Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

DAN PEMBENTUKAN SIKAP

Disusun Oleh :

Lailil Hasanih (14.401.17.049)

M. Ridwan (14.401.17.055)

Vivi Emilatin Maulidyah (14.401.17.086)

Winarti (14.401.17.088)

Wisnu Catur Sasongko (14.401.17.089)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PRODI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah yang berjudul “PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
DAN PEMBENTUKAN SIKAP ” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa
di Jurusan DIII Keperawatan.
Terima kasih Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa.

Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa, masyarakat dan pembaca.

Krikilan, 30 September 2019

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Kepribadian......................................................................................3
2.2 Penggolongan Manusia............................................................................................4
2.3 Struktur Kepribadian Manusia Menurut S. Freud...............................................7
2.4 Perkembangan Kepribadian................................................................................8
2.5 Pengertian Sikap....................................................................................................17
2.6 Ciri-ciri Sikap.........................................................................................................17
2.7 Proses dan Komponen Sikap..................................................................................18
2.8 Tahap Pembentukan Sikap.....................................................................................19
2.9 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap......................................20
BAB III............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
3.2 Saran................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepribadian seseorang, selain bermodal kapasitas fitrah sejak lahir dari
warisan genetika orang tuannya, ia juga terbentuk melalui proses panjang
riwayat hidupnya. Proses internalisasi nilai pengetahuan dan pengalaman
dalam dirinya.
Makalah ini disusun seiring era globalisasi yang banyak menimbulkan
dampak-dampak negatif bagi pemikiran dan tingkah laku mahasiswa. Makalah
ini disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan akan pentingnya
pengembangan kepribadian untuk mahasiswa. Metode yang penuis ambil
dalam penyusunan makalah ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang
memberikan gambaran atau uraian suatu keadaan sejelas mungkin. Jenis
penelitian deskritif yang digunakan yaitu studi pustaka. Studi pustaka
merupakan penelaahan secara intesif melalui sumber data berupa buku
maupun artikel yang dikutip dari media elektronik. Hasil yang ingin dicapai
oleh penulis dalam pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mampu
memahami, menerapkan, dan menjaga staus kepribadian yang baik dengan
membentengi diri dari era globalisasi yang semakin menghimpit.
Manusia adalah makhluk yang unik karena memilki perbedaan dengan
individu lainnya.Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam
psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun
kelompok. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian  sikap,
proses terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah
dilakukan terhadap sikap kaitannya denganefek dan perannya dalam
pembentukan karakter dan sistem hubungan antarkelompok.
Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap
merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus
terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu
kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, posotitif atau negative

1
terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide,
konsep dan sebagainya (Howard dan Kendler, 1974;Gerungan, 2000).
Oleh karena itu kami akan membahas lebih spesifik lagi mengenai
sikap.  Untuk itu Dalam makalah ini penulis akan menguraikan mengenai
pengertian sikap, proses dan komponen sikap, faktor – faktor yang
mempengaruhi sikap, teori- teori tentang  sikapdan hubungan sikap dengan
perilaku.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperibadian ?
2. Apa saja macam penggolongan manusia ?
3. Bagaimana struktur kepribadian manusia menurut S. Freud ?
4. Apakah perkembangan kepribadian menurut para ahli ?
5. Apakah pengertian sikap ?
6. Apa saja ciri-ciri sikap ?
7. Apa saja proses dan komponen sikap ?
8. Bagaimana tahap-tahap pembentukan sikap?
9. Apa saja factor yang mempengaruhi pembentukan sikap ?
1.3 Tujuan
1. Agar memahami pengertian keperibadian
2. Dapat mengetahui macam penggolongan manusia
3. Dapat mengetahui dan memahami struktur kepribadian manusia menurut
S. Freud
4. Agar mengetahui perkembangan kepribadian menurut para ahli
5. Dapat mengetahui dan memahami pengertian sikap
6. Dapat menjelaskan tentang ciri-ciri sikap
7. Dapat mengetahui proses dan komponen sikap
8. Mengetahui tahap pembentukan sikap
9. Dapat memahami factor yang mempengaruhi pembentukan sikap

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi kekuatan,
dorongan, keinginan, opini, dan sikap seseorang (MA. Way).

Keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan


individu lain.Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat
yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang (JB. Watson),

Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik


indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara
khas.Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia.
Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja
berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-
pengalaman, reward, punishment, pendidikan. Misalnya seorang pemalas
setelah masuk AKPER menjadi rajin, maka kepribadiannya berubah (GW,
Alfort). Adalah seorang ahli sosiologi berkebangsaan Amerika Serikat. Ia
menyatakan bahwa kepribadian adalah organisasi sikap yang dimiliki
seseorang sebagai latar belakang dari perilakunya. Hal ini berarti bahwa
kepribadian menunjukkan organisasi dari sikap-sikap seorang individu untuk
berbuat, mengetahui, berpikir, dan merasakan secara khusus apabila ia
berhubungan dengan orang lain atau ketika ia menghadapi suatu masalah atau
keadaan (Theodore M. Newcomb).

Mengatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan perilaku seseorang


dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian
situasi.Jadi, dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah perpaduan yang
utuh antara sifat, sikap, pola pikir, emosi, dan nilai-nilai yang mempengaruhi
individu agar berbuat sesuatu yang benar sesuai dengan lingkungannya
(Yinger).

3
2.2 Penggolongan Manusia
A. Aspek Biologis
1. Menurut Hipocrates
Mereka berpendapat, bahwa yang mempemharuhi tipe kepribadian
seseorang adalah jenis cairan tubuh yang paling dominan, yaitu :
a. Tipe choleris
Tipe ini berdasarkan cairan empedu kuning yang dominan dalam
tubuhnya. Sifatnya agak emosi : mudah marah, dan mudah
tersinggung.
b. Tipe Melancholic
Tipe ini brdasarkan cairan empedu hitam yang dominan dalam
tubuhnya. Sifatnya agak tertutup : rendah diri, mudah sedih, dan
sering putus asa.
c. Tipe Plegmatis
Tipe ini dipengaruhi cairan lendir yang dominan. Sifat yang
dimilikinya agak statis : lamban, apatis, pasif, dan pemalas.
d. Tipe Sanguinus
Tipe ini di pengaruhi oleh darah merah yang dominan.Sifat yang
dimilikinya agak aktif, cekatan, periang, dan mudah bergaul.
2. Menurut Sheldon
Sheldon membagi tipe kepribadian berdasarkan dominasi lapisan yang
berada dalam tubuh seseorang. Berdasarkan aspek ini ia membagi tipe
kepribadian menjadi :
a. Tipe Ektomorph
Tipe orang yang berbadan kurus tinggi, karena lapisan badan
bagian luar dominan. Sifatnya antara lain : suka menyendiri dan
kurang bergaul dengan masyarakat.
b. Tipe Mesomorph
Tipe orang yang berbadan sedang di karenakan lapisan tengah
yang dominan, sifat orang tipe ini antara lain, giat bekerja dan
mampu menagatasi agresif.

c. Tipe Endomorph

4
Tipe orang yang memiliki badan gemuk, bulat, dan anggota badan
yang pendek karna lapisan dalam tubuhnya yang dominan. Sifat
yang dimikinya adalah : kurang cerdas, senang makan, suka
dengan kemudahan yang tidak banyak membawa resiko dalam
kehidupan.

