Budidaya Ikan Baronang
Budidaya Ikan Baronang
PENDAHULUAN
Latar Belakang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Sumber daya hayati perairan
perikanan yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan pada wadah
terkontrol seperti di tambak atau keramba. Selain karena memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi serta digemari masyarakat karena rasanya yang gurih dan
lezat, hal ini juga disebabkan karena ikan ini merupakan ikan herbivora yang
dapat memakan lumut maupun klekap yang tumbuh ditambak, disamping itu ikan
Ikan Beronang (Siganus guttatus) juga responsif terhadap pakan buatan serta
memiliki laju pertumbuhan yang relatif tinggi (Yuniardi, 2011).
maupun dikeramba, masih mengandalkan benih yang bersal dari hasil tangkapan
dialam dimana benih yang dihasilkan sangat terbatas dan bersifat musiman,
serta Akibat dari eksploitasi yang berlebihan, ikan ini semakin berkurangnya
jumlah di alam. Olehnya itu untuk menyediakan benih yang kontinyu dan tidak
lagi tergantung dengan hasil tangkapan di alam, maka perlu kiranya dilakukan
(Yuniardi, 2011).
Rumusan Masalah
Tujuan
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Famili : Siganidae
Genus : Siganus
Tubuh ikan beronang lebar dan pipih, ditutupi oleh sisik-sisik halus
dengan warna tubuh yang bervariasi. Warna umumnya kecoklatan sampai hitam
atau emas, sedangkan di bagian perut kadang - kadang titik tersebut kabur dan
kelihatan seperti garis - garis. Di bagian belakang tutup insang sebelah atas titik
ini berwarna hitam atau hilang sama sekali. Ikan beronang mempunyai duri - duri
yang berbisa yang terdapat pada 13 duri keras sirip punggung, 4 duri keras sirip
perut, dan 7 duri keras sirip dubur. Warna ikan beronang dapat berubah - ubah
dengan cepat sesuai dengan kondisi lingkungan dan untuk menghindarkan diri
dari bahaya. Ikan beronang yang hidup di alam bebas mempunyai warna tubuh
tubuh yang suram (Danun, 2013).
Makanan dan Kebiasaan Makan
golongkan ikan herbivora atau vegetaris. Karena itulah ikan beronang di kenal
sebagai ikan kelinci ( Rabbit fish ). Dalam mencari makan atau berenang,
beronang selalu bergerombol dalam populasi yang cukup banyak hingga ratusan
(Danun, 2013).
dan mengelilingi daerah yang berumput dan berkarang. Kadang-kadang ikan ini
pada umumnya telah tercemar. Ikan ini tersebar luas di kawasan Indo Pasifik,
terutama di teluk Benggala, teluk Siam, sepanjang pantai Cina Selatan, Philipin.
Di Laut Merah terdapat empat jenis ikan bberonang dan diantaranya berimigrasi
melalui terusan Suez ke laut Tengah. Oleh karena itu ikan Samzdar (ikan
pelabuhan (dock) dan tempat yang bervegetasi (grass flats). Juvenile menyukai
tempat yang bermangrove.
Perkembangbiakan
pantai pada saat air pasang dan mulai memijah setelah tengah malam di saat air
mulai surut. Pembuahan terjadi di luar tubuh dan telur yang dibuahi berdiameter
masih menyerap kuning telur pada tubuhnya hingga hari ke 3 ( 58 jam setelah
jam setelah menetas ) dengan lebar mulut 94,5 mm. Benih beronang menjadikan
Pemilihan Lokasi Budi Daya
ikan ini hidup di perairan payau dan laut di daerah tropis. Salinitas terbaik untuk
inkubasi telur adalah antara 10-51 ppt. Sementara itu, salinitas untuk
perkembangan larva yang masih mengandung kuning telur adalah 14-37 ppt
(Abdillah, 2012).
Wadah Budi Daya
Ikan ini dapat dibudidayakan di karamba jaring apung dan tambak. Benihnya
25 mm (Abdillah, 2012).
Pengelolaan Budi Daya
1. Penyediaan benih
hasil tangkapan alam. Kini, benih dari hatchery sudah bisa diperoleh. Pada
lokasi tertentu (Sulawesi Selatan) (Abdillah, 2012).
2. Penebaran benih
kepadatan 250 ekor/m2 (Abdillah, 2012).
3. Pendederan
Benin berukuran 1-3 g/ekor dapat didederkan dalam karamba bermata jaring 22
diperlukan waktu pendederan 2 bulan (Abdillah, 2012).
4. Pemberian pakan
Pakan yang diberikan selama pemeliharaan berupa pakan buatan (pelet) dengan
dosis 3-5% bobot badan. Pakan tersebut diberikan 3 kali sehari (pagi, Siang, dan
malam hari) (Abdillah, 2012).
Pengendalian Hama dan Penyakit
permukaan, muncul warna merali di sekeliling mulut, dan gejala anemia. Bahkan,
formalin 200 ppm selama satu jam disertai aerasi kuat. Hal ini disebabkan
terlarut dalam air, selain ikan sangat sensitif terhadap formalin (Abdillah, 2012).
adanya infeksi jamur, yaitu pada setiap ikan berbeda. Beberapa ikan terinfeksi
tidak menunjukkan gejala sakit. Namun, ada juga yang ditandai dengan
pembengkakan organ dalam, seperti limpa, hati, dan ginjal disertai benjolan putill
berdiameter hingga lebih dari 2 mm, kadang disertai pembengkakan perut dan
bergerak tak menentu (Abdillah, 2012).
Efek lain yang timbul adalah ikan kehilangan nafsu makan sehingga
lain nafsu makan menurun, warna tubuh menjadi lebih gelap, perdarahan
(hemoragi) multifokal pada sirip, dan mata buram/keruh serta sering kali
2012).
Panen
400 g/ekor dengan waktu pemeliharaannya selama 3-4 bulan. Adapun cara
(Abdillah, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, B. 2012. Budidaya Ikan Baronang. (online) http://bisnisagriculture.blogs
pot.com. Diakses pada tanggal 10 November 2014 pukul 21.00 WITA.
Danun, Arsem. 2013. Teknik Pembenihan Ikan Baronang. (online) http://arsemda
nun.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 November 2014. Pukul 21.20
WITA. Makassar.
Rifai, Umar., Hendarto, N., Gani, Abd. 2014. Pembesaran Ikan Baronang di
Karamba Jaring Apung. (online) http://um4rbbl.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 10 November 2014 pukul 22.00 WITA. Makassar.
KELOMPOK III
BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014