Anda di halaman 1dari 8

Penghitungan Biaya Satuan pada Instalasi Rawat Jalan

di Rumah Sakit X Jambi menggunakan Metode Step Down


Unit Cost of Outpatient Unit Using
Step Down Method at Hospital X in Jember

Susilo Wulan1, Ade Herman Surya Direja2, Dian Reflisiani3


1
Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu,
2
Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
3
Prodi Kebidanan D IV STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Korespondensi: Susilo Wulan


e-mail: wulan_susilo@yahoo.com

Abstrak
Tanggung jawab Rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat, sehingga
penentuan tarif dengan perhitungan biaya aktual sangat diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan yang lebih presisi.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biaya satuan dan analisis perbandingan biaya antar unit di instalasi rawat jalan
menggunakan metode step down. Penelitian ini merupakan bagian dari partial economic evalution yaitu hanya memotret
deskripsi biaya dari suatu objek (cost object) tanpa membandingkan luaran layanan dari unit yang di analisis. Tahapan analisis
data meliputi identifikasi sumber dari pusat biaya dengan menentukan final cost, intermediate cost dan indirect cost, tahap
kedua yaitu mengidentifikasi dan menghitung biaya investasi, biaya operasional dan biaya pemeliharaan. Hasil penelitian
menujukkan biaya satuan tertinggi terdapat di poli gigi dan mulut sebesar Rp 621.100,99 /kunjungan sedangkan biaya satuan
terendah di poli penyakit dalam yaitu sebesar Rp 214.307,51/kunjungan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
pertimbangan dalam perubahan ataupun penyesuaian tarif layanan dan menjadikan bahan evaluasi pada poli rawat jalan agar
lebih efisien dalam pengelolaanya.
kata kunci: unit cost, metode step down, rawat jalan.

Abstract
Hospital has a responsibility to provide quality and affordable health care to the community. Therefore, determining tariffs by calcu-
lating the actual cost is very important, especially for internal stakeholders in undergoing cost analysis, performance evaluation and
decision making, including tariff negotiation with external stakeholders. This research objective is to calculate unit costs and compar-
atively analyzing costs between units in an outpatient installation using the step-down method. This research used a partial economic
evaluation which only portrays the description of cost object without comparing the output from the analyzed unit. The stages of data
analysis include identifying the resource of cost center by firstly determining the final cost, intermediate cost and indirect cost, the
second stage is identifying and calculating investment cost, operational cost, and maintenance costs, the third stage is determining the
allocation basis, and the fourth stage is calculating the total cost. The highest unit cost occurs in dental poly at Rp.621.100,99/visit,
while the lowest unit cost is in internal medicine which is Rp.241.307,51/visit. It is hoped that the results of this study can be taken
into consideration in the changes made by service rates and making evaluation materials on outpatient care so that they are more
efficient in their management.
Keywords: unit cost, step down method, outpatient.

Pendahuluan
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas Dalam merencanakan anggaran pendapatan
pelayanan kesehatan memiliki peran strategis dan belanja rumah sakit diperlukan informasi
dalam meningkatkan derajat kesehatan mengenai besarnya biaya satuan (unit cost)
masyarakat dengan memberikan pelayanan dari setiap unit pelayananan. Rumah sakit
kuratif dan rehabilitatif kepada pasien. Rumah yang berstatus PPK-BLUD memiliki aturan
sakit dengan status Pola Pengelolaan Keuangan tersendiri untuk menentukan besaran tarif
Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) yang ditentuntukan berdasarkan perhitungan
harus mengutamakan pelayanan terbaik untuk unit cost sesuai dengan Peraturan Pemerintah
masyarakat dalam menyediakan jasa pelayanan nomor23 tahun 2005 dan Peraturan Menteri
dan bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan Dalam Negeri nomor 61 tahun 2007. Imbalan
keuntungan (Sugiyarti, et al, 2013). Hal ini atas barang/jasa layananan yang diberikan
membuat rumah sakit harusmenjalankan ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun
operasional secaraefektif dan efisien. atas perhitungan biaya per unit layanan atau

