Makalah Patofisiologi
Makalah Patofisiologi
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Iis Ismayanti
1901277050
2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr.Wb
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam saya curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan kita sebagai umatnya.
Atas terselesaikannya makalah ini, penulis berterima kasih kepada Bapak Suhanda,
SAg,S Kep,Ners,MKep selaku dosen pengajar, beserta pihak-pihak lain yang telah membantu
dan mendukung atas terselesaikannya ini. Dengan izin Allah SWT saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Tahapan Perkembangan Mental dan Perubahan Kesehatan pada
Remaja”. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Patofisisologi.
Dengan segala kerendahan hati saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
makalah ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan-kekurangan yang disebabkan
oleh keterbatasan saya, baik dalam bidang pengetahuan maupun dalam bidang pengalaman.
Walaupun demikian saya telah berusaha seoptimal mungkin agar makalah ini dapat memberikan
manfaat, maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................4
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................20
3.2 Saran.....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................22
1
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pertumbuhan dan perkembangan ini berjalan dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor genetik dari kedua orang tuanya sudah jelas akan memberi
kontribusi yang besar dalam hal ini. Selain itu ada pula faktor riwayat kesehatan ataupun
trauma yang pernah dialami oleh anak. Demikian pula faktor lain yang sifatnya tidak
langsung, misalnya status ekonomi orang tua, yang berpengaruh pada kecukupan gizi dan
kesejahteraan anak. Bahkan pada masyarakat yang masih memiliki akar budaya yang kuat,
perkembangan karakter anak juga akan terpengaruh oleh norma-norma budaya tersebut.
Secara fisik, anak mengalami pertumbuhan di mana ukuran tubuh menjadi lebih besar.
Dalam hal perkembangan fisik, anak menjadi terampil dalam menggunakan tangan dan jari-
jarinya, kakinya, dapat berdiri, berlari, dapat makan sendiri, dapat menelan dengan baik, dan
berbagai kemampuan lain yang sifatnya berupa keterampilan.
Intelektualitas juga mengalami perkembangan. Anak berkembang menjadi mampu
berkomunikasi dengan sekitarnya, dapat menyampaikan pikirannya, dan dapat memahami
hal-hal abstrak dan simbolis. Perilaku anak juga mengalami proses perkembangan, mengikuti
norma-norma yang ada di lingkungan di mana ia dibesarkan.
Dari segi emosional, anak akan berkembang untuk mampu membangun ikatan perasaan,
emosi dan kasih sayang. Ia akan semakin mampu mengatasi kecemasannya, mengendalikan
agresivitas dan emosi. Interaksi sosialnya juga akan berkembang. Ia akan memiliki ikatan
yang semakin kuat dengan orang tua, saudara dan lingkungan kesehariannya.
Proses perkembangan sebenarnya merupakan proses belajar. Seperti halnya proses
perkembangan perilaku, di mana anak belajar dari bagaimana tindakan atau sikapnya
dihargai oleh orang lain. Ia akan mengembangkan perilaku yang membuahkan balasan positif
dari orang sekitarnya. Sebaliknya bila orang di sekitarnya memberi respons yang negatif,
perilaku itu tidak akan berkembang. Kadang orang tua perlu memberi ketegasan pada anak,
apa yang tidak boleh anak lakukan, maka orang tua dapat memberinya respons negatif
2
berupa hukuman. Hukuman di sini merupakan respons negatif dan keadaan yang tidak
menyenangkan, yang dibuat agar anak tidak mengembangkan lagi perilaku itu. Walaupun
demikian, ternyata penelitian mengatakan bahwa lebih efektif memberi penghargaan
terhadap perilaku yang positif , daripada memberi hukuman terhadap perilaku negatif.
Pembentukan dan modifikasi dari perilaku anak ini banyak dipengaruhi oleh adanya
penghargaan dari lingkungan sekitarnya. Semakin ia diberi respons positif, semakin kuat
perkembangannya. Selain itu yang menjadi acuan dari anak dalam bertingkah laku adalah
perilaku dari orang sekitanya. Anak yang masih kecil memiliki kecenderungan untuk meniru
apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya. Mereka menjadikan orang tua dan
kakak-kakaknya sebagai contoh model dalam berperilaku.
