Anda di halaman 1dari 205

Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek

Kerjasama Pemerintah Swasta Pelabuhan


Baubau, Sulawesi Tenggara

Dokumen Pelelangan Umum


(Permintaan Proposal)
TAHUN ANGGARAN 2015
Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek
Kerjasama Pemerintah Swasta
Pelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara

Dokumen Pelelangan Umum


(Permintaan Proposal)
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PENGADAAN BADAN USAHA PROYEK PEMBANGUNAN DAN


PENGELOLAAN PELABUHAN BAU BAU

SULAWESI TENGGARA

DOKUMEN PERMINTAAN PROPOSAL

2015
DAFTAR ISI

A. DESKRIPSI PROYEK 6
1. Latar Belakang Proyek ............................................................................................................6
2. Ruang Lingkup Proyek ............................................................................................................6
4. Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.............................................................7
5. Peranan dan Dukungan Kementerian Perhubungan terhadap Proyek Kerjasama
Penyediaan Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau ...................7
B. INSTRUKSI KEPADA PESERTA PENGADAAN 8
6. Definisi....................................................................................................................................8
7. Praktek KKN..........................................................................................................................11
8. Benturan Kepentingan .........................................................................................................12
9. Pakta Integritas.....................................................................................................................13
10. Perubahan Konsorsium ........................................................................................................14
11. Isi Dokumen Permintaan Proposal .......................................................................................15
12. Jadwal Pelaksanaan Proyek..................................................................................................16
13. Biaya Penyiapan Penawaran ................................................................................................16
14. Uji Tuntas..............................................................................................................................16
15. Rancangan Perjanjian Kerjasama .........................................................................................17
16. Rapat Penjelasan dan Peninjauan Lapangan........................................................................18
17. Klarifikasi dan Amandemen/Adendum Dokumen Permintaan Proposal.............................20
18. Tanggung Jawab Peserta pengadaan ...................................................................................21
C. PENYIAPAN DOKUMEN PENAWARAN 22
19. Bahasa dan Mata Uang.........................................................................................................22
20. Struktur dan Isi Dokumen Penawaran .................................................................................23
20.4 Ketentuan Legalisasi/Konsularisasi 28
21. Masa Berlaku Dokumen Penawaran ....................................................................................28
D. PEMASUKAN DOKUMEN PENAWARAN 29
22. Format dan Penandatanganan Dokumen Penawaran .........................................................29
23. Penyegelan dan Penandaan Penawaran ..............................................................................30
24. Batas Akhir Pemasukan Penawaran .....................................................................................31

E. PEMBUKAAN DAN EVALUASI DOKUMEN PENAWARAN 32


25. Pembukaan Penawaran........................................................................................................32

1
26. Evaluasi Dokumen Penawaran .............................................................................................33
27. Evaluasi Dokumen Penawaran: Sampul I .............................................................................33
28. Klarifikasi/Verifikasi Dokumen Penawaran ..........................................................................34
29. Pemeriksaan dan Penilaian Dokumen Penawaran yang Responsif .....................................35
30. Pengumuman Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran: Sampul I .............................................35
31. Evaluasi Dokumen Penawaran: Sampul II ............................................................................35
32. Koreksi Aritmatik ..................................................................................................................36
33. Kerahasiaan ..........................................................................................................................36
F. PEMENANG PENGADAAN 37
34. Pengumuman Hasil Pengadaan............................................................................................37
35. Sanggahan terhadap Hasil Pengadaan .................................................................................37
36. Keputusan Pemenang Pengadaan........................................................................................38
37. Tanggung Jawab Pemenang Pengadaan ..............................................................................39
G. PEMBATALAN PENGADAAN, PENGADAAN ULANG 40
38. Pembatalan Pengadaan Dan Pengadaan Ulang ...................................................................40

2
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A - Lembar Data Proses Pengadaan

Lampiran B - Lembar Evaluasi Penawaran Peserta pengadaan

Lampiran C - Spesifikasi Teknis Dan Desain

Lampiran D - Isi Dokumen Penawaran Administrasi Dan Teknis

Lampiran E - Isi Dokumen Penawaran Finansial

Lampiran F - Rancangan Perjanjian Kerjasama

Lampiran G - Outline Dokumen Penawaran

Lampiran H - Memorandum Informasi

Lampiran I - Persyaratan Amdal

3
UNDANGAN PENGAMBILAN DOKUMEN PERMINTAAN PROPOSAL

Jakarta, [*]

Nomor : [*]
Kepada Yth.
[(nama dan alamat perusahaan/pimpinan perusahaan-apabila konsorsium)]
U.p [(Nama Direktur/Pimpinan perusahaan/konsorsium)]

Perihal : Pengambilan Dokumen Permintaan Proposal untuk Proyek


Pengadaan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau,
Sulawesi Tenggara

Dengan ini kami beritahukan bahwa perusahaan Saudara telah memenuhi


kualifikasi untuk Proyek tersebut di atas. Sebagai kelanjutan proses pengadaan
KPS, kami mengundang Saudara sebagai Peserta pengadaan untuk mengambil
Dokumen Permintaan Proposal dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Peserta pengadaan diminta untuk menyampaikan Dokumen Penawaran yang
mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam Dokumen Permintaan
Proposal dan Peserta pengadaan diberikan hak untuk merancang,
membangun, mengoperasikan dan memelihara Proyek Kerjasama Penyediaan
Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau Sulawesi
Tenggara dengan seluruh fasilitas pendukung Proyek yang berada di lokasi
melalui mekanisme Bangun Guna Serah (Build, Operate, Transfer - BOT);
2. Peserta pengadaan diminta untuk meyampaikan Dokumen Penawaran
dengan metode 2 (dua) sampul. Sampul I berisikan Dokumen Penawaran
Administrasi dan Teknis dan Sampul II berisikan Dokumen Penawaran
Finansial. Masa berlaku surat penawaran dan Jaminan Penawaran adalah
…. (…………) Hari terhitung sejak Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran.
3. Jadwal pelaksanaan pengadaan adalah sebagaimana Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Pengadaan
No. Kegiatan Tanggal
1. Undangan kepada Badan Usaha yang memenuhi
kualifikasi
2. Penyampaian Surat Kerahasiaan
3. Pembukaan akses kepada Pusat Data
4. Penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) Pertama dan
Peninjauan Lokasi Proyek
5. Batas Akhir penerimaan komentar tertulis dari
Peserta pengadaan tentang Dokumen Permintaan
Proposal dan Rancangan Perjanjian Kerjasama
6. Penyampaian Final Dokumen Permintaan
Proposal dan Rancangan Final Perjanjian

4
No. Kegiatan Tanggal
Kerjasama
7. Penyampaian/pemasukan Dokumen Penawaran
8. Pembukaan Dokumen Penawaran Administrasi
dan Teknis (Sampul I)
9. Evaluasi Dokumen Penawaran Administrasi dan
Teknis (Sampul I)
10. Pengumuman hasil Evaluasi Dokumen Penawaran
Administrasi dan Teknis (Sampul I)

11. Pembukaan Dokumen Penawaran Finansial


(Sampul II)
12. Evaluasi Dokumen Penawaran Finansial (Sampul
II)
13. Pengumuman Pemenang Pengadaan
14. Masa Sanggah
15. Jawaban Sanggahan
16. Penerbitan Surat Penetapan Pemenang Pengadaan

4. Pengambilan Dokumen Permintaan Proposal dapat diwakilkan dengan


membawa surat tugas dari Direktur Utama/Pimpinan Konsorsium dan kartu
tanda pengenal. Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan
dalam mengambil Dokumen Permintaan Proposal;
5. Dokumen Permintaan Proposal dapat diambil dalam bentuk cetakan
dan/atau dalam bentuk cakram optik dalam format pdf, pada alamat yang
tertera di bawah ini sesuai dengan jadwal di atas, antara jam 09.00-15.00
WIB.
6. Dokumen Penawaran dikirim ke:
Panitia Pengadaan Badan Usaha
Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan
Pelabuhan Bau Bau - Provinsi Sulawesi Tenggara

SEKRETARIAT:
[alamat]
Demikian disampaikan untuk diketahui.

Panitia Pengadaan Badan Usaha


Ketua

5
A. DESKRIPSI PROYEK
1. Latar Belakang Proyek
Upaya pemerintah dalam menarik investor untuk menanamkan investasi
sebesar-besarnya perlu didukung oleh semua pihak. Salah satu dukungan
yang diperlukan adalah meningkatkan jaringan sarana dan prasarana
transportasi termasuk transportasi laut yang menghubungkan suatu
daerah dengan daerah lainnya dengan pelabuhan sebagai hub
perekonomian.
Dalam konsep pembangunan Pemerintah Kota Baubau, pelabuhan ini
dibangun untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pelayanan demi
mendukung program jangka panjang menjadikan Kota Baubau Pintu
Gerbang Ekonomi dan Pariwisata di Sulawesi Tenggara.

2. Ruang Lingkup Proyek

o Lingkup kerjasama KPBU Terminal Peti Kemas meliputi


perencanaan, pengelolaan, pembangunan dan operasional terminal
peti kemas termasuk prasarana dan sarana yang ada didalamnya.
o Lingkup pembangunan meliputi:
 Pembangunan Dermaga Peti Kemas sepanjang ukuran 80 m
x 15 sebagai pengembangan dermaga
 peti kemas eksisting dalam periode pengembangan jangka
panjang (2016-2035)
 Pembangunan causeway sepanjang 12 meter dengan lebar 8
meter;
 Pembangunan trestle sepanjang 170 meter dengan lebar 8
meter;
 Pekerjaan Reklamasi seluas 1.525 m2 dalam periode
pengembangan jangka menengah (2016-2025) dan seluas
13.645 m2 dalam periode pengembangan jangka panjang
(2016-2035);
 Pengadaan peralatan bongkar muat peti kemas yang
meliputi forklift, crane reach stacker, head truck, dan
peralatan lainnya yang diperlukan untuk operasional;
 Pembangunan pintu khusus angkutan peti kemas di sisi
barat Pelabuhan Penyeberangan;
 Pembangunan sistem manajemen informasi peti kemas
untuk pengelolaan terminal peti kemas.

6
3. Lokasi Proyek
Lokasi Proyek KPBU berada di Pelabuhan Bau Bau Provinsi Sulawesi
Tenggara sebagaimana gambar berikut:

4. Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha


Kerjasama Pemerintah dengan Swasta akan dilaksanakan dengan skema
Bangun, Guna dan Serah (Build, Operate, and Transfer – BOT) selama
jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun dalam kerangka Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha.

5. Peranan dan Dukungan Kementerian Perhubungan terhadap Proyek


Kerjasama Penyediaan Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan
Pelabuhan Bau Bau
Dukungan yang diberikan oleh Kementerian Perhubungan terhadap
Proyek adalah sebagai berikut:
a. Kementerian Perhubungan bertanggung jawab untuk melakukan
Pembayaran Ketersediaan Layanan (avaibility payment) selama masa
kerjasama;
b. Kementerian Perhubungan memfasilitasi Badan Usaha untuk
mendapatkan lisensi dan izin yang dibutuhkan; dan
c. Kementerian Perhubungan bertanggung jawab dalam penyediaan lahan.

7
B. INSTRUKSI KEPADA PESERTA PENGADAAN
6. Definisi
Istilah-istilah yang didefinisikan berikut ini digunakan dalam Dokumen
Permintaan Proposal ini dan akan memiliki arti sebagaimana ditentukan di
bawah ini. Istilah-istilah lainnya yang diawali dengan huruf besar yang
digunakan akan memiliki arti yang sama sebagaimana ditetapkan dalam
Perjanjian Kerjasama.
a. “Afiliasi” adalah setiap badan hukum yang sendiri atau bersama-sama
dengan badan hukum lainnya, secara langsung atau tidak langsung
melalui satu atau lebih perantara, Mengendalikan, Dikendalikan oleh, atau
berada di bawah Pengendalian yang sama dengan badan hukum lainnya.
Afiliasi harus mencakup anak perusahaan dan perusahaan induk dan anak
perusahaan dari induk yang sama, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
b. “AMDAL” adalah analisis mengenai dampak lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dan persyaratan
sebagaimana diatur pada Lampiran I dari Dokumen Permintaan Proposal.
c. “Anggota Utama Konsorsium” adalah Peserta pengadaan, yang
merupakan anggota dari konsorsium yang memenuhi kriteria yang terdapat
dalam Lampiran D.9 dari Dokumen Permintaan Proposal ini.
d. “Badan Usaha” adalah Peserta pengadaan yang ditetapkan sebagai
pemenang Pengadaan Proyek oleh PJPK.
e. “Dokumen Permintaan Proposal” adalah dokumen ini termasuk dengan
semua lampiran dan setiap perubahan serta klarifikasi yang dikeluarkan
oleh PJPK.
f. “Dokumen Penawaran” adalah penawaran tertulis yang disampaikan oleh
Peserta pengadaan kepada Panitia Pengadaan berdasarkan syarat dan
ketentuan sebagaimana tercantum di dalam Dokumen Permintaan Proposal
ini.
g. “Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis” adalah isi dari Sampul
penawaran pertama atau Sampul I yang disampaikan Peserta pengadaan
sesuai dengan Bagian 20.2.1.
h. “Dokumen Penawaran Finansial” adalah isi dari Sampul penawaran kedua
atau Sampul II untuk disampaikan oleh Peserta pengadaan sesuai dengan
Bagian 20.3.
i. “Dokumen Prakualifikasi” adalah dokumen prakualifikasi yang ditetapkan
oleh PJPK berdasarkan Keputusan Waliprovinsi jawa barat [●] pada tanggal
[●] beserta perubahannya dan dokumen prakualifikasi ulang beserta
perubahannya, yang menjadi ketentuan proses prakualifikasi dan proses
prakualifikasi ulang.

8
j. “Hari” adalah periode dua puluh empat (24) jam berturut-turut yang
berakhir pada tengah malam Waktu Standar Indonesia Bagian Barat. Satu
Hari adalah satu hari kalender.
k. “Hari Kerja” adalah hari Senin sampai dengan Jumat, kecuali dinyatakan
sebagai hari libur nasional, di Indonesia.
l. “Indonesia” adalah Republik Indonesia.
m. “Jaminan Penawaran” adalah jaminan untuk penawaran berupa bank
garansi dengan ketentuan tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali
(unconditional clause and irrevocable) yang diterbitkan oleh Pihak Penerbit
Jaminan sejumlah Rp ……,- (……… Rupiah), sebagai jaminan sesuai
dengan ketentuan Bagian 20.2.2 Dokumen Permintaan Proposal ini.
n. “Jaminan Pelaksanaan ” adalah jaminan atas pelaksanaan Badan Usaha
terhadap kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian Kerjasama sejak
tanggal penandatanganan Perjanjian Kerjasama sampai dengan tanggal
berlaku efektifnya Perjanjian Kerjasama berupa bank garansi dengan
ketentuan tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali (unconditional
clause and irrevocable) yang diterbitkan oleh Pihak Penerbit Jaminan
sejumlah Rp …….,- (………. Rupiah).
o. “Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha” untuk selanjutnya disebut
sebagai “KPBU” adalah kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
penyediaan infrastruktur yang dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama
atau pemberian izin pengusahaan.
p. “Kontraktor EPC” adalah perusahaan atau badan usaha EPC yang
ditunjuk atau akan ditunjuk oleh Perusahaan Pelaksana Proyek, jika ada,
dengan persetujuan terlebih dahulu dari PJPK.
q. “Kontraktor Operasional dan Pemeliharaan” adalah perusahaan atau
badan usaha operasional dan pemeliharaan yang ditunjuk atau akan
ditunjuk oleh Perusahaan Pelaksana Proyek, jika ada, dengan persetujuan
terlebih dahulu dari PJPK.
r. “Masa Berlaku Penawaran” adalah masa berlakunya Dokumen Penawaran
sesuai dengan ketentuan Bagian 17 Dokumen Permintaan Proposal ini,
yaitu selama ….. (……..) Hari sejak Tanggal Pemasukan Dokumen
Penawaran.
s. “Masa Sanggah” waktu yang diberikan oleh Panitia Pengadaan kepada
Peserta pengadaan untuk mengajukan Sanggahan sebagaimana diatur
dalam Bagian 32 dari Dokumen Permintaan Proposal ini.
t. “Panitia Pengadaan” adalah Panitia Pengadaan Badan Usaha, yang
ditetapkan melalui Keputusan Waliprovinsi jawa barat untuk pengadaan
badan usaha secara Pengadaan umum dalam rangka pembangunan
infrastruktur.

9
u. “Pemenang Pengadaan” adalah Peserta pengadaan yang diberikan Surat
Penetapan Pemenang Pengadaan sebagaimana diatur dalam Bagian 33
Dokumen Permintaan Proposal ini.
v. “Pemerintah” adalah Pemerintah Negara Republik Indonesia.
w. “Pengendalian” adalah kekuasaan untuk mengarahkan atau menyebabkan
arah kebijakan pengelolaan badan hukum, berdasarkan kontrak, instansi
atau yang lainnya.
x. “Perjanjian Kerjasama” adalah perjanjian yang akan ditandatangani oleh
Perusahaan Pelaksana Proyek dan PJPK yang menetapkan landasan
kerjasama Proyek.
y. “Perjanjian Operasional dan Pemeliharaan” adalah suatu perjanjian
untuk operasional dan pemeliharaan Proyek yang akan ditandatangani oleh
Perusahaan Pelaksana Proyek dan Kontraktor Operasional dan
Pemeliharaan.
z. “Perusahaan Pelaksana Proyek” adalah perusahaan yang didirikan oleh
Pemenang Pengadaan berdasarkan ketentuan hukum Indonesia, dengan
kantor yang berlokasi di Indonesia, dan para pengganti dan penerima
pengalihan yang diizinkan.
aa. “Perwakilan Peserta pengadaan” adalah orang yang diberi kuasa oleh
Peserta pengadaan melalui pemberian Surat Kuasa, untuk bertindak
sebagai perwakilan Peserta pengadaan dalam hubungannya dengan
Panitia, Pemerintah, dan/atau instansi terkait lainnya untuk semua hal
yang berkaitan dengan Proses Pengadaan yang terkait dengan Proyek.
bb. “Peserta pengadaan” adalah peserta yang telah lulus proses prakualifikasi
Proyek yang diumumkan oleh Panitia Pengadaan melalui Pengumuman
Hasil Prakualifikasi Pengadaan Badan Usaha Proyek Kerjasama Penyediaan
Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau No.
…….tanggal dan Pengumuman Hasil Prakualifikasi Ulang Pengadaan
Badan Usaha Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur Pembangunan
dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau No. ……tanggal ……..
cc. “Peserta pengadaan Yang Memenuhi Persyaratan” adalah Peserta
pengadaan yang Dokumen Penawarannya sesuai dengan seluruh
persyaratan, kondisi, dan spesifikasi dari Dokumen Permintaan Proposal
ini tanpa adanya penyimpangan dan reservasi yang material, sebagaimana
tercantum di Bagian 26 dari Dokumen Permintaan Proposal ini.
dd. “Pihak Penerbit Jaminan” adalah bank yang berdomisili di Indonesia dan
memiliki peringkat minimum AA- yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat Pefindo dan Fitch Ratings Indonesia.
ee. “Proses Pengadaan” adalah prosedur seleksi kompetitif yang ditentukan
dalam Dokumen Permintaan Proposal ini.
ff. “Proyek” adalah Pengadaan Badan Usaha Proyek Kerjasama Penyediaan
Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau.

10
gg. “PJPK” adalah Penanggung Jawab Proyek Kerjasama dalam hal ini adalah
Menteri Perhubungan.
hh. “Rancangan Perjanjian Kerjasama” adalah rancangan Perjanjian
Kerjasama yang disepakati secara final yang diterbitkan oleh PJPK sesuai
dengan Lampiran F Dokumen Permintaan Proposal ini.
ii. “Rupiah” adalah mata uang yang sah dari Republik Indonesia.
jj. “Sanggahan” adalah keberatan yang diajukan oleh Peserta pengadaan
kepada PJPK sehubungan dengan penyimpangan prosedur pelaksanaan
Pengadaan, sebagaimana diatur dalam Bagian 32 dari Dokumen
Permintaan Proposal.
kk. “Spesifikasi Teknis dan Desain Proyek” adalah persyaratan minimum
teknis dari Proyek yang ditetapkan pada Lampiran C dalam Dokumen
Permintaan Proposal ini.
ll. “Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran” adalah tanggal yang
tercantum pada Lampiran A Lembar Data Proses Pengadaan dari Dokumen
Permintaan Proposal ini, yang ditentukan sebagai hari pengajuan Dokumen
Penawaran.

7. Praktek KKN
7.1 Larangan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) serta Penipuan.
7.2 Peserta dan pihak yang terkait dengan pekerjaan ini berkewajiban
mematuhi etika pengadaan dengan tidak melakukan tindakan sebagai
berikut:
a. Berusaha mempengaruhi anggota Panitia Pengadaan dalam bentuk dan
cara apapun, untuk memenuhi keinginan Peserta yang bertentangan
dengan Dokumen Permintaan Proposal, dan/atau peraturan
perundang-undangan.
b. Melakukan persekongkolan dengan Peserta pengadaan lain untuk
mengatur hasil Pengadaan, sehingga mengurangi/ menghambat/
memperkecil/ meniadakan persaingan yang sehat dan/atau merugikan
pihak lain;
c. Membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain
yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan dalam Dokumen
Permintaan Proposal
7.3 Peserta yang menurut penilaian Panitia Pengadaan terbukti melakukan
tindakan sebagaimana dimaksud dalam angka 7.1 di atas dikenakan
sanksi sebagai berikut;
a. Sanksi administratif, seperti digugurkan dari Proses Pengadaan atau
pembatalan penetapan pemenang;
b. Sanksi pencantuman dalam daftar hitam;
c. Gugatan secara perdata; dan/atau
d. Pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang.

11
7.4 Pengenaan sanksi dilaporkan oleh Panitia Pengadaan kepada PJPK.

8. Benturan Kepentingan
8.1 Peserta pengadaan, termasuk Afiliasinya, tidak boleh memiliki benturan
kepentingan. Tanpa membatasi makna umum dari benturan kepentingan,
masing-masing situasi sebagai berikut akan dianggap sebagai suatu
“Benturan Kepentingan”:
1. Para pihak yang terlibat dalam Pengadaan wajib menghindari dan
mencegah terjadinya pertentangan kepentingan antara para pihak
yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, termasuk
hubungan afiliasi.
2. Pertentangan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pihak yang terlibat pada tahapan Penyiapan dan/atau Transaksi
sebagai konsultan atau Badan Penyiapan:
1) menjadi Peserta atau anggota konsorsium Peserta Pengadaan
Badan Usaha Pelaksana pada Proyek KPBU yang sama;
2) sebagai pemegang saham dan/atau pengurus pada perusahaan
yang menjadi Peserta atau perusahaan pada anggota konsorsium
dalam Pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada Proyek KPBU
yang sama;
3) memberikan pembiayaan/pendanaan atau memberikan
penjaminan pada Proyek KPBU yang sama; dan/atau
4) menjadi konsultan bagi Peserta Badan Usaha Pelaksana pada
Proyek KPBU yang sama.
b. pihak yang bertindak selaku konsultan pada lebih dari 1 (satu)
Peserta dalam Proyek KPBU yang sama;
c. anggota direksi atau dewan komisaris suatu Badan Usaha yang
menjadi Peserta merangkap sebagai anggota direksi atau dewan
komisaris pada Badan Usaha lain yang menjadi Peserta pada Proyek
KPBU yang sama;
d. anggota Panitia Pengadaan/Tim KPBU/PJPK memiliki hubungan
afiliasi dengan Peserta pada Proyek KPBU yang sama;
e. hubungan antara 2 (dua) atau lebih Badan Usaha yang menjadi
Peserta pada Pengadaan yang sama dikendalikan oleh pihak yang
sama, baik langsung maupun tidak langsung; dan/atau
f. kegiatan atau tindakan yang berpotensi menimbulkan persaingan
usaha tidak sehat sebagaimana tercantum pada ketentuan
perundangan mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha yang tidak sehat.
3. Hubungan afiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
adalah:
a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai
derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; dan/atau

12
b. memiliki kendali pada perusahaan Peserta baik langsung maupun
tidak langsung.
4. Para pihak yang memiliki pertentangan kepentingan dalam Proyek
KPBU yang sama dilarang terlibat dalam proses Pengadaan.
5. PJPK/Tim KPBU/Panitia Pengadaan/Peserta atau pihak lain yang
terlibat dalam Pengadaan harus menandatangani Pakta Integritas
sebagai bentuk komitmen untuk menghindari terjadinya pertentangan
kepentingan.
8.2 Jika pada setiap saat sebelum penandatanganan Perjanjian Kerjasama,
Peserta pengadaan, Afiliasinya, anggota-anggota konsorsium, atau Afiliasi
mereka diketahui memiliki Benturan Kepentingan sesuai dengan ketentuan
Bagian ini, terlepas dari apakah Surat Penetapan Pemenang Pengadaan
telah diberikan atau kepada siapa diberikan, Peserta pengadaan tersebut
akan didiskualifikasi, dan Jaminan Penawarannya akan dicairkan oleh
Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas Daerah. Apabila Benturan
Kepentingan melibatkan Peserta pengadaan lainnya, maka setiap Peserta
pengadaan yang terlibat dengan Benturan Kepentingan tersebut akan
didiskualifikasi, dan setiap Jaminan Penawarannya akan dicairkan oleh
Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas Daerah.
8.3 Meskipun bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Dokumen
Permintaan Proposal, Surat Penetapan Pemenang Pengadaan, atau
dokumen terkait lainnya, PJPK memiliki hak untuk memutuskan
Perjanjian Kerjasama tanpa bertanggung jawab dalam bentuk apapun
kepada Peserta pengadaan apabila Peserta pengadaan memiliki Benturan
Kepentingan sesuai dengan ketentuan dalam Bagian ini, Jaminan
Pelaksanaan yang masih ada akan dicairkan oleh PJPK dan disetor ke Kas
Daerah sebagai kompensasi dan kerugian yang wajib dibayar oleh Peserta
pengadaan.

9. Pakta Integritas
9.1 Pakta integritas berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi,
korupsi dan nepotisme (KKN) sebagaimana dijelaskan pada Bagian 4
Dokumen Permintaan Proposal ini.
9.2 Peserta harus menandatangani pakta integritas pada saat pemasukan
Dokumen Penawaran.
9.3 Pakta integritas harus ditandatangani oleh pemimpin/direktur utama
badan usaha atau dalam hal Peserta merupakan konsorsium oleh
penerima kuasa dari para direktur utama anggota konsorsium atau oleh
pejabat yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang berhak mewakili
badan usaha yang bekerja sama.

13
10. Perubahan Konsorsium
10.1 Dalam hal Peserta pengadaan berbentuk konsorsium perusahaan, maka
Peserta pengadaan tidak dapat menambah dan/atau mengubah
keanggotaan konsorsium Peserta pengadaan.
10.2 Peserta pengadaan harus menyusun perjanjian konsorsium yang dibuat
dalam Akta Notaris yang secara jelas mencantumkan komposisi
kepentingan ekuitas masing-masing anggota dalam konsorsium. Perjanjian
konsorsium ini, atau salinan sesuai asli dari perjanjian konsorsium yang
dilegalisasi oleh notaris, bersama-sama dengan formulir pembentukan
konsorsium Peserta pengadaan harus disampaikan sebagai bagian dari
Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis pada Tanggal Pemasukan
Dokumen Penawaran, dan disusun sesuai dengan Lampiran D.9 Dokumen
Permintaan Proposal ini.
10.3 Dalam Dokumen Penawaran harus disampaikan juga salinan sesuai asli
yang dilegalisasi oleh Notaris, risalah keputusan rapat direksi dari masing-
masing anggota konsorsium, atau apabila menurut prosedur internal
perusahaan risalah keputusan rapat direksi tidak diperlukan oleh anggota
konsorsium, maka perlu disampaikan bukti persetujuan perusahaan
lainnya yang dikeluarkan oleh anggota direksi atau pihak yang memiliki
kewenangan sesuai peraturan perusahaan yang diperlukan, yang
menyebutkan keputusannya untuk:
a. Berpartisipasi dalam tahap penawaran Proyek Kerjasama Penyediaan
Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau
Sulawesi Tenggara;
b. Melakukan penyertaan modal/saham dalam Perusahaan Pelaksana
Proyek jika ditetapkan sebagai Pemenang Pengadaan; dan
c. Memberikan kuasa kepada pihak yang akan menandatangani
perjanjian konsorsium untuk dan atas nama perusahaan.

10.4 Komposisi keanggotan konsorsium harus memenuhi kriteria yang


tercantum dalam Lampiran D.9 Dokumen Permintaan Proposal ini.
10.5 Peserta pengadaan harus mengkonfirmasikan peran dari setiap anggota
konsorsium Pengadaan untuk Proyek. Pengungkapan ini akan dibuat
dalam bentuk yang tercantum dalam Lampiran D.9 Dokumen Permintaan
Proposal ini dan akan disampaikan sebagai bagian dari Dokumen
Penawaran Administrasi dan Teknis.
10.6 Untuk dapat mengajukan Dokumen Penawaran, Peserta pengadaan Yang
Memenuhi Persyaratan dan setiap anggota konsorsium:
a. Tidak memiliki sengketa, gugatan, atau klaim merugikan lain yang
masih dalam proses terhadap PJPK atau terhadap setiap badan
pemerintahan Indonesia sejak Tanggal Pemasukan Dokumen
Penawaran sampai dengan tanggal penandatangan Perjanjian
Kerjasama;

14
b. Tidak dilarang untuk melakukan kegiatan, dibekukan, atau
dimasukkan dalam daftar hitam kontraktor oleh PJPK atau badan
pemerintahan Indonesia lain, baik merupakan kontraktor perorangan,
persekutuan, atau perusahaan atau sebagai anggota dari suatu usaha
patungan atau konsorsium dan tidak memiliki catatan kinerja buruk
dengan PJPK atau badan pemerintahan Indonesia lain;
c. Mengesampingkan haknya untuk mengajukan peringatan, putusan
sela, pelarangan atau gugatan hukum atau proses persidangan
terhadap PJPK atau Panitia Pengadaan untuk menghambat
dilaksanakannya Proses Pengadaan dan pemberian hak untuk
menandatangani Perjanjian Kerjasama kepada Pemenang Pengadaan,
dan pelaksanaan atau implementasi dari Perjanjian Kerjasama;
d. Tidak dipatuhinya setiap persyaratan yang diatur dalam ketentuan a,
b, dan c di atas merupakan alasan tidak diterimanya Dokumen
Penawaran atau diskualifikasi untuk mengikuti Proses Pengadaan dan
merupakan alasan penahanan Jaminan Penawaran.

11. Isi Dokumen Permintaan Proposal


Dokumen Permintaan Proposal ini mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Undangan kepada Peserta pengadaan;
b. Definisi;
c. Instruksi kepada Peserta pengadaan;
d. Lampiran A - Lembar Data Proses Pengadaan;
e. Lampiran B - Lembar Evaluasi Dokumen Penawaran;
1) Lampiran B.1: Lembar Evaluasi Administrasi;
2) Lampiran B.2: Lembar Evaluasi Teknis;
3) Lampiran B.3: Lembar Evaluasi Finansial;
f. Lampiran C - Spesifikasi Teknis dan Desain;
g. Lampiran D - Isi Sampul I – Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis;
1) Lembar D.1: Pakta Integritas;
2) Lembar D.2: Surat Kerahasiaan;
3) Lembar D.3: Surat Penawaran;
4) Lembar D.4: Surat Kuasa;
5) Lembar D.5: Surat Jaminan Penawaran;
6) Lembar D.6: Penawaran Teknis;
7) Lembar D.7: Data Pendukung Tambahan;
8) Lembar D.8: Rancangan Final Perjanjian Kerjasama;
9) Lembar D.9: Perjanjian Konsorsium;
10)Lembar D.10: Bentuk Surat Jaminan Pelaksanaan;
h. Lampiran E - Isi Sampul II - Dokumen Penawaran Finansial;
1) Lembar E.1: Penawaran Finansial;
2) Lembar E.2: Rencana Pembiayaan Proyek;
3) Lembar E.3: Model Finansial;

15
i. Lampiran F - Rancangan Perjanjian Kerjasama;
j. Lampiran G - Outline Dokumen Penawaran;
k. Lampiran H - Informasi Memorandum Proyek;
l. Lampiran I - Persyaratan AMDAL.

12. Jadwal Pelaksanaan Proyek


12.1 Rencana jadwal pengadaan badan usaha dan pelaksanaan Proyek
(“Rencana Jadwal Proyek”) akan ditetapkan oleh Panitia Pengadaan
12.2 Panitia atas inisiatif sendiri dapat mengubah Rencana Jadwal Proyek.
Panitia Pengadaan tidak dapat dibebankan kewajiban apapun atas
perubahan Rencana Jadwal Proyek. Panitia Pengadaan akan
menyampaikan setiap perubahan Rencana Jadwal Proyek secara tertulis
kepada seluruh Peserta pengadaan.

13. Biaya Penyiapan Penawaran


13.1 Peserta pengadaan diwajibkan menanggung seluruh biaya yang terkait
dengan penyiapan dan pemasukan Dokumen Penawaran, serta biaya-biaya
yang terkait dengan keikutsertaan Peserta pengadaan dalam tahap
Penawaran, termasuk namun tidak terbatas pada, pelaksanaan uji tuntas,
penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) dan konsultasi Peserta pengadaan,
pemeriksaan lokasi (site investigation), permintaan klarifikasi, finalisasi dan
penandatanganan Perjanjian Kerjasama serta Jaminan Penawaran. Panitia
Pengadaan dalam hal apapun tidak bertanggung jawab atas biaya-biaya
dimaksud.
13.2 Pemerintah Provinsi jawa barat tidak bertanggung jawab atas pengeluaran
apa pun oleh Peserta pengadaan terkait pemasukan Dokumen Penawaran.

14. Uji Tuntas


14.1 Setiap peserta pengadaan wajib melakukan uji tuntas (due diligence)
terhadap Proyek atas tanggungannya sendiri. Pemerintah Provinsi jawa
barat telah menyediakan perangkat pendukung untuk Peserta pengadaan
dalam persiapan Proposal Penawaran, yaitu:
a. Data Room/Pusat Data;
b. Draft Perjanjian Kerjasama;
c. Penjelasan Pengadaan/Aanwijzing.
14.2 Pusat Data akan disediakan oleh Panitia Pengadaan dengan memberikan
akses kepada setiap Peserta pengadaan terhadap situs website yang
menggunakan kata sandi (password) atau ruang data berbentuk fisik.
Akses terhadap Pusat Data dapat diberikan setelah Panitia Pengadaan
menerima perjanjian kerahasiaan yang secara substansial harus dalam
bentuk yang sama dengan format perjanjian kerahasiaan sebagaimana

16
tercantum pada Lembar D.2. Dokumen Permintaan Proposal ini yang telah
ditandatangani oleh Perwakilan Peserta pengadaan.
14.3 Dalam rangka membantu Peserta pengadaan dalam menyusun Dokumen
Penawarannya, Panitia Pengadaan dapat mengizinkan pihak-pihak lain
yang diusulkan oleh masing-masing Peserta pengadaan untuk memiliki
akses terhadap Pusat Data, termasuk, namun tidak terbatas pada
bank/lembaga keuangan, konsultan, dan/atau kontraktor dengan
ketentuan:
a. Pihak tersebut diusulkan secara tertulis kepada Panitia Pengadaan oleh
Peserta pengadaan dan telah disetujui oleh Panitia; dan
b. Masing-masing pihak yang diusulkan telah menandatangani perjanjian
kerahasiaan yang secara substansial harus dalam bentuk yang sama
dengan Surat Kerahasiaan sebagaimana tercantum dalam Lembar D.2.
c. Pihak-pihak yang diusulkan Peserta pengadaan tersebut dapat juga
menghadiri penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) dan konsultasi Peserta
pengadaan.

15. Rancangan Perjanjian Kerjasama


15.1 Bentuk dan isi Draft/Rancangan Perjanjian Kerjasama tercantum dalam
Lampiran F Dokumen Permintaan Proposal ini.
15.2 Peserta pengadaan diberikan kesempatan untuk mengajukan tanggapan
tertulis atas ketentuan-ketentuan dalam rancangan Perjanjian Kerjasama
sesuai dengan Rencana Jadwal Proyek sebagaimana diatur di Bagian 12.1.
15.3 Panitia Pengadaan dapat mempertimbangkan tanggapan sebagai dasar
pembuatan perubahan rancangan Perjanjian Kerjasama. Setiap perubahan
rancangan Perjanjian Kerjasama akan disampaikan dalam bentuk
amandemen/adendum Dokumen Permintaan Proposal.
15.4 Selain kesempatan untuk mengajukan tanggapan tertulis, Peserta
pengadaan juga diberikan kesempatan untuk melakukan Konsultasi
dengan Panitia Pengadaan terkait rancangan Perjanjian Kerjasama sesuai
dengan ketentuan Bagian 12.1.
15.5 Panitia Pengadaan akan menyampaikan Rancangan Perjanjian Kerjasama
sebagai bagian dari Dokumen Permintaan Proposal Final berdasarkan
Tanggapan atas Rancangan Perjanjian Kerjasama, penjelasan Pengadaan
(Aanwijzing), dan setiap proses konsultasi dengan Peserta pengadaan.
Dalam menyusun Dokumen Penawaran, Peserta pengadaan harus
berpedoman pada Dokumen Permintaan Proposal Final dan Rancangan
Final Perjanjian Kerjasama. Dokumen Penawaran yang tidak berpedoman
pada Dokumen Permintaan Proposal final dan Rancangan Final Perjanjian
Kerjasama akan dianggap sebagai Dokumen Penawaran yang tidak
memenuhi syarat. Dokumen Permintaan Proposal final, termasuk
Rancangan Final Perjanjian Kerjasama disampaikan selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) Hari sebelum Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran.

17
16. Rapat Penjelasan dan Peninjauan Lapangan
16.1 Panitia Pengadaan akan mengundang seluruh Peserta pengadaan secara
kolektif untuk menghadiri penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) dan untuk
menghadiri konsultasi secara individu.
16.2 Peserta pengadaan tidak diwajibkan untuk menghadiri penjelasan
Pengadaan (Aanwijzing) dan konsultasi, dan ketidakhadiran dalam
penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) dan konsultasi tidak dapat dijadikan
alasan untuk mendiskualifikasi Peserta pengadaan.
16.3 Prosedur Penjelasan Pengadaan (Aanwijzing)
16.3.1 Penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) harus dilakukan secara terbuka
untuk seluruh Peserta pengadaan atau perwakilannya secara
kolektif.
16.3.2 Kecuali jika ditentukan lain, penjelasan Pengadaan (Aanwijzing)
akan diselenggarakan di Jawa barat pada tanggal sesuai dengan
Rencana Jadwal Proyek pada Bagian 12.1. Panitia Pengadaan akan
menyampaikan surat undangan kepada seluruh Peserta pengadaan
untuk menghadiri penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) dengan
mencantumkan secara jelas waktu, tempat dan format penjelasan
Pengadaan (Aanwijzing).
16.3.3 Tujuan penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) adalah memberikan
penjelasan kepada Peserta pengadaan hanya yang terkait dengan
prosedur dan persyaratan administratif atau Proses Pengadaan.
16.3.4 Setelah pelaksanaan penjelasan Pengadaan (Aanwijzing), Peserta
pengadaan dapat menyampaikan pertanyaan-pertanyaan atau
tanggapan-tanggapan secara tertulis kepada Panitia Pengadaan
tentang Dokumen Permintaan Proposal pada jangka waktu sesuai
dengan Rencana Jadwal Proyek pada Bagian 12.1. Dokumen
Permintaan Proposal ini.
16.3.5 Seluruh pertanyaan atau tanggapan dari Peserta pengadaan dan
jawaban dari Panitia Pengadaan baik dalam proses penjelasan
Pengadaan (Aanwijzing) maupun yang disampaikan secara tertulis
akan dituangkan dalam berita acara penjelasan Pengadaan
(Aanwijzing). Berita acara penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) akan
disampaikan oleh Panitia Pengadaan kepada seluruh Peserta
pengadaan.

16.3.6 Agenda penjelasan Pengadaan adalah sebagai berikut:


a. Pembukaan/Pengantar Proyek Kerjasama Penytediaan
Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau
Bau Sulawesi Tenggara;

18
b. Penjelasan Dokumen Permintaan Proposal, meliputi penjelasan
mengenai metode pengadaan, tata cara pemasukan Dokumen
Penawaran, dokumen yang harus dilampirkan dalam Dokumen
Penawaran, tata cara pembukaan Dokumen Penawaran,
metode evaluasi penawaran, hal-hal yang dapat menggugurkan
penawaran, konsep Perjanjian Kerjasama, besaran, masa
berlaku dan pihak yang dapat mengeluarkan Jaminan
Penawaran;
c. Tanya/Jawab;
d. Penutup.

16.4 Prosedur Konsultasi


16.4.1 Proses konsultasi dilakukan secara tertutup antara Panitia
Pengadaan dengan masing-masing Peserta pengadaan dan/atau
perwakilannya.
16.4.2 Peserta pengadaan dapat didampingi oleh pihak-pihak yang terkait
pada Bagian 16.1 dalam proses konsultasi.
16.4.3 Kecuali jika ditentukan lain, proses konsultasi akan
diselenggarakan di Jawa barat pada waktu sebagaimana dimaksud
dalam Bagian 12.1. Panitia Pengadaan akan menyampaikan surat
undangan kepada seluruh Peserta pengadaan untuk menghadiri
proses konsultasi dengan mencantumkan secara jelas waktu,
tempat dan format proses konsultasi. Proses konsultasi akan
diselenggarakan setelah batas akhir pengajuan tanggapan atas
Rancangan Perjanjian Kerjasama. Waktu/durasi yang diberikan
kepada masing-masing Peserta pengadaan dalam proses konsultasi
adalah maksimal selama 3 (tiga) jam.
16.4.4 Maksud dari proses konsultasi adalah untuk memberikan
kesempatan kepada Peserta pengadaan untuk menyampaikan
tanggapan dan mendiskusikan Rancangan Perjanjian Kerjasama
dengan Panitia Pengadaan sebelum penerbitan Dokumen
Permintaan Proposal final dan Rancangan Final Perjanjian
Kerjasama sebagaimana diatur pada Bagian 15. Konsultasi ini
bukan merupakan proses negosiasi terhadap syarat dan ketentuan
dari rancangan Perjanjian Kerjasama.
16.4.5 Konsultasi untuk rancangan Perjanjian Kerjasama dapat dilakukan
lebih dari 1 (satu) kali sebagaimana dimaksud dalam Rencana
Jadwal Proyek di Bagian 12.1, dan bila diperlukan, Panitia
Pengadaan dapat mempertimbangkan untuk melakukan konsultasi
tambahan.

19
16.5 Peninjauan Lapangan
16.5.1 Setelah pelaksanaan penjelasan Pengadaan, Panitia Pengadaan
bersama-sama dengan Peserta pengadaan dapat mengunjungi dan
meninjau lokasi Proyek dan lingkungan sekitarnya serta
memperoleh segala informasi yang dianggap perlu dalam rangka
menyiapkan Dokumen Penawaran.
16.5.2 Pelaksanaan peninjauan lokasi proyek dan lingkungan sekitarnya
merupakan hak yang biaya dan resikonya sepenuhnya dibebankan
kepada Peserta pengadaan. Panitia Pengadaan tidak mempunyai
kewajiban untuk memfasilitasi atau menyediakan akses untuk
meninjau ke lokasi, baik yang terdapat maupun tidak terdapat
dalam Data Room.

17. Klarifikasi dan Amandemen/Adendum Dokumen Permintaan Proposal


17.1 Klarifikasi
17.1.1 Setiap Peserta pengadaan yang memiliki pertanyaan atau
memerlukan informasi tambahan sehubungan dengan Dokumen
Permintaan Proposal ini dapat menyampaikan permintaan
klarifikasi kepada Panitia Pengadaan secara tertulis dan
ditandatangani oleh Perwakilan Peserta pengadaan yang
disampaikan secara langsung, melalui email atau faksimili.
17.1.2 Permintaan klarifikasi dapat disampaikan selambat-lambatnya
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari sebelum Tanggal
Pemasukan Dokumen Penawaran.
17.1.3 Panitia Pengadaan dapat memberikan jawaban secara tertulis atas
setiap permintaan klarifikasi dari Peserta pengadaan yang akan
disampaikan melalui situs website atau melalui surat maupun
email kepada masing-masing Peserta pengadaan. Panitia
Pengadaan tidak memiliki kewajiban untuk menanggapi setiap
permintaan klarifikasi dari Peserta pengadaan.
17.1.4 Tanggapan atau jawaban dari Panitia Pengadaan selain yang
disampaikan sesuai dengan ketentuan Bagian 17.1 ini, dianggap
tidak sah.

17.2 Amandemen/Adendum
17.2.1 Panitia Pengadaan atas kewenangannya dapat mengubah,
menghapus, memodifikasi, atau menambah setiap bagian dari
Dokumen Permintaan Proposal ini dalam bentuk
amandemen/adendum yang kemudian disampaikan kepada
seluruh Peserta pengadaan.

20
17.2.2 Peserta pengadaan harus dengan segera memberikan konfirmasi
kepada Panitia Pengadaan melalui email atau faksimili sebagai
bukti penerimaan amandemen/adendum Dokumen Permintaan
Proposal, dan dicatatkan pada Dokumen Penawaran Peserta
pengadaan. Keterlambatan atau kegagalan Peserta pengadaan
dalam menyampaikan konfirmasi tersebut tidak membebaskan
Peserta pengadaan untuk tidak memenuhi syarat dan ketentuan
amandemen/adendum Dokumen Permintaan Proposal tersebut.
17.2.3 Dalam rangka memberikan waktu yang wajar bagi Peserta
pengadaan untuk menyesuaikan dengan syarat dan ketentuan
amandemen/adendum Dokumen Permintaan Proposal, Panitia
Pengadaan dapat, atas kewenangan dan kebijakannya sendiri,
memperpanjang batas akhir Tanggal Pemasukan Dokumen
Penawaran dimana semua hak dan kewajiban Peserta pengadaan
menurut batas akhir sebelumnya, dengan demikian juga menjadi
diperpanjang. Panitia Pengadaan memberitahukan perpanjangan
batas akhir ini kepada seluruh Peserta pengadaan secara tertulis.
17.2.4 Panitia Pengadaan berhak, atas kebijakannya sendiri, untuk
menerima atau menolak Dokumen Penawaran, yang dianggap
kurang lengkap, atau untuk memberhentikan Proses Pengadaan
dan menolak semua Dokumen Penawaran yang disampaikan,
tanpa menimbulkan tangung jawab apapun kepada Peserta
pengadaan atau tidak berkewajiban untuk menginformasikan
kepada Peserta pengadaan alasan untuk pengambilan keputusan di
atas.

18. Tanggung Jawab Peserta pengadaan


18.1 Setiap Peserta pengadaan harus memeriksa seluruh instruksi, ketentuan
dan persyaratan, formulir-formulir, spesifikasi dan informasi lainnya
sebagaimana diatur dalam Dokumen Permintaan Proposal dan seluruh
amandemen/adendumnya.
18.2 Dengan menyampaikan Dokumen Penawaran maka, Peserta pengadaan
dianggap telah sepenuhnya memeriksa dan menerima seluruh ketentuan
dan persyaratan dalam Dokumen Permintaan Proposal final dan
Rancangan Final Perjanjian Kerjasama, termasuk pemahaman mengenai
seluruh kondisi yang ada dan telah memperhitungkan segala risiko dan
keadaan yang mungkin dapat mempengaruhi biaya pelaksanaan dan
penyelesaian Proyek. Kegagalan atau kelalaian dalam mengkaji Proyek
secara keseluruhan tidak dapat dijadikan alasan bagi Peserta pengadaan
untuk membebaskannya dari pertanggungjawaban atas isi Dokumen
Penawaran tersebut, baik pada tahap penawaran maupun pada tahap
pelaksanaan Proyek (apabila Peserta pengadaan tersebut ditetapkan
sebagai Pemenang Pengadaan).

21
18.3 Jika Peserta pengadaan tidak melakukan due diligence secara menyeluruh
termasuk melakukan peninjauan tapak, akses jalan masuk ke lokasi
Proyek, kondisi permukaan tanah yang berkaitan, penggunaan lahan di
sekitar lokasi Proyek dan lainnya, hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan
bagi Peserta pengadaan untuk mengubah Dokumen Penawarannya di
kemudian hari, atau melepaskan Peserta pengadaan atau Perusahaan
Pelaksana Proyek dari tanggung jawab untuk menghitung dan
mempertimbangkan kesulitan atau biaya untuk melaksanakan
penyelesaian Proyek. Lebih lanjut, Dokumen Penawaran Finansial Peserta
pengadaan tidak dapat disesuaikan dengan alasan apapun pada saat
penyelesaian Perjanjian Kerjasama pada saat pelaksanaan Proyek.
18.4 Apabila Peserta pengadaan tidak dapat menyampaikan seluruh dokumen
dan informasi sebagaimana disyaratkan oleh Dokumen Permintaan
Proposal ini atau menyampaikan Dokumen Penawaran yang secara
substansi tidak sesuai dengan ketentuan dan persyaratan, maka tindakan
tersebut merupakan tanggung jawab Peserta pengadaan, dan Panitia
Pengadaan atas kebijakannya, dapat menentukan bahwa Dokumen
Penawaran tersebut tidak sesuai dengan persyaratan dalam Dokumen
Permintaan Proposal ini, dan Dokumen Penawaran tersebut dapat
didiskualifikasi.
18.5 Peserta pengadaan tidak dapat mengubah atau menyesuaikan Dokumen
Penawaran yang telah disampaikan kepada Panitia.
18.6 Peserta pengadaan dianggap telah mengerti terhadap semua peraturan
perundang-undang di Indonesia, keputusan-keputusan, dan pedoman-
pedoman baik lokal maupun nasional, yang dapat mempengaruhi atau
berlaku untuk Proyek.
18.7 Peserta pengadaan tidak boleh mengundurkan diri apabila telah
menyampaikan Dokumen Penawaran dan Dokumen Penawaran tersebut
telah diterima oleh Panitia.

C. PENYIAPAN DOKUMEN PENAWARAN


19. Bahasa dan Mata Uang
19.1 Dokumen Penawaran dan seluruh korespondensi yang disampaikan oleh
Peserta pengadaan kepada Panitia Pengadaan wajib ditulis dalam 2 (dua)
bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dokumen pendukung
dan dokumen lainnya yang diberikan oleh Peserta pengadaan dalam
Dokumen Penawaran dapat dibuat dalam bahasa lain, dengan ketentuan
bahwa dokumen-dokumen tersebut disertai dengan terjemahan dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dokumen pendukung dan dokumen
lainnya yang tidak disertai dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris dapat tidak dipertimbangkan. Dalam hal terdapat
perbedaan, maka versi bahasa Indonesia yang berlaku.

22
19.2 Panitia, atas pertimbangannya sendiri, dapat mendiskualifikasi Peserta
pengadaan yang tidak memenuhi ketentuan Bahasa sebagaimana
dimaksud pada bagian 19.1 di atas.
19.3 Berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No. 7 tahun 2011 tentang
Mata Uang (UU 7/2011) disebutkan bahwa setiap transaksi keuangan yang
dilakukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib
menggunakan mata uang Rupiah. Peserta pengadaan harus
menggunakan mata uang Rupiah dalam setiap rencana keuangan yang
dilampirkan dalam Dokumen Penawaran.