Economic Evaluation of Cetuximab for Metastatic 43 Putri, Setiawan, Saldi, Chandra, Megraini, P
hasil per investasi dana, serta perhitungan ing-masing 14.763 dan 5.724; serta pelayanan
tarif layanan harus mempertimbangkan aspek- intermediate OK, ICU, NICU, Bank Darah, Fi-
aspek sepertikontiunitas dan pengembangan sioterapi dan Farmasi.
masyarakat, daya beli masyarakat, asas keadilan Di RSUD X Jambi, masih ditemukan
dan kepatutan dan kompetisi yang sehat permasalahan dalam menerapkan penghitungan
(Ambarriani, 2012). unit cost yang menyebabkan penentuan tarif
Penghitungan actual cost sebagi dasar pe- pelayanan yang dibebankan ke pasien tidak
nentuan tarif sangat penting dan menjadi tan- menutup biaya investasi, biaya operasional dan
tangan terhadap keberlangsungan sistem pen- biaya pemeliharaan. Dasar penetapaan RSUD X
tarifan yang diberlakukan dalam INA-CBGs. Jambi belum menggunakan metode perhitungan
Perhitungan unit cost di rumah sakit digunakan biaya satuan (unit cost), oleh karena itu diperlukan
untuk membantu mengindentifikasi kebutuhan kajian mengenai analisis biaya RS dalam
sumber daya dalam jasa pelayanan, membantu menghitung unit cost dengan menggunakan
manajemen rumah sakit untuk keperluan anal- metode step down (double distribution) dalam
isis biaya, menentukan alokasi anggaran secara mendukung peningkatan efisiensi dan efektivitas
efisien, menentukan tindakan kuratif terbaik manajemen keuangan RSUD X Jambi.
dan memastikan dana yang memadai untuk se-
tiap layanan (Conteh and Walker, 2004). Infoa- Metode
si unit cost juga dibutuhkan untuk pengambilan Analisis biaya yang dilakukan dalam studi
keputusan taktis dan strategik serta sebagai alat ini merupakan bagian dari partial economic
bernegosiasi dengan pihak eksternal termasuk evaluation dimana unit biaya yang dianalisis tidak
pemerintah (Hansen and Maryanne, 2005). membandingkan luaran layanan dari beberapa objek
Pehitungan unit cost menggunakan metode biaya yang menjadi fokus penilaian. Data primer yang
step down (double distribution method) merupa- dikumpulkan berupa seluruh kegiatan operasional
kan salah satu metode yang digunakan dalam selama tahun 2015 selanjutnya akan diolah dengan
analisis biaya khususnya dalam mengalokasikan menggunakan pendekatan step down. Pengumpulan
biaya unit penunjang kepada unit produksi. data dilakukan melalui penilaian dokumentasi,
Pemilihan metode step down karena relatif se- observasi dan wawancara. Teknik penyajian data
derhana dan praktis untuk diaplikasikan (Con- meliputi editing, tabulasi data, dan penyajian data.
teh and Walker, 2004). Dengan analisis biaya Pendekatan step down dipilih dengan
ini selanjutnya akan diperoleh biaya aktual/rill mempertimbangkan kendala di rumah sakit seperti
sebagai dasar dalam penetapan tarif pelayanan ketersediaan data berupa sumberdaya (resources)
di rumah sakit RSUD X Jambi merupakan RS termasuk biaya dan total penggunaan layanan yang
milik pemerintah tipe C dengan status BLUD, tidak lengkap sehingga pendekatan penghitungan
memiliki tugas sesuai dengan ketentuan yang biaya satuan yang paling sederhana dan praktis
diberikan oleh Bupati Kabupaten Sarolangun. digunakan adalah step down. Tahapan-tahapan
Dalam rangka memberikan penetapan tarif metode step down (double distribution) terdiri dari:
terhadap pelayanan kesehatan mengacu pada a. Identifikasi cost centers,
Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun No- Agar biaya dapat di alokasikan dengan benar,
mor 32 tahun 2015 tentang perubahan atas cost centers di unit rawat jalan diidentifikasi
peraturan Bupati Nomor 56 tahun 2013 ten- menjadi indirect cost, intermediate cost dan
tang tarif pelayanan kesehatan selain kelas final cost. Indirect cost merupakan layanan
III pada RSUD X Jambi yang telah menetap- umum dalam bentuk overhead dan tidak
kan pola pengelolaan keuangan badan layanan terkait langsung dengan perawatan pasien dan
umum daerah. Jumlah kunjungan pasien tahun pelayanan intermediate seperti biaya administrasi
2015 meliputi: kunjungan rawat inap sebanyak dan manajemen, biaya transportasi, biaya laundry
6.431 pasien dengan jumlah hari rawat 20.387; dan biaya layanan pendukung. Intermediate cost
jumlah pasien rawat jalan (poliklinik dan UGD) merupakan departemen yang memberikan
21.334 pasien; jumlah pemeriksaan pelayanan dukungan diagnostik pada unit rawat jalan dan
penunjang laboratorium dan radiologi mas- dikelola terpisah, sedangkan final cost merupakan

