LEACHING
komposisi akan Lo dan VN+1 yang diketahui dan konsentrasi keluaran yAN sudah diatur.
Konsentrasi akan inert atau padatan yang tidak dapat larut B pada campuran larutan atau
campuran Slurry dapat dinyatakan pada:
kg B
N .................................................................... (3.1)
kg A kg C
kg A
xA (Overflow liquid) .................................... (3.2)
kg A kg C
kg A
yA (liquid dalam Slurry) .............................. (3.3)
kg A kg C
Dimana xA adalah fraksi wt akan Solute A pada liquid Overflow dan yA adalah fraksi wt
akan A dalam sebuah dasar padatan bebas pada hubungan cairan dengan Slurry atau
Underflow.
Persamaan neraca massa pada proses Single Stage Leaching adalah:
L0 + V2 = L1 + V1 = M ..................................................... (3.4)
B = N0 L0 + 0 = N1 L1 + 0 = Nm M ................................................ (3.6)
B = N0 L0 + 0 = NN LN + 0 = NM M ............................................... .(3.9)
Keterangan:
B = Laju alir Solute (tanpa padatan) (kg/h)
L0 = Laju alir masuk cairan di Slurry (kg/h)
L1 = Laju alir keluar cairan di Slurry (kg/h)
V1 = Laju alir Solvent keluar (kg/h)
V2 = Laju alir Solvent masuk (kg/h)
M = Total laju alir (kg/h)
yA0 = Komposisi komponen A di Slurry masuk
yA1 = Komposisi komponen A di Slurry keluar
XA1 = Komposisi komponen A di Solvent keluar
XA2 = Komposisi komponen A di Solvent masuk
XAM = Komposisi komponen A total
N0 = Konsentrasi Inert di Slurry masuk
N1 = Konsentrasi Inert di Slurry keluar
NM = Konsentrasi Inert total
NN = Konsentrasi Inert di Slurry keluar pada multistage
LN = Laju alir keluar cairan di Slurry pada multistage (kg/h)
VN+1 = Laju alir Solvent masu pada Multistage (kg/h)
XAN+1 = Komposisi komponen A di Solvent masuk pada Multistage
(Geankoplis,1993).
Besi (Fe) dan seng (Zn) merupakan logam esensial yang dibutuhkan manusia dalam
jumlah kecil <100 mg/hari, yang sangat berperan bagi metabolism tubuh. Kandungan
logam Fe dan Zn di dalam cuplikan berbagai bahan makanan biasanya terdapat dalam
jumlah relatif kecil, sehingga untuk analisisnya diperlukan metode untuk memiliki
sensitivitas dan selektivitas bagus. Metode AAN terlah banyak digunakan dalam
penelitian kandungan makronutrien dan mikronutrien.
Gambar 3.6. Hasil penentuan konsentrasi Zn dan Fe dalam cuplikan bahan
makanan menggunakan ko-AANI
Pada gambar 3.6. ditampilkan konsentrasi unsur Zn dan Fe dalam berbagai jenis
bahan pangan. Dari gambar ini dapat diketahui bahwa konsentrasi unsur Zn di dalam
cuplikan jenis daging cukup tinggi antara 146-198 g/g, dan Fe > 100 g/g kecuali pada
daging ayam kadar Zn dan Fe tidak setinggi dalam cuplikan daging jenis lainnya, kadar
Zn: 30,21 1,69 g/g dan Fe 27,06 2,12 g/g. Ada beberapa jenis sayuran yang
memiliki kadar Fe cukup tinggi, >200 g/g yaitu sawi putih, kangkung, cesim, bayam,
seledri dan daun bawang (Mulyaningsih, 2009).
Penentuan panjang gelombang maksimum merupakan langkah penting yang harus
dilakukan dalam analisa menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Tujuannya karena pada
panjang gelombang maksimum terjadi perubahan absorbansi yang paling besar untuk
setiap satuan konsentrasi sehingga memiliki kepekaan maksmum, yang jika dilakukan
pengukuran berulang dapat meminimalisir kesalahan akibat pengulangan pengukuran.
Gambar 3.7. Kurva penentuan panjang gelombang maksimum
kompleks [Fe(fenantrolin)3]2+ dengan pereduksi Na2S2O3 pada rentang
450-600 nm dengan interval 5 nm
Pada gambar 3.7. absorbansi maksimum berada pada rentang 500-520 nm, namun belum
begitu terlihat puncaknya. Sehingga dilakukan pengukuran pada panjang gelombang yang
lebih sempit, pada rentang 500-520 nm dengan interval 1 nm agar data panjang
gelombang maksimum yang diperoleh lebih terlihat.
Pada gambar 3.8. ditunjukkan bahwa absorbansi maksimum terdapat pada panjang
gelombang 509 nm dengan absorbansi 0,231
Gambar 3.9. Kurva penentuan panjang gelombang maksimum
kompleks [Fe(fenantrolin)3]2+ dengan pereduksi NH2OH.HCl
pada rentang 500-520 nm dengan interval 1 nm
Gambar 3.9. ditunjukkan bahwa absorbansi maksimum terdapat pada panjang gelombang
512 nm dengan absorbansi 0,504 (Devita, 2017).
