Anda di halaman 1dari 16

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

HAKIKAT KERUKUNAN HIDUP


MODUL
BERAGAMA
03
6 JP (270 menit)

Pengantar
Dalam modul ini dibahas tentang pengertian-pengertian yang berkaitan
dengan kerukunan hidup beragama,hakikat agama, unsur kerukunan
hidup beragama, hakikat perbedaan agama di tengah masyarakat,
pembinaan kehidupan umat beragama dan kerukunan hidup umat
beragama, masalah-masalah kerukunanhidup beragama, landasan
membina kerukunan hidup beragama, faktor penyebab timbulnya
permasalahan kebebasan berkeyakinan, beragama dan beribadah
serta pencegahannya, cara pemecahan masalah yang timbul dari
kebebasan berkeyakinan, beragama, dan beribadah.
Tujuan diberikannya materi ini agar peserta didik memahamihakikat
kerukunan hidup beragama.

Kompetensi Dasar
Memahami hakikat kerukunan hidup beragama.
Indikator hasil belajar :
1. Menjelaskan pengertian-pengertian yang berkaitan dengan
kerukunan hidup beragama;
2. Menjelaskan hakikat agama;
3. Menjelaskan unsur kerukunan hidup beragama;
4. Menjelaskan hakikat perbedaan agama di tengah masyarakat;
5. Menjelaskan pembinaan kerukunan hidup umat beragama;
6. Menjelaskan masalah-masalah kerukunan hidup beragama;
7. Menjelaskan landasan membina kerukunan hidup beragama;
8. Menjelaskan faktor penyebab timbulnya permasalahan kebebasan
berkeyakinan, beragama dan beribadah serta pencegahannya;
9. Menjelaskan cara pemecahan masalah yang timbul dari
kebebasan berkeyakinan, beragama, dan beribadah.

IDEOLOGI PANCASILA 33
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Materi Pelajaran
Pokok bahasan:
Hakikat kerukunan hidup beragama.
Sub pokok bahasan:
1. Pengertian-pengertian yang berkaitan dengan kerukunan hidup
beragama;
2. Hakikat agama;
3. Unsur kerukunan hidup beragama;
4. Hakikat perbedaan agama di tengah masyarakat;
5. Pembinaan kerukunan hidup umat beragama;
6. Masalah-masalah kerukunan hidup beragama;
7. Landasan membina kerukunan hidup beragama;
8. Faktor penyebab timbulnya permasalahan kebebasan
berkeyakinan, beragama dan beribadah serta pencegahannya;
9. Cara pemecahan masalah yang timbul dari kebebasan
berkeyakinan, beragama, dan beribadah.

Metode Pembelajaran

1. Metode ceramah
Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi tentang Hakikat
kerukunan hidup beragama.
2. Metode Brainstroming (curah pendapat)
Metode ini digunakan pendidik untuk mengeksplor pendapat
peserta didik tentangmateri yang disampaikan.
3. Metode tanya jawab
Metode ini digunakan untuk tanya jawab tentang materiyang telah
disampaikan.
4. Metode penugasan
Metode ini digunakan pendidik untuk menugaskan peserta didik
tentang materi yang telah diberikan.

IDEOLOGI PANCASILA 34
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/media :
a. White board;
b. Laptop;
c. LCD.
2. Bahan :
a. Kertas Flipchart.
b. Alat tulis.
3. Sumber belajar :
Hanjar kerukunan hidup antar umat beragama.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap Awal : 10 menit


Pendidikmelaksanakan:
a. Membuka kelas dan memberikan salam;
b. Perkenalan;
c. Pendidik menyampaikan tujuan dan materi yang akan
disampaikan dalam proses pembelajaran.

2. Tahap Inti : 250 Menit


a. Pendidik menyampaikan materihakikat kerukunan hidup
beragama;
b. Peserta didik memperhatikan, mencatat hal-hal penting,
bertanya jika ada materi yang belum dimengerti/dipahami;
c. Peserta didik melaksanakan curah pendapat tentang materi
yang disampaikan oleh pendidik;
d. Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya atau menanggapi materi.