20. Struktur dan Isi Dokumen Penawaran


20.1 Umum
20.1.1 Dokumen Penawaran yang disampaikan oleh masing-masing Peserta
pengadaan terdiri dari:
a. Sampul I (“Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis”);
b. Sampul II (“Dokumen Penawaran Finansial”).
20.1.2 Peserta pengadaan dalam mempersiapkan Dokumen Penawaran
harus mengisi seluruh kolom kosong dan informasi yang diminta
dalam formulir-formulir yang tercantum dalam Lampiran D dan
Lampiran E Dokumen Permintaan Proposal ini.
20.1.3 Dalam hal terjadi kesalahan-kesalahan penulisan dalam Dokumen
Penawaran yang tidak bersifat material dan tidak mempengaruhi
substansi Dokumen Penawaran, Panitia Pengadaan dapat meminta
klarifikasi kepada Peserta pengadaan.
20.1.4 Dokumen Penawaran yang tidak terbaca atau terdapat suatu
koreksi, penghilangan, perubahan, tambahan, peniadaan, atau
perbedaan di dalamnya dapat ditolak, kecuali penghilangan,
perubahan, tambahan tersebut diparaf oleh Perwakilan Peserta
pengadaan dan dilakukan sebelum atau pada saat pemasukan
Dokumen Penawaran. Peserta pengadaan tidak dapat meminta
untuk dilakukannya koreksi atau perubahan setelah Dokumen
Permintaan Proposal diserahkan. Klarifikasi yang diminta oleh PJPK
akan dilakukan secara terpisah sesuai Bagian 17.1.
20.1.5 Peserta pengadaan harus mengikuti ketentuan susunan Dokumen
Penawaran sekurang-kurangnya seperti yang tercantum di dalam
outline Dokumen Penawaran, sebagaimana tercantum dalam
Lampiran G Dokumen Permintaan Proposal.

20.2 Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis – Isi Sampul I


20.2.1 Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis/Sampul I berisi
lembar-lembar yang tercantum dalam Tabel 5 di bawah ini.

23
Tabel 5. Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis
ISI SAMPUL I
Lembar 1 Pakta Integritas
Lembar 2 Surat Kerahasiaan
Lembar 3 Surat Penawaran
Lembar 4 Surat Kuasa
Lembar 5 Surat Jaminan Penawaran
Lembar 6 Penawaran Teknis
Lembar 7 Data Pendukung Tambahan
Lembar 8 Rancangan Final Perjanjian Kerjasama
Lembar 9 Perjanjian Konsorsium

20.2.2 Isi Sampul I diuraikan sebagai berikut:


a. Pakta Integritas
Perwakilan Peserta pengadaan wajib menandatangani Pakta
Integritas sesuai dengan Lembar D.1. Dokumen Permintaan
Proposal ini.
b. Surat Kerahasiaan
Peserta pengadaan wajib menyampaikan Surat Kerahasiaan
dalam bentuk sesuai dengan Lembar D.2. Dokumen Permintaan
Proposal ini. Surat Kerahasiaan harus ditandatangani oleh
Perwakilan Peserta pengadaan. Lembar Surat Kerahasiaan dalam
Lembar D.2. harus digunakan oleh Peserta pengadaan dalam
membuat Surat Kerahasiaan dalam rangka permintaan akses
Pusat Data yang ditandatangani oleh Perwakilan Peserta
pengadaan.
c. Surat Penawaran
Peserta pengadaan wajib menyampaikan Surat Penawaran dalam
bentuk sebagaimana dimaksud dalam Lembar D.3. Surat
Penawaran harus ditandatangani oleh Perwakilan Peserta
pengadaan.
d. Surat Kuasa
Peserta pengadaan harus menyampaikan Surat Kuasa dalam
bentuk sebagaimana dimaksud dalam Lembar D.4. Dokumen
Permintaan Proposal ini, disertai dengan dokumen-dokumen
terkait yang menyatakan kewenangan untuk memberikan kuasa
kepada 1 (satu) orang Perwakilan Resmi Peserta pengadaan
(contoh: keputusan Direksi, Anggaran Dasar Perusahaan
sebagaimana diperlukan). Surat Kuasa harus menyebutkan
secara spesifik Perwakilan Peserta pengadaan untuk

24
menandatangani Dokumen Penawaran dan tidak dapat ditarik
kembali serta mengikat bagi Peserta pengadaan dalam segala hal
yang berhubungan dengan Proses Pengadaan selama Masa
Berlaku Dokumen Penawaran.
Peserta pengadaan yang berbentuk konsorsium, dalam
menyusun Surat Kuasa, harus mengikuti ketentuan tambahan
sebagai berikut:
i. Pemberian wewenang kepada Perwakilan Peserta pengadaan
harus dibuktikan dengan Surat Kuasa yang ditandatangani
oleh setiap anggota konsorsium Peserta pengadaan.
ii. Perwakilan Peserta pengadaan harus memiliki wewenang
untuk menerima instruksi untuk dan atas nama setiap dan
semua anggota konsorsium, menyampaikan Jaminan
Penawaran atas nama konsorsium, dan berwenang untuk
menandatangani Perjanjian Kerjasama atas nama
Perusahaan Pelaksana Proyek.
iii. Surat Kuasa yang ditandatangani oleh setiap anggota
konsorsium harus disertai dengan dokumen-dokumen
terkait yang menyatakan kewenangan untuk memberikan
kuasa kepada Perwakilan Resmi Konsorsium, seperti risalah
keputusan rapat direksi dari masing-masing anggota
konsorsium, Anggaran Dasar Perusahaan, sebagaimana
diperlukan, yang menyebutkan keputusannya untuk:
a) berpartisipasi dalam Tahap Penawaran Proyek Kerjasama
Penyediaan Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan
Pelabuhan Bau Bau;
b) melakukan penyertaan modal/saham dalam Perusahaan
Pelaksana Proyek jika ditetapkan sebagai Pemenang
Pengadaan; dan
c) memberikan kuasa kepada pihak yang akan
menandatangani perjanjian konsorsium untuk dan atas
nama perusahaan.
e. Surat Jaminan Penawaran
Pada Lembar D.5, Peserta pengadaan wajib menyerahkan
Jaminan Penawaran sebesar Rp ……..,- (……..) yang diterbitkan
oleh Pihak Penerbit Jaminan. Surat Jaminan Penawaran tersebut
harus disampaikan dalam bentuk sebagaimana ditetapkan pada
Lembar D.5.
Jaminan Penawaran sekurang-kurangnya harus berlaku selama
…. (………) hari. Sebelum berakhirnya Masa Berlaku Jaminan
Penawaran yang ditetapkan, Panitia Pengadaan dapat meminta
secara tertulis kepada satu atau lebih Peserta pengadaan yang
telah memenuhi persyaratan untuk memperpanjang masa

25
berlaku Jaminan Penawarannya. Apabila Peserta pengadaan
tersebut menerima permintaan perpanjangan tersebut, maka
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) Hari Kerja
sebelum masa berlaku Jaminan Penawaran habis, Peserta
pengadaan tersebut harus telah menyampaikan kepada Panitia
Pengadaan Jaminan Penawaran yang telah diperpanjang. Apabila
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) Hari Kerja sejak tanggal
permintaan perpanjangan dari Panitia, Peserta pengadaan
tersebut menolak atau tidak menyerahkan Jaminan Penawaran,
maka Peserta pengadaan tersebut akan didiskualifikasi dalam
Proses Pengadaan selanjutnya dan Jaminan Penawaran
dikembalikan kepada Peserta pengadaan. Perpanjangan Jaminan
Penawaran harus memiliki masa berlaku yang sama dengan sisa
Masa Berlaku Penawaran. Apabila Masa Berlaku Penawaran
diperpanjang sesuai dengan Bagian 24, maka Jaminan
Penawaran harus diperpanjang sesuai dengan perpanjangan
Masa Berlaku Penawaran dengan prosedur perpanjangan yang
sama dengan Perpanjangan Pertama.
Setiap Dokumen Penawaran yang tidak disertai dengan Jaminan
Penawaran akan didiskualifikasi dan dinyatakan gugur dengan
alasan bahwa tidak sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan. Jaminan Penawaran dengan masa berlaku yang
kurang dari …. (……) hari akan dinyatakan gugur dengan alasan
tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
Jaminan Penawaran dari Peserta pengadaan yang gagal menjadi
Pemenang Pengadaan akan dikembalikan kepada Peserta
pengadaan tidak lebih dari 30 (tiga puluh) Hari Kerja setelah
Surat Penetapan Pemenang Pengadaan oleh PJPK diterbitkan.
Peserta yang ditetapkan sebagai pemenang harus
memperpanjang jaminan penawaran sampai dengan tanda
tangan perjanjian kerjasama.
Jaminan Penawaran akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan
disetor ke Kas Daerah tanpa ada pemberitahuan, permintaan,
atau proses hukum lainnya kepada Peserta pengadaan yang
bersangkutan, jika terjadi salah satu kondisi di bawah ini:
i. Dengan pengecualian di atas, Peserta pengadaan menarik
kembali Dokumen Penawarannya selama Masa Berlaku
Penawaran; atau
ii. Dokumen Penawaran Peserta pengadaan diketahui berisi
pernyataan palsu atau terdapat kekeliruan atau kelalaian;
iii. Dalam hal Pemenang Pengadaan, tidak menandatangani
Perjanjian Kerjasama, tanpa ada persetujuan tertulis dari
Panitia Pengadaan dan berdasarkan ketentuan di Bagian
37.1;

26
iv. Dalam hal Peserta pengadaan menolak untuk
memperpanjang Masa Berlaku Jaminan Penawaran atau
tidak menyerahkan Jaminan Penawaran yang telah
diperpanjang; atau
v. Dalam kurun waktu yang telah ditetapkan, Peserta
pengadaan tidak menyerahkan Jaminan Pelaksanaan
dan/atau gagal menandatangani Perjanjian Kerjasama.
f. Penawaran Teknis
Pada Lembar D.6, masing-masing Peserta pengadaan harus
menyampaikan usulan desain teknis, pendekatan, metodologi,
teknologi yang akan digunakan yang sesuai dengan persyaratan
Spesifikasi Desain dan Teknis sebagaimana diatur pada
Rancangan Perjanjian Kerjasama.
Peserta pengadaan dilarang untuk memasukkan proposal
alternatif yang tidak memenuhi persyaratan desain dan
Spesifikasi Teknis sebagaimana Lampiran C dalam Dokumen
Permintaan Proposal ini.
g. Data Pendukung Tambahan
Peserta pengadaan harus menyampaikan data-data spesifik
sebagaimana ditentukan pada Lembar D.7 Dokumen Permintaan
Proposal ini.
h. Rancangan Final Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf
Pada Lembar D.8, Peserta pengadaan harus menyampaikan
salinan Rancangan Final Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf
oleh Perwakilan Peserta pengadaan pada setiap halaman yang
menunjukkan penerimaan syarat dan ketentuan akhir dari
Perjanjian Kerjasama.
i. Perjanjian Konsorsium
Pada Lembar D.9, Peserta pengadaan harus menyampaikan
Perjanjian Konsorsium yang telah ditandatangani dan disertai
dengan Persetujuan dari Direksi dalam suatu rapat Direksi
sesuai dengan Anggaran Dasar dari masing-masing anggota
konsorsium (yakni dari masing-masing perusahaan atau anggota
konsorsium yang menyetujui investasi untuk Proyek).

20.3 Dokumen Penawaran Finansial – Isi Sampul II


20.3.1 Sampul II terdiri dari 2 (dua) bagian yang masing-masing disampul
dan disegel secara terpisah, yaitu:
a. Sampul II.A. berisi penawaran harga dan penawaran tarif jasa
pelabuhan yang telah dilengkapi, sebagaimana ditentukan pada
Lembar E.1. Dokumen Permintaan Proposal ini;

27
b. Sampul II.B. berisi informasi mengenai rencana pembiayaan
sebagaimana dipersyaratkan pada Lembar E.2 Dokumen
Permintaan Proposal ini dan model keuangan termasuk daftar
kuantitas dan harga sebagaimana dipersyaratkan dalam
Lembar E.3.
20.3.2 Dokumen Penawaran Finansial Peserta pengadaan harus dievaluasi
sesuai dengan parameter untuk Dokumen Penawaran Finansial
Peserta pengadaan yang diatur pada Lampiran B. Untuk tujuan ini
maka model evaluasi penawaran yang dilengkapi oleh Peserta
pengadaan juga harus dilampirkan dan disampaikan sebagai
bagian dari Dokumen Penawaran Finansial. Peserta pengadaan
wajib menyampaikan informasi mengenai rencana pembiayaan
sebagaimana dipersyaratkan pada Lembar E.2 Dokumen
Permintaan Proposal ini.

20.4 Ketentuan Legalisasi/Konsularisasi


Sesuai dengan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor
09/A7KP/XII/2006/01, setiap dokumen yang diterbitkan dan
ditandatangani di luar negeri dan akan dipergunakan di wilayah Indonesia,
wajib dilegalisasi/dikonsularisasi oleh Kementerian Kehakiman dan/atau
Kementerian Luar Negeri Negara tersebut dan perwakilan Republik
Indonesia di Negara tersebut.

21. Masa Berlaku Dokumen Penawaran


21.1 Dokumen Penawaran berlaku selama Masa Berlaku Penawaran. Peserta
pengadaan yang mengajukan Dokumen Penawaran dengan masa berlaku
kurang dari Masa Berlaku Penawaran yang ditetapkan akan dianggap
sebagai Peserta pengadaan yang tidak mengikuti persyaratan yang telah
ditentukan, dan Peserta pengadaan tersebut akan didiskualifikasi.
21.2 Sebelum berakhirnya Masa Berlaku Penawaran yang ditetapkan, Panitia
Pengadaan dapat meminta kepada satu atau lebih Peserta pengadaan Yang
Memenuhi Persyaratan untuk memperpanjang masa berlaku Dokumen
Penawarannya. Permintaan dan tanggapan untuk perpanjangan tanggal
berlaku sebagaimana telah ditetapkan harus dibuat secara tertulis, dengan
ketentuan jika Peserta pengadaan Yang Memenuhi Persyaratan tersebut
tidak memberikan tanggapan tertulis atas permintaan Panitia Pengadaan
dalam waktu 10 (sepuluh) Hari Kerja sejak diterimanya permintaan
tersebut, Peserta pengadaan Yang Memenuhi Persyaratan akan dianggap
telah menolak permintaan perpanjangan. Namun, Peserta pengadaan Yang
Memenuhi Persyaratan dapat secara tegas menolak permintaan tersebut.
Jika Peserta pengadaan Yang Memenuhi Persyaratan menolak permintaan
perpanjangan, Peserta pengadaan tersebut akan didiskualifikasi dalam
Proses Pengadaan selanjutnya. Peserta pengadaan Yang Memenuhi

28
Persyaratan tersebut setuju atau dianggap telah menyetujui permintaan
tidak akan diizinkan untuk merubah Dokumen Penawaran, namun akan
diminta memperpanjang masa berlaku Jaminan Penawarannya. Ketentuan-
ketentuan pada Bagian 20.2.2.e di atas mengenai pelepasan dan peniadaan
Jaminan Penawaran tetap berlaku selama masa perpanjangan berlakunya
Dokumen Penawaran.

D. PEMASUKAN DOKUMEN PENAWARAN


22. Format dan Penandatanganan Dokumen Penawaran
22.1 Peserta pengadaan harus menyiapkan 2 (dua) set Sampul I Dokumen
Penawaran Administrasi dan Teknis (set pertama dalam bahasa Indonesia
dan set kedua dalam bahasa Inggris) yang masing-masing terdiri dari:
a) 1 (satu) dokumen asli, yang secara jelas diberi tanda “Asli/Original”;
b) 4 (empat) salinan, yang secara jelas diberi tanda “Salinan/Copy”; dan
c) 2 (dua) salinan elektronik dalam bentuk flashdrive/USB (Universal
Serial Bus) dengan format PDF.
Dalam hal terjadi perbedaan antara dokumen asli dan dokumen salinan
(termasuk salinan elektronik) maka dokumen asli yang akan berlaku.
Dalam hal terjadi perbedaan antara dokumen dalam bahasa Indonesia dan
dokumen dalam bahasa Inggris maka dokumen dalam bahasa Indonesia
yang akan berlaku.
22.2 Peserta pengadaan harus menyampaikan 2 (dua) set Sampul II Dokumen
Penawaran (set pertama dalam bahasa Indonesia dan set kedua dalam
bahasa Inggris) yang masing-masing terdiri dari:
a) 1 (satu) dokumen asli yang secara jelas diberi tanda “Asli/Original”;
dan
b) 4 (empat) salinan, yang secara jelas diberi tanda “Salinan/Copy”.
22.3 Apabila Dokumen Penawaran terdiri dari lebih dari 1 (satu) volume, Peserta
pengadaan harus secara jelas memberi nomor pada semua volume
Dokumen Penawaran dan memberi indeks dalam daftar isi pada setiap
volumenya.
22.4 Dokumen Penawaran harus diketik dengan ukuran huruf 12 pada kertas
A4 dengan setiap lembar diparaf oleh Perwakilan Peserta pengadaan. Surat
Penawaran Administrasi dan Teknis dan Surat Penawaran Finansial
masing-masing akan ditandatangani oleh Perwakilan Peserta pengadaan
dan masing-masing dibubuhi meterai Rp. 6.000 (Enam Ribu Rupiah).
22.5 Terhadap Dokumen Penawaran yang telah disampaikan, tidak boleh
dilakukan suatu koreksi, baik yang berupa perubahan, penghilangan,
tambahan, atau peniadaan.
22.6 Setiap Peserta pengadaan atau setiap anggota konsorsium tidak
diperkenankan mengajukan lebih dari 1 (satu) Dokumen Penawaran. Setiap

29
Peserta pengadaan atau setiap anggota konsorsium tidak diperkenankan
menjadi Afiliasi dari Peserta pengadaan lain, atau anggota dari konsorsium
lain, atau Afiliasi dari anggota konsorsium lain. Peserta pengadaan atau
anggota konsorsium yang melanggar aturan ini akan mengakibatkan
Peserta pengadaan yang bersangkutan didiskualifikasi oleh Panitia
Pengadaan. Pembatasan ini tidak membatasi partisipasi Kontraktor EPC
dalam lebih dari satu konsorsium, dengan ketentuan partisipasi Kontraktor
EPC tidak dapat sebagai anggota konsorsium. Tetapi, Kontraktor
Operasional dan Pemeliharaan hanya dapat ditunjuk oleh satu Peserta
pengadaan dan merupakan bagian dari satu penawaran.

23. Penyegelan dan Penandaan Penawaran


23.1 Penyegelan dan Pemberian Tanda Dokumen Penawaran pada Sampul Luar
23.1.1 Dokumen Penawaran harus disampaikan ke Panitia Pengadaan
dalam sampul tertutup atau kotak atau tempat tertutup atau
tempat lainnya yang dapat diterima oleh Panitia Pengadaan dan
ditujukan kepada Panitia Pengadaan pada alamat yang ditentukan
dalam Lembar Data Proses Pengadaan pada Lampiran A.
23.1.2 Sampul luar atau kotak yang berisi Dokumen Penawaran harus
dituliskan nama dan alamat Perwakilan Peserta pengadaan untuk
memungkinkan Dokumen Penawaran dapat dikembalikan tanpa
dibuka jika dinyatakan terlambat atau tidak dapat diterima oleh
Panitia.
23.1.3 Sampul luar atau kotak yang disegel harus berisi 2 (dua) sampul
yang disegel yang di dalamnya masing-masing memuat Sampul I
(Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis) dan Sampul II
(Dokumen Penawaran Finansial).
23.1.4 Sampul luar harus disegel dan ditandatangani oleh Perwakilan
Peserta pengadaan. Jika Dokumen Penawaran tidak disegel dan
ditandatangani sesuai dengan ketentuan Bagian ini, Panitia
Pengadaan dapat mendiskualifikasikan Peserta pengadaan dengan
alasan bahwa tidak mengikuti persyaratan yang telah ditentukan
dan tidak bertanggungjawab atas setiap kesalahan dalam
penempatan atau pembukaan Dokumen Penawaran.
23.1.5 Sampul luar yang berisi Dokumen Penawaran harus memuat
sebagai berikut:
a. Nama dan Alamat Penerima
b. Nama Proyek
c. Nama dan alamat Peserta Pengadaan

23.2 Tanda Pada Sampul Dalam

30
23.2.1 Sampul I Dokumen Penawaran terdiri dari 2 (dua) set dalam segel
terpisah (set pertama dalam bahasa Indonesia dan set kedua dalam
bahasa Inggris) yang masing-masing terdiri dari:
a) 1 (satu) dokumen asli, yang secara jelas diberi tanda
“Asli/Original”;
b) 4 (empat) salinan, yang secara jelas diberi tanda
“Salinan/Copy”; dan
c) 2 (dua) salinan elektronik dalam bentuk flashdrive/USB
(Universal Serial Bus) dengan format PDF.
23.2.2 Set pertama Sampul I harus berisi Jaminan Penawaran yang
dikeluarkan oleh bank yang memiliki kegiatan usaha Republik
Indonesia yang asli dan salinannya.
23.2.3 Setiap set dalam Sampul I harus diberikan tanda sesuai dengan
ketentuan Bagian 20.1 di atas, dan mencakup kalimat “Dokumen
Penawaran Administrasi dan Teknis Diajukan Oleh: [Masukkan
Nama Peserta pengadaan]” pada bagian bawah.
23.2.4 Sampul II Dokumen Penawaran yang terdiri dari 2 (dua) set (set
pertama dalam Bahasa Indonesia dan set kedua dalam Bahasa
Inggris), yang masing-masing set terdiri dari:
a) 1 (satu) dokumen asli yang secara jelas diberi tanda
“Asli/Original”; dan
b) 4 (empat) salinan, yang secara jelas diberi tanda
“Salinan/Copy”.
23.2.5 Sampul yang berisi Dokumen Penawaran Finansial ini harus diberi
tanda sebagai berikut:
a. Dokumen Finansila
b. Jangan Dibuka sebelum tanggal pembukaan dokumen
penawaran financial;
c. Nama Proyek;
d. Nama Peserta Pengadaan

24. Batas Akhir Pemasukan Penawaran


24.1 Semua Dokumen Penawaran harus disampaikan dan diterima di alamat
sekretariat Panitia Pengadaan pada pukul 9:00 - 14:00 WIB, pada Tanggal
Pemasukan Dokumen Penawaran. Pemasukan Dokumen Penawaran harus
disampaikan sendiri kepada Panitia Pengadaan sesuai alamat sebagaimana
ditentukan pada Lampiran A Lembar Data Dokumen Permintaan Proposal.
24.2 Dokumen Penawaran yang dikirim hanya diterima dan disampaikan secara
langsung. Dokumen Penawaran yang dikirim melalui pos, faksimili, surat

31
elektronik, teleks, telegram atau dengan cara apapun, selain disampaikan
secara langsung tidak akan diterima.
24.3 Panitia Pengadaan dapat memperpanjang batas waktu pemasukan
Dokumen Penawaran dengan mengeluarkan amandemen/adendum sesuai
dengan Bagian 17.2 Dokumen Permintaan Proposal ini.
24.4 Setiap Dokumen Penawaran yang disampaikan di luar tanggal dan waktu
pemasukan Dokumen Penawaran sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
A Lembar Data Proses Pengadaan ini akan didiskualifikasi atau tidak
diterima oleh Panitia Pengadaan tanpa memperhatikan alasan apapun.
24.5 Kegagalan pemasukan proposal pada Batas Akhir Waktu Pemasukan
sebagaimana diatur dalam Bagian 21.1 maka Peserta pengadaan
dinyatakan diskualifikasi dari Proses Pengadaan.

E. PEMBUKAAN DAN EVALUASI DOKUMEN PENAWARAN


25. Pembukaan Penawaran
25.1 Setiap Dokumen Penawaran akan diberi nomor sesuai dengan urutan
waktu penerimaan dan akan diberikan cap sebagai penandaan waktu
penerimaan Dokumen Penawaran. Selain itu, penerimaan masing-masing
Dokumen Penawaran akan dicatat dalam daftar penerimaan (“Daftar
Penerimaan”). Daftar Penerimaan terdiri dari tanggal, waktu, dan nama
Peserta pengadaan yang menyampaikan Dokumen Penawaran. Segera
setelah Dokumen Penawaran disampaikan, Dokumen Penawaran tersebut
akan disimpan di tempat yang aman sampai waktu pembukaan.
25.2 Pada pukul 14:00 WIB, pada Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran,
Panitia Pengadaan mengumumkan bahwa batas waktu untuk pemasukan
Dokumen Penawaran telah berakhir. Panitia Pengadaan kemudian memulai
proses pembukaan dengan mengumumkan nama Peserta pengadaan yang
telah memasukkan Dokumen Penawaran dan perincian lainnya yang
dianggap perlu oleh Panitia. Pembukaan Dokumen Penawaran dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Perwakilan Peserta pengadaan yang
hadir dalam proses pembukaan Dokumen Penawaran. Apabila tidak ada
Perwakilan Peserta pengadaan yang hadir, Panitia Pengadaan menunda
pembukaan sampai waktu yang telah ditentukan. Jika setelah waktu yang
ditentukan tersebut tidak ada Perwakilan Peserta pengadaan yang hadir,
pembukaan Dokumen Penawaran dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang
yang bukan merupakan anggota dari Panitia, yang ditunjuk secara tertulis
oleh Panitia.
25.3 Panitia Pengadaan melanjutkan membuka Sampul I dari masing-masing
Dokumen Penawaran yang disampaikan, satu per satu, sesuai dengan
urutan diterimanya Dokumen Penawaran, dalam sebuah pertemuan
terbuka. Perwakilan Peserta pengadaan yang hadir harus menandatangani
Daftar Penerimaan sebagai bukti kehadiran mereka pada saat pertemuan
terbuka tersebut. Panitia Pengadaan memeriksa isi Sampul I masing-

32
masing Dokumen Penawaran untuk memeriksa kelengkapannya
berdasarkan daftar yang tersedia di Bagian 20.2.2 di atas. Setelah
pembukaan seluruh Sampul I, Panitia Pengadaan harus segera
menyiapkan Berita Acara Pembukaan Penawaran. Berita Acara tersebut
ditandatangani semua anggota Panitia Pengadaan yang hadir dan para
saksi (Perwakilan Peserta pengadaan yang hadir atau saksi yang ditunjuk
oleh Panitia Pengadaan sebagaimana dimaksud pada Bagian 25.2 di atas).
Berita Acara tersebut kemudian didistribusikan kepada seluruh Perwakilan
Peserta pengadaan. Setelah itu, Panitia Pengadaan menutup pertemuan
terbuka untuk melaksanakan evaluasi atas Sampul I dari masing-masing
Dokumen Penawaran yang diajukan.
25.4 Dalam hal hanya ada satu Peserta pengadaan yang memenuhi syarat,
maka akan diberlakukan ketentuan mengenai peserta penawar tunggal
(Bagian Error! Reference source not found. Dokumen Permintaan
Proposal), sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015
tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur.
25.5 Jika tidak ada Dokumen Penawaran yang memenuhi syarat, Panitia
Pengadaan menyatakan Proses Pengadaan gagal dan dapat melakukan
Pengadaan ulang terhadap Proyek, atau mengambil tindakan lain yang
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

26. Evaluasi Dokumen Penawaran


26.1 Panitia Pengadaan melakukan evaluasi atas Dokumen Penawaran
Administrasi dan Teknis (Sampul I) dan Dokumen Penawaran Finansial
(Sampul II).
26.2 Kriteria evaluasi untuk administrasi menggunakan sistem gugur. Apabila
Peserta pengadaan memenuhi/lulus administrasi, akan dilanjutkan dengan
evaluasi teknis dan keuangan yang menggunakan sistem penilaian. Bobot
penilaian untuk evaluasi teknis dengan batas kelulusan 70, sedangkan
bobot penilaian untuk evaluasi keuangan adalah Biaya Ketersediaan
Layanan terendah. Rincian kriteria evaluasi penawaran dapat dilihat pada
Lampiran B.

27. Evaluasi Dokumen Penawaran: Sampul I


27.1 Panitia Pengadaan melakukan Evaluasi atas Dokumen Penawaran
Administrasi yang terdapat dalam Sampul I Dokumen Penawaran dengan
sistem gugur, berdasarkan kriteria evaluasi yang tercantum dalam
Lampiran B.1 Dokumen Permintaan Proposal. Peserta pengadaan yang
tidak memenuhi persyarataan Sampul I bagian Administrasi maka Peserta
pengadaan tidak lulus kualifikasi Administrasi/ gugur.
27.2 Selanjutnya bagi Peserta pengadaan yang telah memenuhi/lulus kualifikasi
Administrasi, Panitia Pengadaan melanjutkan evaluasi terhadap Dokumen

33
Penawaran Teknis berdasarkan kriteria evaluasi yang tercantum dalam
Lampiran B.2. Dokumen Permintaan Proposal. Evaluasi atas Dokumen
Penawaran Teknis yang dalam Sampul I Dokumen Penawaran dilakukan
dengan sistem skoring.
27.3 Sampul I dianggap telah memenuhi persyaratan, apabila secara substansi:
a. Sesuai dengan seluruh syarat, kondisi, dan spesifikasi Dokumen
Permintaan Proposal ini tanpa adanya penyimpangan material,
pernyataan reservasi atau kondisional yang dapat mempengaruhi
ruang lingkup, kualitas atau pelaksanaan Proyek atau dapat
membatasi ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Permintaan
Proposal, hak Panitia, kewajiban Peserta pengadaan, dan kewajiban
Perusahaan Pelaksana Proyek berdasarkan Perjanjian Kerjasama; dan
b. Dianggap layak secara teknis. Peserta pengadaan yang Sampul I-nya
yang secara substansi ditentukan memenuhi syarat dipertimbangkan
sebagai Peserta Yang Memenuhi Persyaratan.
27.4 Sampul I yang tidak memenuhi persyaratan/gugur adalah Sampul I yang
secara substansi tidak memenuhi kriteria sebagaimana ditetapkan pada
Bagian 27.3 di atas. Panitia, atas pertimbangannya sendiri, dapat
menentukan apakah setiap Sampul I memenuhi kriteria-kriteria tersebut.
Dokumen Penawaran Sampul I yang dinyatakan tidak memenuhi
persyaratan maka dianggap sebagai Peserta pengadaan yang tidak
memenuhi persyaratan. Dokumen Penawaran Peserta pengadaan yang
tidak memenuhi persyaratan akan dikembalikan kepada masing-masing
Peserta pengadaan.

28. Klarifikasi/Verifikasi Dokumen Penawaran


28.1 Selama proses evaluasi terhadap isi Dokumen Penawaran Administrasi dan
Teknis, Panitia Pengadaan, atas pertimbangannya sendiri, mengundang
Peserta pengadaan secara tertulis ke suatu pertemuan untuk memberikan
klarifikasi dan/atau konfirmasi.
28.2 Klarifikasi hanya terbatas pada pemberian penjelasan, konfirmasi dan/atau
pemberitahuan dokumen-dokumen pendukung atas informasi dan rencana
dalam Dokumen Penawaran, namun tidak termasuk pada penyampaian
usulan tambahan atau suatu dokumen baru yang dapat mengubah
substansi Dokumen Penawaran.
28.3 Peserta pengadaan berkewajiban untuk memberikan klarifikasi dan/atau
konfirmasi sesuai dengan dengan permintaan Panitia Pengadaan dalam
bentuk tertulis, selambat-lambatnya 14 (empat belas) Hari sejak
permintaan klarifikasi dan/atau konfirmasi tersebut disampaikan oleh
Panitia.
25.4 Hasil klarifikasi dari Peserta pengadaan yang bersangkutan harus
dicantumkan dalam Berita Acara Klarifikasi/Konfirmasi yang disusun oleh

34
Panitia Pengadaan sebagai bagian dari Dokumen Penawaran Peserta
pengadaan.
25.5 Panita Pengadaan, atas kebijakannya sendiri, memiliki hak untuk
melakukan klarifikasi/konfirmasi kepada pihak lain selain Peserta
pengadaan yang berhubungan dengan informasi yang terdapat dalam
Dokumen Penawaran Peserta pengadaan. Hasil klarifikasi/konfirmasi
kepada pihak lain dimaksud dapat dijadikan bahan pertimbangan Panita
Pengadaan dalam pelaksanaan evaluasi Dokumen Penawaran Administrasi
dan Teknis.

29. Pemeriksaan dan Penilaian Dokumen Penawaran yang Responsif


29.1 Panitia Pengadaan melakukan pemeriksaan dan penilaian kesesuaian isi
Sampul I yang dianggap responsif sesuai dengan ketentuan pada Bagian
24.
29.2 Peserta pengadaan yang Sampul I dianggap substansial responsif
ditetapkan sebagai Peserta pengadaan Yang Memenuhi Persyaratan.
29.3 Apabila dalam proses pemeriksaan dan penilaian sesuai ketentuan pada
Bagian 24, Panitia Pengadaan menemukan adanya ketidaksesuaian dalam
Sampul I, maka Peserta pengadaan yang bersangkutan gugur sehingga
tidak akan diikutsertakan dalam tahapan Pengadaan selanjutnya. Peserta
pengadaan yang menyampaikan Sampul I tidak responsif maka akan
ditetapkan sebagai Peserta pengadaan yang tidak memenuhi persyaratan.
29.4 Hasil pemeriksaan dan penilaian sesuai ketentuan pada Bagian 24 akan
dituangkan dalam sebuah Berita Acara Hasil Pengadaan dan
ditandatangani oleh sedikitnya 5 (lima) anggota Panitia.

30. Pengumuman Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran: Sampul I


30.1 Panitia Pengadaan mengumumkan lulus atau gugurnya Peserta pengadaan
berdasarkan hasil evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I (Dokumen
Administrasi dan Teknis) kepada seluruh Peserta pengadaan secara
tertulis.
30.2 Dokumen penawaran Sampul II dan Jaminan Penawaran asli dari Peserta
pengadaan yang gugur pada evaluasi Sampul I, dikembalikan kepada yang
bersangkutan setelah dilaksanakannya penandatanganan Perjanjian
Kerjasama antara PJPK dan Perusahaan Pelaksana Proyek.

31. Evaluasi Dokumen Penawaran: Sampul II


31.1 Panitia membuka, mengevaluasi, dan memberikan peringkat Sampul II
Dokumen Penawaran dari Peserta pengadaan Yang Memenuhi Persyaratan
sesuai dengan ketentuan pada Bagian 20.3.

35
31.2 Panitia Pengadaan membuka Sampul II dalam sebuah pertemuan terbuka
pada waktu dan tanggal yang ditentukan dalam Lampiran A Lembar Data
Proses Pengadaan atau pada tanggal kemudian yang mungkin diumumkan
oleh Panitia. Wakil dari Peserta pengadaan yang hadir wajib
menandatangani Daftar Penerimaan sebagai bukti kehadiran mereka.
Ketentuan mengenai wakil dari Peserta pengadaan dalam pembukaan
Sampul I juga berlaku terhadap pembukaan Sampul II.
31.3 Panitia Pengadaan akan melakukan evaluasi bahwa Dokumen Penawaran
Finansial yang tercantum dalam Sampul II:
a. Disusun sesuai dengan format yang disyaratkan dalam Lampiran E
Dokumen Permintaan Proposal ini;
b. Menggunakan mata uang Rupiah;
c. Mengikat dan tidak merujuk pada persyaratan apapun.
Panitia Pengadaan berhak untuk meminta klarifikasi atas Model Finansial
Proyek yang dibuat secara substansi sesuai dengan Lampiran E.3.
31.4 Perhitungan Dokumen Penawaran Finansial dinyatakan sampai dengan
nilai satuan Rupiah. Dalam hal terdapat ketidaksesuaian antara
huruf/terbilang dan angka yang disampaikan maka penyampaian dalam
huruf/terbilang yang akan berlaku. Dalam hal terdapat perbedaan antara
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, maka versi bahasa Indonesia akan
berlaku.
31.5 Atas setiap Dokumen Penawaran Finansial yang tidak sesuai dengan
persyaratan Bagian 31.3, Panitia Pengadaan akan mengembalikan Jaminan
Penawaran asli kepada Peserta pengadaan yang bersangkutan setelah
Penerbitan Surat Penetapan Pemenang Pengadaan.

32. Koreksi Aritmatik


32.1 Panitia Pengadaan tidak melakukan koreksi aritmatik terhadap Dokumen
Penawaran.
32.2 Apabila terjadi kesalahan di dalam Dokumen Penawaran Peserta
pengadaan terkait dalam kesalahan dalam pemasukan nilai/harga/volume,
kuantitas, dan hasil perhitungan, maka Panitia Pengadaan tidak
melakukan koreksi aritmatik terhadap Dokumen Penawaran tersebut
Risiko yang timbul atas kesalahan dalam Dokumen Penawaran merupakan
tanggung jawab dari Peserta pengadaan.
32.3 Panitia Pengadaan hanya menggunakan nilai/angka yang tertulis pada
penawaran total yang terdapat di dalam Dokumen Penawaran.

36
33. Kerahasiaan
33.1 Seluruh informasi yang telah tercakup dalam Surat Kerahasiaan dan
seluruh informasi dalam Dokumen Penawaran dianggap rahasia dan tidak
boleh diungkapkan kepada pihak lain yang tidak terkait dengan Proses
Pengadaan. Peserta pengadaan, dengan menyampaikan Dokumen
Penawaran, secara tegas telah mengesampingkan unsur kerahasiaan
tersebut dan mengizinkan pengungkapan hasil penawaran kepada seluruh
Peserta pengadaan sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal ini.
33.2 Setiap upaya oleh Peserta pengadaan atau salah satu anggota
konsorsiumnya atau Afiliasinya untuk mempengaruhi Panitia Pengadaan
dalam Proses Pengadaan, akan menyebabkan Dokumen Penawaran Peserta
pengadaan yang bersangkutan didiskualifikasi/tidak dapat diterima dan
Jaminan Penawaran dari Peserta pengadaan yang bersangkutan akan
dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetorkan ke Kas Daerah.
33.3 Berita Acara Hasil Pengadaan harus dijaga kerahasiaannya sampai dengan
pelaksanaan Perjanjian Kerjasama.

F. PEMENANG PENGADAAN
34. Pengumuman Hasil Pengadaan
34.1 Panitia Pengadaan menetapkan calon Pemenang Pengadaan dan 2 (dua)
cadangan pemenang (bila ada) berdasarkan hasil evaluasi terhadap
Dokumen Penawaran yang dinyatakan memenuhi syarat sesuai dengan
ketentuan pada Bagian 27 dan 31.
34.2 Panitia Pengadaan menyusun dan menyampaikan laporan hasil evaluasi
kepada PJPK disertai usulan penetapan Pemenang Pengadaan dan 2 (dua)
cadangan pemenang (bila ada).
34.3 PJPK menetapkan Pemenang Pengadaan dan 2 (dua) cadangan pemenang
(bila ada) berdasarkan usulan dari Panitia.
34.4 Panitia Pengadaan akan mengumumkan Pemenang Pengadaan dan 2 (dua)
cadangan pemenang (bila ada) serta memberitahukannya kepada seluruh
Peserta pengadaan.

35. Sanggahan terhadap Hasil Pengadaan


35.1 Sanggahan hanya dapat disampaikan oleh Peserta pengadaan yang
memasukkan Dokumen Penawaran.
35.2 Kepada Peserta pengadaan yang berkeberatan atas pengumuman
pemenang Pengadaan diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan
secara tertulis dalam Masa Sanggah, yaitu selama 5 (lima) Hari Kerja
setelah pengumuman Pemenang Pengadaan.
35.3 Sanggahan disampaikan kepada PJPK disertai dengan bukti-bukti
terjadinya penyimpangan prosedur pelaksanaan Pengadaan.

37
35.4 PJPK tidak menerima Sanggahan dan bukti pendukung yang disampaikan
setelah berakhirnya Masa Sanggah.
35.5 PJPK memeriksa keabsahan dari setiap Sanggahan dan akan
menyampaikan jawaban atas Sanggahan secara tertulis kepada Peserta
pengadaan yang menyampaikan Sanggahan dalam jangka waktu selama 7
(tujuh) Hari Kerja setelah berakhirnya Masa Sanggah.
35.6 Jawaban PJPK atas Sanggahan bersifat final dan proses Sanggahan tidak
dapat menghentikan Proses Pengadaan.

36. Keputusan Pemenang Pengadaan


36.1 PJPK akan menerbitkan Surat Penetapan Pemenang Pengadaan kepada
Peserta pengadaan dengan ketentuan:
a. Tidak ada Sanggahan dari Peserta pengadaan; atau
b. Sanggahan yang diterima dalam Masa Sanggah dinyatakan tidak
benar oleh PJPK, atau Sanggahan diterima melewati waktu Masa
Sanggah.
36.2 Peserta pengadaan yang ditetapkan sebagai Pemenang Pengadaan wajib
menerima keputusan PJPK tersebut. Apabila Pemenang Pengadaan
mengundurkan diri dan Jaminan Penawarannya masih berlaku maka
pengunduran diri tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan
yang dapat diterima secara obyektif oleh PJPK, dengan ketentuan bahwa
Jaminan Penawaran Pemenang Pengadaan tersebut akan dicairkan oleh
Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas Daerah.
36.3 Terhadap Pemenang Pengadaan yang mengundurkan diri dengan alasan
yang tidak dapat diterima oleh PJPK dan Jaminan Penawarannya masih
berlaku, di samping Jaminan Penawaran Pemenang Pengadaan yang
bersangkutan dapat dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas
Daerah.
36.4 Apabila Pemenang Pengadaan mengundurkan diri, maka penetapan dapat
dilakukan kepada cadangan pemenang pertama (bila ada), dengan
ketentuan:
a. Cadangan pemenang pertama tersebut harus terlebih dahulu mendapat
penetapan dari PJPK sebagai Pemenang Pengadaan;
b. Masa Berlaku Penawaran dan Jaminan Penawaran cadangan pemenang
pertama tersebut masih berlaku atau sudah diperpanjang.
36.5 Apabila cadangan pemenang pertama sebelum atau setelah ditetapkan
sebagai Pemenang Pengadaan juga mengundurkan diri dan Jaminan
Penawarannya masih berlaku maka pengunduran diri tersebut hanya
dapat dilakukan berdasarkan alasan yang dapat diterima secara obyektif
oleh PJPK, dengan ketentuan bahwa Jaminan Penawaran cadangan
pemenang pertama tersebut akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan
disetor ke Kas Daerah.

38
36.6 Apabila cadangan pemenang pertama baik sebelum atau setelah ditetapkan
sebagai Pemenang Pengadaan juga mengundurkan diri, maka penetapan
Pemenang Pengadaan dapat dilakukan kepada cadangan pemenang kedua
(bila ada), dengan ketentuan:
a. Cadangan pemenang kedua tersebut harus terlebih dahulu mendapat
penetapan dari PJPK sebagai Pemenang Pengadaan;
b. Masa Berlaku Penawaran dan Jaminan Penawaran cadangan pemenang
kedua tersebut masih berlaku atau sudah diperpanjang;
36.7 Apabila cadangan pemenang kedua mengundurkan diri, dengan alasan
yang tidak dapat diterima, maka Jaminan Penawaran cadangan pemenang
kedua tersebut akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas
Daerah. Panitia Pengadaan dapat melakukan pengadaan ulang.

37. Tanggung Jawab Pemenang Pengadaan


37.1 Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak
diterbitkannya Surat Penetapan Pemenang Pengadaan, Pemenang
Pengadaan harus memberitahukan secara tertulis kepada PJPK bahwa
Pemenang Pengadaan telah mendirikan suatu badan hukum yang
berfungsi khusus untuk melaksanakan Proyek berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan disertai dokumen-dokumen
terkait persyaratan pembentukan suatu badan hukum sebagai bukti telah
didirikannya Perusahaan Pelaksana Proyek. Apabila dalam jangka waktu 6
(enam) bulan tersebut Pemenang Pengadaan belum dapat mendirikan
Perusahaan Pelaksana Proyek dikarenakan suatu hal di luar kendali dari
Pemenang Pengadaan dan alasan tersebut dapat diterima oleh PJPK, maka
PJPK dapat memberikan waktu tambahan.
37.2 Perjanjian Kerjasama akan ditandatangani oleh PJPK dan Perusahaan
Pelaksana Proyek selambat-lambatnya 40 (empat puluh) Hari setelah
terbentuknya Badan Usaha Pelaksana, Jaminan Pelaksanaan telah
diserahkan kepada PJPK, dan semua persyaratan lainnya untuk
penandatangan telah terpenuhi.
37.3 Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 5 (lima) Hari Kerja sebelum
penandatanganan Perjanjian Kerjasama, Pemenang Pengadaan harus
menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dalam bentuk sebagaimana tercantum
dalam Lampiran D.10. Dokumen Permintaan Proposal ini.
37.4 Jaminan Penawaran Pemenang Pengadaan akan dicairkan oleh Panitia
Pengadaan dan disetor kepada Kas Daerah tanpa mengurangi hak atau
tindakan yang dapat diambil oleh Panitia Pengadaan terhadap Pemenang
Pengadaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
apabila:
a. Pemenang Pengadaan tidak memberitahukan PJPK atau gagal
membentuk Perusahaan Pelaksana Proyek sebagaimana dimaksud pada
Bagian 37.1;

39
b. Perusahan Pelaksana Proyek gagal menyerahkan kepada PJPK Jaminan
Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada Bagian 37.2; atau
c. Menolak atau tidak mampu atau gagal menandatangani Perjanjian
Kerjasama dalam jangka waktu 75 (tujuh puluh lima) Hari setelah
Penerbitan Surat Penetapan Pemenang Pengadaan.
37.5 Ketentuan Bagian 37 Dokumen Permintaan Proposal ini berlaku secara
mutatis mutandis terhadap ketentuan Bagian Error! Reference source not
found..
37.6 Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 5 (lima) Hari Kerja setelah
penandatanganan Perjanjian Kerjasama, Panitia Pengadaan akan
mengembalikan semua Jaminan Penawaran kepada para Peserta
pengadaan.

G. PEMBATALAN PENGADAAN, PENGADAAN ULANG


38. Pembatalan Pengadaan Dan Pengadaan Ulang
38.1 Dokumen Penawaran akan dianggap tidak memenuhi syarat dan dianggap
batal, karena salah satu alasan sebagai berikut, antara lain:
a. Kesalahan yang material atau kelalaian dalam pemasukan Dokumen
Penawaran dan dokumentasi pendukung lainnya;
b. Kegagalan Peserta pengadaan untuk mempertahankan kriteria
kualifikasi sebagaimana yang disyaratkan oleh Dokumen Permintaan
Proposal dan komposisi anggota konsorsium sebagaimana disyaratkan
dalam Lampiran D.9 Dokumen Permintaan Proposal;
c. Peserta pengadaan (atau anggota konsorsium Peserta pengadaan atau
Afiliasinya) berpartisipasi dalam satu atau lebih Dokumen Penawaran
atau proposal, atau Anggota Utama atau Anggota Berkomitmen dalam
suatu konsorsium memiliki saham dalam suatu Anggota Utama atau
Anggota Berkomitmen dari konsorsium Peserta pengadaan lainnya;
d. Kegagalan menyampaikan dokumen yang diperlukan berdasarkan
Dokumen Permintaan Proposal ini seperti, namun tidak terbatas pada,
surat kuasa, risalah rapat keputusan direksi, dan dalam hal Peserta
pengadaan berbentuk konsorsium, perjanjian konsorsium yang dibuat
dalam akta notaris, termasuk Jaminan Penawaran tidak sesuai dengan
persyaratan Dokumen Permintaan Proposal ini;
e. Masa Berlaku Penawaran tidak memenuhi persyaratan Dokumen
Permintaan Proposal ini;
f. Ketidaksesuaian atau adanya deviasi atau penyimpangan dalam
Dokumen Penawaran dengan salah satu syarat, ketentuan, dan
spesifikasi Dokumen Permintaan Proposal;
g. Peserta pengadaan mengajukan usulan penawaran alternatif; atau

40
h. Alasan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
38.2 Berdasarkan ketentuan pada bagian 38.1, Panitia Pengadaan berhak, atas
kebijakannya sendiri, untuk menerima atau menolak proposal, yang
dianggap kurang lengkap, atau untuk memberhentikan Proses Pengadaan
dan menolak semua proposal yang disampaikan sebelum pelaksanaan
Perjanjian Kerjasama, tanpa menimbulkan tanggung jawab apapun kepada
Peserta pengadaan atau tidak berkewajiban untuk menginformasikan
kepada Peserta pengadaan alasan untuk pengambilan keputusan di atas.
38.3 Berdasarkan ketentuan pada bagian 38.1 dan 38.2, Panitia Pengadaan
akan membatalkan Pengadaan atau Pengadaan dianggap gagal.
38.4 Pengadaan dapat dibatalkan dan dinyatakan gagal, apabila calon
Pemenang Pengadaan dan 2 (dua) cadangan (jika ada) mengundurkan diri
dari Proses Pengadaan.
38.5 Kementerian Perhubungan dapat menetapkan untuk membatalkan
Pengadaan, atau melakukan Pengadaan ulang, apabila terbukti adanya
kolusi dalam pelaksanaan Pengadaan Proyek ini;
38.6 Panitia Pengadaan dapat melakukan Pengadaan ulang apabila tidak
terdapat Peserta pengadaan yang memenuhi persyaratan setelah dilakukan
evaluasi, seperti yang tercantum dalam Bagian 29 atau tidak terdapat
Peserta pengadaan yang memasukkan Dokumen Penawaran.

41
LAMPIRAN A: LEMBAR DATA PROSES PELELANGAN

Informasi pokok tentang Proses Pelelangan Proyek Kerjasama Penyediaan


Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau:

Nama Proyek Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau


Instansi Pemerintah yang Kementerian Perhubungan
Memberikan Pekerjaan
Penanggung Jawab Proyek Menteri Perhubungan
Kerjasama (“PJPK”)
Panitia Pengadaan Badan
Usaha Proyek Kerjasama
Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan
Pengelolaan Pelabuhan Bau
Bau
Tanggal Penyerahan
Dokumen Penawaran
Lokasi Penyampaian [sesuai undangan]
Dokumen Penawaran

Lokasi, Waktu dan Tanggal [sesuai undangan]


Pembukaan Sampul I

Lokasi, Waktu dan Tanggal [sesuai undangan]


Pembukaan Sampul II

Bahasa Dokumen Penawaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dalam hal
terdapat perbedaan maka versi Bahasa Indonesia
yang berlaku
Maksimum Tarif Jasa
Pelayanan Barang di
Pelabuhan
Harga Pembelian Listrik
Jumlah Jaminan Penawaran
Masa Berlaku Penawaran …. (…………… hari) hari sejak Tanggal Pemasukan
Dokumen Penawaran
Asli dan Jumlah Salinan Satu (1) Asli, 4 (empat) Salinan Tercetak, 2 (dua)
Dokumen Penawaran salinan elektronik (pdf) dalam flashdrive/USB
(Universal Serial Bus) masing-masing dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris

A-1
LAMPIRAN B: LEMBAR EVALUASI DOKUMEN PENAWARAN

LAMPIRAN B.1: LEMBAR EVALUASI ADMINISTRASI

Dokumen Penawaran yang disampaikan Peserta Pengadaan akan dievaluasi secara


administrasi untuk mengecek kelengkapannya. Evaluasi Administrasi dilakukan
berdasarkan sistem gugur (pass/fail) dengan kriteria sebagai berikut:

No. Kriteria
1 Evaluasi Kelengkapan persyaratan Dokumen Penawaran dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris

Sampul I: Proposal Administratif dan Teknis: 1 (satu) asli, 4 (empat)


salinan dan 4 (empat) salinan elektronik.

