebanyak 96 unit usaha.

4.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Untuk menentukan jumlah sampel dalam

penelitian ini, digunakan rumus slovin (Setiawan, 2007).

N
n= ………………………………………………………………..(3)
1+ N e 2

Keterangan:

n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = derajat bebas

Dari jumlah popoulasi tersebut dengan taraf signifikansi sebesar 5 persen, dengan

rumus slovin akan diperoleh jumlah sampel.


48

96
n= 2
=77 unit usaha.
1+ 96(0.05)

4.6.3 Metode Penentuan Sampel

Pada teknik penentuan sampel, dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling yaitu pengambilan sampel tidak acak dengan berdasarkan kriteria-kriteria

tertentu, sebagai berikut:

1) Produksi mengalami peningkatan pesat dalam lima tahun terakhir.

2) Pemasaran luas baik lokal, nasional, dan internasional.

3) Produk menggunakan bahan baku lokal.

4) Produk memiliki kandungan budaya lokal.

4.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu

melalui wawancara dan observasi dengan menggunakan daftar pertanyaan atau

kuesioner.

1) Observasi

Observasi adalah salah satu pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengadakan pengamatan secara langsung. Dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara observasi non perilaku seperti data jumlah industri kecil dan penyerapan

tenaga kerja pada industri kecil di Kabupaten Klungkung.

2) Wawancara
49

Wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah

dipersiapkan sebelumnya yang terkait dengan variabel modal kerja, upah,

teknologi, jumlah produksi, investasi dan penyerapan tenaga kerja yang

diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian mengenai factor-faktor

yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja secara tidak langsung dan langsung

pada industri kerajinan tenun endek di Kabupaten Klungkung.

3) Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam merupakan metode mengumpulkan informasi yang lebih

dalam. Pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan informan, yaitu

pemilik atau manajer perusahan kerajinan tenun endek di Kabupaten Klungkung

yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

4.8 Teknik Analisis Data

4.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin

mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku

untuk populasi dimana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2008).

4.8.2 Analisis Jalur (Path Analysis)


50

Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda.

Analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas

antar variabel (casual model) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori.

Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat dan juga tidak

dapat digunakan sebagai substitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas

antar variabel dibentuk dengan model berdasarkan landasan teoritis. Analisis jalur

menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan

untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas imajiner. Diagram jalur

memberikan secara eksplisit menggambarkan hubungan kausalitas antar variabel

berdasarkan teori. Anak panah menunjukkan hubungan langsung antar variabel

(Suyana Utama, 2007).

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis jalur adalah, sebagai berikut:

1) Menentukan topik penelitian yang disesuaikan dengan data dan permasalahan riil

hasil observasi di lapangan. Dalam penelitian ini berdasarkan pada kajian teoritis

dan hasil penelitian sebelumnya maka diambil topik penelitian tentang: Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif

Kerajinan Tenun Endek di Kabupaten Klungkung.

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dibuat persamaan struktural analisis jalur sebagai

berikut:

Persamaan substruktural pertama:

Y1 = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + E1

Persamaan substruktural kedua:


51

Y2 = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5Y1 + E2

Gambar 4.1 menunjukkan terdapat tiga hubungan substruktural. Pertama,

substruktural yang menyatakan hubungan kausal dari X1, X2, X3, X4 ke Y1.

Hubungan yang kedua, substruktural yang menyatakan hubungan kausal dari X1,

X2, X3, X4 ke Y2.. Dan yang terakhir, menyatakan hubungan kausal antara variabel

Y1 dan Y2.

2) Penghitungan koefisien jalur dengan menggunakan software SPSS (Statisical

Product and Service Solution) versi 15.0 melalui analisis regresi secara parsial

dimana koefisien jalurnya adalah merupakan koefisien regresi yang

distandardisasi (standardized coefficients beta) untuk pengaruh langsungnya.

Pengaruh tidak langsung adalah perkalian antara koefisien jalur dari jalur yang

dilalui setiap persamaan dan pengaruh total adalah penjumlahan dari pengaruh

langsung dengan pengaruh tidak langsung.

Modal kerja
b1 b5
(X1)
e b6

Upah
(X2) b2
b3 Jumlah produksi b9 Penyerapan
Investasi (Y1) Tenaga Kerja
(X3) (Y2)
b7
Teknologi b4
(X4)
b8
e2
52

Gambar 4.1 Model Analisis Jalur Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kreatif Tenun
Endek di Kabupaten Klungkung

3) Interpretasi Analisis

Interpretasi analisis dilakukan setelah tahap regresi selesai dilakukan. Pada tahap

ini, dilihat kesesuaian antara hasil regresi analisis jalur dengan teori yang ada

sehingga bisa diketahui pengaruh tidak langsung dan langsung variabel

independen terhadap variabel dependen. Jika terjadi ketidakcocokan hasil antara

hasil analisis regresi dengan teori, maka hasil regresi tersebut perlu dianalisis

lebih lanjut untuk mengetahui apa penyebab ketidakcocokan hasil tersebut.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1. Profil Kabupaten Klungkung


53

Kabupaten Klungkung, merupakan Kabupaten yang paling kecil dari 9

(Sembilan) Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali dengan luas 315 km2 secara

geografis terletak diantara 115.21’28” - 115.37’43’ Bujur Timur dan 008.27 o 37 o –

008.49o 00 o
Lintang Selatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Klungkung adalah

sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bangli, sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Karangasem sebelah selata Samudera India dan sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Gianyar.

Secara administratif Kabupaten Klungkung terbagi menjadi 4 (empat)

kecamatan dan terdiri atas 59 desa dengan 394 banjar adat. Adapun kecamatan dan

luas wilayah masing-masing kecamatan serta persentase terhadap total wilayah

Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1
Luas wilayah Kabupaten Klungkung menurut kecamatan
Nama Kecamatan Jumlah Luas % terhadap total
N keluranan/Desa wilayah (Km2)
o
Klungkung 18 29.050 9.22
1
Banjarangkan 13 45.730 14.52
2
Dawan 12 37.380 11.87
3
4 Nusa Penida 16 202.840 64.39
Jumlah 59 315.000 100
Sumber : BPS Klungkung dalam Angka

Jarak dari Ibukota Kabupaten Klungkung (Kota Semarapura) ke Ibu kota

Provinsi Bali (Kota Denpasar) sekitar 40 km yang dihubungkan oleh jalan arteri

primer dengan waktu tempuh perjalanan darat sekitar 30-45 menit. Jarak antara
54

Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten berkisar antara 0-25 km, dimana

Kecamatan Nusa Penida merupakan daerah yang memiliki jarak terjauh dari Ibukota

Kabupaten.

Jumlah penduduk Kabupaten Klungkung berdasarkan data Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2011 tercatat sebanyak 213.792 jiwa, terdiri

dari 106.425 jiwa penduduk laki-laki dan 107.367 jiwa penduduk perempuan. Dari

tahun ke tahun jumlah penduduk Kabupaten Klungkung relatif terus bertambah. Jika

dibandingkan dengan Tahun 2010, penduduk Kabupaten Klungkung bertambah

28.520 jiwa atau 13.34%. Dan bila dibandingkan tahun 2007 jumlah penduduk

Klungkung tercatat 176.822 jiwa ini berarti ada kenaikan 4.56% hingga tahun 2010.

Distribusi penduduk Kabupaten Klungkung tidak tersebar secara merata untuk

masing-masing kecamatan. Kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak

adalah Kecamatan Klungkung dengan 63.221 jiwa, sedangkan Kecamatan Dawan

merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu 42.450 jiwa.

Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Klungkung pada Tahun 2011 adalah 679

jiwa/km2 . Kepadatan penduduk paling tinggi adalah di Kecamatan Klungkung

dengan tingkat kepadatan sebesar 2.176 jiwa/km2 , sedangkan Kecamatan Nusa

Penida memiliki tingkat kepadatan terendah dengan 299 jiwa/km2 .

Proyeksi penduduk digunakan untuk melihat perkembangan penduduk di

masa yang akan datang. Dengan adanya proyeksi penduduk, untuk 5 tahun

mendatang, menggunakan metode sesuai trend yang terjadi, apabila diperhatikan

maka pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klungkung selama 5 tahun terakhir


55

sampai Tahun 2011 cenderung meningkat dengan rata-rata perkembangan (r) sebesar

4,63 % (0,0463).

