Anda di halaman 1dari 65

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI RUMAH


SAKIT
Pengampu: Dr. Abdul Azis, BE.SKM.MM.MARS

Disusun Oleh :

Dwiky Ananda Ramadhan


NPM : 206080163
Angkatan XXXIIIB

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2022
UJIAN AKHIR SEMESTER

Soal NO. 1
PENGEMBANGAN INVESTASI PERALATAN RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT
X

Note perhatikan baik baik nilai investasinya


Permasalahan
Instalasi Radiologi di Rumah Sakit X sendiri mulai ada sejak bulan Desember 2013.
Pengadaan peralatan Radiologi itu sendiri dilakukan secara kerjasama operasional oleh
pihak ketiga atau dengan istilah investasi dari pihak ketiga. Selama kurun waktu 5 tahun
ini, belum pernah dilakukan kelayakan investasi dari pengadaan peralatan radiologi dari
pihak investor. Berdasarkan tahun 2013-2018 statistik jumlah pasien di Rumah Sakit X
selalu mengalami kenaikan yang yang signifikan. Adanya rencana pengembangan unit
radiologi untuk melakukan peremajaan peralatan yang di tujukan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan radiologi yang selama ini di pakai, pengembangan investasi peralatan
radiologi di RS X.
Investasi pada dasarnya merupakan usaha menanamkan sumber daya (modal) dalam
kegiatan usaha/bisnis. Investasi biasanya ditanamkan pada sebuah proyek baru ataupun
pengembangan proyek yang sudah berjalan. Kegiatan investasi ini ditujukan untuk
memperoleh berbagai manfaat yang dapat berupa keuntungan finansial, seperti: laba,
atau manfaat non finansial seperti : misi sosial, kecepatan
dalam pelayanan, kelengkapan dalam hal pelayanan seperti dalam pemenuhan
kebutuhan alat penunjang medis berupa peralatan radiologi, dalam melakukan investasi
tersebut setiap perusahaan umumnya akan berusaha agar perluasannya dapat
berkembang sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu untuk mendapatkan laba sebesar
besarnya untuk kelangsungan hidup perusahaan, sehingga seberapa lama pengembalian
dana, yang ditanam di proyek tersebut menjadi sangat penting. Artinya, sebelum
perusahaan menanamkan investasi untuk perluasan usaha baru, maka terlebih dahulu
perlu diketahui apakah proyek atau investasi yang akan di lakukan dapat
mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dalam proyek tersebut dengan jangka
waktu tertentu. Selain itu agar dapat

2
melihat investasi yang di jalankan dapat memberikan keuntungan finansial seperti yang
diharapkan.
Studi Kelayakan Bisnis (SKB) merupakan kegiatan yang dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut pada Rumah Sakit X karena SKB adalah suatu kegiatan yang
mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan,
dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan dengan
menganalisis berbagai macam aspek.
Metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif tanpa
menggunakan hipotesis. Pendekatan kuantitatif diperoleh dari biaya-biaya yang
berhubungan dengan semua biaya operasional investasi pengadaan peralatan Radiologi
di Rumah Sakit X selama kurun waktu 5 tahun.
Pendekatan kualitatif diperoleh dengan wawancara pada pihak-pihak yang terkait
dengan radiologi. Subjek adalah manajemen khususnya bagian keuangan sebanyak 1
orang, kepala bagian radiologi sebanyak 1 orang dan wakil direktur atau kepala bidang
penunjang medis di Rumah Sakit X terkait tata kelola unit radiologi serta pendapatan
dan pengeluaran dan hasil keuntungan yang diperoleh unit radiologi selama kurun
waktu 5 tahun, mulai bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Desember 2018.
Variabel yaitu biaya operasional peralatan radiologi yang terdiri dari gaji, invest, makan,
penyusutan alat, bahan habis pakai, alat tulis kantor, biaya umum seperti telepon, listrik,
air. Biaya investasi adalah biaya yang terdiri dari depresiasi gedung, depresiasi alat.
Biaya pemeliharaan adalah biaya pemeliharaan gedung dan alat.
Pengolahan data dilakukan dengan foto dokumentasi dan catatan dan hasilnya
dikumpulkan, editing, dikelompokkan, penghitungan, pengolahan data, penyajian data
dalam bentuk narasi dan interpretasi data dengan menghubungkan dengan teori yang
ada.

Dari permasalan tersebut tugas saudara adalah buatlah analisis kelayakan investasi
dengan metode :
a. PP (Payback Periode)
b. ARR (Average Rate of Return)
c. NPV (Net Present Value)
d. IRR (Internal Rate of Return)
e. PI ( Profitabilitas Indeks)

3
Dengan nilai investasi sebesar Rp. 46.000.000,-

Metode ini digunakan untuk mengukur berapa tingkat pengembalian intern yang
diperoleh dari suatu investasi. Berikut ini tabel :
1. Perhitungan Net Present Value dengan Discount Factor 9 %
2. Hasil IRR dari PV AKB kedua dengan DF sebesar 35%

Lakukan analisa dan pembahasannya


Diketahui :

No Tahun Total Total Sisa Pajak Laba bersih


Pendapatan Pengeluaran investasi 10%

1 2014 26.070.000 19.356.500 6.713.500 671.350 6.042.150


2 2015 46.834.000 35.695.500 11.138.500 1.113.850 10.024.650
3 2016 67.132.000 50.770.000 16.354.200 1.635.420 14.718.780
4 2017 90.222.000 66.735.600 23.486.400 2.348.640 21.137.760
5 2018 119.368.500 90.196.250 29.172.250 2.917.225 26.255.025
Jumlah 349.626.500 262.753.850 86.872.650 8.687.265 78.185.385

Jawab :
1. Dari permasalan tersebut, maka analisis kelayakan investasi dengan metode :
a. PP (Payback Periode)
b. ARR (Average Rate of Return)
c. NPV (Net Present Value)
d. IRR (Internal Rate of Return)
e. PI (Profitabilitas Indeks)
Dengan nilai investasi sebesar Rp.46.000.000.-

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibuat analisis kelayakan investasi


dengan metode dan pembahasan sebagai berikut:
a) Metode PP (Payback Periode)

4
Metode payback periode (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka
waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha.

𝑃𝑃 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 × 12
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Kriteria pada PP:


Jika PP < waktu maksimum, maka usulan proyek atau usaha dapat diterima
Jika PP > waktu maksimum, maka usulan proyek tersebut ditolak
Berdasarkan tabel pendapatan bersih tahunan di atas dapat kita hitung PP
yaitu sebagai berikut:
Total investasi Rp. 46.000.000,00.-
Pendapatan bersih tahun ke-1 Rp. 6.042.150,00.-
Rp. 39.957.850,00.-
Pendapatan bersih tahun ke-2 Rp. 10.024.650,00.-
Rp. 39.933.200,00.-
Pendapatan bersih tahun ke-3 Rp. 14.718.780,00.-
Rp. 15.214.420,00.-

Dikarenakan pendapatan bersih untuk tahun ke-4 melampaui sisa investasi


dari tahun ke-3 maka dapat kita hitung sebagai berikut:
𝑅𝑝. 15.214.420,00,∙
𝑃𝑃 = × 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 × 30 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑅𝑝. 21.137.760,∙
= 259 ℎ𝑎𝑟𝑖

Jadi, berdasarkan perhitungan Payback Periode dapat disimpulkan bahwa


modal akan Kembali dalam jangka waktu 3 tahun 253 hari. Karena Payback
Periode lebih cepat dari nilai ekonomisnya maka investasi peralatan radiologi
layak dan dapat dikembangkan.

b) ARR (Average Rate of Return)

5
Metode ini merupakan cara untuk mengukur rata-rata pengembalian bunga
dengan cara membandingkan rata-rata laba sebelum pajak EAT dengan rata-
rata investasi. Metode ini digunakan untuk mengukur berapa tingkat
keuntungan rata-rata yang diperoleh dari suatu investasi.

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐸𝐴𝑇 (𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥)


𝐴𝑅𝑅 = ×
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 (𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡)
100%

Dengan:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝐴𝑇
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐸𝐴𝑇 =
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 (𝑛)

𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 =
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠 (𝑛)

Berdasarkan tabel pendapatan bersih tahunan di atas dapat kita hitung ARR
yaitu sebagai berikut:

𝑅𝑝. 78.185.385,00,∙
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐸𝐴𝑇 = 5
= 𝑅𝑝. 15.637.077,00,∙

𝑅𝑝. 46.000.000,00,∙
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 =
5
= 𝑅𝑝. 9.600.000,00,∙
𝑅𝑝. 15.637.077,00,∙
𝐴𝑅𝑅 × 100%
= 𝑅𝑝. 9.200.000,00,∙

= 169,9%
Berdasarkan data di atas, hasil ARR-nya > dari tingkat keuntungan yang
disyaratkan yaitu sebesar 100%, maka proyek diterima.

c) NPV (Net Present Value)


NPV merupakan metode analisis keuangan yang memperhatikan adanya
perubahan nilai uang karena faktor waktu, proyeksi arus kas dapat dinilai

6
sekarang (periode awal investasi) melalui pemotongan nilai dengan faktor
pengurang yang dikaitkan dengan biaya modal (presentasi bunga).

𝑁𝑃𝑉 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑉 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑉 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

Kriteria nilai NPV adalah:


Jika NPV > 0, maka investasi diterima
Jika NPV < 0, maka investasi ditolak

Metode ini untuk mengukur kelayakan investasi, dimana seluruh proyeksi arus kas
bersih di masa depan harus dinyatakan ke dalam nilai sekarang yang dikonversikan
dengan tingkat suku bunga atau discount factor (DF). Perhitungan NPV merupakan
perkalian antara net cash value atau pendapatan bersih setelah pajak dikalikan
dengan DF. DF yang dipakai disesuaikan dengan tingkat suku bunga deposito yaitu
10%.
1
𝐷𝐹 =
(1 + %)𝑛

Keterangan:
n = tahun perhitungan

Adapun perhitungan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Perhitungan NPV dengan DF 10%


Tahun ke- Total Pendapatan DF Investasi NPV
n Bersih 10%
0 - 46.000.000 1 - 46.000.000 -
1 6.042.150 0,909 5.540.652
2 10.024.650 0,841 8.430.731
3 14.718.780 0,772 11.362.898
4 21.137.760 0,708 14.965.534
5 26.255.025 0,649 17.039.511
Total 57.339.326
NPV 11.339.326

7
Berdasarkan perhitungan di atas, NPV nya bernilai positif dan nilainya > 0, maka
rencana pengembangan investasi yang akan dilakukan layak untuk dilakukan.

d) IRR (Internal Rate of Return)


IRR adalah tingkat bunga yang akan diterima (PV future proceeds) sama
dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (IV capital outlays).
𝑃2 − 𝑃1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑃1 − 𝐶1 ×
𝐶2 − 𝐶1

Keterangan:
P1 = Tingkat suku bunga 1
P2 = Tingkat suku bunga 2
C1 = NPV 1
C2 = NPV 2

Kriteria penilaian IRR adalah:


Jika IRR > dari suku bunga yang telah ditetapkan, maka investasi diterima
Jika IRR < dari suka bunga yang telah ditetapkan, maka investasi ditolak

Metode ini digunakan untuk mengukur berapa tingkat pengembalian intern yang
diperoleh dari suatu investasi. Berikut ini tabel yang menunjukkan hasil IRR dari
PV AKB kedua dengan DF sebesar 40%.

Tabel 3. Hasil IRR dan PV AKB Kedua dengan DF 40%


Tahun Aliran Kas Bunga PV Kas Bunga PV Kas
Bersih 10% Bersih 40% DF Bersih
DF
2014 6.042.150 0,917 5.540.652 0,740 4.471.191
2015 10.024.650 0,841 8.430.731 0,548 5.493.508
2016 14.718.780 0,772 11.362.898 0,406 5.975.825

8
2017 21.137.760 0,708 14.965.534 0,301 6.362.466
2018 26.255.025 0,649 17.039.511 0,223 5.854.871
Total PV Proceeds 57.339.326 28.157.860

NPV 1 = C1 = Total PV 1 – Total Investment


= Rp.57.339.326 – Rp.46.000.000
= Rp. 11.339.326.-
NPV 2 = C1 = Total PV 2 – Total Investment
= Rp.28.157.860.- – Rp.46.000.000.-
= Rp. -17.842.140.-
P1 = 9% = 0,09
P2 = 35% = 0,35

𝐼𝑅𝑅 = 0,09 − 11.339.326 0,35 − 0,09


× −17.842.140 − 11.339.326
−2.948.225
= 0,09 +

−32.129.690
= 0,09 + 0,091 = 0,181 × 100%
= 18,1%
Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 18,1% lebih besar dari bunga
deposito sebesar 10% maka IRR diterima.

e) PI (Profitabilitas Index)
PI adalah rasio atau perbandingan antara jumlah nilai arus kas selama umur
ekonomisnya dan pengeluaran awal proyek.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑉 𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ


𝑃𝐼 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

Kriteria untuk PI yaitu:


Jika P1 > 1,00 maka proyek dinilai layak
Jika P1 < 1,00 maka proyek dinilai tidak layak

Metode ini digunakan untuk membandingkan nilai sekarang dari arus kas bersih

9
terhadap pengeluaran awalannya.