Lembar 1: Pakta Integritas – sesuai Lembar D.1


Lembar 2: Surat Kerahasiaan – sesuai pada Lembar D.2
Lembar 3: Surat Penawaran (ditandatangani oleh Perwakilan Peserta
Pengadaan) – sesuai Lembar D.3
Lembar 4: Surat Kuasa (dilegalisasi oleh notaris sesuai dengan yurisdiksi
Peserta Pengadaan atau oleh Kedutaan Besar Republik
Indonesia) – sesuai Lembar D.4
Lembar 5: Surat Jaminan Penawaran – sesuai Lembar D.5
Lembar 6: Penawaran Teknis – sesuai Lembar D.6
Lembar 7: Data Pendukung Tambahan – sesuai Lembar D.7
Lembar 8: Rancangan Final Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf
(Dokumen yang diparaf hanya yang asli, salinannya tidak
perlu diparaf) – sesuai Lembar D.10
Lembar 9: Perjanjian Konsorsium yang telah ditandatangani dan disertai
dengan Persetujuan dari Direksi dalam suatu rapat Direksi
sesuai dengan Anggaran Dasar dari masing-masing anggota
konsorsium (yakni dari masing-masing perusahaan atau
anggota konsorsium yang menyetujui investasi untuk Proyek).
Sampul II: Penawaran Finansial: 1 (satu) asli dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris (hanya dibuka untuk Peserta Pengadaan
lulus evaluasi administrasi dan teknis)

B-1
LAMPIRAN B.2: LEMBAR EVALUASI TEKNIS

Dokumen Penawaran Teknis yang disampaikan Peserta Pengadaan akan dievaluasi


mengenai kelengkapan, pemenuhan kriteria dan spesifikasi desain dan teknis,
serta kelayakan secara teknis. Evaluasi atas penawaran teknis dilakukan dengan
sistem penilaian berdasarkan lembar evaluasi sebagai berikut:

Kriteria Evaluasi Dokumen Penawaran Teknis Bobot (%)


A. Konsep dan Metodologi
1. Uraian Proyek
dan Komponen-
Komponen
Teknis
B. Desain dan Spesifikasi Teknis
2. Desain dan
Spesifikasi
Teknis

C. Komponen-Komponen Teknis
3. Komponen-
Komponen
Teknis

D. Rencana Konstruksi
4. Jadwal dan
Tahapan
Konstruksi

5. Metode
Pelaksanaan
Konstruksi
E. Rencana Operasi dan Pemeliharaan
6. Jadwal dan
Tahapan
Operasi dan
Pemeliharaan
Sistem
7. Metode
Pelaksanaan
Operasi dan
Pemeliharaan
F. Strategi Pengelolaan dan Pemantauan Dampak Lingkungan
8. Rencana
Pengelolaan dan
Pemantauan
Lingkungan
9. Rencana
Pengelolaan
Dampak Sosial
PASSING GRADE= 70

B-2
LAMPIRAN B.3: LEMBAR EVALUASI FINANSIAL

Dokumen Penawaran Finansial akan diperiksa kelengkapannya, yang harus


mencakup (i) Penawaran Biaya Jasa Penyediaan Infrastruktur Pembangunan
dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau, (ii) Rencana Pembiayaan Proyek, dan (iii)
Model Finansial Proyek. Evaluasi penilaian dilakukan dengan sistem
pembobotan. Dokumen-dokumen yang akan dievaluasi adalah sebagai berikut:

1. EVALUASI PENAWARAN BIAYA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR


PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PELABUHAN BAU BAU
2. EVALUASI RENCANA PEMBIAYAAN PROYEK
3. EVALUASI MODEL FINANSIAL

Penawaran Finansial yang dinilai adalah yang memiliki Avaibility Payment


terendah.

B-3
LAMPIRAN C: SPESIFIKASI TEKNIS DAN DESAIN

1 STANDAR KINERJA TEKNIS OPERASIONAL PELABUHAN


Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik dalam penyelenggaraan transportasi laut, maka perlu
ditetapkan standar kinerja teknis operasional pelabuhan yang dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan transportasi laut, sebagai instrumen perencanaan
untuk menggambarkan kondisi yang ingin dicapai di masa yang akan datang, sebagai instrumen
perencanaan untuk mengalokasikan sumber daya/investasi, sebagai instrumen pemantauan
(monitoring) dan evaluasi kinerja (performance evaluation) untuk pelaksanaan kegiatan, sebagai
instrumen pembantu untuk pengambilan keputusan.

Indikator Kinerja Pelayanan Operasional adalah variabel-variabel Pelayanan, penggunaan fasilitas dan
peralatan pelabuhan. Indikator tersebut terdiri dari Waiting Time (WT) atau waktu tunggu kapal,
Approach Time (AT) atau waktu pelayanan pemanduan, Effektive Time dibanding Berth Time (ET: BT),
Produktivitas Kerja (T/G/J dan B/C/H), Receiving/Delivery Petikemas, Berth Occupancy Ratio (BOR)
atau atau tingkat penggunaan dermaga, Shed Occupancy Ratio (SOR) atau tingkat penggunaan gudang,
Yard Occupancy Ratio (YOR) atau tingkat penggunaan lapangan penumpukan, Kesiapan operasi
peralatan.

2 KONDISI TEKNIS LINGKUNGAN PELABUHAN


2.1 Elevasi Pasang Surut

Data elevasi pasang surut tertinggi dan terendah berdasarkan peramalan adalah sebagai berikut:
Mean High Water Level (MHWL) = + 2.00 m
Mean Low Water level (MLWL) = + 0.00 m

2.2 Tinggi Gelombang dan Kecepatan Arus

2.2.1 Gelombang
Tinggi gelombang rencana berdasarkan hasil simulasi perambatan gelombang laut dalam dari arah
utara:
Tinggi Gelombang = 1.0 m
Periode = 6.0 s
Bilangan gelombang = 0.086

2.2.2 Arus
Kecepatan arus rencana berdasarkan hasil simulasi arus pasang surut yang telah dilakukan:
Kecepatan Arus (U) = 0.5 m/s
Koefisien Drag = 1
Koefisien Inersia = 2

3 KEBUTUHAN FASILITAS PERAIRAN


Pemilihan tipe dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani (dermaga penumpang
1. Tinjauan Topografi Daerah Pantai
Di perairan yang dangkal sehingga kedalaman yang cukup agak jauh dari darat, penggunaan jetty
akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan yang besar. Sedang di lokasi dimana
kemiringan dasar cukup curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang di perairan
yang dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini pembuatan wharf adalah lebih
tepat. Di suatu daerah yang akan dibangun daerah industri atau pertambangan dekat pantai, di
mana daerah daratan rendah maka diperlukan penimbunan dengan menggunakan pasir hasil
pengerukan di laut. Untuk menahan tanah timbunan diperlukan dinding penahan tanah. Dinding
penahan tanah tersebut dapat juga sebagai dermaga dengan menambah fasilitas tambatan, bongkar-
muat, perkerasan halaman dermaga, dan sebagainya. Dermaga ini disebut bulkhead wharf (wharf
penahan tanah).

2. Jenis Kapal yang Dilayani


Dermaga yang melayani kapal kontiner (container cargo) memerlukan peralatan bongkar-muat
barang yang besar, rel khusus crane, gudang-gudang, dan lain-lain. Karena kebutuhan fasilitas
bongkar muat tersebut, areal darat lebih cocok berupa timbunan. Apabila areal darat Untuk
melayani kapal tersebut penggunaan pier atau jetty akan lebih ekonomis.

3. Daya Dukung Tanah


Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada umumnya tanah di dekat
daratan mempunyai daya dukung yang lebih besar daripada tanah di dasar laut. Dasar laut
umumnya terdiri dari dari endapan yang belum padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan
wharf atau dinding penahan tanah lebih menguntungkan. Tetapi apabila tanah dasar berupa
karang, pembuatan wharf akan mahal karena untuk memperoleh kedalaman yang cukup di depan
wharf diperlukan pengerukan. Dalam hal ini pembuatan pier akan lebih murah karena tidak
diperlukan pengerukan dasar karang.

Dengan melihat kondisi di lapangan dan mengacu kepada pertimbangan-pertimbangan diatas


dipilihlah tipe pier atau jetty untuk struktur dermaga karena dinilai lebih ekonomis. Hal tersebut
dapat dilihat dari kondisi pantai yang curam dan jenis kapal yang dilayani adalah kargo dengan
spesifikasi 30.000 DWT.

3.1 Perencanaan Layout dan Elevasi Penting

Dermaga berfungsi sebagai tempat membongkar-muat (loading-unloading) dan berlabuh (berthing).


Dasar pertimbangan dalam perencanaan dermaga:
1. Arah angin, arah arus, dan perilaku kestabilan pantai.
2. Panjang dan lebar dermaga disesuaikan dengan kapasitas/jumlah kapal berlabuh.
3. Letak dermaga dipilih sedemikian rupa sehingga paling menguntungkan terhadap fasilitas darat
yang tersedia dengan mempertimbangkan kedalaman perairan.
4. Elevasi lantai dermaga dengan memperhitungkan kondisi pasang surut dan gelombang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dermaga diuraikan di bawah ini.
E = MHWL + 1/2H + F
dengan:
E = Elevasi dermaga
MHWL = Mean High Water Level, elevasi pasut tertinggi. (3.56m)
H = tinggi gelombang. (1.0m)
F = free board, tinggi jagaan (0.5-1.0 m)

Dari data-data yang dimiliki didapatkan elevasi dermaga:


E = 2.00 + ½(1.0) + 1.00 = 3.5 m

2. Panjang Dermaga
Penentuan kebutuhan panjang dermaga ditentukan oleh arus bongkar muat berdasarkan jenis
komoditi, volume barang, dan jenis kemasan, dimana penentuan kebutuhan fasilitas tiap tahapan
pengembangan dibagi menjadi tiga masa rencana, yaitu:
a. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 5 tahun kedepan;
b. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 10 tahun kedepan, dan;
c. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 20 tahun kedepan.

Dalam perhitungan kebutuhan dermaga diperlukan pengetahuan mengenai karakterisitik kapal yang
akan digunakan dalam perencanaan seperti panjang (loa), lebar dan draft.

Peningkatan kinerja operasional pelabuhan yang meliputi BOR, jumlah jam operasi, jumlah gang,
serta produktifitas alat/gang mempengaruhi kebutuhan dermaga pada pelabuhan yang dikaji. Pada
kasus Pelabuhan Baubau, terdapat tiga jenis angkutan utama yaitu angkutan penumpang,
angkutan barang umum dan angkutan peti kemas.

Perhitungan tiap tahapan pengembangan panjang dermaga Pelabuhan Murhum Baubau lebih
lengkapnya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kebutuhan Pengembangan Dermaga Pelabuhan Murhum Baubau
Eksisting Pendek Menengah Panjang
No Uraian Satuan
2015 2016-2020 2016-2025 2016-2035
Terminal Peti Kemas
1 Bongka r mua t conta i ner TEUS 18.466 29.760 41.054 63.642
2 Juml a h efekti f kerja per ha ri ja m 12 14 14 18
3 Berth Occupa ncy Ra ti o % 107 60 55 55
4 Produkti vi ta s cra ne da ra t per ja m box 5 8 10 12
5 Produkti vi ta s cra ne da ra t per ha ri box 60 112 140 216
6 Jeni s Ka pa l Si ngga h GT 5.000 7.000 10.000 15.000
7 Pendeka ta n Pa nja ng Derma ga (ukura n ka pa l ) m 180 130 145 160
8 Ka pa s i ta s Ka pa l box 206 288 412 618
9 Shi p ca l l per ta hun ka l i 90 104 100 104
10 Tota l Kebutuha n Efekti f Ha ri Kerja s el uruh ta mba ta n ha ri 290 447 535 541
11 Juml a h ha ri kerja ha ri 330 330 330 330
12 Juml a h Derma ga Conta i ner berth 1 2 2 2
13 Tota l Pa nja ng derma ga ka pa l peti kema s m 180 260 290 320
Terminal Multi Purpose
1 Bongka r mua t ca rgo Ton 708.954 1.001.306 1.291.091 1.847.843
2 Produkti vi ta s ga ng per ja m Ton 15 15 25 35
3 Produkti vi ta s ga ng per ha ri Ton 180 210 350 630
4 Berth Occupa ncy Ra ti o % 68 70 70 70
3. Lebar Dermaga
Lebar dermaga ditentukan bedasarkan peralatan dan kebutuhan bongkar muat barang di atas
dermaga. Dalam hal ini alat-alat yang disediakan. Dalam studi ini lebar dermaga di desain sepanjang
20 m untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat kontainer.

3.2 Alur Pelayaran

1. Panjang Alur
Panjang alur pelayaran tergantung dari topografi dasar perairan (bathimetri) dan kedalaman alur
yang diinginkan, sedangkan arah alur pelayaran tergantung dari arah angin dominan, topografi
dasar perairan, dan material dasar perairan. Berdasarkan pada karakteristik geografis Baubau,
kedalaman alur pelayaran di Selat Masiri dan Selat Buton berkisar antara 10 – 20 meter dengan
lebar alur pelayaran yang cukup memadai. Sedangkan arah alur pelayaran adalah dari arah barat
daya Pelabuhan Baubau dan khusus alur dari Kendari, alur pelayaran dari arah utara pelabuhan.

2. Lebar Alur
Dengan menggunakan kapal standar sebagaimana ditetapkan dalam rencana pengembangan, maka
kebutuhan alur pelayaran didasarkan pada untuk ukuran kapal maksimum yaitu kapal dengan
ukuran 15.000 DWT. Dengan asumsi alur pelayaran adalah dua jalur dengan alur pelayaran relatif
panjang dengan kondisi alur kapal sering berpapasan, maka direncanakan lebar alur pelayaran
sebesar = (7 x 24m) + 30m = 198 meter. Dengan penetapan lebar alur pelayaran sebesar 14,5 mil
(232 meter), alur pelayaran Pelabuhan Baubau cukup untuk memenuhi kebutuhan pelayaran
sampai dengan jangka panjang.

3. Kedalaman alur
Kedalaman air diukur terhadap muka air referensi nilai rata-rata dari muka air surut terendah pada
saat pasang kecil (neap tide) dalam periode panjang yang disebut LLWL (Lowest Low Water Level),
agar kapal dapat masuk dan keluar dengan lancar pada saat muka air rendah. Kedalaman alur
pelayaran berdasarkan Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities In
Japan ditentukan dengan rumus:
D = d + 0.5H + s + c
Keterangan:
d : Draft kapal (meter)
D : Kedalaman pelabuhan pada saat muka air terendah (meter)
H : Tinggi gelombang maksimum diambil 1.5 m
s : Squat (tinggi ayunan kapal yang berlayar, tergantung besarnya kapal),
dimana s dan C diambil 0.5 untuk kapal >1.000 GT
c : Clearance sebagai pengaman, antara 25 – 100 cm, tergantung kondisi
kekerasan dasar perairan

Perhitungan kedalaman alur pelayaran didasarkan kepada pertimbangan draft kapal maksimum
(kapal peti kemas 15.000 DWT) adalah 8,7 meter. Berdasarkan pada kebutuhan draft kapal ini,
direncanakan sisi luar dermaga dengan kedalaman minimum 9 meter.
a. Kedalaman Kolam
Perairan kolam harus memiliki kedalaman yang cukup supaya kapal-kapal dapat keluar-masuk
dengan aman pada saat air surut terendah (LLWL). Kedalaman kolam dihitung dengan persamaan di
bawah ini.
h = d + ½H + C
dengan:
h = Kedalaman kolam pelabuhan saat surut terrendah.
d = draft = tinggi bagian kapal yang terrendam air pada saat muatan penuh (8.2 m)
H = Tinggi gelombang rencana (1.0 m)
C = keel clearence = sebagai pengaman, diambil nilai 10-100 cm.

Dari data-data yang dimiliki didapatkan kedalaman kolam putar:


h = 11.0 + ½(1.0) + 0.5 = 12.0 m

b. Diameter Kolam Putar (Turning Basin)


Kawasan kolam tempat kapal melakukan gerak putar untuk berganti haluan harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga memberikan ruang cukup luas dan kenyamanan.

Diameter putar turning basin yang ideal adalah:


D = 2 x LOA
dengan:
D = diameter putar turning basin.
LOA = length overall = panjang total kapal (185 m)

Dari data-data yang dimiliki didapatkan diameter kolam putar:


D = 2 x 185 = 370 m

c. Lebar Alur
Lebar alur pelabuhan yang ideal untuk 2 kapal sering berpapasan adalah:
D = 7.6B
dengan:
B = Lebar kapal terbesar yang akan masuk pelabuhan. (27.5)

Dari data-data yang dimiliki didapatkan lebar alur:


B = 7.6 x 27.5
D = 209 ~ 210 m

d. Luas Kolam Pelabuhan


Perencanaan luas kolam harus menunjang kemudahan manuver kapal dan dapat menampung
kegiatan yang dilakukan oleh kapal mulai dari kedatangan sampai berangkat. Formula perhitungan
kebutuhan luas kolam pelabuhan adalah:
A = A kolam putar + A sandar kapal

Berdasarkan pada asumsi kapal maksimum (Peti Kemas dan Barang Umum) pada masing-masing
Tabel 2 Perhitungan Kebutuhan Area Perairan Pelabuhan Baubau
Pendek Menengah Panjang
N (2014-2018) (2014-2023) (2014-2033)
Uraian Satuan
o Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
Karakteristik Kapal
1 Desain/Standar
a. Ukuran DWT 7,000 2,000 10,000 3,000 15,000 5,000
b. LOA (Panjang), L m 109 81 135 92 158 109
c. Beam (lebar), B m 20.1 12.7 20.8 14.2 23.3 16.4
d. Draft minimum, D m 6.8 4.9 7.6 5.7 8.7 6.8
2 Jumlah Kapal dilayani
a. Kedatangan unit 7 7 7 7 8 7
b. Sandar, N unit 7 7 7 7 8 7
c. Labuh unit 1 1 1 1 1 1
d. Alih Muat unit 1 1 1 1 1 1
e. Kapal Mati unit 1 1 1 1 1 1
3 Panjang Dermaga
a. Panjang Eksisting, Le m 180 512 260 576 320 562
b. Panjang rencana, Lr m 260 576 320 562 320 630
c. Panjang Tambahan, Lt m 80 64 60 - - 68
4 Dimensi Alur
Panjang Alur (Lalur)
m 17,000 17,000 17,000 17,000 17,000
eksisting 17,000
Lebar Alur eksisting m 232 232 232 232 232 232
Lebar Alur ukuran kapal
a. 1-way m 101 64 104 71 117 82
b. 2-ways m 171 119 176 129 193 145
Kedalaman Alur m 9-12 9-12 9-12 9-12 9-12 9-12
5 Dimensi Kolam
a. Areal Alur Pelayaran
Ha 359 245 369 268 407
dari dan ke Pelabuhan 359
b. Areal Tempat Sandar
Lebar m 164 122 203 138 237 164
Panjang m 196 146 243 166 284 196
Luas untuk 1 kapal m2 32,079 17,715 49,208 22,853 67,403 32,079
Luas Total Ha 22 12 34 16 54 22
c. Areal Kolam Putar -
Diameter (dgn tunda) m 218 162 270 184 316 218
Luas Ha 26 14 40 19 63 26
Diameter (tanpa m 327 243 405 276 474
tunda) 327
Luas Ha 59 32 90 42 141 59
d. Areal Tempat Labuh -
Jari-jari m 180 140 211 156 240 180
101,56 139,33 181,25 101,56
Luas m2 61,928 76,650
2 7 7 2
Luas Total Ha 10 6 14 8 18 10
e. Areal Pindah Labuh
Kapal
Jari-jari m 180 140 211 156 240 180
101,56 139,33 181,25 101,56
Luas m2 61,928 76,650
2 7 7 2
Pendek Menengah Panjang
N (2014-2018) (2014-2023) (2014-2033)
Uraian Satuan
o Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
Keadaan Darurat
i .Areal Percobaan
Ha 30 15 38 19 49
Berlayar 30
Lebar (Minimum) m 171 119 176 129 193 171
Panjang (Minimum) m 1,744 1,296 2,160 1,472 2,528 1,744
j. Luas kolam pelabuhan
Dengan tunda 48.58 26.83 74.52 34.61 116.66 48.58
Tanpa tunda 81.24 44.86 124.62 57.88 195.09 81.24

Gambar 1 Denah Pengembangan Dermaga dan Trestle

4 KEBUTUHAN FASILITAS DARAT


4.1 Lapangan Penumpukan Peti Kemas

Lapangan penumpukan peti kemas/Container Yard (CY) harus memiliki luasan yang cukup untuk
menampung peti kemas yang datang maupun yang akan diangkut. Letak lapangan ini sebaiknya dekat
dengan dermaga untuk mengurangi perjalanan dari traktor-trailer. Luas area penumpukan dihitung
dengan pendekatan sebagai berikut:
{Bongkar muat pertahun X prosentase penumpukan di area terbuka X waktu tinggal X kebutuhan
ruang X Fk X (1 + faktor keamanan)}/ jumlah hari kalender per tahun X rata rata tinggi tumpukan)

di mana Fk = 1,25 adalah faktor musim sibuk (peak season factor).

Selain pendekatan yang dilakukan diatas dilakukan juga pendekatan jumlah penumpukan petikemas
yang terdpat di Pelabuhan Baubau pada jangka pendek, jangka menengah serta jangka panjang.
Pendekatan ini menghasilkan jumlah kebutuhan luasan yang diperlukan per TEUS (ARPTEU). Hasil
Tahun ATF CMPY ATT ARPTEU RAMSH RSCF HCR NTSR GTSAR CPA
(ton/th) (TEU) (hari) (m2) (TEU) (m2) (m2) (m2)
2025 687.498 45.833 4 7,5 0,6 25 502 3.767 6.279 7.848
2035 1.216.101 81.073 4 7,5 0,6 25 888 6.664 11.106 13.882

4.2 Pelabuhan Barang Umum/Multipurpose

Perhitungan luas area warehouse dihitung berdasarkan bongkar muat barang di mana dengan
pendekatan luas gudang tertutup adalah {Bongkar muat per tahun x prosentase penumpukan di gudang
x waktu tinggal x kebutuhan ruang x 1.25 x (1+ faktor keamanan)}/ jumlah hari kalender per tahun x
rata rata tinggi tumpukan), di mana 1,25 adalah faktor perhitungan pada waktu sibuk. Perbandingan
luas areal warehouse dengan transit shed adalah 1:2 dengan skenario komposisi barang sebagaimana
dijabarkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Komposisi Penanganan Barang di Pelabuhan
Komposisi Barang Pendek Menengah Panjang
disimpan di Gudang 20% 20% 10%
disimpan di Open
Storage 10% 10% 10%
langsung dibawa 70% 70% 80%

Hasil perhitungan yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 5.


Tabel 5 Luas Transit Shed, Warehouse, dan Open Storage untuk Dermaga Multi Purpose yang
Diperlukan pada Tiap Tahap Pengembangan (m2)
Storage Tahun ATF ATTS ATT DOC ASH RCSF HCR NHVR GHVR ASAR1 ASAR2 DSA

(ton/th) (ton/th) (hari) (ton/m3) (m) (ton) m3 m3 m2 m2 m2


Transit Shed
dan Ware 2020 1.088.340 217.668 6 0,7 4 40 3578 5112 6134 1533 2147 3006
House 2025 1.544.458 308.892 6 0,7 4 40 5078 7254 8705 2176 3047 4265
2035 2.890.237 289.024 6 0,7 4 40 4751 6787 8145 2036 2851 3991
Open Storage
2020 1.088.340 108.834 10 1 2,5 50 2982 2982 3578 1431 2004 3.006
2025 1.544.458 154.446 10 1 2,5 50 4231 4231 5078 2031 2843 4.265
2035 2.890.237 289.024 10 1 2,5 50 7918 7918 9502 3801 5321 7.982

Tabel 6 Rekapitulasi Kebutuhan Transit Shed, Ware House, dan Open Storage
Transit Ware Open
Tahun
Shed House Storage
2020 2.100 1.100 3.006
2025 2.900 1.500 4.265
2035 2.700 1.400 7.982

4.3 Parkir Kendaraan

4.3.1 Parkir Truk


Untuk perhitungan luas areal parkir truk untuk setiap pengembangannya dapat lihat sebagai berikut
dengan asumsi:
 Waktu menunggu maksiumum (jam) = pada jangka pendek dan menengah 4 jam, pada jangka
panjang 3 jam
- Daya muat = 20 ton
- Truk + ruang gerak truk = 54 m²
 Hari kerja = 365 hari dalam setahun

Tabel 7 Kebutuhan Parkir Truk Cargo


Bongkar Muat Jumlah Luas
Dermaga Barang per jam Truk Lahan
(ton) Parkir (m2)
Tahap 1 220 26 1.404
Tahap 2 260 29 1.566
Tahap 3 487 52 2.808

4.3.2 Parkir Non Truk


 Parkir Kendaraan Non Bus
 Mobil + Ruang Gerak Mobil = 14,4 m²
 Jumlah Karyawan = 61 orang
 Jumlah Mobil Karyawan = 15 unit
 Jumlah Mobil Tamu = 15 unit
 Jumlah Mobil Penumpang Maksimum = 20 unit
 Jumlah Total = 50 unit
Jadi kebutuhan luas lahan parkir = Jumlah Total Mobil x Ruang Gerak Mobil = 720 m²

4.4 Perkantoran

Berdasarkan kondisi yang terdapat dilapangan kebutuhan karyawan untuk setiap 750.000 TEUS
(kontainer) dibutuhkan 165 karyawan, kebutuhan karyawan untuk Pelabuhan Baubau berdasarkan
proyeksi kebutuhan petikemas dan Cargo adalah 54 orang karyawan. Adapun perkiraan jumlah
karyawan / kelompok kerja per sub bidang, yaitu:
- Pusat administrasi pelabuhan : 20 orang, 4 kelompok kerja
- Pusat bea cukai : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Admistrasi pelabuhan pembantu: 12 orang, 3 kelompok kerja
- EMKL : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Amenities : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Keagenan : 2 kelompok kerja
- Terminal Penumpang:
 2.907 orang
 6 pemberangkatan
 485 orang/pemberangkatan
 1,5 faktor arus maksimum
- Karantina : 10 orang
 Luas ruang kerja / kel.kerja = 45 m²
 Luas lantai ruang karantina (m²) / orang = 1,8 m²
 Luas perkantoran untuk Karantina = 100 m²

Tabel 8 Rekapitulasi Kebutuhan Ruang Perkantoran


Luas
Luas Efektif
Rekapitulasi Kantor Sirkulasi Total (m2)
Lantai (m2)
(m2)
- Pusat administrasi pelabuhan 240 96 336
- Pusat bea cukai 120 48 168
- Gedung terminal kontainer 180 72 252
- Pusat bea cukai pembantu 60 24 84
- Imigrasi 60 24 84
- EMKL 120 48 168
- Amenities 120 48 168
- Keagenan 60 24 84
- Terminal Penumpang 1,283 120 1,403
- Karantina 118 118
Total 2.865

5 REKAPITULASI KEBUTUHAN FASILITAS DARATAN


Rekapitulasi kebutuhan fasilitas daratan pada Pelabuhan Baubau yang didasarkan pada perhitungan
standar kebutuhan ruang dengan prediksi kebutuhan masa datang (sesuai jangka pengembangan) serta
memperhatikan ketersediaan lahan eksisting dijabarkan pada Tabel 9.
Tabel 9 Rekapitulasi Kebutuhan Fasilitas Daratan Pelabuhan Baubau
Eksisting Jgk Pendek Jgk Menengah Jgk Panjang
No Uraian Satuan
2015 2016-2020 2016-2025 2016-2035
Dermaga kapal
1 container m 130 260 320 480
2 Dermaga kargo umum m 680 1.200 990 1.040
Lapangan Penumpukan
3 Peti Kemas m2 20.661 5.500 7.900 13.900
Gudang Cargo (Cargo
6 Warehouse) m2 0 1.100 1.500 1.400
7 Open Storage m2 0 3.006 4.265 7.982
8 Transit Shed m2 0 2.100 2.900 2.700
9 Lapangan parkir truk m2 0 1.404 1.566 2.808
10 Lapangan parkir umum m2 2.856 4.000 4.000 4.000
11 Terminal penumpang m2 780 1.080 2.160 2.160

6 PERALATAN PENUNJANG
Kebutuhan alat dan peralatan di Pelabuhan Baubau khususnya untuk mendukung operasional terminal
peti kemas disesuaikan dengan besaran demand pada setiap tahapan pengembangan pelabuhan.
Kebutuhan peralatan ini juga disesuaikan dengan kondisi ketersediaan lahan dengan memperhatikan
ketersediaan lahan pelabuhan yang cukup terbatas. Kebutuhan peralatan di Terminal Peti Kemas
Pelabuhan sampai dengan jangka panjang dijabarkan pada Tabel 10.
Tabel 10 Kebutuhan Peralatan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau
Eksisting Jgk Pendek Jgk Mngah Jgk Panjang
No Uraian Satuan
2015 2016-2020 2016-2025 2016-2035
Eksisting Jgk Pendek Jgk Mngah Jgk Panjang
No Uraian Satuan
2015 2016-2020 2016-2025 2016-2035
6 Top Leader 36 Ton unit 0 0 1 2
7 Bottom Lift 15 Ton unit 0 0 1 0
8 Forklift 2 Ton unit 0 2 2 2
9 Forklift 3 Ton unit 1 1 1 1
10 Forklift 5 Ton unit 1 1 1 1
11 Head Truck unit 4 6 4 4
12 Mobile Crane 40 Ton unit 0 1 0 0
13 Transtainer unit 0 0 0 1
LAMPIRAN D: ISI SAMPUL I - DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS

LEMBAR D.1: PAKTA INTEGRITAS

PAKTA INTEGRITAS

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


1. Nama : _____________________ [nama wakil sah badan usaha]

Jabatan : __________________________

Bertindak : PT/CV/Firma/Koperasi ___________________ [pilih


untuk dan yang sesuai dan cantumkan nama]
atas nama

2. Nama : _____________________ [nama wakil sah badan usaha]

Jabatan : __________________________

Bertindak : PT/CV/Firma/Koperasi ___________________ [pilih


untuk dan yang sesuai dan cantumkan nama]
atas nama

3. ...... [dan seterusnya, diisi sesuai dengan jumlah anggota


kemitraan/KSO]

dalam rangka Pengadaan Proyek Pengadaan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan


Bau Bau, dengan ini menyatakan bahwa:

1. tidak akan melakukan praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN);

2. akan mengikuti proses pengadaan secara bersih, transparan, dan profesional


untuk memberikan hasil kerja terbaik sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;

3. apabila melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini,


bersedia menerima sanksi administratif, menerima sanksi pencantuman dalam
Daftar Hitam, digugat secara perdata dan/atau dilaporkan secara pidana.

__________ [tempat], __ [tanggal] __________ [bulan] 20__ [tahun]

[Nama Penyedia] [Nama Penyedia] [Nama Penyedia]

[tanda tangan], [tanda tangan], [tanda tangan],


[nama lengkap] [nama lengkap] [nama lengkap]

[cantumkan tanda tangan dan nama setiap anggota Kemitraan/KSO]


LEMBAR D.2: SURAT KERAHASIAAN

[Kepala Surat Penerima Informasi]

[Tanggal]

Kepada Yth:
Panitia Pengadaan Proyek Pengadaan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau
Bau
[Alamat]

PERJANJIAN UNTUK MENJAGA SEGALA INFORMASI RAHASIA YANG BERKAITAN


DENGAN PROSES PENGADAAN DAN DOKUMEN PERMINTAAN PROPOSAL

Kami, [nama perusahaan/ Peserta Pengadaan/ kontraktor/ konsultan/ advisor/banker],


suatu perusahaan yang didirikan di [negara] dan memiliki kantor di [alamat usaha]
(selanjutnya disebut sebagai “Penerima Informasi”) dalam pertimbangan bahwa
Pemerintah Indonesia, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, atau instansi-instansinya,
wakil-wakilnya, atau agen-agennya (“Pemerintah”) mengungkapkan kepada kami
Informasi Rahasia (sebagaimana didefinisikan dibawah) dan/atau menyebabkan
sehingga Informasi Rahasia tersebut diungkapkan kepada kami, dengan ini setuju dan
berjanji untuk dan atas nama Penerima Informasi dan para direkturnya, pejabatnya,
karyawannya dan penasehatnya, sebagai berikut:

1. “Informasi Rahasia” berarti semua informasi yang dinyatakan sebagai rahasia


atau yang karena sifatnya secara implisit bersifat rahasia. Informasi Rahasia
mencakup semua informasi dari setiap hal yang berkaitan dengan Proyek
Kerjasama Proyek Pembangunan Dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau, sesuai
dengan Dokumen Permintaan Proposal (“Proyek”) yang diterima oleh Penerima
Informasi dan disampaikan kepada Penerima dengan cara apapun, termasuk
namun tidak terbatas pada semua usulan, tanggapan, diskusi, masukan dan
komentar atas dan/atau yang berkaitan dengan Dokumen Permintaan Proposal.
Informasi Rahasia akan mencakup informasi yang disebutkan di atas berkaitan
dengan Proyek terlepas dari bentuk, format atau media termasuk, namun tidak
terbatas pada, tulisan, lisan, atau informasi bentuk lainnya dan juga termasuk
informasi yang disampaikan atau diperoleh melalui penglihatan atau pertukaran
dokumen-dokumen, presentasi, pameran, pertemuan atau surat menyurat (pos
dan/atau surat elektronik/email).

2. Penerima Informasi mengakui, mengetahui dan menyetujui bahwa Informasi


Rahasia yang diterima semata-mata bertujuan untuk mengevaluasi
keikutsertaannya dalam Proses Pengadaan Proyek dan bersifat rahasia. Penerima
Informasi wajib merahasiakan dan tidak akan mengungkapkan, baik secara
langsung ataupun tidak langsung, kepada seseorang atau badan usaha,
termasuk namun tidak terbatas kepada media, hal-hal sebagai berikut:

(a) Informasi Rahasia apapun;

(b) keterangan bahwa Peserta Pengadaan telah menerima Informasi Rahasia;


dan/atau

(c) keterangan bahwa sedang diadakan diskusi antara Penerima Informasi


dan Pemerintah atau instansi-instansinya, wakil-wakilnya atau agen-
agennya ataupun keterangan mengenai status, persyaratan/kondisi
perjanjian, atau keterangan lainnya tentang diskusi tersebut, kecuali
ditentukan lain oleh persyaratan dan ketentuan di dalam Surat
Kerahasiaan ini. Penerima Informasi akan menerapkan tingkat kehati-
3. Penerima Informasi akan menetapkan prosedur pengelolaan dan keamanan
untuk memastikan bahwa Informasi Rahasia hanya dapat diakses oleh para
direktur, pejabat, karyawan dan/atau Pihak Ketiga (sebagaimana didefinisikan di
bawah) dari Penerima Informasi yang memang membutuhkan Informasi Rahasia
tersebut semata-mata dalam rangka menyiapkan Dokumen Penawaran
(sebagaimana didefinisikan dalam Dokumen Permintaan Proposal) untuk Proyek.

4. Penerima Informasi harus memastikan bahwa semua direktur, pejabat dan/atau


karyawan dari Penerima Informasi serta para penasehat profesional, konsultan
dan penyedia jasa lainnya (“Pihak Ketiga”) yang ditugaskan atau diminta oleh
Penerima Infromasi untuk membantu dalam penyusunan Dokumen Penawaran
untuk Proyek (atau bagian daripadanya), yang juga merupakan penerima
Informasi Rahasia, wajib mematuhi hukum Indonesia dan wajib menandatangani
Surat Kerahasiaan lebih lanjut untuk menjaga Informasi Rahasia tersebut
apabila diinstruksikan oleh Pemerintah atau agennya untuk melakukan hal
tersebut. Penerima Informasi wajib dalam hal apapun memastikan bahwa para
direktur, pejabat dan/atau karyawan dari Penerima Informasi dan Pihak Ketiga,
termasuk para pegawai dan agen dari Pihak Ketiga, kepada siapa Informasi
Rahasia tersebut diungkapkan, adalah terikat dan mematuhi kewajiban menjaga
kerahasiaan dengan ketentuan sebagaimana termuat dalam Surat Kerahasiaan
ini.

5. Penerima Informasi selanjutnya wajib memastikan bahwa para direktur, pejabat


dan/atau karyawan Penerima Informasi dan Pihak Ketiga, termasuk para
pegawai dan agen dari Pihak Ketiga, akan menjaga kerahasiaan dari Informasi
Rahasia sepanjang waktu dan bahkan setelah mereka tidak lagi bekerja pada
Penerima Informasi atau Pihak Ketiga sampai waktu ketika Informasi Rahasia
atau bagian dari Informasi Rahasia tersebut telah menjadi informasi publik, yang
bukan disebabkan oleh cidera janji atau kelalaian Penerima Informasi atau Pihak
Ketiga atau salah satu karyawan atau agen mereka.

6. Semua Informasi Rahasia yang tertulis atau bagian-bagian yang termuat di


dalam Informasi Rahasia (termasuk salinan elektronik) bersama dengan setiap
analisa, laporan atau dokumen lainnya atau material apapun sebagaimana
berada dalam kepemilikan, kekuasaan atau kendali Penerima Informasi wajib
dikembalikan kepada Pemerintah atau dihancurkan bilamana diminta oleh dan
atas pilihan dari Pemerintah. Dalam hal penghancuran Informasi Rahasia
dilakukan, maka Penerima Informasi wajib segera memberikan pernyataan
secara tertulis kepada Pemerintah bahwa penghancuran tersebut telah
dilakukan. Penerima Informasi tidak lagi dapat menggunakan atau menyimpan
Informasi Rahasia tersebut dalam bentuk apapun.

7. Pembatasan di atas terhadap Penerima Informasi tidak berlaku untuk setiap


Informasi Rahasia yang tersedia atau akan tersedia untuk publik dalam bentuk
publikasi tercetak yang beredar umum di Indonesia yang bukan disebabkan oleh
tindakan atau cidera janji dari Penerima Informasi atau agen atau karyawan
Penerima Informasi.

8. Penerima Informasi mengakui dan menyetujui bahwa setiap pelanggaran


terhadap Surat Kerahasiaan ini akan mengakibatkan kerugian yang substansial
dan tidak dapat diperbaiki bagi Pemerintah dan, karena itu, dalam hal terjadi
pelanggaran tersebut, sebagai tambahan dari ganti rugi yang mungkin ada
berdasarkan hukum atau hal serupa lainnya, Pemerintah memiliki hak atas ganti
rugi yang spesifik dan ganti rugi lainnya yang setara tanpa perlu membuktikan
kerugian, menerbitkan jaminan atau keamanan lainnya. Penerima Informasi
wajib mengganti kerugian dan membebaskan Pemerintah, para mitranya,
karyawan, agen dan kontraktor independen dari dan terhadap setiap dan semua
9. Kegagalan atau penundaan oleh Pemerintah dalam melaksanakan setiap hak,
kekuasaan atau hak istimewa yang dimiliki oleh Pemerintah berdasarkan
perjanjian ini tidak akan dianggap sebagai pengesampingan, atau pelaksanaan
salah satu atau sebagian dari hak, kekuasaan atau hak istimewa tersebut tidak
akan menghalangi pelaksanaan selanjutnya dari hak, kekuasaan atau hak
istimewa lainnya.

10. Penerima Informasi mengakui bahwa Pemerintah tidak menjamin keakuratan,


kelengkapan atau kecukupan dari Informasi Rahasia dan tidak memiliki
kewajiban atau tanggung jawab apapun atas setiap kesalahan atau kelalaian
yang dilakukan dan/atau atas keputusan yang dibuat oleh Penerima Informasi
berdasarkan pada Informasi Rahasia.

11. Surat Kerahasiaan ini tidak akan menyebabkan suatu kemitraan, usaha
patungan atau hubungan majikan dan karyawan antara para pihak atau
menjadikan salah satu pihak sebagai agen pihak lainnya dan tidak ada pihak
yang akan menandatangani atau memiliki kewenangan untuk menandatangani
setiap perjanjian atau membuat pernyataan atau jaminan atas nama dari atau
menjamin kredit dari ataupun mengikat atau menjadikan pihak lain tunduk pada
Surat Kuasa ini.

12. Surat Kerahasiaan ini memuat seluruh pemahaman antara para pihak
sehubungan dengan penjagaan Informasi Rahasia dan menggantikan semua
komunikasi dan pemahaman sebelumnya tentang Informasi Rahasia. Tidak ada
pengesampingan, perubahan, modifikasi, atau amandemen yang akan mengikat
atau berlaku untuk tujuan apapun kecuali dan sampai dibuat secara tertulis dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak.

13. Setiap ketentuan (atau bagian daripadanya) dari Surat Kerahasiaan ini harus
ditafsirkan secara terpisah dan berdiri sendiri satu sama lain. Oleh karena itu,
apabila ada ketentuan terhadap Surat Kerahasiaan ini yang dianggap tidak dapat
dilaksanakan atau tidak sah, ketentuan tersebut akan menjadi tidak efektif
sejauh hal yang tidak dapat dilaksanakan atau ketidaksahan tersebut, tanpa
mempengaruhi ketentuan lainnya dari Surat Kerahasiaan ini.

14. Surat Kerahasiaan ini dan semua hak dan kewajiban para pihak diatur dan
ditafsirkan sesuai dengan hukum Indonesia dan kedua belah pihak tunduk
kepada yurisdiksi non-eksklusif dari pengadilan Indonesia.

15. Setiap pemberitahuan yang perlu diberikan oleh setiap pihak berdasarkan Surat
Kerahasiaan ini wajib dibuat secara tertulis yang dikirimkan melalui pos tercatat
atau melalui kurir atau melalui email atau melalui faksimili dan akan dianggap
efektif apabila dikirimkan melalui pos atau kurir, tujuh puluh dua (72) jam
setelah diposkan atau dikirimkan baik diterima atau tidak diterima, atau, apabila
melalui email atau melalui faksimili, dua puluh empat (24) jam setelah
pengiriman ke alamat email atau nomor faksimili. Setiap pihak harus memberi
tahu pihak lainnya mengenai perubahan alamat, nomor telepon atau faksimili
atau alamat email dalam waktu empat puluh delapan (48) jam sejak perubahan
tersebut.

16. Setiap pelanggaran atau pengabaian terhadap Janji ini juga dapat
mengakibatkan Penerima Informasi dikenakan tuntutan berdasarkan hukum
Indonesia.

17. Surat Kerahasiaan ini akan berlaku sampai dengan tanggal penandatanganan
Perjanjian Kerjasama Proyek.
Untuk dan atas [Nama Penerima Informasi]
nama:

Saksi: [Nama lengkap dalam huruf Balok]

Tandatangan Saksi: ________________________________________


LEMBAR D.3: SURAT PENAWARAN

[Kepala Surat Peserta Pengadaan]

Tanggal: [Masukkan Tanggal]

Kepada Yth:
Panitia Pengadaan Proyek Pengadaan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan
Bau Bau
[Alamat]

PENAWARAN UNTUK PROYEK PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN


PELABUHAN BAU BAU

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini, [sebutkan nama lengkap dan gelar/jabatan
Perwakilan Peserta Pengadaan], bertindak sebagai Perwakilan Peserta Pengadaan
(“Perwakilan Peserta Pengadaan”) dari [sebutkan nama Peserta
Pengadaan/Konsorsium], dengan anggota sebagai berikut:

[…………] sebagai Anggota Utama, dengan […….] % kepemilikan saham,

dan para anggota konsorsium lainnya sebagai berikut:

[…………………………………….] dengan […….] % kepemilikan saham


[…………...……………………….] dengan […….] % kepemilikan saham
[…………...……………………….] dengan […….] % kepemilikan saham,

dengan hormat menyampaikan Dokumen Penawaran kami untuk Proyek


Pengadaan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau, sebagai
tanggapan terhadap Dokumen Permintaan Proposal tanggal [●].

Surat Kuasa yang diperlukan dan salinan keputusan dewan direksi yang
membuktikan kuasa untuk memberikan kewenangan kepada yang bertanda
tangan di bawah ini terdapat dan dilampirkan dalam Dokumen Penawaran.

Yang bertanda tangan dibawah ini dapat dihubungi pada alamat berikut ini1:
__________________________
__________________________
Telepon : _____________
Faksimili : _____________
Email : _____________

Konsorsium kami telah memeriksa seluruh Dokumen Permintaan Proposal,


sehubungan dengan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan Proyek
Pengadaan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau.

Setelah melaksanakan evaluasi, sesuai dengan kajian dan pemeriksaan yang kami
lakukan dibawah tanggungjawab kami sendiri, sifat dan lingkup kewajiban

1
Berikan nama dan alamat Pejabat Berwenang

D-6
kontraktual yang akan dilaksanakan, paket penjaminan dan peraturan lainnya
yang terkait dengan Proyek atau pelaksanaannya, kami berkomitmen untuk
merancang, membiayai, mengadakan, membangun, mengoperasikan, dan
memelihara, dan mengalihkan seluruh Proyek kepada PJPK.

Kami setuju untuk mematuhi Dokumen Penawaran ini selama masa berlakunya
penawaran selama 180 (seratus delapan puluh) Hari sejak Tanggal Penyampaian
Dokumen Penawaran sesuai dengan persyaratan dari Dokumen Permintaan
Proposal.

Kami selanjutnya setuju untuk tetap terikat pada Dokumen Penawaran ini yang
mungkin dapat diterima oleh Panitia Pengadaan setiap saat sebelum berakhirnya
Masa Berlaku Penawaran, dan untuk masa yang dapat diperpanjang sepanjang
dinilai wajar dan dapat disepakati oleh para pihak.

Kami juga berkomitmen, apabila kami terpilih sebagai Pemenang Lelang, untuk
memperpanjang masa berlaku Dokumen Penawaran dan Jaminan Penawaran
kami sampai dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama dan penyerahan
Jaminan Efektivitas Perjanjian oleh Perusahaan Pelaksana Proyek.

Kami telah menyampaikan dan melampirkan pada Dokumen Penawaran ini suatu
Jaminan Penawaran sebesar [*], sesuai dengan bentuk yang ditentukan di dalam
Dokumen Permintaan Proposal.

Kami menyatakan bahwa:

(i) informasi yang disampaikan sebagai bagian dari Dokumen Penawaran ini
adalah lengkap dan akurat;

(ii) Dokumen Penawaran telah disampaikan dalam nama dan atas nama
konsorsium yang para anggotanya akan membentuk Perusahaan Pelaksana
Proyek yang akan didirikan berdasarkan hukum Indonesia yang akan
terikat dengan Dokumen Penawaran ini, Perjanjian Kerjasama, dan
pelaksanaan Proyek;

(iii) tidak ada satu pun dari anggota konsorsium yang telah berpartisipasi dalam
Prakualifikasi dan Proses Pengadaan melalui Peserta Pengadaan lainnya
baik secara langsung maupun tidak langsung;

(iv) PJPK, Panitia Pengadaan dan perwakilannya berwenang untuk mengajukan


pertanyaan dan melakukan penyelidikan untuk mengklarifikasi pernyataan,
dokumen, dan informasi yang disampaikan sehubungan dengan Dokumen
Penawaran kami; untuk memperoleh klarifikasi dari para direktur kami,
pejabat, personil, bankir, konsultan, dan klien tentang segala hal yang
disampaikan sebagai bagian dari Dokumen Penawaran kami; dan untuk
langsung menghubungi pihak sebagaimana dimaksud dalam Dokumen
Penawaran yang disampaikan kami ke Panitia Pengadaan, tanpa tindakan,
persetujuan atau komunikasi lebih lanjut dari pihak kami;

(v) Kami menerima dokumen, persyaratan dan ketentuan berdasarkan


Dokumen Permintaan Proposal.

(vi) kami:

D-7
a. memiliki kemampuan finansial yang yang baik dan tidak ada
keputusan yang telah diambil atau diajukan sehubungan dengan
kepailitan, insolvensi, penundaan pembayaran, likuidasi atau peristiwa
lainnya yang serupa ataupun penunjukan kurator, likuidator, wali
amanat atau pihak lain yang serupa untuk tujuan-tujuan tersebut,
ataupun keputusan pengadilan yang memiliki yurisdiksi hukum dari
anggota konsorsium mengenai penundaan pembayaran, kepailitan
atau insolvensi Kontraktor EPC.

b. tidak memiliki sengketa, gugatan, atau klaim merugikan lain yang


masih dalam proses terhadap PJPK atau terhadap setiap Badan
Pemerintahan Indonesia sejak Tanggal Penyampaian Penawaran
sampai dengan Tanggal Penandatangan Perjanjian Kerjasama;

c. tidak dilarang untuk melakukan kegiatan, dibekukan, atau


dimasukkan dalam daftar hitam kontraktor oleh PJPK atau Badan
Pemerintahan Indonesia lain, baik merupakan kontraktor perorangan,
persekutuan, atau perusahaan atau sebagai anggota dari suatu usaha
patungan atau konsorsium dan tidak memiliki catatan kinerja buruk
dengan PJPK atau Badan Pemerintahan Indonesia lain;

d. mengesampingkan setiap hak untuk mengajukan peringatan, putusan


sela, pelarangan atau gugatan hukum atau proses persidangan
terhadap PJPK atau Panitia Pengadaan untuk menghambat
dilaksanakannya Pengadaan dan pemberian hak untuk
menandatangani Perjanjian Kerjasama kepada Pemenang Lelang, dan
pelaksanaan atau implementasi dari Perjanjian Kerjasama.

Kami memahami bahwa Panitia Pengadaan tidak terikat untuk menerima setiap
Dokumen Penawaran yang diterimanya.

Ditandatangani pada hari ini …............. tanggal …............., 201_ di ….............

[Materai Rp. 6.000,-]


______________________
[Nama lengkap Perwakilan Peserta Pengadaan]
[Gelar/Jabatan]
[Alamat]

[Ditandatangani dan disegel oleh Notaris di Indonesia atau di negara asal]

D-8
LEMBAR D.4: SURAT KUASA

SURAT KUASA

PENGADAAN PROYEK KPBU – PENGADAAN PEMBANGUNAN DAN


PENGELOLAAN PELABUHAN BAU BAU, SULAWESI TENGGARA, INDONESIA

SURAT KUASA

DENGAN SURAT KUASA INI yang dibuat pada hari yang ditetapkan dalam daftar
yang terlampir disini (“Daftar”), Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jabatan :

Perusahaan :

No. KTP :

Alamat :

Nama :

Jabatan :

Perusahaan :

No. KTP :

Alamat :

Nama :

Jabatan :

Perusahaan :

No. KTP :

Alamat :

[Bagian identitas dibuat sesuai dengan jumlah Pemberi Kuasa]

D-9
Untuk selanjutnya disebut sebagai "Pemberi Kuasa", dengan ini memberi kuasa
dengan hak substitusi kepada:

Nama :

Jabatan :

Perusahaan :

No. KTP :

Alamat :

bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama (selanjutnya disebut sebagai


"Penerima Kuasa") dalam kaitannya dengan Proses Penawaran untuk Proyek
KPBU – Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau, Sulawesi Tenggara,
Indonesia, untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

SECARA KHUSUS

(a) menandatangani, baik tanpa atau diatas materai, dokumen-dokumen yang


tercantum dalam Daftar dan menyampaikannya pada tempat sesuai dengan
yang ditetapkan dalam Daftar;

(b) menyampaikan dan menerima setiap dokumen atau informasi dalam kaitannya
dengan Proses Pengadaan; dan

(c) melakukan semua hal yang dianggap perlu, saat ini, akan datang, maupun
yang bersifat insidental, sehubungan dengan hal-hal yang dicantumkan dalam
(a) sampai (b) di atas termasuk untuk, menandatangani dan melaksanakan
setiap isi dokumen, melakukan hal, tindakan atau sesuatu yang menurut
pendapat Penerima Kuasa harus dilakukan, ditandatangani atau dilaksanakan
untuk menyempurnakan atau memberlakukan Dokumen Penawaran.

DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA:

Surat Kuasa ini dan segala kewajiban non-kontraktual yang timbul dari atau
sehubungan dengan Surat Kuasa ini diatur dengan, dan diinterpretasikan sesuai
dengan, hukum Republik Indonesia.

Surat Kuasa ini berlaku sejak tanggal ditandatangani dan berlaku sampai dicabut
oleh Pemberi Kuasa.

Pemberi Kuasa dengan ini menegaskan bahwa Pemberi Kuasa dengan ini
mengesahkan setiap dan semua tindakan yang diambil oleh Penerima Kuasa
dalam melaksanakan surat kuasa ini.

Ditandatangani pada tanggal ___________________20__

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

D-10
______________________________ ______________________________
Nama: Nama:
Jabatan: Jabatan:

______________________________
Nama:
Jabatan:
KONSULARISASI
Hanya untuk badan hukum asing

D-11
DAFTAR SURAT KUASA

A TANGGAL: [Tanggal Penandatanganan]

B PEMBERI KUASA: [Nama dan Alamat Pemberi Kuasa//Perusahaan]

C PENERIMA KUASA: [Nama Penerima Kuasa]

D ALAMAT PENERIMA [Alamat Penerima Kuasa]


KUASA:

E DOKUMEN- Semua dokumen yang terkait dengan proses


DOKUMEN: Pengadaan Proyek KPBU – Pengadaan
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau
Bau Sulawesi Tenggara, Indonesia, termasuk
namun tidak terbatas pada:

1. Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis


2. Dokumen Penawaran Finansial

DENGAN DEMIKIAN, [nama Pemberi Kuasa/ Perusahaan] telah menandatangani


Surat Kuasa ini diatas materai (yang sesuai) pada tanggal yang ditetapkan diatas:

[Materai Rp 6.000,-]

________________________________
[Nama/Jabatan Pemberi Kuasa Perusahaan/Anggota Peserta Pengadaan]

Ketentuan: harus dilampirkan juga:


a. Salinan yang disahkan dari Perjanjian Konsorsium (misalnya nota
kesepahaman, perjanjian usaha patungan, perjanjian pemegang
saham, dan sebagainya) yang dilegalisir oleh notaris harus diajukan
bersama dengan Proposal.
b. Salinan yang disahkan oleh notaris dari keputusan direksi setiap
anggota konsorsium (atau apabila keputusan direksi tidak
dipersyaratkan oleh prosedur tata kelola internal anggota
konsorsium, bukti lain yang serupa mengenai persetujuan
perusahaan sebagaimana yang mungkin disyaratkan), dengan
menyebutkan keputusan direksi untuk berpartisipasi dalam Proses
Pengadaan, menanamkan modal saham dalam Perusahaan Pelaksana
Proyek jika ditunjuk sebagai Pemenang Lelang, dan memberikan
wewenang kepada seseorang untuk menandatangani Perjanjian KPBU
atas nama perusahaan, harus diajukan bersama dengan Penawaran.

D-12
c. Formulir Konsorsium Peserta Pengadaan

[Materai Rp. 6.000,-]

________________________________
[Ketua Panitia Pengadaan/Perwakilan PJPK lainnya]

D-13
LEMBAR D.5: SURAT JAMINAN PENAWARAN

FORMAT OF BID BOND

Nama Bank : _______________________


Alamat : _______________________
_______________________

Untuk dan atas nama __________________, berdasarkan ketentuan 17.2.2.e


Dokumen Lelang Umum Pengadaan Badan Usaha Proyek Kerjasama Pengadaan
Pembangunan dan Pengelolaan TPPAS Provinsi Sulawesi Tenggara tertanggal [*]
("Dokumen Lelang"), kami bersedia untuk memberikan Jaminan Penawaran
kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (“Pemkot Provinsi Jawa Barat”),
[insert details], Indonesia berkaitan dan sehubungan dengan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bahwa Pengajuan Penawaran oleh [insert bidder’s name], [insert bidder’s
details] (“BADAN USAHA”) dibuat sesuai dengan Dokumen Lelang dari Pemkot
Provinsi Sulawesi Tenggara untuk Proyek Pengadaan dan Pengelolaan TPPAS
di Provinsi Sulawesi Tenggara (“Dokumen Penawaran”).

1. Bahwa dalam mengajukan Penawaran, Badan Usaha sepakat untuk


memberikan Jaminan Penawaran sejumlah [*],- (Terbilang :[*]).

3. Bahwa dengan ini Kami bersedia untuk menerbitkan bank garansi (“Bank
Garansi”) untuk kepentingan Badan Usaha sebagaimana telah disebutkan di
atas, untuk Pemkot Provinsi Sulawesi Tenggara sehubungan dengan
Dokumen Penawaran.

4. Apabila:

a) Badan Usaha menarik kembali Dokumen Penawarannya selama Masa


Berlaku Penawaran;

b) Badan Usaha memiliki Benturan Kepentingan sebagaimana diatur dalam


ketentuan 5.1 dalam Dokumen Tender;

c) Dalam hal Badan Usaha ditetapkan sebagai pemenang lelang, Badan


Usaha tidak menandatangani Perjanjian Kerjasama dalam waktu 75 (tujuh
puluh lima) Hari sejak penerbitan Surat Penetapan Pemenang Lelang,
tanpa ada persetujuan tertulis dari Panitia Pengadaan dan berdasarkan
ketentuan di Bagian Error! Reference source not found.;

d) Badan Usaha menolak untuk memperpanjang Masa Berlaku Jaminan


Penawaran atau tidak menyerahkan Jaminan Penawaran yang telah
diperpanjang;

e) Badan Usaha tidak menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dan/atau gagal


menandatangani Perjanjian Kerjasama;

D-14
f) Dokumen Penawaran yang diajukan Badan Usaha kepada Pemkot Provinsi
Sulawesi Tenggara berisi pernyataan palsu atau terdapat kekeliruan
dan/atau kelalaian; atau

g) Segala tindakan Badan Usaha yang dianggap melanggar ketentuan-


ketentuan yang diatur dalam Dokumen Lelang.
Kami sepakat untuk membayar sejumlah [*],- (Terbilang : * ) setelah Pemkot
Provinsi Sulawesi Tenggara memberikan pemberitahuan kepada bank terkait
dengan pelanggaran yang dilakukan oleh BADAN USAHA.

Setiap tuntutan yang dibuat oleh Pemkot Provinsi Sulawesi Tenggara


berdasarkan Bank Garansi ini harus diajukan kepada kami dalam jangka waktu
14 (empat belas) hari setelah jatuh tempo Bank Garansi ini dan setelah
penandatanganan oleh perwakilan resminya. Pembiayaan berdasarkan Bank
Garansi ini disediakan untuk Pemkot Provinsi Sulawesi Tenggara pada kantor
kami sebagaimana disebutkan diatas terhadap surat perintah pencairan yang
diserahkan oleh Pemkot Provinsi Sulawesi Tenggara dengan referensi terhadap
Garansi Bank ini. Setiap surat perintah pencairan harus dilengkapi dengan
pernyataan tertulis dari Pemkot Provinsi Sulawesi Tenggara yang ditandatangani
oleh perwakilan resmi yang menerangkan bahwa BADAN USAHA melakukan hal-
hal sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
5. Bahwa Bank Garansi ini berlaku untuk jangka waktu 180 (seratus delapan
puluh) hari sejak [*] sampai [*].

5. Bahwa merujuk pada ketentuan Pasal 1832 Kitab Undang-Undang Hukum


Perdata Indonesia, Penjamin dengan ini melepaskan hak-hak istimewanya
untuk menuntut supaya barang-barang milik Badan Usaha lebih dulu disita
dan dijual guna melunasi hutang-hutangnya.

Pelaksanaan dan interpretasi dari Bank Garansi ini diatur berdasarkan hukum
Republik Indonesia.

Jakarta, _____________ 201_


Nama Bank

Tanda tangan
Rp. 6.000,-

Nama : ______________________
Jabatan : ______________________

D-15
LEMBAR D.6: PENAWARAN TEKNIS

Seluruh dokumen Lampiran G merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dalam


penawaran teknis ini. Dokumen Penawaran Teknis minimal berisi informasi
dengan format seperti berikut:

A. Pendahuluan
a. Sejarah singkat perusahaan (masing-masing perusahaan untuk
Konsorsium)
b. Pengalaman perusahaan dalam Proyek Pembangunan Dan Pengelolaan
Pelabuhan, minimal berisi informasi: Nama, jenis dan lokasi pelabuhan,
kinerja pelabuhan, Teknologi yang digunakan, Luas tanah yang ditempati,
Nilai Investasi, Biaya Operasional per tahun.
c. Pengalaman perusahaan dalam Pembangunan Dan atau Pengelolaan
Pelabuhan
d. Mengapa Proyek Pembangunan Dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau
menjadi penting untuk perusahaan (Konsorsium).

B. Rasional
a. Prediksi jumlah dan jenis demand di Pelabuhan Bau Bau
b. Berisi penjelasan tentang potensi angkutan barang dan permasalahan
pengangkutan dan kepelabuhanan di Provinsi Sulawesi Tenggara,
karakteristik dan info lain tentang lokasi Pelabuhan, dll
c. Berisi penjelasan tentang solusi untuk meningkatkan pelayanan
Pelabuhan Bau Bau.
d. Berisi penjelasan tentang alternatif solusi terbaik yang diusulkan untuk
meningkatkan kinerja dan pelayanan pelabuhan beserta alasan-alasannya.

C. Mekanisme dan Rancangan


a. Berisi gambar arsitek 3-D dan 2-D serta gambar Site-Plan. Beri penjelasan
dengan narasi. Video animasi juga disarankan, dan merupakan inovasi
dari Peserta Pengadaan.
b. Berisi penjelasan tentang mekanisme (metodologi) yang akan dilakukan
untuk pelaksanaan operasional pelabuhan.
- Kondisi normal
- Kondisi beban tidak normal (demand pelabuhan melebihi kapasitas
dan saat demand dibawah jumlah normal)
- Kondisi overhaul dan perawatan peralatan
- Kondisi ekstrem yang merupakan batasan kerja kapasitas pelabuhan
Sertakan perhitungan dan gambar untuk lebih menjelaskan mekanisme
dan rancangan tersebut.
c. Berisi penjelasan tentang mekanisme pembangunan/pengembangan
Pelabuhan Bau Bau.
Berisi penjelasan tentang diagram proses dan hasil perhitungan masing-
masing tahapan pembangunan tsb.
d. Berisi penjelasan tentang skema rancangan alur bongkar muat di
pelabuhan
Menggunakan gambar dan skema.

D. Teknologi yang akan digunakan


a. Menyertakan gambar-gambar lay-out, hasil perhitungan, dan skema
proses bongkar muat kapal
b. Berisi penjelasan secara detail tentang lay-out alur proses secara umum
berdasarkan gambar-gambar poin a, bongkar muat di pelabuhan.

D-16
c. Berisi penjelasan secara detail tentang proses bongkar muat
(i) Berisi penjelasan secara detail tentang proses kerja serta detail
peralatan yang akan digunakan.
(ii) Berisi penjelasan tentang teknologi terkini yang tersedia dan beri
alasan mengapa teknologi yang akan digunakan dipilih untuk proyek
di Pelabuhan Bau Bau.
- Penjelasan (i) dan (ii) minimal meliputi: Sistem operasional dan
bongkar muat serta Sistem Monitoring.
- Berisi penjelasan teknis tentang gambar awal desain teknis,
spesifikasi, garansi, servis dan dukungan suku cadang masing-
masing komponen tersebut.
- Menggunakan gambar dan skema.
d. Berisi penjelasan secara detail tentang proses operasional dan bongkar
muat di pelabuhan.
Menggunakan gambar dan skema.
e. Berisi penjelasan tentang kondisi emergency yang mungkin akan terjadi
dalam keseluruhan operasional pelabuhan tersebut dan cara
penanggulangannya.
Menggunakan gambar dan skema.
f. Berisi penjelasan tentang monitoring proses dan hasil proses serta
bagaimana menjaga agar hasil proses selalu dalam ambang batas yang
ditentukan.
Menggunakan gambar dan skema.
g. Berisi penjelasan lain terkait penggunaan teknologi yang akan digunakan.
Menggunakan gambar dan skema.

Sub-bab ini juga berisi uraian rencana Peserta Pengadaan untuk


melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dipersyaratkan Proyek sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku, standar-standar yang akan
digunakan, persyaratan teknis dan desain sebagaimana dipersyaratkan dalam
Lampiran C Dokumen Permintaan Proposal ini.

E. Rencana Operasi dan Pemeliharaan


a. Berisi penjelasan tentang rencana operasional fasilitas dan rencana
pemeliharaan fasilitas, baik pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan
overhaul selama 25 tahun, termasuk rencana operasional dan
pemeliharaan dalam rangka pengalihan operasional fasilitas kepada
Pemkot Provinsi Jawa Barat.
b. Berisi penjelasan tentang ketersediaan dan jaminan suku cadang dari sub-
kontraktor atau manufaktur komponen yang akan digunakan.
c. Berisi penjelasan tentang kinerja pelayanan.
d. Keterlibatan masyarakat sekitar atau perusahaan lokal dalam rencana
pembangunan dan operasional.

F. Rencana Penanganan Dampak Lingkungan dan Sosial


a. Berisi penjelasan secara detail tentang rencana penanganan dampak
lingkungan untuk seluruh proses pembangunan dan pengelolaan
pelabuhan.
b. Uraian rencana Peserta Pengadaan untuk melaksanakan kewajiban-
kewajiban yang dipersyaratkan Proyek sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku, standar-standar, persyaratan teknis dan
desain sebagaimana dipersyaratkan dalam Lampiran C Dokumen
Permintaan Proposal ini dalam hal penanganan dampak lingkungan dan
sosial.

D-17
c. Berisi penjelasan tentang mitigasi dari dampak sosial dan lingkungan
d. Berisi penjelasan detail rencana penanganan sosial untuk keseluruhan
proses, rencana CSR, kerjasama dengan masyarakat sekitar, dll.

G. Penjelasan lain terkait dengan teknologi yang akan digunakan.

H. Indikator Kinerja
Berisi penjelasan tentang Indikator Kinerja Pelabuhan yang dapat digunakan
sebagai pegangan kepada masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara, Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara, dan pihak pengguna jasa kepelabuhanan, antara
lain jumlah demand minimum dan maksimum yang dapat dikelola per tahun,
dll.

I. Keberlanjutan
a. Berisi penjelasan tentang material-material dan komponen-komponen yang
digunakan untuk menjamin keberlanjutan fasilitas pelabuhan setelah 30
tahun.
b. Berisi penjelasan tentang standar-standar pada fasilitas dan komponen
yang digunakan untuk menjamin material dan komponen tersebut masih
dapat digunakan setelah 30 tahun.

J. Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek (Milestones)


a. Berisi penjelasan tentang tahapan penyelesaian proyek pembangunan
fasilitas.
b. Berisi penjelasan tentang perusahaan sub-kontraktor pekerjaan sipil yang
akan digunakan, beserta alasannya.
c. Berisi penjelasan tentang perusahaan sub-kontraktor ME yang akan
digunakan, beserta alasannya.
d. Berisi penjelasan tentang perusahaan sub-kontraktor limbah B3 yang
akan digunakan (jika ada), beserta alasannya.
e. Berisi penjelasan tentang tahapan komisioning yang akan dilaksanakan.

K. Rencana Struktur Organisasi dan Kepegawaian


a. Berisi penjelasan tentang tugas masing-masing personel yang akan terlibat
dalam operasional beserta jumlahnya.
b. Berisi penjelasan tentang pendidikan dan ketrampilan minimum yang
diperlukan untuk masing-masing posisi.

L. Lampiran
a. Gambar-gambar teknis yang meliputi:
- Gambar arsitek layout pelabuhan dan lapangan penumpukan
- Gambar skema proses bongkar muat barang secara detail dan lengkap
- Gambar skema arus lalu-lintas di dalam pelabuhan
- Gambar lay-out dan skema proses operasional pelabuhan secara detail
dan lengkap
b. Uraian tentang prinsip kerja, fungsi, kinerja dari Komponen-Komponen
dan sub-komponen yang digunakan.
c. Katalog dari setiap komponen yang akan digunakan yang telah
dikelompokkan sesuai penjelasan Teknologi yang akan digunakan.
d. Surat Jaminan dari Manufaktur atau Pemasok atas ketersediaan peralatan
dan suku cadang untuk proyek ini dan lamanya garansi untuk masing-
masing komponen yang akan digunakan.
Catatan: untuk masing-masing komponen, surat jaminan tersebut dapat
berasal dari lebih dari 1 perusahaan.

D-18
e. Lampiran lainnya.

[Materai Rp. 6.000,-]

____________________________________
DITANDATANGANI: Perwakilan dari Peserta Pengadaan

D-19
LEMBAR D.7: DATA PENDUKUNG TAMBAHAN

1. Peserta Pengadaan wajib menyediakan informasi berikut ini terkait dengan


masing-masing anggota konsorsium Peserta Pengadaan yang telah memenuhi
persyaratan (sesuai dengan Perjanjian Konsorsium):
– Nama dan alamat masing-masing anggota konsorsium, dimulai dengan
Anggota Utama yang ditunjuk diikuti dengan Anggota Berkomitmen.
– Status hukum dari masing-masing anggota (misalnya, korporasi,
kemitraan, dll.)
– Negara tempat pendaftaran/pendirian
– Nama dari Perwakilan Resmi untuk Proyek ini dan informasi kontak (yaitu
alamat, nomor telepon dan faksimili, alamat email, dll.)
– Persentase kontribusi kepentingan ekuitas dari masing-masing anggota.
Apabila persentase alokasi saham berbeda dari persentase kontribusi
kepentingan ekuitas, maka juga harus disampaikan mengenai rincian
persentase dari alokasi saham.

2. Peserta Pengadaan harus memberikan rincian dalam hal terdapat perubahan


signifikan dalam informasi yang diberikan selama prakualifikasi, sehubungan
dengan kondisi keuangan dari setiap anggota yang berpartisipasi dalam
Dokumen Penawaran ini, atau pengunduran diri setiap anggota dari
konsorsium Peserta Pengadaan.

3. Berikan garis besar deskripsi dari pertanggungan asuransi yang akan


diberlakukan oleh Perusahaan Pelaksana Proyek selama jangka waktu
Perjanjian Kerjasama, termasuk jumlah yang harus ditutup asuransi dan
nama-nama perusahaan asuransi yang potensial.

D-20
LEMBAR D.8: RANCANGAN FINAL PERJANJIAN KERJASAMA

[Rancangan Final Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf oleh Perwakilan Peserta
Pengadaan]

D-21
LEMBAR D.9: PERJANJIAN KONSORSIUM

Peserta Pengadaan wajib menyampaikan bukti perjanjian kerjasama


pembentukankonsorsium yang dibuat di hadapan notars (Akta Perjanjian
Konsorsium) dan disertai dengan Persetujuan dari Direksi dalam suatu rapat
Direksi sesuai dengan Anggaran Dasar dari masing-masing anggota konsorsium.

Ketentuan Konsorsium Peserta Pengadaan

A. Keanggotaan Konsorsium

1. Keanggotaan Konsorsium tidak dapat dirubah dari keanggotaan Peserta


Pengadaan sebagaimana yang sudah diajukan pada saat Tahap Prakualifikasi
kecuali untuk memenuhi Bagian 7.1 Perubahan Konsorsium.

2. Peserta Pengadaan wajib menyampaikan komposisi akhir penyertaan masing-


masing anggota konsorsium dan menyerahkan Formulir Pembentukan
Konsorsium Penawaran (mengikuti formulir pada Tabel di bawah) kepada
Panitia Pengadaan dan dilampirkan pada Lembar D.4. Peserta Pengadaan tidak
dapat melakukan reposisi atau perubahan komposisi penyertaan anggota
konsorsium di dalam konsorsium Peserta Pengadaan.

3. Peserta Pengadaan yang membentuk konsorsium penawaran wajib terdiri dari


Anggota Utama dan satu atau lebih Anggota Berkomitmen lainnya. Setiap saat,
anggota konsorsium Peserta Pengadaan, baik masing-masing maupun secara
kolektif, wajib untuk selalu memenuhi kriteria hukum, teknis, dan keuangan
(misalnya tidak dalam keadaan pailit) sebagaimana yang disyaratkan oleh
proses prakualifikasi yang telah ditetapkan oleh Panitia Pengadaan, untuk
mengikuti Proses Pengadaan dan pelaksanaan Perjanjian Kerjasama.

4. Pimpinan Konsorsium dari Peserta Pengadaan atau konsorsium penawaran


wajib:

 Bukanperseorangan
 Menguasai setidaknya lima puluh satu persen (51%) kepentingan ekuitas
dalam konsorsium atau Perusahaan Pelaksana Proyek, jika mereka ditunjuk
sebagai Pemilik Badan Usaha Proyek;
 Memiliki Kontrol efektif atas Perusahaan Pelaksana Proyek;

5. Anggota Utama dan para Anggota Berkomitmen akan diminta memberikan


bukti yang dianggap cukup kepada Panitia Pengadaan bahwa konsorsium
Peserta Pengadaan, jika ditetapkan sebagai Pemenang Lelang, akan
menandatangani perjanjian pemegang saham atau perjanjian definitif lainnya
yang mengatur pembentukan dan pelaksanaan investasi modal yang cukup
untuk mendirikan Perusahaan Pelaksana Proyek dan menyatakan bahwa
Anggota Utama akan memiliki Kontrol efektif atas Perusahaan Pelaksana
Proyek. Bentuk perjanjian pemegang saham untuk ditandatangani antara
Anggota Utama dan para Anggota Berkomitmen lainnya akan disampaikan
sebagai lampiran Lembar D.4.

6. Setiap anggota konsorsium harus memenuhi kriteria berikut ini:

D-22
a. menyerahkan laporan keuangan terakhir yang telah diaudit;

b. tidak memiliki sengketa, gugatan, atau klaim merugikan lain yang masih
dalam proses terhadap PJPK atau terhadap setiap Badan Pemerintahan
Indonesia sejak Tanggal Penyampaian Penawaran sampai dengan tanggal
penandatangan Perjanjian Kerjasama;

c. tidak dilarang untuk melakukan kegiatan, dibekukan, atau dimasukkan


dalam daftar hitam kontraktor oleh PJPK atau Badan Pemerintahan
Indonesia lain, baik merupakan kontraktor perorangan, persekutuan, atau
perusahaan atau sebagai anggota dari suatu usaha patungan atau
konsorsium dan tidak memiliki catatan kinerja buruk dengan PJPK atau
Badan Pemerintahan Indonesia lain;

d. mengesampingkan haknya untuk mengajukan peringatan, putusan sela,


pelarangan atau gugatan hukum atau proses persidangan terhadap PJPK
atau Panitia Pengadaan untuk menghambat dilaksanakannya Pengadaan
dan pemberian hak untuk menandatangani Perjanjian Kerjasama kepada
Pemenang Lelang, dan pelaksanaan atau implementasi dari Perjanjian
Kerjasama.

B. Retensi Ekuitas dan Pengalihan Saham

1. Pemenang Lelang akan diminta untuk berkomitmen untuk menginvestasikan


modal ke dalam Perusahaan Pelaksana Proyek. Investasi harus dapat
memenuhi kebutuhan kapitalisasi untuk investasi Proyek sebagaimana
tercantum dalam Dokumen Permintaan Proposal ini dan Perjanjian Kerjasama.

2. Kepemilikan dalam Perusahaan Pelaksana Proyek tidak dapat diubah selama


periode tertutup yaitu sampai dengan tahun ke-5 (lima) sejak Tanggal Operasi
Komersial Proyek (“Periode Tertutup”), kecuali sebagai akibat dari:

 Eksekusi jaminan yang dipegang para pemberi pinjaman untuk Proyek

 Setiap pengalihan oleh Anggota Utama atau Anggota Berkomitmen kepada


Afiliasinya atau kepada Anggota Berkomitmen yang lain.

1. Setelah tahun ke-5 (lima) sejak Tanggal Operasi Komersial Proyek maka
Anggota Utama lainnya dapat mengalihkan kepentingan mereka namun harus
tetap secara agregat memiliki sedikitnya lima puluh satu persen (51%) dari
modal saham Perusahaan Pelaksana Proyek sampai dengan tahun ke-10
(sepuluh) sejak Tanggal Operasi Komersial Proyek.

2. Anggota Utama dan para Anggota Berkomitmen lainnya dapat mengalihkan


semua atau sebagian kepentingan mereka dalam Perusahaan Pelaksana Proyek
dengan syarat yang ditetapkan di atas, dengan ketentuan bahwa para
pemegang saham Perusahaan Pelaksana Proyek yang baru atau yang tersisa
akan tetap memiliki kualifikasi hukum, teknis dan keuangan yang sama atau
lebih baik, untuk melaksanakan Proyek, dan identitas serta mandat dari
penerima pengalihan kepentingan telah diketahui dan disetujui oleh Panitia
Pengadaan. Untuk maksud ini, Perusahaan Pelaksana Proyek wajib
menyampaikan kepada Panitia Pengadaan sebelum pengalihan:

D-23
 Ketentuan dari usulan pengalihan kepentingan langsung atau tidak
langsung Anggota Utama atau Anggota Berkomitmen dalam modal saham
Perusahaan Pelaksana Proyek;
 Identitas dan kualifikasi teknis dan keuangan dari penerima pengalihan
yang diusulkan; dan
 Apabila berlaku, setiap amandemen yang diusulkan terhadap akta
pendirian dan anggaran rumah tangga dari Perusahaan Pelaksana Proyek.

C. Formulir Konsorsium Penawaran

Peserta Pengadaan wajib menyerahkan Formulir Konsorsium Penawaran sesuai


Tabel dibawah ini:

Tabel Formulir Pembentukan Konsorsium Peserta Pengadaan

KOMPOSISI AKHIR KONSORSIUM PESERTA PENGADAAN


[Nama Peserta yang Memenuhi Syarat/Peserta Pengadaan]
Tujuan Utama
Nama Persentase
Negara Asal Perusahaan atau Peran dalam Proyek
Perusahaan Kepemilikan
Bidang Usaha
[Nama [Sebutkan [Jelaskan bidang [Jelaskan peran [Sebutkan
Perusahaan] negara atau usaha utama dalam Proyek — presentase
tempat atau tujuan Anggota Utama, kontribusi
pendirian] utama Partner Ekuitas, kepentingan
perusahaan] Kontraktor EPC, ekuitas
Kontraktor dalam
Operasional & konsorsium
Pemeliharaan, dll.] Peserta
Pengadaan
atau saham
dalam
Perusahaan
Pelaksana
Proyek]
[Untuk
Anggota
Utama,
sedikitnya
51%]

[Materai Rp. 6.000,00]

________________________________________
Nama dan Tanda Tangan Perwakilan Peserta Pengadaan

D-24
[Keterangan: Lampiran D.10 akan disampaikan oleh Pemenang Lelang kepada
PJPK]

LEMBAR D.10: BENTUK SURAT JAMINAN PELAKSANAAN


(Disesuaikan dengan Format yang berlaku di Bank tanpa mengubah substansi
isi Jaminan Pelaksanaan)
PERFORMANCE BOND
BANK GUARANTEE

Beneficiary
[Pemerintah Provinsi Jawa Barat]

Jaminan Bank ini telah dikeluarkan atas permintaan [*] (“Perusahaan”) berkaitan
dengan Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
dengan Perusahaan dalam rangka Proyek Pembangunan Dan Pengelolaan
Pelabuhan Bau Bau (“Kontrak”) oleh Perusahaan, di mana Kontrak menetapkan
bahwa jaminan penawaran awal berupa bank garansi harus disediakan oleh
Perusahaan, di mana Kontrak menetapkan bahwa jaminan penawaran awal yang
harus disediakan oleh Perusahaan adalah sebesar [masukan nominal] (*).

1. [Masukan Nama Bank], beralamat di [*] (“Penjamin”) dengan ini membuat dan
mengeluarkan tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali jaminan bank ini
yang ditujukan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk
kepentingan [Masukan Nama Badan Usaha] sejumlah [*] (*) (“Jumlah
Jaminan”) guna memenuhi persyaratan Kontrak.

1. Jaminan bank ini berlaku selama satu tahun sejak tanggal [*] hingga tanggal
[*]

2. Jaminan Bank ini telah diperoleh guna memastikan bahwa Perusahaan dapat
melaksanakan kewajibannya untuk membuat menjadi efektifnya Kontrak
sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam Kontrak. Oleh
karenanya, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara berhak untuk
melaksanakan hak-haknya sesuai dengan dokumen ini dalam hal Perusahaan
gagal melaksanakan kewajibannya tersebut.

3. Penjamin berjanji tanpa syarat dan tanpa dapat diatarik kembali, segera
setelah menerima perintah tertulis dari Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang atas nama
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dengan menunjuk pada Jaminan Bank ini
dan menyatakan bahwa “menurut penilaian kami sendiri secara mutlak,
Perusahaan telah gagal melaksanakan kewajiban-kewajibannya berdasarkan
atau berkenaan dengan Kontrak”, Penjamin harus dengan segera (dalam
kurun waktu tujuh hari kerja) membayar Perusahaan sebesar jumlah jaminan
tanpa ketentuan dan/atau persyaratan apapun, meskipun ada keberatan atau
perlawanan atau tantangan apapun dari Perusahaan atau pihak lainnya dan
bebas dari, dan tanpa pengurangan untuk atau untuk kepentingan dari,
pajak, pungutan, biaya, biaya pengurangan atau penahanan atau perjumpaan

D-25
utang dengan dasar apapun dan dibebankan oleh siapapun.

Penjamin tidak akan meminta keterangan atau melakukan verifikasi atas


alasan, dasar atau kejadian dari setiap perintah yang diajukan oleh
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan jaminan pelaksanaan
atau atas hak, kewajiban dan/atau pertanggungjawaban antara Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara dan Perusahaan berdasarkan Kontrak, atau atas
keaslian/keotentikan dari Perintah dari Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara dan/atau kewenangan dari orang yang menandatangani perintah
tersebut, tapi dengan segera membayar kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara sebesar jumlah jaminan pada saat perintah tertulis diajukan oleh
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan cara sebagaimana dijelaskan
dalam Pasal 4 ini.

4. Dana yang tercantum pada Jaminan Bank ini akan tersedia bagi Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara di kantor Penjamin setelah penyerahan perintah
tertulis tersebut dari Perusahaan yang ditandatangani oleh pejabat(-pejabat)
Perusahaan yang berwenang kepada Penjamin. Setiap tuntutan yang diajukan
oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara menurut jaminan bank ini harus
diajukan kepada Penjamin di kantor Penjamin sebagaimana dinyatakan di
atas, tidak lebih dari 30 hari setelah berakhirnya jaminan bank ini.

4. Jaminan bank ini dapat diberlakukan dan/atau dicairkan oleh Pemerintah


Provinsi Sulawesi Tenggara tanpa harus melakukan atau menyelenggarakan
upaya/prosedur apapun terhadap Penjamin atau Perusahaan termasuk tapi
tidak terbatas pada prosedur hukum atau proses administratif.

6. Penjamin dengan ini tanpa syarat dan tanpa dapat ditarik kembali
mengesampingkan semua hak, hak istimewa dan pengecualian yang diberikan
kepada Penjamin berdasarkan pasal 1430, 1831, 1833, 1837, 1838, 1843,
1847 sampai dengan 1850 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia
dan tidak akan dipengaruhi oleh (dan Penjamin dengan ini mengesampingkan
pemberitahuan tentang) perubahan apapun terhadap Kontrak, perpanjangan
waktu pelaksanaan, pelepasan kepemilikan atau jaminan lainnya, konsesi
lainnya atau pengesampingan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tenggara kepada Perusahaan untuk pelaksanaan dari
kewajibannnya, dan atau konsesi atau pengesampingan lainnya oleh
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dari hak atau upaya yang ia miliki
terhadap Perusahaan.

7. Pembentukan, penafsiran, keabsahan serta pelaksanaan Jaminan Bank ini


secara eksklusif dalam segala hal diatur oleh dan ditafsirkan berdasarkan
hukum negara Republik Indonesia.

8. Setiap sengketa, perbedaan, tuntutan atau kontroversi yang timbul dari atau
sehubungan dengan jaminan bank ini akan diajukan ke dan diselesaikan dan
diputus melalui arbitrase di Jakarta, Indonesia berdasarkan peraturan-
peraturan administrasi dan peraturan-peraturan prosedur arbitrase Badan
Arbitrase Nasional Indonesia (“BANI”) (“Peraturan BANI”). Proses arbitrase
tersebut akan dilaksanakan oleh majelis arbitrase yang terdiri dari 3 (tiga)
anggota yang akan ditunjuk berdasarkan Peraturan BANI. Bahasa dari proses
arbitrase tersebut adalah Bahasa Inggris. BANI akan memiliki kewenangan
eksklusif untuk menyelesaikan setiap sengketa yang mungkin timbul antara

D-26
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Penjamin dan Perusahaan dalam kaitannya
dengan pembentukan, penafsiran, keabsahan atau pelaksanaan jaminan bank
ini atau sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban Pemerintah Provinsi
Jawa Barat, Penjamin dan Perusahaan. Para pihak sepakat bahwa putusan
dari majelis arbitrase merupakan putusan terakhir dan mengikat para pihak
dan merupakan upaya hukum satu-satunya antara mereka mengenai setiap
dan semua tuntutan, dan tuntutan balik yang diajukan kepada arbitrase.

9. Penjamin menjamin bahwa Jaminan Bank ini telah dilaksanakan dan


ditandatangani oleh orang-orang yang berwenang dari Penjamin sesuai
dengan Anggaran Dasar Penjamin.

D-27
LAMPIRAN E: ISI SAMPUL II – DOKUMEN PENAWARAN FINANSIAL

LEMBAR E.1: PENAWARAN FINANSIAL

[Kepala Surat Peserta Pengadaan]

[Tanggal]

Kepada Yth:
Panitia Pengadaan Proyek Pengadaan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan
Bau Bau
[Alamat]

Perihal: Penawaran Finansial untuk Proyek Pengadaan Pembangunan dan


Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau

Dengan hormat:

Dokumen Penawaran Finansial ini dikirimkan atas nama [nama Peserta


Pengadaan] (“Peserta Pengadaan”) sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal
Final tertanggal [●] (“Dokumen Permintaan Proposal”) diterbitkan oleh
Kementerian Perhubungan sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (“PJPK”).
Dokumen ini merupakan penawaran yang ditujukan kepada Panitia Pengadaan
yang berisi usulan biaya penawaran finansial dan biaya jasa pengelolaan
pelabuhan (tipping fee) dalam Proyek Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan
Bau Bau (“Proyek”) berdasarkan persyaratan sesuai dengan ketentuan hukum
Indonesia, dan berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang diatur dalam
Dokumen Permintaan Proposal.
Dokumen ini merupakan penawaran tanpa syarat dan tidak dapat dibatalkan,
yang berlaku, dan dapat diterima oleh Panitia Pengadaan dalam 180 (seratus
delapan puluh) hari kalender sejak Tanggal Penyampaian Dokumen Penawaran
terlepas dari peristiwa apapun yang mungkin terjadi dalam jangka waktu tersebut
atau yang mungkin diperpanjang sebagaimana ditetapkan dalam Dokumen
Permintaan Proposal.
Kami menawarkan untuk Proyek Kerjasama Pembangunan dan Pengelolaan
Pelabuhan Bau Bau dengan Biaya Ketersediaan Layanan (AP) sebesar Rp.
…… / tahun dengan masa kerjasama selama … tahun

Penawaran biaya jasa Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau dan
pengembalian investasi yang harus dibayarkan oleh Kementerian Perhubungan
kepada Kami selaku Perusahaan Pelaksana Proyek.

Kami setuju, dengan tidak dapat ditarik kembali, apabila ditetapkan sebagai
Pemenang Lelang untuk melaksanakan investasi dan operasi Proyek, sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal, dan
setelah menerima Surat Penetapan Pemenang Lelang, membentuk Perusahaan
Pelaksana Proyek dan kemudian menandatangani Perjanjian Kerjasama dalam
bentuk salinan yang diparaf yang disampaikan sebagai bagian dari Dokumen
Penawaran, dan akan menyelesaikan pencapaian komitmen pembiayaan (financial
closing) dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak penandatanganan Perjanjian
Kerjasama.

E-1
Kami, yang bertanda tangan di bawah ini merupakan Perwakilan Peserta
Pengadaan yang memiliki kuasa dan kewenangan penuh untuk menyampaikan
Dokumen Penawaran Finansial dan untuk mengikat dan menundukan diri pada
persyaratannya.

Hormat kami,

Untuk dan atas nama


[Nama Peserta Pengadaan]

[Materai Rp. 6.000,-]


Nama dan Jabatan dari Perwakilan Peserta Pengadaan

E-2
LEMBAR E.2: RENCANA PEMBIAYAAN PROYEK

[Kepala Surat Peserta Pengadaan]

[Tanggal]

Kepada Yth:
Panitia Pengadaan Proyek Pengadaan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan
Bau Bau
[Alamat]

Perihal: Penawaran Finansial untuk Proyek Pengadaan Pembangunan dan


Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau

Dengan hormat:

Dokumen Rencana Pembiayaan Proyek ini dikirimkan atas nama [nama Peserta
Pengadaan] (“Peserta Pengadaan”) sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal
Final tertanggal [●] (“Dokumen Permintaan Proposal”) diterbitkan oleh Kementerian
PErhubungan sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (“PJPK”).

Dokumen ini merupakan Rencana Pembiayaan Proyek yang akan diselenggarakan


oleh Peserta Pengadaan untuk merancang, membangun, mengoperasikan,
memelihara dan mentransfer fasilitas Proyek berdasarkan persyaratan sesuai
dengan ketentuan hukum Indonesia, dan berdasarkan persyaratan dan ketentuan
yang diatur dalam Dokumen Permintaan Proposal, termasuk Rancangan Final
Perjanjian Kerjasama.
Dokumen ini merupakan penawaran tanpa syarat dan tidak dapat dibatalkan,
yang berlaku, dan dapat diterima oleh Panitia Pengadaan dalam 180 (seratus
delapan puluh) hari kalender sejak Tanggal Penyampaian Dokumen Penawaran
terlepas dari peristiwa apapun yang mungkin terjadi dalam jangka waktu tersebut
atau yang mungkin diperpanjang sebagaimana ditetapkan dalam Dokumen
Permintaan Proposal.
Rencana Pembiayaan yang ditujukan untuk Proyek Pengadaan Pembangunan
dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau sebagaimana Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Rencana Pembiayaan Proyek


SUMBER PENDANAAN
Mata
Sumber USD + Uang = Jumlah (Rupiah)
Rupiah
1.1 Jumlah Biaya Proyek
1.2 Modal
 Anggota Utama
Nama: ____________________
 Anggota Konsorsium
Nama: ____________________
 Anggota Konsorsium
Nama: ____________________
 Anggota Konsorsium

E-3
Nama:____________________
Jumlah Modal: ____________________________

1.3 Pembiayaan Pinjaman


 Lembaga Kredit Ekspor
Nama:____________________
 Lembaga Kredit Ekspor
Nama: ____________________
 Sumber Komersial
Nama:____________________
 Sumber Komersial
Nama:____________________
 Sumber Komersial
Nama: ____________________
 Sumber Multilateral
Nama: ____________________
 Sumber Multilateral
Nama: ____________________
 Sumber Lainnya
Nama: ____________________
Jumlah Pinjaman: ____________________________

Dengan demikian, [nama Peserta Pengadaan] telah menandatangani Rencana


Pembiayaan Proyek ini di atas materai (yang sesuai) pada tanggal yang ditetapkan
di atas:

[Materai Rp. 6.000,-]

________________________________
[Nama/Jabatan Perwakilan Peserta Pengadaan]

E-4
Ketentuan Tentang Rencana Pembiayaan Proyek Peserta Pengadaan

A. Rencana Pembiayaan Proyek

Peserta Pengadaan akan bertanggung jawab untuk mengupayakan pembiayaan


untuk Proyek Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau (”Proyek”).
Perjanjian-perjanjian yang diperlukan untuk mencapai perolehan pembiayaan
(financial close) untuk Proyek. akan ditandatangani antara Perusahaan Pelaksana
Proyek dan lembaga yang menyediakan pembiayaan untuk Proyek, dan harus
berdasarkan pada rencana pembiayaan yang disampaikan oleh Peserta Pengadaan
dalam Dokumen Penawaran (“Rencana Pembiayaan”). Setiap perubahan lebih
lanjut terhadap Rencana Pembiayaan setelah finalisasi Perjanjian Kerjasama akan
membutuhkan persetujuan dari PJPK.

Rencana Pembiayaan yang dibuat oleh Peserta Pengadaan harus menjelaskan


sumber dana dan persyaratan pembiayaan baik yang berupa pinjaman maupun
ekuitas. Peserta Pengadaan harus memberikan rincian tentang sumber-sumber
pembiayaan sebagaimana diuraikan pada Tabel 1 di atas. Pembiayaan harus
dalam jumlah yang cukup untuk menutup semua biaya Proyek yang diperkirakan.

Pembiayaan akan berbentuk ekuitas dan pinjaman. Setidaknya dua puluh persen
(20%) dari jumlah pembiayaan, termasuk kontinjensi, akan berbentuk ekuitas dan
sisanya pinjaman.

B. Dokumentasi

Untuk mendukung Rencana Pembiayaan yang diberikan di atas, Peserta


Pengadaan wajib menyampaikan dokumen-dokumen sebagai bagian dari Sampul II
yaitu salinan laporan keuangan dari Peserta Pengadaan yang sudah diaudit
(softcopy dan hardcopy), selama 3 (tiga) tahun anggaran terakhir, yang disusun
berdasarkan standar akuntansi IAS, IFRS, Indonesia GAAP, atau wajib mendapat
persetujuan dari Pemerintah, baik (a) prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di
bursa saham nasional dimana Peserta Pengadaan tersebut tercatat, atau (b)
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku dalam masyarakat atau institusi akuntansi
publik di wilayah yurisdiksi badan usaha tersebut.

E-5
LEMBAR E.3: MODEL FINANSIAL

Penawaran Finansial juga harus dilengkapi dengan model keuangan yang disusun
oleh Peserta Pengadaan, dan satuan biaya (unit cost) untuk setiap item yang dirinci
di dalam Daftar Kuantitas yang terdapat dalam Sampul I. Model keuangan dan
unit cost harus disampaikan dalam format MS Excel dan disampaikan dalam
bentuk hardcopy maupun softcopy (dengan formula yang dapat diaudit) meliputi,
namun tidak terbatas pada:

a. Daftar asumsi yang digunakan dalam penyiapan model keuangan


termasuk asumsi teknis perhitungan listrik yang dapat dihasilkan;
b. Rincian biaya investasi dan biaya operasional yang digunakan.
c. Proyeksi arus kas proyek;
d. Proyeksi neraca keuangan Perusahaan Pelaksana Proyek;
e. Proyeksi laba rugi proyek;
f. Proyeksi jadwal pembayaran utang dan bunga;
g. Rasio keuangan termasuk DSCR (Debt Service Coverage Ratio) dan
perhitungan IRR Proyek;

E-6
RANCANGAN
PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DENGAN

[Masukan Nama PENERIMA KERJASAMA]

NOMOR:

Tanggal [masukan tanggal penandatanganan]

1
PERJANJIAN KERJA SAMA

NOMOR:

TENTANG

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN BAU-BAU

Perjanjian Kerja Sama tentang Pembangunan dan Pengelolaan Terminal Peti Kemas Pelabuhan
Bau-Bau ini dibuat pada hari ini …..…, tanggal ...…. bulan ….............. Tahun ………………….. di Jakarta
oleh dan antara:

(1) ……….. : Menteri Perhubungan Republik Indonesia,


berkedudukan di Jl. Medan Merdeka Barat
Nomor 10, Jakarta 10110 dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia selaku Penanggung Jawab
Proyek Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha,
untuk selanjutnya disebut “PJPK”.;***

(2) [****] : Direktur Utama, dalam hal ini bertindak untuk


dan atas nama PT [*****], suatu perseroan
terbatas yang didirikan berdasarkan hukum
Republik Indonesia, dengan Akta Nomor [****]
tanggal [*****] dibuat dihadapan [*****],
Notaris di [*****], yang telah mendapatkan
pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak
Azasi Manusia berdasarkan Keputusan Nomor
[****] Tanggal [*****] tentang [******],
berkedudukan di [*****] dengan alamat [****],
yang dalam melakukan perbuatan hukum dalam
perjanjian ini telah memperoleh persetujuan dari
[******] berdasarkan [*****],untuk selanjutnya
disebut “PENERIMA KERJASAMA”;

Berdasarkan

1. Undang-Undang No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran;


2. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum
(Perum) Pelabuhan III menjadi Perusahaan Perseroan (Persero);
3. Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan
PENERIMA KERJASAMA Dalam Penyediaan Infrastruktur;
5. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam
Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan PENERIMA KERJASAMA yang Dilakukan Melalui

2
PENERIMA KERJASAMA Penjaminan Infrastruktur;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha;
7. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 4
Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Pemerintah dengan PENERIMA
KERJASAMA dalam Penyediaan Infrastruktur;
8. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 19 Tahun
2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan PENERIMA KERJASAMA Kerjasama
Pemerintah dengan PENERIMA KERJASAMA dalam Penyediaan Infrastruktur;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.08/2015 tentang Pembayaran Ketersediaan
Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah dengan PENERIMA KERJASAMA Dalam
Penyediaan Infrastruktur;

Para Pihak masing-masing bertindak dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di atas


terlebih dahulu menerangkan sebagai berikut:
a. BAHWA, [***];
b. BAHWA, [***];
c. BAHWA, sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan PENERIMA KERJASAMA dalam Penyediaan Infrastruktur, PJPK telah
melaksanakan proses pelelangan terbuka untuk memilih PENERIMA KERJASAMA secara
transparan dan kompetitif, dan dari hasil pelelangan terbuka tersebut [***] telah ditetapkan
sebagai pemenang pelelangan.
d. BAHWA, [****] selaku pemenang pelelangan telah membentuk perusahaan yang khusus
untuk melaksanakan Proyek dengan nama PT [*];
e. BAHWA, sesuai dengan Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015, PJPK berwenang untuk
menandatangani Perjanjian ini bersama dengan PENERIMA KERJASAMA dalam rangka Proyek
Pembangunan dan Pengelolaan Terminal Petikemas Pelabuhan Bau-Bau.

MAKA DENGAN DEMIKIAN, Para Pihak sepakat sebagai berikut:

PASAL 1
DEFINISI DAN DASAR PENAFSIRAN

1.1 Definisi dan Dasar Penafsiran


Dalam Perjanjian ini kata-kata sebagai berikut memiliki arti sebagai mana disebutkan di bawah ini
kecuali konteksnya menentukan lain:

Afiliasi berarti, sehubungan dengan suatu Pihak atau suatu Subyek Hukum, setiap Subyek Hukum
yang secara langsung atau tidak langsung, melalui satu atau lebih pihak perantara, mengendalikan
atau dikendalikan oleh atau di bawah kendali yang sama dengan Pihak atau Subyek Hukum
tersebut. Yang dimaksud dengan “kendali” dalam definisi ini, berarti kepemilikan atas lebih dari
50% (lima puluh persen), secara langsung atau tidak langsung, atas saham dengan hak suara atau

3
kepentingan modal lainnya dari Subyek Hukum tersebut atau memiliki hak untuk memberikan
arahan kepada manajemen atau menyebabkan diarahkannya manajemen dan kebijakan usaha
dari Subyek Hukum tersebut.

Agen berarti pihak yang ditunjuk oleh Para Kreditur Proyek untuk menerima setiap
pemberitahuan yang ditujukan kepada Para Kreditur Proyek sebagaimana diatur dalam Pasal 23.2
(b).

Ahli berarti ahli yang disepakati oleh Para Pihak atau dalam hal Para Pihak tidak dapat mencapai
kesepakatan maka ahli yang ditunjuk sesuai dengan aturan Ahli Kamar Dagang Internasional
(Rules for Expertise of the International Chamber of Commerce) sebagaimana dimodifikasi sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 27.2 Perjanjian ini.

AMDAL berarti Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup atau penilaian komprehensif atas
dampak lingkungan dan sosial yang disiapkan oleh konsultan yang kompeten dengan mengacu
pada sistem di Indonesia dan izin atau persetujuan lingkungan yang diberikan atas Proyek oleh
Instansi sesuai dengan Hukum Yang Berlaku.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
berarti upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh
penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL.

Dokumen Lingkungan berarti AMDAL termasuk izin lingkungan atau UKL dan UPL.

Area Komersial berarti kawasan komersial pada Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau yang
ditunjukkan pada Rencana Tata Letak yang mengacu Dokumen Desain;

Aset Eksisting berarti aset yang terdiri atas:


(a) Lahan yang dimiliki oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia;
 
(b) Bangunan, Infrastruktur dan fasilitas-fasilitasnya yang dimiliki oleh Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia;


Auditor berarti kantor akuntan publik independen yang ditunjuk oleh Penerima Kerjasama setelah
mendapatkan persetujuan tertulis sebelumnya dari PJPK.

Bank berarti bank yang memiliki izin untuk melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik
Indonesia baik (i) bank umum nasional yang memiliki peringkat kredit atau kewajiban utang
jangka panjang yang tidak dijamin sekurangnya AA- yang dikeluarkan oleh Fitch atau PEFINDO
atau (ii) cabang bank asing di Indonesia yang memiliki peringkat kredit atau kewajiban utang
jangka panjang yang tidak dijamin sekurangnya A- yang dikeluarkan oleh Standard & Poor’s atau
A3 yang dikeluarkan oleh Moody’s.

Biaya Modifikasi berarti biaya sehubungan dengan setiap Modifikasi yang diusulkan berdasarkan
Perjanjian ini sebagaimana diuraikan dalam Pasal 7.

Bulan Tagihan berarti:


(a) periode sejak Tanggal Operasional Komersial hingga Hari terakhir dalam bulan kalender
dimana terjadi Tanggal Operasional Komersial (hal ini disebut sebagai Bulan Tagihan 1);
(b) tiap bulan kalender seterusnya (disebut sebagai Bulan Tagihan 2 dan seterusnya); dan

4
(c) periode sejak Hari pertama dalam bulan kalender terjadinya Tanggal Pengakhiran hingga saat
Tanggal Pengakhiran itu sendiri.

Bunga Keterlambatan Pembayaran berarti BI Rate yang berlaku pada bulan terjadinya
keterlambatan pembayaran ditambahkan dengan 2% (dua persen) per tahun, yang akan
dikenakan terhadap setiap jumlah yang terhutang dari Hari dimana jumlah tersebut jatuh tempo
dan dapat ditagih berdasarkan Perjanjian ini sampai pada Hari pembayaran, dan akan dihitung
berdasarkan jumlah Hari keterlambatan dengan dasar perhitungan 360 (tiga ratus enam puluh)
Hari per tahun dan harus diakumulasikan dari Hari ke Hari.

Dokumen Desain berarti salinan cetak dan elektronik dari setiap desain teknis terperinci akhir
(final detailed engineering design), termasuk gambar dan rencana dari Fasilitas sebagaimana
diatur dalam Pasal 7.2(a).

Ekuitas berarti (i) modal saham Penerima Kerjasama yang telah disetor dan ditempatkan oleh
Pemegang Saham dan (ii) Hutang Pemegang Saham Yang Disubordinasikan.

Fasilitas berarti fasilitas kepelabuhanan yang terdapat dalam Kawasan Terminal Petikemas
Pelabuhan Bau-Bau.

