Anda di halaman 1dari 3

G.

Tugas Belajar Lanjut: Proyek Belajar Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Anda dipersilahkan untuk menggali sumber dan informasi terkait dengan hal-hal berikut:
1. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu yang terbentuk dalam sikap inklusif, toleran
dan gotong royong dalam keragaman agama dan budaya .
2. Beberapa kasus yang terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu yang memperlihatkan sikap bertanggung jawab atas keputusan yang diambil berdasar pada
prinsip musyawarah dan mufakat dalam kehidupan ilmiah.

3. Beberapa contoh tentang perumusan Pancasila sebagai karakter keilmuan Indonesia.


4. Beberapa ilustrasi tentang karakter keilmuan berdasar Pancasila.
5. Menggambarkan model pemimpin, warganegara dan ilmuwan yang Pancasilais di lingkungan
sekitarAnda.
Jawaban
5. -- menurut pengamatan saya seorang pemimpin yang pancasilais dilingkungan saya adalah
sorang ketua RT , khususnya dilingkungan saya , bagaimana bias saya mengatakan seperti itu? ,
saya berpendapat bahwa ketua RT dilingkungan saya memiliki standar pancasilais yang cukup
tinggi, karena , bias dilihat dari prilaku , setiap pekerjaan dan setiap program yang dikerjakan
beliau.
Kelurahan dilingkungan saya menjadi lebih baik dari sebelumnya , beliau tak segan turun dan
ikut bekerja bergotong royong membantu penyelesaian mushola , membuat piket ronda setiap
malamnya , dan juga membuat sarana olahraga bagi para pemuda di sekitar , setiap malam beliau
mengontrol piket ronda , sesuai atukah masih banyak yang perlu diperbaiki, dari peristiwa yang
saya alami , beliau memiliki sifat keadilan sosial yang tinggi, dan ketuhanan yang cukup baik.
--Warganegara yang pancasilais dilingkungan saya , saya dapat menyebutkan satu nama , yaitu ,
bapak ustad dilingkungan saya , meskipun beliau bukan merupakan orang jambi asli , beliau
selalu memberikan yang terbaik untuk membuat jambi lebih baik , membantu pembangunan
nya , salah satunya membangun mushola , serta mendidik anak anak disekitar untuk belajar
mengaji, secara geratis , disini saya menenmukan sifat keadilan social yang adil dan bradab pada
sosok ustad dilingkungan saya.
--Dan yang terakhir yaitu ilmuan yang pancasilais , di lingkungan saya yaitu semua guru yang
mengajari saya selama ini, tak mudah memberikan ilmu kepada orang lain, seseorang harus
menabahkan hatinya demi itu, tetapi guru guru saya , mengajari saya dengan tanpa kenal lelah ,
dan itu tercantum dalam kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan
perwakilan.

3. Beberapa contoh tentang perumusan Pancasila sebagai karakter keilmuan Indonesia yaitu di
sisi ilmu itu sendiri, pancasila sudah mencakup dari semua segi aspek kehidupan , mulai dari sila
pertama yang mencakup segi ketuhanan dalam menuntut ilmu yaitu dalam menuntut ilmu
utamakan lah ilmu yang bermanfaat dan bisa dibagi dan diberikan kepada orang lain, sampai
keadilan sosisal yang mengajarkan kita menuntut ilmu dengan seadil-adilnya dan saya artikan ,
dalam menunttut ilmu juga harus adil , yaitu dalam menuntut ilmu , jangan hanya satu ilmu yang
dipelajari , juga harus menguasai ilmu yang lain , dalam penguasaan ilmu, jangan hanya ilmu di
dunia, tapi kuasai juga ilmu sebagai bekal di akhirat.
Di segi penuntut ilmu, sebagai penuntut akan ilmu, dalam pancasila juga diajarkan harus adanya
sifat kemanusia’an yang terdapat pada sila ke dua , yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab ,
sebagai penuntut kita harus mengedepankan sisi kemanusiaan dalam mencari ilmu, maksudnya ,
jangan memaksakan suatu ilmu hingga mengorbankan orang lain dalam mencapai tujuan tsb.
1. Setiap warganegara hakekatnya dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara
dan bangsanya. Untuk itu diperlukan bekal ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang
berlandaskan pada  nilai-nilai agama, moral dan budaya bangsa. Fungsinya adalah sebagai
panduan dan pegangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam
konteks Pendidikan Kewarganegaraan nilai budaya bangsa menjadi pijakan utama, karena 
tujuan pembelajaran ialah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, juga sikap
dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan budaya bangsa. 
Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan adat-istiadat
antara satu etnis dengan etnis lain sebagai, antara satu agama dengan agama lain, sebagai aset
bangsa yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan semacam ini akan menumbuhkan rasa
saling menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta menyuburkan jiwa toleransi dalam
diri setiap individu.
Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan ketepatannya
bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu mengimplementasikan
secara tepat dan benar, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.
Bhineka Tunggal Ika pada era Glablisasi saat ini, Indonesia pada saat ini banyak mengalami
kemunduran persatuan dan kesatuan. Penyebabnya adalah adanya ketimpangan sosial,
kesenjangan ekonomi, belum stabilnya kondisi politik pemerintahan di Indonesia menjadikan
rakyat tumbuh menjadi rakyat yang apatis terhadap pemerintah. Dampak  buruk globalisasi yang
membawa kebudayaan-kebudayaan baru menjadikan komposisi kebudayaan masyarakat
Indonesia menjadi lebih kompleks atau rumit. Karena banyaknya kebudayaan baru yang datang
dan diterima begitu saja, menyebabkan terjadinya penyimpangan kebudayaan di masyarakat.
Belum lagi masalah klasik yang sepele namun berdampak serius seperti perbedaan suku, agama,
ras dan antar golongan yang semakin memecah belah kesatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Melihat kondisi seperti ini tentu kita semua tidak boleh pesimis dan patah semangat, Semboyan
negara Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, selamanya akan
tetap relevan untuk mengiringi kehidupan bernegara di negeri yang multikultural ini, karena
komposisi kehidupan rakyat Indonesia akan terus beragam sampai kapanpun. Ketimpangan
sosial, kesenjangan ekonomi, perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan di antara kita
janganlah dijadikan pembeda. Perkembangan jaman yang cepat dan masuknya budaya baru
biarkanlah berlalu, karena pada dasarnya kita semua satu, satu bangsa, Bangsa Indonesia. Satu
tanah air, Tanah air Indonesia. Satu bahasa, bahasa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-
beda namun tetap satu jua. Indonesia satu!
2.Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan pendekatan “musyawa-
rah untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan kesepakatan
bersama, tetapi common denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan
bersama. Hal ini hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk mencapai mufakat.
Dengan cara ini segala gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepa-katan. Tidak ada yang
menang tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win solution.
4.Dari beberapa ilustrasi tersebut, secara bertahap, nilai-nilai pancasila akan benar-benar
menginternalisasi dan membumi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Revitalisasi nilai-nilai pancasila bisa dimulai dengan menjadikan dasar negara ini kembali
sebagai pembicaraan publik, sehingga masyarakat merasakan bahwa pancasila masih ada, dan
masih dibutuhkan bagi bangsa Indonesia. Revitalisasi nilai-nilai juga dapat dilakukan dengan
cara manifestasi identitas nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai wawasan, antara lain;
spiritual yang berlandaskan etik, estetika, dan religiusitas sebagai dasar dan arah pengembangan
profesi.
Dalam konteks perguruan tinggi, revitalisasi nilai-nilai pancasila bisa dilakukan dengan
menyiapkan sumber daya manusia yang profesional dan handal untuk pembangunan nasional
yang menumbuhkan kesadaran nasionalisme serta menemukan jati diri bangsa yang mampu
beradaptasi dengan perubahan, mampu menangkap tantangan sebagai peluang dan mampu
mengatasi segala permasalahan sengan solusiyang baik, serta mengaktualisasikan diri untuk
bangsa dan negara agar lebih maju dan bermartabat.

Anda mungkin juga menyukai