10
𝑅𝑝. 78.185.385,∙
𝑃𝐼 = 𝑅𝑝. 46.000.000,00,∙
= 1,69

Berdasarkan penelusuran, PI hasilnya adalah 1,69. Berarti investasi peralatan


radiologi di RS X layak dilakukan dan dikembangkan, karena syarat P1
diterima adalah > 1,00.

Penjelasan:
Berdasarkan informasi dari pihak investor, unit radiologi dibangun dengan total
investasi kurang lebih Rp. 48.000.000,00.-. Nilai itu berasal dari pembelian pesawat
rontgen dan perlengkapanya serta pembuatan renovasi ruang radiologi. Berdasarkan
informasi pihak investor nilai ekonomis dari peralatan radiologi itu di perkirakan sekitar
5 tahun. Untuk menilai kelayakan investasi yang telah dilakukan dapat diketahui dengan
beberapa metode antara lain:
a) PP
Hasil perhitungan PP sendiri diperoleh bahwa modal akan kembali pada kurun
waktu 3 tahun 293 hari, lebih cepat dari umur ekonomis dari peralatan yang
diinvestasikan yaitu 5 tahun. Hal ini bisa menjadi acuan bahwa investasi yang
dilakukan layak untuk dikembangkan.
Suatu usulan proyek investasi akan diterima jika periode pengembalian yang
dihasilkan lebih cepat dari yang disyaratkan. Sebaliknya, jika periode
pengembalian yang dihasilkan lebih lama dari yang disyaratkan, maka usulan
proyek investasi tersebut ditolak.
b) ARR
ARR ini digunakan untuk mengukur berapa tingkat keuntungan rata-rata yang
diperoleh dari suatu investasi. Setelah dilakukan perhitungan dari data yang ada
diperoleh hasil ARR sebesar 162.89%. Berdasarkan hasil tersebut dapat
menggambarkan bahwa investasi itu layak untuk dikembangkan karena tingkat
keuntungan yang diperoleh melebihi tingkat keuntungan sebesar 100 %, maka
investasi ini diterima atau layak dikembangkan.

c) NPV

11
NPV ini digunakan untuk menilai masa sekarang. Didapat nilai sebesar
7.252.878,30, karena NPV menunjukkan nilai yang positif atau lebih dari 0 maka
dapat disimpulkan bahwa proyek tersebut layak untuk dilaksanakan.
Keputusan tentang apakah suatu usulan proyek investasi diterima atau ditolak
ditentukan oleh nilai NPV-nya. Jika NPV positif, artinya dana yang diinvestasikan
dalam proyek tersebut dapat menghasilkan PV arus kas lebih tinggi dari PV
investasi awal. Sebaliknya, jika NPV negatif artinya dana yang diinvestasikan
dalam proyek tersebut dapat menghasilkan PV arus kas yang lebih rendah dari
nilai sekarang investasi awal. Dengan demikian, suatu usulan proyek investasi
diterima jika NPV > 0. Sebaliknya, suatu usulan proyek ditolak jika NPV < 0.
d) IRR
IRR dipergunakan untuk mengevaluasi profitabilitas rencana investasi dengan
memperhatikan nilai uang. Setelah menghitung IRR dengan suku bunga 10 %
diperoleh hasil IRR sebesar 17,23%. Dengan demikian berdasarkan nilai IRR
yang lebih tinggi dari tingkat suku bunga menjadi dasar bahwa investasi tersebut
layak untuk dikembangkan.
Suatu usulan proyek investasi diterima jika IRR-nya lebih tinggi atau sama
dengan biaya modal atau tingkat suku bunga atau IRR. Sebaliknya, suatu usulan
proyek invetasi ditolak jika IRR-nya lebih rendah dari biaya modal/tingkat suku
bunga RRR.
e) PI
PI ini digunakan untuk membandingkan nilai sekarang dari arus kas bersih
terhadap pengeluaran awalnya. Berdasarkan perhitungan data yang ada telah
diperoleh hasil PI sebesar 1,15. Karena PI > 1,00 maka investasi yang dilakukan
layak untuk dikembangkan. Suatu investasi akan diterima jika PI-nya > 1,00, dan
sebaliknya akan ditolak jika PI-nya < 1,00.
Hasil penjelasan dari semua aspek dalam penentuan kelayakan investasi yang
dilakukan di Rumah Sakit X telah menunjukkan hasil yang positif untuk
pengembangan unit radiologi. Diharapkan manajemen dan investor dapat
mengembangkan peralatan radiologi sesuai dengan perkembangan peralatan
kesehatan khususnya di bidang radiologi agar tidak tertinggal oleh kemajuan
teknologi dan keinginan dari pasar yang semakin bersaing. Selain itu diharapkan

12
agar Rumah Sakit X tidak hanya mengejar keuntungan saja dalam pelayanan
kesehatan.

13
2. Berikan Argumentasi bahwa Perkembangan Teknologi Kesehatan perlu
dilakukan sebutkan dan jelaskan?
Jawab :
Sejarah dan Penilaian Teknologi Kesehatan:
 Secara umum teknologi didefinisikan sebagai pemanfaatan ilmu
pengetahuan untuk tujuan praktis
 Yang dimaksud dengan teknologi kesehatan adalah semua jenis
intervensi yang digunakan dalam bidang kedokteran/kesehatan guna
tujuan promosi, prevensi, skrining, penegakandiagnosis, pengobatan,
rehabilitasi, dan perawatan jangka panjang. Teknologikesehatan
mencakupobat, bahan biologis, prosedur medis maupun bedah, sistem
penunjang, serta sistem organisasi dan manajerial.
 Penilaian teknologi kesehatan (PTK) merujuk pada evaluasi sistematik
terhadap karakteristik dan dampak distribusi serta penggunaan teknologi
kesehatan. Evaluasi sistematik tersebut bersifat multidisiplin yang
mencakupaspek keamanan, efikasi, efektivitas, sosial, ekonomi,
organisasi, manajemen, etika, hukum, budaya, dan agama
 Dari definisi di atas serta definisi-definisi lain yang ada, nyatalah bahwa
kata teknologi tidak hanya mencakup hal-hal yang berkaitan dengan alat
teknis seperti ultrasonografi (USG), magnetic resonance imaging (MRI),
atau positron emission tomography (PET). Teknologi kesehatan
mencakup semua jenis prosedur yang dipergunakan dalam kedokteran
dan kesehatan dari tujuan promosi sampai perawatan paliatif jangka
panjang.
Teknologi kesehatan terus selalu berkembang dari waktu ke waktu dengan
kecepatan yang makin tinggi. Upaya perkembangan tersebut didasari oleh rasa
tidak puas terhadap apa yang ada sekarang sehingga orang berupaya
memperbaikinya; dengan kata lain ingin meningkatkan kualitas pelayanan
Kesehatan. Untuk mengkaji pelbagai aspek tersebut diperlukan proses penilaian
teknologi kesehatan (PTK), yang melakukantelaah secara komprehensif,
sistematis, dan bersifat transparan terhada semua aspek penggunaan teknologi
yang telah ditawarkan oleh para peneliti tersebut.

14
Perkembangan pelayanan kesehatan yang amat pesat pada saat ini telah
menguatkan dimensi lain dalam pelayanan yang disebut sebagai nilai (value)
pelayanan kesehatan, baik dalam ranah komunitas maupun ranah klinis. Nilai
suatu pelayanan searah dengan kualitas, namun berbanding terbalik dengan
biaya. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ditandai dengan menurunnya
mortalitas dan morbiditas, meningkatnya kualitas hidup (quality of life), disertai
dengan kepuasan pelanggan / pasien, serta meningkatnya taraf kesehatan
masyarakat. Sedangkan biaya tidak hanya berarti uang namun juga ketersediaan
fasilitas, sumber daya manusia, waktu yang diperlukan untuk pelayanan, dan
lain- lain.
Perkembangan Teknologi Kesehatan merajuk pada evaluasi sistematik
bersifat multidisiplin yang mencakup aspek keamanan, efikasi, efektivitas,
sosial, ekonomi, organisasi, menejemen, etika, hukum, budaya dan agama.
Teknologi Kesehatan mencangkup semua jenis prosedur yang dipergunakan
dalam kedokteran dan tujuan promosi sampai perawatan paliatif jangka Panjang.
Perkembangan Teknologi Kesehatan perlu dilakukan karena:
 Perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang amat cepat termasuk
berkembangnya spesialisasi dan subspesialisasi yang memiliki
karakteristik khas dan masing-masing memerlukan teknologi tersendiri.
 Terbatasnya sumber daya ekonomi, baik di negara yang sedang
berkembang maupun negara maju. Penyerapan teknologi selalu memiliki
dimensi ekonomi, makin canggih teknologi yang diperlukan, cenderung
makin mahal biaya yang harus dikeluarkan.
 Terdapatnya banyak bukti bahwa teknologi Kesehatan tertentu yang
digunakan selama ini ternyata tidak bermanfaat atau bahkan berbahaya,
namun masih ada yang menggunakannya.
 Dilain sisi terdapat bukti bahwa banyak teknologi Kesehatan yang
bermanfaat namun tidak digunakan atau dimanfaatkan sangat terlambat
dalam pelayanan Kesehatan.

15
3. Apa yang melandasi didalam melakukan penilaian keberhasilan rumah sakit
dalam melaksanakan Green Hospital sebutkan dan jelaskan?
Jawab :
Indikasi keberhasilan dalam melaksanakan Green Hospital:
1) Mengurangi konsumsi listrik, bisa dengan cara :
 pemanfaatan cahaya alami
 menggunakan switch timer
 menggunakan jenis lampu hemat energi
 menggunakan AC automatic control
 membuat ventilasi alami berfungsi pada ruang tertentu dan saat
tertentu
2) Hemat Konsumsi air bersih, bisa dengan cara:
 menggunakan kran otomatis
 menggunakan air bekas untuk flushing dan siram taman, cuci
mobil
3) Pencemaran lingkungan, bisa dengan cara:
 mengurangi penggunaan material pollutant
 mengubah perilaku manusia terhadap lingkungan
 mengusahakan Ruang Terbuka Hijau
 memperbanyak tanam pohon
 membuat sumur resapan, biopori, kolam penampungan air hujan
4) Eksploitasi sumber alam, bisa dengan cara:
 menghemat penggunaan kertas dengan menggunakan teknologi
informasi
 menghemat penggunaan bahan bakar
5) Air buangan cuci dan mandi + air hujan dari talang dan atap
 digunakan untuk flushing toilet
 digunakan untuk siram taman cuci mobil
 sebagai cadangan air pompa kebakaran
6) Enersi panas yang keluar dati genset / trafo / boiler
 dimanfaatkan sebagai sumber energi lain
7) Kertas bekas fotokopi

16
 digunakan kembali pada sisi belakangnya
 digunakan untuk keperluan lainnya
8) Mengubah perilaku manusia terhadap lingkungan
 Stop penggunaan bahan mengandung mercury dan PVC
 Tidak menggunakan incenerator yg menghasilkan racun/polusi
udara
 Hemat penggunaan enersi (lampu, AC)
 Hemat penggunaan air dan kertas
 Memilah sampah di tempat pembuangan

Rencana Aksi
1) Melakukan survey untuk pendataan kondisi eksisting meliputi:
 seluruh instalasi mekanikal elektrikal
 seluruh peralatan medis dan kantor
 seluruh jenis material finishing Gedung
2) Melakukan pengkajian terhadap kondisi eksisting, menentukan bagian
apa yang perlu diperbaiki/ diganti dengan material/ system yang ramah
lingkungan:
 pertimbangan biaya
 pertimbangan waktu dan pentahapan
3) Membuat rencana detaiol untuk perubahan sistim utilitas yang ramah
lingkungan (air conditioning, water recycling, water and energy
saving)
4) Membuat rencana detail untuk merubah jenis material non toksik
(flooring, painting, wall covering, roofing, insulation etc)
5) Melakukan “Public Campaing” di lingkungan rumah sakit unetuk
mengubah perilaku manusia (karyawan, pasien dan keluarga)

Berdasarkan intruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 mengemukakan


bahwa ruang terbuka hijau memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Memberikan kesegaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan
b. Memberikan lingkungan bersih dan sehat

17
c. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun bunga, biji, serta buah
atau hasil lainnya.