Proyeksi penduduk di Kabupaten Klungkung dengan perhitungan yang

menggunakan tahun awal adalah Tahun 2011 sebesar 213.792 jiwa dan asumsi angka

pertumbuhan (r) per tahun adalah 0,0463, maka jumlah penduduk Kabupaten

Klungkung pada akhir tahun 2015 sebanyak 256.536 jiwa. Berdasarkan perhitungan

tersebut diperoleh gambaran bahwa jumlah pertambahan penduduk Klungkung

sebanyak 42.744 jiwa. Sedangkan jumlah Kepala Keluarga bertambah sebanyak

18.938 KK.

Kabupaten Klungkung yang merupakan salah satu kota besar yang terkenal

dengan berbagai industri rumahannya di Bali. Kabupaten Klungkung yang

merupakan salah satu kota seni lengkap dengan warisan budayanya memiliki laju

perkembangan industri kain tenun sebagai industri rumah tangga, kecil dan menengah

mengalami pertumbuhan setiap tahunnya.

Perkembangan industri rumah tangga, kecil dan menengah di kabupaten

Klungkung menjadikan kabupaten Klungkung sebagai satu-satunya kabupaten atau

kota yang memiliki unit usaha di sektor industri rumah tangga, kecil dan menengah

khususnya adalah industri kain tenun. Perkembangan sektor industri di Kabupaten

Klungkung berdampak pada besaran produksi yang dihasilkan, perkembangan

industri kain tenun mengalami pertumbuhan yang pesat beberapa tahun belakangan

ini. Industri kain tenun menjadi pilihan lain selain bidang pertanian di Kabupaten

Klungkung.
56

5.1.2. Distribusi Penduduk Kabupaten Klungkung Menurut Jenis dan


Lapangan Pekerjaan

Pendapatan penduduk Kabupaten Klungkung sangan ditentukan oleh mata

pencaharian atau lapangan kerja. Sesuai dengan data BPS dalam angka tahun 2017,

didapat tentang mata pencaharian penduduk pada Table 5.2.

Tabel 5.2
Distribusi Persentase Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
Klungkung Tahun 2017 (dalam persen)

Tahun
Lapangan Usaha
2017
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 22.43
Pertambangan dan Penggalian 3.57
Industri Pengolahan 9.33
Pengadaan Listrik dan Gas 0.12
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0.2
Konstruksi 9.32
Perdagangan Besar dan Eceran 8.13
Transportasi dan Pergudangan 2.95
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 14.44
Informasi dan Komunikasi 8.36
Jasa Keuangan dan Asuransi 3.87
Real Estate 2.38
Jasa Perusahaan 0.99
Administrasi Pemerintahan 4.93
Jasa Pendidikan 2.43
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.32
Jasa lainnya 2.23
Jumlah 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Klungkung (2018)
57

Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten

Klungkung bermata pencaharian terbanyak pada sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan sebesar 22,43 persen. Selanjutnya disusul dengan penyedia akomodasi dan

makan minum sebesar 14,44 persen. setelah itu peringkat ketiga ditempati oleh

industri pengolahan sebesar 9,33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa industi

pengolahan mulai berkembang dan banyak masyarakat Klungkung yang mulai terjun

pada industri pengolahan.

5.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, data primer yang diperoleh dari responden yang

menyerap tenaga kerja di industri tenun endek di Kabupaten Klungkung dapat

dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu yang dimiliki seperti modal, upah,

investasi, teknologi, jumlah produksi dan penyerapan tenaga kerja. Karakteristik

responden penting diuraikan karena dapat memberikan gambaran mengenai keadaan

penduduk serta untuk mengetahui mutunya sebagai persediaan sumber daya manusia.

5.2.1. Karakteristik Responden Menurut Modal Kerja

Modal kerja merupakan salah satu aspek dalam sebuah perusahaan. Setiap

perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-

hari, misalkan untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah

buruh, gaji pegawai dan lain sebagainya. Dimana uang atau dana yang telah

dikeluarkan itu diaharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan, dalam

waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya.


58

Uang yang masuk yang berasal dari penjualan produk tersebut akan segera

dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian maka dana

tersebut akan terus-menerus berputar setiap periodenya selama hidupnya perusahaan.

Modal kerja merupakan keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau

dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan

operasi perusahaan sehari-hari (Sawir, 2005:129).

Modal kerja merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan produktivitas

dalam produksi suatu barang dan jasa. Modal kerja merupakaan modal yang

digunakaan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Akan tetapi modal bukan

satu-satunya faktor yang menentukan tingkat produksi maupun penyerapan tenaga

kerja dalam suatu industri. Besarnya modal kerja akan dapan menunjukkan besaran

produktivitas dah penyerapan tenaga kerja seperti telihat pada Tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3
Distribusi Responden Menurut Modal Kerja

Modal Kerja Jumlah Responden Persentase


(Rupiah)    
< 10juta 29 37,66
10 - 25 juta 26 33,76
26 - 50 juta 15 19,48
51 - 75 juta 1 1,30
76 - 100 juta 3 3,90
> 100 juta 3 3,90
Jumlah 77 100
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2018.

Berdasarkan Tabel 5.3 terlihat bahwa modal kerja dari industri endek di

Kabupaten Klungkung rata-rata memiliki modal kerja kurang dari 10 juta dengan

jumlah responden sebanyak 29 responden dari 77 responden yang jika dihitung dalam
59

persentase sebesar 37,66 persen. untuk responden yang memiliki modal besar diatas

100 juta hanya 3 responden. Secara umum dapat dilihat bahwa untuk

mengembangkan industri tenun endek di Kabupaten Klungkung yang nantinya akan

menyerap tenaga kerja untuk industri yang diolas perorangan hanya memerlukan

modal dibawah 10juta untuk memulai usahanya. Hal ini mengindikasikan modal

usaha sangatkah penting untuk kemajuan industri endek tersebut.

5.2.2. Karakteristik Responden Menurut Upah

Dalam pencapaian kesejahteraan tenaga kerja, upah memegang peranan yang

sangat penting. Semakin tinggi tingkat upah masih akan mendorong semakin banyak

orang untuk rnasuk ke pasar tenaga kerja, orang-orang yang ada mau bekerja pada

tingkat upah yang rendah akan bersedia untuk bekerja dan ikut mencari pekerjaan

pada tingkat upah yang lebih tinggi.

Dilain pihak dengan perkembangan peradaban nasional, maka peranan tingkat

upah dalam mempengaruhi kemauan orang untuk bekerja masih cukup besar,

terutama dengan adanya efek pamer, maka orang akan tidak merasa bahwa

kebutuhannya telah terpuaskan seluruhnya. Dengan dipengaruhinya satu kebutuhan,

maka kebutuhan baru akan muncul lagi begitu seterusnya. sehingga dapat dikatkan

bahwa kebutuhan itu tidak terbatas jumlahnya.


60

Tabel 5.4
Karakteristik Responden Menurut Upah

Upah Jumlah Responden Persentase


(Rupiah)    
< 10juta 54 70,13
10 - 25 juta 19 24,67
26 - 50 juta 3 3,90
51 - 75 juta 0 0
76 - 100 juta 0 0
> 100 juta 1 1,30
Jumlah 77 100
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2018.

Secara umum rata-rata upah responden pekerja di industri endek di Kabupaten

Klungkung adalah sebesar kurang dari 50 juta rupiah dengan persentase 70,13 persen.

Tingkat upah ini sudah masuk kedalam tingkat upah minimum untuk pekerja di

Kabupaten Klungkung. Pada prinsipnya sistem pengupahan adalah mampu menjamin

kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya dan mencerminkan pemberian

imbalan terhadap hasil kerja seseorang. Sistem pengupahan merupakan kerangka

bagaimana upah diatur dan diterapkan.

5.2.3. Karakteristik Responden Menurut Investasi

Investasi merupakan salah satu hal yang penting dalam membangun

perkembangan suatu industri. Investasi merupakan suatu kewajiban untuk

memberikan dana bantuan guna peningkatan usaha di masa akan datang dan

peningkatan terhadap jumlah tenaga kerja.