3. Tahap akhir: 10 Menit


a. penguatan materi.
Pendidikmemberikan ulasan dan penguatan materi secara
umum.

IDEOLOGI PANCASILA 35
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Cek penguasaan materi.


Pendidik mengecek penguasaan materi pendidikan dengan
bertanya secara lisan dan acak kepada peserta didik.
c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas.
Pendidik menggali manfaat yang bisa diambil dari pembelajaran
yang disampaikan.
d. Pendidik menugaskan peserta didik untuk membuat resume.

Tagihan/Tugas
Peserta didik mengumpulkan hasil resume materi yang telah diberikan
oleh pendidik.

Lembar Kegiatan
Pendidik menugaskan peserta didik meresume materi yang telah
diberikan.

IDEOLOGI PANCASILA 36
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

KONSEP DASAR KERUKUNAN


HIDUP BERAGAMA

1. Pengertian-pengertian kerukunan hidup beragama


a. Kerukunan antar beragama.
1) Kata kerukunan berasal dari kata rukun artinya baik dan
damai, tidak bertentangan. Sedangkan merukunkan
berarti mendamaikan, menjadikan bersatu hati. Kata
rukun berarti perkumpulan yang berdasar tolong-
menolong dan persahabatan,dalam
perkembangannya kata rukun dalam bahasa Indonesia
berarti, mengatasi perbedaan-perbedaan, bekerjasama,
saling menerima, hati tenang, dan hidup harmonis.
Rukun berarti menghilangkan tanda-tanda ketegangan
dalam masyarakat atau antara pribadi-pribadi, sehingga
hubungan sosial tetap kelihatan selaras dan baik-baik.
Kerukunan juga mengandung arti adanya kesadaran di
dalam diri manusia untuk saling menerima perbedaan-
perbedaan yang ada, dan saling menghargai masing-
masing potensi yang ada dalam diri manusia. Tanpa
mencela apalagi sampai menimbulkan konflik yang
berakibatkan pada ketidak-rukunan dalam kehidupan
umat beragama.
2) Kata umat beragama berasal dari dua suku kata,
yakni umat dan beragama.Umat adalah para penganut
suatu agama atau nabi. Dan beragama artinya
memeluk (menjalankan) agama. Yang dimaksud
dengan agama adalah kepercayaan kepada Tuhan,
acara berbakti kepada Tuhan, beragama, memeluk
agama. Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa
seseorang yang menganut agama atau kepercayaan
yang telah diyakini, harus siap untuk menjalankan
setiap amalan yang telah diajarkan oleh agamanya
masing-masing tanpa ada paksaan dan saling
memaksa antar umat yang satu dengan lainnya.
3) Arti dari kerukunan umat beragama adalah keadaan
hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
toleransi, saling pengertian, saling menghormati,
menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran
agamanya dan kerjasama dalam kehidupan

