Anda di halaman 1dari 18

Manajemen Keuangan I

PENGERTIAN KAS
 Kas merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi
tingkat likuiditasnya dan paling mudah berpindah tangan dalam
suatu transaksi, seperti transaksi untuk pembayaran gaji atau
upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar utang, membayar
deviden dan transaksi lainnya.
 Makin besar jumlah kas yang ada dalam perusahaan makin
tinggi tingkat likuiditasnya berarti perusahaan memiliki risiko
yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban
finansialnya.
 Bukan berarti perusahaan harus mempertahankan persediaan
kas yang sangat besar, karena makin besar kas berarti makin
banyak uang yang menganggur sehingga dapat mengecilkan
profitabilitas.
MOTIF MEMEGANG KAS
 Motif transaksi  untuk memenuhi pembayaran
seperti pembelian bahan mentah, upah, pajak, dan
dividen yang timbul dalam kegiatan bisnis yang
umum.
 Motif spekulasi  untuk memanfaatkan peluang yang
ada, seperti penurunan tiba-tiba harga bahan baku.
 Motif berjaga-jaga  untuk mempertahankan batas
keamanan atau penyangga keamanan dalam
memenuhi kebutuhan kas yang di luar perkiraan.
ALIRAN KAS
 Aliran kas dalam perusahaan  aliran kas masuk (cash
inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow).
 Aliran kas masuk dan aliran kas keluar ada yang kontinyu
dan tidak kontinyu (intermittent).
 Aliran kas masuk kontinyu aliran kas yang berasal dari
penjualan produk secara tunai, penerimaan piutang, dll.
Aliran kas masuk intermittent  aliran kas yang berasal
dari penyertaan pemilik perusahaan, penjualan saham,
penerimaan kredit dari bank, penjualan aktiva tetap, dll.
 Aliran kas keluar kontinyu  aliran kas keluar untuk
pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan
gaji, dll. Aliran kas keluar intermittent  aliran kas keluar
untuk pembayaran bunga, devidend, pembayaran
angsuran utang, pembelian kembali saham, dll.
GAMBAR ALIRAN KAS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BESARNYA PERSEDIAAN KAS
 Perimbangan antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar
 perlu memperhatikan waktu (timing), syarat pembelian
dan syarat penjualan dimana pembayaran utang dapat
dipenuhi dengan kas yang berasal dari piutang, sementara
pembelian bahan, upah buruh dapat dipenuhi melalui kas
yang berasal dari penjualan produk
 Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan 
bagi perusahaan yang sering mengalami penyimpagan
sehingga merugi maka perlu persediaan minimal kas yang
lebih besar
 Adanya hubungan yang baik dengan bank-bank 
hubungan yang baik akan mempermudah untuk
mendapatkan kredit dari bank ketika mengalami kesulitan
finansial.
ANGGARAN KAS/BUDGET KAS
 Anggaran kas adalah estimasi terhadap posisi kas
untuk suatu periode tertentu yang akan datang.
 Dengan menyusun anggaran kas akan dapat diketahui
kapan perusahaan dalam keadaan defisit kas atau
surplus kas karena kegiatan operasi perusahaan.
ANGGARAN KAS DIBEDAKAN
DALAM DUA BAGIAN, YAITU:
 Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang berasal
dari hasil penjualan tunai, piutang yang terkumpul,
penerimaan bunga, dividen, hasil penjualan aktiva
tetap dan penerimaan-penerimaan lain.
 Estimasi pengeluaran kas yang digunakan untuk
pembelian bahan mentah, pembayaran utang,
pembayaran upah buruh, pengeluaran untuk biaya
penjualan, biaya administrasi dan umum, pembayaran
bunga, dividen dll.
TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN
KAS BAGI PIMPINAN PERUSAHAAN
 Untuk mengetahui kemungkinan posisi kas sebagai
hasil rencana operasi perusahaan
 Untuk mengetahui kemungkinan adanya surplus dan
defisit karena rencana opersasi perusahaan
 Untuk mengetahui besarnya dana, serta kapan dana
tersebut digunakan untuk menutup defisit kas
 Untuk mengetahui kapan kredit dibayar kembali
TAHAP PENYUSUNAN ANGGARAN KAS
 Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
menurut rencana operasi perusahaan.
 Menyusun estimasi kebutuhan dana atau kredit dari
bank atau sumber dana lainnya yang diperlukan untuk
menutup defisit karena rencana operasi perusahaan.
 Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan
dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansial,
dan anggaran kas final ini merupakan gabungan dari
transaksi operasional dan transaksi finansial yang
menggambarkan estimasi penerimaan dan
pengeluaran kas keseluruhan.
Jenis Model Saldo Kas
1. Model Economic Order Quantity (EOQ) oleh William Baumol
Model ini digunakan untuk menghitung pesanan barang yang paling
ekonomis. Konsep ini juga berlaku dalam perhitungan persediaan
kas yang paling ekonomis atau saldo kas yang ditargetkan. Dalam
model ini diasumsikan bahwa perusahaan menggunakan kas dengan
pola konstan baik kebutuhan kas, aliran kas masuk maupun aliran
kas keluarnya. Formula untuk menentukan jumlah kas yang optimal
dengan konsep EOQ adalah sebagai berikut:
2( F )(T )
C
k
dimana
C = jumlah kas yang optimal
F = biaya tetap untuk memperoleh pinjaman atau menjual sekuritas
T = jumlah kas untuk transaksi selama periode tertentu
k = biaya kesempatan dari kas yang dimiliki.
Biaya kesempatan merupakan penghasilan yang seharusnya dapat
diperoleh dari kas yang menganggur.
Contoh Soal
Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap berupa bunga per tahun
sebesar Rp 150.000. Jumlah kebutuhan kas untuk kegiatan
perusahaan per minggu sebesar Rp 1.000.000, sehingga setahun = 52
x Rp 1.000.000 = Rp 52.000.000. Besarnya penghasilan investasi yang
diharapkan sebesar 15% per tahun. Berapa jumlah kas optimal yang
diperlukan perusahaan?

