Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS


PADA NY A USIA 30 TAHUN P2A0H2 POST PARTUM
HARI KE 1 DENGAN PEB DI RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO TAHUN 2020

Dosen Pembimbing:
Dewi Nopiska Lilis, M.Keb

Disusun Oleh :
EKA NOVITA
NIM: (PO71242190006)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
2020-2021
KATA PENGANTAR

 Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus
dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny”A” P2A0H2 Post
Partum hari ke I dengan PEB di RSUD.H. Hanafie Muara Bungo, Tahun 2020”
Laporan studi kasus ini penulis susun dalam rangka pencapaian kompetensi, dan
merupakan salah satu tugas seminar pribadi yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswi Prodi
Profesi Bidan.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan studi kasus ini masih belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan kasus ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan studi kasus ini dapat memenuhi
tugas akhir seminar kasus.

Jambi, 2020
                                                                          

                           Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu
yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadi perubahan
kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya.Keadaan ini ditandai dengan
perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga dan aturan
serta penyesuaian terhadap aturan yang baru.Termasuk didalamnya perubahan dari
seorang perempuan menjadi seorang ibu disamping masa pascapersalinan mungkin
menjadi masa perubahan dan penyesuaian sosial ataupun perseorangan.
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran
bayi cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai yang di
harapkan. sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Setiap
wanita hamil bisa saja menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya.
Frekuensi terjadinya preeklampsia di Indonesia di laporkan sekitar 3 – 10%, dimana
frekuensi untuk tiap Negara berbeda - beda, karena banyaknya faktor yang
mempengaruhinya; Primigravida, keadaan social ekonomi dan perbedaan dalam
menentukan kriteria dalam penentuan diagnosis. Pada primigravida frekuensi
preeklampsia lebih tinggi bila di bandingkan dengan multigravida, terutama primigravida
muda.
Profil penyakit preeklampsia ini bervariasi di Indonesia, yang kemungkinan di
pengaruhi oleh berbagai faktor berbeda di setiap daerah. Pre eklampsia terjadi pada
tingkat pendidikan ibu yang masih rendah, usia ibu dengan usia lebih dari 35 tahun dan
pada usia kehamilan trimesterIII.
Pada tahun 1998 – 2006 di laporkan frekuensi pre eklampsia dan eklampsia di 12 RS
pendidikan Indonesia sekitar 3,4 - 8,5%, dimana 5,3% menyebabkan kematian perinatal.
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Pre
eklampsia merupakan penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sisitem dan di
tandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. Pre-eklampsia adalah keadaan
dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang terjadi
akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila
terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya
cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara
teratur.
 Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi
penyebab penyakitnya.Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau
silent killer.Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi
komplikasi.Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti
gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke
.Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya.

B. Rumusan Masalah
Dengan perawatan yang optimal penulis berharap dapat melakukan perawatan
terhadap klien dengan post partum normal di RSUD Hanafie Muara Bungo. Dengan
pokok permasalahan Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien Ny.A
dengan Post Partum Normal indikasi Preeklampsia Berat (PEB) di ruang Kebidanan di
RSUD H. Hanafie Muara Bungo.

C. Tujuan Laporan Kasus


a. Umum
Mampu menggambarkan asuhan kebidanan Pada “Ny A” Post Partum hari ke I
dengan PEB di Kebidanan RSUD H. Hanafie Muara Bungo, Tahun 2020.
b. Khusus
a) Dapat mengumpulkan data dasar pada “ Ny. A” Post Partum hari ke I dengan
PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
b) Dapat menentukan interprestasi data dasar pada “Ny. A” Post Partum hari ke I
dengan PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
c) Dapat mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada “Ny. A” Post
Partum hari ke I dengan PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
d) Dapat mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera pada “Ny. A” Post Partum hari ke I dengan PEB di RSUD H.
Hanafie Muara Bungo.
e) Dapat melakukan perencanaan asuhan yang menyeluruh pada “Ny. A” Post
Partum hari ke I dengan PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
f) Dapat melakukan pelaksanaan asuhan pada “Ny. A” Post Partum hari ke I dengan
PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
g) Dapat melaksanakan evaluasi pada “Ny A” Post Partum hari ke I dengan PEB di
RSUD H. Hanafie Muara Bungo.

