Anda di halaman 1dari 1

Info Perkebunan

Pemanfaatan Tunas Tanpa Rimpang sebagai Sumber Benih Jahe


Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan
secara alamiah dan buatan menggunakan tunas, umbi,
rizoma, dan stolon. Dalam budidaya jahe, perbanyakan benih
umumnya menggunakan tunas rimpang yang sudah bertunas.
Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (Balittro
2009), rimpang yang akan digunakan untuk bibit harus sudah
tua minimal berumur 10 bulan, sebaiknya mempunyai 2 - 3
bakal mata tunas yang baik dengan bobot sekitar 25 - 60 g
untuk jahe putih besar, 20 - 40 g untuk jahe putih kecil dan
jahe merah. Kebutuhan bibit per ha untuk jahe merah dan
jahe emprit 1 - 1,5 ton, sedangkan jahe putih besar yang
dipanen tua membutuhkan bibit 2 - 3 ton/ha dan 5 ton/ha
untuk jahe putih besar yang dipanen muda.
Terobosan baru dalam teknik pembibitan dengan
Gambar 2. Rata-rata jumlah tunas per 2 minggu dari 7
mengefisienkan kebutuhan benih telah dilakukan dengan aksesi jahe merah di pembibitan rumah kaca
menggunakan tunas tanpa rimpang (Gambar 1). Penelitian Cimanggu Bogor, 2015
telah dilakukan menggunakan 7 aksesi rimpang jahe merah.
Rimpang dari tujuh aksesi disemai di bak pembibitan yang
berisi media cocopit. Pemupukan diberikan dari awal
penyemaian dengan cara menyemprotkan pupuk cair organik
3 cc/l, 2 kali seminggu. Tunas yang berukuran 30 cm dengan
2-3 daun dipisahkan dari rimpangnya, dipindah ke polibag
yang berisi media tanah. Pembibitan dilakukan selama 2
bulan. Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu terhadap
kecepatan bertunas dan jumlah tunas yang siap dipindahkan
ke polibeg.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah tunas yang tumbuh
dari 1 kg rimpang, berkisar antara 163 - 387 tunas, populasi
tunas terbanyak dihasilkan dari aksesi 006 dan terendah
aksesi 004 (Gambar 2 dan 3). Benih yang diperoleh dan siap Gambar 3. Total jumlah tunas selama 2 bulan dari 7 aksesi
tanam di lapang mencapai minimum 250 benih dalam dua jahe merah di pembibitan rumah kaca
bulan. Apabila penanaman dilakukan dengan 1 tunas per Cimanggu Bogor, 2015
lubang, maka kebutuhan benih per hektar hanya memerlukan
20 - 30% dari volume kebutuhan benih umumnya yaitu 200 - Efisiensi biaya benih cukup tinggi, dengan harga benih
300 kg rimpang. Rp. 25.000,-/kg maka biaya yang diperlukan per hektar
Rp. 7.500.000,- sedangkan apabila menggunakan sistem
pembibitan dengan rimpang akan memerlukan biaya sekitar
Rimpang
Rp. 25.000.000,-/ha. Keuntungan lainnya benih dapat tersedia
setiap saat, sehingga masalah kelangkaan benih dapat
dengan mudah diatasi. Model perbanyakan seperti ini tidak
hanya dapat dimanfaatkan oleh petani dalam mengefisienkan
benih, akan tetapi dapat dimanfaatkan juga dalam konservasi
Proses pertunasan dalam media
kokopit plasma nutfah dan penyediaan benih sumber yang harus
tersedia setiap saat. (Cheppy Syukur, N. Bermawie dan
Endang HP/Peneliti Balittro).

Pelindung
Tunas berakar ditanam dalam Dr. Fadjry Djufry
polibag (Kepala Puslitbang Perkebunan)

Tunas berakar dikemas untuk Penanggung Jawab


pengiriman Dr. Syafaruddin

Bibit dalam polibag dikemas Pemimpin Redaksi


untuk pengiriman Dr. Nurliani Bermawie
Anggota
Prof. Dr. Bambang Prastowo
Dr. Rr. Sri Hartati
Dr. Rita Harni
Tunas berakar tanam
langsung di lapang Redaksi Pelaksana
Dr. Iwa Mara Trisawa
Gambar 1. Tahapan perbanyakan tunas tanpa rimpang mulai Dr. Suci Wulandari
penyemaian sampai pengepakan benih siap kirim Elfiansyah Damanik

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 47

Anda mungkin juga menyukai