Semakin besar anak, ia akan semakin memiliki kemampuan berpikir secara abstrak. Ia
tidak hanya belajar dari mencoba sesuatu, tetapi juga dari melihat dan memperhatikan orang
lain melakukannya. Model yang dijadikannya contoh berperilaku juga makin meluas dan
tidak hanya dari yang ada di sekitarnya secara langsung. Media massa dan televisi akan ikut
memberi pengaruh dalam pembentukan karakter dan perilakunya. Skala nilai dan norma-
norma yang dianut juga akan tidak jauh berbeda dengan dunianya ini. Semakin besar anak, ia
akan semakin melihat nilai dan norma apa yang diajarkan oleh orang tuanya, dan bagaimana
kenyataan orang tua menjalaninya secara nyata dalam keseharian. Di sini penting sekali
bahwa perilaku orang tua sehari-hari harus sesuai dengan yang mereka ajarkan pada
anaknya. Justru bila apa yang dilakukan dan diajarkan oleh orang tua berbeda, akan
berakibat anak tidak memahami dan mengerti tentang perilaku yang seharusnya.
Kesehatan mentalmenurutAlmeida berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki seorang
individu untuk beradaptasi dengan adanya perubahan bukan hanya sekedar terbebasnya
individu dari macam-macam gangguan psikologis(Hadjam & Widhiarso, 2011). Remaja dan
anak rentan menghadapi berbagai permasalahan pada tahap perkembangannya.Masa remaja
disebut sebagai usia bermasalah karena ini ciri yang menjadi pembeda dari periode
sebelumnya ke periode selanjutnya. Usia tersebut merupakan usia yang seharusnya masih
membutuhkan perhatian penuh dari orang tua.Remajamenurut Arta & Suriyadi
(2013)memilih untuk dapat mengambil keputusan sendiri meskipun terkadang mengalami
kesulitan dan kebingungan.Hal tersebut menggambarkan bahwa pada remaja terdapat
perubahan drastis,dari keadaan yang bergantung dengan orang lain menuju masa dimana
3
dituntut untuk mampu mengambil keputusan sendiri (mandiri di masa dewasa). Kemandirian
remaja dalam mengambil keputusan atas permasalahannnya melibatkan kemampuan berpikir
mereka,apakah sanggup untuk melaksanakannya secara mandiri atau
tidak.Ketikamenghadapipermasalahan, seorang remaja harus memiliki suatu kemampuan
atau keyakinan agar dapat menemukan jalan keluar terhadap permasalahannya. Menurut
Monks (dalam Arta & Supriyadi, 2013)hal ini disebabkan remaja awal yang kisaran
usianya12-15 tahun, kurang dapat mengontrol diri sendiri. Hal ini sering terjadi ketika remaja
meyakinkan orang-orang disekitarnya dengan emosi yang berlebihan, bingung untuk
memutuskan setiap tindakan yang diambilnya (Santrock, 2007)
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pertumbuhan
1.3.2 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perkembangan
1.3.3 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan remaja
1.3.4 Untuk mengetahui ciri-ciri masa remaja
1.3.5 Untuk mengetahui tugas perkembangan remaja
1.3.6 Untuk mengetahui tahap perkembangan remaja
1.3.7 Untuk mengetahui perkembangan mental pada remaja
1.3.8 Untuk mengetahui Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
(adolescene), kata bendanya adolescentia yang berarti remaja yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa, bangsa orang-orang zaman purbakala memandang masa puber
dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan anak
dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.
Istilah adolescence yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang sangat luas, yakni
mencangkup kematangan mental, sosial, emosional, pandangan ini di ungkapkan oleh
Piaget dengan mengatakan, Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu
berintregasi dengan masarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah
tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama, sekurang-
kurangnya dalam masalah integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek efektif,
kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan intelektual yang
mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang
kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Hal senada juga di kemukakan oleh Jhon W. Santrock, masa remaja (adolescence) ialah
periode perkembangan transisi dari masa kanak-kanak hingga masa dewasa yang
mencakup perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.
Begitu juga pendapat dari (World Health Organization) WHO 1974 remaja adalah suatu
masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksualitas sampai saat ini mencapai kematangan seksualitasnya, individu mengalami
perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan
terjadi peralihan dari ketergantungan sosial yang penuh, kepada keadaan yang relatife lebih
mandiri.