2( F )(T )
C
k
2(150.000)(52.000.000)
C
0,15
C  Rp 10.198.039

Jadi kas optimal perusahaan adalah sebesar Rp 10.198.039


Jumlah frekuensi transaksi yang harus dilakukan sebanyak
= Rp 52.000.000/ 10.198.039 = 5,09 kali atau 5 kali
Rata-rata saldo kas = Rp 10.198.039/2 = Rp 5.099.019,5 atau
Rp 5.099.020
Jenis Model Saldo Kas
2. Model Miller dan Orr
Merupakan model penentuan persediaan apabila aliran kas masuk dan
aliran kas keluar tidak konstan. Perusahaan harus menetapkan jumlah saldo
kas yang paling tinggi sebagai batas atas dan saldo kas terendah sebagai
batas bawah. Apabila saldo kas telah mencapai batas atas, maka perusahaan
hendaknya merubah sebagian kas tersebut ke dalam bentuk surat berharga
agar saldo kas kembali pada jumlah ideal. Sebaliknya, apabila jumlah saldo
kas telah mencapai batas minimal (batas bawah), maka perusahaan dapat
merubah sekuritas yang ada menjadi kas sehingga mencapai jumlah saldo
kas yang ideal. Rumus model Miller dan Orr untuk menentukan jumlah
saldo kas yang optimal adalah sebagai berikut:
1
 3T  2 3
Z  
 4i 
Dimana:
T = biaya tetap untuk melakukan transaksi
σ2 = varian dari aliran kas masuk bersih sebagai penyebaran arus kas
i = tingkat bunga harian untuk investasi pada surat berharga (sekuritas)
Contoh Soal
Sebuah perusahaan mengeluarkan biaya transaksi sebesar Rp 5.000 setiap
kali transaksi. Deviasi standar (σ2) aliran kas masuk sebesar Rp 100.000.
Tingkat bunga per tahun sebesar 12%. Batas minimal kas yag tersedia
sebagai batas bawah sebesar nol rupiah. Satu tahun dihitung 360 hari.
Maka berapa jumlah persediaan kas yang diinginkan perusahaan?
1
 3T 2
 3
Z  
 4i 
1
 3(5.000)(100.000)  2 3
Z    Rp 482.745,
 4 ( 0,12 / 360) 