Penerapan Green Hospital sendiri melihat beberapa aspek seperti:


a. Save the water (hemat air) yaitu dengan cara mendrever penggunaan
air yang efisien dan efektif.
b. Save the energy (hemat energi) adalah mengefisiensikan penggunaan
energi listrik dengan pemanfaatan energy matahari sebagai
penerangan dan pemanasan alami.
c. Waste management (manajemen pengolahan sampah) yaitu
mengelola sampah organik rumah tangga rumah sakit dengan
membuatnya menjadi kompos misalnya.
d. Eco-protection (pelestarian lingkungan) yaitu jika beberapa
komponen diatas dilakukan dalam penerapan greeen hospital maka
langkah selanjutnya adalah melestarikan lingkungan yang telah
tercipta agar menjadi lebih baik lagi.

18
4. Apa yang menjadi resistensi dalam menerapkan green hospital Sebutkan dan
Jelaskan
Jawab:
Selain budaya kerja di Indonesia, masalah yang menjadi resistensi dalam
menerapkan Green Hospital adalah:
a. Lahan Rumah Sakit kurang memadai
b. Belum memahami manfaat green hospital
c. Konsep awal perencanaan rumah sakit yang kurang mendukung green
hospital
d. Keterbatasan sumber dana dalam mewujudkan green hospital
e. Kebijakan pimpinan rumah sakit kurang berpihak dalam mewujudkan
dan mendukung green hospital

19
5. Apa konsep yang anda tawarkan sebagai lulusan MARS yang diminta oleh
pemilik modal investor yang berkeinginan mendirikan rumah sakit untuk
membantu dalam mewujudkan berdirinya satu RS, Berikan penjelasan secara
komprehensif dalam mendirikan sebuah rumah sakit
Jawab:
Sebagai lulusan MARS yang akan membantu keinginan pemilik dalam
mendirikan rumah sakit, langkah-langkah yang akan dijalani adalah:
1) Tahap 1 Ide atau konsep
Pemilik mempunyai keinginan untuk mendirikan suatu rumah sakit
dengan maksud dan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, dengan
demikian visi dan misi dari rumah sakit tersebut secara umum harus
sudah ada terlebih dahulu untuk dilanjutkan kedalam bentuk studi,
apakah keinginan tersebut layak atau tidak (Stakeholder)
2) Tahap 2 Studi Kelayakan
Keinginan pemilik ditindak lanjuti bersama dengan end user dan planners
untuk dituangkan dalam bentuk studi, disebut dengan Studi Kelayakan
(Feasibility Study) yang ditinjau dari berbagai aspek, seperti
kependudukan, sosio-ekonomi, morbiditas dan mortalitas, fasilitas
layanan serta seberapa besar biaya investasi yang dibutuhkan, apakah
investasi tersebut layak atau tidak. (Stakeholder, End user and Planners)
misalnya : Ijin Prinsip UKL-UPL/AMDAL yang sesuai dengan tingkatan
dari rumah sakit.
3) Tahap 3a Rencana Operasional
Mengacu dari hasil studi kelayakan, Pengelola/ Operator bersama dengan
end user serta planners menyusun rencana operasional/ Rencana Kerja
Rumah Sakit yang biasanya dibuat untuk kurun waktu 5 tahun.
Mencakup perlatan (medik & non medik), SDM, Keuangan dan strategi
pencapaian
4) Tahap 3b Master Plan & Detail desain
Bersamaan dengan rencana operasional, dibuat Master Plan fisik dan
Detail Disain dari rumah sakit, pada tahapan ini team yang terlibat juga

20
adalah organisasi/operator, end user dan arsitek serta ahli teknik lainnya
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan fisik rumah sakit.
5) Tahap 4a Pra-Operasional
Pada tahap ini, merupakan tindak lanjut dari rencana operasional rumah
sakit yang telah dibuat bersama oleh pengelola/operator, end user dan
planners dalam hal sistem dan prosedur serta persiapan sumber daya
manusia (rekrutmen, diklat dll), termasuk mengawasi pembangunan rs
bersama konsultan
6) Tahap 4b Konstruksi Fisik
Pada tahap pembangunan fisik oleh kontraktor dan masa pemeliharaan,
tahap ini berkaitan erat dengan kegiatan operasi rs (instalasi alat medik),
pada waktu selesainya konstruksi bangunan akan diadakan serah terima
bangunan ke pemilik yang diwakili oleh pengelola/ operator untuk
digunakan dalam pelaksanaan kegiatannya
7) Tahap 5 Pembukaan & Peresmian
Merupakan tahap akhir dari keseluruhan proses pembangunan rumah
sakit untuk diteruskan dalam kegiatan layanan kesehatan sesuai dengan
maksud dan tujuan awal pendirian rumah sakit yang akan dijalankan oleh
pengelola/ operator pelayanan kesehatan untuk mendapatkan Ijin
Operasional Sementara

Master Plan adalah :


 Rencana membangun atau mengembangkan suatu Rumah Sakit
dilakukan setelah mengetahui Jenis layanan Kesehatan Rumah Sakit serta
kapasitas Tempat Tidur (TT) yang direncanakan dan disediakan untuk
masyarakat sesuai dengan Hasil Kajian Studi Kelayakan/ Feasibility
Study.
 Rencana ini selanjutnya disusun dalam suatu Kajian berupa Penyusunan
Rencana Induk/ Master Plan yang menggambarkan Rencana
Pembangunan dan atau Pengembangan serta Rencana Pentahapan
Pelaksanaannya yang dilihat dari semua aspek secara komprehensif dan
berkesinambungan serta utuh sebagai satu kesatuan Fasilitas Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit.

21
 Master Plan Rumah Sakit ini akan dijadikan dasar acuan dalam
mewujudkan Rencana Pembangunan dan Pengembangan suatu Rumah
Sakit agar baik dan benar, akan menjadi acuan bagi pengelola rumah
sakit maupun konsultan perencana (DED) sehingga masing-masing pihak
dapat memiliki persepsi yang sama. Pedoman ini akan menjelaskan
langkah- langkah atau proses yang perlu dilakukan dalam menyusun
suatu Rencana Induk/ Master Plan Rumah Sakit.
 Ruang lingkup Penyusunan Rencana Induk/ Master Plan ini meliputi
Pembahasan Kecenderungan Eksternal dan Internal, Master Program,
Program Fungsi, Rencana Block Plan dan Konsep Utilitas serta Rencana
Pentahapan Pelaksanaan Pembangunan Fisik Sarana dan Prasarana
Rumah Sakit dari semua aspek secara komprehensif dan
berkesinambungan, yang Tahapan prosesnya dapat dilihat pada bagan
berikut

22
23
Master Program
Master Program dalam Rencana Induk/ Master Plan, dapat terdiri dari:
1) Jenis Layanan dan Unggulan Rumah Sakit
Jenis layanan yang akan diberikan kepada masyarakat tentunya akan
disesuaikan dengan klasifikasi kelas Rumah Sakit yang akan disiapkan.
Jenis layanan tersebut berupa Pelayanan Medik dan Perawatan,
Penunjang Medik dan Operasional, Penunjang Umum dan Administrasi.
Dari jenis layanan yang akan diberikan tentunya perlu adanya suatu
Layanan Unggulan yang akan disiapkan atas dasar kecenderungan pola
penyakit yang terjadi di Rumah Sakit dan di wilayah tempat Rumah Sakit
tersebut berada.
2) Penetapan Kelas Rumah Sakit
Penetapan Kelas Rumah Sakit akan ditinjau dari kecenderungan data
penyakit sehingga dapat memperoleh gambaran Kapasitas Kualitas dan
Kuantitas Layanan Kesehatan yang akan dilakukan, atau klasifikasi kelas
Rumah Sakit sesuai dengan Jenis layanannya serta kesiapan SDM yang
dimiliki dan Fasilitas Sarana dan Prasarana yang akan disediakan (al.
Bangunan, Peralatan dan Jumlah Tempat Tidur/ TT).
3) Kapasitas Tempat Tidur/ TT dan Klasikfikasi Kelas Perawatan
Perhitungan Kapasitas Tempat Tidur/ TT, berupa jumlah TT yang harus
disiapkan oleh Rumah Sakit tersebut. Perkiraan kebutuhan jumlah TT
dapat menggunakan rasio minimal 1/1.000 artinya dari jumlah penduduk
pada wilayah jangkauan Rumah Sakit sejumlah 1.000 orang akan
dibutuhkan 1 TT. Kecenderungan fasilitas pelayanan kesehatan berupa
jumlah total TT pada fasyankes di wilayah tersebut dapat menjadikan
dasar sebagai perhitungan kebutuhan kapasitas TT yang selanjutnya akan
dibagi berdasarkan klasifikasi kelas perawatan sesuai dengan Analisis
Daya Beli masyarakat sekitar sebagai Pangsa Pasar Rumah Sakit serta
pemenuhan Pedoman dan Ketentuan yang berlaku.
4) Perhitungan SDM dan Struktur Organisasi
Dalam hal pemenuhan ketenagaan atau Sumber Daya Manusia (SDM)
perlu mempertimbangkan/ memperhitungkan tenaga seefektif mungkin

24
agar menjadikan suatu Manajemen Rumah Sakit yang baik. Dalam
membentuk suatu Struktur Organisasi dan uraian tugas akan disusun
sesuai dengan klasifikasi kelas Rumah Sakit dan Standar atau Ketentuan
yang berlaku
5) Kebutuhan Ruang Bangunan Rumah Sakit
Kebutuhan Ruang Bangunan Rumah Sakit akan desesuaikan dengan
Jenis dan Kapasitas Layanan serta Aktifitas yang akan diberikan oleh
Rumah Sakit kepada masyarakat. Perhitungan besaran ruangan masing-
masing ruangan pada bangunan berdasarkan fungsi akan dihitung sesuai
dengan standar Arsitektur serta Pedoman Teknis di Bidang Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit. Secara perhitungan kasar Standar Luas Lantai
Bangunan total Rumah Sakit dapat dihitung sebesar 50– 110 m2 / TT.

Program Fungsi
Program Fungsi merupakan suatu penjelasan secara rinci dari
Master Program atau Perumusan Kecenderungan Rumah Sakit dalam bentuk-
bentuk kegiatan pada Rumah Sakit, berupa :
1) Aktivitas Kerja,
a. Dalam Bangunan Rumah Sakit, alur pasien, alur tenaga dan
sirkulasi lainnya (terkait dengan nosokomial),
b. Luar Bangunan Rumah Sakit, infrastruktur lingkungan sirkulasi
kendaraan/ pejalan kaki dll.
2) Hubungan Fungsional
Hubungan antar Fungsi kegiatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang saling berkaitan satu sama lain guna menghasilkan pelayanan yang
sesuai dengan standar dan dengan memperhatikan faktor efisiensi dan
efektifitas dalam segala bidang. Rencana Fisik Bangunan dari sebuah
Rumah Sakit pada dasarnya menjelaskan segala hal yang terkait dengan
upaya penetapan lokasi kerja setiap unit pekerjaan dalam bentuk Rencana
Zonasi / Rencana Kelompok Peruntukan Ruang dan atau Rencana Blok
Bangunan Rumah Sakit sesuai dengan luasan lantai dan fungsinya
bangunan guna memenuhi kebutuhan utama dan penunjangnya

25
3) Pengelompokan/ Zonasi,
Pengelompokkan/ zonasi rumah sakit pengkategoriannya yaitu zonasi
berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, zonasi
berdasarkan privasi dan zonasi berdasarkan pelayanan.
a. Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit
b. Zonasi berdasarkan privasi
c. Zonasi berdasarkan pelayanan
4) Pola Sirkulasi Kegiatan Rumah Sakit
Pada dasarnya jalur sirkulasi adalah jalur yang menjadi titik hubung
antara satu pola aktifitas dengan aktifitas lainnya, baik itu kegiatan yang
berhubungan dengan pelayanan medis, penunjang medis dan
administrasi. Sirkulasi dalam Bangunan, kemudahan dalam mencapai
lokasi baik secara horizontal maupun vertikal secara langsung maupun
tidak langsung dengan pemakaian petunjuk arah.
5) Kebutuhan Pembiayaan
Penjabaran kebutuhan biaya pembangunan Rumah Sakit secara
keseluruhan

Rencana blok dan konsep Utilitas


1) Perencanaan Blok Plan Rumah Sakit,
Di rencanakan secara keseluruhan sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit
mendatang atas dasar jenis layanan, jumlah SDM, Struktur Organisasi,
Kapasitas TT, kelas Rumah Sakit yang telah dihitung dalam peritungan
kebutuhan luas ruang bangunan Rumah Sakit dengan
mempertimbangkan pedoman serta kebijakan Daerah setempat. Blok
Plan ini dapat dibangun secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan Sumber Daya (Keuangan, Manusia dan
Peralatan) yang tersedia.
2) Perencanaan Konsep Utilitas
Kebutuhan Pelayanan Jaringan Utilitas bagi kawasan Rumah Sakit
merupakan suatu keharusan, karena keberadaannya akan sangat
mempengaruhi kelancaran kegiatan Rumah Sakit, mencakup: air (bersih
dan kotor), komunikasi dan data, listrik, gas dst.