61

Investasi merupakan pokok uta- ma dalam mengatasi segala permasalahan

pengangguran dan penciptaan lapangan kerja. Maka dari itu, suatu industri sangat

memerlukan suatu pe- nanaman investasi agar dapat lebih berkembang dan

memperluas hasil produksinya ke tingkat yang lebih baik dan bersaing secara

kompetitif di masa globalisasi.

Tabel 5.5
Karakteristik Responden Menurut Investasi

Investasi Jumlah Responden Persentase


(Rupiah)    
< 5juta 13 16,88
5 - 10 juta 52 67,53
11 - 20 juta 5 6,50
21 - 30 juta 5 6,50
31 - 40 juta 1 1,30
41-50 juta 0 0
> 50 juta 1 1,30
Jumlah 77 100
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2018

Secara umum rata-rata responden industri tenun di Kabupaten Klungkung

memiliki investasi sebesar 5 sampai dengan 10 juta sebesar 52 responden yang

dihitung dalam persentase sebesar 67,53 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

investasi sangatlah penting dalam berkembangnya industri di Kabupaten Klungkung.

Dengan adanya investasi tersebut diharapkan industri tenun dapan menunjang

perekonomian masyarakat yang terjun pada industri tersebut.

5.2.4. Karakteristik Responden Menurut Teknologi

Teknologi sangat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dan jumlah

produksi industri tenun di Kabupaten Klungkung. Ketiga variabel ini akan saling
62

berkaitan, semakin canggih teknologi yang digunakan maka akan semakin

meningkatkan produktifitas akan tetapi akan menurunkan jumlah tenaga kerja karena

termakan oleh teknologi.

Teknologi merupakan sebagai dari keseluruhan metode yang secara rasional

mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia. Teknologi

diharapkan mampu membantu pekerjaan manusia yang nantinya akan lebih sedikit

menggunakan tenaga manusia.

Tabel 5.6
Karakteristik Responden Menurut Teknologi

Teknologi Jumlah Responden Persentase


(Dummy)    
Sederhana 48 62,33
Modern 29 37,67
Jumlah 77 100
Sumber : Diolas dari Data Primer, Tahun 2018

Dari Tabel diatas dapat dilihat frekuensi responden dengan pengunaan

teknologi sederhana lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi modern. Secara

umum dapat dilihat bahwa responden lebih memilih menggunakan teknologi yang

sederhana, hal ini didukung juga dengan modal responden yang masih rendah.

Sebanyak 48 (62,33 persen) responden menggunakan teknologi sederhana sedangkan

sisanya 29 (37,67 persen) responden sudah menggunakan teknologi yang modern dari

77 responden.

5.2.5. Karakteristik Responden Menurut Tenaga Kerja


63

Produktivitas tenaga kerja dapat dilihat dari nilai produksi. Nilai produksi

adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang merupakan hasil akhir

proses produksi pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke

tangan konsumen. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari

perusahaan yang bersangkutan mempengaruhi penyerapan tenaga kerjanya.

Penyerapan tenaga kerja merupakan faktor utama yang menentukan

berkembangnya suatu industri. Semakin banyaknya suatu industri berkembang maka

penyerapan tenaga kerjanya akan semakin tinggi. hal ini berkaitan dengan teknologi.

Apabila dalam industri sudah menggunakan teknologi modern maka penggunaan

tenaga kerja akan berkurang, berbanding terbalik dengan industri yang menggunakan

teknologi sederhana akan lebih banyak menggunakan tenaga kerja.

Tabel 5.7
Distribusi Responden Menurut Penyerapan Tenaga Kerja

Tenaga Kerja Jumlah Responden Persentase


(Orang)    
< 10 52 67,53
10 - 20 orang 17 22,08
21 - 30 orang 5 6,50
31 - 40 orang 0 0
41 - 50 orang 2 2,60
> 50 orang 1 1,30
Jumlah 77 100
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2018

Dilihat dari Tabel diatas bahwa frekuensi responden berdasarkan penyerapan

tenaga kerja berbanyak adalah kurang dari 10 orang yaitu sebesar 52 responden

dengan persentase sebesar 67,53 persen. hal ini didukung dengan banyaknya industri
64

kain endek di kabupaten Klungkung yang masih menggunakan teknologi sederhana

sehingga lebih banyak menggunakan tenaga kerja.

5.2.6. Karakteristik Responden Menurut Jumlah Produksi

Jumlah produksi merupakan faktor penting dalam perkembangan suatu

industri. Pada saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak dibidang industri

dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin

kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk merencanakan atau menentukan

jumlah produksi, agar dapat memenuhi permintaan pasar dengan tepat waktu dan

dengan jumlah yang sesuai. Sehingga diharapkan keuntungan perusahaan akan

meningkat. Pada dasarnya penentuan jumlah produksi ini direncanakan untuk

memenuhi tingkat produksi guna memenuhi tingkat penjualan yang direncanakan

atau tingkat permintaan pasar.

Tabel 5.8
Distribusi Responden Menurut Jumlah Produksi

Jumlah Produksi Jumlah Responden Persentase


<100 7 9,10
100 - 300 43 55,84
301 - 500 8 10,39
501 - 700 11 14,29
701-900 1 1,30
901 - ³ 1000 7 9,10
Jumlah 77 100
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2018

Dilihat dari Tabel 5.8 terlihat bahwa frekuensi responden berdasarkan jumlah

produksi terbanyak adalah dengan jumlah produksi sebesar 100 sampai dengan 300
65

meter kain endek di Kabupaten Klungkung. Hal ini menunjukkan walaupun banyak

industri kain endek di Kabupaten Klungkung yang menggunakan teknoligi yang

sederhana namun jumlah produksi mereca cukup memadai setiap harinya.

5.3. Analisis Data

5.3.1. Evaluasi Terhadap Pemenuhan Analisis Jalur

Pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi analisis jalur perlu dilakukan

agar hasilnya memuaskan. Asumsi yang melandasi analisis jalur adalah sebagai

berikut:

1) Dalam model analisis jalur hubungan antar variabel adalah linier dan

aditif. Uji linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip

parsimony, yaitu apabila model signifikan atau non signifikan berarti

dapat dikatakan model berbentuk linier. Berdasarkan hasil olahan data

penelitian pada lampiran 1 berikut disajikan hasil olahan data dengan

SPSS untuk uji Linieritas.

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa semua variabel yang berhubungan

secara linear satu dengan yang lainnya. Hasil ini ditunjukkan oleh signifikansi yang

lebih kecil dari 0,05. Hubungan antara variabel menunjukkan hubungan yang linear

dilihat dari nilai signifikansi yang kurang dari 0,05. Hubungan yang paling linear

adalah antara X2 -> Y2, yaitu ditunjukkan oleh F-Hitung paling besar, yaitu sebesar

472,548.

Tabel 5.9
66

Hubungan Linier Antar Variabel Penelitian


Hubungan Variabel R-Square F Sig
X1 -> Y1 0,813 326,695 0,000
X2 -> Y1 0,770 251,725 0,000
X3 -> Y1 0,748 222,315 0,000
X4 -> Y1 0,370 44,132 0,000
X1 -> Y2 0,836 383,037 0,000
X2 -> Y2 0,863 472,548 0,000
X3 -> Y2 0,614 119,371 0,000
X4 -> Y2 0,342 39,049 0,000
Y1-> Y2 0,815 330,121 0,000
Sumber : Lampiran 4

2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan. Seperti yang disajikan pada

Gambar 4.1 bahwa model yang dibuat hanya sistem aliran kausal ke satu arah,

tidak bolak-balik sehingga analisis jalur layak diterapkan dalam studi ini.

3) Variabel endogen minimal dalam skala ukur interval. Ukuran variabel yang

dianalisis dalam penelitian ini menggunakan satu variabel dummy yaitu:

teknologi dan variabel berskala rasio yaitu : Modal kerja, upah, investasi,

teknologi, tenaga kerja dan jumlah produksi . Oleh karena itu analisis jalur layak

digunakan dalam penelitian ini.

4) Pengamatan diukur tanpa kesalahan. Karena data yang digunakan dalam skala

ratio dan dummy, maka dalam penelitian sudah layak digunakan dalam analisis

jalur, meskipun tidak diuji validitas dan reliabilitasnya.