B. Aspek Psikologis
1. Menurut Jung
Menggolongkan manusia atas dasar minat dan perhatiannya,
mempunyai 3 tipe yaitu:
a. Tipe intovert
Tipe kepribadian yang minatnya lebih mengarah kedalam pikiran
dan pengalaman sendiri, tindakkannya lebih di pengaruhi oleh dunia
dari dalam diri sendiri menghadapi ketegangan. Bersifat tertutup,
suka memikirkan diri sendiri, tidak terpengaruh pujian, banyak
fantasi, tidak tahan kritik, mudah tersinggung, menahan ekspresi
emosi , sukar bergaul, sukar dimengerti orang lain, suka
membesarkan kesalahannya, analisis dan kritik diri sendiri menjadi
buah pikirannya.
b. Tipe ekstovert
Tipe kepribadian yang tindakkannya dipengaruhi dunia luar. Bersifat
terbuka, lincah dalam pergaulan, riang, ramanh, mudah berhubungan
dengan orang lain, melihat realita dan keharusan, kebal terhadap
kritik, ekspresi emosi spontan, tidak begitu merasakan kegagalan,
tidak banyak menganalisis dan mengkritik diri sendiri.
c. Tipe ambivert
Tipe kepribadian yang memilikikedua tipe dasar sehingga sulit untuk
memasukkan kedalam salah satu tipe.
2. Menurut Heyman
Dalam pembagian tipe keperibadian berdasarkan psikologis Prof.
Heyman mengemukakan, bahwa dalam diri manusia terdapat tiga
unsur: Emosionalitas, Aktivitas, dan fungsi skunder (proses pengiring).

5
a. Emosionalitas, merupakan unsur yang mempunyai sifat yang
didominasi oleh emosi yang positif, sifat umumnya adalah: kurang
resfek terhadap orang lain, perkataan berapi-api, tegas, ingin
menguasai, bercita-cita yandg dinamis, pemurung, dan suka
berlebih-lebihan.
b. Aktivitas, yaitu sifat yang dikuasai oleh aktifitas gerakan,sifat umum
yang tampak adalah: lincah, praktis, berpandangan luas, ulet,
periang, dan selalu melindungi kepentingan orang lemah.
c. Fungsi sekunder  (proses pengiring), yaitu sifat yang didominasi oleh
kerentanan perasaan, sifat umum yang tamapk: watak tertutup,
tekun,hemat, tenang, dan dapat di percaya.

Selanjutnya dalam pembagian tipe kepribadian Prof. Human


menggunakan rumus dnagn simbol huruf: A (Aktifitas), E
(Emosionaltas), dan S(proses pengiring). Jika terdapat tanda positif
berarti fungsi tersebut dominan, sedangkan negatif berarti menunjukkan
tidak ada dominasi fungsi tersebut.

Tipe yang di kemukakan:

1) Tipe Gepassioner/berpassi(+A, + E, + S). Sifatnya serba istimewa,


disegani, dan berbakat menjadi pemimpin.
2) Tipe Sentimentil(+ E, - A, + S). Sifatnya banyak cita-cita tapi tidak
ada kemauan melaksanakannya.
3) Tipe Choleris(+ E,- A, + S). Sifatnya banyak usaha,tak dapat
menyimapan.
4) Tipe Nerveous(+ E, - A, - S). Sifatnya gugup, pemalas, dan singkat
pikiran.
5)  Tipe  Plegmatis(- A, + A, + S). Sifatnya kurang belas kasihan
antara sesama.
6) Tipe Apatis(- E, - A, + S). Sifatnya acuh tak acuhterhadap semua
masalah.
7) Tipe Sanguinis(- E, + A, - S). Sifatnya suka berbuat, tetapi tanpa
rencana dan tanpa pikir lebih dahulu.

6
8)  Tipe Amorph(- E, - A, - S). Sifatnya tidak mau tau dalam segala
masalah.