26
Rencana Induk / Master Plan
Pentahapan pembangunan Rumah Sakit adalah bagian utama dari
Rencana Induk/ Master Plan Rumah Sakit, pada bagian ini akan didapat
bagaimana rencana dan langkah-langkah dari tahapan yang harus dilakukan oleh
pihak Penentu (Pemilik/Penyandang Dana ataupun Pengelola Rumah Sakit)
dalam rangka mewujudkan target dan sasarannya dalam membangun dan
mengembangkan Rumah Sakit dari aspek-aspek penentunya mencakup aspek-
aspek penentunya, yaitu:
1) Rencana Pentahapan Penyediaan Fisik Rumah Sakit,
2) Rencana Pentahapan Penyediaan Sumber Daya Manusia/ SDM Rumah
Sakit,
3) Rencana Pentahapan Penyediaan Sumber Daya Alat/ SDA Rumah Sakit,
4) Rencana Pentahapan Penyediaan Pembiayaan Pembangunan Rumah
Sakit,
Disusun dengan mengkaitkannya kepada kesiapan dana/ keuangan/ pembiayaan
dan target waktu serta sasaran Rencana Strategi dan Rencana Bisnis yang akan
dicapai.

Pembangunan Non Fisik Tahap 1


 Estimasi Biaya Pelaksanaan Pembangunan
 Estimasi Biaya Pengadaan Peralatan (Medik & Non Medik)
 Kebutuhan Sumber Daya Manusia
 Estimasi Biaya operasional tahap 1 (modal kerja
dll) Pembangunan Non Fisik Tahap 2
 Estimasi Biaya Pelaksanaan Pembangunan
 Estimasi Biaya Pegadaan Peralatan (Medik & Non Medik)
 Kebutuhan Sumber Daya Manusia
 Estimasi Biaya operasional tahap 2 (modal kerja
dll) Pembangunan Non Fisik Tahap 3
 Estimasi Biaya Pelaksanaan Pembangunan
 Estimasi Biaya Pegadaan Peralatan (Medik & Non Medik)
 Kebutuhan Sumber Daya Manusia

27
 Estimasi Biaya operasional tahap 3 (modal kerja
dll) Pembangunan Non Fisik Tahap 4
 Estimasi Biaya Pelaksanaan Pembangunan
 Estimasi Biaya Pegadaan Peralatan (Medik & Non Medik)
 Kebutuhan Sumber Daya Manusia
 Estimasi Biaya operasional tahap 4 (modal kerja dll)

PERSIAPAN
Persiapan pada Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) adalah Tahapan
melakukan Kompilasi Data dari seluruh Data yang didapat dari hasil
Pengumpulan Data yang terdiri dari Data Primer dan Data Sekunder.

KOMPILASI DATA
1) Pengumpulan Data Primer
Dapat dilakukan dengan melalui proses Pengamatan atau Observasi
langsung / Pengamatan atau Observasi Lapangan sehingga akan didapat
seluruh Informasi atau Data secara visual pada wilayah Perencanaan,
dapat pula dilakukan dengan cara Wawancara atau Tanya Jawab kepada
Instansi-instansi dan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan pekerjaan
penyusunan ini dan atau dengan langsung kepada masyarakat umum
selaku salah satu Pelanggan dari Rumah Sakit.
Secara garis besar Data yang didapat dari Pengumpulan Data Primer
adalah :
1. Kondisi Potensi Lahan/ Lokasi
2. Informasi langsung lainnya yang terkait dengan Kondisi dan Potensi
yang ada terkait dengan Standar/ Pedoman dan Ketentuan yang
berlaku serta Sasaran dari Rencana Pembangunan/ Pengembangan
Rumah Sakit serta informasi keinginan yang ada

28
2) Pengumpulan Data Sekunder
Pengambilan Data Sekunder, dapat dilakukan dengan mendatangi pula
masing-masing Instansi lainnya yang berkaitan sesuai dengan data yang
dibutuhkan dalam pekerjaan penyusunan ini. Untuk melaksanakan
pekerjaan ini diperlukan Data Internal/ Data Dalam dari rumah sakit yang
ada dan atau rumah sakit di wilayah sekitarnya, yang terdiri dari :
1. Data Kesehatan pada Rumah Sakit yang ada, meliputi :
o Angka Kesakitan (Morbiditas) Utama Rawat Inap
Angka Kematian (Mortalitas)
o Angka Kelahiran
o Angka Pasien Rujukan
o Data Asal Pasien Rawat Jalan, Rawat Gawat Darurat
dan Rawat Inap
o Jumlah Pasien Rawat Jalan
o Jumlah Pasien Rawat Inap
o Jumlah Hari Rawat
o Angka Rata-rata Hari Rawat secara keseluruhan
o Jumlah dan Jenis Pelayanan Kesehatan
o Jumlah dan jenis Tenaga Kesehatan
o Jumlah dan Jenis Layanan Spesialistik Rumah Sakit
o Jumlah dan Jenis Layanan Penunjang Medik Rumah
Sakit
o Struktur Organisasi Manajemen Rumah Sakit
2. Data Lokasi
o Data Kondisi Lahan Rumah Sakit yang ada dan
pengembangannya
o Bentuk dan Luas Lahan serta Lantai Bangunan yang ada
serta rencana perluasannya
o Kondisi Lingkungan menurut ketentuan daerah setempat.
o Batas lokasi lahan sekelilingnya

29
o Jaringan Listrik, Air Minum, Telkom, Air
Kotor/Limbah, Pemadam Kebakaran, Jaringan Gas dan
Pembuangan Sampah
o Data Penggunaan dan ketinggian Bangunan serta
Dokumen Perencanaan Bangunan yang ada (Arsitektur,
Struktur, Elektrikal dan Mekanikal Bangunan).

3. Data Finansial/Keuangan
o Data Tarif Perawatan yang ada di Rumah Sakit
o Cash Flow Rumah Sakit yang ada
o Data Kinerja Tahunan Rumah Sakit yang ada
4. Data Luar/ Data Eksternal Rumah Sakit dan Lingkungan
a. Data Kesehatan
o Angka Kesehatan (Morbiditas), Penyakit Utama Rawat Jalan di
Puskesmas dan Rumah Sakit
o Angka Kesakitan (Mortalitas), Penyakit Utama Rawat Inap di
Puskesmas dan Rumah Sakit
o Jumlah Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dengan
Tempat
o Tidur dan Puskesmas Keliling
o Jumlah dan Jarak merata Puskesmas Pembantu, Puskesmas DTP
dan Puskesmas Keliling dengan Rumah Sakit di wilayah kerja.
o Jumlah Rumah Sakit di wilayah kerja termasuk Rumah Sakit
Swasta.
o Jarak Antar Rumah Sakit di wilayah Kerja
o Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit di Wilayah Jangkauan Rumah
Sakit.
o Jumlah dan Jenis tenaga dokter umum dan Spesialis di wilayah
kerja.
o Jumlah tenaga kesehatan lainnya diwilayah kerja

b. Data Keadaan Lingkungan Sekitar

30
o Jalan Pencapaian dan Kondisinya serta Klasifikasi Jalan
Lingkungan berupa Jalan Utama maupun Jalan Penghubung
lainnya.
o Utilitas bangunan sesuai yang ada apakah wilayah ini sudah
memiliki jaringan telepon, listrik, air bersih dan saluran
pembuangan serta data kondisinya.
o Kondisi Topografi wilayah perencanaan.
o Rencana peruntukkan tanah di sekitar wilayah perencanaan yang
terkait dengan Rencana Tata Ruang Kota yang ada (RTBL,
RUTR, RDTR, RTRW).
o Iklim dan cuaca setempat diwilayah ini.

5. Data Kesehatan Kota/ Kabupaten


o Data Tarif Perawatan di Rumah Sakit lain sekitar lokasi
o Sebaran Rumah Sakit sekitar wilayah
o Pola penyakit daerah setempat.

6. Data Kebijakan, Pedoman dan Peraturan Pemerintah


o Kebijakan dan pedoman terkait layanan Kesehatan Rumah Sakit.
o Peruntukan Tanah diwilayah setempat.
o Rencana Detail Tata Ruang.
o Peraturan Teknis yang berlaku setempat , antara lain:
1) Garis Sempadan Bangunan (;GSB)
2) Jarak bebas Bangunan
3) Koefisien Lantai Bangunan (;KLB)
4) Tinggi maksimal lantai bangunan
5) Koefisien Dasar Bangunan (;KDB)
6) Koefisien Daerah Hijau (;KDH)
7. Data Demografi
o Luas Wilayah
o Jumlah Penduduk
o Angka Kepadatan

31
o Laju Pertumbuhan Penduduk

8. Data Sosial Dan Budaya


o Agama
o Peranan Masyarakat
o Suku Bangsa

9. Data Ekonomi
o Mata Pencarian
o Tingkat Pendapatan
o Penghasilan setempat berupa Pendapatan Asli Daerah
(;PAD)
o Produk Domestik Regional Bruto (;PDRB) daerah
setempat.

ANALISIS SITUASI

Analisis Situasi dalam Studi Kelayakan (Feasibility Study) dilakukan suatu


analisis dari seluruh aspek-aspek baik dari aspek Eksternal sebagai peluang
ataupun ancaman maupun aspek Internal yang dapat menjadi kekuatan ataupun
kelemahan sehingga aspek-aspek tersebut dapat menjadikan Kecenderungan
suatu Rumah Sakit dalam melakukan pembangunan baru atau melakukan
pengembangan berupa peningkatan status layanan Rumah Sakit tersebut.
Untuk menganalisis aspek Ekternal dan aspek Internal perlu dilakukan proyeksi
berupa forcasting, kecuali data-data yang tidak memungkinkan tetap disajikan
dalam bentuk tabel, diagram batang atau pun diagram pie untuk melihat
kecenderungannya.
Aspek-aspek yang dikaji sebagai analisis situasi diharapkan mendapatkan suatu
kecenderungan Rumah Sakit setelah melakukan segmentasi dan posisioning,
aspek-aspek tersebut antara lain:

32
Aspek Eksternal
Aspek Eksternal yang akan dianalisis guna melihat peluang yang dapat
menjadikan Rumah Sakit untuk terus berkembang di masa mendatang serta
melihat ancaman yang perlu diantisipasi oleh Rumah Sakit agar tidak menjadi
suatu hambatan di dalam operasional Rumah Sakit kedepannya.

1. Kebijakan
Melakukan kajian berupa menganalisis kebijakan dan Pedoman serta
Peraturan baik kebijakan dan pedoman yang terkait dengan pendirian atau
pengembangan suatu Rumah Sakit dari berbagai aspek Ekternal maupun
Peraturan - peraturan Daerah setempat dimana lokasi Rumah Sakit tersebut
berada.
2. Demografi
Pertumbuhan Demografi suatu wilayah dimana lokasi Rumah Sakit tersebut
berada dapat merupakan segmentasi pasar dari layanan kesehatan yang akan
diberikan oleh Rumah Sakit tersebut. Untuk melihat kecenderungan
demografi perlu diproyeksikan hingga maksimum 20 tahun mendatang
dengan dasar data series minimal 3 tahun sebelumnya. Proyeksi demografi
yang dimaksud berupa proyeksi :

a. Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu


berdasarkan kecamatan.
b. Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu
berdasarkan jenis kelamin.
c. Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu
berdasarkan usia.