D. Manfaat Laporan Kasus


a. Manfaat untuk Lahan Paktik RSUD H. Hanafie Muara Bungo
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan
program, baik Dinas kesehatan kota Jambi maupun pada RSUD H. Hanafie Muara
Bungo dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PEB.
b. Manfaat Akademik Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi Profesi Bidan di
Akademi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
c. Manfaat Institusi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi Prodi Profesi Bidan
Sebagai bahan acuan / pedoman institusi program Prodi Profesi kebidanan dalam
penyusunan program pendidikan.
d. Manfaat Mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat mengaplikasikan ilmu
dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan dengan pendokumentasian varney
dalam penanganan kasus PEB.

E. Ruang Lingkup
Asuhan kebidanan Post Partum pada “Ny. A”P2A0H2 Post Partum hari ke 1 dengan
PEB dilaksanakan pada tahun 2020 di RSUD Hanafie Muara Bungo.
BAB II
TINJAUAN TEORI

a. Nifas (Peurperium)
a. Definisi Masa Mifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam
minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
yang berkaitan saat melahirkan (Suhernidkk, 2009: 1)
Menurut Prawirohardjo (2009: 122), masa nifas (puerperium) dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2015). Masa
nifas (puerperium) adalah maasa pamulihan kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8
minggu (Amru, 2012). Periode post partum atau puerperium adalah masa dari
kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga
kembalinya traktur reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2008). Jadi
post partum atau masa nifas (puerperium) adalah masa dimana kondisi pemulihan dari
persalinan hingga kembali ke kondisi sebelum hamil, kurang lebih terjadi selama 6
minggu.

b. Periode Masa Nifas


Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Suherni (2009: 2), dibagi menjadi 3
periode, yakni:
1. Puerperium Dini
Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium Intermedial
masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira antara 6 sampai 8
minggu.
3. Remot Puerperium
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutamaapabila ibu
selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

c. Tujuan Masa Nifas


Menurut Prawirohardjo (2009: 122), tujuan asuhan masa nifas :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
2. Melaksanakan skriningyang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu atau bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

d. Tahap Masa Nifas


Tahapan Masa Nifas Tahapan masa nifas menurut walyani & Purwoastuti (2015)
menjadi 3, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan, serta beraktivitas layaknya wanita noemal.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya sekitar 6-8 minggu.
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau watru persalinan mempunyai komplikasi
e. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas
Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas Perubahan fisiologis pada masa nifas menurut

Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu :


1. Sistem kardiovaskuler
a) Volume darah
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variable, contoh
kehilangan darah selama persalinan, mobilisasi, dan pengeluaran cairan
ekstravaskuler, dalam 2-3 minggu setelah persalinan volume darah seringkali
menurun sampai pada nilai sebelum kehamilan.
b) Cardiac output
Cardiac output terus meningkat selama kala 1 dan kala 2 persalinan.
Puncaknya selama masa nifas dengan tidak memperhatikan tipe persalinan dan
penggunaan anastesi, cardiac output akan kembali seperti semula sebelum
hamil dalam 2-3 minggu.
2. Sistem Haematologi
a) Keadaan hematokrit dan hemoglobin akan kembali pada keadaan semula
seperti sebelum hamil dalam 4-5 minggu post partum.
b) Leukosit selama 10-12 hari setelah persalinan umumnya bernilai antar 20.000-
25.000/mm3.
c) Factor pembekuan, pembekuan darah setelah melahirkan. Keadaan produksi
tertinggi dari pemecahan fibrin mungkin akibat pengaluaran dari tempat
plasenta.
d) Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda
thrombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak kemerahan yang dirasakan
keras atau padat ketika disentuh).
e) Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera kembali setelah
persalinan.
3. Sistem Reproduksi
a) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehigga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
b) Lochea adalah cairan secret ysng berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.
1) Lochea rubra : darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari post partum
2) Locheasanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lender, hari 3-7
post partum.
3) Locheaserosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, hari ke 7-14
post partum
4) Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk.
6) Locheastasis : lochea tidak lancer keluarnya.
a) Serviks mengalami involusi bersama uterus, setelah persalinan ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tengah, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup.
b) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
seelama proses melahirkan bayi, dalam beberapa hari pertama setelah partus
keadaan vulva dan vagina masih kendur, setelah 3 minggu secara perlahan-
lahan akan kembali ke keadaan sebelum hamil.
c) Perineum akan menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekana
kepala bayi dan tampak terdapat robekan jika dilakukan episiotomi yang akan
terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu.
d) Payudara, suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan
pembengkakan vascular sementara, air susu saat diproduksi disimpan di
alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara didisap oleh bayi
untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi.
4. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam, urin dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Keadaan ini menyebabkan
dieresis, ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
5. Sistem Gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal, namun
asupan makan kadang juga mengalami penurunan selama 1-2 hari, rasa sakit
didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
6. Sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum,
progesterone turun pada hari ke 3 post partum, kadar prolaktin dalam darah
berangsur-angsur hilang.
7. Sistem musculoskeletal
Abulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum, ambulasi dini sangat
membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
8. Sistem integument
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit.