2.3 Struktur Kepribadian Manusia Menurut S. Freud


Struktur kepribadian manusia menurut S. Freud terdiri dari 3 sistem yang
membentuk kepribadiannya
A. Das Es (Id)
Aspek biologis yang berisikan bawaan dasar atau insting, aspek
biologis dan merupakan sistem yang original didalam kepribadian the true
psychic reality dunia bathin subjecfitas manusia, berisikan hal-hal yang
dibawa sejak lahir termasuk insting-insting.Merupakan “reservoir” energi
psikis yang menggerakan ego dan super ego.Pedoman “menghindarkan
diri dari ketidakenakan dan mengejar “keenakan” atau prinsip keenakan
istilahnya the pleassure principle. Untuk menjalankan pedoman tersebut
dengan menggunakan dua cara, yaitu; refleks dan reaksi-reaksi otomatis
seperti, bersin, berkedip, dan sebagainya, selanjutnya proses primer
(primair vorgang) seperti, membayangkan makanan pada orang lapar.
B. Das Ich (Ego)
Aspek psikologis yang merealisasikan ke alam nyata.Aspek psikologis
dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan individu untuk
berhubungan secara baik dengan kenyataan (realita), tidak hanya
membayangkan untuk menghilangkan ketegangan tetapi mencari pada
dunia nyata.
Prinsip yang digunakan adalah prinsip kenyataan dan bereaksi dengan
proses sekunder, tujuan prinsip kenyataan ialah mencari objek yang cocok
untuk meredakan ketegangan yang timbul. Proses sekunder ialah proses
berfikir realistis. Reality testing adalah tindakan atau perbuatan untuk
mengetahui apakah rencana-rencananya dalam memuaskan kebutuhan
berhasil.Ego sebagai eksekutif kepribadian karena mengontrol jalan-jalan
yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serat
cara-cara pemenuhannya.Dalam fungsinya sebagai eksekutif kepribadian
harus mempersatukan pertentangan-pertentangan antara ID dan SUPER

7
EGO, peran utamanya menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan
instingtif dengan keadaan lingkungan.
C. Das Ueber Ich( Super Ego)
Berisikan norma-norma, hati nurani. Aspek sosisologis kepribadian
yang merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita
masyarakat, ditanamkan melalui ajaran orang tua dengan berbagai perintah
dan larangan.Super ego merupakan kesempurnaan daripada kesenangan
aspek moral dari kepribadian. Fungsi pokoknya adalah untuk menentukan
benar atau salah, pantas atau tidak pantas, sesuai dengan norma atau tidak.

2.4 Perkembangan Kepribadian


A. Menurut Gardener Murfy hipotesis-hipotesis yang cukup tepat namun
cukup merangkum mengenai “bagaimana kepribadian itu berkembang”.
Menurut Murphy ada tiga fase perkembangan, yaitu keseluruhan tanpa
diferensiasi, fase diferensiasi, dan fase integratif.
1. Pada fase pertama, yaitu fase keseluruhan tanpa diferensiasi, individu
berbuat terlebih-lebih sebagai keseluruhan terhadap keseluruhan situasi.
Hal demikian ini dapat disaksikan pada bayi.
2. Pada fase kedua, fase diferensiasi, fungsi-fungsi khusus mengalami
diferensiasi dan muncul dari keseluruhan.
3. Pada fase ketiga, yaitu fase integrasi, fungsi-fungsi yang sudah
mengalami diferensiasi itu diintegrasikan dalam suatu unitas yang
berkoordinasi dan terorganisasi.

Hal-hal yang Memungkinkan Perkembangan Organisme dan Lingkungan


Masalah pengaruh dasar dan ajar, atau bakat dan lingkungan, atau
dikatakan nature dan  nurture di dalam perkembangan telah sejak lama
menjadi bahan pembahasan dan pembantahan para ahli. Seperti diketahui,
mengenai hal ini pada garis besarnya terdapat tiga aliran yaitu nativisme
yang berlawanan dengan empirisme dengan bentuk sistesisnya
konvergensi.Di dalam kenyataanya kebanyakan ahli dewasa ini menerima
prinsip konvergensi dengan tekanan pada faktor bakat atau pada faktor

8
lingkungan.Mengenai hal ini Murphy mempunyai pandangan yang tidak
melawankan bakat dan lingkungan.

B. Tugas perkembangan dalam tahap kepribadian


1. Menurut S. Freud
Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh
usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar
dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di
kemudian hari.
Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah
kepribadian yang sehat.Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada
tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi.fiksasi adalah fokus yang gigih
pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan,
individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang
yang terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang
lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau
makan.
a. Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui
mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat
penting.Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal
kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan
seperti mencicipi dan mengisap.Karena bayi sepenuhnya
tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk
memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa
kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
b. Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido
adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air
besar.Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak
harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan
tubuhnya.Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi
dan kemandirian.

9
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung
pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua
yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan
toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu
anak-anak merasa mampu dan produktif.Freud percaya bahwa
pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang
untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan
kreatif.

Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan


dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini.Beberapa
orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu seorang anak
untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai
dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil
pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg
mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu
memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan.Jika orang
tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud
percaya bahwa kepribadian kuat-analberkembang di mana
individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
c. Fase Phalic
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat
kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan
wanita.Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat
ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu.
Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki
ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga
kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan
ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.

2. Menurut Ericsob

10
Teori psikososial dari Erik Erikson meliputi delapan tahap yang saling
berurutan sepanjang hidup.Hasil dari tiap tahap bergantung pada hasil
tahapan sebelumnya, dan resolusi yang sukses dari tiap krisis ego
adalah pentingnya bagi individu untuk dapat tumbuh secara
optimal.Ego harus mengembangkan kesanggupan yang berbeda untuk
mengatasi tiap tuntutan penyesuaian dari masyarakat (Berk,
2003).Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial
menurut Erik Erikson (Berk, 2003):
a. Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun)
Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan
pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi
kebutuhan anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan
untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa (hope). Jika
krisis ego ini tidak pernah terselesaikan, individu tersebut akan
mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan
orang lain sepanjang hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa
orang lain berusaha mengambil keuntungan dari dirinya.
b. Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun)
Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki
kontrol atas tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun anaknya,
mengajarkannya untuk mengontrol keinginan atau impuls-
impulsnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar.Mereka
melatih kehendak, tepatnya otonomi.Harapan idealnya, anak bisa
belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa
banyak kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi,
inilah resolusi yang diharapkan. Alwisol (2009:93) melanjutkan
bahwa apabila anak tidak berhasil melewati fase ini, maka anak
tidak akan memiliki inisiatif yang dibutuhkan pada tahap
berikutnya dan akan mengalami hambatan terus-menerus pada
tahap selanjutnya.
c. Tahap III : Initiative versus Guilt (3-6 tahun)

11
Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan
melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari
tahapan ini akan membuat sang anak takut mengambil inisiatif
atau membuat keputusan karena takut berbuat salah. Anak
memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau
mengembangkan harapan-harapan ketika ia dewasa. Bila anak
berhasil melewati masa ini dengan baik, maka keterampilan ego
yang diperoleh adalah memiliki tujuan dalam hidupnya.
d. Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun)
Pada saat ini, anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan
dan kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas
akademik. Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan
menciptakan anak yang dapat memecahkan masalah dan bangga
akan prestasi yang diperoleh. Keterampilan ego yang diperoleh
adalah kompetensi. Di sisi lain, anak yang tidak mampu untuk
menemukan solusi positif dan tidak mampu mencapai apa yang
diraih teman-teman sebaya akan merasa inferior.
e. Tahap V : Identity versus Identity Confusion (12-20 tahun)
Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa
biologis seperti orang dewasa sehingga tampak adanya
kontraindikasi bahwa di lain pihak anak dianggap dewasa tetapi di
sisi lain dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa
stansarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual,
umur dan kegiatan.Peran orang tua sebagai sumber perlindungan
dan nilai utama mulai menurun.Adapun peran kelompok atau
teman sebaya tinggi. Apabila anak tidak sukses pada fase ini,
maka akan membuat anak mengalami krisis identitas, begitupun
sebaliknya.
f. Tahap VI: Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda, 20-30
tahun)
Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara
berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam.

12
Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan sosial yang kuat akan
menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil mengatasi krisis
ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.
g. Tahap VII: Generativity versus Stagnation (masa dewasa
menengah, 30-65 tahun)
Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai
balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga
melakukan sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi
penerus di masa depan. Ketidakmampuan untuk memiliki
pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini
tidak berharga dan membosankan. Bila individu berhasil
mengatasi krisis pada masa ini maka ketrampilan ego yang
dimiliki adalah perhatian, sedangkan bila individu tidak sukses
melewatinya maka akan merasa bahwa hidupnya tidak berarti.
h. Tahap VIII: Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir, 65
tahun ke atas)
Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali
masa lalu dan melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi
ke masa lalu itu terasa menyenangkan dan pencarian saat ini
adalah untuk mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar
selama bertahun-tahun. Apabila individu sukses melewati faase ini
maka akan timbul perasaan puas akan diri, sedangkan apabila
mengalami kegagalan dalam melewati tahapan ini akan
menyebabkan munculnya rasa putus asa.
3. Menurut Sulivan
Menurut Sulivan sebagaimana dikemukakan oleh Calvin S. Hall dan
Gardner Lindzey (2000) bahwa perkembangan kepribadian individu
melalui 6 tahap sebelum mencapai tahap maturitas (kematangan).
Tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangan pada setiap fase, sebagai
berikut.
a. Fase Bayi

