Laporan Kasus Nifas Eka Novita
Laporan Kasus Nifas Eka Novita
Dosen Pembimbing:
Dewi Nopiska Lilis, M.Keb
Disusun Oleh :
EKA NOVITA
NIM: (PO71242190006)
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus
dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny”A” P2A0H2 Post
Partum hari ke I dengan PEB di RSUD.H. Hanafie Muara Bungo, Tahun 2020”
Laporan studi kasus ini penulis susun dalam rangka pencapaian kompetensi, dan
merupakan salah satu tugas seminar pribadi yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswi Prodi
Profesi Bidan.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan studi kasus ini masih belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan kasus ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan studi kasus ini dapat memenuhi
tugas akhir seminar kasus.
Jambi, 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu
yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadi perubahan
kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya.Keadaan ini ditandai dengan
perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga dan aturan
serta penyesuaian terhadap aturan yang baru.Termasuk didalamnya perubahan dari
seorang perempuan menjadi seorang ibu disamping masa pascapersalinan mungkin
menjadi masa perubahan dan penyesuaian sosial ataupun perseorangan.
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran
bayi cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai yang di
harapkan. sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Setiap
wanita hamil bisa saja menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya.
Frekuensi terjadinya preeklampsia di Indonesia di laporkan sekitar 3 – 10%, dimana
frekuensi untuk tiap Negara berbeda - beda, karena banyaknya faktor yang
mempengaruhinya; Primigravida, keadaan social ekonomi dan perbedaan dalam
menentukan kriteria dalam penentuan diagnosis. Pada primigravida frekuensi
preeklampsia lebih tinggi bila di bandingkan dengan multigravida, terutama primigravida
muda.
Profil penyakit preeklampsia ini bervariasi di Indonesia, yang kemungkinan di
pengaruhi oleh berbagai faktor berbeda di setiap daerah. Pre eklampsia terjadi pada
tingkat pendidikan ibu yang masih rendah, usia ibu dengan usia lebih dari 35 tahun dan
pada usia kehamilan trimesterIII.
Pada tahun 1998 – 2006 di laporkan frekuensi pre eklampsia dan eklampsia di 12 RS
pendidikan Indonesia sekitar 3,4 - 8,5%, dimana 5,3% menyebabkan kematian perinatal.
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Pre
eklampsia merupakan penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sisitem dan di
tandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. Pre-eklampsia adalah keadaan
dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang terjadi
akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila
terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya
cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara
teratur.
Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi
penyebab penyakitnya.Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau
silent killer.Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi
komplikasi.Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti
gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke
.Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya.
B. Rumusan Masalah
Dengan perawatan yang optimal penulis berharap dapat melakukan perawatan
terhadap klien dengan post partum normal di RSUD Hanafie Muara Bungo. Dengan
pokok permasalahan Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien Ny.A
dengan Post Partum Normal indikasi Preeklampsia Berat (PEB) di ruang Kebidanan di
RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
E. Ruang Lingkup
Asuhan kebidanan Post Partum pada “Ny. A”P2A0H2 Post Partum hari ke 1 dengan
PEB dilaksanakan pada tahun 2020 di RSUD Hanafie Muara Bungo.
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Nifas (Peurperium)
a. Definisi Masa Mifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam
minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
yang berkaitan saat melahirkan (Suhernidkk, 2009: 1)
Menurut Prawirohardjo (2009: 122), masa nifas (puerperium) dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2015). Masa
nifas (puerperium) adalah maasa pamulihan kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8
minggu (Amru, 2012). Periode post partum atau puerperium adalah masa dari
kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga
kembalinya traktur reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2008). Jadi
post partum atau masa nifas (puerperium) adalah masa dimana kondisi pemulihan dari
persalinan hingga kembali ke kondisi sebelum hamil, kurang lebih terjadi selama 6
minggu.
b. Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi post partum adalah peningkatan tekanan darah dalam 24 jam
pertama dari nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan hipertensi akan
berangsur – angsur hilang dalam waktu 10 hari.Hiperytensi post partum disebut juga
dengan transient hypertension dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