IDEOLOGI PANCASILA 37
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


4) Makna kerukunan hidup umat beragama adalah perihal
hidup rukun yakni hidup dalam suasana baik dan
damai, tidak bertengkar, bersatu hati dan bersepakat
antar umat yang berbeda-beda agamanya, atau antara
umat dalam satu agama. Kerukunan juga tidak hanya
suasana yang tidak memiliki konflik, akan tetapi
kerukunan juga merupakan keadaan damai dan
diselesaikan dengan musyawarah jika terdapat
masalah-masalah yang dapat menimbulkan ketidak-
rukunan umat beragama, sehingga tercipta dan
terpeliharalah kerukunan hidup umat beragama.
b. Toleransi.
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari
bahasa latin yang artinya adalah "dengan sabar membiarkan
sesuatu". Jadi secara harafiah pengertian dari Toleransi
beragama ialah dengan sabar membiarkan orang
menjalankan agama-agama lain.
Toleransi beragama sebuah sikap sabar terhadap umat
beragama lain yang hanya dilakukan oleh orang yang
dewasa dan tahu benar tujuan toleransi.
c. Pembinaan kerukunan hidup beragama.
Pembinaan kerukunan hidup beragama adalah segala usaha,
tindakan dan kegiatan dalam membentuk, memelihara serta
meningkatkan kondisi hidup dan kehidupan yang harmonis
dalam pengamalan ajaran agama sesuai dengan kepribadian
Pancasila.
d. Aliran kepercayaan.
Aliran kepercayaan bukan agama baru, melainkan
merupakan salah satu jalan untuk mencapai ke agungan budi
dan kematangan jiwa dengan latihan kebathinan dan
kejiwaan sesuai dengan kepercayaan untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Hakikat agama
a. Setiap ajaran agama mengandung ajaran keimanan.
Setiap agama mengandung ajaran keimanan atau kaidah-
kaidah azasi yang dipercaya kebenarannya secara mutlak,
sebagai kebenaran yang bersumber kepada wahyu yang
diturunkan dari Tuhan yang dari padanya dijabarkan dalam
system nilai dan norma hidup kemasyarakatan dan dalam
segenap sikap dan tingkah laku pribadi.
b. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan umat manusiadengan
tujuan:
IDEOLOGI PANCASILA 38
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Untuk mengabdi kepadanya;


2) Menghendaki kesejahteraan dan kebahagiaan umatnya;
3) Terwujudnya kerukunan diantara sesama umat
beragama;
4) Tidak menghendaki adanya pertentangan dan
permusuhan Umat manusia dengan berbagai agama
yang dianutnya, melainkan menghendaki persatuan,
persaudaraan dan perdamaian.
c. Agama memberikan nilai moral dan kaidah-kaidah sosial
untuk mengendalikan tingkah laku atau menerangi manusia
dalam masyarakat agar menciptakan kedamaian dan
ketertiban dalam pergaulan hidup umat manusia.Ajaran
agama menyatakan untuk saling menghormati dan
menghargai antar umat beragama yang berbeda, karena
pada dasarnya supaya menyembah Tuhan Yang Maha Esa
menurut keyakinan dan kitab sucinya masing-masing.
d. Hakikat agama adalah wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang
dituangkan dalam kitab suci ajaran agama yang berisikan
pokok iman dan hukum-hukum Tuhan yang antara lain
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan
manusia dengan sesama manusia.
Agama mengajarkan hal-hal yang baik supaya hidup rukun
dan sejahtera baik materiil maupun spiritual, tidak ada satu
agamapun yang menghendaki supaya penganut agamanya
hidup binasa dan sengsara.
3. Unsur kerukunan hidup beragama
a. Selai itu, kerukunan hidup umat beragama juga mengandung
tiga unsur penting:
1) Kesediaan untuk menerima adanya perbedaan
keyakinan dengan orang atau kelompok lain;
2) Kesediaan memberikan orang lain untuk mengamalkan
ajaran yang diyakininya;
3) Kemampuan untuk menerima perbedaan selanjutnya
menikmati suasana kesahduan yang dirasakan orang
lain sewaktu mereka mengamalkan ajaran agamanya.
b. Hidup beragama.
Kata umat beragama berasal dari dua suku kata,
yakni umat dan beragama.Umat adalah para penganut suatu
agama atau nabi. Dan beragama artinya memeluk
(menjalankan) agama. Yang dimaksud dengan agama
adalah kepercayaan kepada Tuhan, acara berbakti kepada
Tuhan, beragama, memeluk agama.