Aset Proyek berarti seluruh aset yang ada pada Kawasan Terminal Petikemas Pelabuhan Bau-Bau
termasuk Aset Eksisting dan seluruh aset lainnya, yang meliputi:
(a) Aset bergerak yaitu seluruh aset, bahan-bahan, sistem-sistem, mesin-mesin, alat-alat,
peralatan-peralatan dan setiap aset bergerak lainnya dalam bentuk apapun, baik berwujud
maupun tidak berwujud dan aset-aset lainnya yang terpasang sementara untuk dimanfaatkan
kegunaannya untuk Proyek, kapal pandu, kapal tunda, gantry cranes, spreaders, traktor,
trailers, dan setiap peralatan terminal lainnya, peralatan pemeliharaan dan suku cadang
sebagaimana tercantum dalam Dokumen Desain;
(b) Aset tidak bergerak yaitu aset yang tidak dapat dipindahkan tanpa merubah bentuk dasarnya
termasuk namun tidak terbatas pada tanah, bangunan, seluruh kantor-kantor, gudang-
gudang, bengkel-bengkel, kantin-kantin dan infrastruktur lainnya yang dibangun atau
dipasang atau diadakan di dalam area Proyek.

Hak Jaminan meliputi setiap hak tanggungan, gadai, fidusia, atau beban atau apa pun yang
memiliki analogi yang sama, atau setiap hak jaminan atau pengaturan jaminan dengan jenis apa
pun (termasuk tanpa pembatasan, penahanan hak milik dan penyetoran uang melalui jaminan,
tetapi tidak termasuk setiap hak mendahului yang timbul untuk kepentingan setiap Pihak yang
Berwenang melalui pemberlakuan undang-undang dengan ketentuan bahwa tidak terjadi
wanprestasi pembayaran uang yang terutang berdasarkan pembebanan tersebut);

Hari berarti periode selama 24 (dua puluh empat) jam dimulai dan berakhir pukul 24:00 waktu
Indonesia Bagian Barat.

Hari Kerja berarti Hari selain Sabtu, Minggu, atau Hari libur resmi pemerintah atau hari dimana
bank-bank umum di Jakarta, Indonesia diwajibkan untuk tidak beroperasi.

Hukum Yang Berlaku berarti setiap hukum, peraturan perundang-undangan, perintah peradilan,
putusan peradilan, ketetapan, putusan sela, ordonansi, resolusi, peraturan dari Instansi manapun
di Republik Indonesia.

Hutang Senior berarti kewajiban hutang yang dimiliki oleh Penerima Kerjasama berdasarkan
Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan namun tidak termasuk kewajiban hutang Ekuitas.

5
Hutang Pemegang Saham Yang Disubordinasikan berarti hutang pokok kepada Pemegang Saham
atau Afiliasi dari Pemegang Saham yang disubordinasikan terhadap setiap hutang yang dipinjam
oleh Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian Pembiayaan.

Informasi Rahasia berarti informasi termasuk Hak Kekayaan Intelektual mengenai usaha dari
salah satu Pihak pada Perjanjian ini atau salah satu dari Afiliasi-Afiliasinya yang telah diberikan
oleh Pihak tersebut kepada Pihak lainnya berdasarkan atau untuk tujuan Perjanjian ini, atau hal
apapun yang dimaksud oleh Perjanjian ini atau berkaitan dengan Perjanjian ini, dimana
pengungkapannya mungkin akan merugikan secara material atau sebaliknya mengganggu
kepentingan komersial Pihak tersebut, dengan tetap memperhatikan pengecualian tertentu yang
diuraikan dalam Pasal 28.2(b).
Indikator Kinerja Utama berarti parameter operasional yang dimaksudkan untuk mengukur
kinerja Penerima Kerjasama sebagaimana dijabarkan dalam Lampiran 12 (Indikator Kinerja
Utama).

Indonesia berarti Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hak Kekayaan Intelektual berarti segala informasi, data, hasil karya, know-how, rancangan,
rahasia dagang, hasil-hasil, dan dokumen-dokumen yang tidak terbuka untuk umum dan secara
hukum dilindungi hak-hak kepemilikannya dalam hal penemuan (inventions), teknologi, hasil
karya yang dilindungi hak ciptanya, piranti lunak komputer, piranti keras, termasuk (i) hak paten,
merek dagang, merek jasa, hak atas desain, nama dagang, hak cipta, dan hak atas rahasia dagang,
baik didaftarkan atau tidak; (ii) permohonan pendaftaran hal-hal tersebut; (iii) hak-hak
berdasarkan lisensi dan persetujuan berkenaan dengan hal-hal tersebut; dan (iv) segala bentuk
perlindungan yang bersifat serupa atau setara atau berdampak sama dengan hal-hal tersebut
yang diakui di negara manapun.

Instansi berarti pemerintah, kementerian, departemen, komisi, dewan, biro, badan, badan
regulator/pengatur atau lembaga lainnya, baik eksekutif, legislatif, yudikatif atau administratif,
tingkat nasional atau daerah, yang memiliki wewenang atas persoalan yang bersangkutan,
termasuk Pemerintah Indonesia, dan Pemerintah Daerah.

Isu (-isu) Faktual berarti isu-isu faktual dan/atau teknis yang menjadi objek Sengketa Para Pihak
sebagaimana diatur dalam Pasal 27.2.

Jaminan Pelaksanaan Tahap I berarti suatu standby letter of credit yang tidak bersyarat dan tidak
dapat ditarik kembali dalam bentuk sebagaimana ditetapkan dalam Bagian B dari Lampiran 8
(Bentuk Jaminan) yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan PJPK sejumlah 5% dari nilai
investasi yang diajukan oleh Peserta dalam Dokumen Penawaran sebagai jaminan atas
pelaksanaan oleh Penerima Kerjasama terhadap kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian
ini dari Tanggal Penandatanganan sampai dengan Tanggal Efektif.

Jaminan Pelaksanaan Tahap II berarti suatu standby letter of credit yang tidak bersyarat dan tidak
dapat ditarik kembali dalam bentuk sebagaimana ditetapkan dalam Bagian A dari Lampiran 8
(Bentuk Jaminan) yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan PJPK sejumlah 5% dari nilai
konstruksi yang diajukan oleh Peserta dalam Dokumen Penawaran sebagai jaminan atas
pelaksanaan oleh Penerima Kerjasama terhadap kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian
ini dari Tanggal Efektif sampai dengan Tanggal Operasional Komersial.

6
Jadwal Pemeliharaan berarti jadwal untuk perbaikan dan pemeliharaan teratur, terencana dan
rutin atas Fasilitas yang harus disusun dan diserahkan oleh Penerima Kerjasama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8.6.

Jadwal Perbaikan berarti jadwal permulaan untuk penyelesaian Perbaikan.

Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek berarti jadwal yang disyaratkan untuk penyelesaian berbagai
Tahap Penyelesaian Proyek sebagaimana diuraikan dalam Lampiran 6 (Jadwal Tahap Penyelesaian
Proyek), dimana jadwal tahap penyelesaian proyek tersebut dapat diperpanjang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7.5(b).

Kapasitas Kontrak berarti volume setiap jenis layanan jasa kepelabuhanan yang telah
diperjanjikan sebagaimana tertuang dalam Indikator Kinerja Utama.

Kawasan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau berarti area yang diperuntukkan untuk
pengoperasian Proyek, dimana akan menjadi lokasi Aset Proyek utama dan meliputi area yang
ditetapkan di dalam Pasal 6;

Pelayanan Yang Dapat Diandalkan berarti rata-rata dari pencapaian aktual atas Indikator Kinerja
Utama selama 3 (tiga) bulan terakhir atas setiap jenis layanan jasa kepelabuhanan yang dilakukan
pada area Proyek.

Klaim berarti, segala sesuatu yang berhubungan dengan Subyek Hukum, setiap dan seluruh
gugatan, sanksi, proses hukum, klaim, penilaian, putusan peradilan, ganti rugi, penalti, denda,
kewajiban, tuntutan, biaya lain-lain yang wajar dalam bentuk apapun (termasuk biaya dan
pengeluaran yang wajar bagi penasehat hukum) dan kerugian yang timbul atau diderita oleh atau
diajukan terhadap Subyek Hukum tersebut, akan tetapi Klaim ini tidak termasuk kerugian akibat
hilangnya laba atau ganti rugi lain yang bersifat khusus, atau bersifat insidental, tidak langsung,
atau sebagai hukuman, atau ganti rugi imaterial yang diderita oleh Subyek Hukum tersebut.

Konsultan Pengawas Independen berarti perusahaan konsultan teknis yang bukan merupakan
Afiliasi dari Penerima Kerjasama atau PJPK atau pabrikan perangkat telekomunikasi yang memiliki
kompetensi sesuai dengan ketentuan sertifikasi yang berlaku, mempunyai sumber daya,
kemampuan dan pengalaman sebagai konsultan pengawas dalam bidang rekayasa dan konsultasi
teknis atas desain, pengembangan, pembangunan dan pengoperasian-pemeliharaan dari Jaringan
dan layanan telekomunikasi yang sejenis dengan Proyek dan ditunjuk sesuai dengan ketentuan
Pasal 6.13 (b).

Kontrak Pengoperasian dan Pemeliharaan berarti setiap kontrak pengoperasian dan


pemeliharaan yang ditandatangani oleh Penerima Kerjasama dengan Kontraktor Pengoperasian
dan Pemeliharaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan Fasilitas.

Kontraktor Pengoperasian dan Pemeliharaan berarti kontraktor (-kontraktor) yang


berpengalaman dalam pengoperasian dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi serta pelayanan
telekomunikasi yang ditunjuk oleh Penerima Kerjasama berdasarkan Kontrak Pengoperasian dan
Pemeliharaan.

Kontrak Engineering Procurement Construction atau Kontrak EPC berarti kontrak rekayasa
rancang bangun/perencanaan, pengadaan dan konstruksi (Engineering Procurement Construction)
antara Penerima Kerjasama dan Kontraktor EPC dimana Kontraktor EPC menyanggupi untuk

7
melaksanakan perancangan, rekayasa teknik, pengadaan, konstruksi, pemasangan, pengujian dan
uji coba sistem atas Fasilitas sesuai dengan Perjanjian ini.

Kontraktor Engineering Procurement Construction atau Kontraktor EPC berarti kontraktor (-


kontraktor) yang berpengalaman dalam rekayasa rancang bangun/perencanaan, pengadaan dan
konstruksi (Engineering Procurement Construction) jaringan telekomunikasi yang ditunjuk oleh
Penerima Kerjasama berdasarkan Kontrak EPC.

Keadaan Terpasang (As-Built) dengan merujuk pada Rancangan dan Gambar atau dokumen
desain apapun dan perubahannya, berarti gambar atau dokumen desain untuk Proyek, yang
menguraikan serinci dan sedapat mungkin dikerjakan, mengenai lokasi aktual, spesifikasi fisik, dan
kondisi Fasilitas tersebut yang telah selesai dikerjakan atau dipasang dengan memperhatikan
catatan konstruksi, ukuran lokasi dan observasi yang dilakukan.

Keadaan Darurat berarti keadaan yang tidak terduga yang mempengaruhi Proyek baik secara
langsung atau tidak langsung yang menyebabkan ancaman langsung dan tidak langsung terhadap:
(a) kesinambungan jangka panjang dari keseluruhan atau bagian material atau bagian penting
Proyek atau Fasilitas;
(b) kesehatan, keamanan para pekerja Proyek dan masyarakat setempat yang secara langsung
terkena dampak Proyek; atau
(c) lingkungan hidup atau kelangsungan hidup makhluk hidup atau atau kerusakan atas harta
benda pihak ketiga yang bersifat serius.

Laporan berarti laporan penilaian yang dipersiapkan oleh Penerima Kerjasama untuk diberikan
kepada PJPK dalam hal Penerima Kerjasama gagal untuk memperbaiki operasional Fasilitas
sebagaimana diatur dalam Pasal 16.5(b).

Laporan Ahli berarti laporan tertulis dari Ahli sehubungan dengan Isu(-isu) Faktual yang dirujuk
oleh Para Pihak untuk diputuskan dalam Pemeriksaan Ahli sebagaimana diatur dalam Pasal 27.2.
Layanan berarti:
(a) penyediaan layanan kepelabuhanan yang dilakukan pada area Proyek dengan menggunakan
Fasilitas sesuai dengan syarat dan ketentuan dalam Perjanjian ini; dan
(b) setiap layanan lain yang disepakati dari waktu ke waktu oleh Para Pihak untuk disediakan oleh
Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini selain dari Pekerjaan, termasuk Layanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Perjanjian ini.

Menteri Keuangan berarti Menteri Keuangan Republik Indonesia.

Model Keuangan berarti dokumen model keuangan yang disampaikan kepada PJPK oleh
Pemegang Saham Awal Penerima Kerjasama selaku pemenang pelelangan bersamaan dengan
pengajuan penawaran sebelum penunjukan Pemegang Saham Awal Penerima Kerjasama sebagai
pemenang pelelangan sebagaimana dimuat dalam Lampiran 19 (Model Keuangan).
Modifikasi berarti setiap perubahan, penambahan, pengurangan, atau pemindahan dari, atau
pembongkaran setiap atau setiap bagian dari:
(a) Pekerjaan;
(b) Layanan;
(c) Indikator Kinerja Utama ;
tetapi tidak termasuk Perubahan Desain Minor.

8
Pajak berarti pajak atas pendapatan, penerimaan kotor, penjualan, penggunaan, pengalihan,
keuntungan, ad valorem, waralaba, persentase, laba, keuntungan modal, lisensi, nilai tambah,
pemotongan pajak, pembayaran upah, pekerjaan, profesional, usaha, cukai, bea meterai, jabatan,
premi, harta kekayaan, lingkungan, keuntungan pemberian, dokumentasi, pendaftaran,
kompensasi pemutusan kerja, bea masuk, biaya pemerintah, pungutan atau ongkos lainnya dalam
jenis apapun, yang dikenakan berdasarkan Hukum Yang Berlaku dari pemerintah nasional dan
daerah atau asing termasuk setiap sub bagian pemerintah atau otoritas pajak berikut dengan
segala bunga, denda atau utang atas jumlah-jumlah tersebut.

Para Kreditur Proyek berarti Subyek-Subyek Hukum dan para penerus haknya, atau para
penerima pengalihan haknya, agen atau wali mereka yang telah memberikan pinjaman-pinjaman
atau bentuk-bentuk lain pembiayaan atau Pembiayaan Ulang bagi Penerima Kerjasama
berdasarkan suatu Perjanjian Pembiayaan, namun tidak termasuk Pemegang Saham atau Afiliasi
dari Pemegang Saham sehubungan dengan hutang Penerima Kerjasama dalam bentuk Ekuitas.

Para Kontraktor berarti Kontraktor EPC, Kontraktor Pengoperasian dan Pemeliharaan, pemasok
dan kontraktor-kontraktor lain yang ditunjuk oleh Penerima Kerjasama sehubungan dengan
desain, rekayasa, konstruksi, pengujian, uji coba sistem Fasilitas dan/atau pengoperasian,
pengelolaan dan pemeliharaan Proyek dan/atau pasokan bahan-bahan bagi Proyek, dan
“Kontraktor” berarti salah satu dari mereka.

Pejabat yang Berwenang berarti:


(a) sehubungan dengan Penerima Kerjasama , setiap subjek hukum yang dari waktu ke waktu
ditentukan sebagai ‘Pejabat yang Berwenang’ melalui pemberitahuan secara tertulis kepada
PJPK, pemberitahuan tersebut akan disertai dengan contoh tandatangan dari semua subjek
hukum baru yang ditunjuk;
(b) sehubungan dengan PJPK, setiap subjek hukum yang dari waktu ke waktu ditentukan sebagai
‘Pejabat yang Berwenang’ melalui pemberitahuan secara tertulis kepada Penerima Kerjasama,
pemberitahuan tersebut akan disertai dengan contoh tandatangan dari semua subjek hukum
baru yang ditunjuk; atau

Persetujuan Modifikasi berarti dokumen tertulis yang dikeluarkan oleh PJPK untuk Penerima
Kerjasama yang memuat persetujuan PJPK atas usulan Modifikasi yang diajukan oleh Penerima
Kerjasama beserta persyaratan-persyaratannya.

Pekerjaan berarti sehubungan dengan Fasilitas, desain, konstruksi, fit out dan penyelesaian
Proyek tersebut (termasuk tanpa pembatasan pada semua bangunan, struktur, dan perbaikan
lainnya, instalasi dan perlengkapan yang akan didirikan atau berlokasi di area Proyek yang
bersangkutan).

Pihak Tertanggung dari PJPK berarti PJPK, para pejabat, karyawan, perwakilan, Afiliasi, agen,
kontraktor, sub kontraktor atau konsultannya, termasuk Kementerian Komunikasi dan
Informatika.

Pelanggan berarti operator telekomunikasi atau setiap pihak yang memiliki sambungan ke
Fasilitas sebagai penerima pelayanan.

Pembayaran Pengakhiran berarti pembayaran yang dilakukan oleh PJPK sehubungan dengan
pengalihan Proyek dan Fasilitas kepada PJPK sebagaimana diatur dalam Lampiran 13 (Pembayaran
Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).

9
Pemegang Saham berarti Subyek Hukum yang memiliki modal saham yang telah ditempatkan di
Penerima Kerjasama, termasuk setiap Pemegang Saham Awal.

Pemegang Saham Awal berarti semua Pemegang Saham awal Penerima Kerjasama pada saat
Tanggal Penandatanganan yang kesemuanya disebutkan dalam Lampiran 14 (Kepemilikan
Penerima Kerjasama).

Pemberitahuan Cidera Janji berarti suatu pemberitahuan mengenai terjadinya Peristiwa Cidera
Janji dari Pihak yang tidak melakukan cidera janji kepada Pihak yang melakukan cidera janji
sebagaimana diatur dalam Pasal 23.1(a)(i) dan 23.1(b)(i).

Pemberitahuan Pemilihan berarti pemberitahuan dari Para Kreditur Proyek kepada PJPK bahwa
Para Kreditur Proyek telah memilih untuk mengupayakan pemulihan Peristiwa Cidera Janji
Penerima Kerjasama atau mengusahakan pemulihannya berdasarkan Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan sebagaimana diatur dalam Pasal 23.2(d)(ii)(A).
Pemberitahuan Pengakhiran berarti pemberitahuan tertulis dari Pihak yang tidak melakukan
cidera janji kepada Pihak yang melakukan cidera janji yang memuat rincian Peristiwa Cidera Janji,
tindakan yang perlu dilakukan untuk memulihkan Peristiwa Cidera Janji (apabila memungkinkan)
dan usulan Tanggal Pengakhiran Perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 23.1 (a) (v) dan Pasal
23.1 (b) (x).
Pemberitahuan Penggantian Kedudukan berarti pemberitahuan secara tertulis kepada PJPK
mengenai penggantian dan pengambilalihan tanggung jawab Penerima Kerjasama oleh Kreditur
atau pihak lain yang ditunjuknya sebagaimana tersebut dalam Pasal 24.1 (b) (iii).

Pembiayaan Ulang (Refinancing) berarti:


(a) setiap perubahan, variasi, novasi, tambahan atau penggantian dari Perjanjian Pembiayaan
apapun;
(b) pelaksanaan setiap hak apapun, atau pemberian pengesampingan atau persetujuan
berdasarkan Perjanjian Pembiayaan;
(c) disposisi atas hak atau kepentingan apapun dalam, atau terciptanya hak untuk berpartisipasi
sehubungan dengan Perjanjian Pembiayaan, atau terciptanya suatu kepentingan atau
manfaat dalam bentuk apapun atas Perjanjian Pembiayaan maupun kontrak-kontrak,
keuntungan, asset-aset Penerima Kerjasama baik dengan cara Hak Jaminan maupun cara
lainnya; atau
(d) setiap dan semua bentuk pengaturan oleh Penerima Kerjasama atau Subyek Hukum lainnya
yang mempunyai pengaruh yang serupa sehubungan dengan salah satu diantara huruf (a)-(c)
di atas, atau yang berdampak membatasi kemampuan Penerima Kerjasama atau setiap Afiliasi
untuk melaksanakan salah satu diantara huruf (a)-(c) di atas.

Pemerintah Daerah berarti setiap Pemerintah Daerah di wilayah Republik Indonesia.

Pemerintah Indonesia berarti pemerintah pusat negara Republik Indonesia termasuk


kementerian dan lembaga.

Penerima Pengalihan berarti Subyek Hukum yang:


(a) merupakan suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan Hukum Yang Berlaku;
(b) memenuhi kriteria kualifikasi sebagaimana ditetapkan dalam dokumen pre-kualifikasi yang
diterbitkan oleh PJPK beserta perubahan-perubahannya dalam proses prakualifikasi Proyek
ini;
(c) membayar seluruh jumlah, apabila ada, yang jatuh tempo dan harus dibayar kepada PJPK
berdasarkan Perjanjian ini; dan

10
(d) mengambil alih kewajiban-kewajiban Penerima Kerjasama yang sedang berjalan berdasarkan
Perjanjian ini (termasuk kewajiban Penerima Kerjasama untuk memelihara dan
mengoperasikan Fasilitas sesuai dengan persyaratan dalam Perjanjian ini).

Penghematan berarti setiap penghematan atau pengurangan biaya atau pengeluaran


sehubungan dengan Proyek yang timbul dari, atau sebaliknya disebabkan dari, suatu Modifikasi,
yang secara nyata diterima oleh Penerima Kerjasama.

Penyelesaian Sengketa Oleh Ahli berarti penyerahan suatu Sengketa (atau bagian dari Sengketa)
untuk diselesaikan oleh Ahli sebagaimana diatur dalam Pasal 27.2.

Perbaikan berarti modifikasi atau tambahan bahan atau perbaikan terhadap Fasilitas yang
diperlukan untuk mengembalikan Fasilitas kepada Kapasitas Kontrak segera setelah terjadinya
Peristiwa Keadaan Kahar.

Periode Evaluasi berarti periode setelah berakhirnya Periode Pemulihan Awal dimana Para
Kreditur Proyek dapat mengevaluasi Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama, kondisi dari
Fasilitas, dan hal-hal lainnya yang terkait dengan tindakan yang akan dilakukan oleh Para Kreditur
Proyek mengenai Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama sebagaimana diatur dalam Pasal
23.1(b)(vi).

Periode Kerjasama berarti sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 3.1 (b).

Periode Pemulihan Awal berarti periode pemulihan awal Peristiwa Cidera Janji Penerima
Kerjasama oleh Para Kreditur Proyek sebagaimana diatur dalam Pasal 23 .1 (b) (vi) Perjanjian ini.

Periode Pemulihan Para Kreditur Proyek berarti tambahan periode pemulihan selama 180
(seratus delapan puluh) Hari untuk memulihkan Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama
sebagaimana diatur dalam Pasal 23.1(b)(viii).

Peristiwa Perpanjangan berarti peristiwa perpanjangan Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek yang
diakibatkan terjadinya hal-hal sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6.5(b)(i).

Peristiwa Cidera Janji berarti Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama atau Peristiwa Cidera
Janji PJPK, sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian ini.

Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama berarti salah satu dari peristiwa-peristiwa yang
disebutkan dalam Pasal 22.1 Perjanjian ini yang merupakan suatu pelanggaran atas Perjanjian ini
oleh Penerima Kerjasama.

Peristiwa Cidera Janji PJPK berarti setiap peristiwa-peristiwa yang disebutkan dalam Pasal 22.2
Perjanjian ini yang merupakan suatu pelanggaran atas Perjanjian ini oleh PJPK.

Peristiwa Keadaan Kahar berarti Peristiwa Keadaan Kahar termasuk namun tidak terbatas pada:
(a) perang, agresi atau permusuhan oleh musuh asing, baik dinyatakan atau tidak;
(b) kekacauan massal, pergolakan, pemberontakan, tindakan terorisme, pembajakan, embargo,
sabotase, huru-hara atau demonstrasi yang terjadi di wilayah Republik Indonesia;
(c) bencana alam, ledakan, kebakaran, gempa bumi, tsunami, banjir, badai, tanah longsor atau
bencana alam lainnya, kontaminasi radio-aktif atau radiasi ion, epidemi, karantina, wabah
atau kontaminasi bahan kimia atau biologis yang terjadi di wilayah Republik Indonesia; atau

11
(d) demonstrasi buruh atau tindakan industrial lainnya yang dalam hubungannya dengan
Penerima Kerjasama bukan merupakan demonstrasi buruh atau tindakan industrial oleh para
buruh Penerima Kerjasama atau Kontraktor;

yang secara hukum atau secara fisik menghalangi Pihak yang terkena dampak untuk
melaksanakan atau mematuhi setiap kewajiban non-finasial dari Pihak tersebut berdasarkan
Perjanjian ini dan dengan ketentuan bahwa:
(1) peristiwa tersebut tidak berada dalam kendali Pihak yang terkena dampak secara langsung
atau tidak yang berakibat Pihak yang terkena dampak gagal melaksanakan seluruh atau
sebagian kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini (selain kewajiban pembayaran uang);
(2) akibat dari peristiwa tersebut tidak dapat dicegah, diatasi atau dipulihkan melalui usaha yang
wajar;
(3) Pihak yang terkena dampak telah melakukan semua tindakan pencegahan dalam rangka
menghindari dampak atau mengurangi dampak dari peristiwa tersebut terhadap kemampuan
pihak yang terkena dampak untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini;
(4) peristiwa tersebut bukan disebabkan karena pelanggaran Pihak yang terkena dampak atas
pemunuhan kewajibannya dalam Perjanjian ini atau Perjanjian Proyek; dan
(5) Pihak yang terkena dampak telah menyampaikan pemberitahuan kepada Pihak lainnya
berdasarkan Pasal 16.1 Perjanjian ini.

Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah berarti:


(a) penolakan atas, atau keterlambatan yang tidak wajar dalam, pemberian oleh PJPK,
Pemerintah Indonesia atau setiap Pemerintah Daerah setiap Persetujuan setelah
dilakukannya pengajuan permohonan secara benar dan upaya yang tekun telah dilakukan
oleh Penerima Kerjasama untuk mendapatkan Persetujuan tersebut;
(b) berakhirnya keberlakuan Persetujuan apapun yang telah diberikan, namun gagal untuk
diperpanjang kembali dengan ketentuan yang pada pokoknya sama setelah dilakukannya
pengajuan permohonan secara benar dan upaya yang tekun telah dilakukan oleh Penerima
Kerjasama untuk mendapatkan perpanjangan Persetujuan tersebut; atau
(c) penemuan Artefak pada atau di dalam Lahan Proyek:
(i) yang menghalangi Penerima Kerjasama melaksanakan Pekerjaan dalam jangka waktu 2
(dua) minggu berturut-turut atau lebih (secara total); dan
(ii) terkait dengan hal tersebut Penerima Kerjasama tidak dalam keadaan melanggar
kewajibannya sehubungan dengan penemuan Artefak pada Lahan Proyek; atau
(iii) tanpa penyebab yang dapat dibenarkan, yang secara material menghalangi atau
mencegah Penerima Kerjasama untuk melaksanakan atau mematuhi kewajiban-
kewajibannya.

Perjanjian berarti Perjanjian Kerjasama ini beserta seluruh lampirannya, sebagaimana dapat
diubah dari waktu ke waktu sesuai dengan ketentuan dalam Perjanjian ini.
Perjanjian Pemegang Saham berarti persetujuan tertulis yang dibuat oleh para Pemegang Saham
Awal untuk membentuk dan memasukan Ekuitas ke dalam Penerima Kerjasama termasuk semua
perjanjian terkait lainnya yang mungkin dibuat oleh dan antara mereka dari waktu ke waktu.

Perjanjian Penjaminan berarti perjanjian penjaminan yang ditandatangani oleh PT Penjaminan


Infrastruktur Indonesia (Persero) dengan Penerima Kerjasama untuk menjamin kewajiban
finansial tertentu dari PJPK sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini.

Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan berarti kontrak dan semua dokumen lain yang mengatur
tentang penyediaan pinjaman, fasilitas kredit, utang, surat utang, obligasi, letter of credit,
penanggungan, hak jaminan, derivatif, dan instrumen lindung nilai bagi Penerima Kerjasama
untuk membiayai atau melakukan Pembiayaan Ulang atas Proyek, termasuk perubahan,

12
tambahan, perpanjangan, pembaharuan, atau penggantian dari pembiayaan atau Pembiayaan
Ulang tersebut.

Perjanjian Proyek mencakup:


(a) Perjanjian ini;
(b) Kontrak EPC;
(c) Kontrak Pengoperasian dan Pemeliharaan;
(d) Perjanjian Pemegang Saham;
(e) Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan;
(f) Setiap perjanjian lainnya yang ditandatangani oleh Penerima Kerjasama sehubungan dengan
Proyek yang mana oleh Penerima Kerjasama ditentukan sebagai Perjanjian Proyek melalui
suatu pemberitahuan tertulis.

Perolehan Pembiayaan berarti tanggal berlakunya Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan, dan tanggal


diperbolehkannya Penerima Kerjasama melakukan penarikan atau pencairan dana pinjaman
pertama kali sesuai dengan ketentuan-ketentuan Perjanjian Pembiayaan.

Persetujuan berarti persetujuan, lisensi, konsesi, keputusan, izin, pelepasan hak, pengecualian,
otorisasi, atau persyaratan lain, termasuk perubahan, perpanjangan atau pembaharuan, yang
diperlukan dari Instansi berdasarkan ketentuan atau sehubungan dengan Perjanjian ini, termasuk
tapi tidak terbatas pada Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup, Dokumen Lingkungan dan
persetujuan-persetujuan lain yang disebutkan dalam Lampiran 4 (Persetujuan).

Perubahan Desain Minor berarti, dalam kaitannya dengan setiap Pekerjaan, perubahan minor
terhadap dokumentasi desain dari Pekerjaan tersebut, di mana perubahan tersebut:
(a) mencerminkan perkiraan perkembangan dokumentasi desain yang terperinci dari Pekerjaan
tersebut; atau
(b) berkaitan dengan kegiatan operasional harian yang bersifat minor, pemeliharaan atau proses
atau pelaksanaan yang wajar dari optimisasi Pekerjaan tersebut.
Perubahan Hukum berarti salah satu di bawah ini yang terjadi setelah Tanggal Penandatanganan
yang terutama dimaksudkan untuk atau ditujukan pada, baik untuk seluruh atau sebagian, usaha
jaringan telekomunikasi dan dimana Penerima Kerjasama secara hukum wajib untuk
mematuhinya:
(a) Perubahan atas atau pencabutan suatu Hukum Yang Berlaku (tidak termasuk Persetujuan);
atau
(b) Pemberlakuan atau diundangkannya suatu Hukum Yang Berlaku yang baru (tidak termasuk
Persetujuan),
yang tidak dapat diduga secara wajar pada atau sebelum Tanggal Penandatanganan.
definisi tersebut di atas tidak termasuk:
(a) perubahan dalam cara penerapan atau penafsiran suatu Hukum Yang Berlaku sebagai akibat
dari keputusan pengadilan dan, secara khusus, tidak mencakup keputusan pengadilan yang
merupakan keputusan pertama tentang isu yang bersangkutan;
(b) perubahan dalam cara penerapan atau penafsiran suatu Hukum Yang Berlaku sebagai akibat
dari kelalaian Penerima Kerjasama atau setiap subjek hukum lainnya, untuk mematuhi Hukum
Yang Berlaku atau persyaratan dari suatu Persetujuan; atau
(c) perubahan Hukum Yang Berlaku tentang pajak penghasilan atau tarif pungutan pajak
penghasilan termasuk, tanpa pembatasan, perubahan ketentuan tentang pembayaran pajak
perusahaan atau identifikasi dan perhitungan pengurangan yang diperbolehkan.
Pihak berarti PJPK atau Penerima Kerjasama, sebagaimana berlaku.

Praktek Industri yang Baik berarti, semua hal-hal yang diterapkan oleh Penerima Kerjasama,
dalam kaitannya dengan pelaksanaan kewajiban Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini,

13
penerapan standar-standar, praktek-praktek, metode-metode dan prosedur yang sesuai dengan
semua Hukum Yang Berlaku, dan penyelenggaraan tingkat keterampilan, ketelitian, ketekunan,
kehati-hatian dan peninjauan yang secara wajar dan umum yang harus dilakukan oleh suatu
Subyek Hukum yang terampil dan berpengalaman dalam menjalankan kegiatan sejenis dalam
keadaan yang serupa, secara global maupun regional termasuk melakukan tindakan yang
diperlukan untuk memastikan agar:
(a) tersedianya bahan-bahan, sumber-sumber dan persediaan yang memadai untuk mencukupi
kebutuhan Proyek dalam kondisi normal dan kondisi tidak normal yang dapat diantisipasi
secara wajar;
(b) para karyawan bagian operasional memiliki izin yang memadai (i) dapat diperkerjakan setiap
saat, (ii) mempunyai pengalaman yang cukup dan terlatih untuk mengoperasikan Proyek
secara tepat dan efisien dengan memperhatikan panduan dan instruksi produsen, dan
(iii) mampu menangani keadaan-keadaan yang tidak normal;
(c) terciptanya suatu tindakan pencegahan, pemeliharaan dan perbaikan baik yang bersifat
berkalan atau tidak berkala (i) yang diselenggarakan dengan baik untuk memastikan
pengoperasian yang dapat diandalkan dan aman untuk jangka panjang dengan
memperhatikan rekomendasi dari produsen dan (ii) yang diselenggarakan oleh para personel
yang berpengetahuan, terlatih dan berpengalaman serta memiliki izin dan dengan
menggunakan perlengkapan, peralatan dan prosedur yang tepat;
(d) dilakukannya pemantauan dan pengujian yang layak untuk memastikan bahwa Fasilitas
berfungsi sebagaimana dimaksudkan dan menjaminan bahwa peralatan akan berfungsi secara
tepat baik dalam kondisi normal maupun tidak normal; dan
(e) peralatan dioperasikan dengan cara-cara yang aman bagi para pekerja, masyarakat pada
umumnya dan lingkungan sekitarnya.
Prosedur Operasional dan Pemeliharaan berarti panduan dan prosedur operasional dan
pemeliharaan yang dikembangkan oleh Penerima Kerjasama sesuai Perjanjian ini.

Peristiwa Kepailitan, dalam kaitannya dengan suatu pihak, berarti terjadinya satu diantara hal-hal
sebagai berikut terhadap pihak yang dimaksud:
(a) dikeluarkannya putusan pengadilan yang berwenang untuk menetapkan penundaan
kewajiban pembayaran utang atau yang menyatakan pailit pihak tersebut;
(b) diputuskannya dalam rapat umum pemegang sahamnya untuk untuk mengajukan
permohonan kepada pengadilan dalam rangka pembubaran dan likuidasi, kepailitan atau
penundaan kewajiban pembayaran utang pihak tersebut;
(c) dengan alasan kesulitan keuangan yang nyata atau yang dapat diperkirakan, mulai melakukan
perundingan dengan para krediturnya untuk melakukan penjadwalan ulang atau
restrukturisasi utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih;
(d) diajukannya suatu permohonan oleh suatu pihak kepada pengadilan untuk pembubaran dan
likuidasi, kepailitan atau penundaan kewajiban pembayaran utang (baik secara sukarela, atau
cara lain yang mempunyai dampak yang sama), kecuali permohonan tersebut ditentang
dengan itikad baik dan sungguh-sungguh sehingga ditolak atau dihentikan dalam waktu enam
puluh (60) Hari;
(e) khusus untuk Bank, pembekuan, pencabutan izin usaha atau penetapan sebagai bank gagal
berdasarkan Hukum Yang Berlaku; atau
(f) proses lain yang serupa dengan hal-hal yang disebutkan dalam paragraph (a) hingga (d) di
atas.

Proyek adalah rehabilitasi, pengembangan, pembiayaan, desain, konstruksi, pengujian, uji coba
sistem, pengoperasian, pengelolaan, pemeliharaan dan pengalihan Terminal Petikemas Pelabuhan
Bau-Bau sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini.

Rupiah atau Rp. berarti mata uang resmi Republik Indonesia.

14
Sengketa berarti ketidaksepahaman, perbedaan pendapat, argumen atau konflik dalam bentuk
apapun antara Para Pihak sehubungan dengan, yang timbul dari, atau terkait dengan Perjanjian
ini.
Sponsor Utama berarti pemegang saham utama dari Penerima Kerjasama sebagaimana termuat
dalam Lampiran 14 (Kepemilikan Penerima Kerjasama).
Sengketa Pemberitahuan Pengakhiran berarti Sengketa terkait dengan hak untuk
memberlakukan Pemberitahuan Pengakhiran sebagaimana diatur dalam Pasal 23.1(a) (vii) dan
Pasal 23.2(b) (xii).
Sistem Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sosial berarti suatu sistem pengelolaan yang
komprehensif atas aspek lingkungan hidup dan sosial dari Proyek yang dibuat oleh Penerima
Kerjasama sesuai dengan Hukum yang Berlaku.

Spesifikasi Desain dan Teknis berarti spesifikasi-spesifikasi desain dan teknis dari Fasilitas yang
ditentukan dalam Lampiran 2 (Spesifikasi Desain dan Teknis) yang harus dipenuhi oleh Penerima
Kerjasama dalam rangka desain, rekayasa, pengadaan dan konstruksi Proyek.

Sponsor Baru berarti Pemegang Saham dari Penerima Kerjasama selain dari Pemegang Saham
Awal.

Subyek Hukum berarti orang-perorangan, persekutuan perdata, kemitraan, perseroaan terbatas,


perusahaan, badan hukum, perhimpunan, organisasi yang tidak berbadan hukum, atau badan,
perangkat, kantor atau instansi pemerintah atau politik.
Standar Akuntansi berarti standar-standar akuntansi yang diterima secara umum yang berlaku
dari waktu ke waktu di Indonesia (dikenal sebagai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau
PSAK).

Surat Persetujuan PJPK berarti surat persetujuan yang diterbitkan oleh PJPK, dan ikut
ditandatangani oleh Kreditor Proyek dan Penerima Kerjasama dengan format sebagaimana
tertuang dalam Lampiran 5 (Format Surat Persetujuan PJPK).

Sponsor Operasional dan Pemeliharaan atau Sponsor O&M mempunyai arti yang sama yang
diberikan bagi istilah tersebut dalam Lampiran 14 (Kepemilikan Penerima Kerjasama);

Tagihan berarti sebagai didefinisikan dalam Pasal 12.1.

Tahap Penyelesaian Proyek berarti Tanggal Efektif, Tanggal Dimulainya Konstruksi, Tanggal
Operasional Komersial, serta tanggal-tanggal penyelesaian proyek yang lebih terperinci
sebagaimana diuraikan dalam Lampiran 6 (Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek).

Tahun Kontrak berarti periode selama 12 (dua belas) Bulan Tagihan secara terus menerus setelah
Tanggal Operasional Komersial:
(a) dimulai saat tahun operasional pertama terhitung sejak Tanggal Operasional Komersial dan
berlangsung selama 12 (dua belas) Bulan Tagihan secara terus menerus (periode awal ini
disebut Tahun Kontrak 1); dan
(b) selanjutnya, tiap periode 12 (duabelas) Bulan Tagihan seterusnya (disebut sebagai Tahun
Kontrak 2 dan seterusnya), dengan ketentuan Tahun Kontrak terakhir jatuh pada Tanggal
Pengakhiran.

Tanggal Jatuh Tempo memiliki arti 30 (tiga puluh) Hari setelah Hari diterimanya tagihan oleh PJPK
dari Penerima Kerjasama (tanggal penerimaan Tagihan tidak dihitung).

15
Tanggal Efektif berarti Hari dimana Perjanjian ini sepenuhnya berlaku dan mengikat bagi Para
Pihak sesuai dengan Pasal 2.

Tanggal Operasional Komersial berarti selambat-lambatnya 7 (tujuh) Hari setelah tanggal


diterbitkannya surat keputusan/keterangan penerimaan oleh PJPK kepada Penerima Kerjasama
berdasarkan Pasal 7.8.

Tanggal Penandatanganan berarti tanggal ditandatanganinya Perjanjian ini.

Tanggal Pengakhiran berarti tanggal berakhirnya Perjanjian ini sebagaimana dimaksud pada Pasal
3.1 Perjanjian ini.

Tanggal Pengalihan berarti tanggal berakhirnya Perjanjian ini.

Tanggal Wajib Penyelesaian berarti salah satu atau gabungan dari kesemua tanggal berikut ini: (i)
Target Tanggal Efektif; (ii) Tanggal Wajib Dimulainya Konstruksi; dan (iii) Tanggal Wajib
Operasional Komersial.

Tanggal Wajib Operasional Komersial berarti saat dimana Tanggal Operasional Komersial harus
terjadi sesuai dengan Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek atau tanggal setelahnya sebagaimana
ditentukan oleh Para Pihak berdasarkan ketentuan Perjanjian ini.

Tanggal Dimulainya Konstruksi berarti tanggal dimana Penerima Kerjasama mulai dan
melaksanakan kegiatan konstruksi besar untuk Fasilitas di Lahan Proyek yang ditandai dengan
kegiatan pembangunan pondasi untuk stasiun perangkat (landing station) atau kegiatan serupa
yang menunjukan dimulainya konstruksi berkelanjutan.

Tanggal Wajib Dimulainya Konstruksi berarti saat dimana Tanggal Dimulainya Konstruksi harus
terjadi sebagaimana disyaratkan dalam Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek atau tanggal
setelahnya sebagaimana ditentukan oleh Para Pihak sesuai dengan ketentuan Perjanjian ini.

Target Tanggal Efektif berarti paling lambat 6 (enam) bulan kalender setelah Tanggal
Penandatanganan sebagaimana dinyatakan dalam Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek atau tanggal
setelahnya sebagaimana ditentukan oleh para Pihak sesuai dengan ketentuan dalam Perjanjian
ini.

Target Tingkat Pengembalian Internal Proyek berarti Tingkat Pengembalian Internal Proyek yang
dicantumkan dalam Model Keuangan.

Target Tingkat Pengembalian Internal Ekuitas berarti Tingkat Pengembalian Internal Ekuitas yang
dicantumkan dalam Model Keuangan.

Pembayaran Ketersediaan Layanan berarti biaya, dinyatakan dalam Rupiah, yang harus dibayar
oleh PJPK kepada Penerima Kerjasama untuk ketersediaan layanan selama Bulan Tagihan
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 11.1 dan Lampiran 11 (Pembayaran Ketersediaan Layanan).

1.2 Aturan Penafsiran


Dalam menafsirkan Perjanjian ini, judul dicantumkan hanya untuk kemudahan referensi saja dan
harus di abaikan dalam penafsiran Perjanjian, kecuali konteksnya berbeda:
(a) bentuk jamak mencakup bentuk tunggal dan sebaliknya.

16
(b) kata-kata yang merujuk pada gender mencakup segala gender.
(c) rujukan pada Ayat, Pasal dan Lampiran berarti Ayat, Pasal dan Lampiran dalam Perjanjian ini.
(d) kata “dari Perjanjian ini”, “dalam Perjanjian ini”, “berdasarkan Perjanjian ini” dan kata-kata
serupa merujuk pada Perjanjian ini sebagai satu keutuhan.
(e) rujukan dalam Perjanjian ini pada undang-undang, hukum, ketetapan, peraturan atau lain-lain
Hukum Yang Berlaku ditafsirkan sebagai rujukan pada undang-undang, hukum, ketetapan,
peraturan atau lain-lain Hukum Yang Berlaku termasuk segala perubahannya.
(f) rujukan pada suatu Subyek Hukum, Pihak, atau entitas mencakup para penerus hak dan
penerima pengalihannya yang sah. Rujukan pada Instansi mencakup badan atau otoritas
pemerintah yang meneruskan wewenang dan fungsi otoritas tersebut.
(g) daftar isi dan judul Pasal dimaksudkan untuk kemudahan membaca dan tidak dimaksudkan
untuk mempengaruhi arti atau penafsiran ketentuan yang terkait.
(h) kata “mencakup” atau “termasuk” atau “seperti misalnya” harus dianggap diikuti dengan frasa
“tanpa pembatasan” atau “tapi tidak terbatas pada” baik kata tersebut secara nyata diikuti
oleh frasa atau kata-kata yang mengandung arti yang sama.
(i) rujukan pada “bulan” berarti bulan kalender.
(j) pada saat menghitung jumlah Hari antara tanggal-tanggal atau dalam suatu periode, Hari
pertama tidak turut dihitung tetapi Hari terakhir harus dihitung.
(k) tidak ada ketentuan dalam Perjanjian ini yang boleh ditafsirkan untuk merugikan salah satu
Pihak hanya karena alasan Pihak tersebut bertanggung jawab untuk penyusunan Perjanjian ini
atau suatu ketentuan Perjanjian ini.
(l) Istilah-istilah yang dimulai dengan huruf kapital yang digunakan dalam Lampiran-Lampiran
Perjanjian ini mempunyai arti yang diberikan bagi masing-masing istilah tersebut dalam
Perjanjian ini kecuali didefinisikan lain dalam Lampiran-Lampiran tersebut.
(m)Apabila terdapat kebijakan pemerintah Indonesia terkait dengan redenominasi atas mata uang
Rupiah, maka rujukan terhadap nilai nominal Rupiah dalam Perjanjian ini akan disesuaikan
dengan nilai Rupiah yang setara.

1.3 Ketidaksesuaian
(a) Untuk tujuan penafsiran, urutan prioritas dari dokumen-dokumen yang membentuk
Perjanjian ini adalah sebagai berikut:
(i) Pasal 1 hingga Pasal 29 Perjanjian ini; dan
(ii) Lampiran 1 hingga Lampiran 18 Perjanjian ini.
(b) Jika salah satu Pihak menemukan ambiguitas, ketidaksesuaian, atau ketidakcocokan antara
ketentuan-ketentuan Perjanjian ini dan dokumen lain yang secara tegas dinyatakan
dimasukkan ke dalam Perjanjian ini maka Pihak yang menemukan hal tersebut harus segera
mengirimkan pemberitahuan ke Pihak lainnya dan apabila Para Pihak tidak dapat
menyelesaikan ketidakjelasan, perbedaan, atau inkonsistensi diantara mereka dalam waktu
14 (empat belas) Hari sejak tanggal penerimaan pemberitahuan, permasalahan tersebut akan
ditetapkan atau ditentukan oleh PJPK.

17
BAB II
EFEKTIFITAS DAN JANGKA WAKTU PERJANJIAN

PASAL 2
TANGGAL EFEKTIF

2.1 Persyaratan Pendahuluan untuk berlakunya Tanggal Efektif


(a) Kecuali sebagaimana diatur dalam Pasal 2.6, Perjanjian ini berlaku efektif dan mengikat
Para Pihak pada saat semua syarat-syarat yang disebutkan dalam Pasal 2.1 (b) telah
dipenuhi oleh Penerima Kerjasama atau dikesampingkan oleh PJPK berdasarkan
ketentuan Pasal 2.1 (c).
(b) Penerima Kerjasama harus menyerahkan seluruh dokumen-dokumen berikut kepada PJPK
dalam bentuk dan isi yang secara wajar memuaskan PJPK:
A. salinan sesuai asli dan lengkap dari akta pendirian, anggaran dasar (termasuk seluruh
perubahannya) beserta pengesahan/persetujuan/penerimaan pemberitahuan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas akta pendirian dan anggaran dasar
tersebut dan izin usaha Penerima Kerjasama yang disertifikasi oleh wakil yang
berwenang dari Penerima Kerjasama;
B. salinan sesuai asli keputusan Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham
Penerima Kerjasama (sebagaimana disyaratkan dalam Anggaran Dasar PENERIMA
KERJASAMA) yang menyetujui penandatanganan dan pelaksanaan Perjanjian ini;
C. pendapat hukum dari penasehat hukum yang ditunjuk untuk mewakili Penerima
Kerjasama mengenai keabsahan pendirian dan kecakapan bertindak Penerima
Kerjasama, serta keabsahan, keberlakuan dan dapat dilaksanakannya setiap
Perjanjian Proyek yang ditandatangani Penerima Kerjasama dan Persetujuan yang
diperlukan untuk pelaksanaan Proyek dalam bentuk sebagaimana terdapat dalam
Lampiran 10 (Bentuk Pendapat Hukum);
D. salinan Dokumen Desain dan perbaikannya sesuai ketentuan Pasal 6.3.(c);
E. sertifikat dari Para Kreditor Proyek bahwa Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan telah
berlaku penuh dan efektif, dan bahwa persyaratan yang disyaratkan untuk pencairan
awal dari Hutang Senior telah dipenuhi atau dikesampingkan;
F. sertifikat dari Pemegang Saham Awal yang membuktikan telah terjadinya penyetoran
modal Pemegang Saham Awal untuk memenuhi kebutuhan Ekuitas Penerima
Kerjasama;
G. salinan sesuai asli dari semua Persetujuan dalam Lampiran 4 (Persetujuan) yang harus
didapatkan oleh Penerima Kerjasama pada Tanggal Efektif sehubungan dengan
penandatanganan dan pelaksanaan kewajiban Penerima Kerjasama berdasarkan
Perjanjian ini dan Perjanjian Proyek dan transaksi yang diatur dalam Perjanjian ini
serta sertifikat dari Penerima Kerjasama bahwa Persetujuan tersebut telah berlaku
penuh dan efektif;
H. sertifikat dari Penerima Kerjasama bahwa pernyataan dan jaminan Penerima
Kerjasama yang tercantum dalam Perjanjian ini secara material sudah sesuai dan
tepat sejak Tanggal Efektif;
I. sertifikat dari Penerima Kerjasama bahwa tidak ada peraturan yang telah
diundangkan, ditetapkan atau dilaksanakan oleh Instansi yang menyatakan
ketidakberlakuan atau ketidaksahan, menghambat atau larangan penandatanganan
Perjanjian Proyek;
J. salinan sesuai asli polis asuransi yang disyaratkan selama konstruksi Fasilitas
berdasarkan Pasal 9 dan Lampiran 17 (Asuransi), dan sertifikat yang menununjukan
bahwa asuransi tersebut masih berlaku (certificates of currency);
K. Jaminan Pelaksanaan Tahap II yang berlaku dan sah sesuai dengan ketentuannya;

18
L. Salinan setiap Perjanjian Proyek dimana Penerima Kerjasama merupakan pihak dalam
perjanjian tersebut yang ditandatangani oleh Penerima Kerjasamadan telah berlaku
efektif; dan
M. perjanjian penunjukan Konsultan Pengawas Independen yang telah ditandatangani
oleh Para Pihak.

(c) Persyaratan Pendahuluan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2.1 (b) adalah untuk
kepentingan PJPK semata dan hanya dapat dikesampingkan oleh PJPK berdasarkan
pernyataan tertulis.

2.2 Kewajiban Memenuhi Persyaratan Pendahuluan


(a) Penerima Kerjasama harus memenuhi semua persyaratan pendahuluan sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 2.1 (b) pada atau sebelum Target Tanggal Efektif.
(b) Pada saat Penerima Kerjasama telah memenuhi satu dari persyaratan-persyaratan
tersebut Penerima Kerjasama harus segera memberitahu PJPK mengenai hal tersebut dan
memberikan salinan dari dokumen yang diwajibkan menurut Pasal 2.1 (b).
(c) Jika diminta secara tertulis, PJPK dapat secara wajar melakukan usaha terbaiknya untuk
membantu Penerima Kerjasama dalam memenuhi persyaratan pendahuluan yang
menjadi tanggung jawab Penerima Kerjasama dengan menyebutkan jenis bantuan yang
diperlukan.
(d) Meskipun terdapat bantuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2.2.(c), Penerima
Kerjasama tetap wajib memenuhi persyaratan yang diimaksud dan bantuan yang
diberikan oleh PJPK tidak boleh dianggap sebagai kesanggupan atau jaminan dari PJPK
bahwa bantuannya akan efektif atau menjanjikan hasil yang diinginkan.
(e) PJPK harus menyampaikan secara tertulis kepada Penerima Kerjasama jika seluruh
persyaratan pendahuluan telah dipenuhi atau dikesampingkan oleh PJPK (“Tanggal
Efektif”).