Teknik-teknik Leaching yang digunakan di pertambangan:
1. Dump Leaching, adalah sebuah teknik dimana secara umum dijalankan akan tambang
sisa biji tembaga yang dibasahi dengan air atau asam sulfat yang sebagai media cair
untuk memisahkan garam tembaga
2. Heap Leaching, adalah sebuah teknik dimana dijalankan akan tambang atau yang
dihancurkan (umumnya>5mm) dan atau mengelompokkan biji-biji yang menumpuk
lebih yang salah satunya direkayasa blok membaran
3. Tank Leaching, adalah suatu teknik dimana menghancurkan atau memperhalus biji-
biji atau melambungkan intisarinya secara kimiawi yang diperlakukan pada tangki
terbuka dibawah tekanan atmosferik
4. Pressure Leaching, adalah suatu teknik dimana biji dasar atau intisari yang
mengapung yang secara kimiawinya diperlakukan pada reaktor (autoclave) dibawah
tekanan dan temperatur
5. In-situ Leaching, adalah suatu teknik yang digunakan dalam mendapatkan kembali
tembaga, biji uranium pada pengaturan hidrogeologikal yang cocok (Kumar, 2015).
3.3 Variabel Percobaan
A. Variabel tetap
- Jumlah bahan (bayam merah) : 100 gram
- Volume pelarut (air) :2L
B. Variabel berubah
- Waktu ekstraksi : 5, 10, 15, 20 menit
- Suhu pelarut : 50 oC dan 80 oC
3.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Beakerglass - Aquadest (H2O)
- corong - bayam merah
- kolom ekstraktor
- neraca digital
- piknometer
- pompa
- Spektrofotometer
- Stopwatch
- tangki penampung (pemanas)
- Thermometer
3.5. Prosedur Percobaan
A. Persiapan Bahan
- Menyiapkan bayam merah dipotong kasar sebanyak 100 gram.
- Memasukkan pelarut air sebanyak 2 liter ke dalam tangki pemanas.
B. Prosedur Proses Ekstraksi Warna
- Memasukkan air sebagai pelarut pada tangki pemanas sebanyak 2 liter dan
memanaskan sampai suhu 50oC.
- Memasukkan bahan kedalam kolom ekstraktor sebanyak 100 gram
- Membuka valve (globe valve) dari tangki pemanas ke dalam kolom ekstraktor
setelah pelarut (air) mencapai suhu 50oC.
- Menghidupkan pompa dan motor ekstraktor, mengalirkan pelarut kedalam
kolom ekstraktor dengan menggunakan spray.
- Mengeluarkan larutan warna yang telah terbentuk dari kolom ekstraktor dengan
membuka valve dari tangki ekstraktor ke dalam tangki penampung.
- Kemudian mengulangi prosedur diatas dengan waktu: 5, 10, 15, 20 menit.
- Dan mengulangi kembali pada waktu yang sama dengan suhu 80oC.
C. Menghitung Densitas Larutan Warna
- Menimbang piknometer kosong dan mencatat berat serta volume piknometer
kosong.
- Mengambil beberapa mL larutan warna dan memasukkannya ke dalam
piknometer sampai penuh.
- Menimbang piknometer yang telah terisi dengan larutan warna dan
mencatatnya.
- Menghitung massa jenisnya dengan menggunakan rumus:
berat piknometer isi - berat piknometer kosong
Volume piknometer
D. Menghitung Absorbansi
- Kalibrasi kuvet menggunakan Aquadest.
- Mengisi kuvet dengan hasil eksraksi yang telah didapatkan
- Membaca % Trasmitan menggunakan alat spektrofotometer.
0,998
24,52
10 14,54 24,51 0,997
1. 0,9975
24,515 0,9975
24,51 0,997
24,45 0,991
20 24,47 0,993
14,54 0,992
3. 24,46 0,992
24,49 0,995
25 24,49 0,995
14,54 0,995
4. 24,49 0,995
24,4 0,986
24,445 0,9905
Tabel 3.2. Data hasil pengamatan densitas larutan warna suhu 80°C.