5.3.2. Evaluasi Terhadap Validitas Model


67

Validitas model struktural dapat dilihat dari nilai R 2 dari variabel dependen.

Nilai R2 variabel dependen dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10
Hasil Evaluasi Validitas Model
Kemampuan
Variabel Variabel menjelaskan
No Dependen Independen R2 Variabel Independen
Jumlah Produksi X1,X2,X3,X4 0,861 Kuat
1 (Y1)
PenyerapanTenaga X1,X2,X3,X4
2 Kerja , Y1 0,925 Kuat
Sumber : Lampiran 5 dan 6

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel dependen, yaitu jumlah produksi

(Y1) dan penyerapan tenaga kerja (Y2). Terhadap kedua variabel dependen, variabel

independen memberikan nilai Y1 memberikan nilai 0,861 sehingga variabel

independen terhadap variabel dependen tergolong kuat. Sedangkan variabel tingkat

pendapatan (Y2) memberikan nilai 0,925 sehingga variabel independen terhadap

variabel dependen tergolong kuat.

Koefisien determinasi total persamaan struktural dari model penelitian ini

dengan perhitungan sebagai berikut:

R2m = 1 – (0,330)2 (0,273)2

R2m = 1 – (0,109) (0,074)

R2m = 1 – 0,008

R2m = 0,992
68

Koefisien determinan total sebesar 0,992 mempunyai arti bahwa sebesar 99,2

persen variabel dari penyerapan tenaga kerja dapat dijelaskan oleh model yang

dibentuk, sedangkan sisanya sebesar 0,8 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar

model yang dibentuk.

5.3.3. Pengaruh Langsung

Analisis pengaruh langsung dan tidak langsung maupun pengaruh total dapat

menjelaskan hubungan antar variabel. Pengaruh tidak langsung ditujukan oleh

koefisien semua anak panah dengan satu ujung, sebaliknya pengaruh tidak langsung

terjadi melalui peran satu atau beberapa variabel antara. Untuk mengetahui pengaruh

langsung antarvariabel konstruk dapat dilihat dari hasil olahan data dengan nilai path

coefficients yang ditampilkan pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11
Path Coefficient

Hubunga
n Coefficient Standar P-Value Keterangan
Variabel Standar Error    
X1 -> Y1 0,315 1,965 0,033 Signifikan
X2 -> Y1 0,297 4,175 0,021 Signifikan
X3 -> Y1 0,246 5,100 0,012 Signifikan
X4 -> Y1 0,170 54,152 0,002 Signifikan
X1 -> Y2 0,246 0,039 0,030 Signifikan
X2 -> Y2 0,596 0,083 0,000 Signifikan
X3 -> Y2 -0,294 0,102 0,000 Signifikan
X4 -> Y2 0,129 1,104 0,003 Signifikan
69

Y1 -> Y2 0,334 0,002 0,000 Signifikan


Sumber : Lampiran 5 dan 6.

Keterangan :

X1 adalah modal kerja


X2 adalah upah
X3 adalah investasi
X4 adalah teknologi
Y1 adalah jumlah produksi
Y2 adalah penyerapan tenaga kerja

Berdasarkan Tabel 5.11 dapat dijelaskan bahwa modal kerja berpengaruh

positif dan signifikan terhadap jumlah produksi yang berarti hipotesis diterima. Hal

ini ditunjukkan dengan koefisien path sebesar 0,315 dan tingkat signifikansi kurang

dari 0,05 yaitu dengan nilai P-value sebesar 0,033. Hal ini berarti semakin tinggi

modal kerja maka jumlah produksi akan semakin tinggi.

Upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi yang

berarti hipotesis diterima. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien path sebesar 0,297

dan tingkat signifikansi kurang dari 0,05 yaitu dengan P-value sebesar 0,021. Hal ini

berarti semakin tinggi upah yang diterima oleh tenaga kerja maka jumlah produksi

akan semakin tinggi.

Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi yang

berarti hipotesis diterima. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien path sebesar

0,246 dan tingkat signifikansi kurang dari 0,05 yaitu dengan P-value sebesar 0,012.

Hal ini berarti semakin tinggi tingkat investasi pada industri tenun endek di
70

Kabupaten Klungkung maka jumlah produksi pada industri tersebut juga akan

semakin meningkat.

Teknologi modern menghasilkan jumlah produksi yang lebih banyak

dibandingkan dengan teknologi yang sederhana. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien

path sebesar 0,170 dan tingkat signifikansi dibawah 0,05 dengan nilai P-value sebesar

0,002. Dari data hasil penelitian responden yang menggunakan teknologi modern

jumlah produksinya memang lebih banyak dibandingkan yang menggunakan

teknologi sederhana, akan tetapi masih banyak responden industri endek di

Kabupaten Klungkung menggunakan teknologi yang sederhana dengan jumlah

produksi yang lebih sedikit.

Modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga

kerja yang berarti hipotesis diterima. Hal ini ditunjukkan dengan nilau koefisien

sebesar 0,246 dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 dengan nilai P-value

sebesar 0,030. Hal ini berarti semakin tinggi modal kerja maka tingkat penyerapan

tenaga kerja pada industri tenun endek di Kabupaten Klungkung akan semakin

meningkat.

Upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja

yang berarti hipotesis diterima. Hal ini ditunjukkan dengan nilau koefisien sebesar

0,596 dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 dengan nilai P-value sebesar

0,000. Hal ini berarti semakin upah maka tingkat penyerapan tenaga kerja pada

industri tenun endek di Kabupaten Klungkung akan semakin meningkat.


71

Investasi berpengaruh negarif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga

kerja yang berarti hipotesis ditolak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien sebesar

-0,294 dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 dengan nilai P-value sebesar

0,000. Hal ini berarti semakin tinggi investasi maka tingkat penyerapan tenaga kerja

pada industri tenun endek di Kabupaten Klungkung akan semakin menurun.

Teknologi modern menghasilnya tingkat penyerapan tenaga kerja yang lebih

tinggi dibandingkan industri yang masih menggunakan teknologi yang sederhana.

Dilihat dari nilai koefisien sebesar 0,129 dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05

dan P-value sebesar 0,003. Hal ini berarti industri tenun endek di Kabupaten

Klungkung menyerap tenaga kerja lebih banyak dibandingkan dengan industri tenun

endek yang menggunakan teknologi sederhana.

Jumlah produksi berpengaruh positiff dan signifikan terhadap penyerapan

tenaga kerja yang berarti hipotesis diterima. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

koefisien sebesar 0,334 dan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 dengan nilai P-

value sebesar 0,000. Hal ini berarti semakin tinggi jumlah produksi maka tingkat

penyerapan tenaga kerja pada industri tenun endek di Kabupaten Klungkung akan

semakin meningkat.

Gambar 5.1 mendeskripsikan bahwa variabel modal kerja, upah, investasi,

teknologi, jumlah produksi dan penyerapan tenaga kerja dapat dibuat diagram jalur.

Dalam diagram jalur menunjukkan variabel yang mempunyai pengaruh terbesar

terhadap jumlah produksi adalah modal kerja dengan koefisien jalur sebesar 0,315,

disusul oleh variabel upah dengan koefisien jalur sebesar 0,297. Sedangkan variabel
72

yang paling berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja adalah variabel upah

dengan koefisien jalur sebesar 0,596, disusul oleh variabel jumlah produksi dengan

koefisien jalur sebesar 0,334.

Gambar 5.1
Diagram Jalur Penelitian

5.3.4. Pengaruh Tidak Langsung

Hasil pengujian pengaruh tidak langsung antara variabel modal kerja , upah,

investasi, teknologi terhadap jumlah produksi dengan mediasi penyerapan tenaga

kerja secara parsial dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12
Hasil Uji Mediasi Secara Parsial

Probabilita
      s Probabilitas  
Variabel Variabel Variabel terhadap terhadap Keterangan
73

Eksogen Mediasi Endogen Variabel Variabel


      Mediasi Endogen  
Jumlah Tenaga
Modal Kerja Produksi Kerja 0,033 0,030 Signifikan
Jumlah Tenaga
Upah Produksi Kerja 0,021 0,000 Signifikan
Jumlah Tenaga
Investasi Produksi Kerja 0,012 0,000 Signifikan
Jumlah Tenaga
Teknologi Produksi Kerja 0,002 0,003 Signifikan
Sumber : Lampiran 5 dan 6

Berdasarkan Tabel 5.12 menunjukkan bahwa secara individu variabel X1

(modal kerja) terhadap jumlah produksi memberikan nilai koefisien sebesar 4,262

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,033 dibawah alpa 0,05. Variabel X1 (modal

kerja) terhadap penyerapan tenaga kerja memberikan nilai koefisien sebesar 0,086

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,021 dibawah alpa 0,05 . Kedua variabel ini

dapat disimpulkan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil ini

menunjukkan bahwa secara parsial variabel jumlah produksi memediasi pengaruh

variabel modal kerja terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri tenun endek di

Kabupeten Klungkung, hal ini berarti hipotesis diterima.