2.3 Jaminan Pelaksanaan Tahap I


(a) Penerima Kerjasama wajib menyerahkan Jaminan Pelaksanaan Tahap I kepada PJPK dalam
bentuk sebagaimana disyaratkan dalam Lampiran 8 (Bentuk Jaminan) Bagian B pada atau
sebelum Tanggal Penandatanganan.
(b) Jaminan Pelaksanaan Tahap I harus tetap berlaku dan berkekuatan penuh sampai dengan
terjadinya terlebih dahulu salah satu peristiwa berikut ini:
(i) Tanggal Efektif (sebagaimana diperpanjang berdasarkan Pasal 2.4 di bawah ini jika
berlaku); atau
(ii) 30 (Tiga puluh) Hari sejak Tanggal Pengakhiran.
(c) Apabila Jaminan Pelaksanaan Tahap I akan berakhir sebelum tanggal yang disyaratkan
dalam Pasal 2.3(b), Penerima Kerjasama wajib memastikan agar Jaminan Pelaksanaan
Tahap I diperpanjang, diperbaharui atau diganti selambat-lambatnya 21 (dua puluh satu)
Hari sebelum tanggal Jaminan Pelaksanaan Tahap I berakhir.
(d) Dalam hal Penerima Kerjasama gagal melakukan perpanjangan, pembaharuan atau
penggantian tersebut, PJPK berhak untuk mencairkan jumlah keseluruhan dari Jaminan
Pelaksanaan Tahap I dan menahan uang tersebut sebagai jaminan sampai dengan
Penerima Kerjasama menyerahkan jaminan baru kepada PJPK dalam bentuk yang dapat
diterima oleh PJPK. PJPK akan segera mengembalikan uang yang ditahan sebagai jaminan
(tanpa bunga) kepada Penerima Kerjasama setelah Penerima Kerjasama menyerahkan
jaminan baru kepada PJPK dalam bentuk yang dapat diterima oleh PJPK. Segala biaya
untuk penyerahan kembali uang yang ditahan sebagai jaminan dibebankan kepada
Penerima Kerjasama.

19
(e) Penerima Kerjasama harus menyediakan pengganti Jaminan Pelaksanaan Tahap I yang
memenuhi persyaratan dalam Perjanjian ini apabila Bank yang menerbitkan Jaminan
Pelaksanaan Tahap I:
(i) pada setiap saat gagal untuk memenuhi persyaratan yang berlaku bagi Bank
sebagaimana didefinisikan pada Pasal 1.1; atau
(ii) mengalami Peristiwa Pailit.
(f) PJPK berhak melakukan klarifikasi secara langsung kepada Bank penerbit Jaminan
Pelaksanaan Tahap I untuk memastikan kesesuai Bank dan Jaminan Pelaksanaan Tahap I
dengan ketentuan Perjanjian ini, dan Penerima Kerjasama wajib memberikan dukungan
yang diperlukan untuk terlaksananya klarifikasi tersebut.

2.4 Kegagalan Mencapai Tanggal Efektif


(a) Perpanjangan Target Tanggal Efektif
(i) Apabila Penerima Kerjasama memperkirakan tidak dapat memenuhi persyaratan
pendahuluan yang harus dipenuhinya sesuai dengan ketentuan Pasal 2.1 (b) sebelum
Target Tanggal Efektif, dan PJPK tidak mengesampingkan persyaratan pendahuluan
tersebut, Penerima Kerjasama dapat mengirimkan permohonan kepada PJPK dalam
waktu 14 (empat belas) hari sebelum Target Tanggal Efektif bahwa Penerima
Kerjasama meminta perpanjangan Target Tanggal Efektif. Berdasarkan penerimaan
permohonan tersebut, PJPK atas diskresinya sendiri dapat menyetujui untuk
memperpanjang Target Tanggal Efektif.
(ii) Dalam hal PJPK memperpanjang Target Tanggal Efektif, maka perpanjangan Target
Tanggal Efektif adalah satu-satunya kompensasi yang dapat diterima oleh Penerima
Kerjasama, dan Penerima Kerjasama tidak berhak atas penyesuaian Pembayaran
Ketersediaan Layanan atau kompensasi lainnya atau pembayaran tambahan dari PJPK.
(b) Pengakhiran Perjanjian karena Tidak Terjadinya Tanggal Efektif
Jika setiap persyaratan pendahuluan untuk Tanggal Efektif sebagaimana dicantumkan
pada Pasal 2.1 (b) belum terpenuhi pada Target Tanggal Efektif, maka:
(i) PJPK berhak mengakhiri Perjanjian ini dengan memberikan pemberitahuan
pengakhiran secara tertulis kepada Penerima Kerjasama; dan
(ii) Perjanjian ini akan berakhir pada tanggal pengakhiran yang ditentukan dalam
pemberitahuan pengakhiran tersebut.
(c) Akibat Pengakhiran Perjanjian karena Tidak Terjadinya Tanggal Efektif
Jika Perjanjian ini diakhiri karena tidak tercapainya Tanggal Efektif maka:
(i) PJPK berhak mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap I; dan
(ii) Para Pihak tidak lagi mempunyai hak atau kewajiban berdasarkan Perjanjian ini.

2.5 Surat Persetujuan PJPK dan Perjanjian Penjaminan


Pada saat atau sebelum Tanggal Pemenuhan Persyaratan Pendahuluan:
(i) jika diminta oleh Penerima Kerjasama, PJPK akan menerbitkan Surat Persetujuan PJPK, dan
(ii) memastikan ditandatanganinya Perjanjian Penjaminan oleh PT Penjaminan Infrastruktur
Indonesia (Persero) dalam format yang telah ditentukan untuk menjamin kewajiban finansial
tertentu dari PJPK berdasarkan Perjanjian ini.

2.6 Ketentuan Yang Berlaku Sejak Tanggal Penandatanganan


Pasal-pasal berikut ini berlaku efektif sejak Tanggal Penandatanganan dan tidak tergantung pada
terjadinya Tanggal Efektif:
(a) Pasal 1 (Definisi dan Dasar Penafsiran);
(b) Pasal 2 (Tanggal Efektif);
(c) Pasal 6.3 (Desain, Gambar Rancang dan Dokumen Lain);
(d) Pasal 6.13 (Konsultan Pengawas Independen);

20
(e) Pasal 14 (Pernyataan dan Jaminan);
(f) Pasal 15.1 (Tindakan PENERIMA KERJASAMA);
(g) Pasal 15.3 (Kepatuhan terhadap Hukum Yang Berlaku);
(h) Pasal 15.6 (Jaminan Anti Korupsi);
(i) Pasal 16 (Peristiwa Keadaan Kahar);
(j) Pasal 20 (Ganti Rugi);
(k) Pasal 21.1 (Kerugian Tidak Langsung));
(l) Pasal 24 (Pengalihan);
(m) Pasal 27 (Penyelesaian Sengketa); dan
(n) Pasal 28(Ketentuan-Ketentuan Umum).

PASAL 3
JANGKA WAKTU

3.1 Dimulai dan Berakhirnya Jangka Waktu


(a) Perjanjian ini berlaku sejak Tanggal Penandatanganan dengan ketentuan bahwa
keberlakuan pasal-pasal dalam Perjanjian ini tunduk pada ketentuan Pasal 3.2.
(b) Perjanjian ini berakhir pada saat terjadinya terlebih dahulu di antara peristiwa-peristiwa
di bawah ini:
(i) berakhirnya jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun terus menerus sejak Tanggal
Operasional Komersial sebagaimana dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan
Perjanjian ini (“Periode Kerjasama”); atau
(ii) pengakhiran lebih awal Perjanjian ini berdasarkan Pasal 2.4 (b), 23.1, 23.3, 23.4, 23.5
atau 23.6.
((i) dan (ii) selanjutnya disebut sebagai “Tanggal Pengakhiran”).

3.2 Ketentuan-Ketentuan Yang Berlaku


(a) Sejak Tanggal Penandatanganan hingga Tanggal Efektif, ketentuan-ketentuan yang
disebutkan dalam Pasal 2.6 berlaku penuh dan efektif.
(b) Sejak Tanggal Efektif hingga Tanggal Pengakhiran, semua ketentuan Perjanjian ini berlaku
penuh dan efektif.

3.3 Pengalihan pada akhir Periode Kerjasama


Pada saat berakhirnya Periode Kerjasama, Penerima Kerjasama harus mengalihkan Proyek kepada
PJPK dengan pembayaran sebesar Rp. 1.000,00 (seribu Rupiah) sesuai dengan ketentuan Pasal
26.6.

BAB III

URAIAN MENGENAI PROYEK DAN PEMBIAYAAN


PASAL 4
RUANG LINGKUP PROYEK DAN PERSETUJUAN

4.1 Ruang Lingkup Proyek


(a) PIHAK KEDUA wajib melaksanakan Proyek, termasuk melaksanakan Pekerjaan dan
memberikan Layanan sesuai dengan ketentuan Perjanjian ini.

21
(b) Atas pelaksanaan Proyek oleh PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada huruf (a) di
atas, PIHAK KEDUA berhak menerima Pembayaran Ketersediaan Layanan dari PIHAK
PERTAMA sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini.

4.2 Lingkup Kegiatan Penerima Kejasama Secara Umum


Sesuai dengan Perjanjian ini, Penerima Kerjasama harus melaksanakan Proyek yang meliputi:
(a) menggunakan, mengoperasikan, memanfaatkan, mengusahakan Aset Eksisting;
(b) melakukan investasi dalam Aset Proyek untuk keperluan Pengelolaan Terminal Peti Kemas
Pelabuhan Baubau termasuk untuk mengupgrade dan merehabilitasi Aset Eksisting,
maupun untuk membangun aset-aset baru sehubungan dengan pengelolaan Pengelolaan
Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau;
(c) melakukan pemeliharaan, perbaikan, dan penggantian Aset Proyek, termasuk
pemeliharaan perbaikan dan penggantian Aset Eksisting;
(d) melakukan promosi Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau;
(e) menyediakan jasa pelayanan kepelabuhanan, jasa terkait kepelabuhanan dan
mengenakan tarif atas pelayanan jasa tersebut kepada pelanggan secara langsung;
(f) memanfaatkan Aset Proyek untuk usaha penunjang lainnya, termasuk usaha sehubungan
dengan penyediaan Area Komersial; dan
(g) menyediakan pembiayaan untuk seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a)
sampai (f) di atas.

4.3 Persetujuan-Persetujuan
(a) Penerima Kerjasama harus memperoleh semua Persetujuan yang diperlukan untuk
rehabilitasi dan pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, kepemilikan dan
pengalihan Proyek sesuai dengan Lampiran 4 (Persetujuan) serta memastikan bahwa
Persetujuan tersebut akan tetap berlaku selama jangka waktu Perjanjian ini.
(b) PJPK berdasarkan permintaan tertulis dan biaya dari Penerima Kerjasama, akan berupaya
untuk memfasilitasi Penerima Kerjasama secara wajar dalam bentuk sosialisasi dan
konsultasi untuk memperoleh Persetujuan yang diperlukan sehubungan dengan
pelaksanaan Pekerjaan.

4.5 Dukungan Penerima Kerjasama atas pelaksanaan kewajiban PJPK


Penerima Kerjasama wajib memberikan dukungan, antara lain pemberian data dan dokumen,
kepada PJPK untuk:
(a) melaksanakan kewajibannya sesuai dengan Hukum Yang Berlaku secara efektif dan
efisien; dan
(b) mematuhi standar dan tujuan sebagaimana diatur dalam Hukum Yang Berlaku

PASAL 5
ASET EKSISTING

5.1 Kepemilikan Aset Eksisting


Seluruh Aset Eksisting merupakan milik PJPK dan setiap hak untuk menggunakan Aset
Eksisting, berdasarkan Perjanjian ini tidak dapat dianggap sebagai pengalihan kepemilikan
Aset Eksisting kepada Penerima Kerjasama.

5.2 Penggunaan Aset Eksisting


(a) Segera setelah serah terima Aset Eksisting sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.3,
Penerima Kerjasama berhak untuk menggunakan dan mengoperasikan Aset Eksisting
secara eksklusif untuk tujuan pelaksanaan Perjanjian ini.
(b) Penerima Kerjasama tidak berwenang unntuk merubah, mengganti atau menghilangkan

22
Aset Eksisting, atau setiap bagian daripadanya, kecuali suatu persetujuan tertulis dari PJPK
telah didapatkan sehubungan dengan perubahan, penggantian dan penghapusan (dengan
ketentuan bahwa PJPK harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari PJPK
(c) Penerima Kerjasama harus
(a) secara wajar dan pantas, menjaga dan berhati-hati ketika menggunakan setiap Aset
Eksisting;
(b) memperhatikan syarat dan ketentuan dari petunjuk penggunaan atau pengoperasian atas
penggunaan alat-alat, perlengkapan, instrumen dan Aset Eksisting sebagaimana
disepakati oleh PJPK;
(c) menyediakan staf yang berkualitas dengan jumlah yang memadai dengan keterampilan
yang sesuai untuk pengoperasian Aset Eksisting secara aman, tepat, dan efisien; dan 

(d) melaporkan setiap kerusakan atau kerugian dari Aset Eksisting kepada PJPK dan,
sehubungan dengan suatu kejadian (kecelakaan), harus menyediakan laporan mengenai
kejadian (kecelakaan) tersebut dalam jangka waktu lima (5) Hari Kerja sejak tanggal
terjadinya kejadian (kecelakaan) tersebut;
(d) Kecuali dengan persetujuan tertulis dari PJPK telah didapatkan, Penerima 
 Kerjasama
dilarang:
(a) menggunakan setiap Aset Eksisting untuk tujuan apapun selain daripada Terminal Peti
Kemas Pelabuhan Baubau sehubungan dengan Perjanjian ini; dan 

(b) menggunakan atau membiarkan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau atau setiap
bagian daripadanyadigunakan secara ilegal, tidak bermoral, dan tujuan-tujuan yang
tidak layak.

5.3 Serah Terima Aset Eksisting


(a) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah penandatanganan Perjanjian ini,
Penerima Kerjasama harus, melalui pemeriksaan mandiri yang ditunjuk dan disetujui oleh
PJPK, melakukan inspeksi atas Aset Eksisting dan menyiapkan laporan inspeksi untuk
ditinjau oleh PJPK. 

(b) Jika berdasarkan laporan inspeksi sebagaimana disebutkan dalam huruf (a), telah
disimpulkan bahwa Aset Eksisting, atau bagian-bagian didalamnya, tidak dalam kondisi
operasi yang baik, maka Para Pihak dapat menyetujui untuk memilih hal-hal berikut:
(i) PJPK untuk membuat penggantian atas bagian dari Aset Eksisting sehingga aset
tersebut dapat memenuhi kondisi yang diharapkan;
(ii) PJPK memberikan wewenang kepada Penerima Kerjasama untuk melakukan
perubahan atau penggantian atas bagian dari Aset Eksisting; 
(iii) bagian dari Aset
Eksisting tersebut akan dibuang dan tidak disertakan dalam Aset Eksisting yang
ditransfer kepada Penerima Kerjasama.
(c) Segera setelah PJPK menyetujui laporan inspeksi, Para Pihak harus menandatangani
Pemberitahuan Penerimaan dari Kondisi Aset Eksisting, yang akan menunjukkan kondisi
Aset Eksisting bersama dengan perjanjian Para Pihak berkaitan dengan aset-aset yang
tidak dalam kondisi operasi baik sebagaimana disebutkan dalam huruf (b) di atas.
(d) Tanpa mengurangi ketentuan Pasal 21, Penerima Kerjasama harus dianggap telah
memenuhi kewajibannya dalam kaitannya dengan kondisi dari Aset Eksisting, dan harus
dianggap bertanggungjawab terhadap konsekuensi- konsekuensi yang timbul karena
penggunaan Aset Eksisting untuk tujuan pengelolaan Perjanjian ini.

5.4 Pernyataan dan Indemnifikasi oleh PJPK


PJPK dengan ini menyatakan bahwa PJPK mempunyai kepemilikan atas seluruh Aset Eksisting dan
pemberian masa Kerjasama dan hak untuk menggunakan Aset Eksisting berdasarkan Perjanjian ini
kepada Penerima Kerjasama tidak akan melanggar ketentuan hukum dan perundang-undangan

23
yang berlaku dan segala hak-hak dari pihak ketiga. PJPK mengganti rugi Penerima Kerjasama
(termasuk sponsor, pemegang saham, dewan direksi, dewan komisaris, manajemen, pegawai,
agen, dan kontraktor) seluruhnya dan/atau terhadap seluruh tindakan, biaya, gugatan, dan
kerusakan apapun yang mungkin diderita oleh Penerima Kerjasama akibat pelanggaran terhadap
ketentuan yang terdapat dalam Pasal 5.04 yang dilakukan oleh PJPK.

PASAL 6
KAWASAN TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN BAUBAU

6.1 Kawasan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau


(a) Pending Items
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)

6.2 Rencana Tata Letak


(a) Rencana Tata Letak menetapkan lokasi dan tata letak dari berbagai bagian dari kawasan
dan menentukan penggunaan dari berbagai bagian dari Kawasan Terminal Peti Kemas
Pelabuhan Baubau (“Rencana Tata Letak”) sebagaimana ditunjukkan dalam Dokumen
Desain.
(b) Penerima Kerjasama mengetahui bahwa Bangunan Pelabuhan Baubau akan dibagi
menjadi Area Pengoperasian Pelabuhan, Area Komersial, Area Transportasi, dan Area
Parkir sebagaimana ditunjukkan dalam Rencana Tata Letak.
(c) Penerima Kerjasama tidak dapat menggunakan Area Pengoperasian Pelabuhan, Area
Komersial, Area Transportasi dan Area Parkir, sebagaimana ditunjukkan dalam Rencana
Tata Letak untuk setiap tujuan selain dari tujuan penggunaan yang telah ditetapkan
berdasarkan Pasal 6.3; Pasal 6.4; Pasal 6.5; Pasal 6.6; dan Pasaal 6.7 kecuali dengan
persetujuan terlebih dahulu secara tertulis dari PJPK.
(d) Hanya kapal angkutan peti kemas yang diperbolehkan untuk berlabuh di Dermaga Peti
Kemas Pelabuhan Baubau. Kecuali dengan Persetujuan tertulis sebelumnya dari PJPK,
kapal-kapal lainnya selain dari kapal angkutan peti kemas tidak diperbolehkan untuk
berlabuh di Dermaga Peti Kemas Pelabuhan 
Baubau.
(e) Kecuali dengan Persetujuan secara tertulis terlebih dahulu dari PJPK, Penerima Kerjasama
tidak diperbolehkan untuk menggunakan Dermaga Peti Kemas Pelabuhan Baubau untuk
tujuan bongkar muat cargo umum (general cargo) dan kargo curah sehubungan dengan
pengoperasian peti kemas terhadap atau dari semua jenis kapal.
(f) Penerima Kerjasama tidak dapat menggunakan atau mengizinkan penggunaan Dermaga
Peti Kemas Pelabuhan Baubau atau setiap bagian daripadanya untuk pemukiman.

6.3 Area Pengoperasian Pelabuhan


Tunduk pada Pasal 6.2, Area Pengoperasian Pelabuhan tidak dapat digunakan untuk tujuan
penggunaan selain daripada penggunaan Dermaga Peti Kemas Pelabuhan Baubau untuk
berlabuhnya kapal-kapal angkutan peti kemas beserta tambahannya (jika ada), dan fasilitas-
fasilitas pendukung lainnya yang menurut PJPK penting untuk pengoperasian, keamanan dan
keselamatan Pelabuhan Baubau dan fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan oleh PJPK.

6.4 Area Komersial


Tunduk pada Pasal 6.2, Area Komersial tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunaan selain

24
untuk toko-toko ritel, restoran, pertukaran valas, operator tur, pusat informasi turis,dan tujuan-
tujuan lain yangmungkin diperbolehkan oleh PJPK.

6.5 Area Transportasi


Tunduk pada Pasal 6.2, Area Transportasi tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunaan selain
untuk jalan masuk, sirkulasi kendaraan bermotor, antrian kendaraan bermotor, penurunan dan
penjemputan Penumpang, dan tujuan-tujuan lain yang mungkin diperbolehkan oleh PJPK.
Penerima Kerjasama tidak diperbolehkan untuk mengubah tata letak dari jalan masuk, sirkulasi
kendaraan bermotor, antrian kendaraan bermotor, tempat penurunan dan penjemputan
sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Tata Letak, kecuali terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan tertulis dari PJPK.

6.6 Penghentian Penggunaan


Jika, dalam Periode Kerjasama, PJPK berpendapat bahwa Kawasan Terminal Peti Kemas
Pelabuhan Baubau atau bagian daripadanya telah dihentikan penggunaannya untuk tujuan
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6 atau sejauh PJPK, Kawasan Terminal Peti Kemas
Pelabuhan Baubau tidak digunakan atau tidak secara layak digunakan untuk tujuan sebagaimana
diberikan, Penerima Kerjasama akan dikenakan Kerugian Yang Harus Dibayar sampai dengan telah
digunakannya Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau sesuai dengan tujuan-tujuan yang
disebutkan dalam Pasal 6 atau digunakan atau secara layak digunakan untuk tujuan sebagaimana
diberikan.

BAB IV
JAMINAN PELAKSANAAN Tahap II, PENGOPERASIAN, DAN PEMANTAUAN

PASAL 7
JAMINAN PELAKSANAAN TAHAP II, DESAIN, KONSTRUKSI, PENGUJIAN

7.1 Jaminan Pelaksanaan Tahap II


(a) Jaminan Pelaksanaan Tahap II
(i) Pada saat atau sebelum Tanggal Efektif, Penerima Kerjasama harus memberikan
kepada PJPK Jaminan Pelaksanaan Tahap II sebagai pemenuhan atas syarat yang
diatur dalam Pasal 2.1(b) L dalam bentuk sebagaimana dimuat pada Bagian A
Lampiran 8 (Bentuk Jaminan).
(ii) Jaminan Pelaksanaan Tahap II, tunduk kepada Pasal 6.1 (a)(iii), tetap sah, berlaku dan
mengikat hingga terjadinya terlebih dahulu peristiwa berikut:
(A) Tanggal Operasional Komersial; atau
(B) 30 (tiga puluh) Hari setelah Tanggal Pengakhiran.
(iii) Dalam hal Jaminan Pelaksanaan Tahap II akan berakhir pada tanggal yang lebih awal
dari jangka waktu yang diatur dalam Pasal 7.1 (a)(ii), Penerima Kerjasama harus
memastikan Jaminan Pelaksanaan Tahap II diperpanjang, diperbaharui atau
digantikan tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) Hari sebelum tanggal berakhir
sebagaimana diatur dalam Pasal 7.1 (a) (ii).
(iv) Dalam hal Penerima Kerjasama gagal untuk melakukan perpanjangan, perbaharuan
atau penggantian Jaminan Pelaksanaan Tahap II, PJPK berhak untuk mencairkan
secara penuh Jaminan Pelaksanaan Tahap II dan menggunakan uang hasil pencairan
sebagai jaminan sampai Penerima Kerjasama memberikan kepada PJPK jaminan baru
dalam bentuk yang memuaskan PJPK.
(v) PJPK mempunyai hak untuk mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap II dalam hal

25
Penerima Kerjasama gagal untuk membayar jumlah yang telah jatuh tempo dan
terhutang kepada PJPK pada tanggal dimana pembayaran tersebut diwajibkan atau
secara lain diatur dalam Perjanjian ini, termasuk tanpa batasan, sesuai dengan Pasal
7.10. (c) dan Pasal 23.7 (g).
(vi) Apabila suatu Jaminan Pelaksanaan Tahap II telah dicairkan sebelum tanggal
berakhirnya, Penerima Kerjasama harus:
(i) memastikan tambahan Jaminan Pelaksanaan Tahap II sehingga nilai Jaminan
Pelaksanaan Tahap II kembali sama dengan nilai awal Jaminan Pelaksanaan Tahap
II; atau
(ii) memberikan kepada PJPK suatu Jaminan Pelaksanaan Tahap II pengganti dengan
nilai dan kondisi yang sama dengan Jaminan Pelaksanaan Tahap II awal;
(iii) dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari.
(b) Bank
Penerima Kerjasama harus mengganti Jaminan Pelaksanaan Tahap II apabila Bank yang
menerbitkan Jaminan Pelaksanaan Tahap II:
(i) pada setiap saat gagal untuk memenuhi persyaratan yang berlaku bagi Bank
sebagaimana didefinisikan pada Pasal 1.1; atau
(ii) berada dalam Peristiwa Kepailitan.
(c) PJPK berhak melakukan klarifikasi secara langsung kepada Bank penerbit Jaminan
Pelaksanaan Tahap II untuk memastikan kesesuaian Bank dan Jaminan Pelaksanaan Tahap
II dengan ketentuan Perjanjian ini, dan Penerima Kerjasama wajib memberikan dukungan
yang diperlukan untuk terlaksananya klarifikasi tersebut.

7.2 Rancangan dan Gambar dan Dokumen Lain


(a) Rancangan dan Gambar Yang Disyaratkan
(i) Penerima Kerjasama harus membuat dan menyerahkan kepada PJPK dan Konsultan
Pengawas Independen 4 (empat) salinan cetak dan 1 (satu) salinan elektronik
Rancangan dan Gambar yang merupakan perancangan secara konsep dan detil serta
penggambaran, informasi teknis pendukung yang diperlukan untuk Proyek serta
setiap perhitungan, contoh, pola, model, spesifikasi, standar dan informasi teknis
lainnya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari sejak tanggal Penandatanganan.
(ii) Penerima Kerjasama harus membuat dan menyerahkan kepada PJPK dan Konsultan
Pengawas Independen 4 (empat) salinan cetak dan 1 (satu) salinan elektronik dari
setiap dokumen desain teknik terperinci akhir (final detailed engineering design),
termasuk rancangan dan gambar dan rencana, perincian proses dan filosofi
pengoperasian (“Dokumen Desain”) atas Fasilitas dalam jangka waktu 150 (seratus
lima puluh) Hari sejak tanggal Penandatanganan.
(iii) Dokumen Desain harus meliputi:
(A) Rancangan dan gambar final bagi denah umum Proyek termasuk jalan masuk
permanen;
(B) Rancangan dan gambar serta keterangan yang umum dan terperinci tentang
seluruh fasilitas, struktur dan pekerjaan sipil dan elektrikal tambahan;
(C) rencana keselamatan dan kesehatan kerja (K3);
(D) rencana kerja (plan of work) untuk menunujukan strategi kerja dan upaya
pencapai kerja yang optimal;
(E) metoda kerja (methode of procedure) guna memperjelas hal-hal apa saja dan
tahapan pelaksanaan pekerjaan secara rinci;
(F) matrix of responsibility untuk menggambarkan penanggung jawab atas setiap
pekerjaan dan targetnya;
(G) daftar jenis, volume dan distribusi material pada lokasi Fasilitas termasuk
cadangannya dan lokasi penyimpanannya;
(H) pengaturan final atas rencana denah umum dari semua fasilitas pelabuhan;

26
(I) prosedur pengujian kesiapan operasi yang memenuhi persyaratan yang diatur
dalam Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba Sistem);
(J) program sebagaimana disyaratkan pada Lampiran 6 (Jadwal Tahap Penyelesaian
Proyek).
(b) Kajian dan Masukan serta Persetujuan
(i) Dokumen Desain harus mendapatkan persetujuan dari PJPK. PJPK akan memberikan
persetujuan atas Dokumen Desain melalui prosedur sebagaimana dimaksud pada
Pasal 7.3 (b) (ii) sampai dengan (vi) di bawah.
(ii) PJPK dapat memberikan masukan atau pertanyaan mengenai Dokumen Desain yang
diserahkan menurut Pasal 7.3 (a) dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah
penyerahannya, dengan ketentuan bahwa masukan atau pertanyaan dari PJPK
menyangkut kesesuaian atas Dokumen Desain terhadap Spesifikasi Desain dan Teknis,
Praktek Industri yang Baik, atau persyaratan teknik dan desain lain dari Perjanjian ini.
(iii) Setelah menerima masukan atau pertanyaan dari PJPK, Penerima Kerjasama harus
memberikan klarifikasi dan/atau mengubah Dokumen Desain sebagaimana mestinya
dan menyerahkan Dokumen Desain yang telah diperbaiki kepada PJPK dalam waktu
30 (tiga puluh) Hari untuk kajian final oleh PJPK.
(iv) Jika Penerima Kerjasama tidak menerima masukan tertulis dari PJPK dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) Hari dari penyerahan Dokumen Desain sebagaimana dimaksud
pada Pasal 7.3 (b) (i) atau perbaikan Dokumen Desain sebagaimana dimaksud pada
Pasal 7.3 (b) (ii), maka PJPK dianggap tidak mempunyai masukan atau pertanyaan dan
menyetujui Dokumen Desain atau perbaikan Dokumen Desain kecuali dalam hal
terdapatnya masukan dari Konsultan Pengawas Independen sebagaimana dimaksud
pada Pasal 7.3 (b) (v) di bawah.
(v) Konsultan Pengawas Independen dapat memberikan masukan atas Dokumen Desain
kepada Penerima Kerjasama dalam jangka waktu sebagaimana diatur pada Pasal
7.3(c) (i) dan Penerima Kerjasama harus mempertimbangkan temuan dari Konsultan
Pengawas Independen pada Dokumen Desain, meskipun PJPK tidak memberikan
masukan apapun atas Dokumen Desain.
(vi) Jika terdapat ketidaksesuaian antara temuan dari Konsultan Pengawas Independen
dengan masukan dari PJPK, maka masalah tersebut akan diselesaikan melalui diskusi
bersama yang melibatkan Para Pihak dan Konsultan Pengawas Independen; jika hal
tersebut tidak terselesaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari sejak tanggal
dimana Konsultan Pengawas Independen memberikan masukanya atas Dokumen
Desain kepada Peerima Kerjasama, maka hal ini harus diserahkan kepada Ahli untuk
penetapan sesuai dengan Pasal 27.2.
(c) Penyangkalan
(i) Kajian dan persetujuan dari PJPK atas Dokumen Desain bukan merupakan jaminan
baik secara tegas ataupun tersirat dari PJPK mengenai ketepatan teknik atas Dokumen
Desain, dan Penerima Kerjasama mengakui bahwa PJPK tidak bertanggung jawab atas
ketepatan, keamanan atau kehandalan bagian manapun dari Proyek.
(ii) Penyerahan atas setiap dokumentasi kepada PJPK atau Konsultan Pengawas
Independen (termasuk pembuatan masukan atau persetujuan yang mungkin diminta
oleh Penerima Kerjasama) tidak membebaskan Penerima Kerjasama dari kewajiban
atau tanggung jawabnya berdasarkan Perjanjian ini atau tugasnya untuk memastikan
ketepatan, kebenaran atau kecocokan dari hal yang menjadi dasar dari penyerahan
tersebut, dan kajian atau masukan yang diberikan tidak boleh ditafsirkan sebagai
perubahan dalam lingkup Proyek untuk tujuan Pasal 7.5(b) kecuali Para Pihak setuju

27
sebaliknya secara tertulis, hal ini juga tidak boleh ditafsirkan sebagai pengesampingan
hak oleh PJPK menurut Perjanjian ini.
(d) Dokumen yang Harus Disimpan di Kantor Pusat Penerima Kerjasama
Penerima Kerjasama harus menyimpan dua salinan dari dokumen-dokumen berikut ini di
kantor pusatnya di Jakarta, Indonesia berkaitan dengan semua perlengkapan yang
dipasang pada Proyek dan disebutkan dalam Lampiran 2 (Spesifikasi Desain dan Teknis):
(i) Gambar Keadaan Terpasang bagi Proyek;
(ii) Salinan dari semua petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan serta dokumentasi
teknik lain (termasuk dalam bentuk dokumen elektronik) untuk Proyek;
(iii) Salinan hasil pengujian dari semua pengujian yang dilakukan sesuai dengan Kontrak
EPC, dan Perjanjian ini; dan
(iv) Dokumentasi teknis yang terperinci (termasuk dalam bentuk dokumen elektronik)
berkenaan dengan desain, konstruksi, operasional dan pemeliharaan Proyek.
7.4 Konstruksi Proyek
(a) Tanggung Jawab Penerima Kerjasama atas Konstruksi
Penerima Kerjasama wajib melakukan desain, rekayasa, pengadaan, pasokan,
pemasangan dan konstruksi dan rehabilitasi Fasilitas sesuai dengan:
(i) Dokumen Desain yang telah disetujui oleh PIHAK PERTAMA;
(ii) Spesifikasi Desain dan Teknis;
(iii) semua standar dan praktek desain, rekayasa dan konstruksi yang relevan yang berlaku
di Indonesia;
(iv) Praktek Industri yang Baik;
(v) semua Hukum Yang Berlaku;
(vi) Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek;
(vii) Dokumen Lingkungan yang telah disetujui;
(viii) ketentuan-ketentuan lain dari Perjanjian ini; dan
(ix) setiap Modifikasi yang diinstruksikan sesuai dengan Pasal 8.1 atau yang disetujui
untuk dilaksanakan sesuai dengan Pasal 8.2.

(b) Jaminan Umum Penerima Kerjasama Terhadap Konstruksi


Penerima Kerjasama menjamin bahwa desain, rekayasa, pengadaan, konstruksi, instalasi,
pengujian dan uji coba sistem dari Fasilitas dan pekerjaan Kontraktor EPC dan sub-
kontraktornya akan:
(i) sesuai dengan tujuan Proyek;
(ii) sesuai dengan Spesifikasi Desain dan Teknis;
(iii) bebas dari cacat tersembunyi dan kekurangan; dan
(iv) sesuai dengan Perjanjian ini dan semua Hukum Yang Berlaku, termasuk hukum
lingkungan;
(v) tidak melanggar Hak Kekayaan Intelektual pihak lain;

(c) Kewajiban-kewajiban Konstruksi Lainnya


Sebagai tambahan dari kewajiban konstruksi umum yang disebutkan dalam Pasal 6.4(a)
(b), PIHAK KEDUA bertanggung jawab dan berhak untuk:
(i) membuat perjanjian dengan pihak lain sesuai dengan Hukum Yang Berlaku;
(ii) menunjuk dan memberhentikan para Kontraktor atau subkontraktor, konsultan dan
penasehat profesional, kecuali Konsultan Pengawas Independen;
(iii) mempekerjakan, mengerahkan, mengorganisasi dan mengarahkan staf untuk
menyelenggarakan dan mengelola Proyek;
(iv) membuat perjanjian yang diperlukan untuk pasokan peralatan, bahan-bahan, tenaga
kerja dan jasa;

28
(v) setelah diminta oleh PJPK melalui pemberitahuan tertulis sebelumnya dalam waktu
yang sewajarnya, memberikan akses kepada PJPK untuk memasuki Area Proyek dalam
rangka pemeriksaan pelaksanaan Pekerjaan oleh Penerima Kerjasama atau Kontraktor
Penerima Kerjasama;
(vi) melakukan tindakan untuk melindungi masyarakat dan harta benda, menghindari
kemacetan, mencegah gangguan, mengurangi kebisingan dan gangguan, dan
memastikan bahwa emisi, pelepasan dan limbah dari aktivitas konstruksi Penerima
Kerjasama memenuhi semua Hukum yang Berlaku; dan
(vii) melakukan segala tindakan lain yang diperlukan bagi keamanan dan penyelesaian
pembangunan Fasilitas tepat pada waktunya.

7.5 Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek


(a) Tahap Penyelesaian Proyek
PIHAK KEDUA wajib mencapai kemajuan Pekerjaan dan menyelesaikan konstruksi,
pengujian dan uji coba sistem Fasilitas sesuai dengan Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek.

(b) Perpanjangan Tahap Penyelesaian Proyek


(i) Selama konstruksi Proyek, Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek hanya dapat
diperpanjang jika terjadi salah satu atau lebih peristiwa-peristiwa berikut ini:
A. Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah;
B. Setiap pelanggaran atau kelalaian dari Konsultan Pengawas Independen;
C. Peristiwa Keadaan Kahar;
D. Peristiwa Perubahan Hukum; atau
E. Setiap perubahan lingkup atau spesifikasi Proyek sebagaimana yang diinstruksikan
oleh PJPK sesuai dengan Pasal 7.1 atau yang disetujui oleh PJPK untuk
dilaksanakan sesuai dengan Pasal 7.2;
(“Peristiwa Perpanjangan”)

(ii) Perpanjangan berdasarkan Pasal 7.5(b)(i) akan diberikan dengan ketentuan:


A. Penerima Kerjasama harus:
1) sesegera mungkin, dan selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas)
Hari setelah mengetahui bahwa Peristiwa Perpanjangan telah menyebabkan
atau diperkirakan akan menyebabkan keterlambatan pelaksanaan Proyek,
menyampaikan permohonan perpanjangan waktu kepada PJPK;
2) dalam waktu 14 (empat belas) Hari sejak PJPK menerima permohonan yang
dimaksud dalam Pasal 7.5(b)(ii)A.1), memberikan perincian penuh dari
Peristiwa Perpanjangan, alasan keterlambatan dan perkiraan jumlah Hari yang
diperlukan untuk mencapai Tanggal Wajib Penyelesaian yang ditetapkan,
metode analisa critical path dan rencana terperinci tentang bagaimana
Penerima Kerjasama akan mencapai batas waktu yang baru dan menghindari
penundaan lebih lanjut.
3) membuktikan sebagaimana diperlukan secara wajar oleh PJPK bahwa
Peristiwa Perpanjangan adalah penyebab langsung dari penundaan
pencapaian Tanggal Wajib Penyelesaian.
4) membuktikan bahwa penyebab dari keterlambatan berada di luar kendali
Penerima Kerjasama.
B. Dalam hal Penerima Kerjasama telah memenuhi kewajiban-kewajibannya
berdasarkan Pasal 7.5(b)(ii), maka PJPK melalui pemberitahuan kepada Penerima
Kerjasama memperpanjang Tanggal Wajib Penyelesaian untuk jangka waktu yang
wajar selama Peristiwa Perpanjangan dengan mempertimbangkan dampak-
dampak yang mungkin timbul dari keterlambatan tersebut.

29
C. Dalam hal informasi disediakan setelah tanggal yang tercantum pada Pasal
7.5(b)(ii)A, maka Penerima Kerjasama tidak berhak untuk perpanjangan waktu
berdasarkan Perjanjian sehubungan dengan periode dimana informasi tersebut
terlambat disampaikan.

(iii) Jika dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari dari tanggal penerimaan dokumen yang
dimaksud pada Pasal 7.5(b)(ii)A.2) oleh PJPK, Para Pihak tidak dapat mencapai
kesepakatan mengenai waktu perpanjangan atau PJPK tidak setuju bahwa Peristiwa
Perpanjangan telah terjadi (atau terhadap konsekuensi-konsekuensinya) atau PJPK
tidak setuju bahwa Penerima Kerjasama berhak atas perpanjangan waktu sesuai
dengan Pasal 7.5 (b), maka hal tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
Independen untuk diputuskan. Apabila Para Pihak memperselisihkan keputusan dari
Konsultan Pengawas Independen atau apabila Konsultan Pengawas Independen gagal
untuk membuat keputusan dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari dari tanggal
dimana hal tersebut diserahkan kepadanya, maka hal tersebut harus diserahkan
kepada Ahli sesuai dengan Pasal 27.2.
(iv) Perpanjangan Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek adalah satu-satunya kompensasi
sehubungan dengan keterlambatan yang disebabkan Peristiwa Perpanjangan, kecuali
untuk Peristiwa Perpanjangan berupa perubahan lingkup atau spesifikasi Proyek
sebagaimana yang diinstruksikan oleh PJPK sesuai dengan Pasal 8.1.

7.6 Fasilitas Umum dan Jasa Lain


Penerima Kerjasama harus menyediakan dan membayar biaya untuk memperoleh dan
menggunakan air, listrik, telekomunikasi, fasilitas sanitasi, pengelolaan limbah, dan konsumsi
lainnya serta mendapatkan sambungan jasa fasilitas dasar yang diperlukan untuk rehabilitasi
dan pembangunan, pengujian, uji coba Fasilitas, pengoperasian dan pemeliharaan Proyek.

7.7 Pengujian dan Uji Coba Fasilitas


(a) Penerima Kerjasama harus melaksanakan pengujian dan uji coba Fasilitas pada Tanggal
Wajib Operasional Komersial dengan diawasi oleh Konsultan Pengawas Independen
(sebagaimana dapat diperpanjang sesuai dengan Pasal 7.5(b)), sesuai dengan Lampiran 7
(Pengujian dan Uji Coba Fasilitas).
(b) Paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan pengujian dan uji coba Fasilitas,
Penerima Kerjasama harus menyampaikan kepada PJPK dan Konsultan Pengawas
Independen pemberitahuan atas program pengujian dan uji coba fasilitas yang terperinci
dan segera memberitahukan perkembangan dari segala perubahan atas jadwal pengujian
dan uji coba Fasilitas tersebut.
(c) PJPK berhak untuk menghadiri pengujian dan uji coba Fasilitas tersebut.
(d) Penerima Kerjasama tidak berhak atas Pembayaran Ketersediaan Layanan sebagaimana
diatur dalam Pasal 11 selama masa pengujian dan uji coba Fasilitas tersebut.

7.8 Penerimaan Fasilitas


(a) Dalam 5 (lima) Hari sejak penyelesaian setiap pengujian dan uji coba Fasilitas, Penerima
Kerjasama harus menyerahkan laporan penyelesaian pengujian dan data pendukung
kepada PJPK dan Konsultan Pengawas Independen.
(b) Dalam waktu 10 (sepuluh) Hari sejak diterimanya laporan penyelesaian dan data
pendukung sebagaimana dimaksud pada Pasal 7.8 (a), Konsultan Pengawas Independen
akan menentukan apakah pengujian telah dilakukan sesuai dengan standar dan prosedur
uji coba sistem dan penerimaan sebagaimana yang diuraikan dalam Lampiran 7
(Pengujian dan Uji Coba Sistem).
(c) Penentuan oleh Konsultan Pengawas Independen sebagaimana dimaksud pada huruf (b)
bersifat final dan mengikat Para Pihak, kecuali jika terdapat kesalahan yang nyata.

30
(d) Jika:
(i) Konsultan Pengawas Independen menyatakan bahwa Pekerjaan telah diselesaikan
menurut Perjanjian ini dan Fasilitas telah memenuhi standar Uji Coba Penerimaan
Final sebagaimana yang diuraikan dalam Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba
Fasilitas);
(iii) gambar Keadaan Terpasang telah diberikan kepada PJPK;
(iv) Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan telah diberikan kepada PJPK;
(v) Izin Pembangunan dan Pengoperasian Pelabuhan telah diperoleh oleh Penerima
Kerjasama; dan
(vi) Pelatihan kepada pegawai PJPK telah dilaksanakan dalam rangka pemantauan dan
pengukuran kinerja Penerima Kerjasama pada Periode Kerjasama;

PJPK akan mengeluarkan surat keputusan/keterangan penerimaan Fasilitas bagi Penerima


Kerjasama dalam jangka waktu 14 (empat belas) Hari Kerja sejak dipenuhinya semua
persyaratan dalam Pasal 7.8 (d) ini. Dalam hal PJPK terlambat dalam menerbitkan
keputusan/keterangan penerimaan dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam Pasal
7.8 (d) ini maka keputusan/keterangan penerimaan tersebut dianggap telah diberikan
setelah lewatnya waktu tersebut.

(e) Namun, jika Konsultan Pengawas Independen menyatakan bahwa Fasilitas tidak
memenuhi standar Uji Coba Penerimaan Final sebagaimana yang diuraikan dalam
Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba Fasilitas), Konsultan Pengawas Independen akan
mengeluarkan suatu laporan kepada Para Pihak yang menyatakan alasan-alasan mengapa
Fasilitas gagal memenuhi standar tersebut.

(f) Penerima Kerjasama harus segera melaksanakan tindakan perbaikan yang diperlukan
untuk memenuhi standar Uji Coba Penerimaan Final sebagaimana yang diuraikan dalam
Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba Fasilitas) dengan memperhatikan laporan Konsultan
Pengawas Independen, dan harus memberitahu Penerima Kerjasama dan Konsultan
Pengawas Independen setelah tindakan perbaikan tersebut selesai dilakukan. Segera
sebagaimana praktek yang berlaku, Penerima Kerjasama akan melakukan pengujian dan
uji coba lebih lanjut atas Fasilitas hingga dikeluarkannya surat keputusan/keterangan
penerimaan dari PJPK sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 7.8 (d).

7.9 Keterlambatan Tanggal Operasional Komersial dan Denda Keterlambatan


(a) Jika Tanggal Operasional Komersial tidak terjadi pada atau sebelum Tanggal Wajib
Operasional Komersial (sebagaimana dapat diperpanjang sesuai dengan Pasal 6.5(b)),
Penerima Kerjasama harus membayar denda kepada PJPK untuk setiap Hari
keterlambatan dari Tanggal Wajib Operasional Komersial (atau perpanjangannya sesuai
dengan Pasal 7.5.(b)) dengan tarif sebesar Rp [Jaminan Pelaksanaan Tahap II dibagi 160
hari] per Hari (“Denda Keterlambatan”).

(b) Denda Keterlambatan berdasarkan Pasal 7.9(a) di atas menjadi jatuh tempo dan harus
dibayarkan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari sejak Penerima Kerjasama menerima
tagihan dari PJPK yang menyebutkan jumlah Denda Keterlambatan yang harus
dibayarkan.

(c) Jika Penerima Kerjasama gagal untuk membayar Denda Keterlambatan ketika jatuh
tempo, PJPK berhak mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap II senilai jumlah pembayaran
tersebut.

31
(d) Jika keterlambatan Tanggal Operasional Komersial telah mencapai 160 (seratus enam
puluh) Hari maka Penerima Kerjasamadianggap telah cidera janji sesuai dengan ketentuan
Pasal 22.1 (b).

(e) Tunduk pada ketentuan Pasal 21.2 (a) (ii), apabila Denda Keterlambatan telah melebihi
nilai dari Jaminan Pelaksanaan Tahap II, Penerima Kerjasama harus dengan segera
membayar kelebihan jumlah tersebut berdasarkan permintaan tertulis dari PJPK, dan PJPK
memiliki hak untuk mengambil pembayaran atas jumlah yang belum dibayarkan dengan
cara mengurangi jumlah yang terhutang kepada Penerima Kerjasama.

7.10 Keterlambatan Uji Coba Sistem bukan Karena Kesalahan Penerima Kerjasama
(a) Jika Fasilitas siap untuk uji coba final sesuai dengan Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba
Sistem) namun Penerima Kerjasama tidak dapat melaksanakan uji coba final karena belum
siapnya PJPK (“Peristiwa Keterlambatan Uji Coba Sistem”), maka pada Tanggal Wajib
Operasional Komersial (sebagaimana dapat diperpanjang sesuai dengan Pasal 7.5(b)),
PJPK harus membayar kepada Penerima Kerjasama Pembayaran Ketersediaan Layanan
sesuai dengan ketentuan dalam Lampiran 11 selama periode yang dimulai pada Tanggal
Wajib Operasional Komersial (sebagaimana dapat diperpanjang sesuai dengan Pasal
7.5(b)), sampai dengan Tanggal Operasional Komersial secara aktual tercapai (“Periode
Keterlambatan Uji Coba Final”).

(b) Ketika Peristiwa Keterlambatan Uji Coba Final berakhir, dalam waktu 14 (empat belas)
Hari Kerja dari berakhirnya Peristiwa Keterlambatan Uji Coba Final tersebut, Penerima
Kerjasama harus melanjutkan pelaksanaan uji coba final sesuai dengan Lampiran 7
(Pengujian dan Uji Coba Sistem).

(c) Jika Fasilitas, ketika diuji sesuai dengan ketentuan Pasal 7.10 (b), gagal untuk memenuhi
setiap syarat uji coba final sesuai dengan Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba Sistem),
maka :
(i) Periode Keterlambatan Uji Coba Final berakhir;
(ii) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 6.10 dihentikan; dan
(iii) Jumlah yang telah dibayarkan oleh PJPK selama Periode Keterlambatan Uji Coba Final
harus dibayarkan kembali kepada PJPK dalam waktu 10 (sepuluh) Hari sejak Fasilitas
dinyatakan gagal untuk memenuhi syarat pengujian penerimaan final. Setiap
keterlambatan dalam pengembalian jumlah yang telah dibayarkan oleh PJPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.10 (c) (iii) ini dikenakan Bunga Keterlambatan
Pembayaran.
(iv) PJPK berhak untuk mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap II dalam hal Penerima
Kerjasama gagal mengembalikan jumlah yang telah dibayarkan oleh PJPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.10 (c) (iii) ini dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari
Kerja.

(d) Jika Penerima Kerjasama gagal untuk melanjutkan pelaksanaan uji coba final sesuai
dengan Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba Sistem) dalam waktu 14 (empat belas) Hari
Kerja dari berakhirnya Peristiwa Keterlambatan Uji Coba Final maka Pembayaran
Ketersediaan Layanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7.10 (a) akan dihentikan hingga
diterbitkannya keputusan/keterangan penerimaan Fasilitas sebagaimana diatur dalam
Pasal 7.10 (a).

7.11 Kelebihan Biaya


Jika biaya penyelesaian konstruksi Fasilitas meningkat karena alasan apapun maka akibat
finansial dan akibat lainnya dari peristiwa tersebut harus ditanggung oleh Penerima

32
Kerjasama, kecuali dalam hal terdapat permintaan Modifikasi dari PJPK sebagaimana
dimaksud pada Pasal 8.1.

7.12 Penyelesaian Lebih Awal Pekerjaan Konstruksi Proyek


Jika Penerima Kerjasama dapat menyelesaikan pekerjaan konstruksi Proyek lebih cepat
dari Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek awal yaitu 18 (delapan belas) bulan setelah
Tanggal Efektif sebagaimana dibuktikan dengan surat keputusan/keterangan penerimaan
Fasilitas dari PJPK sebagaimana dimaksud pada Pasal 7.8 (d) maka Periode Kerjasama
akan diperpanjang dengan menambahkan selisih waktu Jadwal Tahap Penyelesaian
Proyek awal dengan waktu aktual penyelesaian pekerjaan konstruksi tersebut.

7.13 Konsultan Pengawas Independen


(a) Penunjukan Konsultan Pengawas Independen
(i) PJPK akan memilih Konsultan Pengawas Independen dari daftar Konsultan Pengawas
Independen yang telah dinominasikan sebagaimana terdapat pada Lampiran 18
(Daftar Nominasi Konsultan Pengawas Independen);
(ii) Setelah PJPK memilih Konsultan Pengawas Independen sebagaimana dimaksud pada
butir (i) di atas, Penerima Kerjasama harus segera melakukan negosiasi dan
menyelesaikan rancangan perjanjian penunjukan Konsultan Pengawas Independen;
(iii) PJPK dan Penerima Kerjasama akan menandatangani perjanjian dengan Konsultan
Pengawas Independen sebelum Tanggal Efektif Perjanjian;
(iv) PJPK, atas pertimbangannya sendiri, berhak meminta kepada Penerima Kerjasama
untuk mengganti Konsultan Pengawas Independen;
(v) Atas permintaan PJPK tersebut, Penerima Kerjasama harus memastikan terjadinya
penggantian Konsultan Pengawas Independen dan ditandatanganinya perjanjian
dengan Konsultan Pengawas Independen baru dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
Hari sejak diterimanya permintaan dari PJPK.
(vi) Konsultan Pengawas Independen yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan Pasal 7.13
(a) (iv) di atas, harus ditunjuk oleh PJPK dari daftar Konsultan Pengawas Independen
yang dinominasikan sebagaimana terdapat pada Lampiran 18 (Daftar Nominasi
Konsultan Pengawas Independen) atau di luar dari daftar nominasi Konsultan
Pengawas Independen sebagaimana dimaksud pada Lampiran 18 (Daftar Nominasi
Konsultan Pengawas Independen) yang disepakati oleh Para Pihak.
(vii) Konsultan Pengawas Independen memiliki masa penugasan sejak tanggal
penunjukan hingga Tanggal Pengakhiran.