t Piknometer Piknometer
No. rata-rata
(menit) kosong isi
0,993
24,47
1. 10 14,54 24,46 0,992 0,9925
24,465 0,9925
24,45 0,991
24,455 0,9915
24,46 0,992
3. 20 14,54 24,47 0,993 0,9925
24,465 0,9925
24,48 0,994
24,475 0,9935
24,38 0,984
5. 30 14,54 24,44 0,99 0,987
24,41 0,987
Tabel 3.3. Data hasil pengamatan absorbansi larutan warna 50C
No. t (menit) %T Absorbansi A rata-rata
26 0,7
1. 10 26 0,7 0,6666667
25,5 0,6
24,5 0,61
24,5 0,61
22 0,68
3. 20 22 0,68 0,68
22 0,68
19 0,73
4. 25 19 0,73 0,73
19 0,73
19 0,73
5. 30 20 0,7 0,715
19,5 0,715
Tabel 3.4. Data hasil pengamatan absorbansi larutan warna 80C
No. t (menit) %T Absorbansi A rata-rata
8 1,1
1. 10 8 1,1 1,1
8 1,1
6 1,2
2. 15 6 1,2 1,2
6 1,2
5,5 1,25
3. 20 6 1,2 1,233
5,5 1,25
5 1,3
5 1,3
5,5 1,25
5. 30 5 1,3 1,283
5 1,3
Tabel 3.6. Data hasil pengamatan absorbansi larutan warna pada suhu 50 oC pada 455
No t (menit) Absorbansi
1 10 0,667
2 15 0,607
3 20 0,680
4 25 0,730
5 30 0,715
Tabel 3.7. Data hasil pengamatan absorbansi larutan warna pada suhu 80 oC pada 455
No t (menit) Absorbansi
1 10 1,1
2 15 1,2
3 20 1,233
4 25 1,283
5 30 1,283
1 2 0,29 4 0,58
2 4 0,49 16 1,96
3 6 0,7 36 4,2
4 8 0,9 64 7,2
5 10 1,1 100 11
Volume Densitas
Waktu Suhu Piknometer Piknometer Densitas
rata-rata
(menit) (oC) kosong (g) isi (g) piknometer (mL) (g/mL)
(g/mL)
24,52 0,998
10 50 14,54 24,51 10 0,997
0,9975
24,515 0,9975
24,51 0,997
15 50 14,54 24,48 10 0,994 0,9955
24,495 0,9955
24,45 0,991
24,46 0,992
24,49 0,995
25 50 14,54 24,49 10 0,995 0,995
24,49 0,995
24,4 0,986
0,993
24,47
10 80 14,54 24,46 10 0,992 0,9925
24,465 0,9925
24,45 0,991
24,455 0,9915
24,46 0,992
20 80 14,54 24,47 10 0,993 0,9925
24,465 0,9925
24,48 0,994
24,38 0,984
14,54 24,44 10 0,99 0,987
30 80
24,41 0,987
Tabel 3.11. Hasil perhitungan konsentrasi Fe (ppm) pada larutan warna pada suhu 50 °C.
0,667 5,714
10
15 0,607 5,123
20 0,68 5,842
25 0,73 6,334
30 0,715 6,187
Tabel 3.12. Hasil perhitungan konsentrasi Fe (ppm) pada larutan warna pada suhu 80°C.
10 1,100 9,980
15 1,2 10,966
20 1,233 11,291
25 1,283 11,783
30 1,283 11,783
1,2
1 y = 0,1015x + 0,087
Absorbansi
0,8 R² = 0,9999
0,6
0,4
0,2
0
0 5 10 15
Konsentrasi Fe (ppm)
14
12
10 y = 0,0885x + 9,3911
Absorbansi
R² = 0,8801
8
6
4
2
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)
14
12
Konsentrasi Fe (ppm)
10
y = 0.0286x + 3.8324
8 R² = 0.969
6
4
2
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)
Aji, Amri., Meriatna., Anita. 2013. Pembuatan Pewarna Makanan dari Kulit Buah
Manggis dengan Proses Ekstraksi. Aceh : Fakultas Teknik Universitas
Malikussaleh Aceh
Devita, D.P., Djarot., Fredy. 2017. Perbandingan Kondisi Optimum Pereduksi Natrium
Tiosulfat (Na2SO3) dan Hidroksilamin Hidroklorida (NH2OH.HCl) Pada Analisis
Kadar Total Besi Secara Spektrofotometri UV-Vis. Surabaya: Jurusan Kimia
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Diana, Ari., dkk. 2012. Polaritas Pelarut Sebagai Pertimbangan Dalam Pemilihan
Pelarut Untuk Ekstraksi Minyak Bekatul Dari Bekatul Varietas Ketan (Oriza Sativa
Gatinosa). Surakarta: Univeristas Sebelas Maret Surakarta
Geankoplis, C. J. 1997. Transport Processes and Unit Operations 3rd Edition. Englewood
Cliffs, NJ. U.S.A.: Prentice-Hall Inc
Guenther. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Jakarta: Universitas Indonesia (UI) Press
Kumar, Arum., Vengatasalam. 2015. Mineral Benefication by Heap Leaching Technique
In Mining. India: National Institutte of Technology Karnataka Suratkhal India
McCabe, W.L. Smith,J.C. and Harriot., P,. 2000. Unit Operation of Chemical
Engineering 6th .ed. New York: McGraw Hill
Mirwan, Agus. 2013. Keberlakuan Model HB-GFT- Sistem N-Heksana-MEK-AIR Pada
Ekstarksi Cair-Cair Kolom Isian. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat
Mulyaningsih, TR. 2009. Kandungan Unsur Fe dan Zn Dalam Pangan Produk Pertanian,
Peternakan, dan Perikanan dengan Metode k0- AANI. Tangerang: Pusat Teknologi
Bahan Industri Nuklir BATAN
Prayudo, A.N, dkk. 2015. Koefisien Transfer Massa Kurkumin dari Temulawak.
Surabaya: Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.