d. Manifestasi Klinis
1. Tensi yang naik, yaitu dengan sistolis 30 mmHg dan diastolis 15 mmHg.
2. Proteinuria yang hebat
3. Timbulnya odema
4. Pembesaran jantung
5. Faal yang kurang
6. Kelainan pada retina ( haemorhagi atau exudat )
7. Tensi pemulaan 200 sistolik dan 120 diastolik
f. Komplikasi
Komplikasi terjadi pada :
1. Bagi ibu
a) Perdarahan
b) Payah jantung
c) Uremia
2. Bagi bayi
a) Prematur
b) Dismatur
c) BBLR
g. Penanganan
1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan ( IMT ≥ 27 )
2. Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na / 2,4 gr, Na / 6 gr Nacl / hari)
3. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat
4. Berhenti merokok ( apabila ibu post partum selama dan sebelum hamil
ketergantungan rokok ) dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan
5. Dianjurkan untuk memakai kontrasepsi bila jumlah anak belum cukup selama
beberapa tahun
6. Bila jumlah anak sudah cukup, dianjurakan untuk segera melakukan tubektomi
7. Terapi sedative misal fenoarbital 30 mg ( dapat diberikan jika dianggap perlu )
obat – obatan anti hipertensi seperti reserpin dan metal dopa untuk mengendalikan
hipertensi.
8. Istirahat cukup pada tidur malam , sekurang – kurangnya 8 jam dan tidur siang
kurang lebih 2 jam.Pekerjaan rumah tangga dikurangi.
9. Obat penenag ( solution charcot , diazepam ( valium ) ,prometazin / obat tidur
dalam dosis rendah.
10. Pendekatan secara psikologis
11. Diet tinggi protein , rendah hidrat arang , rendah lemak dan rendah garam
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam penerapan proses Manajemen Asuhan Kebidanan kasus “Ny. A” Post Partum
hari ke I dengan PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo Tahun 2020. Menurut jurnal
Muhani dan Besral (2015) Pre-eklamsi Berat dan Kematian Ibu, Pre-eklampsia merupakan
gangguan dengan etiologi yang tidak diketahui secara khusus pada perempuan hamil. Bentuk
sindrom ini ditandai oleh hipertensi, dan proteinuria yang terjadi setelah minggu ke-20
kehamilan. Eklampsia adalah pre eklampsia yang ditandai dengan adanya kejang. Eklampsia
yang tidak dikendalikan dengan baik akan dapat mengakibatkan kecacatan menetap atau
bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.5 Kejadian pre-eklampsia dan eklampsia
berkisar 5 – 10% dari seluruh kehamilan. Faktor risiko untuk terjadinya pre-eklampsia adalah
usia ibu (kurang dari 16 tahun atau lebih dari 45 tahun), primigravida, adanya hipertensi
sebelum kehamilan, kehamilan ganda, kehamilan mola, obesitas, riwayat pre-eklampsia pada
kehamilan sebelumnya. Di antara faktor-faktor yang ditemukan, sulit ditentukan faktor yang
menjadi penyebab utama dari pre-eklampsia-eklampsia. Penanda keparahan pre-eklampsia
ditandai dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, proteiunuria 2+, terjadinya kejang
(eklampsia), gangguan penglihatan, nyeri abdomen atas, terjadi trombositopenia, hemolisis,
pertumbuhan janin terhambat, edema paru, dan oliguria. Proteinuria dan hipertensi adalah
manifestasi klinis yang dominan pada pre-eklampsia karena ginjal menjadi target penyakit
pada beberapa organ seperti kegagalan ginjal, kerusakan pada organ hati, dan terjadinya
perdarahan intracranial.8 Sedangkan kejang pada pasien pre-eklampsia meningkatkan angka
kematian ibu dan kematian janin dikarenakan terjadinya kolaps sirkulasi. Keterlibatan hepar
pada pre-eklampsia-eklampsia adalah hal yang serius dan disertai dengan keterlibatan organ
lain terutama ginjal dan otak, bersama dengan hemolisis dan trombositopenia. Keadaan ini
yang disebut sindromhemolisis elevated liver enzymes low platelet (HELLP)
Sedangkan menurut jurnal Dwi dan Indawati (2014) Faktor Risiko Kematian Ibu
dengan Preeklampsia/Eklampsia dan Perdarahan di Provinsi Jawa Timur, meskipun belum
diketahui penyebab utama preeklampsia/eklampsia, namun angka kejadian
preeklampsia/eklampsia dan perdarahan ini dapat diturunkan melalui berbagai cara, di
antaranya upaya pencegahan, pengamatan dini, dan terapi. Pencegahan dapat dilakukan
apabila mengetahui faktor-faktor risiko preeklampsia/ eklampsia. Terdapat beberapa faktor
risiko yang meningkatkan terjadinya preeklampsia dan perdarahan, di antaranya yaitu faktor
risiko umur dan gravida. Pengelompokan umur dan status gravida merupakan salah satu
faktor penting dalam deteksi dini komplikasi pada program Kesehatan Ibu dan Anak di
Indonesia. Penyebab perdarahan sudah banyak dijelaskan dalam teori, seperti perdarahan
antepartum disebabkan oleh solusio plasenta dan plasenta previa, perdarahan postpartum
yang banyak disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta. Namun, terdapat beberapa
faktor risiko yang jika dilakukan pengawasan dan penanganan sedini mungkin dapat
mengurangi terjadinya perdarahan pada ibu. Faktor risiko perdarahan tersebut meliputi usia
ibu, paritas, jarak antar kehamilan, riwayat persalinan buruk, dan perawatan antenatal.