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 44 Volume 3, Nomor1


final level dari pusat biaya karena merupakan hasil identifikasi biaya asli adalah sebagai berikut:
titik akhir dari kegiatan produksi dalam hal ini a. Biaya personel, merupakan biaya yang
adalah unit rawat jalan. berhubungan dengan sumber daya manusia
b. Pendistribusian indirect cost terdiri dari biaya gaji, jasa medis dan honor
Yaitu tahap mengalokasikan semua indirect lainnya, seragam, akomodasi dan perjalanan
cost ke unit rawat jalan. Dasar alokasi dalam dinas pada pegawai yang unit rawat jalan.
penelitian ini mengadopsi dari (Shepard, Jumlah pegawai yang bertugas di unit rawat
Hodgkin and Anthony, 1998). Pendekatan step jalan terdiri dari 9 dokter spesialis, 2 dokter
down mempertimbangkan hubungan antar unit umum, dan 23 perawat dan bidan. Total
penunjang. Dalam hal ini indirect cost dialirkan pengeluaran yang berhubungan dengan biaya
ke sesama unit di indirect, ke sesama unit personal di unit rawat jalan selama tahun 2015
intermediate clinical care dan unit unit rawat adalah sebesar Rp 2.715.981.363
jalan sebagai final product dengan dasar alokasi b. Biaya investasi gedung yang disertakan dalam
yang sudah ditetapkan. Indirect cost yang paling proses analisis diestimasi melalui data luas
banyak memberikan kontribusi di letakkan pada gedung dan nilai perolehan asset. Berdasarkan
urutan tertinggi dalam susunan alokasi biaya, informasi tersebut selanjutnya dihitung
sedangkan yang memiliki kontribusi terkecil nilai tahunan biaya investasi menggunakan
diletakkan di urutan terbawah. Indirect cost rumus AIC (Annual Investment Cost). Hasil
yang paling banyak berkontriubusinya setelah perhitungan nilai investasi gedung rawat jalan
dialokasikan biaya aslinya maka biaya ini akan yang disetahunkan adalah sebesar Rp 9.855.967
ditutup. Artinya unit ini tidak akan mendapat yang dialokasikan berdasarkan luas lantai.
alokasi dari unit di peringkat yang bawah. c. Biaya investasi peralatan medis diestimasi
c. Menghitung total cost berdasarkan data peralatan medis (Bed/TT dan
Total cost dihitung dengan menjumlahkan direct Non Bed/TT) termasuk nilai perolehan yang
cost dan indirect cost. Direct cost teridri dari biaya didapatkan dari bagian sarana dan prasarana
asli yang terjadi di unit rawat jalan terdiri dari dan pengurus barang di RS serta observasi
biaya personel, investasi gedung, peralatan langsung pada masing-masing poli. Peralatan
medis dan non medis, biaya farmasi, biaya lab medis yang tahun perolehannya lebih dari 5
dan UTD, serta biaya radiologi dan fisioterapi. tahun akan dikeluarkan dalam penghitungan
Sedangkan indirect cost terdiri dari biaya harga perolehan. Hasil perhitungan nilai
administrasi dan manajemen, biaya transportasi, investasi peralatan medis di unit rawat jalan yang
biaya laundry dan layanan pendukung. disetahunkan adalah sebesar Rp 35.510.362
d. Menghitung unit cost d. Biaya investasi peralatan non medis terdiri atas
Untuk dapat menghitung unit cost maka furniture, peralatan kantor, Ac/Kipas angin dan
diperlukan aktivitas data secara detail setiap lain lain yang ada di tiap-tiap poli rawat jalan.
kunjungan atau jenis penyakit karena informasi Hasil penghitungan nilai investasi peralatan
ini sangat berguna dalam penghitungan unit non medis yang disetahunkan sebesar Rp
analisis. Untuk menyajikan perhitungan 14.232.862
mengubah total cost menjadi unit cost diperlukan e. Biaya farmasi. unit farmasi merupakan unit
dua informasi penting yaitutotal biaya dan unit penunjang yang memberikan dukungan pada
output. Sehingga perhitungan unit cost diperoleh unit rawat jalan. Menurut catatan dari unit
dari pembagaian total cost dengan denomerator farmasi biaya bahan habis pakai dan obat untuk
berupa outputnya. unit rawat jalan selama tahun 2015 adalah
sebesar Rp 358.435.345
Hasil Biaya unit penunjang lainnya yang terkait dengan
Langkah awal dalam dalam melakukan analisis biaya unit rawat jalan adalah unit laboratorium dan
adalah dengan melakukan penelusuran terhadap UTD serta unit radiologi dan fisioterapi. Beberapa
data pengeluaran/belanja RS tahun 2015 untuk pasien rawat jalan memanfaatkan jasa layanan di
selanjutnya dilakukan identifikasi biaya-biaya mana dua unit penunjang tersebut. hasil identifikasi biaya
saja yang terkait dengan unit rawat jalan. Unit rawat menunjukkan biaya sebesar Rp 466.487.956 dan Rp
jalan sebagai unit akhir dari proses produksi, maka 238.652.940