Variabel X2 (upah) terhadap jumlah produksi memberikan nilai koefisien

sebesar 9,826 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,021 dibawah alpa 0,05. Variabel

X2 (upah) terhadap penyerapan tenaga kerja memberikan nilai koefisien sebesar

0,507 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dibawah alpa 0,05 . Kedua variabel

ini dapat disimpulkan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil ini

menunjukkan bahwa secara parsial variabel jumlah produksi memediasi pengaruh


74

variabel upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri tenun endek di

Kabupeten Klungkung, hal ini berarti hipotesis diterima.

Variabel X3 (investasi) terhadap jumlah produksi memberikan nilai koefisien

sebesar 13,213 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,012 dibawah alpa 0,05. Variabel

X3 (investasi) terhadap penyerapan tenaga kerja memberikan nilai koefisien sebesar

0,406 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dibawah alpa 0,05. Kedua variabel ini

dapat disimpulkan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil ini

menunjukkan bahwa secara parsial variabel jumlah produksi memediasi pengaruh

variabel investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri tenun endek di

Kabupeten Klungkung, hal ini berarti hipotesis diterima.

Variabel X4 (teknologi) terhadap jumlah produksi memberikan nilai koefisien

sebesar 171,939 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 dibawah alpa 0,05.

Variabel X4 (teknologi) terhadap penyerapan tenaga kerja memberikan nilai

koefisien sebesar 3,339 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dibawah alpa 0,05.

Kedua variabel ini dapat disimpulkan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.

Hasil ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel jumlah produksi memediasi

pengaruh variabel teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri tenun

endek di Kabupeten Klungkung, hal ini berarti hipotesis diterima.

5.3.5. Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, dan pengaruh Total


75

Koefisien pada Tabel 5.11 merupakan koefisien jalur pengaruh langsung

sedangkan ringkasan pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total dapat

dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13
Ringkasan Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung,
Dan Pengaruh Total antar Variabel Penelitian

Konstruk Konstruk Dependen


Independen   Y1     Y2  
  PL PTL PT PL PTL PT
X1 0,315 0,315 0,246 0,105 0,315
X2 0,297 0,297 0,596 0,099 0,695
X3 0,246 0,246 0,294 0,081 0,215
X4 0,170 0,170 0,129 0,057 0,186
        0,334    
Sumber : Lampiran 5 dan 6

Keterangan : PL adalah pengaruh langsung


PTL adalah pengaruh tidak langsung
PT adalah pengaruh total

Berdasarkan Tabel 5.13 dijelaskan bahwa secara langsung variabel upah

memiliki pengaruh dominan terhadap jumlah produksi dengan nilai sebesar 0,315,

dan secara langsung variabel upah memiliki pangaruh paling dominan terhadap

penyerapan tenaga kerja dengan nilai sebesar 0,596. Secara tidak langsung variabel

modal kerja melalui jumlah produksi memiliki pengaruh dominan terhadap

penyerapan tenaga kerja dengan nilai sebesar 0,105, dan secara total nilai terbesar

adalah variabel upah sebesar 0,695

5.4. Pembahasan
76

5.4.1. Pengaruh Modal Kerja, Upah, Investasi, Teknologi Terhadap Jumlah


Produksi Industri Tenun Endek di Kabupaten Klungkung.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan modal kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap jumlah produksi industri tenun endek di Kabupaten Klungkung

hal ini berarti hipotesis diterima. Modal kerja adalah produk atau kekayaan yang

digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal kerja pada hakikatnya

merupakan jumlah yang terus menerus ada dalam menopang usaha yang

menjembatani antara saat pengeluaran untuk memperoleh bahan, alat dan jasa untuk

digunakan selama proses produksi sehingga memperoleh penerimaan penjualan

(Ahmad, 2004:72).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Arsha, 2013 yang menyatakan

semakin tinggi tingkat modal kerja suatu perusahaan, maka tingkat penggunaan faktor

produksi pun akan semakin banyak misalnya penggunaan mesin, tenaga kerja dan

input atau bahan baku. Peningkatan faktor produksi yang digunakan ini akan

menyebabkan terjadinya peningkatkan output atau produksi suatu perusahaan,

demikian juga sebaliknya, jika modal kerja yang di gunakan kecil maka penggunaan

factor produksipun akan semakin sedikit dan nantinya akan berpengaruh terhadap

produksi yang dihasilkan. Sehingga dapat disimpulkan, modal dan produksi memiliki

hubungan yang positif

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan upah berpengaruh positif dan

signifikan terhadap jumlah produksi industri tenun endek di Kabupaten Klungkung

hal ini berarti hipotesis diterima. Tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan
77

dipengaruhi oleh tingkat upah para tenaga kerja. Kenaikan tingkat upah akan

mengakibatkan kenaikan biaya produksi, sehingga akan meningkatkan harga per unit

produk yang dihasilkan. Apabila harga per unit produk ke konsumen naik, reaksi

yang biasanya timbul adalah mengurangi pembelian atau bahkan tidak lagi membeli

produk tersebut. Kondisi ini memunculkan adanya perubahan skala produksi yang

disebut efek skala produksi (scale effect) sebuah kondisi yang memaksa produsen

untuk mengurangi jumlah produk yang dihasilkan, sekaligus dapat mengurangi

tenaga kerja perusahaan.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelian yang dilakukan oleh Arsha, 2013

yang menyatakan, Apabila tingkat upah tinggi akan meningkatkan produktifitas atau

motivasi kerja yang akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi. Sebaliknya

upah yang rendah juga akan bisa berpengaruh terhadap motivasi pekerja. Upah yang

tidak bisa mencukupi kebutuhan pekerja tentu akan menurunkan semangat kerja serta

motivasi pekerja, dampaknya kemampuan pekerja untuk menghasilkan output akan

berkurang, sehingga bisa dikatakan bahwa upah dan produksi mempunyai hubungan

yang positif.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan investasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap jumlah produksi industri tenun endek di Kabupaten Klungkung

hal ini berarti hipotesis diterima. Hasil ini sesuai dengan teori cobb-douglas yang

menyatakan bahwa output produksi dipengaruhi oleh investasi (Mankiw, 2006:55).

Selain teori cobb-douglas terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan

menyatakan investasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi diantaranya


78

adalah jurnal yang ditulis oleh Susilo menyatakan bahwa investasi secara parsial

berpengaruh signifikan dan positif terhadap output sektor industri kecil.

Menurut (Sukirno, 2008:121) investasi merupahan sebagai pengeluaran

penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan

perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan untuk

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Investasi dalam sebuah industri diartikan pengeluaran yang dilakukan oleh

penanam modal (investor) yang menyangkut penggunaan sumber-sumber seperti

peralatan, gedung, peralatan produksi, mesin-mesin baru lainnya atau persediaan

yang diharapkan akan memberikan keuntungan dari investasi (Wiranata, 2004:56).

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan teknologi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap jumlah produksi industri tenun endek di Kabupaten Klungkung

hal ini berarti hipotesis diterima. Teknologi yang semakin berkembang dan teknologi

ini sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya barang yang akan di tawarkan.

