Acute Medullary Compression
Acute Medullary Compression
Pembimbing:
dr. Luhu A Tapiheru, Sp. S
Oleh:
Febri Juhamsyah
A. Pendahuluan
Kompresi Medula Akut merupakan suatu kejadian berupa penekanan pada medulla spinalis
3B, yang berarti lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinis serta dapat langsung
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat dan mampu membuat rujukan
B. Definisi
medulla spinalis9,2
1
C. Epidemiologi
Prevalensi kejadian Cedera Medula Spinalis di Amerika kurang lebih 200.000 pasien, kira-
kira 10.000 orang meninggal karena komplikasi yang berhubungan dengan cedera medula
spinalis. Kasus baru cedera medula spinalis diduga setiap tahun terjadi sekitar 15-50 per
sejuta penduduk, sementara angka prevalensi sekitar 900 per sejuta. Cedera medula spinalis
80% terjadi pada pria usia sekitar 15-30 tahun. Di Indonesia endiri, cedera tulang belakang
yang masuk di RSUD Dr. Soetomo rata-rata 111 kasus pertahun. Sejak tahun 1983–1997
Trauma medula spinalis terutama mengenai orang muda, paling sering usia 20-24 tahun dan
sekitar 65% kasus terjadi dibawah usia 35 tahun, sering terjadi pada pria daripada wanita (3-
4:1). Sekitar 50% akibat kecelakaan kendaraan bermotor, terutama sepeda motor (40%),
jatuh (20%), olahraga (13%), kecelakaan kerja (12%), kekerasan luka tembak atau tusuk
(15%). Lokasi paling sering adalah C5, diikuti C4, C6, T12, C7 dan L1. Kepustakaan lain
menyebutkan insiden sesuai lokasi lesi, yaitu, servikal 40%, torakal 10%, lumbal 3%,
Kompresi medulla akut juga dapat disebabkan oleh adanya tumor. Metastase pada tulang
paling sering ditemukan pada kolumna vertebra. 70% pasien yang telah meninggal
diakibatkan oleh kanker memiliki tumor metastase spinal pada saat diotopsi. Penekanan
pada medulla spinalis terjadi pada 5-10% pasien yang menderita keganasan. 1,4
D. Patomekanisme
pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke ekstradural, subdural atau daerah
subarakhnoid pada kanal spinal. Segera setelah terjadi kontusio atau robekan akibat cedera,
serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke substansi grisea
medulla spinalis menjadi terganggu. Tidak hanya hal ini saja yang terjadi pada cedera
pembuluh darah medulla spinalis, tetapi proses patogenik dianggap menyebabkan kerusakan
yang terjadi pada cedera medulla spinalis akut. Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang
menimbulkan iskemia, hipoksia, edema, dan lesi-lesi hemoragi, yang pada gilirannya
mengakibatkan kerusakan mielin dan akson. Reaksi sekunder ini, diyakini menjadi penyebab
prinsip degenerasi medulla spinalis pada tingkat cedera, sekarang dianggap reversibel 4
sampai 6 jam setelah cedera. Untuk itu jika kerusakan medulla tidak dapat diperbaiki, maka
E. Gambaran Klinik
3
- Nyeri dapat ditemukan pada 90-95% pasien. Terdapat dua tipe nyeri:
Nyeri punggung local merupakan nyeri yang hampir selalu muncul sifatnya konstan
dan lokasi dekat dengan lesi. Nyeri berkurang pada saat duduk atau berdiri, tidak
seperti kelainan pada diskus yang reda jika berada pada posisi berbaring.
Nyeri radicular merupakan kompresi yang terjadi pada spinal root, ditemukan pada
66% pasien, sering ditemukan pada kejadian metastasis lumbosacral (90%) dan
servikal (79%) dibandingkan dengan metastasis pada toraks (55%). Pasien merasa
nyeri yang menjalar dari belakang ke depan. Pada ekstremitas, nyeri radicular
dan Valsalva maneuver. Nyeri ini memburuk pada malam hari dan menjalar sesuai
dengan dermatom.
- Kelemahan pada kaki akan muncul jika tidak ditangani dengan seksama, diawali dengan
- Kelainan sensoris dapat muncul, yang diawali dengan hilangnya rasa yang dimulai dari
kaki, lalu meningkat hingga ke level kompresi medulla. Daerah yang mengalami mati
- Disfungsi anatomis, dengan tanda-tanda awal ialah hilangnya kontrol berkemih, urgensi.