IDEOLOGI PANCASILA 39
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa seseorang yang


menganut agama atau kepercayaan yang telah diyakini,
harus siap untuk menjalankan setiap amalan yang telah
diajarkan oleh agamanya masing-masing tanpa ada paksaan
dan saling memaksa antar umat yang satu dengan lainnya.
Hidup beragama adalah pengamalan ajaran agama dalam
hidup dan kehidupan umat manusia, baik selaku insan
individu maupun insan sosial yang taat, soleh serta berbudi
luhur. Pengamalan tersebut tercermin secara pribadi di
dalam golongan maupun antar golongan di tengah-tengah
masyarakat.
c. Kerukunan hidup beragama.
Kerukunan hidup beragama adalahkondisi hidup dan
kehidupan yang harmonis dalam pengamalan ajaran agama
sesuai dengan kepribadian Pancasila.
4. Hakikat perbedaan agama di tengah masyarakat
a. Ditinjau dari sudut pandang Pancasila.
Pancasila sebagai falsafah negara dan bangsa Indonesia
menerima bermacam-macam agama untuk tumbuh subur di
bumi Indonesia. Butir-butir yang tercantum di dalam
Pancasila menghendaki kerukunan dalam setiap hidup dan
kehidupan seluruh bangsa termasuk dalam hidup beragama,
ini berarti bahwa adanya perpecahan dan pertentangan-
pertentangan tidak sesuai dengan Pancasila dan harus
dihindari oleh setiap warga negara Republik Indonesia.
b. Ditinjau dari ajaran agama itu sendiri.
Pada dasarnya adalah menghendaki adanya kerukunan
hidup beragama. Ini berarti pula bahwa pelaksanaan ajaran
agama secara baik, jujur dan benar, sudah memberi situasi
dan kondisi yang harmonis, serasi serta terwujudnya
persatuan dan kesatuan yang utuh atau kompak diantara
para penganut semua agama.
c. Beragama harus secara baik dan benar.
Antara lain berarti menahan diri untuk tidak melakukan
tindakan yang merugikan, melainkan sejauh mungkin
senantiasa berusaha berbuat baik untuk diri-sendiri dan
golongannya, maupun kebaikan bagi orang lain, mengakui
serta menghormati kemerdekaan orang lain untuk memilih
agama dan mengamalkan ajaran agama pilihannya dan
kesediaan berbuat kebaikan kepada semua umat manusia
tanpa membedakan suku bangsa dan agama.

IDEOLOGI PANCASILA 40
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5. Pembinaan kerukunan hidup umat beragama


Dalam membina kerukunan hidup beragama itu perlu
diusahakan :
a. Golongan yang belum beragama.
Atau belum berketuhanan YME diusahakan agar mereka
berketuhanan Yang Maha Esa sesuai keyakinan dan
pilihannya sendiri.
b. Golongan yang sudah beragama.
Diusahakan agar mereka lebih mantap dan tebal imannya
serta berbudi luhur berdasarkan keyakinan agamanya
masing-masing.
c. Golongan ulama, cendekiawan dan rohaniwan.
Diusahakan agar ceramahnya kepada umat, dapat
membangun kreatifitas dan dukungan yang bergairah,
sehingga akan menimbulkan partisipasi nyata dari rakyat
terhadap program pembangunan.
d. Peningkatan dari kerukunan hidup beragama.
Dengan tenggang rasa umat beragama yang tinggi antara
pemeluk agama yang berbeda pembinaan kehidupan
beragama dan kerukunan beragama harus dilakukan secara
terus menerus dan terarah dengan :
1) Melalui pendalaman dan pengamalan ajaran agama
maupun dasar falsafah Negara Pancasila dan UUD
1945;
2) Menanamkan kesadaran sebagai Warga Negara
Republik Indonesia yang wajib hidup bersama-sama
secara damai dan bersatu di Bumi Indonesia yang
indah permai dan bebas dalam menunaikan ibadah dan
amal sholehnya sesuai dengan ajaran agama masing-
masing yang dipeluknya;
3) Membina komunikasi timbal balik untuk mencapai
konsensus bersama.
Kebijakan pemerintah terhadap adanya aliran kepercayaan
dan kebatinan yang menuntun penganutnya ke arah
kematangan jiwa dan keluhuran budi, pada prinsipnya tidak
dilarang oleh pemerintah, bahkan diberikan tempat yang
wajar dalam masyarakat selama aliran kepercayaan dan
kebatinan tersebut tidak menyimpang dari falsafah Pancasila
dan ketentuan yang berlaku.
6. Masalah-masalah kerukunan hidup beragama
a. Semua agama tidak menghendaki adanya pemaksaan dalam
hal beragama.
Setiap manusia bebas menentukan sendiri agama yang