Adanya teknologi yang lebih maju dan modern akan memudahkan produsen dalam

menghasilkan barang dan jasa selain itu dengan menggunakan mesin yang modern

akan menurunkan biaya produksi suatu barang atau jasa dan akan memudahkan

produsen untuk menjual barang dengan jumlah yang banyak.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh

Janah,2017 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh teknologi terhadap jumlah

produksi industri monel di Kabupaten Jepara secara parsial dan memberikan

pengaruh positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan teknologi yang lebih
79

canggih maka hasilnya juga akan lebih baik yang nantinya akan meningkatkan jumlah

produksi pada sebuah industri. Penggunaan teknologi pada produksi bagi perusahaan

bertujuan untuk mempercepat proses produksinya dan memenuhi pesanan dalam

jumlah besar. Sebuah perusahaan yang memiliki pesanan skala besar cenderung

memakai teknologi modern pada proses produksinya (Wijaya, 2013)

5.4.2. Pengaruh Modal Kerja, Upah, Investasi, Teknologi dan Jumlah Produksi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Industri Tenun Endek di
Kabupaten Klungkung.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah produksi memediasi

secara parsial pengaruh modal kerja terhadap penyerapan tenaga kerja industri tenun

endek di Kabupaten Klungkung, sehingga dapat diartikan bahwa modal kerja

berpengaruh tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian ini

didukung penelitian yang dilakukan oleh Febriana Putri, 2017 yang menunjukkan

bahwa modal berpengaruh positif dan signifikan secara langsung terhadap

penyerapan tenaga kerja ini berarti bahwa apabila terjadi penambahan modal maka

penyerapan tenaga kerja industri kerajinan batako akan meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh

Divianto (2014) yang berjudul “Pengaruh Upah, Modal, Produktivitas dan Teknologi

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Usaha Kecil-Menengah di Kota

Palembang”. Dalam hasil penelitiannya menunjukan bahwa variabel modal


80

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Dimana modal

memiliki peran sangat penting dalam menentukan penyerapan tenaga kerja pada

usaha kecil dan menengah dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain. Modal

memiliki dua fungsi yaitu menopang kegiatan produksi dan menutup dana atau

pengeluaran tetap yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan

penjualan (Raheman dan Nars,2007:1)

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah produksi memediasi

secara parsial pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja industri tenun endek

di Kabupaten Klungkung, sehingga dapat diartikan bahwa upah berpengaruh tidak

langsung terhadap penyerapan tenaga kerja. Studi Waisgrais (2003) menemukan

bahwa kebijakan upah menghasilkan efek positif dalam hal mengurangi kesenjangan

upah yang terjadi pasar tenaga kerja. Temuan studi ini didukung oleh Setiaji &

Sudarsono (2004) dalam analisisnya tentang Pengaruh Diferensiasi Upah Antar

Propinsi terhadap Kesempatan Kerja menemukan bahwa diferensiasi upah sangat

bermanfaat untuk mengakomodasi berbagai kemampuan membayar industri.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sulistiawati,

2012 yang menyatakan perusahaan hanya akan membayar upah tenaga kerja sesuai

dengan produktivitasnya, artinya suatu tenaga kerja yang produktivitasnya tinggi

akan menerima upah yang tinggi juga dan juga sebaliknya. Kesejahteraan masyarakat

akan tercapai jika suatu tenaga kerja memperoleh upah yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan yang bersifat ekonomi maupun

kebutuhan yang bersifat non ekonomi, dan bukan hanya sekedar dapat memenuhi
81

kebutuhan layak hidupnya saja. Semakin berkualitasnya suatu tenaga kerja maka akan

berdampak pada tingkat upahnya.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah produksi memediasi

secara parsial pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja industri tenun

endek di Kabupaten Klungkung, sehingga dapat diartikan bahwa investasi

berpengaruh tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian ini

dudukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sumarsono (2015) investasi

berpengaruh negatif secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor

industri pengolahan di Kabupaten Jember pada tahun 2001-2013. Hal ini terjadi

karena investasi merupakan lapangan usaha yang bersifat padat modal, jadi untuk

menjalankan aktifitasnya terutama yang berada pada sektor industri pengolahan tidak

perlu memperbanyak karyawan, karena untuk menjalankan produksinya mereka dapat

menggunakan mesin canggih dan mempunyai produktifitas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan manusia.

Dalam teori Keynes, besarnya investasi yang dilakukan tidak tergantung pada

tinggi rendahnya tingkat bunga, tetapi tergantung pada besar kecilnya pendapatan

yang diterima. Makin tinggi pendapatan yang diterima oleh, makin besar pula

investasi yang dilakukan. Hal ini seperti yang diungkapkan menurut Sukirno (2006),

kegiatan investasi memungkinkan masyarakat untuk terus meningkatkan kegiatan

ekonomi dan kesempatan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional

dan mampu meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat itu sendiri salah

satunya pada sektor industri.


82

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah produksi memediasi

secara parsial pengaruh teknologi terhadap penyerapan tenaga kerja industri tenun

endek di Kabupaten Klungkung, sehingga dapat diartikan bahwa teknologi

berpengaruh tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja. Hubungan teknologi

dengan penyerapan tenaga kerja dimana saat industri mempunyai teknologi yang

modern dan canggih dalam kerajinanya maka tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit

karena teknologi dapat menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang tidak mampu di

lakukan oleh pekerjaan manusia dan sebaliknya (Trian Arissana dan Sri Budhi 2016).

Sesuai dengan teori produksi bahwa teknologi merupakan bagian dari faktor

produksi. Untuk meningkatkan output, diperlukan peningkatan input yang dalam hal

ini tenaga kerja.

Kecanggihan teknologi belum tentu mengakibatkan kenaikan atau penurunan

jumlah tenaga kerja. Oleh karena kecanggihan teknologi akan menyebabkan hasil

produksi yang lebih baik, namun kemampuannya dalam menghasilkan produk dalam

kuantitas yang sama atau relatif sama. Adapun yang lebih berpengaruh dalam

menentukan permintaan tenaga kerja adalah kemampuan mesin untuk menghasilkan

produk dalam kuantitas yang jauh lebih besar dari pada kemampuan manusia. Proses

produksi yang dulunya menggunakan tenaga kerja manusia dan beralih ke

penggunaan mesin-mesin yang modern maka akan mempengaruhi permintaan tenaga

kerja, dimana permintaan tenaga kerja manusia menjadi lebih rendah (Divianto,

2014). Berdasarkan hal itu diharapkan dengan penggunaan teknologi yang lebih
83

modern akan membuat hasil dari produksi industri memiliki kualitas yang lebih baik

dan menghasilkan output yang maksimal.


84

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan

Berdasarkan hsil analisis dan pembahasan sebagaimana telah diuraukan

terdahulu, maka simpulan yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.

1) Modal kerja, upah, dan teknologi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap jumlah produksi pada industri tenun endek di Kabupaten

Klungkung. Adapun variabel teknologi, untuk industri yang

menggunakan teknologi modern memiliki jumlah produksi lebih

banyak dibandingkan dengan industri yang menggunakan teknologi

yang sederhana.

2) Modal kerja, upah, teknologi dan jumlah produksi berpengaruh positif

dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri tenun

endek di kabupaten Klungkung. Investasi berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri tenun endek

di kabupaten Klungkung.

3) Jumlah produksi memediasi pengaruh modal kerja, upah, teknologi

dan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja industri tenun endek di

Kabupaten Klungkung.
85

6.2. Saran

Adapun saran – saran yang dapat penulis sarankan antara lain :

1) Pemerintah Kabupaten Klungkung dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, maka perlu mengembangkan sektor industri

dengan mengatasi masalah utama dalam sektor industri yaitu modal

dan membuat kebijakan yang mengembangkan sektor industri agar

bisa lebih diminati oleh kalangan - kalangan muda.

2) Pemerintah diharapkan mampu memberikan pelatihan terhadap

masyarakat agar sumber daya manusianya lebih terlatih dan

diharapkaan pemerintah dapat mempermudah bantuan modal terhadap

usaha-usaha rumahan dari industri kecil agar kelak dari modal inilah

usaha tersebut dapat mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja yang

maksimal dan memperluas lahan pekerjaan

3) Pengusaha diharapkan mampu mengelola perusahaanya semaksimal

mungkin dengan mengelola modal produksi, tenaga kerja yang

terserap serta teknologi yang digunakan agar produk atau output yang

dihasilkan akan optimal dan bisa bersaing dengan industri yang

lainnya serta tidak adanya lagi pengusaha industri tenun endek yang

mengalami kerugian dan gulung tikar. Selain itu mempromosikan

pakaian tekstil melalui media cetak maupun media elektronik agar

memancing minat konsumen lokal atau asing hingga ke mancanegara.