Economic Evaluation of Cetuximab for Metastatic 45 Putri, Setiawan, Saldi, Chandra, Megraini, P
Identifikasi Biaya tidak langsung asli maka biaya ini akan ditutup. Artinya unit
Dalam penelitian ini biaya tidak langsung tersebut tidak akan mendapat alokasi lagi dari unit
dikategorikan dalam lima kategori yaitu biaya di peringkat yang terbawah. Ada beberapa langkah
administrasi dan manajemen, biaya trasnportasi, yang dilakukan yaitu langkah pertama adalah
biaya laundry, biayalayanan pendukung layanan overhead centres (indirect) akan didistribusikan ke
pendukung dan biaya instalasi gizi. Biaya-biaya intermediate clinical care dan patient care (direct),
tersebut diperoleh dari daftar belanja RS selama dengan cara:
tahun 2015 yang kemudian dialokasikan ke tiap 1. Mendistribusikan biaya tidak langsung yang
pusat biaya melalui dasar alokasi terentu (tabel 1). kontribusinya terbesar ke terkecil berterurut-
a. Biaya administrasi dan Manajemen di instalasi turut adalah biaya administrasi dan manajemen,
rawat jalan sebesar Rp 488.780.855 terdiri atas biaya laundry, biaya layanan pendukung dan
alokasi biaya utilitas (air, listrik, telpon, sewa, biaya transportasi
listrikdangenset, dan operasional lainnya). 2. Biaya administrasi dibagi secara adil berdasarkan
b. Biaya transportasi di instalasi rawat jalan aktivitas data jumlah SDM. Dari daftar nama
sebesar Rp 82.588.479 terdiri atas biaya jasa staf/karyawan, persentasi biaya administrasi
service kendaraan, pengeluaran bahan bakar, dapat dipecah menjadi: 4% laundry, 59 % layanan
pelumas dan spare part serta biaya pemeliharaan pendukung dan seterusnya. Artinya setiap
kendaraan. pecahan persentase telah dibagi, kemudian total
c. Biaya laundry di instalasi rawat jalan sebesar biaya administrasi akan terdistribusi dengan
Rp 5.075.160 terdiri atas biaya deterjen, sendirinya ke pusat biaya laundry, layanan
perlengkapan mencuci lainnya serta peralatan pendukung dan seterusnya. Dalam hal ini pusat
rumah tangga, gaji pegawai dan seragam di biaya administrasi telah diserahkan semuanya
unit laundry. Data ini diperoleh dari catatan RS sisanya kepada pusat biaya berikutnya, sehingga
atas permintaan kebutuhan unit laundry dan Rp 488.785.855 sekarang telah diserap. Pusat
barang yang diterima yaitu jumlah kg linen yang biaya laundry sekarang memperoleh tambahan
diterima dari unit rawat jalan. Rp 19.551.234 lebih tinggi dari biaya asli yang
d. Biaya layanan pendukung layanan telah ditetapkan sebelumnya, dan seterusnya
pendukungsebesar Rp 529.049.614 terdiri atas sampai ke final produk pada masing-masing
biaya yang terjadi di unit penunjang seperti poli.
kebutuhan gas medic, IPSRS, cleaning service, Proses alokasi kedua adalah biaya laundry. Biaya
security dan kamar jenazah. Alokasi layanan laundry tidak mudah untuk ditelusuri, sementara
pendukung layanan pendukung berdasarkan semua biaya laundry dapat dibagi secara adil kepada
jumlah SDM. pusat biaya Rumah sakit berdasarakan jumlah kg linen
Berdasarkan hasil penelitian bahwa instalasi gizi tiap pusat biaya. Seperti dalam biaya administrasi,
hanya bertanggung jawab menyediakan asupan biaya laundry juga dialokasikan tanpa sisa ke cost
makanan kepada pasien rawat inap, sehingga dalam centre berikutnya sehingga Rp 24.626.394 sekarang
hal ini tidak ada alokasi biaya instalasi gizi pada unit telah diserap. Pusat biaya layanan pendukung
rawat jalan. Hasil identifikasi terhadap biaya asli memperoleh tambahan Rp 4.825.279 lebih tinggi
dan juga biaya tidak langsung merupakan informasi dari biaya asli yang diterapkan sebelumnya hasil
total biaya yang terjadi di unit rawat jalan untuk alokasi dari pusat biaya administrasi dan laundry.
selanjutnya akan di alokasikan ke poli-poli yang ada Proses alokasi ke tiga dan keempat yaitu alokasi biaya
di RS. layanan pendukung dan tranportasi denga langkah
Berdasarkan tabel 2 diperoleh informasi total cost di yang sama pada pengalokasian sebelumnya. Langkah
instalasi rawat jalan RSUD X Jambi adalah sebesar Rp kedua adalah mendistribusikan biaya intermediate
4.941.650.712 yang merupakan hasil penjumlahan clinical care ke final product dengan cara:
biaya asli dan alokasi biaya tidak langsung. 1. Biaya asli dan alokasi biaya tidak langsung
Dasar perhitungan dengan pendekatan step- pada unit farmasi, laboratorium dan UTD
down serta radiologidanfisioterapi selanjutnya akan
Biaya tidak langsung (overhead centers) yang paling dialokasikan kepada produk akhir, yaitu poli-
banyak kontribusinya setelah dialokasikan ke biaya poli yang ada di instalasi rawat jalan RSUD