13
Fase ini berlangsung sejak bayi dilahirkan sampai dengan saat
belajar berbicara.Organ utama untuk berinteraksi antara bayi dan
lingkungan adalah oval. Lingkungan yang menjadi perhatian bayi
adalah benda yang menyediakan makanan pada saat lapar, seperti
puting susu ibu atau dot.
Ciri khas tahap ini, yaitu :
1) Pengembangan konsepsi tentang puting susu, yaitu : puting susu
baik; puting susu baik, tetapi tidak memuaskan; puting susu yang
salah; dan puting susu buruk, diuraikan menjadi:
a) Puting susu yang baik, pada saatbayi tidak lapar
b) Puting susu salah karena tidak mengeluarkan air susu ibu
c) Puting susu yang buruk karena ibu cemas
2) Timbulnya rasa apatis dan pelepasan diri dengan cara mengantuk
3) Timbulnya personifikasi tentang ibu yang baik, buruk, cemas,
menolak, menerima dan memberikan kepuasan
4) Timbulnya pengalaman belajar dan dasar pembentukan sistem
konsep diri
5) Dapat membedakan tubuh bayi dsendiri, mengisap ibu jari untuk
melepaskan ketergantungan terhadap ibu
6) Belajar melakukan gerak terkoordinasi, seperti: tanan dan mulut,
tangan dan mata, serta telinga dan suara
b. Fase kanak-kanak
Fase ini ditandai dengan ana mulai dapat mengucapkan kata-kata
hingga timbulnya kebutuhan terhadap kawan bermain.
Hal-hal yang penting diketahui, yaitu:
1) Peralihan dari fase bayi ke fase anak-anak dipengaruhi oleh
perkembangan bahasa
2) Timbulnya konsepsi tentang jenis kelamin
3) Tugas perkembangan yang penting adalah belajar berkomunikasi
c. Fase Juvenil (Pueral)
Pada fase ini anak memasuki sekolah dasar. Hal-hal yang pnting pada
fase ini antara lain:

14
1) Anak mulai belajar hidup bersama orang lain (sosisal)
2) Anak-anak mulai bersaing atau berkompetisi dan bekerjasama
dengan teman sebaya
3) Timbul perilaku mengisolasi diri dari pergaulan
4) Mengabaikan keadaan luar yang tidak menarik perhatian
5) Menjaga perilaku
6) Membedakan atara khayalan dan kenyataan
d. Fase Praremaja
Fase ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan
teman sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja
sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah
kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan dengan teman
sebaya yang memiliki persamaan, kerjasama, tindakkan timbal balik
sehingga tidak kesepian. Fase ini merupakan fase yang sangat penting
karena menandakan awal hubungan manusiawi sejati dengan orang
lain.
Tugas perkembangan terpenting pada fase ini adalah belajar
melakukan hubungan dengan teman sebaya dengan cara competition,
compromise, dan cooperatif.
e. Fase Remaja Awal
Fase ini berawal dari berakhirnya fase praremaja sampai individu
menemukan suatu pola perbuatan stabil yang memuaskan dorongan-
dorongan genitalnya.
Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase ini, yaitu :
1) Tantangan utama yang dihadapi adalah mengebangkan pola aktivitas
heteroseksual.
2) Terdapat perubahan fisiologis, antara lain perasaan birahi pertama
menyangkut daerah genital dan daerah lain, seperti tangan dan mulut
3) Apabila kebutahn erotik dan keintiman sejak dini tidak terpisahkan
akan terjadi penampilan homoseksual bukan heteroseksual
4) Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual,
keamanan, keakraban