IDEOLOGI PANCASILA 41
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dianutnya, agama yang dianut mendasari hubungan manusia


dengan Tuhan Yang Maha Esa dan hubungan manusia
dengan manusia dan kemudian agama memberi arah kepada
umatnya mengenai sikap dan perilaku dalam hidup sehari-
hari.
b. Kemerdekaan beragama dilindungi oleh pasal 29 UUD 1945.
Bagi warga negara Indonesia tentang kemerdekaan
beragama secara jelas telah dilindungi oleh negara
berdasarkan pasal 29 UUD 1945, yang menjamin adanya
kemerdekaan beragama serta beribadah menurut agama dan
kepercayaannya. Negara Republik Indonesia menghendaki
supaya agama tumbuh subur dengan memberi kebebasan
bagi setiap warganya untuk memilih agama yang sesuai
dengan keyakinannya.
c. Kemerdekaan beragama sesuai dengan kepribadian
Pancasila.
Kemerdekaan beragama dilaksanakan sesuai dengan
kepribadian Pancasila dengan senantiasa memelihara
suasana kekeluargaan yang baik antara kepentingan agama
sendiri dengan agama lain. Keseimbangan antar kepentingan
dunia dan akherat antara kepentingan spiritual dan materiil,
antara kepentingan jiwa dan raga, antara kepentingan
individu dan masyarakat dan antara kepentingan nasional
dan internasional, serta senantiasa memelihara kerukunan
dan sikap saling menghargai dan saling menghormati
diantara umat beragama.
d. Memelihara suasana kegotong-royongan dan kekeluargaan.
Dalam arti sikap yang tidak hanya mementingkan diri sendiri
atau golongan sendiri, melainkan senantiasa mengutamakan
kepentingan dan ketentraman bangsa dan negara Republik
Indonesia. Sikap yang dapat mengganggu kepentingan
umum dihindari dan senantiasa bersikap gotong royong dan
saling menjaga ketentraman dan kebahagiaan bersama.
7. Landasan membina kerukunan hidup beragama
Dalam membina kerukunan hidup beragama dan persatuan
diantara umat beragama yang berbeda-beda itu kita telah
mempunyai landasan yang kuat terutama yang termuat di dalam :
a. Pembukaan UUD 1945;
b. UUD 1945;
c. Tap MPR No IV/MPR/1973 tentang GBHN yang antara lain
menetapkan:
1) Atas dasar kepercayaan bangsa Indonesia terhadap
Tuhan yang Maha Esa, maka perikehidupan
IDEOLOGI PANCASILA 42
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa


didasarkan atas kebebasan menghayati dan
mengamalkan KeTuhanan Yang Maha Esa sesuai
falsafah Pancasila;
2) Pembangunan agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa ditujukan untuk pembinaan
suasana hidup rukun diantara sesama umat beragama
dan semua penganut kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa meningkatkan amal dalam bersama-
sama membangun masyarakat;
3) PEN PRES No 1 th 1965 tentang pencegahan dan atau
penodaan agama yang dinyatakan sebagai Undang-
Undang berdasarkan UU no. 5 Th 1969 ( lembaran
negara no 36/1969).
8. Faktor penyebab timbulnya permasalahan kebebasan
berkeyakinan, beragama dan beribadah serta pencegahannya
Agama meskipun dipuji-puji kerap kali tak mampu memenuhi
harapan manusia. Agama sejauh nampak dalam hidup sehari-hari,
lepas dari teori yang muluk-muluk yang mencemaskan terutama
dalam tiga bentuk yaitu:
a. Fanatisme.
Fanatisme adalah sikap menonjolkan agamanya sendiri
dengan kecenderungan menghina agama lain dan
mengurangi hak hidupnya. Fanatisme sering mengarah
menuju dominasi politis dan cita-cita untuk mendirikan
negara agama. Fanatisme disebabkan oleh beberapa hal
antara lain:
1) Kurang mengenal agama lain karena hidup didaerah
tertutup;
2) Pendidikan agama yang sempit karena hanya mencari-
cari kesalahan atau menjelekan agama lain;
3) Rasa bangga yang berlebihan atas kejayaan agamanya
sendiri serta tidak melihat kekurangan diri sendiri;
4) Rasa takut akan kemajuan (kemajuan agama lain
menjadi ancaman);
5) Tidak adanya keyakinan yang tenang, dewasa, realistis,
dan terbuka.
b. Takhayul.
Takhayul adalah kepercayaan yang terlalu besar akan benda
atau acara tertentu, dengan demikian mendapat bantuan dari
Tuhan. Dalam hal ini orang lebih percaya akan benda atau
acara tertentu akan Tuhan sendiri. Takhayul merajalela
dikalangan penganut agam primitif yaitu animisme.
IDEOLOGI PANCASILA 43
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Fatalisme.
Fatalisme adalah sikap mudah menyerah pada nasib atau
takdir. Nasib dianggap sebagai sesuatu yang telah
ditakdirkan oleh Tuhan. Akibatnya manusia tidak mau
berusaha menghadapi penderitaan dan tantangan hidup,
melainkan menghibur diri dengan acara-acara keagamaan
sambil menanti surga. Orang fatalis mempunyai pandangan
tentang Tuhan yang picik dan paham yang tidak realistis
tentang dunia.
Pemerintah telah mengatur kebebasan dalam berkeyakinan,
beragama, dan beribadah yaitu:
1) UUD 1945, pasal 29.
a) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa;
b) Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaannya
itu.
2) Keputusan MPRS Juni 1966, ketetapan 27
memperkokoh kembali kebebasan beragama yaitu
semua agama yang diakui pemerintah diberikan
kesempatan yang sama.
9. Cara pemecahan masalah yang timbul dari kebebasan
berkeyakinan, beragama, dan beribadah
Dengan banyaknya agama dan kepercayaan yang ada di
Indonesia, konflik antar agama seringkali tidak terelakan. Lebih
dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan
penting dalam hubungan antar kelompok meupun golongan.
Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan
sejumlah konflik di wilayah timur Indonesia. Berdasar sejarah,
kaum pendatang telah menjadi pendorong utama
keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri. Berdasarkan
penjelasan atas Penetapan Presiden No. 1 Tahun 1965 tentang
Pencegahan Penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama pasal 1
“Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia Ialah
Islam, Katholik, Hindu, Budha, dan Khong Huchu.Tiga model
penanganan:
a. Penanganan berbasis kekuatan.
Penanganan konflik sosial berbasis kekuatan terjadi ketika
pihak-pihak yang berkonflik mengerahkan segala daya dan
upaya yang mereka miliki ketika membela dan mengejar
tujuan dan sasaran mereka. Ini adalah pendekatan Self-
Helpyang primordial dan dalam banyak hal primitif,
mengabaikan tatanan kelembagaan yang ada (termasuk
IDEOLOGI PANCASILA 44
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tatanan kelembagaan demokrasi). Penggunaan ancaman,