f. Perubahan Psikologi Pada Masa Nifas


Perubahan psikologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu :
1. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dar hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan, pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri, ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang
dialaminya dari awal sampai akhir.
2. Fase taking hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung atara 10 hari setelah
melahirkan, pada fase ini timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
3. Fase letting go
Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya
sebagai orang tua, fase ini berlangsung 10 hari setelah melahir
g. Komplikasi Yang Terjadi Pada Masa Nifas
1. Infeksi Nifas
Menurut Saleha (2009:96), infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus
genitalia setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta.
Setelah kala III daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
permukaan yang tidak rata, daerah ini merupakan tempat baik untuk
berkembangnya bakteri.Pada saat persalinan, bagian serviks, vulva, vagina, dan
perineum yang sering mengalami perlukaan pada persalinan.Semua ini merupakan
tempat masuknya kuman patogen (Saleha, 2009:96).
2. Perdarahan
Menurut Suherni dkk (2009:128), perdarahan pervaginam atau perdarahan post
partumatau post partum hemorargi adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau
lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan

b. Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi post partum adalah peningkatan tekanan darah dalam 24 jam
pertama dari nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan hipertensi akan
berangsur – angsur hilang dalam waktu 10 hari.Hiperytensi post partum disebut juga
dengan transient hypertension dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.

b. Macam – macam Hipertensi


1. Hipertensi Essentialis ( Hipertensi Primer )
Adalah penyakit hipertensi yang kronis dan disebabkan oleh
arteriosclerosis.Penyakithipertensi essentialis pada post partum merupakan
kelanjutan dari hipertensiyang terjadi pada kehamilan minggu ke 20 dan hipertensi
tetap pada sebuah persalinan. Hipertensi ini sering menimbulkan dan
menyebabkan kelainan pada jantung ( membesar ), pada ginjal, otak dan retina.
Untuk mendiagnosa hipertensi essentialis, yaitu:
a) Tensi ≥ 140/90 mmHg
b) Terjadi dalam 24 jam post partum
Gejala hipertensi essentialis post partum, yaitu:
a) Tensi yang naik, yaitu dengan sistolis 30 mmHg dan diastolis 15 mmHg
b) .Proteinuria yang hebat
c) Timbulnya odema
Tanda – tanda hipertensi essentialis post partum , adalah ;
a) Pembesaran jantung
b)  Faal yang kurang
c) Kelainan pada retina ( haemorhagi atau exudat )
d) Tensi pemulaan 200 sistolik dan 120 diastolik
e) Jika pada kehamilan yang lampau pernah diberati dengan eklamsi, maka akan
berpengaruh pada hipertensi post partum
2. Hipertensi chronic / renal ( hipertensi sekunder )
Adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan tekanan darah segera
( tidak selalu diturunkan dalam batas normal ) untuk mencegah dan membatasi
kerusakan pada organ.Yang menyebabkan hipertensi renal pada post partum ini,
juga ibu post partum mempunyai riwayat yang berhubungan dengan
kehamilannya, misalnya; Pre eklamsi atau eklamsi. Dalam hal ini hipertensi pada
ibu post partum juga bisa disebabkan karena adanya penyakit ginjal pada ibu
hamil yang disertai dengan hipertensi.

c. Tanda dan Gejala Hipertensi Post Partum


Adapun tanda dan gejala, sebagi berikut:
1. Peninggian tekanan darah
2. Telinga berdenging
3. Pusing
4. Mata berkunang – kunang
5. Sukar tidur
6. Emosi meningkat ( mudah marah )
7. Adanya proteinurin
8. Odema

d. Manifestasi Klinis
1. Tensi yang naik, yaitu dengan sistolis 30 mmHg dan diastolis 15 mmHg.
2. Proteinuria yang hebat
3. Timbulnya odema
4. Pembesaran jantung
5. Faal yang kurang
6. Kelainan pada retina ( haemorhagi atau exudat )
7. Tensi pemulaan 200 sistolik dan 120 diastolik

e. Klasifikasi Hipertensi Post Partum

Klasifikasi Sistolik ( mmHg ) Diastolik ( mmHg)