(b) Tugas dan Fungsi Konsultan Pengawas Independen


Konsultan Pengawas Independen harus melakukan tugas dan fungsi berikut ini:
(i) mengawasi, memantau, dan memeriksa pekerjaan dan pelaksanaan kewajiban
desain, perolehan Persetujuan, survey, pengadaan dan konstruksi oleh PIHAK KEDUA
berdasarkan Perjanjian ini;
(ii) mengkaji dan menentukan apakah rincian Dokumen Desain, Persetujuan dan
Dokumen Lingkungan telah memenuhi Desain dan Spesifikasi Teknis;
(iii) mengkaji dan menilai ketepatan usulan peningkatan biaya modal yang diajukan oleh
Penerima Kerjasama sebagaimana diatur dalam Pasal 7.3 (c);
(iv) mengkaji dan menentukan ketepatan Proposal Modifikasi;
(v) memantau dan memeriksa pekerjaan untuk menentukan apakah tahap penyelesaian
Proyek oleh Penerima Kerjasama sesuai dengan Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek;
(vi) mengkaji dan menentukan apakah Prosedur Operasional dan Pemeliharaan yang
disiapkan oleh Penerima Kerjasama telah memenuhi persyaratan dalam Pasal 9.3(a);
(vii) berpartisipasi dalam pengujian dan uji coba sistem atas Fasilitas dan menentukan
apakah PJPK dapat menerbitkan sertifikat penerimaan kepada Penerima Kerjasama;

33
(viii)memberikan rekomendasi kepada PJPK apakah Penerima Kerjasama dapat diberikan
perpanjangan waktu untuk pencapaian Tahap Penyelesaian Proyek sesuai dengan
Pasal 7.5(b);
(ix) membuat laporan/catatan dan analisis secara harian, mingguan dan bulanan dan
menyerahkan laporan/catatan dan analisis tersebut kepada PJPK dan Penerima
Kerjasama secara bulanan atau setiap saat berdasarkan permintaan secara wajar dari
PIHAK PERTAMA atau Penerima Kerjasama ;
(x) melaksanakan pemeriksaan sehubungan dengan pelaksanaan kewajiban Penerima
Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini sesuai dengan Pasal 14.2(a);
(xi) mengkaji dan menilai usulan perkiraan efek finansial dari Penerima Kerjasama dalam
hal terjadinya Perubahan Hukum sebagaimana dimaksud pada Pasal 19.5;
(xii) mengkaji dan menilai ketepatan Tagihan yang diajukan oleh Penerima Kerjasama
sebagaimana diatur dalam Pasal 12.1 (b);
(xiii)mengawasi, memantau, dan memeriksa pengoperasian dan pemeliharaan Fasilitas
dan pemenuhan Indikator Kinerja Utama oleh Penerima Kerjasama berdasarkan
Perjanjian ini; dan
(xiv) melaksanakan tugas dan fungsi lainnya sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini
atau sebagaimana ditugaskan kepadanya berdasarkan kesepakatan Para Pihak.

(c) Biaya
(i) Biaya dan pengeluaran Konsultan Pengawas Independen akan ditanggung oleh
Penerima Kerjasama.
(ii) Setiap pembayaran jasa Konsultan Pengawas Independen harus atas persetujuan
PJPK.

(d) Akses dan Kerahasiaan


(i) Penerima Kerjasama harus memberikan Konsultan Pengawas Independen akses ke
seluruh lokasi pekerjaan, fasilitas, desain, gambar rancang, dokumen, Dokumen
Desain, petugas, pengawai, penasehat dan informasi lainnya yang diminta oleh
Konsultan Pengawas untuk tujuan pelaksanaan tugasnya berdasarkan Pasal 7.13(b).
(ii) Perjanjian penunjukan Konsultan Pengawas Independen harus mencakup ketentuan
kerahasiaan yang mensyaratkan perlindungan yang cukup terhadap Hak Kekayaan
Intelektual yang dimiliki oleh Penerima Kerjasama dan PJPK dengan tingkat
perlindungan sebagaimana diatur dalam Pasal 28.2.

7.14 Hak Atas Kekayaan Intelektual


(a) Penerima Kerjasama menyatakan dan menjamin bahwa tidak ada satupun Hak Kekayaan
Intelektual dalam setiap Dokumen Desain, spesifikasi atau setiap dokumen yang
diperuntukkan untuk desain, teknik, pengadaan, penyediaan, instalasi, konstruksi dan
pengembangan atas Proyek, termasuk Fasilitas, yang melanggar Hukum Yang Berlaku
maupun Hak Kekayaan Intelektual.

(b) Pernyataan dan Jaminan yang diatur dalam Pasal ini dibuat oleh Penerima Kerjasama
pada tanggal Perjanjian ini ditandatangani dan dianggap akan diulang oleh Penerima
Kerjasama pada setiap Hari sampai dengan dan termasuk hari terakhir Periode Kerjasama
atau, jika lebih cepat, tanggal peralihan Proyek akibat adanya pengakhiran lebih awal
Perjanjian.

(c) Dalam hal terdapat Subyek Hukum yang mengajukan tuntutan dan/atau klaim terhadap
Penerima Kerjasama atau PJPK yang timbul dari atau berkaitan dengan penggunaan atau
pelanggaran dari Hak Kekayaan Intelektual sehubungan dengan Proyek, maka:

34
(i) Penerima Kerjasama setuju untuk menjaga, mengganti rugi dan membebaskan PJPK
dari dan terhadap setiap dan semua tuntutan atau klaim dari Subyek HUkum
tersebut; dan
(ii) Selama proses hukum dengan Subyek Hukum dan/atau proses penyelesaian lainnya
dengan Subyek Hukum, Penerima Kerjasama harus memastikan bahwa Proyek akan
terus dilaksanakan dan Penerima Kerjasama harus menggunakan segala upaya
terbaiknya untuk memperoleh Hak Kekayaan Intelektual dari Subyek Hukum yang
relevan bagi kepentingan Penerima Kerjasama dan/atau PJPK (mana yang relevan)
agar dapat melanjutkan pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana
diperlukan.

(d) Penerima Kerjasama harus memastikan dalam Kontrak EPC, Kontrak Pengoperasian dan
Pemeliharaan dan sub kontrak lainnya, Kontraktor yang terkait harus memberikan
pernyataan, jaminan dan ganti rugi yang sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 7.14 ini
untuk kepentingan Para Pihak.

(e) Penerima Kerjasama harus memberikan dan dianggap telah memberikan kepada PJPK
lisensi tanpa royalty, tidak eksklusif dan dapat dialihkan (dengan hak untuk memberikan
sub-lisensi) untuk menggunakan Hak Kekayaan Intelektual dalam rangka pengoperasian
Fasilitas oleh PJPK setelah Tanggal Pengakhiran.

PASAL 8
MODIFIKASI

8.1 Permintaan Modifikasi oleh PJPK


(a) PJPK berhak meminta dilakukannya Modifikasi setiap waktu setelah Tanggal
Penandatanganan Perjanjian dengan menyampaikan kepada Penerima Kerjasama
dokumen permintaan modifikasi yang berisi perincian Modifikasi yang diminta
(“Permintaan Modifikasi”).

(b) Dalam jangka waktu 14 (empat belas) Hari Kerja setelah diterimanya Permintaan
Modifikasi (atau jangka waktu yang lebih panjang sebagaimana disepakati oleh PJPK
secara tertulis), Penerima Kerjasama harus menyampaikan proposal modifikasi kepada
PJPK dan Konsultan Pengawas Independen ("Proposal Modifikasi") yang memuat:
(i) biaya untuk memeriksa dan menganalisis Modifikasi yang diusulkan;
(ii) biaya untuk melaksanakan Modifikasi yang diusulkan (dikurangi penghematan dari
Modifikasi yang diusulkan), termasuk:
(A) semua biaya langsung untuk konstruksi; dan
(B) semua biaya tidak langsung untuk konstruksi atau operasional (termasuk
pengurangan pendapatan, kerugian atau penangguhan serta biaya penundaan dan
biaya pendanaan);
((A) dan (B) selanjutnya disebut "Biaya Modifikasi");
(iii) usulan Penerima Kerjasama mengenai kompensasi atas Biaya Modifikasi yang
diusulkan oleh PJPK (jika ada) dengan dua alternatif yaitu (i) dalam bentuk
Perpanjangan Periode Kerjasama; dan (ii) dalam bentuk Penyesuaian Pembayaran
Ketersediaan Layanan yang akan memungkinkan Penerima Kerjasama mendapatkan
tingkat pengembalian internal proyek setara dengan Target Tingkat Pengembalian
Internal Proyek;
(iv) dampak (apabila ada) dari Modifikasi yang diusulkan terhadap:
(A) Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek;
(B) Setiap Layanan; dan

35
(C) setiap Indikator Kinerja Utama.
(v) setiap informasi lain yang mungkin relevan untuk melaksanakan Modifikasi yang
diusulkan (termasuk setiap usulan alternatif untuk memberlakukan Modifikasi yang
diusulkan PJPK).

(c) Apabila diminta oleh PJPK atau Konsultan Pengawas Independen, Penerima Kerjasama
harus memenuhi secara tepat waktu dan memberikan perincian lebih lanjut yang
mungkin diperlukan sehingga memungkinkan PJPK menilai atau mengembangkan setiap
usulan alternatif.

(d) Apabila PJPK berpendapat bahwa Biaya Modifikasi tersebut tidak mencerminkan harga
yang kompetitif sesuai dengan kondisi pasar yang berlaku, PJPK dapat meminta
pelaksanaan lelang yang kompetitif dan pengajuan kembali Proposal Modifikasi sesuai
dengan Pasal 8.3.

(e) Apabila PJPK menyetujui Proposal Modifikasi, PJPK memberikan Perintah Modifikasi yang
harus turut ditandatangani oleh Konsultan Pengawas Independen, yang menginstruksikan
Penerima Kerjasama untuk melaksanakan Modifikasi sebagaimana diuraikan dalam
Perintah Modifikasi dan memuat bentuk kompensasi atas Biaya Modifikasi yang dipilih
oleh PJPK .

(f) Penerima Kerjasama harus:


(i) setelah menerima Perintah Modifikasi, melaksanakan Modifikasi tersebut; dan
(ii) tidak memulai pekerjaan terkait dengan Modifikasi yang diminta oleh PJPK, kecuali
apabila PJPK telah memberi Perintah Modifikasi kepada Penerima Kerjasama sesuai
dengan Pasal 8.1 (e).

(g) Apabila PJPK tidak menerima semua aspek dalam Proposal Modifikasi, PJPK tetap dapat
mengeluarkan Perintah Modifikasi, dan Penerima Kerjasama tetap berkewajiban untuk
melaksanakan Modifikasi sebagaimana diuraikan dalam Perintah Modifikasi tetapi
Penerima Kerjasama dapat merujuk setiap hal yang diperselisihkan mengenai Perintah
Modifikasi untuk diselesaikan berdasarkan Pasal 27.2 (Penyelesaian Sengketa Oleh Ahli).

(h) Apabila Penerima Kerjasama diwajibkan untuk melaksanakan Modifikasi sesuai dengan
Pasal 8.1 (e), PJPK memberikan kompensasi kepada Penerima Kerjasama atas Modifikasi
berdasarkan Biaya Modifikasi sebagai berikut:
(i) apabila PJPK dan Konsultan Pengawas Independen sepakat dengan Biaya Modifikasi
yang ditentukan dalam Proposal Modifikasi, maka yang digunakan sebagai dasar
adalah Biaya Modifikasi tersebut;
(ii) apabila PJPK dan Konsultan Pengawas Independen tidak sepakat dengan jumlah Biaya
Modifikasi yang ditentukan dalam Proposal Modifikasi berdasarkan Pasal 8.1 (b), dan
belum meminta penawaran yang kompetitif sesuai dengan Pasal 8.3, maka yang
digunakan sebagai dasar adalah Biaya Modifikasi yang tidak diperselisihkan,
ditambah, sebagai pengganti Biaya Modifikasi yang diperselisihkan, jumlah:
A. yang disepakati antara Para Pihak dan Konsultan Pengawas Independen; atau
B. apabila Para Pihak tidak dapat mencapai kesepakatan, maka ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas Independen sebesar jumlah yang wajar (apabila ditambahkan
dengan jumlah yang diperselisihkan) untuk Biaya Modifikasi dalam melaksanakan
Modifikasi tersebut; atau
C. apabila Penerima Kerjasama memperselisihkan jumlah yang ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas Independen, maka sebagaimana ditetapkan berdasarkan Pasal
27.2.

36
(iii) Penerima Kerjasama tidak dapat mengajukan Klaim yang timbul dari atau dalam
kaitannya dengan suatu Modifikasi yang diperintahkan sesuai dengan Pasal 8.1 (e)
selain dari kompensasi sebagaimana diatur dalam Pasal 8.1 (h).

8.2 Modifikasi Yang Diusulkan oleh Penerima Kerjasama


(a) Setiap saat setelah Tanggal Efektif Penerima Kerjasama bermaksud meminta Modifikasi,
Penerima Kerjasama dapat meminta persetujuan PJPK untuk menyetujui Modifikasi
tersebut.

(b) Setiap permintaan Modifikasi harus dibuat secara tertulis dan harus memuat perincian
berikut ini:
(i) uraian tentang Modifikasi yang diusulkan;
(ii) perincian tentang perkiraan Biaya Modifikasi (dikurangi penghematan dari Modifikasi
yang diusulkan);
(iii) dampak (apabila ada) yang akan ditimbulkan oleh Modifikasi yang diusulkan
terhadap:
A. Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek;
B. Setiap Layanan; dan
C. setiap Indikator Kinerja Utama;
(iv) uraian tentang setiap manfaat yang akan diterima PJPK dari Modifikasi tersebut; dan
(v) setiap informasi lain yang mungkin relevan untuk melaksanakan Modifikasi yang
diusulkan.

(c) Dalam jangka waktu 20 (dua puluh) Hari Kerja (atau jangka waktu lain sebagaimana
disepakati oleh PJPK dan Penerima Kerjasama), setelah menerima permintaan Modifikasi
dari Penerima Kerjasama sesuai dengan Pasal 7.2 (a), PJPK atas kebijakannya sendiri harus
menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Penerima Kerjasama:
(i) menolak permintaan tersebut; atau
(ii) memberikan persetujuan Modifikasi ("Perintah Persetujuan Modifikasi") yang
menyetujui permintaan tersebut baik dengan syarat maupun tanpa syarat, dan
apabila demikian, Penerima Kerjasama akan memberikan keterangan lebih lanjut dan
melakukan pertemuan dengan PJPK, apabila diminta demikian oleh PJPK,
sebagaimana diperlukan sehingga memungkinkan PJPK menilai atau mengembangkan
usulan alternatif yang diberikan Penerima Kerjasama; atau
(iii) meminta keterangan lebih lanjut tentang setiap hal yang disebutkan dalam Pasal 8.2
(b). atau yang berkaitan dengan Modifikasi yang diusulkan.

(d) PJPK tidak berkewajiban mengeluarkan Persetujuan Modifikasi dan Penerima Kerjasama
tidak dibebaskan dari keharusan untuk melaksanakan atau mematuhi kewajiban-
kewajibannya atau dari setiap kewajiban lain berdasarkan Perjanjian ini sebagai akibat
dari tidak disetujuinya usulan Modifikasi atau kelalaian PJPK untuk menyetujui Modifikasi
yang diminta oleh Penerima Kerjasama berdasarkan Pasal 8.2(a). Penerima Kerjasama
sepakat bahwa Penerima Kerjasama tidak berhak atas kompensasi dalam bentuk apapun
atas setiap biaya Modifikasi yang diusulkan oleh Penerima Kerjasama.

(e) Penerima Kerjasama tidak boleh memulai pekerjaan terkait dengan Modifikasi yang
diminta oleh Penerima Kerjasama kecuali apabila PJPK telah memberikan Persetujuan
Modifikasi kepada Penerima Kerjasama.

(f) Apabila PJPK mengeluarkan Persetujuan Modifikasi berdasarkan Pasal 8.2 ini:
(i) Penerima Kerjasama harus melaksanakan Modifikasi tersebut dengan tunduk pada
setiap ketentuan dalam Persetujuan Modifikasi;

37
(ii) Penerima Kerjasama tidak dapat mengajukan Klaim terhadap PJPK yang timbul dari
atau dengan cara apa pun, dalam kaitannya dengan Modifikasi tersebut.

8.3 Biaya Modifikasi dan tender yang kompetitif


(a) Apabila PJPK berpendapat bahwa usulan Modifikasi yang disusun oleh Penerima
Kerjasama berdasarkan Pasal 7.1 tidak mencerminkan harga yang kompetitif sesuai
dengan kondisi pasar yang berlaku, untuk melaksanakan Modifikasi tersebut, PJPK dapat
meminta secara tertulis kepada Penerima Kerjasama agar Penerima Kerjasama melakukan
tender untuk pelaksanaan Modifikasi tersebut.

(b) Apabila PJPK mengajukan permintaan berdasarkan Pasal 8.3 (a), maka Penerima
Kerjasama harus melakukan upaya terbaiknya untuk memperoleh penawaran:
(i) sekurang-kurangnya dari 3 (tiga) kontraktor yang berpengalaman, memiliki
kemampuan dan reputasi atau penyedia layanan terkait lainnya untuk pekerjaan yang
sejenis dengan Modifikasi yang akan dilaksanakan;
(ii) yang mencerminkan penetapan harga Modifikasi yang kompetitif di pasar yang
berlaku pada saat itu; dan
(iii) yang tidak akan merugikan kemampuan Penerima Kerjasama untuk tetap memenuhi
Indikator Kinerja Utama atau Jadwal Pemeliharaan, sebagaimana akan diubah
sebagai bagian dari Modifikasi tersebut, dan akan mengajukan penawaran
preferensinya kepada PJPK;
(iv) dalam jangka waktu 90 (Sembilan puluh) Hari sejak tanggal pemberitahuan dari PJPK
tersebut (atau tanggal setelahnya sebagaimana mungkin secara wajar disepakati oleh
PJPK).

(c) Penerima Kerjasama harus melibatkan perwakilan PJPK sebagai bagian dari panitia
pelelangan serta memberikan rincian semua penawaran yang telah diperoleh kepada
PJPK.

(d) Selama jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah pengajuan penawaran dari kontraktor
berdasarkan Pasal 8.3(b), PJPK akan berkonsultasi dengan Penerima Kerjasama tentang
penawaran tersebut untuk mencoba mencapai kesepakatan tentang penawaran terbaik
untuk Modifikasi dengan mempertimbangkan:
(i) pengalaman, kemampuan, dan reputasi kontraktor dan penyedia layanan lainnya;
(ii) harga sesuai dengan kondisi pasar yang berlaku; dan
(iii) kemampuan Penerima Kerjasama untuk memenuhi Indikator Kinerja Utama atau
Jadwal Pemeliharaan, sebagaimana mungkin akan diubah sebagai bagian dari
Modifikasi.

8.4 Pelaksanaan Modifikasi oleh Penerima Kerjasama


Semua Modifikasi:
(a) harus dirancang, dibangun dan diuji coba sesuai dengan:
(i) gambar dan spesifikasi teknis untuk Modifikasi yang dipersiapkan oleh Penerima
Kerjasama;
(ii) Praktek Industri yang Baik;
(iii) semua Hukum yang Berlaku;
(iv) semua standar yang berlaku;
(v) persyaratan yang sesuai dengan hukum dari para Pihak yang Berwenang; dan
(vi) semua persyaratan dalam Persetujuan Modifikasi; dan
(vii) Dokumen Lingkungan.

38
(b) harus dirancang dan dibangun sehingga Pekerjaan dan Fasilitas akan dan tetap dapat
dipertahankan sesuai untuk tujuan yang dimaksud;

(c) harus dilaksanakan dengan seminimal mungkin menimbulkan gangguan terhadap


penyediaan Layanan oleh Penerima Kerjasama; dan

(d) harus diselesaikan dan diuji coba sistem sesuai dengan kriteria penyelesaian teknis dan
kriteria penerimaan uji coba sistem yang dijelaskan dalam Persetujuan Modifikasi.

8.5 Jaminan-Jaminan terkait dengan Modifikasi


Penerima Kerjasama menjamin bahwa:
(a) melaksanakan setiap Modifikasi sesuai dengan Pasal 8.4; dan
(b) setiap Modifikasi yang dilakukan harus memastikan Pekerjaan dan Fasilitas akan dan tetap
dapat dipertahankan sesuai tujuan dimaksud.

8.6 Dokumentasi Desain yang Dimutakhirkan


Penerima Kerjasama harus menyediakan untuk PJPK segera setelah selesainya konstruksi, 2
(dua) salinan semua gambar akhir, spesifikasi, model, sampel, dan perhitungan yang
digunakan untuk menyelesaikan Modifikasi serta setiap perubahan dari Dokumen Desain.

8.7 Pembatasan Modifikasi


Penerima Kerjasama mengakui bahwa Konsultan Pengawas Independen tidak memiliki
kewenangan untuk mengeluarkan Persetujuan Modifikasi atau dengan cara lain meminta
Penerima Kerjasama untuk melakukan Modifikasi.

PASAL 9
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN

9.1 Tanggung Jawab Penerima Kerjasama dalam Pengoperasian dan Pemeliharaan


Sejak Tanggal Operasional Komersial hingga Tanggal Pengakhiran, Penerima Kerjasama wajib
memberikan Layanan dan senantiasa mengoperasikan serta memelihara Proyek sesuai
dengan:
(a) Indikator Kinerja Utama sebagaimana tercantum dalam Lampiran 12 (Indikator Kinerja
Utama);
(b) Prosedur Operasional dan Pemeliharaan;
(c) Praktek Industri yang Baik;
(d) seluruh Hukum Yang Berlaku, termasuk persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3);
(e) Lampiran 16 (Standar dan Prosedur Operasional);
(f) Sistem Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sosial;
(g) Dokumen Lingkungan; dan
(h) ketentuan-ketentuan lainnya dari Perjanjian ini.

9.2 Jadwal Pemeliharaan


(a) Penerima Kerjasama harus melaksanakan seluruh pemeliharan terjadwal dan tidak
terjadwal atas Fasilitas dengan menggunakan peralatan kerja yang sesuai untuk
memastikan bahwa Fasilitas dalam kondisi pengoperasian yang baik sesuai dengan
Perjanjian ini.
(b) Penerima Kerjasama wajib mendokumentasikan dan mencatat seluruh kegiatan
pemeliharaan, kalibrasi dan sertifikat-sertifikat.

39
(c) Dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf (b) wajib disimpan dengan aman
dan diserahkan kepada PJPK pada akhir Periode Kerjasama, atau sebagaimana diminta
oleh PJPK.

9.3 Prosedur Operasional dan Pemeliharaan


(a) Pembuatan Prosedur Operasional dan Pemeliharaan
Penerima Kerjasama wajib membuat Prosedur Operasional dan Pemeliharaan secara
tertulis dan menyeluruh untuk Proyek yang:
(i) mencakup persyaratan operasional dan perawatan serta prosedur yang ditentukan
atau disarankan oleh para penyedia atau pembuat perlengkapan;
(ii) memungkinkan Penerima Kerjasama untuk mematuhi Standard Kinerja Utama dan
standar dan prosedur sebagaimana tercantum dalam Lampiran 16 (Standar dan
Prosedur Operasional);
(iii) sesuai dengan Praktek Industri yang Baik; dan
(iv) memenuhi ketentuan standar program jaminan kualitas (quality assurance program)
nasional atau internasional yang setara dengan ISO9001.

(b) Penyampaian dan Pemeriksaan


(i) Penerima Kerjasama wajib menyampaikan salinan tercetak dan salinan elektronik
dari Prosedur Operasional dan Pemeliharaan kepada PJPK dan Konsultan Pengawas
Independen selambat-lambatnya 180 (seratus delapan puluh) Hari sebelum Tanggal
Wajib Operasi Komersial.
(ii) PJPK dan Konsultan Pengawas Independen dapat memberikan komentar atau
pertanyaan atas Prosedur Operasional dan Pemeliharaan dalam waktu 60 (enam
puluh) Hari sejak tanggal penerimaan, jika menurut mereka prosedur tersebut tidak
sesuai dengan persyaratan dalam Pasal 8.3(a).
(iii) Dalam hal PJPK dan/atau Konsultan Pengawas Independen memberikan komentar
terhadap Prosedur Operasional dan Pemeliharaan dalam waktu sebagaimana
tercantum dalam Pasal 8.3(b)(ii), maka Penerima Kerjasama wajib melakukan
perubahan yang diminta atau menyelesaikan setiap permintaan perubahan yang ada
dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari sejak penerimaan komentar tersebut.
(iv) Setiap permasalahan yang tidak dapat diselesaikan akan dianggap sebagai Sengketa
dan diajukan kepada Ahli untuk memperoleh keputusan berdasarkan Pasal 27.2.

9.4 Manajemen Lalu Lintas


(a) Penerima Kerjasama harus melakukan manajemen lalu lintas untuk pengoperasian Proyek
sesuai dengan Rencana Manajemen Lalu Lintas.
(b) Rencana Manajemen Lalu Lintas harus menunjukkan manajemen dan pengoperasian atas:
(i) arus pejalan kaki dan kendaraan di Proyek;
(ii) seluruh akses kendaraan di Proyek;
(iii) Area Transportasi;
(iv) tempat-tempat parkir dan area pengangkutan dan penurunan di Terminal Peti
Kemas Pelabuhan Baubau ; dan
(v) jasa kendaraan untuk pengadaan persediaan, barang-barang dan pelayanan untuk
kapal dan Proyek , termasuk dan tidak terbatas pada sketsa/gambar yang
menunjukkan tata letak jalan, pembatas jalan, lokasi rambu-rambu, area antrian,
tempat penurunan, tempat penjemputan, ruang pengangkutan dan penurunan
barang, pengawasan atas pejalan kaki dan seluruh lalu lintas dan pengawasan pejalan
kaki.
(c) Jika Penerima Kerjasama harus melakukan penambahan manajemen pengaturan lalu
lintas yang mungkin dibutuhkan oleh PJPK dalam hubungannya dengan Area Transportasi,
dan Area Parkir dalam jangka waktu yang telah disepakati oleh Para Pihak.

40
(d) Jika Penerima Kerjasama tidak dapat memenuhi ketentuan Pasal 9.4 (a) dan (b), PJPK
dapat memberikan pemberitahuan tertulis kepada Penerima Kerjasama yang
mengharuskan Penerima Kerjasama untuk memperbaiki kegagalan dalam jangka waktu
yang disebutkan dalam pemberitahuan. Jika Penerima Kerjasama tidak dapat memenuhi
kewajiban sebagaimana disampaikan dalam pemberitahuan tersebut, maka PJPK dari
waktu ke waktu dapat mengenakan Kerugian Yang Harus Dibayar.

9.5 Pengoperasian Kawasan Komersial


(a) Penerima Kerjasama harus menggunakan seluruh upaya terbaiknya untuk membuat
Kawasan Komersial sepenuhnya terisi, dan harus melakukan pengadaan sub-tenants
untuk mengoperasikan bisnis-bisnisnya.

(b) Pengadaan sub-tenants harus dilakukan minimal dalam jangka waktu satu (1) bulan
sebelum Permulaan Pengoperasian.

(c) PJPK memiliki hak untuk mengharuskan adanya penghentian atas segala aktivitas yang
dilakukan di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau yang menurut PJPK dapat
menyebabkan atau menimbulkan bahaya atau gangguan atau kerusakan material kepada
Pengguna dan/atau sub-tenants dari Penerima Kerjasama atau pengguna lain atau pihak-
pihak lain yang mengisi Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau dan gangguan tersebut
atau kerusakan material tersebut menurut PJPK disebabkan atau dapat disebabkan oleh
aktivitas di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau . Tanpa pembatasan mengenai
keadaan tersebut, Penerima Kerjasama harus:
(i) Tidak memanfaatkan atau mengizinkan penggunaan atas segala praktik bisnis yang
tidak beretika sesuai dengan Hukum yang berlaku dalam menjalankan operasi atau
bisnis;
(ii) Tidak mengizinkan segala touting atau soliciting atas bisnis atau distribusi atas segala
pamflet atau pemasaran-pemasaran yang akan dilakukan di Terminal Peti Kemas
Pelabuhan Baubau (selain daripada yang telah ditentukan dalam lokasi dimana
distribusi dari materi promosi diperbolehkan);
(iii) Sepanjang Periode Kerjasama, menjaga dan mempertahankan sub-tenant untuk
menjaga tampilan, pencahayaan, dan dekorasi dari etalase dan interior dari Kawasan
Komersial agar sesuai dengan standar internasional.

(d) Penerima Kerjasama berjanji bahwa the tenancies antara Penerima Kerjasama dengan
sub-tenants harus berisi ketentuan-ketentuan yang sama dengan pasal ini. 


9.6 Penyangkalan
(a) Setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh PJPK atau Konsultan Pengawas Independen
terhadap Prosedur Operasional dan Pemeliharaan tidak akan dianggap membebaskan
Penerima Kerjasama dari setiap kewajiban atau tanggungjawabnya berdasarkan Pasal ini.
(b) PJPK tidak akan bertanggungjawab kepada Penerima Kerjasama atau kepada Subyek
Hukum lainnya karena pemeriksaan atau persetujuannya terhadap Prosedur Operasional
dan Pemeliharaan.

9.7 Staf yang Bertugas


(a) Penerima Kerjasama wajib memastikan bahwa senantiasa terdapat staf yang kompeten
dalam jumlah yang cukup yang bertugas pada Proyek selama jangka waktu Perjanjian ini
sesuai dengan Lampiran 16 (Standar dan Prosedur Operasional), Praktek Industri yang
Baik dan Hukum Yang Berlaku.

41
(b) Penerima Kerjasama bertanggung jawab untuk memperoleh atau memastikan
diperolehnya seluruh Persetujuan yang diperlukan bagi staf yang kompeten tersebut
untuk melakukan tugasnya sehubungan dengan Proyek selama jangka waktu Perjanjian.

9.8 Pemeliharaan Terjadwal


(a) Penerima Kerjasama harus menyelenggarakan seluruh pemeliharaan terjadwal sesuai
dengan Jadwal Pemeliharaan dengan menggunakan peralatan kerja yang sesuai.
(b) Tidak lebih dari 90 (sembilan puluh) Hari sebelum Tanggal Wajib Operasional Komersial,
Penerima Kerjasama akan menyerahkan kepada PJPK Jadwal Pemeliharaan yang
direncanakan bagi Proyek untuk Tahun Kontrak pertama.
(c) Selanjutnya, Penerima Kerjasama akan menyerahkan Jadwal Pemeliharaan untuk setiap
Tahun Kontrak berikutnya paling lambat 45 (empat puluh lima) Hari sebelum berakhirnya
Tahun Kontrak berjalan.
(d) Jadwal Pemeliharaan akan dipersiapkan dan dikoordinasikan semaksimal mungkin pada
saat yang bersamaan dengan pemeliharaan terjadwal dari sistem Pelanggan sehingga
dapat meminimalisasi gangguan Layanan.
(e) PJPK dapat memberikan masukan atau meminta untuk dilakukan revisi atas Jadwal
Pemeliharaan yang direncanakan dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari sejak menerima jadwal
tersebut.
(f) PJPK akan memberitahukan Penerima Kerjasama secara tertulis mengenai usulan
perubahan atas Jadwal Pemeliharaan jika PJPK berpendapat bahwa jadwal tersebut tidak
sesuai dengan persyaratan Pasal 9.6 (d).

PASAL 10
PELAYANAN

PJPK menugaskan Penerima Kerjasama untuk menyediakan Layanan kepada Pelanggan dengan
ketentuan sebagai berikut:
(i) PJPK berhak atas setiap pembayaran yang dilakukan oleh Pelanggan;
(ii) penagihan kepada pelanggan dilakukan oleh Penerima Kerjasama dan disetorkan langsung ke
rekening yang ditetapkan PJPK;
(iii) segala tuntutan dari Pelanggan kepada PJPK, pihak ketiga yang ditunjuk dan/atau Penerima
Kerjasama yang diakibatkan karena tidak tercapainya Indikator Kinerja Utama oleh Penerima
Kerjasama menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari Penerima Kerjasama; dan
(iv) PJPK tidak mengenakan denda kepada Penerima Kerjasama atas kegagalan memenuhi
Indikator Kinerja Utama selain dari Pengurangan Pembayaran Ketersediaan layanan
sebagaimana diatur dalam Lampiran 11.

PASAL 11
PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN

11.1 Sejak Tanggal Operasional Komersial, PJPK wajib melakukan Pembayaran Ketersediaan
Layanan setiap 3 (tiga) Bulan kepada Penerima Kerjasama yang dihitung sesuai dengan
rumus penghitungan sebagaimana diatur dalam Lampiran 11 (Pembayaran Ketersediaan
Layanan).

11.2 PJPK berhak:


a. menerima Tagihan dari Penerima Kerjasama;
b. melakukan pemeriksaan terhadap ketepatan Tagihan dari Penerima Kerjasama;

42
c. melakukan Pembayaran Ketersediaan Layanan kepada Penerima Kerjasama sesuai
dengan ketentuan dalam Perjanjian ini.

PASAL 12
TAGIHAN

12.1 Tagihan
(a) Penerima Kerjasama akan mengirimkan tagihan kepada PJPK dalam bentuk yang
tercantum dalam Lampiran 15 (Bentuk Tagihan) yang menyebutkan pembayaran yang
harus dibayarkan untuk Bulan Tagihan tersebut dihitung sesuai dengan Lampiran 11
(Pembayaran Ketersediaan Layanan) Perjanjian ini (“Tagihan”) pada Hari Kerja ke-5
pada Bulan Tagihan berikutnya.
(b) Tagihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12.1 (a) harus disertai dengan dokumen
sebagai berikut:
(i) Salinan Perjanjian;
(ii) Referensi bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening Penerima
Kerjasama
(iii) Salinan surat keputusan penerimaan Fasilitas dimaksud pada Pasal 7.8;
(v) Berita acara pembayaran;
(vi) Kuitansi yang telah ditandatangani oleh Penerima Kerjasama; dan
(vii) Faktur pajak beserta surat setoran pajak (SSP).

12.2 Tanggal Jatuh Tempo


Tunduk pada ketentuan Pasal 12.7 (a) dan Pasal 12.8, PJPK akan membayar jumlah yang
tertera pada Tagihan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah Hari diterimanya
Tagihan tersebut oleh PJPK (tanggal penerimaan Tagihan tidak dihitung) atau jika tanggal
tersebut bukan merupakan Hari Kerja, maka pada Hari Kerja berikutnya (“Tanggal Jatuh
Tempo”).

12.3 Cara Pembayaran


Semua jumlah yang harus dibayar oleh PJPK berdasarkan Perjanjian ini harus dilakukan
dengan cara pembayaran sebagai berikut:
(a) dalam mata uang Rupiah;
(b) ditujukan ke rekening bank yang diberitahukan secara tertulis oleh Penerima
Kerjasama atau Para Kreditur Proyek dan dibuka di bank yang mempunyai kantor di
Jakarta, Indonesia.

12.4 Pajak
Segala pajak yang timbul terkait dengan Tagihan termasuk namun tidak terbatas pada pajak
penghasilan dan pajak pertambahan nilai (PPN) (jika ada), akan dibebankan kepada masing-
masing Pihak sesuai dengan ketentuan Hukum Yang Berlaku, dan jumlah pajak harus
disebutkan terpisah dalam Tagihan.

12.5 Set-Off (Perjumpaan Hutang)


Seluruh pembayaran yang harus dilakukan oleh PJPK berdasarkan Perjanjian ini harus bebas
dan bersih serta tanpa pengurangan apapun untuk atau dengan tujuan memperjumpakan
utang (set-off), menagih balik (reimburse), Pajak, atau lainnya, kecuali untuk perjumpaan
utang (set-off) yang disebutkan secara tegas diperbolehkan menurut Perjanjian ini atau
pengurangan-pengurangan yang diwajibkan atau diperbolehkan menurut Hukum Yang
Berlaku.

43
12.6 Keterlambatan Pembayaran
Seluruh jumlah yang harus dibayar oleh PJPK kepada Penerima Kerjasama yang tidak
dibayar pada Tanggal Jatuh Tempo sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian ini akan
dikenakan bunga sebesar Bunga Keterlambatan Pembayaran terhitung sejak tanggal
pembayaran tersebut jatuh tempo hingga diterimanya pembayaran tersebut secara penuh.

12.7 Jumlah Yang Diperselisihkan


(a) Jika PJPK memperselisihkan setiap bagian dari Tagihan maka:
(i) PJPK harus mengirimkan pemberitahuan tertulis kepada Penerima Kerjasama
paling lambat 14 (empat belas) Hari sejak menerima Tagihan disertai alasannya;
(ii) baik Penerima Kerjasama atau PJPK dapat menyerahkan sengketa tersebut untuk
dapat diselesaikan berdasarkan Pasal 27 dalam jangka waktu tidak lebih dari 12
(duabelas) bulan setelah tanggal Tagihan tersebut;
(iii) selama proses penyelesaian perselisihan atau perolehan kesepakatan di antara
Para Pihak sesuai dengan Pasal 27, PJPK berhak menahan jumlah yang
diperselisihkan dari Tagihan tersebut namun dan akan membayar bagian yang
tidak diperselisihkan dari Tagihan tersebut kepada Penerima Kerjasama:

(b) Setelah tercapainya kesepakatan di antara Para Pihak sebagaimana dibuktikan secara
tertulis dan ditandatangani oleh Para Pihak atau pada saat diterimanya salinan resmi
dari penentuan Ahli atau putusan arbitrase berdasarkan Pasal 27, PJPK akan
membayarkan jumlah yang diperselisihkan kepada Penerima Kerjasama jika
berdasarkan kesepakatan Para Pihak atau penentuan Ahli atau putusan arbitrase
berdasarkan Pasal 27 diputuskan bahwa jumlah yang diperselisihkan merupakan hak
dari Penerima Kerjasama.

12.8 Pelaksanaan Pembayaran Ketersediaan Layanan pada Akhir Tahun Anggaran*


(a) Untuk pelaksanaan Pembayaran Ketersediaan Layanan pada periode bulan Desember
pada setiap Tahun Kontrak, Penerima Kerjasama harus menyerahkan Tagihan beserta
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada Pasal 12.1 (b) paling lambat pada
tanggal 20 Desember Tahun Kontrak yang berjalan dengan menggunakan dasar
perhitungan pemenuhan Indikator Kinerja Utama bulan November Tahun Kontrak yang
sama.
(b) PJPK akan melakukan pembayaran atas Tagihan paling lambat tanggal 31 Desember
Tahun Kontrak yang sama dengan tunduk pada ketentuan Pasal 12.7, dan setelah
Penerima Kerjasama menyerahkan jaminan bank atas uang pembayaran yang akan
dilakukan.
(c) Para Pihak akan melakukan perhitungan jumlah Tagihan pada bulan Desember dengan
pemenuhan Indikator Kinerja Utama yang secara nyata dicapai oleh Penerima
Kerjasama pada bulan Desember tersebut pada tagihan bulan Januari Tahun Kontrak
berikutnya.

PASAL 13
PERSYARATAN PEMANTAUAN DAN PELAPORAN

13.1 Pemantauan Kinerja Penerima Kerjasama


(a) PJPK berhak melakukan inspeksi, memeriksa, menguji dan memantau Proyek dan
kinerja Penerima Kerjasama atas pemenuhan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini
sejak Tanggal Efektif hingga Tanggal Pengakhiran.

44
(b) Tujuan utama dari pemantauan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13.1 (a) adalah
untuk:
(i) menentukan apakah Fasilitas telah dirancang, dibangun, diuji coba fungsinya
sesuai dengan Perjanjian ini;
(ii) memeriksa kemajuan konstruksi dan uji coba (testing and commissioning) Proyek;
dan
(iii) dalam hal operasi, menentukan apakah Fasilitas telah dioperasikan dan dirawat
sesuai dengan Perjanjian ini.

13.2 Inspeksi
(a) Penerima Kerjasama harus mengizinkan PJPK atau para wakil resminya, dan Konsultan
Pengawas Independen untuk melakukan inspeksi selama jam kerja normal setelah
menyampaikan pemberitahuan kepada Penerima Kerjasama. Penerima Kerjasama
harus menunjuk wakil resminya untuk menghadiri inspeksi tersebut.
(b) Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh PJPK dalam penyelenggaraan hak-haknya untuk
inspeksi, memeriksa, menguji dan memantau Proyek dan kinerja Penerima Kerjasama
berdasarkan Pasal ini akan sepenuhnya ditanggung oleh PJPK.
(c) Para Pihak harus mengupayakan sebaik mungkin untuk meminimalisasi gangguan
apapun terhadap konstruksi atau operasi Fasilitas selama dilakukan inspeksi.
(d) Penerima Kerjasama harus memberikan akses penuh dan memadai bagi PJPK atau
perwakilannya, dan Konsultan Pengawas Independen untuk bertemu dengan para staf
Penerima Kerjasama dan memasuki bagian manapun dari Fasilitas. Untuk tujuan ini,
Penerima Kerjasama harus:
(i) memberikan bantuan dan menyediakan perlengkapan atau bahan-bahan yang
diminta secara wajar dalam rangka inspeksi; dan
(ii) tidak menghalangi akses untuk bertemu dengan staf atau memasuki bagian
Fasilitas selama diselenggarakan inspeksi.
(e) Jika dimungkinkan, Penerima Kerjasama harus segera memperbaiki segala kekurangan
yang ditemukan oleh PJPK atau wakil resminya dan Konsultan Pengawas Independen
selama diselenggarakan inspeksi.

13.3 Hak untuk Mengaudit dan Mendapatkan Laporan Penerima Kerjasama


(a) Penerima Kerjasama harus menyiapkan, memelihara dan menyimpan di kantor pusat
Penerima Kerjasama catatan dan data keuangan Penerima Kerjasama sesuai dengan
prinsip akuntansi yang diterima umum dan Hukum yang Berlaku;
(b) PJPK atau wakil resminya selama jam kerja dan setelah memberikan pemberitahuan
tertulis selambat-lambatnya 7 (tujuh) Hari Kerja, dapat melakukan audit atas
pembukuan, catatan dan data-data Penerima Kerjasama menyangkut seluruh tagihan
kepada PJPK berdasarkan Perjanjian ini, termasuk namun tidak terbatas pada
penagihan dan pembayaran tagihan, setoran dana perawatan, klaim-klaim ganti rugi,
pembayaran-pembayaran pengakhiran kontrak, penggantian-penggantian biaya, dan
ongkos-ongkos lain yang ditujukan ke PJPK sesuai dengan Perjanjian ini.
(c) Semua pembukuan, catatan dan data Penerima Kerjasama yang dimaksud dalam Pasal
13.3(a) dan (b) di atas wajib disimpan dan dikelola oleh Penerima Kerjasama untuk
periode waktu sekurang-kurangnya selama 60 (enam puluh) bulan setelah dibuat atau
untuk periode yang lebih lama yang diwajibkan oleh Instansi yang berwenang atau
Hukum Yang Berlaku.
(d) PJPK atau wakil resminya selama jam kerja normal dan setelah menyampaikan
pemberitahuan yang wajar sebelumnya kepada Penerima Kerjasama, dapat membuat
salinan atas pembukuan, catatan dan data keuangan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 13.3 (a) dan (b).

45
(e) Sebelum dilakukan pembuangan atau penghancuran pembukuan, catatan atau data,
Penerima Kerjasama akan mengirimkan kepada PJPK suatu pemberitahuan yang
menyatakan maksud Penerima Kerjasama untuk membuang atau menghancurkan
catatan-catatan tersebut, dan dalam waktu 10 (sepuluh) Hari sejak diterimanya
pemberitahuan tersebut, PJPK, atas pilihan dan biayanya, dapat mengambil
penguasaan atas pembukuan, catatan atau data tersebut untuk disimpan oleh PJPK.
(f) Dalam waktu 15 (lima belas) Hari setelah tiap akhir bulan, Penerima Kerjasama wajib
menyerahkan kepada PJPK suatu laporan bulanan mengenai pengoperasian Proyek
oleh Penerima Kerjasama, termasuk tingkat Layanan dan pemenuhan terhadap
Indikator Kinerja Utama, penghentian pengoperasian (jika ada), dan hal-hal lain yang
dianggap relevan oleh Penerima Kerjasama atau yang mungkin diminta oleh PJPK
menyangkut Proyek atau Perjanjian ini.

13.4 Laporan Keuangan


(a) Standar Akuntansi
Penerima Kerjasama wajib mematuhi Standar Akuntansi dan mengelola pembukuan
yang baik serta memproduksi dan menerbitkan catatan-catatan keuangan sesuai
dengan Hukum Yang Berlaku, antara lain Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 mengenai
Dokumen-dokumen Perusahaan dan Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No. 121/MPP/Kep/2002 mengenai Ketentuan Laporan Keuangan
Tahunan Perusahaan serta segala perubahan dan adendumnya.

(b) Tahun Fiskal


Penerima Kerjasama harus memiliki tahun buku yang berakhir pada tanggal 31
Desember tiap tahun.

(c) Laporan Keuangan Per Kuartal


Penerima Kerjasama harus menyusun laporan keuangan per kuartal yang tidak diaudit
sesuai dengan Standar Akuntansi yang diterapkan secara konsisten. Laporan-laporan
keuangan kuartalan tersebut harus ditandatangani oleh direktur Penerima Kerjasama
yang berwenang dan harus diserahkan kepada PJPK dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) Hari setelah berakhirnya setiap kuartal.

(d) Audit dan Laporan Keuangan Tahunan


Pada setiap akhir tahun fiskal, Penerima Kerjasama harus menyusun laporan keuangan
tahunan sesuai dengan Standar Akuntansi yang diterapkan secara konsisten. Laporan
keuangan tahunan tersebut harus dikaji dan diaudit oleh Auditor. Penerima Kerjasama
harus melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa laporan
keuangan tahunan yang diaudit tidak dikualifikasikan oleh Auditor, dan selanjutnya
laporan keuangan yang telah diaudit harus diserahkan kepada PJPK dalam jangka
waktu 6 (enam) bulan sejak berakhirnya setiap Tahun Fiskal.

(e) Audit Publik


Penerima Kerjasama mengakui bahwa PJPK tunduk pada audit publik yang dilakukan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) atau Instansi negara lainnya yang berwenang untuk itu, dan
untuk alasan ini, Penerima Kerjasama harus menyediakan secara tepat waktu
informasi-informasi penting yang mungkin diminta oleh BPK dan BPKP atau Instansi
negara lainnya untuk keperluan audit. Penerima Kerjasama juga harus menyerahkan
seluruh informasi mengenai Penerima Kerjasama yang diwajibkan secara wajar
sehingga PJPK dapat memenuhi kewajiban laporan keuangannya, pajak, audit dan
kewajiban laporan-laporan penyelenggaraan pemerintahan kepada setiap Instansi.

46
13.5 Kepatuhan Terhadap Ketentuan Pelaporan
(a) Penerima Kerjasama harus melakukan pemantauan dan mendokumentasikan kinerja
dari Fasilitas dan membuat serta memelihara operation logs harian yang akurat dan
muktahir, laporan pengendalian inventaris, laporan kegagalan pemenuhan Indikator
Kinerja Utama, laporan pemeliharaan, laporan penghentian pengoperasian, dan
dokumen lainnya sebagaimana disyaratkan oleh PJPK dari waktu ke waktu dan Praktek
Industri yang Baik (bersama-sama disebut “Catatan Proyek”) sehubungan dengan
Fasilitas. Penerima Kerjasama harus memastikan bahwa Catatan Proyek dapat diakses
setiap saat oleh PJPK pada jam kerja normal.
(b) Penerima Kerjasama harus mematuhi semua kewajiban pelaporan yang ditentukan
menurut Hukum Yang Berlaku yang mengatur kegiatannya sebagai penyelenggara
jaringan telekomunikasi di Indonesia serta sebagai Penerima Kerjasama mitra kerja
sama PJPK.

13.6 Tim Pengelolaan dan Pemantauan


(a) PJPK dapat membentuk suatu tim pengelolaan dan pemantauan Proyek atau nama
lainnya sesuai dengan Hukum Yang Berlaku, yang akan bertanggung jawab untuk:
(i) pemantauan, pengawasan, koordinasi dan evaluasi atas pelaksanaan secara penuh
atas Proyek pada tiap tahapan menurut ketentuan Perjanjian ini;
(ii) menilai kepatuhan Penerima Kerjasama atas pelaksanaan kewajiban-kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini;
(iii) menerima dan mengkaji semua laporan yang diserahkan oleh Penerima
Kerjasama; dan
(iv) menyediakan laporan mengenai status Proyek dan kinerja Penerima Kerjasama
termasuk penilaian atas faktor-faktor risiko utama terhadap Proyek dan indikator-
indikatornya untuk menentukan sejauh mana faktor-faktor risiko tersebut dapat
mempengaruhi Proyek dan bagaimana faktor-faktor risiko tersebut dapat diatasi.
(b) Pembentukan Tim Pengelolaan dan Pemantau beserta tugas dan kewenangan akan
dituangkan dalam suatu produk hukum yang mengikat dari PJPK sesuai ketentuan yang
berlaku dan selanjutnya dalam waktu 30 (tigapuluh) Hari sejak terbitnya produk
hukum tersebut akan diberitahukan kepada Penerima Kerjasama.

13.7 Tim Pemantauan Bersama


(a) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah Tanggal Penandatanganan Perjanjian,
Para Pihak membentuk tim pemantauan bersama dengan melibatkan Instansi atau
badan yang terkait dari PJPK maupun unsur Pemerintah lainnya, termasuk PT
Penjaminan Infrastruktur Indonesia.
(b) PJPK dan Penerima Kerjasama akan menugaskan perwakilannya masing-masing dalam
tim pemantauan bersama.
(c) Tim Pemantauan Bersama bertanggung jawab dalam melakukan pemantauan
pelaksanaan Proyek dalam rangka mengidentifikasi dan memitigasi risiko-risiko yang
akan timbul.
(d) Tata cara kerja dan periode tim pemantauan bersama akan disepakati lebih lanjut oleh
Para Pihak.
(e) Tim pemantauan bersama akan memiliki hak akses terhadap Proyek yang sama dengan
hak akses yang dimiliki oleh PJPK sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini.
(f) Masing-masing Pihak harus menanggung biayanya masing-masing sehubungan dengan
tim pemantauan bersama.

47
13.8 Penyangkalan
Dalam melaksanakan hak untuk memantau atau melakukan audit atas kinerja Penerima
Kerjasama dalam memenuhi kewajibannya dalam Proyek, PJPK dan perwakilan resminya,
termasuk Tim Pengelolaan dan Pemantauan, dan Tim Pemantau Bersama tidak memberikan
dukungan (endorsement) atau pernyataan apapun mengenai keamanan, kehandalan dan
ketepatan teknik dari Fasilitas maupun ketepatan dan kebenaran atas pembukuan, catatan atau
data-data Penerima Kerjasama. Penerima Kerjasama tidak boleh dalam keadaan apapun
menyatakan kepada pihak manapun bahwa PJPK dan perwakilan resminya, termasuk Tim
Pengelolaan dan Pemantauan, dan Tim Pemantau Bersama bertanggung jawab atas hal-hal
tersebut sebagai akibat pemantauan, pengkajian, audit atau inspeksi yang dilakukan oleh PJPK
dan perwakilan resminya, termasuk Tim Pengelolaan dan Pemantauan, dan Tim Pemantau
Bersama sesuai dengan Pasal 13 ini.