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 46 Volume 3, Nomor1


Tabel 1.DasarAlokasi

Intermediate Cost
Indirect cost ke Intermediate dan Direct Cost
Ke Direct Cost
Dasar
Alokasi Ra-
Ad- Trans- Pemeli- Labora-
Catering Laundry Kebersihan Farmasi diolo-
m&Mnj portasi haraan torium
gy
Kunjungan X X
Biaya
X X X X
langsung
Hari Rawat X X X X X
Estimasi
X X
Riil
Estimasi
X X X
Karyawan
Luas lantai X X X
Jumlah TT
Biaya Gaji X X X
Jumlah
X X X X
SDM
Adopted: Shepard et al. 1998

Tabel 2 Identifikasi biaya asli dan biaya tidak langsung unit rawat jalan

No Keterangan Jumlah
1 Biaya Asli
a. Biaya Personel Rp. 2.715.981.363
b. Investasi Gedung Rp. 9.855.967
c. Investasi Peralatan Medis Rp. 35.510.362
d. Investasi Peralatan Nonmedis Rp. 14.232.862
e. Biaya Farmasi Rp. 466.487.956
f. Biaya laboratorium dan danUTD Rp. 358.435.345
g. Biaya Radiologi dan danFisioterapi Rp. 238.652.940
Total Biaya Asli Rp. 3.836.156.795
2 AlokasiBiayaTidak Langsung
a. biaya administrasi dan manajemen Rp. 488.780.855
b. biaya transportasi Rp. 82.588.479
c. biaya laundry Rp. 5.075.160
d. layanan pendukunglayanan pendukung Rp. 529.049.614
Total alokasi biaya tidak langsung Rp. 1.105.494.108
Jumlah Rp. 4.941.650.712

Economic Evaluation of Cetuximab for Metastatic 47 Putri, Setiawan, Saldi, Chandra, Megraini, P
X Jambi dengan cara yang sama pada saat biaya unit radiologi dan fisioterapi menjadi
mengalokasikan indirect cost ke intermediate Rp 561.331.611,66. Biaya ini kemudian
cost. dialokasikan ke final produk berdasarkan output
2. Biaya farmasi mengkonsumsi porsi yang cukup radiologi dan pelayanan khusus. Sehinggar
signifikan dalam anggaran belanja Rumah sakit diperoleh biaya total unit pelayanan di poli-poli
di luar gaji. Biaya farmasi terdiri atas biaya obat yang ada di instalasi rawat jalan.
dan bahan medis habis pakai di unit rawat jalan Langkah selanjutnya membuat tabel rekap total
menurut daftar biaya farmasi yang diperoleh dari biaya dan output layanan pada masing-masing poli,
catatan penyaluran obat kepada pasien langsung kemudian menghitung biaya satuan yaitu membagi
maupun pengadaan ke bangsal-bangsal. Biaya total biaya dengan total output (Tabel 3).
farmasi unit rawat jalan berdasarkan catatan