3. Geografi
Letak Rumah Sakit secara Geografis sangat berpengaruh tehadap posisioning
suatu Rumah Sakit. Posisi lahan Rumah Sakit terhadap Kondisi Wilayah
disebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur beserta Kondisi Sarana
Prasarananya baik sarana kesehatan, perumahan, pendidikan, aksesibilitas
dll,

33
yang merupakan penentu posisioning Rumah Sakit yang akan dibangun
maupun dalam melakukan pengembangan peningkatan layanan kesehatan.
4. Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Sosial Ekonomi
Pada kajian ini melihat proyeksi Sosial Ekonomi pada wilayah dimana
lokasi Rumah Sakit berada dengan memproyeksikan hingga maksimal
20 tahun mendatan dengan dasar data series minimal 3 tahun
sebelumnya terkait dengan kondisi perekonomian penduduk dan
perekonomian daerah setempat, berupa proyeksi :
1) Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu
berdasarkan mata pencaharian
2) Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu
berdasarkan pendidikan
3) Jumlah sarana pendidikan di wilayah tertentu dimana lokasi Rumah
Sakit berada.
4) Laju pertumbuhan ekonomi daerah setempat.
b. Sosial Budaya
Kajian ini melihat proyeksi Sosial Budaya pada wilayah dimana lokasi
Rumah Sakit berada dengan memproyeksikan hingga maksimal 20
tahun mendatang dengan dasar data series minimal 3 tahun sebelumnya
terkait, berupa proyeksi Jumlah penduduk secara keseluruhan pada
wilayah tertentu berdasarkan agama, serta kajian terhadap kebiasaan
atau budaya wilayah terkait dengan pola hidup masyarakat sekitar.

5. Sumber Daya Manusia/ Ketenaga Kerjaan Kesehatan


Kajian terhadap ketersediaan SDM/ Ketenagakerjaan di bidang kesehatan pada
wilayah dimana Rumah Sakit tersebut berada merupakan pertimbangan yang
harus diperhatikan dalam membuat suatu layanan kesehatan Rumah Sakit
terutama dikaitkan dengan layanan unggulan. Ketersediaan Sumber Daya
Manusia/ Ketenagakerjaan di Bidang Kesehatan antara lain :
a. Tenaga medis dan penunjang medis
b. Tenaga keperawatan

34
c. Tenaga kefarmasian
d. Tenaga manajemen Rumah Sakit
e. Tenaga nonkesehatan
6. Derajat Kesehatan
Derajat Kesehatan dalam Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) perlu
dilakukan kajian dengan tujuan melihat kecenderungan derajat kesehatan pada
wilayah tertentu sehingga dalam menyiapkan fasilitas kesehatan Rumah Sakit
sesuai dengan kecenderungan di wilayah dimana lokasi Rumah Sakit berada.
Kajian derajat kesehatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Angka Kematian
b. Angka Kelahiran
c. Angka Kesakitan
d. Jumlah Sarana Kesehatan di wilayah tertentu
e. Jumlah Tempat Tidur tersedia di wilayah tertentu
f. Indikator Kinerja Rumah Sakit di wilayah tertentu

Aspek Internal
Aspek Internal yang akan dianalisis guna melihat kekuatan bagi Rumah Sakit
untuk dapat survive dalam melaksanakan operasional yang akan mengurangi
ancaman yang terjadi, serta melihat kelemahan yang perlu diantisipasi oleh
Rumah Sakit agar tidak menjadi suatu hambatan di dalam operasional Rumah
Sakit kedepannya.
1. Sarana Kesehatan
Kajian Sarana Kesehatan di sekitar wilayah jangkauan pelayanan Rumah
Sakit yang akan dibangun atau pengembangan dimaksud untuk mendapatkan
kecenderungan dalam hal pangsa pasar serta pola penentuan Sistim Tarif di
wilayah tertentu.
2. Pola Penyakit dan Epidemiologi
Kajian Pola Penyakit di Rumah Sakit dimaksudkan untuk melihat
kecederungan Pola Penyakit yang banyak terjadi pada Rumah Sakit tersebut
dengan memproyeksikan kencenderungan Pola Penyakit guna menentukan
unggulan Rumah Sakit.

35
3. Teknologi
Kajian terhadap Kemajuan Teknologi berupa peralatan kesehatan yang terus
menerus mengalami perkembangan tentunya sangat berpengaruh terhadap
Layanan Kesehatan serta kesiapan SDM Rumah Sakit tersebut.
4. SDM/ Ketenaga Kerjaan Rumah Sakit
Kajian terhadap SDM di Rumah Sakit dimaksudkan mengkaji kesiapan SDM
di Rumah Sakit terhadap Jenis Layanan Kesehatan yang akan diberikan
kepada masyarakat sesuai dengan segmentasi dan posisioning dari Rumah
Sakit tersebut.
5. Organisasi
Organisasi di Rumah Sakit tentunya akan berpengaruh terhadap Kegiatan
Operasional Rumah Sakit yang berdampak kepada Kinerja suatu Rumah
Sakit. Bentuk Organisasi akan disesuaikan dengan Jenis Layanan dan
Klasifikasi Rumah Sakit.
6. Kinerja dan Keuangan
Kondisi Kinerja Rumah Sakit dan Kondisi Keuangan Rumah Sakit berupa
Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Sakit akan dikaji dan diproyeksikan
yang diharapkan dapat melihat kecenderungan dan potensi perkembangan
kinerja dan pendapatan Rumah Sakit dimasa mendatang sehingga
mendapatkan gambaran kekuatan atau kelemahan rencana pengembangan
Rumah Sakit tersebut.

ANALISIS PERMINTAAN
Analisis Permintaan dalam Penyusunan Studi Kelayakan (Feasibility Study) akan
membahas tentang Analisis Posisi Kelayakan Rumah Sakit dari 5 (lima) aspek.
Aspek-aspek Kelayakan pada Analisis Permintaan :
 Lahan dan Lokasi
Kelayakan lahan dan lokasi tentunya terkait dengan kecenderungan Letak
Geografis yang terletak pada wilayah dimana kondisi wilayah
disekitarnya sangat mendukung dari aspek penggunaan lahan,
infrastruktur dan

36
aksesibilitas serta kecenderungan demografi di wilayah dimana Rumah
Sakit berada.
 Klasifikasi Kelas RS
Kelayakan Klasifikasi Kelas Rumah Sakit akan ditinjau dari
kecenderungan data penyakit sehingga dapat memperoleh gambaran
Klasifikasi Kelas Rumah Sakit sesuai dengan jenis layanannya serta
kesiapan SDM yang dimiliki.

1. Kapasitas Tempat Tidur (TT)


Perhitungan Kapasitas Tempat Tidur/ TT, berupa jumlah TT yang
harus disiapkan oleh Rumah Sakit tersebut. Prakiraan kebutuhan
jumlah TT dapat menggunakan rasio minimal 1/1.000 artinya dari
jumlah penduduk pada wilayah jangkauan Rumah Sakit sejumlah
1.000 orang akan dibutuhkan 1 TT. Kecenderungan fasilitas
pelayanan kesehatan berupa jumlah total TT pada fasyankes di
wilayah tersebut dapat menjadikan dasar sebagai perhitungan
kebutuhan kapasitas TT yang selanjutnya akan dibagi berdasarkan
klasifikasi kelas perawatan sesuai dengan Analisis Daya Beli
masyarakat sekitar sebagai Pangsa Pasar Rumah Sakit serta
pemenuhan Pedoman dan Ketentuan yang berlaku.
2. Jenis Layanan
Jenis layanan yang akan diberikan kepada masyarakat tentunya akan
disesuaikan dengan klasifikasi kelas Rumah Sakit yang akan
disiapkan. Jenis layanan tersebut berupa pelayanan medik, penunjang
medik, administrasi dan servis.
3. Layanan Unggulan
Dari jenis layanan yang akan diberikan tentunya perlu adanya suatu
layanan unggulan yang akan disiapkan atas dasar kecenderungan pola
penyakit yang terjadi di Rumah Sakit dan di wilayah tempat Rumah
Sakit tersebut berada.

37
ANALISIS KEBUTUHAN
Analisis kebutuhan merupakan analisis mengenai kebutuhan yang harus
disediakan oleh Rumah Sakit secara keseluruhan yang disesuaikan berdasar
analisis permintaan yang telah dilakukan.Analisis kebutuhan ini dapat
memberikan gambaran mengenai rencana pengembangan dari Rumah Sakit
tersebut dilihat dari aspek :
1. Kebutuhan Lahan
Kebutuhan lahan Rumah Sakit dapat dihitung berdasarkan Program Ruang
Rumah Sakit serta kebijakan Pemerintah Daerah setempat mengenai
Intensitas Bangunan berupa Koefisien Dasar bangunan (KDB), Koefisien
Lantai bangunan (KLB), Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Koefisien
Dasar Bangunan (KDH), serta Peruntukan Lahan yang mengizinkan
digunakan sebagai Lahan yang dapat dibangun Rumah Sakit.
2. Kebutuhan Ruang
Kebutuhan Ruang secara keseluruhan dari Rumah Sakit dapat dihitung 1TT
sebesar 80 m2–110 m2 disesuaikan dengan Bentuk dan Klasifikasi Rumah
Sakitnya.
3. Peralatan Medis dan Non Medis
Peralatan Medis dan Non Medis akan disesuaikan dengan Kapasitas dan
Jenis Layanan dari Rumah Sakit tersebut.
4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam hal pemenuhan ketenagaan atau Sumber Daya Manusia (SDM) perlu
mempertimbangkan/ memperhitungkan tenaga seefisien dan seefektif
mungkin agar menjadikan suatu Manajemen Pengelolaan Rumah Sakit yang
optimal.
5. Organisasi dan Uraian Tugas
Organisasi dan Uraian Tugas akan disusun sesuai dengan Bentuk dan
Klasifikasi Rumah Sakit.

38
ANALISIS KEUANGAN
Analisis Keuangan memberikan gambaran tentang rencana penggunaan sumber
anggaran yang dimiliki, sehingga dapat diketahui tingkat pengembalian biaya
yang akan diinvestasikan. Dengan demikian maka pihak pemilik/ investor dapat
melihat tingkat keuntungan yang mungkin akan diperoleh.
Adapun aspek keuangan yang akan dianalisis terdiri dari:
1. Rencana Investasi dan Sumber Dana
2. Proyeksi Pendapatan dan Biaya
3. Proyeksi Cash Flow
4. Analisis Keuangan : Break Event Point (BEP), Internal Rate of
Return (IRR), dan Net Present Value (NPV)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KELAYAKAN


Kesimpulan
Bagian kesimpulan dari studi kelayakan (;feasibility study) akan memberikan
perspektif dari 4 sudut pandang, yaitu analisis situasi, analisis permintaan,
analisis kebutuhan dan analisis keuangan.
1. Analisis Situasi
Analisis situasi memberikan informasi tentang aspek eksternal dan aspek
internal sebagai suatu kecenderungan Rumah Sakit. Aspek eksternal terdiri
dari Kebijakan, Demografi, Geografi, Sosial Ekonomi dan Budaya, SDM
Kesehatan, Derajat Kesehatan sedangkan aspek internal terdiri dari Sarana
kesehatan, Pola penyakit dan Epidemiologi, Teknologi, SDM Kesehatan di
RS, Organisasi, Kinerja dan keuangan
2. Analisis Permintaan
Analisis permintaan menggambarkan posisi kelayakan rumah sakit dari
berbagai aspek berdasarkan analisis aspek eksternal dan aspek internal yang
telah dilakukan pada analisis situasi maka dilakukan analisis yang bertujuan
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan
serta peluang dan ancaman yang secara sistematis akan menjadi
pertimbangan tehadap kelayakan pembangunan Rumah Sakit tersebut. Hasil
analisis tersebut

39
selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah
selanjutnya dalam upaya memaksimalkan kekuatan (strength) dan
memanfaatkan peluang (opportunity) serta secara bersamaan berusaha untuk
meminimalkan kelemahan (weakness) dan mengatasi ancaman (threat).
3. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan menggambarkan mengenai kebutuhan yang harus
disediakan oleh Rumah Sakit secara keseluruhan yang disesuaikan berdasar
analisis permintaan yang telah dilakukan. Analisis kebutuhan ini dapat
memberikan gambaran mengenai rencana pengembangan dari rumah sakit
tersebut dilihat dari aspek kebutuhan lahan, kebutuhan ruang, peralatan
medis & non medis, SDM, organisasi & uraian tugas.
4. Analisis Keuangan
Mengetahui secara keseluruhan analisis keuangan dari segi :
a. Rencana Investasi dan Sumber Dana
b. Proyeksi Pendapatan dan Biaya
c. Proyeksi Cash Flow
d. Analisis Keuangan : BEP, Internal Rate of Return, dan Net Present Value

Rekomendasi
Memberikan gambaran berupa rekomendasi langkah-langkah yang harus
ditempuh berdasarkan hasil dari 4 analisis dan dapat pula dijadikan rencana
strategi dari manajemen Rumah Sakit tersebut.