86

DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, Rizky. 2013. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan


Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi Kasus Pada Industri Krupuk Rambak
di Kelurahan Bangsal, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto)”, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.
Ahmad. 2004. Ekonomi. Mandung : Graffindo Media Pratama.
Arsya, I Made Risma M dan Natha, Ketut Suardikha. 2013. “Pengaruh Upah, Tenaga
Kerja dan Modal kerja Kerja terhadap Produksi Industri Kerajinan tenun
endek Tekstil (Studi Kasus di Kabupaten Klungkung)”. E-Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana, 2[8]: hal 393-400.
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. STIE YKPN.
BPS Indonesia. 2017. Pendapatan Nasional Indonesia 2013-2017.
BPS Kabupaten Klungkung. 2017. Statistik Daerah Kabupaten Klungkung 2017.
___________ . 2017. Potensi Ekonomi Klungkung 2017.
Budiawan, Amin. 2013. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan tenaga
Kerja Terhadap Industri Kecil Pengolahan Ikan Di Kabupaten Demak”,
Economics Development Analysis Journal, Vol.2 No.1: hal 1-8.
Bobirca, A dan Draghici, A. 2011.“Creativity and Economic Development”.World
Academy of Science, Engineering and Technology : hal 887-892.
Boston's Creative Economy. 2005. Creativity: Boston's Core Business.
BRA/Research.
British Council. 2010. “Mapping The Creative Industries: A Toolkit”. Creative and
Cultural Economy Series 2.
Chapain, Caroline dan Comunian, Roberta. 2006. Enabling or Inhibiting the Creative
Economy: The Role Of The Lokal And Regional Dimensions In England.
Economic Geography Research Group.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia.2009. Studi Industri Kreatif Indonesia.
Dewi, Merlynda. 2009. “Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap
Output Sektor Industri Di Kabupaten Bekasi” .Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
87

Dimas dan Woyanti, Nenik. 2009. “Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta”,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.16 No.1: hal 32-41.
Divianto. 2014. Pengaruh Upah , Modal, Produktivitas, dan Teknologi Terhadaap
Penyerapan Tenaga Kerja pada Usaha Kecil-Menengah di Kota Palembang.
Politeknik Negeri Sriijaya
European Commission. 2005. The New SME Definition. Enterprise and Industry
Publications.
Fadliilah, Diah Nur dan Atmanti, Hastarini Dwi. 2012. “Analisis Penyerapan Tenaga
Kerja Pada Industri Kecil (Studi Kasus di Sentra Industri Kecil Ikan Asin di
Kota Tegal)”, Diponogoro Journal of EconomicsVol.l No.1: hal 1-13.
Febrian, Putri, Agnes. 2017. Analisis Pengaruh Modal, Tingkat upah dan teknologi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja serta Produksi Pada Industri Kerajinan
Batako. Jurnal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana.
Denpasar.
Flach, Torberg. 2010. “The Elasticity of Labor Supply at the Establishment Level”,
Journal of Labour Economics Vol.28 No.2: hal 237-266.
Foord, Jo. 2008. “Strategies For Creative Industries: An International Review”,
Creative Industries Journal Vol. 1 No.2: hal: 91-113.
Galloway, Susan dan Dunlop Stewart. 2007. “A Critique Of Definitions Of The
Cultural And Creative Industries In Public Policy”, International Journal of
Cultural Policy Vol. 13 No.1: hal 17-31.
Haryani, Sri. 2002. Hubungan Industrial di Indonesia. UPP AMP YPKN.
Higgs, et. al., Peter. 2008. “Beyond The Creative Industries: Mapping The Creative
Economy In the United Kingdom", NESTA Making Innovation Flourish.
Heatubun, Adolf B. 2009. “Alternatif Pilihan Input Teknologi, Investasi, Ataukah
Tenaha Kerja Dalam Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah Pasar
Ekspor”, Jurnal Organisasi dan Manajemen, Vol.5 No.2 : hal 129-143.
Jamli. 2012. “Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi dan
Pertumbuhan Ekonomi Di Kutai Kartanegara”, Jurnal Eksis, Vol. 8 No.2.
James, Paul TJ. 2010. “The Creative University In The Thai Creative Economy”,
Research in Business and Economics Journal.
88

Karib, Abdul. 2012. “Analisis Pengaruh Produksi, Investasi Dan Unit Usaha
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Sumatera Barat”,
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 3 No. 3 : hal53-73.
Kuncoro, Mudrajad. 2000. Usaha Kecil Di Indonesia: Profil, Masalah, dan Strategi
Pemberdayaan. Tersedia di.
Keane, Michael A. 2009. “Creative Industries in China: Four Perspectives On Social
Transformation”, International Journal of Cultural Policy 15(4) : hal 431-
434.
Kesumadinata, Agus Jati dan Budiana, Dewa Nyoman.2012. Hubungan Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Produksi Kerajinan Sepatu Di Kecamatan Denpasar
Barat.
Korawijayanti, Lardin dan Listyani, Tyas. 2009. “Pengaruh Perkembangan Usaha
Kecil Menengah Terhadap Keberdayaan Perempuan Di Jawa Tengah”,
Ragam Vol. 9 No. 2 : Hal 166-182.
Lestari, Dian Ayu dan Darsana, Ida Bagus. 2011. Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja,
Pengalaman Kerja Dan Kapasitas Produksi Terhadap Nilai Produksi Pengrajin
Perak.
Lestari, Ayu Wafi dan Woyanti, Nenik. 2009. Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai
Investasi, Dan Upah Minimum Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada
Industri Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Semarang
Levy, M dan Powell.P. 2000. “Information Systems Strategy For Small And Medium
Sized Enterprises: An Organizational Perspective”, Journal of Strategic
System 9: hal 63-84.
Mankiw, N. Gregory. 2006. Makroekonomi. Jakarta : Erlangga.
Mead, Donal C. dan Liedholm, Carl. 1998. “The Dinamics of Micro and Small
Enterprises in Developing Countries”, World Development Journal, Vol. 26
No.1 : hal 61-74.
Moelyono, Mauled. 2010. Menggerakkan Ekonomi Kreatif Antara Tuntutan dan
Kebutuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Murjana Yasa, I Gusti Wayan. 2009. Ekonomi Rakyat, Ekonomi Kreatif, dan
Pertumbuhan Berkualitas. Denpasar: BAPPEDA Kota Denpasar.
Ngantindriatun dan Ikasari, Hertiana. 2011. “Efisiensi Produksi Industri Skala Kecil
Batik Semarang: Pendekatan Fungsi Produksi Frontier Stokastik”. Jurnal
Manajemen Teori dan Terapan No.1 Tahun 4: hal 28-36.
89

Nielsen, Tobias dan Power, Dominic. 2010. “Priority Sector Report: Creative an
Cultural Industries” European Commission Enterprise and Industry.
Nisfihani, Annisa, Wijaya, Adi, dan Junaidi, Agus. 2013. Pengaruh Upah dan Output
Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Pada Sektor Pertambangan Kabupaten
Kutai Kartanegara
O’Connor, Justin. 2007. “The Cultural And Creative Industries: A Review Of The
Literature” The University of Leeds.
Peuter, Greig de. 2011. “Creative Economy and Labor Precarity: A Contested
Convergence”, Journal of Communication35(4): hal 417-425.
Putra, Riky Eka. 2012. “Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, Dan Nilai Produksi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel Di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang”, Economics Development Analysis Journal 1
(2): hal 42-58.
Potts, Jason dan Cunningham, Stuart. 2007. “Four Models Of The Creative
Industries”, Cultural Science : hal: 1-20.
Raharjaputra, Hendra S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi untuk Eksekutif
Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta.
Rahmana, Arif. 2009. Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Daya Saing
Usaha Kecil Menengah. Aplikasi TEknologi Informasi Yogyakarta, 20 Juni.
Rahmawati, Ikka Dewi. 2013. “Pengaruh Investasi dan Upah Terhadap Kesempatan
Kerja di Jawa Timur”, Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol.1 No.3.
Raheman, abdul and Nass, Muhamed. 2007. Working Capital Magement and
Profitability (Case of Pakistani Firms). International Reviews of Bussiness
Research Papers, 3(1) : h : 1-20.
Ransom, Michael R dan Sims, David P. 2010. “Estimating the Firm’s Labor Supply
Curve in a “New Monopsony” Framework: Schoolteachers in Missouri”,
Journal of Labor Economics, Vol.28 No.2: hal 331-355.
Rasinan, Djusniati. 2010. “Peranan UMKM Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Di
Kabupaten Maros” Adiwidia, No.1 : hal 32-41.
Rizvi, Syed Zia Abbas dan Nishat, Mohammad. 2009. The Impact of Foreign Direct
Investment on Employment Opportunities: Panel Data Analysis. Empirical
Evidence From Pakistan, India and China. Karachi: IoBM.
90