intimidasi, protes, dan kekerasan fisik terhadap lawan adalah
bagian dari pendekatan ini. Konflik Ahmadiyah di Cikeusik,
Sunni-Syiah di Sampang, dan Tengku Ayub Syahkubat di
Biruen bahkan telah menelan jatuhnya korban jiwa.
Perkembangan yang perlu mendapat perhatian serius karena
konflik sktarian telah memasuki level kekerasan baru yang
menelan korban jiwa. Bukan hanya kerusakan harta benda
berupa rumah, tempat ibadah, kendaraan, prasarana publik,
dll. Konflik tempat ibadah juga melibatkan aksi kekerasan
seperti perusakan, pembakaran, pengusiran, intimidasi,
stigmatisasi, dan penggunaan kekuatan lainnya. Beberapa
ciri penggunaan pendekatan kekuatan yang diterakan di atas,
seperti adu kuat, rusaknya jalinan sosial dimasyarakat,
menang kalah, dan jatuhnya korban warga negara menjadi
ujung dari pendekatan ini.
b. Penanganan berbasis hak.
Model penangan ini bertolak dari anggapan dan harapan
normatif bahwa kebutuhan perseorangan dan kelompok
disuatu masyarakat dapat dipenuhi jika mereka tunduk pada
aturan-aturan normatif. Aturan tersebut telah disepakati
masyarakat, dan diyakini dapat melindungi hak individu dan
kelompok. Hak tersebut bersumber dari, ditopang dengan
berbagai aturan seperti Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Konvensi, kebijakan, kontrak, kebiasaan dan
adat istiadat masyarakat. Model penanganan berbasis hak
mempunyai kekuatan tersendiri, seperti adanya prinsip dan
standar hak yang dapat diterapkan kepada siapa saja
sehingga memiliki legitimasi dan sering dipandang lebih
obyektif (Lutz et al 2003). Setiap kali ada insiden konflik
keagamaan, yang dilakukan adalah mencari dan menemukan
pelanggaran hak, khususnya hak asasi manusia dan
berusaha membawa pelakunya ke meja hijau. Yang
melanggar ini bisa jadi salah satu dari pihak yang bertikai
dalam konflik antar agama dan intra agama. Bisa juga aparat
seperti polisi yang dinilai gagal melindungi hak warga negara
khususnya kaum minoritas. Dengan kata lain, penggunaan
pendekatan ini seringkali ditandai dengan ciri mencaridan
menghukum pelanggar hak. (Lutz et al.2003; Furlog 2005,
114).
c. Penanganan berbasis kepentingan.
Yang dimaksud dengan penanganan ini adalah keinginan,
kebutuhan, aspirasi, dan kekhawatiran dari pihak-pihak yang
bertikai, pendekatan ini memberikan perhatian besar. Salah
satu pengertian kepentingan memilahnya kepadatiga jenis
yaitu:

IDEOLOGI PANCASILA 45
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Kepentingan subtantif (Moore 2003);


2) Kepentingan prosedural (Furlog 2005, 61-63) dan;
3) Kepentingan psikologis (Moore and Woodrow 2010, 89-
91).
Pendekatan menurut Mitchell & Banks 1996; Lut et al 2003;
Furlog 2005, 113 terletak pada beberapa prosesnya yang
bersifat:
1) Kolabiratif.
Pihak-pihak yang bertikai bekerja sama mencari jalan
keluar bagi konflik dan masalah yang mereka ciptakan,
tidak konfrontatif atau menang-menangan, melainkan
Win-Win.
2) Kreatif.
Pihak-pihak yang bertikai menciptakan jalan keluar bagi
mereka sendiri, yang dapat mereka terima, tidak
dipaksakan atau didesak pihak ketiga baik pemerintah
maupun mediator non pemerintah.
3) Memecahkan masalah.
Bagaimana menyeleseikan dan memecahkan masalah
yang dihadapi, bukan menghukum, menyalahkan dan
mendominasi pihak lawan. Berbeda dari asumsi
dominan dalam pendekatan kekuatan, asumsi dominan
disini adalah konflik sebagai masalah, yang
penanganan dan penyeleseiannya berupa pemecahan
masalah.
4) Memelihara hubungan.
Karena proses yang kolaboratif, nirkonfrontasi dan
nirdominasi, hubungan diantara pihak-pihak yang
bertikai tidak rusak dan rekonsiliasi lebih mudah.
5) Berdaya tahan.
Karena kesepakatan dicapai dan diciptakan keduan
pihak (atau lebih) yang bertikai dan menyeleseikan
masalah mereka (Problem-Solving), maka kesepakatan
tersebut lebih tahan.