15
5) Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan
melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda
f. Fase Remaja Akhir
Pada fase ini sudah mulai terpolakan aktivitas seksual melalui
langkah pendidikan hingga terbentuk pola hubungan antarpribadi yang
sungguh-sungguh matang sesuai dengan kesempatan yang ada.Fase ini
merupakan insiasi kearah hak, kewajiban, kepuasan, dan tanggung
jawab kehidupan sebagai warga masyarakat dan warga negara.
Tugas perkembangan fase remaja akhir adalah economically,
intelectually, dan emotionally self sufficient. Setelah individu
melewati enam fase perkembangan kepribadian, ia mencapai taraf
kedewasaan, yaitu menjadi pribadi manusia yang matang dan setelah
itu memasuki usia lanjut.
g. Fase Dewasa
Pada fase ini, tugas perkembangannya adalah belajar untuk saling
ketergantungan dan tanggung jawab terhadap orang lain. Namun, pada
fase usia lanjut (diatas 60 tahun) tugas perkembangan adalah menyadari
sebagai individu lansia dan menerima arti kehidupan dan kematian.

16
2.5 Pengertian Sikap
Sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara
positif  (ravorably) atau secara negatif (untavorably) terhadap obyek - obyek
tertentu (Sarwono, 2000).
Sikap sebagai suatu pola perilaku , tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan (Azwar, 2003).
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.Sikap bukan perilaku,
tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu
terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat,
gagasan atau situasi, atau kelompok  (Jalaluddin Rakhmat 1992).

2.6 Ciri-ciri Sikap


1. Dipelajari
Sikap terhadap sesuatu akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif
maupun negatif. Sikap juga mengandung motivasi atau daya dorong untuk
berperilaku.
Jika sikap sudah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang maka akan
berlangsung bertahan lama
2. Berubah
Berarti manusia dilahirkan tidak membawa sikap tertentu pada suatu
objek.Oleh karenanya maka sikap terbentuk selama perkembangan
individu yang bersangkutan.Karena terbentuk selama perkembangan maka
sikap dapat berubah, dapat dibentuk dan dipelajari.Namun
kecenderungannya sikap bersifat tetap.
3. Tidak berdiri sendiri
Sikap terbentuk karena hubungan dengan objek-objek tertentu, melalui
persepsi terhadap objek tersebut.
4. Gabungan

17
Bila seseorang memiliki sikap negatif pada satu orang maka ia akan
menunjukkan
sikap yang negatif pada kelompok orang tersebut.

2.7 Proses dan Komponen Sikap


Terdapat tiga komponen sikap, tiga komponen sikap itu adalah
komponen respons evaluative kognitif, komponen respons evaluative afektif,
dan komponen respons evaluative perilaku. Ketiga komponen itu secara
bersama merupakan penentu bagi jumlah keseluruhan sikap seseorang
( Manstead, 1996; Strickland, 2001)
1. Komponen Respons evaluative kognitif
Gambaran tentang cara seseorang dalam mempersepsi objek,
peristiwa atau situasi sebagai sasaran sikap. Komponen ini adalah pikiran,
keyakinan atau ide seseorang tentang suatu objek.Dalam bentuk yang
paling sederhana, komponen kognitif adalah kategori-kategori yang
digunakan dalam berpikir. 
Aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap
obyek atau subyek. Informasi yang masuk ke dalam otak manusia,
melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan menghasilkan nilai
baru yang akan diakomodasi atau diasimilasikan dengan pengetahuan
yang telah ada di dalam otak manusia. Nilai – nilai baru yang diyakini
benar, baik, indah, dan sebagainya, pada akhirnya akan
mempengaruhiemosi atau komponen afektif dari sikap individu.
2. Komponen Respons evaluative afektif
Adalah perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek
sikap. Perasaan atau emosi meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah,
cemburu,atau suka. Dinegara Amerika Serikat, kemungkinan
berpindahnya oaring kulit hitam ke daerah perumahan orang kulit putih
dapat menimbulkan rasa cemas banyak warga kulit putih.
3. Komponen Respons evaluative perilaku 
Adalah tendensi untuk berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap
objek sikap.Dalam hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berperilaku
dan bukan pada perilaku secara terbuka. Misalnya, orang melakukan

18
tendensi untuk melakukan tindakan diskriminatif terhadap anggota dari
sekelompok etnis tertentu, namun karena tindakan itu secara social dan
legal dilarang, maka ia tidak melakukannya. Berkenaan dengan keinginan
individu untuk melakukan perbuatan sesuai dengan keyakinandan
keinginannya.
Sikap seseorang terhadap suatu obyek atau subyek dapat positif atau
negatif. Manifestasikan sikap terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia
menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap obyek atau
subyek. Komponen sikap berkaitan satu dengan yang lainnya.Dari
manapun kita memulai dalam analisis sikap, ketiga komponen tersebut
tetap dalam ikatan satu sistem.komponen kognitif, afektif, dan
kecenderungan bertindak merupakan suatu kesatuan sistem, sehingga
tidak dapat dilepas satu dengan lainnya. Ketiga komponen tersebut secara
bersama-sama membentuk sikap  dan Ketiga komponen kognitif, afektif,
dan kecenderungan bertindak secara bersama- sama membentuk sikap.

2.8 Tahap Pembentukan Sikap


Sikap dapat terbetuk atau berubah melalui empat macam:
1.  Adopsi
Kejadian- kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang
dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri
individu dan memengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2. Diferensiasi
Dengan berkem bangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan
dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap
sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek
tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
3. Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan
berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tentu sehingga
akhirnya terbentuk sikap menegenal hal tersebut.
4. Trauma

19
Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang
meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang
bersangkutan.Pengalaman – pengalaman yang traumatis dapat juga
menyebabkan terbentuknya sikap.

2.9 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap


1. Faktor Intern: yaitu manusia itu sendiri
a. Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan
akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat
mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis yang akan
membentuk sikap positif dan sikap negatif. Pembentukan tanggapan
terhadap obyek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang
melibatkan individu yang bersangkutan, situasi di mana tanggapan itu
terbentuk, dan ciri-ciri obyektif yang dimiliki oleh stimulus. Untuk
dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi
yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan
emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih
lama berbekas.
b. Pengaruh Faktor Emosional
Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego.Sikap ini dapat merupakan sikap
yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang.Akan
tetapi dapat pula merupakan sikap yang dapat bertahan lama.  
2. Faktor Ekstern: yaitu faktor manusia.
Dalam hal ini Sherif mengemukakan bahwa sikap itu dapat diubah atau
dibentuk apabila:

20
a. Terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia.
b. Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dan satu pihak.
1) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara
komoponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang
yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita,
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang
berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentkan sikap kita
terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat,
guru, istri, suami dan lain-lain.
2) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
3) Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
4) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
arti individu.
5) Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk
sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang
berfungsi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepribadian adalah keseluruhandari individu yang terdiri dari unsur psikis
dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang
merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal di lakukan secara
sadar. Dan perbuatan yang baik sering di katakan bahwa seseorang itu
mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia.
Sikap sebagai suatu pola perilaku , tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, Dan sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir,
dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan
perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-
cara tertentu terhadap objek sikap.
3.2 Saran
Dalam pembentukan suatu kepribadian sangat penting pengaruh peran dalam
keluarga terutama orang tua. Sehingga sejak dini di bentuk, di ajarkan, dan di
biasakan kepribadian yang baik. Keluarga memberi teladan, sikap, tingkah
laku, berkomunikasi yang baik dengan tetangga serta lingkungan masyarakat.

22
DAFTAR PUSTAKA

H. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara


Anonim a. 2008. Faktor – Faktor yang mempengaruhi sikap ( Online ) http: //
www. Sikap. Com,diakses 07 April 2010
Sri Utami Rahayuningsih . 2008. Sikap ( Attitude ) (Online ) http:// www.
Atttitude,blogspot. Com, diakses 7 April 2010
Fitri. 2008. Pengertian Sikap (Online ) http:// Blog dunia Psikologi. Com, diakses
7 April  2010
Sarwono Sarlito. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pers

23

Anda mungkin juga menyukai