40
6. Apa yang menjadi Faktor terpenting dalam mempertimbangan Pelaksanaan
pelaksananaan penilaian teknologi kesehatan yang hasilnya akan digunakan
dalam program JKN sebutkan dan jelaskan rangkaian kegiatannya
Jawab:
Latar belakang penilaian tehnologi Kesehatan dalam program JKN:
Penilaian Teknologi Kesehatan (Health Technology Assessment) dalam program
Jaminan Kesehatan Nasional (PTK-JKN) merupakan analisis kebijakan yang
dilakukan secara sistematis dengan pendekatan multidisiplin untuk menilai
dampak penggunaan teknologi kesehatan. Proses Penilaian Teknologi Kesehatan
(PTK) meliputi aspek klinis, epidemiologi, statistika, ekonomis, sosial, budaya,
etika, politik, dan agama.
PTK-JKN dalam program JKN merupakan bagian dari upaya kendali mutu dan
kendali biaya sebagaimana diamanahkan dalam Perpres Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan pada Pasal 43, bahwa “dalam rangka menjamin
kendali mutu dan kendali biaya Menteri Kesehatan bertanggung jawab untuk
penilaian teknologi kesehatan”. Komite PTK dibentuk dengan Keputusan
Menteri Kesehatan yang terdiri dari unsur Kementerian Kesehatan, akademisi,
praktisi di bidang klinis dan ekonomi kesehatan.
Komponen penting dalam PTK adalah assessment teknologi kesehatan dan
appraisal hasil assessment teknologi kesehatan. Assessment teknologi kesehatan
dilakukan oleh tenaga teknis Komite PTK/agen/tim/unit PTK dan appraisal
dilakukan oleh Komite PTK.
Assessment dilakukan melalui studi kuantitatif atau studi kualitatif, berupa
evaluasi efektivitas klinis, evaluasi ekonomi, analisis dampak terhadap anggaran,
maupun analisis tematik/isi. Appraisal dilakukan untuk menelaah hasil
assessment teknologi kesehatan sehingga menghasilkan rekomendasi kebijakan.

Tujuan:
Pedoman Penilaian Teknologi Kesehatan dalam Program Jaminan Kesehatan
Nasional bertujuan memberikan acuan pelaksanaan penilaian teknologi
kesehatan program JKN.
Pengertian:

41
1) Teknologi kesehatan adalah semua jenis intervensi yang digunakan
dalam bidang kedokteran/kesehatan untuk tujuan promotif, preventif,
skrining, penegakan diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan perawatan
jangka panjang.
2) Komite PTK adalah komite dibentuk dengan Keputusan Menteri
Kesehatan yang terdiri dari unsur Kementerian Kesehatan, akademisi,
praktisi di bidang klinis dan ekonomi kesehatan.
3) Agen/tim/unit PTK adalah kelompok yang melaksanakan assessment
teknologi kesehatan melalui persetujuan Komite PTK. Agen/tim/unit
PTK dapat berasal dari lintas program terkait di kementerian kesehatan,
universitas, lembaga/pusat penelitian atau kelompok peneliti PTK rumah
sakit.
4) Panel ahli adalah tim multidisiplin yang terdiri atas para pakar yang
berasal dari organisasi profesi, akademisi, dan pakar lain yang relevan
terkait studi PTK.
5) Panel ad hoc adalah tim multidisiplin yang dibentuk oleh Komite PTK
dan berperan dalam memberikan pandangan dan masukan kepada
Komite PTK terhadap hasil assessment teknologi kesehatan pada saat
proses appraisal.
6) Keamanan adalah sebuah penilaian mengenai penerimaan risiko
(probabilitas adverse outcome/efek yang tidak diinginkan dan
keparahannya) yang terkait dengan penggunaan teknologi dalam situasi
tertentu.
7) Efikasi adalah manfaat atau keuntungan dalam menggunakan teknologi,
program, atau intervensi untuk mengatasi permasalahan tertentu pada
kondisi ideal, misalnya pada penelitian randomized controlled trial
(RCT).
8) Efektivitas adalah manfaat atau keuntungan dalam menggunakan
teknologi, program, atau intervensi dalam mengatasi permasalahan
tertentu pada kondisi umum atau rutin (kondisi tidak dikontrol).
9) Keterjangkauan (affordability) adalah kemampuan untuk mendanai
teknologi kesehatan yang direkomendasikan untuk dijamin berdasarkan
jumlah penderita yang membutuhkan teknologi kesehatan yang dinilai

42
dapat mencegah, menyembuhkan, menahan perburukan penyakit, dan
atau mengurangi penderitaan. Keterjangkauan dilakukan melalui kajian
atau simulasi dampak anggaran (budget impact) dengan
memperhitungkan potensi dana yang harus dimobilisasi/dikumpulkan.

Dalam melaksanakan penilaian teknologi kesehatan harus mempertimbangkan


faktor keamanan, efikasi, efektivitas, dan keterjangkauan dari teknologi atau
produk teknologi baik yang digunakan atau yang akan digunakan dalam
pelayanan kesehatan dalam program JKN. Selain itu juga mempertimbangkan
aspek sosial, budaya, politik, organisasi/hukum, etika, dan agama.
Pelaksanaan PTK-JKN merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari
pra-assessment sampai dengan publikasi hasil PTK.
A. Pra-Assessment
Rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan PTK didahului dengan kegiatan
pra-assessment, yaitu:
1) Pengumpulan Topik yang akan Dikaji
Pengumpulan topik untuk studi PTK dapat dilakukan secara aktif
maupun pasif.
a) Pengumpulan topik secara aktif
Pengumpulan topik secara aktif dilakukan oleh Komite PTK
dengan mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam
pelaksanaan program JKN yang melibatkan tenaga teknis.
b) Pengumpulan topik secara pasif
Pengumpulan topik secara pasif dilakukan oleh Komite PTK
dengan menerima usulan topik yang diajukan oleh asosiasi
profesi, rumah sakit, BPJS Kesehatan, asosiasi pasien,
universitas, industri farmasi/alat kesehatan, pusat studi
independen, maupun unit-unit di Kementerian Kesehatan.
Sekretariat Komite PTK secara berkala menginformasikan
kepada seluruh pemangku kepentingan untuk mengusulkan
topik PTK.Dalam mengajukan usulan topik, pengusul harus
mengisi formulir (sebagaimana contoh Format 1 terlampir)

43
dan menyampaikan proposal usulan topik (sebagaimana
contoh Format 2 terlampir) serta melampirkan data
pendukung /data set sebagai berikut:
i. foto kopi persetujuan izin edar teknologi
kesehatan yang diusulkan (misalnya untuk
usulan topik tentang obat maka dilengkapi
dengan nomor izin edar dari BPOM dan untuk
non-obat/alkes dari Ditjen Kefarmasian dan
Alkes Kemenkes);
ii. publikasi dalam jurnal ilmiah yang relevan
dengan topik yang diusulkan yang
menyangkut keamanan, efikasi, efektivitas,
dan mutu teknologi kesehatan;
iii. dokumen yang tidak dipublikasi (grey
literature, bila ada) yang relevan dengan topik
yang diusulkan;
iv. perkiraan biaya satuan penggunaan teknologi
per episode sakit atau per pasien atau per
tahun penggunaan;
v. data utilisasi atau data klaim penggunaan
teknologi kesehatan;dan
vi. data pendukung lain yang relevan.
Berkas lengkap dikirimkan kepada Sekretariat Komite PTK
melalui email kptk.online@gmail.com dalam bentuk pdf.

2) Telaah Proposal Topik


a) Sekretariat memeriksa serta memastikan kelengkapan
berkas. Hanya berkas yang lengkap yang akan diproses lebih
lanjut.
b) Tenaga teknis melakukan verifikasi kelengkapan proposal
topik yang telah terkumpul. Verifikasi dilakukan terhadap:
i. latar belakang pengusulan topik;

44
ii. jumlah populasi yang berpotensi menggunakan
teknologi kesehatan;
iii. dampak teknologi kesehatan yang
diusulkan terhadap kesehatan pasien;
iv. dampak finansial dari penyakit;
v. ada tidaknya teknologi alternative;
vi. variasi dalam penggunaan teknologi kesehatan;
vii. ada tidaknya literatur yang cukup untuk mendukung
proses kajian;
viii. proses pelaksanaan/pelayanan teknologi terkait; dan
ix. dampak sosial, etika, politik, agama, dan hukum yang
mungkin ditimbulkan oleh teknologi tersebut.

3) Pemilihan dan Penetapan Topik


a) Berdasarkan hasil verifikasi berkas, komite PTK
melaksanakan rapat pleno untuk pemilihan topik.
b) Untuk setiap proposal topik yang masuk, Komite PTK
melakukan penilaian dengan menggunakan sistem skoring
(sebagaimana contoh Format 3 terlampir) untuk komponen
penilaian standar di bawah ini:
c) high volume, yaitu teknologi yang tingkat penggunaannya
sangat tinggi dilihat dari jumlah populasi yang berpotensi
untuk menggunakan teknologi kesehatan;
d) high risk, yaitu teknologi yang penggunaannya berisiko
tinggi atau mengganggu kesehatan pasien, pelaksana
pelayanan kesehatan, dan lingkungan;
e) high cost, yaitu teknologi yang penggunaannya berbiaya
tinggi, memiliki dampak besar terhadap finansial rumah
tangga, dan menghabiskan dana dalam jumlah besar;
f) high variability, yaitu teknologi yang penggunaannya
memiliki variasi yang besar dalam pemanfaatan teknologi
kesehatan;

45
g) tingkat urgensi/kepentingan dalam kebijakan penerapan
teknologi kesehatan;
h) dampak terhadap perbaikan kesehatan, bahwa teknologi
tersebut memperbaiki akses, kualitas, dan kesehatan bagi
penduduk;
i) tingkat potensi penghematan biaya atau keterjangkauan
biaya; dan
j) tingkat penerimaan dari aspek sosial, budaya, etika, politik,
dan agama terhadap penerapan teknologi .

4) Komite PTK menetapkan topik prioritas untuk dilakukan PTK. Alur


Penetapan Topik PTK sebagai berikut:

Gambar: Alur Penetapan Topik Penilaian Teknologi Kesehatan

5) Komite PTK menginformasikan kepada pengusul tentang topik prioritas


yang telah ditetapkan.

46
B. Assessment
Ketentuan dalam melakukan assessment teknologi kesehatan sebagai
berikut:
1) Assessment teknologi kesehatan dilakukan oleh tenaga teknis
Komite PTK dan agen/tim/unit PTK.
2) Tenaga teknis Komite PTK dan agen/tim/unit PTK menerima tugas
dari Komite PTK untuk melaksanakan assessment.
3) Komposisi tenaga pelaksana assessment PTK terdiri atas
peneliti/tenaga ilmiah dengan keahlian di bidang epidemiologi,
biostatistika, ekonomi kesehatan, farmasi, dan klinis atau yang
relevan bila diperlukan.
4) Dalam melakukan assessment, tenaga teknis Komite PTK dan
agen/tim/unit PTK melibatkan Panel Ahli.
5) Tenaga teknis Komite PTK dan agen/tim/unit PTK secara berkala
berkoordinasi dengan Komite PTK dalam hal kemajuan pelaksanaan
PTK.
6) Tenaga teknis Komite PTK dan agen/tim/unit PTK dalam
melaksanakan assessment teknologi kesehatan wajib menjaga
tingkat independensi hasil assessment.