tahun 2015 adalah sebesar Rp 358.435.345 Pembahasan
kemudian memperoleh alokasi dari biaya tidak Hasil perhitungan unit cost dapat terdiri dari dua
langsung menjadi Rp 640.141.513. Biaya ini macam unit biaya yaitu yang sifatnya normatif dan
kemudian dialokasikan ke cost center lainnya aktual. Unit biaya normatif disusun dengan terlebih
dengan berdasarkan jumlah utiliasi obat dahulu menghitung prediksi berapa besar biaya
berdasarkan kunjungan. tetap dan biaya variabel dan membagi dengan kap-
3. Laboratorium dan UTD terdiri atas biaya asitas/output optimal yang dapat di produksi. Per-
operasional penggunaan reagen, bahan medis hitungan unit cost yang digunakan dalam penelitian
habis pakai. Setelah memperoleh alokasi dari ini adalah berdasarkan data aktual. Sejalan dengan
biaya farmasi biaya laboratorium dan UTD (Djuhaeni, 2009) yang menyaatakan bahwa biaya
menjadi Rp 932.470.257,85. Biaya ini kemudian satuan (unit cost), biaya satuan yang diperoleh dari
dialokasikan ke cost center lainnya berdasarkan hasil analisis biaya merupakan biaya satuan aktu-
jumlah output/hasil tes. Ketiadaan beberapa al. Tarif yang merefleksikan biaya aktual pelayanan
catatan, aktivitas data bisa menggunakan akan mendorong rumah sakit memenuhi kebutuhan
proksi tingginya persentasi kunjungan rawat medis yang diperlukan (Handayani et all, 2018)
jalan. Dalam penelitian ini biaya laboratorium Kelemahan penggunaan data aktual akan menye-
dan UTD dialokasikan berdasarkan jumlah babkan penghitungan yang unit cost yang under-
kunjungan. Hal ini berlaku juga pada pusat costing maupun overcosting. Undercosting terjadi
biaya radiologi dan fisioterapi. manakala suatu produk menggunakan sumberdaya
4. Radiologi dan Fisioterapi, terdiri atas biaya yang banyak tetapi dilaporkan memiliki unit cost
operasional penggunaan reagen, bahan medis yang rendah, sebaliknya overcosting yaitu produk
habis pakai, penggunaan peralatan radiologi mengkonsumi sumberdaya yang sedikit tetapi mem-
dan fisioterapi sekaligus biaya operator punyai unit cost yang tinggi. Pada produk-produk
penggunaan alat tersebut. Setelah memperoleh yang mengalami overcost maupun undercost maka
alokasi dari unit farmasi dan laboratorium akan saling meng-adjust. Hal ini terjadi karena total