Deteksi dini besarnya faktor risiko pada masing-masing kelompok umur dan gravid terkait
dengan kejadian preeklampsia/eklampsia dan perdarahan perlu dilakukan, dengan
diketahuinya besar risiko pada masing-masing kelompok umur akan memudahkan merancang
strategi intervensi yang tepat dalam penanganan preeklampsia dan perdarahan, sehingga
dapat mengurangi jumlah kasus kematian ibu karena preeklampsia/eklampsia. Penelitian ini
memfokuskan pada hubungan dan besaran faktor risiko dengan kejadian
preeklampsia/eklampsia dan perdarahan pada kasus kematian ibu. Faktor risiko pada ibu
tersebut terdiri dari umur dan gravida.
Dalam hal ini, pembahasan kasus yang saya bahas akan diuraikan secara narasi
berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan dengan tujuh langkah Varney yaitu: pengumpulan
data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah
potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan
kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan.
f. Pelaksanaan Rencana
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini
bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia
tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang
efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Pelaksanaan asuhan pada “Ny A” Post Partum Normal dengan PEB, yaitu
Memberitahu ibu tentang nutrisi pada ibu post partum, Memberitahu ibu tentang pola
istirahat yang cukup, Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya PEB,
Menjelaskan pada ibu tentang cara mengatasi PEB pada post partum, Menjelaskan
pada ibu tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat untuk mengurangi terjadinya
PEB.
g. Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedang sebagian belum efektif.
Untuk itu perlunya bidan melakukan observasi kembali pada “Ny A” apa
pasien sudah mengerti apa yang telah dijelaskan oleh bidan dan bersedia untuk
melakukan serta menerapkan dikehidupan sehari-hari.
BAB V
PENUTUP
Pada asuhan kebidanan Post Partum pada “Ny. A” Post Partum hari ke I dengan
PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo dapat menjelaskan kesimpulan dan
memberikan beberapa saran antara lain:
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pengkajian data mengenai asuhan pada An S
yaitu:
a. Dapat mengumpulkan data dasar pada “Ny. A” Post Partum dengan PEB di RSUD H.
Hanafie Muara Bungo.
b. Dapat menentukan interprestasi data dasar pada “Ny. A” Post Partum dengan PEB di
RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
c. Dapat mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada “Ny. A” Post Partum
dengan PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
d. Dapat mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera pada “Ny. A” Post Partum dengan PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
e. Dapat melakukan perencanaan asuhan yang menyeluruh pada “Ny. A” Post Partum
dengan PEB di RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
f. Dapat melakukan pelaksanaan asuhan pada “Ny. A” Post Partum dengan PEB di
RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
g. Dapat melaksanakan evaluasi pada “Ny. A” Post Partum dengan PEB di RSUD H.
Hanafie Muara Bungo.
B. Saran
a. Manfaat untuk Lahan Paktik RSUD H. Hanafie Muara Bungo
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan
program, baik Dinas kesehatan kota Jambi maupun pada RSUD H. Hanafie Muara
Bungo dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PEB.
b. Manfaat Akademik Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi Profesi Bidan di
Akademi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
c. Manfaat Institusi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi Prodi Profesi Bidan
Sebagai bahan acuan / pedoman institusi program Prodi Profesi kebidanan dalam
penyusunan program pendidikan.
d. Manfaat Mahasiswa
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat mengaplikasikan
ilmu dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan dengan pendokumentasian
varney dalam penanganan kasus PEB.
DAFTAR PUSTAKA
1. Saifudin A B., 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
3. Coad, Jane dan Melvyn Dunstall. 2006. Anantomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta:
EGC
4. Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: BINA PUSTAKA SARWONO PRAIROHARDJO
5. Uliyah, Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
6. Sukarni, Ischemi dkk, 2013 , Kehamilan, Persalinan dan Nifas , Yogyakarta: Nuha
Medika
7. Tharpe dan Farley , 2012 , Kapita Selekta Praktik Klinik Kebidanan , Jakarta: EGC
8. Varney, Helen., Jan M. Kriebs., & Carolyn L. Gegor. 2006. Buku-Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta: EGC
9. Sarwono, 2010 , Ilmu Kebidanan , Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
10. Johnson, Ruth, dkk , 2012 , Ketrampilan Praktik Klinik , Jakarta : ECG