Jadi jumlah kas yang diinginkan perusahaan sebesar Rp 482.745,-. Nilai


batas atas adalah 3Z = Rp 1.448.235,-. Ketika kas mencapai batas atas
tersebut, maka perusahaan harus merubah sebagian kas tersebut sebesar
Rp 965.490 (dari Rp 1.448.235 – Rp 482.745) menjadi surat berharga agar
saldo kas kembali sebesar Rp 482.745 sesuai dengan yang diinginkan
perusahaan. Sedangkan ketika kas perusahaan sampai batas minimal,
dalam hal ini nol rupiah, maka perusahaan harus menjual surat berharga
sebesar Rp 482.745 agar saldo kas kembali ke jumlah Rp 482.745 sesuai
yang diinginkan perusahaan.
Latihan
 Kebutuhan kas suatu perusahaan per tahun sebesar Rp
120.000.000. Kas yang digunakan per harinya besarnya
tetap. Biaya transaksi yang dikeluarkan setiap
merubah sekuritas menjadi kas sebesar Rp 50.000.
tingkat bunga yang diharapkan dari sekuritas yang
dimiliki sebesar 20% per tahun. Berapa jumlah
sekuritas yang harus dirubah menjadi kas setiap kali
transaksi (sebagai kas optimal)?
Jawaban
2( F )(T )
C
k
2(50.000)(120.000.000)
C
0,20
C  Rp 7.745.967

Jadi kas optimal yang harus dijual sebesar Rp 7.745.967.


Jumlah frekuensi transaksi penjualan sekuritas yang harus
dilakukan sebanyak = Rp 120.000.000/Rp 7.745.967 = 16 kali.
Sedangkan rata-rata saldo kas sebesar Rp 7.745.967/2 = Rp
3.872.984
Variabel-Variabel dalam Pemilihan
Sekuritas yang Dapat Diperjualbelikan
• Keamanan merujuk pada tingkat kemungkinan
untuk mendapatkan kembali nilai uang yang awalnya
diinvestasikan (jumlah pokok/principal)
• Kemudahan pemasaran (likuiditas)  kemampuan
untuk menjual sekuritas dalam volume yang signifikan
dipasar sekunder tanpa konsesi harga yang signifikan
• Imbal hasil (yield)  pengembalian (return),
berhubungan dengan bunga dan/atau penilaian
prinsipal yang diberikan oleh sekuritas
• Waktu jatuh tempo  umur sekuritas; lamanya waktu
sebelum jumlah prinsipal sekuritas jatuh tempo.
Jenis-Jenis Surat Berharga
Jangka Pendek
• Treasury Bill  obligasi jangka pendek tanpa bunga dari US
Treasury yang diterbitkan dengan harga diskon dan
dikembalikan pada saat jatuh tempo sebesar nilai
nominalnya.
• Sertifikat Bank Indonesia (SBI)  surat berharga atas unjuk
yang diterbitkan oleh Bank Sentral (BI) sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek (kurang dari 1 tahun).
• Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)  surat-surat berharga
jangka pendek yang dapat dijualbelikan secara diskonto
dengan Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk
oleh BI.
• Commercial Paper  kesanggupan membayar (promes)
sejumlah uang tertentu pada saat jatuh tempo yang tidak ada
jaminannya.

Anda mungkin juga menyukai