Maka setelah memahami dari beberapa teori diatas yang dimaksud dengan masa remaja
adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kemasa dewasa, dengan
ditandai individu telah mengalami perkembangan-perkembangan atau pertumbuhan-
pertumbuhan yang sangat pesat di segala bidang, yang meliputi dari perubahan fisik yang
menunjukkan kematangan organ reproduksi serta optimalnya fungsional organ-organ
lainnya. Selanjutnya perkembangan kognitif yang menunjukkan cara gaya berfikir remaja,
serta pertumbuhan sosial emosional remaja. dan seluruh perkembangan-perkembangan
lainnya yang dialami sebagai masa persiapan untuk memasuki masa dewasa. Untuk
6
memasuki tahapan dewasa, perkembangan remaja banyak faktor-faktor yang harus
diperhatikan selama pertubuhannya diantaranya: hubungan dengan orang tuanya, hubungan
dengan teman sebayanya, hubungan dengan kondisi lingkungannya, serta pengetahuan
kognitifnya.
7
menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa
penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok masih tetap
penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan
identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam
segala hal, seperti sebelumnya. Status remaja yang mendua ini menimbulkan suatu
dilema yang menyebabkan remaja mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah
identitas-ego pada remaja.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri, yang tidak
dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang
harus 10Hurlock, E.B., Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta:Erlangga, 1993) hlm. 221 Khamim Zarkasih Putro28APLIKASIA:
Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Vol. 17, No. 1, 2017membimbing dan mengawasi
kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna merah
jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan
bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-
cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan
teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa
remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau
kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasaSemakin mendekatnya usia kematangan yang
sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak
seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok,
minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks
8
bebas yang cukup meresahkan. Mereka menganggap bahwa perilaku yang seperti ini
akan memberikan citra yang sesuai dengan yang diharapkan mereka.
Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secra fisik, maupun psikologis. Ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja yang sekaligus sebagai ciri-ciri masa
remaja yaitu :
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal
sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan
fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial,
peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi bari yang
berbeda dari masa-masa yang sebelumnya. Pada fase ini banyak tuntutan dan tekanan
yang ditujukan kepada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah
laku seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab.
Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan
akan tampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah di Perguruan
Tinggi.
2. Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai dengan kematangan seksual. Terkadang
perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka
sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem
sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi
badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-
kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga
dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja
diharapkan untuk dapat mengarahkanketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih
penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungannya dengan orang lain. Remaja tidak
lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga
dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting, karena telah mendekati dewasa.
9
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di
satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung
jawab yang menyertai kebebasan itu, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk
memikul tanggung jawab itu.11Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan,hlm. 238
Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa RemajaAPLIKASIA: Jurnal Aplikasi
Ilmu-ilmu Agama, Vol. 17, No. 1, 201729Selanjutnya dilengkapi pula oleh Gunarsa &
Gunarsa,12dan Mappiare,13dalam menjelaskan ciri-ciri remaja sebagai berikut :
1. Masa remaja awal.
Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, dengan ciri-ciri: tidak
stabil keadaannya, lebih emosional, mempunyai banyak masalah, masa yang kritis,
mulai tertarik pada lawan jenis, munculnya rasa kurang percaya diri, dan suka
mengembangkan pikiran baru, gelisah, suka berkhayal dan suka menyendiri.
2. Masa remaja madya (pertengahan).
Biasanya duduk di bangku SekolahMenengah Atas dengan ciri-ciri:
sangatmembutuhkan teman, cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri,
berada dalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena pertentangan yang terjadi
dalam diri, berkenginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya, dan
keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.
3. Masa remaja akhir.
Ditandai dengan ciri-ciri: aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai stabil,
meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang yang sudah baik, lebih matang
dalam cara menghadapi masalah, ketenangan emosional bertambah, lebih mampu
menguasai perasaan, sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, dan
lebih banyak perhatian terhadap lamabang-lambang kematangan.
Berdasarkan pendapat para ahli yangtelah dikemukakan dapatlah disimpulkan
bahwa masa remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya
tampak sudah “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa remaja
gagal menunjukan kedewasaannya. Pengalamannya mengenai alam dewasa masih belum
banyak karena ia sering terlihat pada remaja adanya kegelisahan, pertentangan,
kebingungan, dan konflik pada diri sendiri. Bagaimana remaja memandang peristiwa
10
yang dialami akan menentukan perilakunya dalam menghadapi peristiwa-peristiwa
tersebut.
11
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besardalam sikap
dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-lakidan anak perempuan yang
dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja,
apalagi mereka yangmatangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal
iniadalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagipembentukan sikap dan
pola perilaku.
2. Mencapai peran sosial pria dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkanseberapa jauh
perubahan yang harus dilakukan dan masalah yangtimbul dari perubahan itu sendiri.
Pada dasarnya, pentingnyamenguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang
relatif singkatsebagai akibat perubahan usia kematangan yang menjadi delapan belas
tahun, menyebabkan banyak tekanan yang menganggu para remaja.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bilasejak
kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep merekatentang penampilan diri pada
waktu dewasa nantinya. Diperlukanwaktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk
mempelajari cara-caramemperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa
yangdicita-citakan.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklahmempunyai banyak
kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dandiarahkan sejak awal masa kanak-
kanak. Tetapi halnya berbeda bagianak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka
diperbolehkan bahkandidorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha
untukmempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat danmenerima peran
tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yangmemerlukan penyesuaian diri selama
bertahun-tahun.Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering
berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, makamempelajari
hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulaidari nol dengan tujuan untuk
mengetahui lawan jenis dan bagaimanaharus bergaul dengan mereka. Sedangkan
pengembangan hubunganbaru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis
juga tidakmudah.
12
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untukmandiri secara
emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainmerupakan tugas perkembangan
yang mudah. Namun, kemandirianemosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku.
Banyak remajayang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang
diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orangdewasa lain. Hal
ini menonjol pada remaja yang statusnya dalamkelompok sebaya tidak meyakinkan
atau yang kurang memilikihubungan yang akrab dengan anggota kelompok.
6. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilihpekerjaan dan
mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remajamemilih pekerjaan yang memerlukan
periode pelatihan yang lama,tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian
ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi
mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampaipelatihan yang
diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinanmerupakan
tugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaja. Meskipun tabu
sosial mengenai perilaku seksual yangberangsur-
ansurmengendurdapatmempermudahpersiapanperkawinan dalam aspek seksual, tetapi
aspek perkawinan yang lainhanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini
merupakansalah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang olehremaja
dibawa ke masa remaja.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideology
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilaiyang sesuai
dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalamperkembangan ini. Namun bila
nilai-nilai dewasa bertentangan denganteman sebaya, masa remaja harus memilih yang
terakhir bilamengharap dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan social
13
mereka. Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya, tetapihal ini seringkali
diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasadianggap tidak bertanggung jawab
14
d. Egosentrisme(terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiridengan orang lain.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)dan masyarakat
umum(the public).
15
Tiga tingkat perkembangan moral menurut Kohlberg, yaitu tingkat:
1. Prakonvensional
2. Konvensional
3. Pasca Konvensional
Masing-masing tingkat terdiri dari dua tahap, sehingga keseluruhan ada enam tahapan
(stadium) yang berkembang secara bertingkat dengan urutan yang tetap. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap adalah Keluarga (orang tua),
masyarakat dan lingkungan.)
16
ketidakcocokkan dengankelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi
remajasehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendirisementara
menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadiindividu yang berbeda
mengakibatkan remaja tidak diterima dandiasingkan dari kelompok.
2. Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubunganyang mereka
kembangkan antara diri mereka sendiri dengan oranglain di masa lalu, seperti halnya
arah dan tujuan yang mereka harapmampu dilakukan di masa yang akan datang.
Proses perkembanganidentitas pribadi merupakan proses yang memakan waktu
danpenuh dengan periode kebingungan, depresi dan keputusasaan.Penentuan identitas
dan bagiannya di dunia merupakan hal yangpenting dan sesuatu yang menakutkan
bagi remaja. Namundemikian, jika setahap demi setahap digantikan dan
diletakkanpada tempat yang sesuai, identitas yang positif pada akhirnya akanmuncul
dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan
kepuasan identitas dari berbagaiaspirasi, peran dan identifikasi.
3. Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peranseksual. Selama
masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulaimengomunikasikan beberapa
pengharapan terhadap hubunganheterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan
perkembangan,remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peranseksual
yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orangdewasa. Pengharapan seperti
ini berbeda pada setiap budaya, antaradaerah geografis, dan diantara kelompok
sosioekonomis.
4. Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remajaakhir. Mereka
mampu menghadapi masalah dengan tenang danrasional, dan walaupun masih
mengalami periode depresi, perasaanmereka lebih kuat dan mulai menunjukkan
emosi yang lebihmatang pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi
cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan
tempat untuk mengendalikan emosinya sampaiwaktu dan tempat untuk
mengekspresikan dirinya dapat diterimamasyarakat. Mereka masih tetap mengalami
17
peningkatan emosi,dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka
menggambarkanperasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.
2. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong(2009), remaja tidak
lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yangmerupakan ciri periode berpikir konkret;
mereka juga memerhatikanterhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini
mereka lebihjauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini,mereka
dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkinterjadi, seperti
kemungkinan kuliah dan bekerja, memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat
berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan
mereka,misalnya dikeluarkan dari sekolah.
Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada
waktu yangbersamaan. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubunganantara
kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalananwisata. Mereka dapat
mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logisdalam sekelompok pernyataan dan
mengevaluasi sistem, atauserangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat
dianalisis.
3. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong(2009), masa remaja
akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan individu.
Remaja dapat dengan mudahmengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan
kewajibanberdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga memahamikonsep
peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan
atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian,
mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering
sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal berasal dari
orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.
4. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa
diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu,
remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil dalam
18
hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini.
Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara
individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan
eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan
orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri
tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
5. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka
dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang
orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun
orangtua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka
takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggungjawab yang terkait dengan
kemandirian.
1. Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubahdari menyayangi dan
persamaan hak. Proses mencapai kemandiriansering kali melibatkan kekacauan dan
ambigulitas karena baikorang tua maupun remaja berajar untuk menampilkan peran
yangbaru dan menjalankannya sampai selesai, sementara pada saat bersamaan,
penyelesaian sering kali merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan,
yang penting untuk menetapkan hubungan akhir.Pada saat remaja menuntut hak
mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali
menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan
konflikdapat muncul pada hampir semua situasi atau masalah.
2. Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar
kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan
penting ketika masa remajadi bandingkan masa kanak-kanak. Kelompok teman
sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan.
a. Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan sukaberkelompok.
Dengan demikian kelompok teman sebayamemiliki evaluasi diri dan perilaku
19
remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal berusaha untuk
menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal sepertimodel berpakaian, gaya
rambut, selera musik, dan tata bahasa,sering kali mengorbankan individualitas
dan tuntutan diri.Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman
sebayanya.
b. Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yangberbeda
biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini lebih dekat dan
lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk pada masa kanak-kanak
pertengahan, dan penting untuk pencarian identitas. Seorang sahabat merupakan
pendengar terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan
suatu peran bersamaan, mereka saling memberikan dukungan satu sama lain.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang
normal.
Perkembangan adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan,
kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran.
Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kemasa
dewasa, dengan ditandai individu telah mengalami perkembangan-perkembangan atau
pertumbuhan-pertumbuhan yang sangat pesat di segala bidang, yang meliputi dari
perubahan fisik yang menunjukkan kematangan organ reproduksi serta optimalnya
fungsional organ-organ lainnya.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja itu menerima fisiknya sendiri berikut
keragaman kualitasnya, mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur
yang mempunyai otoritas, mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan
bergaul dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok, menemukan
manusia model yang dijadikan identitas pribadinya, menerima dirinya sendiri dan memiliki
kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri, memeperkuat self-control(kemampuan
mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup
(weltanschauung) dan mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.
Tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa yaitu dari
remaja awal (early adolescence) 10-12 tahun, remaja madya (middle adolescence) 13-15
tahun dan remaja akhir (late adolescence) 16-19 tahun.
Perkembangan mental remaja merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku
kehidupan sosial psikologi remaja pada posisi yang harmonis didalam lingkungan
masyarakat yang lebih luas dan kompleks.
3.2 Saran
21
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai konflik batin
maupun psikis. Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi perubahan pada
remaja. Sementara itu, perawat dapat dijadikan tempat konseling untuk remaja sebagaimana
peran perawat dan sebagai perawat yang menghadapi permasalahan remaja senantiasa
memberikan bimbingan atau konseling yang baik atau yang tidak memojokkan remaja
tersebut dalam masalah yang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
22
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/116/jtptunimus-gdl-jokobenyar-5776-2-babii.pdf
http://eprints.ums.ac.id/55594/3/03.BAB%20I.pdf
http://dedimulyana96.blogspot.com/2015/03/makalah-kesehatan-mental-pada-setiap.html
https://e-journal.unair.ac.id/JPKM/article/download/3054/2339
http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/aplikasia/article/viewFile/1362/1180
https://www.researchgate.net/publication/338858077_Memahami_Ciri_dan_Tugas_Perkembang
an_Masa_Remaja/fulltext/5e302a0a92851c7f7f05dc0e/Memahami-Ciri-dan-Tugas-
Perkembangan-Masa-Remaja.pdf
https://www.researchgate.net/publication/338858077_Memahami_Ciri_dan_Tugas_Perkembang
an_Masa_Remaja
23