Tabel 3. Perhitungan Unit Cost pada Instalasi Rawat Jalan


Keterangan Total Cost Output Pelayanan Unit Cost

Poli Penyakit Dalam 1.575.803.138 7.353 214.307,51

Poli Kandungan 1.070.222.392 3.943 271.079,63

Poli Bedah 976.080.566 1.268 312.245,86

Poli Anak 595.446.627 1.729 344.387,87

Poli Mata 209.371.696 470 445.471,69

Poli THT 260.074.887 448 579.231,37

Poli Gigi dan Mulut 254.651.407 410 621.100,99

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 48 Volume 3, Nomor1


biaya produksi dibagi habis rata (uniformly spread) dan membaginya dengan jumlah kunjungan tanpa
ke semua jenis produk tanpa mempertimbangkan memperhatikan kasus atau penyakit yang terjadi
penggunaan sumberdaya. Kondisi ini yang disebut pada masing-masing poli. Akumulasi dan alokasi
sebagai subsidi silang (product cost cross subsidiza- biaya pada instalasi rawat jalan di RSUD X Jam-
tion). bi menggunakan metode step down menunjukkan
Secara teoritis, dengan mengetahui unit cost dan biaya satuan pada poli penyakit dalam, poli kand-
kemampuan membayar masyarakat maka RS dapat ungan, poli bedah, poli anak, poli mata, poli THT,
meningkatkan pemerataan dan keadilan dengan poli gigi dan mulut berturut-turut adalah sebesar
mlihat seberapa besar subsidi dan siapa yang me- Rp 214.307,51; Rp 271.079,63; Rp 312.245,86;
nikmati subsidi tersebut (Djuhaeni, 2009). Hasil Rp 344.387,87; Rp 445.471,69; Rp579.231,37 dan
perhitungan unit cost menggunakan data actual RP 621.100,99. Biaya satuan tertinggi terjadi di poli
pada tabel 3 menunjukkan unit cost yang mengalami gigi dan mulut sedangkan biaya satuan terendah di
undercosting yaitu pada poli penyakit dalam dima- poli penyakit dalam. Hasil perhitungan biaya satuan
na unit cost sebesar Rp 214.307,51. Hal ini dikare- dilakukan secara agregat dengan membagi total cost
nakan denominator yang digunakan dalam peneli- pada masing-masing poli dan membaginya dengan
tian ini adalah jumlah kunjungan pada poli penyakit jumlah kunjungan tanpa memperhatikan kasus atau
dalam yang cukup tinggi yaitu 7.353 kunjungan penyakit yang terjadi pada masing-masing poli.
tanpa memperhatikan tingkat keparahan atau je- Saran
nis-jenis penyakit yang dilayani di poli penyakit da- Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi per-
lam tersebut. Menurut Sulistyarini (2012) semakin timbangan dalam perubahan ataupun penyesuaian
besar output maka akan semakin rendah pula biaya tarif layanan dan menjadikan bahan evaluasi pada
satuan, sampai batas tertentu karena bila tingkat pe- poli rawat jalan agar lebih efisien dalam pengelo-
layanan terus ditingkatkan maka akan diperlukan laanya.Tentunya ini akan menjadi tantangan bagi RS
tambahan faktor input. karena dalam penetapan tarif yang berlaku harus
Biaya satuan per kunjungan/pasien pada poli gigi didasarkan pada perhitungan unit cost yang matang,
dan mulut adalah sebesar Rp 621.100,99. Hal ini valid dan akurat serta mempertimbangkan kemam-
memperlihatkan kasus overcosting yang dikarenakan puan dan kemauan membayar masyarakat.
denominator yang digunakan adalah jumlah kun-