Normotensi < 140 mmHg < 90 mmHg
Hipertensi ringan 140 – 130 mmHg 90 – 105 mmHg
Hipertensi perbatasan 140 – 160 mmHg 90 – 95 mmHg
Hipertensi sedang dan > 180 mmHg > 105
berat
Hipertensi sistolik > 140 mmHg <90 mmHg
terisolasi
Hipertensi sistolik 140 – 160 mmHg < 90 mmHg
perbatasan

f. Komplikasi
Komplikasi terjadi pada :
1. Bagi ibu
a) Perdarahan
b) Payah jantung
c) Uremia
2. Bagi bayi
a) Prematur
b) Dismatur
c) BBLR

g. Penanganan
1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan ( IMT ≥ 27 )
2. Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na / 2,4 gr, Na / 6 gr Nacl / hari)
3. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat
4. Berhenti merokok ( apabila ibu post partum selama dan sebelum hamil
ketergantungan rokok ) dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan
5. Dianjurkan untuk memakai kontrasepsi bila jumlah anak belum cukup selama
beberapa tahun
6. Bila jumlah anak sudah cukup, dianjurakan untuk segera melakukan tubektomi
7. Terapi sedative misal fenoarbital 30 mg ( dapat diberikan jika dianggap perlu )
obat – obatan anti hipertensi seperti reserpin dan metal dopa untuk mengendalikan
hipertensi.
8. Istirahat cukup pada tidur malam , sekurang – kurangnya 8 jam dan tidur siang
kurang lebih 2 jam.Pekerjaan rumah tangga dikurangi.
9. Obat penenag ( solution charcot , diazepam ( valium ) ,prometazin / obat tidur
dalam dosis rendah.
10. Pendekatan secara psikologis
11. Diet tinggi protein , rendah hidrat arang , rendah lemak dan rendah garam
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam penerapan proses Manajemen Asuhan Kebidanan kasus “Ny. A” Post Partum
hari ke I dengan PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo Tahun 2020. Menurut jurnal
Muhani dan Besral (2015) Pre-eklamsi Berat dan Kematian Ibu, Pre-eklampsia merupakan
gangguan dengan etiologi yang tidak diketahui secara khusus pada perempuan hamil. Bentuk
sindrom ini ditandai oleh hipertensi, dan proteinuria yang terjadi setelah minggu ke-20
kehamilan. Eklampsia adalah pre eklampsia yang ditandai dengan adanya kejang. Eklampsia
yang tidak dikendalikan dengan baik akan dapat mengakibatkan kecacatan menetap atau
bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.5 Kejadian pre-eklampsia dan eklampsia
berkisar 5 – 10% dari seluruh kehamilan. Faktor risiko untuk terjadinya pre-eklampsia adalah
usia ibu (kurang dari 16 tahun atau lebih dari 45 tahun), primigravida, adanya hipertensi
sebelum kehamilan, kehamilan ganda, kehamilan mola, obesitas, riwayat pre-eklampsia pada
kehamilan sebelumnya. Di antara faktor-faktor yang ditemukan, sulit ditentukan faktor yang
menjadi penyebab utama dari pre-eklampsia-eklampsia. Penanda keparahan pre-eklampsia
ditandai dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, proteiunuria 2+, terjadinya kejang
(eklampsia), gangguan penglihatan, nyeri abdomen atas, terjadi trombositopenia, hemolisis,
pertumbuhan janin terhambat, edema paru, dan oliguria. Proteinuria dan hipertensi adalah
manifestasi klinis yang dominan pada pre-eklampsia karena ginjal menjadi target penyakit
pada beberapa organ seperti kegagalan ginjal, kerusakan pada organ hati, dan terjadinya
perdarahan intracranial.8 Sedangkan kejang pada pasien pre-eklampsia meningkatkan angka
kematian ibu dan kematian janin dikarenakan terjadinya kolaps sirkulasi. Keterlibatan hepar
pada pre-eklampsia-eklampsia adalah hal yang serius dan disertai dengan keterlibatan organ
lain terutama ginjal dan otak, bersama dengan hemolisis dan trombositopenia. Keadaan ini
yang disebut sindromhemolisis elevated liver enzymes low platelet (HELLP)
Sedangkan menurut jurnal Dwi dan Indawati (2014) Faktor Risiko Kematian Ibu
dengan Preeklampsia/Eklampsia dan Perdarahan di Provinsi Jawa Timur, meskipun belum
diketahui penyebab utama preeklampsia/eklampsia, namun angka kejadian
preeklampsia/eklampsia dan perdarahan ini dapat diturunkan melalui berbagai cara, di
antaranya upaya pencegahan, pengamatan dini, dan terapi. Pencegahan dapat dilakukan
apabila mengetahui faktor-faktor risiko preeklampsia/ eklampsia. Terdapat beberapa faktor
risiko yang meningkatkan terjadinya preeklampsia dan perdarahan, di antaranya yaitu faktor
risiko umur dan gravida. Pengelompokan umur dan status gravida merupakan salah satu
faktor penting dalam deteksi dini komplikasi pada program Kesehatan Ibu dan Anak di
Indonesia. Penyebab perdarahan sudah banyak dijelaskan dalam teori, seperti perdarahan
antepartum disebabkan oleh solusio plasenta dan plasenta previa, perdarahan postpartum
yang banyak disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta. Namun, terdapat beberapa
faktor risiko yang jika dilakukan pengawasan dan penanganan sedini mungkin dapat
mengurangi terjadinya perdarahan pada ibu. Faktor risiko perdarahan tersebut meliputi usia
ibu, paritas, jarak antar kehamilan, riwayat persalinan buruk, dan perawatan antenatal.
Deteksi dini besarnya faktor risiko pada masing-masing kelompok umur dan gravid terkait
dengan kejadian preeklampsia/eklampsia dan perdarahan perlu dilakukan, dengan
diketahuinya besar risiko pada masing-masing kelompok umur akan memudahkan merancang
strategi intervensi yang tepat dalam penanganan preeklampsia dan perdarahan, sehingga
dapat mengurangi jumlah kasus kematian ibu karena preeklampsia/eklampsia. Penelitian ini
memfokuskan pada hubungan dan besaran faktor risiko dengan kejadian
preeklampsia/eklampsia dan perdarahan pada kasus kematian ibu. Faktor risiko pada ibu
tersebut terdiri dari umur dan gravida.
Dalam hal ini, pembahasan kasus yang saya bahas akan diuraikan secara narasi
berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan dengan tujuh langkah Varney yaitu: pengumpulan
data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah
potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan
kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan.

A. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney


Pada pembahasan ini akan dibahas contoh kasus patologi pada masa nifas
dimasyarakat, yaitu “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny”A” P 2A0H2 Post
Partum hari ke 1 dengan PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo, tahun 2020”.
Bidan dalam pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting untuk
menurunkan angka kematian ibu post partum juga sebagai ujung tombak pemberi asuhan
kebidanan. Dalam memberi asuhan, bidan berperan sebagai individu yang harus
memegang tanggung jawab besar terhadap tugasnya pada klien, memberi pelayanan yang
komprehensif.
B. Manajemen Kebidanan
Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen
kebidanan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberi asuhan kebidanan yang efektif
dan efisien.

C. Manajemen Asuhan Kebidanan


Rencana asuhan dapat dianggap efektif jika memang benar efektif pelaksanaannya.Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana telah efektif, sedangkan sebagian rencana lainnya
belum efektif. Pada kasus“NyA” P2A0H2Post Partum hari ke 1mdengan PEB di RSUD
H. Hanafie Muara Bungo, akan dibahas menggunakan tujuh langkah manajemen
varney, yaitu pengumpulan data dasar, interpretasi data dasar, mengidentifikasi diagnosis
atau masalah potensial, identifikasi perlunya penanganan segera, perencanaan asuhan
komprehensif, pelaksanaan rencana, dan evaluasi.
a. Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data
yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu identitas dan
lakukan anamnesa riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik pada kesehatan,Meninjau
catatan terbaru atau catatan sebelumnya, Meninjau data laboratorium dan
membandingkan dengan hasil studi. Pada hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
tanda-tanda vital “ Ny Y” TD: 190/100 mmHg, N: 80 kali/menit, P: 20kali/menit, S:
36,50C.

b. Interpretasi Data Dasar


Interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data
dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di
identifikasikan oleh bidan. Dari hasil data yang telah dikumpulkan pada “Ny Y” maka
ditegakkan diagnosis P2A0H2,Post Partum hari ke 1 dengan PEB.
c. Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial
Dilakukan identifikasikan pada masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Pada tahap ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potensial benar-benar terjadi.Saat dilakukan pemeriksaan pada “Ny A” tidak ada
ditemukan kelainan yang dapat membahayakan ibu dan janin.

d. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan


Penanganan Segera
Langkah ini mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera
untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu seperti, yang di alami “ Ny A” Post Partum
hari ke 1 dengan PEB. Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi
yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi
dari seorang dokter. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Pada kasus Post Partum “Ny
A” ditemukan gejala pusing, sakit kepala saat dilakukan pemeriksaan, jadi
kemungkinan besar ” Ny A” mengalami Preeklamsi Berat.

e.Perencanaan Asuhan Komprehensif


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini
informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan
apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial
ekonomi,kultur atau masalah psikologis.Semua keputusan yang dikembangkan dalam
asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan
dan teori serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan
oleh klien.
Perencanaan yang diberikan pada “Ny A” Post Partum hari ke 1 dengan PEB,
seperti Jelaskan pada ibu tentang nutrisi pada masa nifas, pola istirahat yang cukup,
tanda-tanda bahaya Post partum dengan PEB, seperti kejang-kejang, sakit kepala
parah, sesak napas, mual dan muntah. Beritahu ibu tentang cara mencegah PEB pada
post partum seperti menjaga asupan makan, banyak minum dan istirahat yang cukup.

f. Pelaksanaan Rencana
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini
bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia
tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang
efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Pelaksanaan asuhan pada “Ny A” Post Partum Normal dengan PEB, yaitu
Memberitahu ibu tentang nutrisi pada ibu post partum, Memberitahu ibu tentang pola
istirahat yang cukup, Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya PEB,
Menjelaskan pada ibu tentang cara mengatasi PEB pada post partum, Menjelaskan
pada ibu tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat untuk mengurangi terjadinya
PEB.

g. Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedang sebagian belum efektif.
Untuk itu perlunya bidan melakukan observasi kembali pada “Ny A” apa
pasien sudah mengerti apa yang telah dijelaskan oleh bidan dan bersedia untuk
melakukan serta menerapkan dikehidupan sehari-hari.
BAB V
PENUTUP

Pada asuhan kebidanan Post Partum pada “Ny. A” Post Partum hari ke I dengan
PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo dapat menjelaskan kesimpulan dan
memberikan beberapa saran antara lain:

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pengkajian data mengenai asuhan pada An S
yaitu:
a. Dapat mengumpulkan data dasar pada “Ny. A” Post Partum dengan PEB di RSUD H.
Hanafie Muara Bungo.
b. Dapat menentukan interprestasi data dasar pada “Ny. A” Post Partum dengan PEB di
RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
c. Dapat mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada “Ny. A” Post Partum
dengan PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
d. Dapat mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera pada “Ny. A” Post Partum dengan PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
e. Dapat melakukan perencanaan asuhan yang menyeluruh pada “Ny. A” Post Partum
dengan PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
f. Dapat melakukan pelaksanaan asuhan pada “Ny. A” Post Partum dengan PEB di
RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
g. Dapat melaksanakan evaluasi pada “Ny. A” Post Partum dengan PEB di RSUD H.
Hanafie Muara Bungo.
B. Saran
a. Manfaat untuk Lahan Paktik RSUD H. Hanafie Muara Bungo
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan
program, baik Dinas kesehatan kota Jambi maupun pada RSUD H. Hanafie Muara
Bungo dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PEB.
b. Manfaat Akademik Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi Profesi Bidan di
Akademi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
c. Manfaat Institusi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi Prodi Profesi Bidan
Sebagai bahan acuan / pedoman institusi program Prodi Profesi kebidanan dalam
penyusunan program pendidikan.
d. Manfaat Mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat mengaplikasikan
ilmu dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan dengan pendokumentasian
varney dalam penanganan kasus PEB.
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifudin A B., 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
3. Coad, Jane dan Melvyn Dunstall. 2006. Anantomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta:
EGC
4. Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: BINA PUSTAKA SARWONO PRAIROHARDJO
5. Uliyah, Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
6. Sukarni, Ischemi dkk, 2013 , Kehamilan, Persalinan dan Nifas , Yogyakarta: Nuha
Medika
7. Tharpe dan Farley , 2012 , Kapita Selekta Praktik Klinik Kebidanan , Jakarta: EGC
8. Varney, Helen., Jan M. Kriebs., & Carolyn L. Gegor. 2006. Buku-Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta: EGC
9. Sarwono, 2010 , Ilmu Kebidanan , Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
10. Johnson, Ruth, dkk , 2012 , Ketrampilan Praktik Klinik , Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai