Keluhan Obat, Obat Kembalian, Diduga Palsu Dan Penarikan Kembali
Keluhan Obat, Obat Kembalian, Diduga Palsu Dan Penarikan Kembali
Nama Kelompok 6 :
411910970000006 Fariz Agus Mahira
411910970000016 Winda Dian Putri
411910970000026 Soleha Ulfa Rahim
411910970000036 Nurul Malisa
411910970000046 Nelly Nailul Hikmah
411910970000056 Isa Desi Mawati
411910970000060 Nia Novitasari
411910970000066 Ai Nurhasanah Maemunah
411910970000076 Anita Robiyatul Adawiyah
411910970000086 Kusmiyati
2.1 Keluhan
Keluhan adalah pengaduan dari pelanggan mengenai mutu dan keamanan
produk. Keluhan dari pelanggan terhadap produk terkadang tidak hanya secara lisan
maupun tulisan, terkadang juga disertai dengan pengembalian produk. Setiap
keluhan yang disampaikan pelanggan sebaiknya dicatat dan dilakukan penyelidikan
secara menyeluruh pada keseluruhan sample tertinggal untuk mengidentifikasi asal
keluhan.
2.2 Obat atau Bahan Obat Kembalian
Pengembalian obat/bahan obat dilakukan apabila ditemukan produk yang
cacat baik secara kemasan, label, atau kecacatan lain yang dapat merugikan serta
beresiko terhadap kesehatan..
a) Retur pembelian.
Retur pembelian adalah pengembalian barang yang dibeli oleh PBF
Tramedifa kepada supplier. Alasan dilakukannya retur antara lain karena barang
yang tidak sesuai dengan pesanan, terdapat cacat pada barang yang dikirimkan,
barang telah mendekati atau telah mencapai tanggal ED, ataupun karena adanya
kesalahan dalam pemberian harga atau diskon.
b) Retur penjualan.
Retur penjualan adalah pengembalian obat yang dibeli oleh pihak pelanggan
kepada PBF Tramedifa. Penyebab dilakukannya retur oleh pelanggan antara lain
terdapat cacat pada obat, obat telah atau mendekati kedaluwarsa, obat terlambat
diantar, kesalahan pengantaran obat, terjadi salah pemesanan oleh pelanggan, faktur
pajak yang dikeluarkan PBF kedaluwarsa, terjadi kesalahan pada proses input kode
pelanggan, dan kesalahan pada pemberian harga atau diskon dari PBF.
Untuk terhindar dari produk palsu dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
sebagai berikut:
Contoh ceklis penerimaan kembalian/retur
Keterangan YA TIDAK
1. Apakah sumber barang bisa diidentifikasi (alamat pengirim jelas dan
dikenal)?
2. Apakah pengiriman disertai faktur pembelian atau tanda terima barang
sesuai dengan yang saat ini dikembalikan?
3. Apakah pelanggan mengikuti prosedur penanganan ?
4. Apakah ini barang recall?
5. Apakah ini kembalian atas keluhan pelanggan ?
6. Apakah kondisi produk masih baik saat ini ?
7. Apakah status kembalian barang yang rusak ?
8. Apakah barang masih dalam ketentuan jangka waktu pengembalian (ED
dan Rusak)?
9. Apakah produk masih dalam segel utuh ?
D. Dokumentasi
Setiap kegiatan yang bekaitan dengan penanganan dan penerimaan obat
dan / atau bahan obat kembalian harus didokumentasikan oleh pihak terkait.
3.3 Penangan Obat dan/atau Bahan Obat Diduga Palsu
Menurut Peraturan BPOM Nomor 09 Tahun 2019, petunjuk teknis atau
pedoman dalam penangan obat dan/atau bahan obat diduga palsu :
Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat
dan/atau bahan obat diduga palsu.
Fasilitas distribusi harus segera melaporkan obat dan/atau bahan obat
diduga palsu kepada instansi yang berwenang, industri farmasi dan/atau
pemegang izin edar.
Setiap obat dan/atau bahan obat diduga palsu harus dikarantina diruang
terpisah, terkunci dan diberi label yang jelas.
Untuk obat dan/atau bahan obat diduga palsu, penyalurannya harus
dihentikan, segera dilaporkan ke instansi terkait dan menunggu tindak lanjut
dari instansi yang berwenang.
Setelah ada pemastian bahwa obat dan/atau bahan obat tersebut palsu, maka
harus segera ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dari instansi yang
berwenang.
Semua kegiatan tersebut harus terdokumentasi
1) Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan obat dan/atau bahan obat
yang ditarik kembali.
2) Penanggung jawab harus membentuk tim khusus yang bertanggung jawab
terhadap penanganan obat dan/atau bahan obat yang ditarik dari peredaran.
Tim khusus adalah tim yang ditunjuk Apoteker Penanggung Jawab untuk
melakukan penarikan obat dan/atau bahan obat.
3) Semua obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus ditempatkan secara
terpisah, aman dan terkunci serta diberi label yang jelas.
4) Proses penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus sesuai
dengan persyaratan penyimpanan sampai ditindak lanjuti. Obat dan/atau
bahan obat dengan kondisi penyimpanan khusus seperti cold chain product,
yang dikembalikan dari pelanggan tidak dapat dikembalikan ke dalam
produk layak jual.
5) Fasiltas distribusi harus mempunyai dokumentasi tentang informasi
pelanggan (antara lain alamat, nomor telepon, faks) dan obat dan/atau bahan
obat (antara lain bets, jumlah yang dikirim). Informasi pelanggan dilakukan
update secara berkala untuk menghindari adanya penyalahgunaan oleh
pihak yang tidak berwenang.
6) Dokumentasi pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus selalu
tersedia pada saat pemeriksaan dari instansi berwenang. Disimpan dan
mudah ditelusur pada saat dibutuhkan.
7) Efektivitas pelaksaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus dievaluasi
secara berkala. Identifikasi kendala-kendala yang dihadapi pada saat
pelaksanaan penarikan dan lakukan tindakan perbaikan/pencegahan yang
sesuai (gunakan format CAPA).
BPOM RI. 2012. Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik. No.
HK.03.1.34.11.12.7542. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
Badan POM RI. 2013. Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat
Yang Baik. Jilid I. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
BPOM RI. 2015. Petunjuk Pelaksanaan Cara Distribusi Obat Yang Baik.
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
Badan POM. 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI.
BPOM. 2019. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 09 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Mutia, G. 2013. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Pedagang Besar
Farmasi (Pbf) Tramedifa Jl. Cipinang Muara I No. 23c, Pondok Bambu,
Duren Sawit, Jakarta Timur Periode 18 Februari – 28 Maret 2013.
Jakarta: Universitas Indonesia
Rakhmat Wawan Hasbullah, 2014, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana
Mengedarkan Sediaan Farmasi Yang Tidak Memenuhi Standar Mutu
Keamanan (Studi Kasus Putusan Nomor: 1359/Pid.B/2013/PN.Mks),
Makassar, Universitas Hasanuddin.
http://www.iai.id/library/distribusi