Tanda-tanda akhir berupa retensi urin, serta overflow incontinence. Ditemukan gejala
- Lokasi dari kerusakan pada medula spinalis menentukan otot dan sensasi yang
terkena. Kelemahan atau kelumpuhan serta berkurangnya atau hilangnya rasa cenderung
terjadi di bawah daerah yang mengalami cedera. Tumor atau infeksi di dalam atau di
sekitar medula spinalis bisa secara perlahan menekan medula, sehingga timbul nyeri
pada sisi yang tertekan disertai kelemahan dan perubahan rasa. Jika keadaan semakin
memburuk, nyeri dan kelemahan akan berkembang menjadi kelumpuhan dan hilangnya
terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Penekanan medula spinalis yang berjalan
paling lambat biasanya merupakan akibat dari kelainan pada tulang yang disebabkan
oleh artritis degenerativa atau tumor yang pertumbuhannya sangat lambat. Penderita
tidak merasakan nyeri atau nyeri bersifat ringan, perubahan rasa (misalnya kesemutan)
pemeriksaan laboratorium rutin termasuk hitung darah tepi, asam urat, fosfatase asam,
dan PSA)
- Pemeriksaan foto polos vertebra harus dikerjakan dan dapat menunjukkan adanya:
✓ Subluksasio atau kolaps vertebra
✓ Erosi tulang sekunder terhadap tumor atau
✓ Kalsifikasi (meningioma)
- Konsultasi sedini mungkin dengan dokter spesialis saraf dan/atau spesialis bedah saraf
potongan aksial melalui daerah yang dicurigai. Bila tidak mungkin dilakukan
Mielografi
- MRI dapat salah interpretasi pada abses
bolus intravena selama 15 menit dilanjutkan dengan 5,4mg /kg BB/ jam selama 23 jam.
Hasil optimal bila pemberian dilakukan < 8 jam onset. 10,14 Penggunaan Metilprednisolon
dapat meningkatkan fungsi neurologis dan meredakan nyeri, mengurangi edema dan
memiliki efek onkolitik. Metilprednisolon juga dapat menurunkan onset iskemik medula
spinalis. Pada pasien dengan prognosis yang cukup buruk dan keadaan umum yang
tidak terlalu baik, pemberian kortikosteroid merupakan terapi yang paling mungkin
1,3
untuk dilakukan. Pada penelitian terbaru, ternyata ditemukan bahwa penambahan
6
2. Terapi non-Farmakologik:
dapat diberikan pada tumor-tumor yang radiosensitive dan tidak ditemukan adanya
16,15
kelainan pada spinal. Selain itu radioterapi dapat digunakan sebagai terapi paliatif
Terapi bedah dapat diberikan pada pasien dengan keadaan umum yang stabil. Terapi
Bedah merupakan terapi lini pertama jika lokasi tumor primer tidak diketahui, dengan
relaps setelah radioterapi atau adanya instabilitas pada spinal serta pergeseran tulang
belakang. Selain itu harus dipertimbangkan mengenai tumor yang tidak sensitive pada
radioterapi. 1
Penyebab dari kejadian kompresi medulla spinalis sangat beragam, tidak mungkin dilakukan
pencegahan secara menyeluruh terhadap faktor resiko yang timbul. Pengecekan terhadap
berat badan serta sering berolahraga dapat menurunkan resiko peningkatan tekanan pada
punggung sekaligus gejala pada kompresi medulla spinalis. Selain itu, edukasi mengenai
cara mengangkat beban yang benar dapat menurunkan kejadian cedera pada tulang belakang
I. Prognosis
Derajat fungsi neurologis pada saat diagnosis dan mulainya mendapat penanganan adalah
dapat diberikan untuk mengurangi edema dan meningkatkan fungsi neurologis sambil
McLean, M., Catton, C. & Catton, P. 2001. A prospective study of factors predicting clinically
occult spinal cord compression in patients with metastatic prostate carcinoma. Cancer, 92, 303-
310.
5. Fehlings, M. G., Vaccaro, A., Wilson, J. R., Singh, A., Cadotte, D. W., Harrop, J. S., Aarabi, B.,
Shaffrey, C., Dvorak, M. & Fisher, C. 2012. Early versus delayed decompression for traumatic
cervical spinal cord injury: results of the Surgical Timing in Acute Spinal Cord Injury Study
surgery of spinal cord after traumatic spinal cord injury: an evidence-based examination of pre-
metastatic tumor: results with a new treatment protocol. Annals of neurology, 8, 361-366.
8. Hall, E. 2011. Antioxidants Therapies for Acute Spinal Cord Injury. Neurotherapeutics, 8, 152-67.
9. Indonesia, K. K. 2012. Standar kompetensi dokter Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran
Indonesia.
10. Johnston, R. A. 1993. The management of acute spinal cord compression. Journal of neurology,
http://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/conditions/nervous_system_disorders/spinal_cord
18-32.
14. Sorenson, P., Helweg-Larsen, S., Mouridsen, H. & Hansen, H. 1994. Effect of high-dose