Langkah-langkah dalam melakukan assessment teknologi kesehatan adalah:


1) Penyusunan praproposal;
Tenaga teknis komite PTK dan agen/tim/unit PTK menyusun praproposal
segera setelah topik ditetapkan. Praproposal disusun secara ringkas
sebagaimana contoh Format 4 terlampir.
2) Pembentukan panel ahli;
Dalam pelaksanaan assessment teknologi kesehatan, perlu dibentuk panel
ahli yang terdiri atas para pakar yang berasal dari organisasi profesi,
akademisi, serta pakar lain yang relevan bila diperlukan. Jumlah anggota
panel ahli bervariasi tergantung kompleksitas topik. Pakar dari organisasi
profesi harus ditunjuk oleh pimpinan pusat organisasi tersebut.
3) Penyusunan proposal dan instrumen penelitian;

47
a) Proposal penelitian dikembangkan oleh tenaga teknis komite
PTK dan agen/tim/unit PTK dibantu oleh panel ahli;
b) Proposal penelitian disusun sebagaimana contoh Format 5
terlampir. Modifikasi dapat dilakukan sesuai dengan
kebutuhan untuk topik yang dikaji, demikian pula instrumen
penelitian yang diperlukan; dan
c) Proposal harus dibuat dengan rinci sehingga tidak ada yang
terlewatkan pada waktu pelaksanaan assessment dilakukan.
4) Pengurusan kaji etik;
Pengurusan perijinan kaji etik diperlukan sebelum pengambilan data di
institusi tempat penelitian.
5) Pengambilan data dan analisis data;
Pengambilan data dilakukan oleh tenaga teknis komite PTK dan
agen/tim/unit PTK. Selanjutnya analisis data dilakukan bersama dengan
panel ahli. Langkah-langkah analisis data merujuk pada buku Panduan
Penilaian Teknologi Kesehatan (Efektivitas Klinis dan Evaluasi
Ekonomi).
6) Penyusunan dan penulisan laporan hasil assessment; dan
Penulisan laporan assessment harus sesuai dengan kaidah penulisan
ilmiah sebagaimana contoh Format 6 terlampir.
7) Seluruh berkas hasil assessment teknologi kesehatan diserahkan kepada
Komite PTK untuk dilakukan appraisal.

C. Appraisal
Dalam melakukan proses appraisal, Komite PTK membentuk Panel Ad
Hoc yang terdiri dari para ahli yang terkait dengan topik PTK. Jumlah
anggota panel ad hoc adalah 3-5 orang per topik PTK.
Syarat untuk menjadi anggota panel ad hoc yaitu:
1. Tidak terlibat dalam proses assessment teknologi kesehatan;
2. berkomitmen dalam membantu proses appraisal; dan
3. bebas konflik kepentingan.

48
Langkah-langkah dalam melakukan appraisal adalah:
1. setelah hasil assessment teknologi kesehatan diterima, Komite
PTK membentuk panel ad hoc;
2. sekretariat Komite PTK mengirimkan berkas hasil assessment
teknologi kesehatan, dan data pendukung lain kepada seluruh
anggota Komite PTK dan anggota Panel ad hoc paling lambat 1
minggu sebelum rapat pleno;
3. proses appraisal minimal dihadiri oleh 50% (lima puluh persen)
plus 1 (satu) anggota Komite PTK dan 2/3 (dua per tiga) anggota
Panel ad hoc. Proses appraisal dipimpin oleh Ketua Komite
PTK/anggota yang ditunjuk untuk mewakili ketua selaku ketua
sidang. Dalam proses appraisal, anggota Komite PTK yang berasal
dari Kementerian Kesehatan tidak dapat diwakilkan kecuali dalam
kondisi tertentu dapat diwakilkan oleh pejabat eselon III;
4. anggota Panel ad hoc mengisi dan menandatangani surat
pernyataan bebas konflik kepentingan terhadap hasil assessment
teknologi kesehatan yang akan diputuskan; dan
5. aspek yang ditelaah dalam proses appraisal meliputi aspek
metodologi, efektivitas klinis, efektivitas biaya, utilitas biaya per
tahun hidup, dampak anggaran, sosial, budaya, politik, etika,
agama, ekuitas, dan keterjangkauan.
D. Pengambilan keputusan interim/sementara
1. Keputusan interim diambil melalui rapat pleno Komite PTK
setelah proses appraisal.
2. Proses pengambilan keputusan interim dihadiri minimal 50% (lima
puluh persen) plus 1 (satu) anggota Komite PTK (termasuk ketua
rapat pleno).
3. Setiap keputusan didasarkan atas musyawarah untuk
mufakat/konsensus, dan jika tidak didapatkan kesepakatan
bersama maka diambil melalui suara terbanyak/voting (½ + 1) dari
peserta rapat yang hadir.

49
4. Setiap anggota rapat dapat saja tidak setuju dengan keputusan
rapat pleno, baik secara terbuka meminta untuk dicantumkan
sikapnya (dissenting opinion) atau tidak dicantumkan dalam
dokumen/laporan final.
5. Keputusan interim diumumkan oleh Komite PTK melalui media
yang dapat diakses oleh publik.

E. Masa Sanggah
1. Setelah keputusan interim diumumkan ke publik, para pemangku
kepentingan dapat menyampaikan keberatan atas keputusan
interim/sementara selama masa sanggah, yaitu 30 hari sejak
diumumkan.
2. Setiap pemangku kepentingan dapat mengajukan permohonan
satu kali hearing dan satu kali appraisal ulang atas keputusan
interim Komite PTK yang dinilai merugikan publik/ dirinya.
3. Apabila tidak terdapat sanggahan setelah masa 30 hari, maka
Komite PTK mengeluarkan keputusan final.

F. Pengambilan keputusan final


Pengambilan keputusan final dilakukan melalui rapat pleno Komite PTK
setelah masa sanggah berakhir.

G. Penyusunan laporan akhir PTK


Setelah menetapkan keputusan final, maka Komite PTK menyusun
laporan akhir PTK yang merupakan hasil appraisal. Laporan akhir PTK
disusun lebih ringkas dan padat, memuat rangkuman hasil assesmen
teknologi kesehatan dan rekomendasi kebijakan. Laporan akhir PTK
disusun sebagaimana contoh Format 7 terlampir.

H. Penyampaian laporan akhir PTK kepada Menteri Kesehatan


Setelah laporan akhir PTK selesai disusun, maka disampaikan kepada
Menteri Kesehatan untuk dipertimbangkan menjadi bahan kebijakan

50
menyangkut teknologi kesehatan berupa metode, obat, alat kesehatan,
atau modalitas lainnya dalam program JKN.

I. Publikasi hasil PTK


Komite PTK akan mempublikasikan hasil PTK melalui media yang dapat
diakses oleh publik.

51
PENDANAAN

Sumber pendanaan pelaksanaan penilaian teknologi kesehatan berasal dari


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan sumber lain yang tidak
mengikat. Pendanaan PTK-JKN bersumber dari APBN digunakan untuk
pelaksanaan pra assessment, assessment dan appraisal termasuk kegiatan
penunjang komite PTK. Pendanaan PTK-JKN yang berasal dari sumber lain
yang tidak mengikat digunakan untuk assessment teknologi kesehatan yang
dilakukan oleh agen/tim/unit PTK ataupun pengembangan PTK.

52
7. Apa yang menjadi dasar standar penilaian teknologi kesehatan sebutkan dan
jelaskan secara komprehensip
Jawab:
Untuk setiap proposal topik yang masuk, Komite PTK melakukan penilaian
dengan menggunakan sistem skoring (sebagaimana contoh Format 3 terlampir)
untuk komponen penilaian standar di bawah ini:
1) high volume, yaitu teknologi yang tingkat penggunaannya sangat
tinggi dilihat dari jumlah populasi yang berpotensi untuk
menggunakan teknologi kesehatan;
2) high risk, yaitu teknologi yang penggunaannya berisiko tinggi atau
mengganggu kesehatan pasien, pelaksana pelayanan kesehatan, dan
lingkungan;
3) high cost, yaitu teknologi yang penggunaannya berbiaya tinggi,
memiliki dampak besar terhadap finansial rumah tangga, dan
menghabiskan dana dalam jumlah besar;
4) high variability, yaitu teknologi yang penggunaannya memiliki
variasi yang besar dalam pemanfaatan teknologi kesehatan;

Penilaian teknologi kesehatan merujuk pada evaluasi sistematik terhadap


karakteristik dan dampak distribusi serta penggunaan teknologi kesahatan.
Evaluasi tersebut mencakup aspek keamanan, efikasi, efektivitas, social,
ekonomi, organisasi, manajemen, etika, hukum, budaya, dan agama. Yang
menjadi dasar dalam standar penilaian teknologi kesehatan antara lain :
1) Data Primer

53
Dalam aspek klinis pengumpulan data primer dapat berupa peninjauan
langsung ke lokasi pelayanan kesehatan untuk memastikan apakah alat
berfungsi baik, apakah keamanan terjaga, dan lain-lain (namun,hal ini
jarang dilakukan). Data primer bisa juga didapatkan dari berbagai
seumber misalnya rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
Data primer aspek klinis dapat diperoleh dengan melakukan penelitian
formal dengan berbagai desain yang sesuai. Teori semua desain riset,
baik studi observasional maupun eksperimental secara terpisah atau
gabungan dapat digunakan dalam pengumpulan data primer. Penelitian
dapat berupa studi cross sectional, studi kasus kontrol, studi kohort
bahkan uji klinis yang dapat dilakukan sendiri atau dalam kerja sama
dengan pihak lain seperti pihak universitas atau Lembaga riset.
2) Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penilaian teknologi kesehatan
dikenal dengan metode integrative atau sintesis, yaitu merangkum
informasi atau data yang ada. Integrative literature terdiri atas tinjauan
Pustaka, systematic review, serta meta analisis.
3) Aspek Sosial, Legal, Etika, dan Agama
Telah lama dipahami bahwa pemanfaatan teknologi kesehatan memiliki
dampak yang luas dalam kehidupan, termasuk dalam aspek etika, hukum,
sosial, budaya, agama. Sebagian orang berpandangan bahwa teknologi
adalah sesuatu yang netral, bebas nilai. Bagaimana orang menerapkan
teknologi tersebut baru akan memberikan nilai. Jadi apabila teknologi
dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan maka berarti tidak akan ada
masalah sosial, etika, dan hukum sepanjang secara teknis medis
penerapan teknologi tersebut memberi dampak positif terhadap kesehatan
pasien.
Faktanya tidak sesederhana itu. Aspek-aspek non-teknis tersebut banyak
diteliti, terutama pada bagaimana mengintegrasikan aspek-aspek tersebut
dalam PTK secara keseluruhan. Harus diakui bahwa pada sebagian besar
PTK yang dilakukan, aspek hukum, moral, etika dan budaya tidak
banyak disertakan. Lebih jauh, karena aspek-aspek tersebut sangat
bervariasi antar negara, maka sulit untuk membuat generalisasinya.
Setiap negara, bahkan
54
daerah dalam satu negara mungkin mempunyai pandangan yang berbeda
terhadap penerapan teknologi tertentu, terutama bila menyangkut
teknologi canggih seperti sel punca atau nano-teknologi.
Dalam studi kualitatif pasien serta para pemberi pelayanan dapat diminta
untuk mengemukakan pendapat mereka dalam pemanfaatan

55
8. Apa Perbedaan Permenkes No 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit bandingkan dengan Permenkes No 30 Tahun 2019
Jawab :
Lahirnya PMK No 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
pada tanggal 14 Januari 2020 dan telah diundangkan pada tanggal 16 Januari
2020 telah memberikan kepastian terkait ‘polemik’ dalam penyelenggaraan
perizinan dan klasifikasi Rumah Sakit, artinya dengan aturan ini maka
Permenkes No 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
dinyatakan telah dicabut dan tidak berlaku. Akhirnya Para dokter spesialis dan
subspesialis yang dulu “DILARANG” berpraktik di RS Tipe C dan D sudah
dapat ‘bernafas’ lega. Kewajiban Rumah Sakit terkait pemenuhan sarana
prasarana yang dahulu “DIWAJIBKAN” Wajib ada, diberi pilihan (+/-) boleh
ada boleh tidak.

Klasifikasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A, B, C dan D tidak lagi


berdasarkan memiliki kemapuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis,
tetapi HANYA berdasarkan Jumlah Tempat Tidur, sebagai berikut :
a. RSU Kelas A : Paling sedikit 250 buah
b. RSU Kelas B : Paling sedikit 200 buah
c. RSU Kelas C : Paling sedikit 100 buah
d. RSU Kelas D : Paling sedikit 50 buah

Klasifikasi Rumah Sakit Khusus (RSK) Kelas A, B dan C tidak lagi berdasarkan
memiliki kemapuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis, tetapi HANYA
berdasarkan Jumlah Tempat Tidur, sebagai berikut:
a. RSK Kelas A : Paling sedikit 100 buah
b. RSK Kelas B : Paling sedikit 75 buah
c. RSK Kelas C : Paling sedikit 25 buah

Izin Operasional penetapan kelas Tidak Lagi Mensyaratkan berdasarkan hasil


penilaian pemenuhan kriteria klasifikasi Rumah Sakit berupa bangunan dan
prasarana, kemampuan pelayanan, sumber daya manusia, dan peralatan, tetapi
hanya berdasarkan hasil penilaian pemenuhan jumlah tempat tidur

56
Pada PMK no 30 tahun 2019 :
a. Kompetensi Rumah Sakit
Kelas rumah sakit menggambarkan kompetensi atau kemampuan
pelayanan rumah sakit. Kompetensi ini dipergunakan dalam sistem
rujukan berjenjang.
b. Klasifikasi Rumah Sakit
• Harus memenuhi kriteria : pelayanan, SDM, dan sarpras, sehingga
lampiran PMK diatur secara detil
• SDN tenaga tetao diatur agar mutu pelayanan meningkat
• Diatur batas minimal dan maksimal pelayanan yang diberikan
masing-masing kelas rumah sakit.
c. Pengaturan Lain
• Jenis pelayanan tertentu harus disesuaikan dengan kelas rumah sakit
• Pengaturan review kelas perlu ditinjau ulang karena terkait dengan
pembayaran BPJS.
Pada PMK No 3 tahun 2020 :
a. Dasar kelas rumah sakit
Kelas rumah sakit didasarkan atas jumlah tempat tidur, pelayanan,
SDM, bangunan dan prasarana, serta peralatan.
b. Pelayanan rumah sakit meliputi pelayanan medik dan penunjang medik,
pelayanan keperawatan dan kebidanan serta pelayanan non medik.
c. Kemampuan pelayanan rumah sakit tidak berdasarkan kemampuan
pelayanan rumah sakit namun berdasarkan dari kompetensi tenaga
terutama tenaga medis yang dimiliki rumah sakit.
d. Penyelenggaraan rumah sakit tertentu tidak dibatasi pada kelas rumah
sakit tertentu, tetapi dapat dilakukan pada seluruh rumah sakit.

57
9. Apa yang menjadi 1. Peluang 2. Tantangan 3. Ancaman dengan dengan lahirnya
Permenkes No 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
Jawab :
Peluang, Tantangan dan Ancaman
Permenkes No 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
A. Peluang
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan tertentu Tidak lagi
ekslusif hanya boleh di RSU Tipe A dan B atau yang ditetapkan oleh
Menteri. Pelayanan Kesehatan tertentu, meliputi;
• Pelayanan radioterapi,
• Kedokteran nuklir,
• Kehamilan dengan bantuan atau kehamilan di luar cara alamiah,
• Transplantasi organ, dan
• Sel punca untuk penelitian berbasis pelayanan terapi
Sebelumnya Pelayanan Kesehatan tertentu hanya dizinkan di RS Tipe A
dan B dan yang ditetapkan oleh Menteri disebutkan rinci dalam pasal 30
Permenkes No 30 tahun 2019 kemudian dihilangkan dalam Permenkes
No 3 Tahun 2020.
Menurut saya salah satu pasal yang telah disebutkan diatas adalah salah
satu peluang dikarenakan RS Tipe C dan RS Tipe D sekalipun bisa
melakukan pelayanan Kesehatan sesuai dengan pasal yang diatas.
B. Tantangan dan Ancaman
Berdasarkan Pasal 11 Permenkes No 3 Tahun 2020 sebelumnya
terperinci jelas dalam Pasal 12 Permenkes No. 30 tahun 2019. Dokter
Spesialis untuk pelayanan medik dasar, dokter spesialis untuk pelayanan
penunjang medik, dokter spesialis untuk pelayanan medik selain spesialis
dasar dan dokter subspesialis tidak lagi disebutkan secara terperinci.
Pasal 17 Permenkes No 3 Tahun 2020 sebelumnya di Pasal 18 - 19
Permenkes No 30 tahun 2019 perbedaan berdasarkan kemampuan
memiliki pelayanan spesialis dan subpesialis dijelaskan terperinci.
Klasifikasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A, B, C dan D tidak lagi
berdasarkan memiliki kemapuan pelayanan medik spesialis dan

58
subspesialis, tetapi hanya berdasarkan Jumlah Tempat Tidur, sebagai
berikut;
a. RSU Kelas A: Paling sedikit 250 buah
b. RSU Kelas B: Paling sedikit 200 buah
c. RSU Kelas C: Paling sedikit 100 buah
d. RSU Kelas D: Paling sedikit 50 buah
Tantangan dan resiko yaitu klasifikasi terhadap rumah sakit pada saat
terbitnya Permenkes No. 3 Tahun 2020 berdasarkan jumlah tempat tidur,
sehingga dapat mengakibatkan RS yang memiliki jumlah tempat tidur
paling sedikit dari 250 buah tanpa ada penunjang kemampuan pelayanan
medik spesialisasi dan subspesialis mendapatkan klasifikasi RS Tipe A.

59
10. APA YANG BARU DARI PMK No 3/2020 ini dengan PMK No 30/2019
? Jawab :
APA YANG BARU DARI PMK No. 3/2020 ini dengan PMK No. 30/2019 lalu?
1) Dalam PMK No. 3 Tahun 2020 ini, Pelayanan Medik di Rumah Sakit
tetap dibagi menjadi 3 Kategori, yaitu:
a. Pelayanan Medik Umum, berupa Pelayanan Medik Dasar
b. Pelayanan Medik Spesialis berupa;
a) Pelayanan Medik Dasar (P. Dalam, Anak, Bedah, Obgyn)
b) Pelayanan Medik Spesialis Lain
c. Pelayanan Medik Subspesialis
a) Pelayanan Subspesialis Dasar
b) Pelayanan Subspesialis Lain

2) PMK No. 30/2019 ini adalah tidak disebutkan (telah dihilangkan) secara
rinci jenis – jenis pelayanan apa saja yang termasuk dalam kategori
pelayanan subspesialis dasar dan apa – apa saja kelompok pelayanan
subspesials lain.
3) Hilangnya Pelayanan Penunjang Medik, yang terdiri dari;
a. Pelayanan Penunjang Medik Spesialis, meliputi;
a) Pelayanan Laboratorium
b) Radiologi
c) Anestesi dan Terapi Intensif
d) Rehabilitasi Medik
e) Kedokteran Nuklir
f) Radioterapi
g) Akupuntur
h) Gizi Klinik
i) Pelayanan penunjang Medik spesialis lainnya
b. Pelayanan Penunjang Medik Subspesialis, meliputi;
a) Pelayanan subspesialis dibidang anestesi dan terapi intensif
b) Dialisis
c) Pelayanan Penunjang Medik Subspesialis

60
c. Pelayanan Penunjang Medik lain, meliputi;
a) Pelayanan Sterilisasi yang tersentral
b) Pelayanan Darah
c) Gizi
d) Rekam Medik
e) Farmasi

4) Pelayanan Farmasi dimasukkan dalam Kelompok Pelayanan Non Medik.


Sebelumnya dalam Permenkes No 30/2019 Pelatanan Farmasi masuk
dalam Kelompok Penunjang Medik.
Pelayanan Non Medik terdiri atas;
a) Pelayanan Farmasi
b) Pelayanan Laundry/Binatu
c) Pengolahan Makanan/gizi
d) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Alat Kesehatan
e) Sistem Informasi dan Komunikasi
f) Pemulasaran Jenazah
g) Pelayanan Non Medik lainnya (tidak dijelaskan)

5) Dokter Spesialis untuk pelayanan medik dasar, dokter spesialis untuk


pelayanan penunjang medik, dokter spesialis untuk pelayanan medik
selain spesialis dasar dan dokter subspesialis tidak lagi disebutkan secara
terperinci.
6) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang
dan fungsi rujukan, Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diklasifikasikan berdasarkan
kriteria bangunan dan prasarana, kemampuan pelayanan, sumber daya
manusia dan peralatan. >>> Dihilangkan
7) Klasifikasi Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas A, B, C dan D tidak lagi
berdasarkan memiliki kemapuan pelayanan medik spesialis dan
subspesialis, tetapi HANYA berdasarkan Jumlah Tempat Tidur, sebagai
berikut;

61
a. RSU Kelas A : Paling sedikit 250 buah
b. RSU Kelas B : Paling sedikit 200 buah
c. RSU Kelas C : Paling sedikit 100 buah
d. RSU Kelas D : Paling sedikit 50 buah

8) Ketentuan penambahan pelayanan medik lain, pelayanan medik dasar


dan penambahan pelayanan medik spesialis tidak dijelaskan/dihilangkan
dalam Permenkes No 3 Tahun 2020.
9) Jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia;
a. tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
k. tenaga teknik biomedika;
l. tenaga kesehatan lain; dan
m. tenaga nonkesehatan.
Disesuaikan dengan hasil analisis beban kerja, kebutuhan, da
kemampuan pelayanan Rumah Sakit.

10) Klasifikasi Rumah Sakit Khusus (RSK) Kelas A, B dan C tidak lagi
berdasarkan memiliki kemapuan pelayanan medik spesialis dan
subspesialis, tetapi HANYA berdasarkan Jumlah Tempat Tidur, sebagai
berikut;
a. RSK Kelas A: Paling sedikit 100 buah
b. RSK Kelas B: Paling sedikit 75 buah
c. RSK Kelas C: Paling sedikit 25 buah

62
11) Tenaga Tetap yang bekerja secara Purna Waktu diangkat dan ditetapkan
oleh Pimpinan Rumah Sakit.
12) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan/atau konsultan
berdasarkan kebutuhan dan kemampuan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
13) Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan tertentu Tidak lagi
ekslusif hanya boleh di RSU Tipe A dan B atau yang ditetapkan oleh
Menteri.14 Pelayanan Kesehatan tertentu, meliputi;
a. Pelayanan radioterapi,
b. Kedokteran nuklir,
c. Kehamilan dengan bantuan atau kehamilan di luar cara alamiah,
d. Transplantasi organ, dan
e. Sel punca untuk penelitian berbasis pelayanan terapi

14) Izin Operasional penetapan kelas Tidak Lagi mensyaratkan berdasarkan


hasil penilaian pemenuhan kriteria klasifikasi Rumah Sakit berupa
bangunan dan prasarana, kemampuan pelayanan, sumber daya manusia,
dan peralatan, tetapi hanya berdasarkan hasil penilaian Pemenuhan
jumlah tempat tidur.
15) Peningkatan kelas Rumah Sakit dilakukan dengan pemenuhan jumlah
tempat tidur sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit.
16) Bagi Rumah Sakit yang Menambah Jumlah Tempat Tidur harus
mengubah izin operasional Rumah Sakit sesuai dengan Klasifikasi
Rumah Sakit.
17) Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat
menyelenggarakan unit transfusi darah.
18) Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta dengan penanaman modal asing
tidak lagi berdasarkan Klasifikasi RSU Kelas A dan B tetapi hanya
berdasarkan jumlah tempat tidur paling sedikit 200 (dua ratus) tempat
tidur atau sesuai kesepakatan/kerjasama internasional.

63
19) Kepala atau direktur Rumah Sakit dan pimpinan unsur pelayanan medik
di Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai
kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. Kemampuan dan
keahlian di bidang perumahsakitan sebagaimana dimaksud dapat
diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan, dan/atau pengalaman
bekerja di Rumah Sakit.
20) Rumah Sakit dapat melakukan pengembangan pelayanan medik
spesialistik dan subspesialistik melalui kemitraan dengan penanam modal
asing berupa pembentukan klinik utama penanaman modal asing sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak diperyaratkan
harus RSU Tipe A dan B.
21) Tidak lagi dilarang Pemberian Nama Rumah Sakit dengan
mencantumkan kepemilikan institusi atau bidang kekhususan lain yang
bermakna serupa.
22) Ketentuan Peralihan;
Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Mendirikan dan Izin Operasional
berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan, atau Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit, tetap berlaku sampai habis masa berlakunya izin.
a. Rumah Sakit yang sedang dalam proses pengajuan Izin
Mendirikan dan/atau Izin Operasional baru atau perpanjangan
Izin Operasional berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan atau Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit, tetap diberikan Izin Mendirikan dan/atau
Izin Operasional sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan atau

64
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
b. Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Mendirikan dan Izin
Operasional berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56
Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Sektor Kesehatan, atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30
Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit harus
menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini
paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini
diundangkan;
c. Reviu kelas Rumah Sakit yang telah memiliki Izin Operasional
berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56
Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
dan/atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik Sektor Kesehatan, tetap dilakukan menggunakan
klasifikasi Rumah Sakit yang diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit atau Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit hanya
untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan
Menteri ini diundangkan.

65

Anda mungkin juga menyukai