jungan di poli gigi (sebanyak 410 kunjungan), se- Referensi
mentara pelayanan di poli gigi dan mulut jenisnya Ambarriani, A. S. 2012. Informasi Unit Cost di Ru-
bervariasi dalari cabut gigi, scalling, tambal dan se- mah sakit Untuk Apa?, manajemenrumahsakit.net.
bagainya. Apabiladata yang tersedia lebih baik dan Conteh, L. and Walker, D. 2004. Cost and unit cost
lengkap maka perhitungan unit cost bisa di-break- calculations using step-down accounting, Health
down berdarkan jenis-jenis layanan di poli gigi dan Policy and Planning. 9(2) doi: 10.1093/heapol/
mulut. Begitu juga yang terjadi pada perhitungan czh015.
unit cost lainnya. Djuhaeni, H. 2009. Jasa Pelaksana Pelayanan di Ru-
mah sakit Umum Daerah (Teori dan Praktis).
Kesimpulan dan Saran Bandung.
Kesimpulan Hansen, D. R. and Maryanne, M. 2005. Akuntansi
Akumulasi dan alokasi biaya pada instalasi rawat Manajemen. 8th edn. Jakarta: Salemba Empat.
jalan di RSUD X Jambi menggunakan metode step Hongren, Charles. T, Datar, Srikant M, Foster,
down menunjukkan biaya satuan pada poli penyakit George.2008. Akuntansi Biaya: Penekanan Ma-
dalam, poli kandungan, poli bedah, poli anak, poli najerial; Alih bahasa Desi Ahariani. Jakarta: PT
mata, poli THT, poli gigi dan mulut berturut-turut Indeks
adalah sebesar Rp 214.307,51; Rp 271.079,63; Handayani, et al. 2018. Unit Cost Rumah sakit dan
Rp 312.245,86; Rp 344.387,87; Rp 445.471,69; Tarif Ina-CBGs: Sudahkan Pembiayaan Pelayanan
Rp579.231,37 dan RP 621.100,99. Biaya satuan Kesehatan Rumah sakit Dibayar dengan Layak?
tertinggi terjadi di poli gigi dan mulut sedangkan Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 21 (4):
biaya satuan terendah di poli penyakit dalam. Hasil 219-227.
perhitungan biaya satuan dilakukan secara agregat Shepard, D. S., Hodgkin, D. and Anthony, Y. 1998.
dengan membagi total cost pada masing-masing poli Analysis of hospital costs: a manual for manag-

Economic Evaluation of Cetuximab for Metastatic 49 Putri, Setiawan, Saldi, Chandra, Megraini, P
ers. Institute for Health Policy, Heller School, Pustaka Kesehatan. 1(1), pp. 7–14.
Brandeis University, Waltham, MA, pp. 1–85. . Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 ten-
Sulistyarini, Nily. Moediarso, Bendrong. 2012 tang pengelolaan keuangan badan layanan
Analisis Biaya Unit Pelayanan Otopsi dengan umum
Metode Distribusi Ganda. Jurnal Kedokteran Peraturan Meneri Dalam Negeri Nomor 61 tahun
Forensik Indonesia, Vol. 14 No. 3 Juli-Septem- 2007 tentang pedoman teknis pengelolaan
ber. keuangan badan layanan umum daerah
Sugiyarti, A. T., Nuryadi and Christyana, S. 2013. Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor
Analisis biaya satuan (unit cost) dengan metode 32 tahun 2015 tentang perubahan atas Pera-
activity based costing (ABC) studi kasus di poli turan Bupati Nomor 56 tahun 2013 tentang
mata RSUD Balung Kabupaten Jember. Jurnal tarif pelayanan kesehatan selain kelas III.

Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia 50 Volume 3, Nomor1

Anda mungkin juga menyukai