Rejekiningsih, Tri Wahyu. 2004. Mengukur Peranan Industri Kecil Dalam


Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah, Jurnal Dinamika Pembangunan,
Volume 1, No.2: hal 125-136.
Saptutyningsih, Endah. 2005. “ Dampak Kontraksi Sektor Industri Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Rumah Tangga di Indonesia
Sesudah Krisis (1999) Pendekatan Structural Path Analysis (SPA)”. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol.10 No.3: hal 241-263.
Silvia, Engla Desnim, Wardi, Yunia dan Aimon, Hasdi. 2013. “Analisis Pertumbuhan
Ekonomi, Investasi dan Inflasi di Indonesia”, Jurnal Kajian Ekonomi Vol.1
No.2 : hal 224-243.
Sitanggang, Ignatia Rohana dan Nachrowi, Djalal Nachrowi. 2004. “Pengaruh
Struktur Ekonomi Pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model
Demometrik di 30 Provinsi Pada 9 Sektor Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan
Pembangunan Indonesia, Vol.5 No.1: hal 103-133.
Sulistiawati, Rini. 2012. “Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia”, Jurnal EKSOS
Vol. 8 No. 3: hal 195-211.
Suluh Bali. 2013. Denpasar: Menjamurnya Bisnis Distro. Denpasar. Bali.
Sukirno, Sadono. 2008. Makro Ekonomi Modern : Perkembangan pemikiran dari
Klasik Hingga Keynesian Baru, Jakarta : PT Raja Graffindo Persada.
Sumarno, Muhammad. 2010. “Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Pengusaha Sentra
Industri Kecil Kerajinan Gerabah Kasongan Kabupaten Bantul”. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan Vol.12 No.1: hal 1-10.
Suparmoko, M. 1999. Metode Penelitian Praktis (Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Ekonomi
dan Bisnis), Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.
Setiaji, Bambang. & Sudarsono. 2004. Pengaruh Diferensiasi Upah Antar Propinsi
terhadap Kesempatan Kerj. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2,
Desember 2004, pp 1- 32.journal.uii.ac.id.
Tim Peneliti SMERU. 2001. Dampak Kebijakan Upah Minimum Terhadap Upah
Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Daerah Perkotaan Indonesia.SMERU.
Laporan Penelitian.
Tindaon, Ostinasia dan Yusuf AG, H. Edy. 2009. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja
Sektoral Di Jawa Tengah (Pendekatan Demometrik). Jurnal. eprints. und
ip.ac.id/. Jawa Tengah.
91

Triani Arissana Yeni, Nyoman dan Kembar Sri Budhi. 2016. Analisis Faktor- Faktor
Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja dan Produktivitas Kerja
Patung Kayu. Jurnal Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana. Vol. 5 No.4
Umar, Akmal. 2010. “Peranan Upah, Motivasi, dan Kepuasan Dalam Meningkatkan
Kinerja Perusahaan Manufaktur”, Jurnal hipotesis. Edisi Februaari 2010.
Yanuwardani W, Dian dan Woyanti, Nenik. 2009. “Analisis Pengaruh Faktor
Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Tempe Di
Kota Semarang”, Media Ekonomi dan Manajemen Vol.20 No.2: 190-201.
Yuniartini, Ni Putu Sri. 2013. “Pengaruh Modal kerja, Tenaga Kerja dan Teknologi
Terhadap Produksi Industri Kerajinan Ukiran Kayu Di Kecamatan Ubud” E-
Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 2 No.2: hal 95-101.
Zamrowi, M Taufik. 2007. “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil
(Studi di Industri Kecil Mebel di Kota Semarang)” . Tesis. Semarang :
Universitas Diponogoro.
Waisgrais, Sebastian, 2003. Wage Inequality and the Labor Market in Argentina:
Labor Institutions, Supplyand Demand in the Period 1980-99. International
Institute For Labor Studies Discussion Paper.DP/146/2003 pp 1-53, Decent
Work Research Programme.
Wiranata. 2004. Perkembangan Investasi di Era Globalisasi dan Otonomi Daerah.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, XII(1). 2004.
92

LAMPIRAN 1
KUISIONER PENELITIAN

A IDENTITAS RESPONDEN DAN USAHA


a. Identitas Responden
1. Nama : ……………………………………………..
2. Umur/Tanggal Lahir : ……………………………………………..
3. Jenis Kelamin : ……………………………………………..
4. Jabatan : ……………………………………………..
5. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan:

1. Tidak Pernah Sekolah 2. Tidak Tamat SD 3. SD 4. SMP 5. SMA

6. Perguruan Tinggi (Diploma/ S1/ S2)


6. Status Perkawinan:

1. Belum Kawin 2. Kawin 3. Cerai 4. Janda/Duda


7. Jumlah Anak : ……………………………………………..orang
8. Jumlah Anak : ……………………………………………..orang
b. Identitas Usaha
1. Nama Usaha : ……………………………………………..
2. Alamat Usaha : ……………………………………………..
3. Web/Blog Usaha : ……………………………………………..
4. Mulai Berdiri : ……………………………………………..
5. Lama Usaha : ……………………………………………..
6. Jam Kerja : ……………………………………………..

Pertanyaan Untuk Para Informan

1. Tujuan Penelitian Pertama


a. Mengetahui jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh
industri tenun endek di Kabupaten Klungkung.
b. Berapa rata-rata jumlah tenaga kerja pada usaha tenun endek
dalam 1 bulan?

B Variabel Penyerapan Tenaga Kerja


1. Rata-rata tenaga kerja =……………………………………….orang
93

Pertanyaan Untuk Para Informan

2. Tujuan Penelitian Kedua


a. Mengetahui jumlah produksi industri tenun endek di Kabupaten
Klungkung.
b. Berapa total jumlah produksi usaha tenun endek dalam waktu 1
bulan?

C Variabel Jumlah Produksi


1. Total jumlah produksi 1 bulan =………………………………………m

Pertanyaan Untuk Para Informan

3. Tujuan Penelitian Ketiga


a. Mengetahui besar modal kerja kerja pada industri tenun endek di
Kabupaten Klungkung.
b. Berapa total modal kerja kerja yang dikeluarkan oleh usaha
tenun endek dalam 1 bulan?

D Variabel Modal kerja


1. Total modal kerja kerja = Rp………………………………………

Pertanyaan Untuk Para Informan

4. Tujuan Penelitian Keempat


a. Mengetahui upah pada industri tenun endek di Kabupaten
Klungkung.
b. Berapa total upah yâang harus dibayarkan kepada tenaga kerja
dalam 1 bulan?

E Variabel Upah
1. Total upah = Rp………………………………………

Pertanyaan Untuk Para Informan


94

5. Tujuan Penelitian Kelima


a. Mengetahui investasi pada industri tenun endek di Kabupaten
Klungkung
b. Berapa total investasi usaha pakaian kecil dalam 1 bulan?

F Variabel Investasi
1. Total investasi = Rp………………………………………

Pertanyaan Untuk Para Informan


6. Tujuan Penelitian Kelima
a. Mengetahui perkembangan teknologi pada industri tenun endek
di Kabupaten Klungkung
b. Apakah usaha ini masih tergolong menggunakan teknologi
sederhana atau modern?

G Variabel Teknologi
1. Jenis teknologi yang digunakan:
a. Sederhana
b. Modern

SEKIAN TERIMA KASIH

No Catatan Pewawancara
95

Anda mungkin juga menyukai