(Minggu 2 / Sesi 3)
Character Building : Agama
Dosen Pengajar :
Disusun oleh :
2020
Bumi dan segala isinya merupakan bukti nyata atas keberadaan Tuhan. Ajaran Kristen
memegang teguh keyakinan tersebut sebagaimana ditulis dalam Kitab Kejadian 1:1, “Pada
mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Dunia yang diciptakan Tuhan tidak hanya baik,
tetapi juga mencerminkan kemuliaan Tuhan. Seperti yang tertulis pada Mazmur 19:2, “Langit
menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberikan pekerjaan tanganNya”. Sebagai
pemilik bumi, Tuhan menugaskan manusia untuk memelihara dan mengusahakannya. Ia
berfirman, “Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkan itu,
berkuasalah atas ikan ikan di laut dan burung burung di udara dan segala binatang yang merayap
di bumi” (Kejadian 1:28). Atas perintah yang diberikan Tuhan kepada manusia, manusia
bertanggung jawab penuh atas alam semesta dalam setiap pola pikir, sikap, dan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari.
Memercayai Tuhan sebagai pencipta alam semesta berarti siap untuk memeliharanya
karena prinsipnya iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yakobus 2:26). Iman
kepada Tuhan dibuktikan dengan memelihara alam semesta. Tidak dapat dipungkiri, manusia
tidak dapat hidup tanpa adanya alam. Sedangkan, alam dapat hidup baik-baik saja tanpa adanya
manusia. Pola pikir ini harus ditanamkan pada setiap manusia. Pemahaman ini dapat membuat
manusia sadar akan tanggung jawabnya dalam memelihalara alam dan diharapkan berkembang
menjadi sebuah gaya hidup. Dengan merusak alam, manusia tidak hanya berdosa terhadap
lingkungan, tetapi juga terhadap dirinya sendiri. Manusia berarti gagal dalam menjalani hidup
dengan sebaik-baiknya.
Setelah berkontribusi dalam hal-hal kecil, kita juga dapat mulai bergabung dalam hal-hal
yang lebih besar, seperti pelestarian hutan, perlindungan hewan, dan masih banyak lagi. Kita
juga dapat menggunakan ilmu dan pekerjaan yang kita miliki untuk berkontribusi terbadap alam.
Seorang pejabat dapat berkontribusi dengan membuat kebijakan yang tidak merusak lingkungan,
seorang pegawai dapat berkontribusi dengan menggunakan kendaraan umum untuk berpergian,
seorang mahasiswa dapat berkontribusi dengan memberikan sosialisasi tentang kepedulian
lingkungan terhadap masyarakat, dan sebagainya. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk
‘memberi’ terhadap lingkungan, tidak hanya terus ‘menerima’. Seperti ada tertulis pada kitab
Kisah Para Rasul 20:35, “…, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia
memberi dari pada menerima”. Digunakan atau tidak kesempatan itu tergantung pada pilihan
masing-masing manusia.
Ketaatan manusia sebagai makhluk beragama tidak hanya dinilai dari relasinya dengan
Tuhan, tetapi juga bagaimana ia memperlakukan lingkungan dan sesamanya. Karena bagaimana
mungkin seseorang tidak mengasihi sesama yang dilihatnya tetapi mengasihi Tuhan yang tidak
terlihat (1 Yohanes 4:20). Untuk itu, sebagai makhluk Tuhan, memelihara lingkungan
merupakan suatu ucapan syukur atas rahmat yang telah Dia beri dan bukti kasih kita terha\dap
Tuhan. Ucapan syukur tidak hanya sebatas doa. Dengan kita bertanggung jawab atas pemberian-
Nya adalah bentuk ucapan syukur yang sejatinya paling mulia.