IDEOLOGI PANCASILA 46
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman

1. Arti dari kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan


sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam
pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan umat manusia dengan tujuan
:
a. Untuk mengabdi kepadanya;
b. Menghendaki kesejahteraan dan kebahagiaan umatnya;
c. Terwujudnya kerukunan diantara sesama umat beragama.
3. Tiga unsur penting dalam kerukunan hidup umat beragama, antara
lain :
a. Kesediaan untuk menerima adanya perbedaan keyakinan
dengan orang atau kelompok lain;
b. Kesediaan memberikan orang lain untuk mengamalkan
ajaran yang diyakininya;
c. Kemampuan untuk menerima perbedaan selanjutnya
menikmati suasana kesahduan yang dirasakan orang lain
sewaktu mereka mengamalkan ajaran agamanya.
4. Hakikat perbedaan agama di tengah masyarakat, ditinjau dari
sudut pandang, antara lain :
a. Sudut pandang Pancasila;
b. Sudut pandang ajaran agama itu sendiri;
c. Beragama harus secara baik dan benar.
5. Dalam membina kerukunan hidup beragama itu perlu diusahakan :
a. Golongan yang belum beragama;
b. Golongan yang sudah beragama;
c. Golongan ulama, cendekiawan dan rohaniwan;
d. Peningkatan dari kerukunan hidup beragama.
6. Kemerdekaan beragama dilindungi oleh pasal 29 UUD 1945.Bagi
warga negara Indonesia tentang kemerdekaan beragama secara
jelas telah dilindungi oleh negara berdasarkan pasal 29 UUD
1945, yang menjamin adanya kemerdekaan beragama serta
beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Negara Republik
Indonesia menghendaki supaya agama tumbuh subur dengan
memberi kebebasan bagi setiap warganya untuk memilih agama
yang sesuai dengan keyakinannya.

IDEOLOGI PANCASILA 47
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7. Dalam membina kerukunan hidup beragama dan persatuan


diantara umat beragama yang berbeda-beda itu kita telah
mempunyai landasan yang kuat terutama yang termuat di dalam :
a. Pembukaan UUD 1945;
b. UUD 1945;
c. Tap MPR No IV/MPR/1973 tentang GBHN.
8. Faktor penyebab timbulnya permasalahan kebebasan
berkeyakinan, antara lain :
a. Fanatisme;
b. Takhayul;
c. Fatalisme.
9. Tiga model penanganan pemecahan masalah yang timbul dari
kebebasan berkeyakinan, antara lain :
a. Penanganan berbasis kekuatan;
b. Penanganan berbasis hak;
c. Penanganan berbasis kepentingan.

Latihan

1. Jelaskan pengertian-pengertian yang berkaitan dengan kerukunan


hidup beragama!
2. Jelaskan hakikat agama!
3. Jelaskan unsur kerukunan hidup beragama!
4. Jelaskan hakikat perbedaan agama di tengah masyarakat!
5. Jelaskan pembinaan kerukunan hidup umat beragama!
6. Jelaskan masalah-masalah kerukunan hidup beragama!
7. Jelaskan landasan membina kerukunan hidup beragama!
8. Jelaskan faktor penyebab timbulnya permasalahan kebebasan
berkeyakinan, beragama dan beribadah serta pencegahannya!
9. Jelaskan cara pemecahan masalah yang timbul dari kebebasan
berkeyakinan, beragama, dan beribadah!

IDEOLOGI PANCASILA 48
SEKOLAH INSPEKTUR POLISI

Anda mungkin juga menyukai