BAB V
PERNYATAAN DAN JAMINAN, SERTA JANJI PENERIMA KERJASAMA

PASAL 14
PERNYATAAN DAN JAMINAN

14.1 Pernyataan dan Jaminan Penerima Kerjasama


Penerima Kerjasama menyatakan dan menjamin kepada PJPK bahwa sejak Tanggal
Penandatanganan dan pada Tanggal Efektif:
(a) Keberadaan dan Wewenang Korporasi
(i) Penerima Kerjasama merupakan suatu perusahaan atau suatu badan hukum
yang didirikan secara sah dan dikelola sesuai Hukum yang Berlaku di
Indonesia.
(ii) Penerima Kerjasama memiliki kapasitas korporasi dan wewenang hukum
untuk melaksanakan kegiatan usahanya, untuk memiliki harta kekayaannya,
untuk menandatangani dan melaksanakan seluruh syarat dan ketentuan
dalam Perjanjian ini.
(b) Tidak Bertentangan Dengan Hukum yang Berlaku
Penandatanganan dan pelaksanaan Perjanjian ini dan Perjanjian Proyek oleh
Penerima Kerjasama tidak bertentangan dengan Hukum Yang Berlaku.
(c) Kewenangan Yang Sah dan Tidak Bertentangan Dengan Perjanjian-Perjanjian Lain
(i) Penandatanganan dan pelaksanaan Perjanjian ini dan Perjanjian Proyek telah
memenuhi persyaratan korporasi yang diwajibkan, termasuk persetujuan-
persetujuan korporasi seperti persetujuan dewan komisaris, pejabat,
pemegang saham, atau pihak ketiga lain manapun.
(ii) Penandatanganan dan pelaksanaan Perjanjian ini dan Perjanjian Proyek oleh
Penerima Kerjasama tidak bertentangan dengan anggaran dasar atau
dokumen pendirian Penerima Kerjasama atau perjanjian-perjanjian atau
instrumen lain yang ditandatangani oleh Penerima Kerjasama sebagai suatu
pihak di dalamnya, atau yang berlaku mengikat harta kekayaan Penerima
Kerjasama, dan juga tidak akan bertentangan dengan Hukum Yang Berlaku .
(d) Keabsahan dan Dapat Dilaksanakannya Perjanjian
Perjanjian ini dan Perjanjian Proyek merupakan kewajiban yang sah, berlaku dan
mengikat, dapat dilaksanakan terhadapnya sesuai ketentuan-ketentuan Perjanjian
ini.
(e) Persetujuan Yang Berlaku

48
Segala Persetujuan yang diperlukan untuk memberikan kewenangan
penandatanganan, penyerahan, dan pelaksanaan Perjanjian ini dan Perjanjian
Proyek telah diperoleh serta berlaku penuh dan efektif sebagaimana diatur dalam
Lampiran 4 (Persetujuan).
(f) Tiada Sengketa
Tidak ada gugatan, kasus-kasus arbitrase, investigasi atau proses hukum yang
sedang berjalan di pengadilan apapun, atau sesuai dengan pengetahuan terbaiknya,
yang diancamkan terhadap Penerima Kerjasama atau mempengaruhi Penerima
Kerjasama yang dapat secara wajar diduga akan merugikan secara material atas
kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini atau
yang dapat mempengaruhi keabsahan, keberlakuan atau dapat dilaksanakannya
Perjanjian ini dan Perjanjian Proyek.

14.2 Pernyataan dan Jaminan PJPK


PJPK menyatakan dan menjamin kepada Penerima Kerjasama bahwa sejak Tanggal
Penandatanganan dan pada Tanggal Efektif:
(a) Tidak Bertentangan Dengan Hukum yang Berlaku
Penandatanganan, penyerahan dan pelaksanaan Perjanjian ini oleh PJPK tidak
bertentangan dengan Hukum Yang Berlaku manapun yang harus dipatuhi oleh PJPK.
(b) Keabsahan dan Dapat Dilaksanakannya Perjanjian
Perjanjian ini merupakan kewajiban yang sah, berlaku dan mengikat, dapat
dilaksanakan terhadap PJPK sesuai ketentuan-ketentuan Perjanjian ini.

14.3 Pernyataan dan Jaminan yang Berkesinambungan


Pernyataan-pernyataan dan jaminan-jaminan dalam Pasal 14 ini dianggap diulangi oleh masing-
masing Pihak pada tanggal 31 (tigapuluh satu) Desember setiap Tahun Kontrak. Masing-masing
Pihak harus segera memberitahukan kepada Pihak lainnya jika ada pernyataan atau jaminan yang
diberikan berdasarkan Pasal 14 ini yang tidak lagi benar secara material.

PASAL 15
JANJI PENERIMA KERJASAMA

15.1 Tindakan Penerima Kerjasama


Dalam melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini, Penerima Kerjasama harus
bertindak secara profesional, tepat waktu, dan efisien.

15.2 Kendali atas Karyawan dan Kontraktor


(a) Penerima Kerjasama harus melaksanakan pengendalian penuh atas karyawannya,
Kontraktor dan subkontraktornya serta mewajibkan mereka untuk mematuhi
Perjanjian ini, semua Hukum Yang Berlaku dan kebijakan-kebijakan Penerima
Kerjasama.
(b) Penerima Kerjasama juga harus mewajibkan para karyawannya, Kontraktor dan
subkontraktornya untuk menerapkan standar-standar profesionalisme dan kode
etik terbaik.
(c) Sepanjang diizinkan oleh Hukum yang Berlaku, Penerima Kerjasama akan
memutuskan hubungan kerja atau mendisiplinkan setiap karyawannya, Kontraktor
atau subkontraktornya yang tidak mematuhi standar-standar sebagaimana
dimaksud pada huruf (b) di atas dan akan segera melakukan tindakan yang tepat
atas biayanya sendiri untuk memperbaiki pelanggaran yang ada.

49
15.3 Kepatuhan terhadap Hukum Yang Berlaku
Penerima Kerjasama akan mematuhi semua Hukum Yang Berlaku selama jangka waktu Perjanjian
ini.

15.4 Sistem Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sosial


Penerima Kerjasama akan membuat dan memelihara suatu Sistem Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Sosial yang komprehensif untuk Proyek sesuai dengan AMDAL dan Hukum Yang Berlaku.

15.5 Tidak Diperbolehkan Mengadakan Bisnis Lain


Penerima Kerjasama dilarang:
(a) terlibat dalam kegiatan bisnis atau komersial lain kecuali jika diperlukan dalam rangka
memenuhi kewajibannya atau melaksanakan hak-haknya berdasarkan Perjanjian ini dan
Perjanjian Proyek lainnya dimana Penerima Kerjasama merupakan pihak di dalamnya;
(b) mengadakan konsolidasi, atau penggabungan usaha dengan Subyek Hukum lain; atau
(c) menjual seluruh atau sebagian besar harta kekayaannya baik dalam satu transaksi atau
beberapa transaksi kecuali jika diwajibkan oleh Para Kreditur Proyek dalam rangka eksekusi
hak-hak jaminan yang dibuat berdasarkan Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan sesuai dengan
Pasal 24.1(b) dan setelah menyampaikan pemberitahuan tertulis sebelumnya kepada PJPK.

15.6 Jaminan Anti Korupsi


(a) Penerima Kerjasama menjamin bahwa baik Penerima Kerjasama atau para perwakilannya
tidak pernah menawarkan kepada pejabat, petugas atau karyawan Instansi manapun, suatu
imbalan atau komisi bagi pemberian kontrak atau persetujuan Perjanjian ini, dan Penerima
Kerjasama atau para perwakilannya juga tidak pernah menerapkan atau menggunakan
praktek-praktek korupsi atau pengaruh-pengaruh yang bertentangan dengan Hukum Yang
Berlaku untuk mendapatkan Perjanjian ini dengan imbalan atau komisi apapun.
(b) Penerima Kerjasama tidak akan mensubkontrakkan seluruh atau sebagian dari Perjanjian ini
dengan cara yang bertentangan dengan Hukum yang Berlaku.
(c) Pelanggaran atas jaminan-jaminan dalam Pasal 15.6 ini merupakan dasar yang cukup bagi
pencabutan atau pengakhiran Perjanjian ini tanpa mengurangi hak untuk mengajukan kasus
perdata dan pidana yang tepat terhadap Penerima Kerjasama dan/atau Subyek Hukum yang
melakukan pelanggaran menurut Hukum Yang Berlaku.

15.7 Keamanan
Penerima Kerjasama melindungi Fasilitas sesuai dengan spesifikasi yang diatur di dalam Lampiran
2 (Spesifikasi Desain dan Teknis) dan menjamin bahwa tidak ada pihak ketiga yang tidak
berwenang yang dapat memasuki Fasilitas.

15.8 Komponen Dalam Negeri Indonesia


Jika barang-barang atau jasa-jasa yang diperlukan bagi Proyek disediakan oleh para pemasok
Indonesia maupun asing, maka Penerima Kerjasama harus, dan harus mengupayakan agar para
Kontraktor dan subkontraktornya, untuk:
(a) memastikan partisipasi para pemasok Indonesia dalam proses lelang atau kontrak sebagai
prioritas; dan
(b) memilih barang-barang atau jasa-jasa dari para pemasok Indonesia apabila setara dari segi
biaya, mutu dan jadwal pengiriman dibandingkan dengan para pemasok asing.

15.9 Para Karyawan Penerima Kerjasama


(a) Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Indonesia
Penerima Kerjasama harus semaksimal mungkin mempekerjakan warga negara
Indonesia yang memenuhi kualifikasi dan akan memastikan bahwa Kontraktor EPC
mempekerjakan warga negara Indonesia yang memenuhi kualifikasi.

50
(b) Pelatihan
(i) Penerima Kerjasama harus menerapkan program-program pendidikan dan
pelatihan rutin untuk meningkatkan keterampilan para karyawan Penerima
Kerjasama hingga taraf standar internasional.
(ii) Seluruh manual pelatihan dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam program-
progam pendidikan dan pelatihan tersebut harus diserahkan oleh Penerima
Kerjasama kepada PJPK pada saat Tanggal Pengakhiran.
(iii) Penerima Kerjasama harus mengizinkan para karyawan dari PJPK untuk
bergabung dalam program-program pelatihan Penerima Kerjasama.

(c) Status Hubungan Kerja pada Tanggal Pengakhiran


PJPK tidak bertanggung jawab untuk meneruskan hubungan kerja para karyawan
Penerima Kerjasama pada atau setelah Tanggal Pengakhiran. Seluruh biaya dan
pengeluaran yang terkait dengan pengakhiran hubungan kerja para karyawan
Penerima Kerjasama termasuk pembayaran pesangon atau manfaat pensiun harus
dibayar oleh Penerima Kerjasama, kecuali diatur dalam Lampiran 13 (Pembayaran
Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).

15.10 Pusat Data Elektronik


(a) Penerima Kerjasama dalam waktu 20 (dua puluh) Hari sejak Tanggal
Penandatanganan, harus:
(i) mendirikan suatu pusat data elektronik (“Pusat Data”); dan
(ii) menyediakan akses dan informasi log-in kepada PJPK.
(b) Pusat Data harus dioperasikan sekurang-kuranganya selama 2 (dua) tahun sejak
Tanggal Operasi Komersial.
(c) Segala biaya terkait dengan pendirian dan pemeliharaan Pusat Data akan
ditanggung oleh Penerima Kerjasama.
(d) Penerima Kerjasama harus mengunggah seluruh dokumen dokumen yang terkait
dan pemberitahuan-pemberitahuan yang ditentukan dalam Perjanjian ini dalam
Pusat Data, termasuk:
(i) Persetujuan - persetujuan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4.4;
(ii) Rancangan dan Gambar dan dokumen dokumen lainnya sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 7.2 (a);
(iii) Laporan hasil pengujian dan data pendukung sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 7.8 (a);
(iv) Prosedur Operasi dan Pemeliharaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9.3;
(v) Segala pemberitahuan yang dikirimkan sesuai dengan Perjanjian ini; dan
(vi) data yang berkaitan dengan Pelanggan

BAB VI
PERISTIWA DI LUAR KEMAMPUAN PARA PIHAK

PASAL 16
PERISTIWA KEADAAN KAHAR

16.1 Pemberitahuan Keadaan Kahar


(a) Jika terjadi suatu Peristiwa Keadaan Kahar, Pihak yang terkena dampak dari
Peristiwa Keadaan Kahar dalam jangka waktu 14 (empat belas) Hari sejak terjadi
Peristiwa Keadaan Kahar tersebut harus memberikan pemberitahuan tertulis pada
Pihak lainnya dan menguraikan:

51
(i) tanggal terjadi dan perkiraan durasi keberlangsungan Peristiwa Keadaan
Kahar tersebut;
(ii) sifat dan dampaknya terhadap pelaksanaan kewajiban Pihak yang terkena
dampak; dan
(iii) upaya-upaya perbaikan yang diusulkan oleh Pihak yang terkena dampak
untuk menghindari atau mengatasi Peristiwa Keadaan Kahar atau untuk
mengurangi dampak dan pengaruh termasuk tindakan-tindakan lainnya yang
akan dilakukannya untuk memenuhi persyaratan Pasal 16 ini.

(b) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16.1 (a) di atas harus
disertai dengan surat keterangan atau pernyataan terjadinya peristiwa yang
dianggap sebagai Peristiwa Keadaan Kahar yang diterbitkan oleh Instansi yang
berwenang.

(c) Jika Pihak yang terkena dampak tidak mengirimkan pemberitahuan yang dimaksud
pada Pasal 16.1 (a), maka Pihak tersebut tidak berhak memberlakukan Pasal 16 ini
untuk menjustifikasi keterlambatan pelaksanaan atau tidak dilaksanakan
kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini hingga disampaikannya pemberitahuan
tertulis sebagaimana dimaksud pada Pasal 16.1 (a) pada Pihak lainnya.

(d) Jika Pihak yang tidak terkena keadaan kahar tidak mengakui telah terjadinya
Peristiwa Keadaan Kahar sebagaimana diajukan oleh Pihak yang terkena Peristiwa
Keadaan Kahar maka hal ini harus diajukan kepada Ahli untuk diselesaikan sesuai
dengan Pasal 27.2 dalam waktu 20 (dua puluh) Hari setelah penyerahan permintaan
tertulis untuk pengajuan kepada Ahli tersebut oleh Pihak manapun dalam Sengketa.

16.2 Tindakan untuk Mengurangi Dampak


(a) Pihak yang terkena dampak dari Peristiwa Keadaan Kahar harus melakukan segala
upaya yang wajar dengan tekun dan berkesinambungan untuk mencegah,
menghindari, mengatasi dan mengurangi hingga dampak merugikan terkecil dari
suatu Peristiwa Keadaan Kahar.
(b) Setelah berakhirnya Peristiwa Keadaan Kahar, Pihak yang terkena dampak harus
segera memulai kembali pada waktunya seluruh pemenuhan kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini.

16.3 Akibat Keadaan Kahar


(a) Keterlambatan Pelaksanaan Kewajiban Yang Ditoleransi
Jika Pihak yang terkena dampak dari Peristiwa Keadaan Kahar tidak dapat
melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini secara tepat waktu karena
suatu Peristiwa Keadaan Kahar, Pihak yang terkena dampak dari Peristiwa Keadaan
Kahar akan ditolerir dari pelaksanaan kewajibannya dan tidak dianggap Cidera Janji,
dengan ketentuan bahwa:
(i) Pemberitahuan yang wajib diberikan menurut Pasal 16.1 telah dikirimkan.
(ii) Pihak yang terkena dampak melakukan segala upaya dengan tekun dan
berkesinambungan untuk mengatasi akibat-akibat dari Peristiwa Keadaan
Kahar.
(iii) Pihak yang terkena dampak tidak berhak untuk menunda pelaksanaan atau
ditolerir atas keterlambatan pelaksanaan kewajiban untuk lingkup yang
lebih luas atau jangka waktu yang lebih lama daripada yang benar-benar
secara nyata terjadi dari Peristiwa Keadaan Kahar.
(iv) Pihak yang terkena dampak tidak dibebaskan dari kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini semata-mata karena ada peningkatan biaya atau

52
akibat keuangan negatif lainnya seandainya kewajiban-kewajiban tersebut
dilaksanakan.

(b) Hal-hal Yang Tidak Ditolerir


Ketentuan-ketentuan dari Pasal 16 ini tidak mentolerir keterlambatan pembayaran
uang.

(c) Keadaan Kahar setelah Tanggal Operasional Komersial


Jika suatu Peristiwa Keadaan Kahar terjadi pada setiap Bulan Tagihan setelah
Tanggal Operasional Komersial yang menghambat Penerima Kerjasama dalam
memberikan Layanan, maka PJPK membayar kepada Penerima Kerjasama
Pembayaran Ketersediaan Layanan sesuai dengan tingkat layanan yang dapat
diberikan oleh Penerima Kerjasama sebagaimana diatur dalam Lampiran 11
(Pembayaran Ketersediaan Layanan).

16.4 Dampak Dari Peristiwa Keadaan Kahar Yang Tidak Diasuransikan


Apabila terjadi Peristiwa Keadaan Kahar yang menyebabkan:
(a) keterlambatan yang material atas penyelesaian Fasilitas; atau
(b) kerusakan yang material atas Fasilitas,

dan Peristiwa Keadaan Kahar tersebut:


(i) merupakan jenis Peristiwa Keadaan Kahar yang normalnya tidak diasuransikan oleh
badan yang bergerak dalam aktivitas yang pada pokoknya serupa dengan aktivitas
yang dilakukan oleh Penerima Kerjasama, tidak disyaratkan untuk diasuransikan
sesuai Lampiran 17 (Asuransi), Hukum Yang Berlaku, Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan, dan Praktek Industri yang Baik, dan dalam faktanya tidak
diasuransikan oleh Penerima Kerjasama atau
(ii) tidak dapat diasuransikan oleh Penerima Kerjasama sebelum terjadinya peristiwa
tersebut,

maka:
1) Para Pihak harus mengadakan negosiasi dengan itikad baik untuk menyepakati
solusi yang dapat diterima mengenai keberlangsungan konstruksi atau operasional
Fasilitas (sebagaimana yang berlaku) dan/atau penyesuaian jangka waktu
Perjanjian, dan Penerima Kerjasama harus menggunakan upaya terbaik untuk
memperoleh pendanaan untuk menyelesaikan atau memperbaiki Fasilitas;
2) selama periode tersebut, Penerima Kerjasama tidak diwajibkan untuk
menyelesaikan, memperbaiki atau mengoperasikan Fasilitas dan kegagalan untuk
menyelesaikan, memperbaiki atau mengoperasikan Fasilitas bukan merupakan
Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama; dan
3) apabila Para Pihak tidak mencapai solusi yang dapat diterima dalam waktu 6
(enam) bulan setelah terjadinya Peristiwa Keadaan Kahar, atau waktu lainnya yang
disepakati bersama, salah satu Pihak dapat mengakhiri Perjanjian ini sesuai dengan
Pasal 23.3.

16.5 Perbaikan setelah Peristiwa Keadaan Kahar


(a) Apabila Fasilitas atau bagian daripadanya rusak sebagai akibat dari Peristiwa
Keadaan Kahar (selain akibat dari Peristiwa Keadaan Kahar sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 16.4) dan Penerima Kerjasama gagal untuk memperbaiki operasional
Fasilitas dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah dimulainya Peristiwa Keadaan
Kahar tersebut, maka Penerima Kerjasama harus mempersiapkan dan menyerahkan
Laporan kepada PJPK sesuai dengan Pasal 16.5(b).

53
(b) Ketika disyaratkan oleh Pasal 16.5(a), Penerima Kerjasama harus mulai
mempersiapkan laporan penilaian (“Laporan”) dan menyerahkan salinan Laporan
tersebut kepada PJPK dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah ditetapkan bahwa
diperlukan adanya Laporan.
(c) Laporan harus memuat hal-hal berikut ini, dalam rincian yang mungkin diberikan,
dan disertai dengan dokumen pendukung yang wajar:
(i) uraian mengenai Peristiwa Keadaan kahar, dan kerusakan dan/atau dampak
atau pengaruh lainnya terhadap Fasilitas;
(ii) perkiraan mengenai waktu yang diperlukan oleh Penerima Kerjasama untuk
memperbaiki Fasilitas kembali kepada keadaan semula sebelum terjadinya
Peristiwa Keadaan Kahar;
(iii) usulan Jadwal Perbaikan;
(iv) pernyataan dan penjelasan mengenai apakah perbaikan atau perubahan
Fasilitas atau penambahan modal yang diperlukan memungkinkan untuk
dilakukan secara teknis dan layak dari segi keuangan; dan
(v) sertifikat dan laporan dari penasehat keuangan dan penasehat teknis,
sebagaimana sesuai atau sebagaimana secara wajar diminta oleh PJPK,
sebagai pendukung atas hal-hal yang dirujuk dalam Pasal 16.5(a) ini.
(d) Dalam waktu 15 (lima belas) Hari sejak penyerahan Laporan kepada PJPK atau
waktu lainnya sebagaimana dapat disepakati oleh Para Pihak, Para Pihak akan
mendiskusikan Laporan dan tindakan(-tindakan) lainnya yang harus dilakukan.
Dalam kaitannya dengan pemeriksaan Laporan oleh PJPK, Penerima Kerjasama
harus segera menyediakan tambahan informasi keuangan dan informasi yang
terkait sehubungan dengan Laporan dan hal-hal yang diuraikan dalam Laporan
sebagaimana dapat diminta secara wajar oleh PJPK .
(e) Dalam menentukan apakah Fasilitas dapat atau tidak dapat diperbaiki untuk tujuan
Pasal 16.5 ini, Para Pihak harus mempertimbangkan sifat dan tingkat kerusakan
Fasilitas, bukan kecukupan hasil asuransi atau bentuk pembiayaan lainnya.
(f) Apabila Para Pihak menyimpulkan bahwa Fasilitas dapat diperbaiki sehingga
Penerima Kerjasama dapat melanjutkan untuk memenuhi kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini, Penerima Kerjasama harus melaksanakan Perbaikan
sesuai dengan Jadwal Perbaikan yang dimuat di dalam Laporan. Biaya dari
Perbaikan akan menjadi tanggung jawab Penerima Kerjasama dan tidak ada
kompensasi khusus yang akan dibayarkan kepada Penerima Kerjasama.
(g) Apabila Para Pihak menyimpulkan bahwa Fasilitas dapat diperbaiki sehingga
Penerima Kerjasama dapat melanjutkan untuk memenuhi kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini namun PJPK tidak setuju dengan Jadwal Perbaikan yang
dimuat di dalam Laporan, maka PJPK akan memberitahu Penerima Kerjasama dalam
waktu 15 (lima belas) Hari sejak penerimaan Laporan dan akan mengusulkan
alternatif Jadwal Perbaikan dalam Laporan tersebut. Penerima Kerjasama dan PJPK
akan mencoba dengan itikad baik untuk menyepakati revisi Jadwal Perbaikan.
Apabila PJPK dan Penerima Kerjasama tidak sepakat mengenai revisi Jadwal
Perbaikan dalam waktu 15 (lima belas) Hari setelah diterimanya usulan alternatif
Jadwal Perbaikan oleh Penerima Kerjasama, maka setiap Pihak dapat mengajukan
hal tersebut kepada Ahli sesuai dengan Pasal 27.2 untuk menentukan Jadwal
Perbaikan yang sesuai. Tanpa mengesampingkan ketentuan yang telah disebutkan,
Penerima Kerjasama memiliki pilihan untuk melaksanakan Perbaikan sementara
permasalahan Jadwal Perbaikan sedang diselesaikan, namun dengan tunduk pada
syarat terpenuhinya setiap persyaratan atau ketentuan dari badan yang
memberikan pembiayaan untuk Perbaikan (termasuk setiap perusahaan asuransi
yang membayar klaim kepada Penerima Kerjasama).

54
(h) Apabila Para Pihak menyimpulkan bahwa Fasilitas tidak dapat diperbaiki sehingga
Penerima Kerjasama tidak dapat melanjutkan untuk memenuhi kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini, maka baik Penerima Kerjasama atau PJPK memiliki hak
untuk mengakhiri Perjanjian ini.
(i) Penerima Kerjasama tidak diwajibkan berdasarkan Perjanjian ini untuk
melaksanakan Perbaikan kecuali dan hingga Penerima Kerjasama telah menerima
seluruh Persetujuan yang diperlukan. Penerima Kerjasama harus menggunakan
usaha yang terbaik untuk mendapatkan Persetujuan tersebut sesegera mungkin.
Apabila Penerima Kerjasama tidak mampu karena alasan apapun selain dari karena
kesalahannya sendiri untuk mendapatkan Persetujuan tersebut dalam periode
waktu yang wajar yang tidak melebihi 6 (enam) bulan setelah tanggal Penerima
Kerjasama diwajibkan untuk melaksanakan Perbaikan, meskipun Penerima
Kerjasama telah melakukan usaha yang terbaik, maka baik Penerima Kerjasama
atau PJPK memiliki hak untuk mengakhiri Perjanjian ini sesuai dengan Pasal 23.3 (b).

16.6 Peristiwa-peristiwa yang tidak dikatagorikan sebagai Keadaan Kahar


Untuk menghindari keragu-raguan, peristiwa-peristiwa sebagai berikut tidak dianggap
sebagai Keadaan Kahar:
(a) Penerima Kerjasama tidak mampu mendapatkan akses terhadap, atau suplai listrik
untuk pengoperasian Fasilitas;
(b) kekurangan pendanaan karena alasan apapun atau ketidakmampuan untuk
menggunakan dana yang ada karena alasan apapun;
(c) kegagalan setiap Pihak untuk melakukan setiap pembayaran sesuai dengan
kewajibannya dalam Perjanjian ini;
(d) keterlambatan pelaksanaan oleh Penerima Kerjasama karena tindakan atau
kecerobohan dari Kontraktornya kecuali sepanjang hal tersebut diakibatkan secara
langsung dari setiap kejadian sehubungan dengan pelaksanaan kewajiban
Kontraktor berdasarkan suatu perjanjian yang akan merupakan suatu Peristiwa
Keadaan Kahar seandainya Kontraktor tersebut merupakan pihak dalam Perjanjian
ini;
(e) keterlambatan pelaksanaan oleh Penerima Kerjasama karena kegagalannya untuk
menunjuk Kontraktor atau subkontraktor yang berkualifikasi atau untuk
mempekerjakan staff atau tenaga kerja yang mencukupi;
(f) keterlambatan-keterlambatan yang disebabkan keterlambatan penyerahan
dokumen untuk mendapatkan persetujuan dari Instansi;
(g) keterlambatan-keterlambatan yang disebabkan keadaan cuaca, keadaan laut atau
darat yang dapat secara wajar diperkirakan, diduga atau diramalkan; atau
(h) kerusakan mekanis atau elektrikal atau tidak berfungsinya perlengkapan, mesin,
atau pabrik yang dimiliki atau dioperasikan oleh Penerima Kerjasama atau
kontraktor atau subkontraktornya yang dikarenakan cara pengoperasian atau
pemeliharaan perlengkapan, mesin atau pabrik tersebut.

PASAL 17
PERISTIWA TINDAKAN ATAU TIDAK DILAKUKANNYA TINDAKAN PEMERINTAH

17.1. Pemberitahuan
(a) Jika suatu Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah terjadi,
Penerima Kerjasama harus dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) Hari
sejak terjadinya peristiwa tersebut, memberikan pemberitahuan tertulis kepada PJPK
dan memuat:

55
(i) tanggal terjadinya Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan
Pemerintah dan perkiraan durasi keberlangsungannya;
(ii) sifat dan dampaknya terhadap pelaksanaan kewajiban Penerima Kerjasama;
dan
(iii) upaya-upaya perbaikan yang diusulkan oleh Penerima Kerjasama untuk
menghindari atau mengatasi Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya
Tindakan Pemerintah atau untuk memperingan dampak dan pengaruh termasuk
tindakan-tindakan lainnya yang akan dilakukannya untuk memenuhi persyaratan
Pasal 17 ini.
(b) Jika Penerima Kerjasama tidak mengirimkan pemberitahuan yang dimaksud, maka
Pihak tersebut tidak berhak untuk memberlakukan Pasal 17 ini untuk mentolerir
keterlambatan pelaksanaan atau tidak dilaksanakannya kewajiban.
(c) Jika PJPK tidak mengakui telah terjadinya Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya
Tindakan Pemerintah sebagaimana diajukan oleh Penerima Kerjasama maka hal ini
harus diajukan kepada Ahli untuk diselesaikan sesuai dengan Pasal 27.2 dalam waktu
20 (dua puluh) Hari setelah penyerahan permintaan tertulis untuk pengajuan kepada
Ahli.

17.2 Tindakan untuk Mengurangi Dampak


(a) Penerima Kerjasama harus melakukan segala upaya yang wajar untuk mencegah,
menghindari, mengatasi dan mengurangi hingga dampak merugikan terkecil dari
suatu Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah.
(b) Setelah berakhirnya Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan
Pemerintah, Penerima Kerjasama harus segera memulai kembali pada waktunya
seluruh pemenuhan kewajiban mereka berdasarkan Perjanjian ini.

17.3 Akibat Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah


(a) Keterlambatan Pelaksanaan Kewajiban Yang Ditoleransi
Jika Penerima Kerjasama tidak dapat melaksanakan kewajibannya berdasarkan
Perjanjian ini secara tepat waktu karena suatu Peristiwa Tindakan atau Tidak
Dilakukannya Tindakan Pemerintah, Penerima Kerjasama akan ditolerir dari
pelaksanaan kewajibannya dan tidak dianggap cidera janji, dengan ketentuan bahwa:
(i) Pemberitahuan yang wajib diberikan menurut Pasal 17.1 di atas telah
dikirimkan;
(ii) Penerima Kerjasama melakukan segala upaya dengan tekun dan
berkesinambungan untuk mengatasi akibat-akibat dari Peristiwa Tindakan atau
Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah;
(iii) Penerima Kerjasama tidak berhak untuk menunda pelaksanaan atau ditolerir
atas keterlambatan pelaksanaan kewajiban untuk lingkup yang lebih luas atau
jangka waktu yang lebih lama daripada yang ditimbulkan oleh Peristiwa
Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah atau keterlambatan
yang benar-benar secara nyata terjadi dari Peristiwa Tindakan atau Tidak
Dilakukannya Tindakan Pemerintah; dan
(iv) Penerima Kerjasama tidak dibebaskan dari kewajibannya berdasarkan
Perjanjian ini semata-mata karena ada peningkatan biaya atau akibat keuangan
negatif lainnya seandainya kewajiban-kewajiban tersebut dilaksanakan.

(b) Hal-hal Yang Tidak Ditolerir


Ketentuan-ketentuan dari Pasal 17 ini tidak mentolerir:
(i) keterlambatan pembayaran uang;
(ii) keterlambatan pelaksanaan oleh Penerima Kerjasama karena tindakan atau
kecerobohan dari Kontraktornya;

56
(iii) keterlambatan pelaksanaan oleh Penerima Kerjasama karena kegagalannya
untuk menunjuk Kontraktor atau subkontraktor yang berkualifikasi atau untuk
mempekerjakan staff atau tenaga kerja yang mencukupi;
(iv) keterlambatan-keterlambatan yang disebabkan keterlambatan penyerahan
dokumen untuk mendapatkan persetujuan dari Instansi;
(v) keterlambatan-keterlambatan yang disebabkan keadaan cuaca, keadaan laut
atau darat yang dapat secara wajar diperkirakan, diduga atau diramalkan;
(vi) kerusakan mekanis atau elektrikal atau tidak berfungsinya perlengkapan, mesin,
atau pabrik yang dimiliki atau dioperasikan oleh Penerima Kerjasama atau
kontraktor atau subkontraktornya yang dikarenakan kesalahan cara
pengoperasian atau pemeliharaan perlengkapan, mesin atau pabrik tersebut;
(vii) gangguan atas pasokan listrik Proyek kecuali disebabkan oleh Peristiwa Keadaan
Kahar yang mempengaruhi Penerima Kerjasama; atau

(c) Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah Setelah Tanggal
Operasional Komersial
Jika suatu Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah terjadi
pada setiap Bulan Tagihan setelah Tanggal Operasional Komersial yang menghambat
Penerima Kerjasama dalam memberikan Layanan, maka PJPK harus membayar
kepada Penerima Kerjasama Pembayaran Ketersediaan Layanan sebesar Pelayanan
yang Dapat Diandalkan sebagaimana diatur dalam Lampiran 11 (Pembayaran
Ketersediaan Layanan).

PASAL 18
PERUBAHAN HUKUM

18.1 Pemberlakuan
Pasal ini hanya berlaku untuk suatu Perubahan Hukum yang mengakibatkan Penerima
Kerjasama harus melakukan peningkatan modal atau Modifikasi terhadap Proyek dengan
biaya melebihi 0,5% (nol koma lima persen) dari biaya modal sebagaimana tertuang
dalam Model Keuangan dalam setiap tahun dan peningkatan modal atau Modifikasi
tersebut diperlukan untuk memungkinkan Penerima Kerjasama memenuhi kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini sejalan dengan Perubahan Hukum tersebut.

18.2 Kompensasi
PJPK akan memberikan kompensasi kepada Penerima Kerjasama atas efek finansial yang
merugikan di atas nilai sebagaimana dimaksud pada Pasal 18.1 sebagai akibat dari
Perubahan Hukum dalam bentuk:
(i) perpanjangan Periode Periode Kerjasama; atau
(ii) penyesuaian Pembayaran Ketersediaan Layanan.

18.3 Perkiraan Efek Finansial


Segera setelah Penerima Kerjasama mengetahui bahwa telah terjadi Perubahan Hukum
yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 18.1, Penerima Kerjasama harus
membuat perkiraan efek finansial akibat Perubahan Hukum tersebut dan memberikan
salinan perkiraan tersebut kepada PJPK dan Konsultan Pengawas Independen, dengan
sertifikasi/opini dari akuntan yang memiliki sertifikat praktek bahwa perkiraan tersebut
adalah wajar.

57
18.4 Muatan Perkiraan Efek Finansial
Penerima Kerjasama harus menuangkan dalam perkiraan berdasarkan Pasal 18.3
perincian yang wajar tentang:
(a) Perubahan Hukum;
(b) Efek finansial yang diperkirakannya, termasuk:
(i) jumlah (termasuk biaya terkait atau tambahan);
(ii) waktu modal akan dikeluarkan; dan
(iii) sumber, metode, dan biaya pendanaan atas jumlah yang diusulkan;
(c) Usulan Penerima Kerjasama mengenai kompensasi atas efek finansial yang akan
memungkinkan Penerima Kerjasama mendapatkan tingkat pengembalian internal
proyek setara dengan Target Tingkat Pengembalian Internal Proyek dalam dua
alternatif yaitu (i) dalam bentuk Perpanjangan Periode Kerjasama; dan (ii) dalam
bentuk Penyesuaian Pembayaran Ketersediaan Layanan; dan
(d) Salinan dari Model Keuangan yang telah direvisi dengan disertai asumsi-asumsinya
dan termasuk informasi yang memadai sehingga memungkinkan PJPK menilai
akurasi perkiraan tersebut.

18.5 Finalisasi Perkiraan Efek Finansial


(a) Dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari Kerja setelah PJPK dan Konsultan Pengawas
Independen menerima perkiraan efek finansial dari Penerima Kerjasama (atau
jangka waktu lain sebagaimana disepakati oleh Para Pihak), PJPK atau Konsultan
Pengawas Independen akan memberitahu Penerima Kerjasama setiap hal dari
perkiraan efek finansial yang tidak disepakati oleh PJPK atau Konsultan Pengawas
Independen.
(b) Para Pihak dan Konsultan Pengawas Independen akan segera bertemu untuk
membahas perbedaan tersebut. Apabila Para Pihak tidak berhasil mencapai
kesepakatan atas perbedaan tersebut dalam jangka waktu 35 (tiga puluh lima) Hari
Kerja sejak PJPK dan Konsultan Pengawas Independen menerima perkiraan efek
finansial dari Penerima Kerjasama (atau jangka waktu lain sebagaimana disepakati),
maka masing-masing Pihak dapat mengajukan perihal perbedaan tersebut kepada
Ahli untuk diselesaikan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 27.2.
(c) Apabila Para Pihak telah mencapai kesepakatan mengenai perkiraan efek finansial
atau perkiraan efek finansial telah ditetapkan sebagaimana diatur dalam Pasal 18.5
(b), PJPK atas diskresinya sendiri akan menyampaikan kepada Penerima Kerjasama
bentuk kompensasi yang dipilih oleh PJPK untuk mengkompensasi perkiraan efek
finansial.

18.6 Pelaksanaan Perjanjian


Sampai dengan tercapainya kesepakatan atau penentuan di antara Para Pihak mengenai
perbedaan tentang pemberitahuan perkiraan efek finansial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18.3, Para Pihak harus tetap mematuhi kewajiban-kewajibannya berdasarkan
Perjanjian ini.

18.7 Penanggungan Efek Finansial oleh Penerima Kerjasama


Penerima Kerjasama harus menanggung semua efek finansial akibat Perubahan Hukum
yang tidak memperoleh kompensasi.

58
BAB VII
DENDA, GANTI RUGI, DAN PEMBATASAN

PASAL 19
DENDA KEGAGALAN KINERJA

19.1 Pelaksanaan Denda Kegagalan Kinerja


Sejak dan setelah Tanggal Operasional Komersial, apabila Penerima Kerjasama gagal
untuk memenuhi setiap Indikator Kinerja Utama maka PJPK berhak untuk mengurangi
Pembayaran Ketersediaan Layanan sebagaimana diatur dalam Lampiran 11 (Pembayaran
Ketersediaan Layanan), kecuali dalam hal kegagalan untuk memenuhi setiap Indikator
Kinerja Utama diakibatkan oleh Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan
Pemerintah sebagaimana diatur dalam Pasal 17.3 (c).

19.2 Keberatan atas Pengenaan Denda Kegagalan Kinerja


Dalam hal Penerima Kerjasama merasa keberatan atas Denda Kegagalan Kinerja yang
dikenakan padanya, maka Penerima Kerjasama dapat merujuk setiap hal yang
diperselisihkan mengenai jumlah Denda Kegagalan Kinerja tersebut untuk diselesaikan
melalui mekanisme sebagaimana diatur berdasarkan Pasal 27.2 (Penyelesaian Sengketa
Oleh Ahli).

PASAL 20
GANTI RUGI

20.1 Ganti Rugi oleh Penerima Kerjasama


Penerima Kerjasama bertanggung jawab dan akan memberikan ganti rugi, membela dan
menanggung kerugian PJPK, para pejabat, karyawan, perwakilan, Afiliasi, agen, kontraktor
atau subkontraktor dan konsultannya (“Pihak Tertanggung dari PJPK”) dari dan terhadap
segala Klaim yang diajukan oleh pihak ketiga manapun terhadap Pihak Tertanggung dari
PJPK atau kerugian yang diderita oleh setiap Pihak Tertanggung dari PJPK sebagai akibat
dari:
(a) hilang atau rusaknya harta kekayaan atau kematian atau luka yang diderita pihak
ketiga (kecuali klaim kompensasi pekerja) yang timbul dari kelalaian atau
kecerobohan Penerima Kerjasama yang terkait dengan pelaksanaan kewajibannya
dalam Perjanjian ini;
(b) kegagalan Penerima Kerjasama untuk mematuhi Hukum Yang Berlaku
dalam melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini;
(c) kegagalan Penerima Kerjasama untuk mematuhi pernyataan-pernyataan dan
jaminan-jaminannya yang disebutkan dalam Pasal 14.1; atau
(d) kegagalan Penerima Kerjasama untuk mematuhi janji-janji yang diberikannya dalam
Pasal 15.
Penerima Kerjasama tidak bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi kepada setiap
Pihak Tertanggung dari PJPK jika kerugian, kerusakan, cidera atau kematian disebabkan
oleh kelalaian, kesalahan atau pelanggaran terhadap Perjanjian ini oleh Pihak Tertanggung
dari PJPK tersebut.

59
20.2 Ganti Rugi Lingkungan Hidup
Penerima Kerjasama wajib mengganti kerugian PJPK atas setiap biaya, klaim, kehilangan,
pengeluaran (termasuk biaya hukum), kerugian atau tanggung jawab yang diderita atau
ditanggung oleh PJPK baik secara langsung ataupun tidak langsung timbul sebagai akibat
dari:
(a) Pelanggaran setiap hukum mengenai lingkungan hidup oleh Penerima Kerjasama
sejak tanggal dimana Penerima Kerjasama memiliki akses ke Lahan Proyek sesuai
dengan Perjanjian ini;
(b) Kebocoran, emisi, pembuangan, pelepasan, perembesan atau perpindahan Zat
Berbahaya pada setiap waktu dari Fasilitas menuju ke Lahan Proyek atau Titik-titik
Pengambilan, termasuk penanganan, pembuangan atau gangguan atas setiap Zat
Berbahaya tersebut yang ditimbulkan baik secara langsung atau tidak langsung sejak
konstruksi atau operasional Proyek.

20.3 Prosedur Ganti Rugi


(a) Mengenai Klaim
Jika suatu Pihak menyadari adanya suatu peristiwa atau keadaan yang menimbulkan
atau dapat menimbulkan suatu Klaim dimana PJPK berhak untuk menerima
penggantian kerugian berdasarkan Pasal 20 ini, maka Pihak tersebut harus segera
memberitahukannya kepada Pihak lainnya mengenai peristiwa atau keadaan
tersebut. Namun, kegagalan untuk menyampaikan pemberitahuan pada waktunya
tidak menghapus atau mengurangi kewajiban Penerima Kerjasama untuk memberi
ganti rugi kepada PJPK.

(b) Pembelaan terhadap Klaim


(i) PJPK memiliki hak, namun bukan kewajiban, untuk menguji, membela dan
memperkarakan (dan untuk mendapatkan penasehat hukum atas pilihannya
sehubungan dengan perkara tersebut) setiap Klaim, tindakan, gugatan atau
proses hukum oleh pihak ketiga yang dituduh atau yang diajukan terhadap PJPK;
dengan ketentuan bahwa Penerima Kerjasama berhak, atas pilihannya sendiri,
untuk mengambil alih dan mengendalikan pembelaan atas klaim, tindakan,
gugatan atau proses hukum atas pengeluarannya dan melalui penasehat hukum
yang dipilihnya jika Penerima Kerjasama (A) memberikan pemberitahuan
mengenai maksudnya untuk melakukan hal tersebut kepada PJPK, (B) mengakui
secara tertulis kewajibannya untuk mengganti rugi PJPK sepanjang diatur
berdasarkan Pasal ini, dan (C) mengganti pengeluaran PJPK untuk biaya dan
pengeluaran yang wajar yang sebelumnya ditimbulkan olehnya sebelum
penyampaian pembelaan oleh Penerima Kerjasama.

(ii) PJPK tidak akan menyelesaikan atau mengkompromikan setiap Klaim, gugatan
atau proses hukum dimana PJPK berhak untuk diganti kerugiannya oleh
Penerima Kerjasama tanpa persetujuan tertulis sebelumnya dari Penerima
Kerjasama.

(c) Pembayaran Klaim


Seluruh pembayaran ganti rugi berdasarkan Pasal 20 ini harus dibayarkan kepada
PJPK dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah Penerima Kerjasama menerima
pemberitahuan dari PJPK untuk melunasi Klaim tersebut.

60
PASAL 21
BATASAN TANGGUNG JAWAB

21.1 Kerugian Tidak Langsung


Kecuali diatur secara tegas dalam Pasal 23 Perjanjian ini, tidak ada Pihak yang harus
bertanggung jawab atas:
(a) setiap ganti rugi immaterial;
(b) kerugian, biaya atau pengeluaran tidak langsung; atau
(c) hilangnya keuntungan yang nyata atau yang diharapkan, hilangnya kesempatan
(termasuk kesempatan untuk melakukan kerjasama dengan pihak-pihak ketiga);
(d) hilangnya kegunaan atau hasil.

21.2 Denda
(a) Batasan Tanggung Jawab Untuk Denda
(i) Total tanggung jawab yang dapat dikeluarkan oleh Penerima Kerjasama jika
PJPK mengakhiri Perjanjian ini karena tidak tercapainya Tanggal Efektif
sebagaimana diatur dalam Pasal 2.4(b)(i) dibatasi hingga jumlah sebesar nilai
Jaminan Pelaksanaan Tahap I.
(ii) Total tanggung jawab yang dapat dikeluarkan oleh Penerima Kerjasama untuk
denda keterlambatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6.9 Perjanjian ini
adalah sebesar Jaminan Pelaksanaan Tahap II ditambah 5% (lima persen) dari
Jaminan Pelaksanaan Tahap II.

(b) Kewajaran Jumlah Denda


Para Pihak setuju dan menerima bahwa:
(i) Kerugian pada PJPK sejak terjadinya peristiwa sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 7.9 Perjanjian ini adalah tidak dapat dipastikan dan sulit untuk
diperkirakan atau ditetapkan secara akurat.
(ii) Denda yang harus dibayar oleh Penerima Kerjasama menurut Pasal 7.9
Perjanjian ini terkait dengan jumlah kompensasi yang disetujui bersama
oleh Para Pihak.
(iii) Denda yang diatur dalam Perjanjian ini mencerminkan perkiraan wajar dari
Para Pihak atas besarnya kompensasi yang layak yang harus dibayar sebagai
akibat kerugian yang diperkirakan yang timbul dari terjadinya peristiwa-
peristiwa yang ditetapkan dalam Pasal 7.9 Perjanjian ini.

BAB VIII
PERISTIWA CIDERA JANJI, PENGAKHIRAN, DAN PENGALIHAN

PASAL 22
PERISTIWA CIDERA JANJI

22.1 Peristiwa-Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama


Terjadinya salah satu dari peristiwa-peristiwa di bawah ini merupakan Peristiwa Cidera
Janji Penerima Kerjasama:
(a) Tanggal Dimulainya Konstruksi tidak terjadi dalam waktu 60 (enam puluh) Hari
setelah Tanggal Wajib Dimulainya Konstruksi sebagaimana dapat diperpanjang
sesuai ketentuan Pasal 7.5(b);

61
(b) Tanggal Operasi Komersial tidak terjadi dalam waktu 160 (seratus enam puluh) Hari
setelah Tanggal Wajib Operasi Komersial sebagaimana dapat diperpanjang sesuai
ketentuan Pasal 7.5(b);
(c) setelah dimulainya konstruksi Fasilitas terjadi penghentian atau pengabaian
pekerjaan konstruksi Fasilitas oleh Penerima Kerjasama atau Kontraktor EPC lebih
dari 7 (tujuh) Hari berturut-turut tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada
PJPK;
(d) kegagalan Penerima Kerjasama untuk mengoperasikan Proyek atau memberikan
Layanan sesuai dengan Perjanjian ini setelah Tanggal Operasional Komersial selama
lebih dari 7 (tujuh) Hari terus menerus dalam 1 (satu) Tahun Kontrak tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PJPK;
(e) Penerima Kerjasama selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau selama 6 (enam)
bulan tanpa berturut-turut selama 1 (satu) tahun gagal memenuhi Indikator Kinerja
Utama;
(f) Penerima Kerjasama telah cidera janji dalam pembayaran (yang tidak
diperselisihkan) berdasarkan Perjanjian ini ketika jatuh tempo dan harus dibayarkan
dan tidak dapat dipulihkan dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah pemberitahuan
dari PJPK kepada Penerima Kerjasama yang menyatakan bahwa cidera janji dalam
hal pembayaran telah terjadi dan meminta pemulihan daripadanya;
(g) terjadinya Peristiwa Kepailitan;
(h) suatu pernyataan atau jaminan yang diberikan Penerima Kerjasama berdasarkan
Pasal 14.1 ternyata tidak benar secara material dan diperkirakan akan secara
material mempengaruhi kemampuannya untuk melaksanakan kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini;
(i) Penerima Kerjasama melanggar janji-janji yang diberikannya berdasarkan Pasal 15;
(j) Penerima Kerjasama mengalihkan atau memindahkan hak-hak atau kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini, kecuali hak dan kewajiban yang boleh dialihkan dan
dipindahkan menurut Pasal 24.1(b);
(k) terjadi pengalihan saham atau kepentingan lain dalam Penerima Kerjasama yang
tidak memenuhi ketentuan Pasal 24.2(b);
(l) pelanggaran oleh Penerima Kerjasama atas setiap kewajibannya yang penting
berdasarkan Perjanjian ini (selain dari pelanggaran yang dirujuk di dalam Pasal
22.1(a) sampai 22.1 (k)) yang belum dipulihkan dalam waktu 45 (empat puluh lima)
Hari setelah pemberitahuan dari PJPK kepada Penerima Kerjasama yang
menyatakan bahwa pelanggaran tersebut telah terjadi dengan mengidentifikasi
pelanggaran yang dimaksud secara rinci yang sewajarnya dan meminta pemulihan
daripadanya.

22.2 Peristiwa-Peristiwa Cidera Janji PJPK


Terjadinya salah satu dari peristiwa-peristiwa di bawah ini merupakan Peristiwa Cidera
Janji PJPK:
(a) jumlah pembayaran yang telah jatuh tempo dan harus dibayar kepada Penerima
Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini melebihi Rp 10.000.000.000 dan jumlah
tersebut tidak dipersengketakan;
(b) suatu pernyataan atau jaminan yang diberikan oleh PJPK berdasarkan Pasal 14.2
ternyata tidak benar secara material dan diperkirakan akan secara material
mempengaruhi kemampuannya untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan
Perjanjian ini;

22.3 Pembebasan dari Peristiwa Cidera Janji


Peristiwa yang disebutkan dalam Pasal 22.1 atau 22.2 dianggap bukan merupakan
Peristiwa Cidera Janji apabila hal tersebut timbul dari:

62
(a) Peristiwa Keadaan Kahar;
(b) Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah;
(c) Peristiwa Perubahan Hukum; atau
(d) pelanggaran oleh Pihak lainnya atas kewajibannya dalam Perjanjian ini;

PASAL 23
PENGAKHIRAN PERJANJIAN

23.1 Pengakhiran Karena Peristiwa Cidera Janji


(a) Prosedur Pemberitahuan Peristiwa Cidera Janji PJPK
Apabila terjadi Peristiwa Cidera Janji PJPK, maka:
(i) Penerima Kerjasama dapat memberikan suatu pemberitahuan cidera janji
(“Pemberitahuan Cidera Janji”) kepada PJPK dengan menyebutkan:
A. Peristiwa Cidera Janji yang terjadi; dan
B. tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki Peristiwa Cidera
Janji, apabila masih dimungkinkan;

(ii) PJPK memiliki waktu 90 (sembilan puluh) Hari sejak menerima Pemberitahuan
Cidera Janji dari Penerima Kerjasama untuk memperbaiki atau memulihkan
cidera janji.

(iii) Jika PJPK memerlukan waktu lebih dari 90 (sembilan puluh) Hari untuk
memperbaiki atau memulihkan cidera janji, maka PJPK harus menyerahkan
kepada Penerima Kerjasama suatu rencana perbaikan dalam waktu 10
(sepuluh) Hari sejak penerimaan Pemberitahuan Cidera Janji (atau suatu
waktu yang lebih lama sebagaimana dapat disetujui oleh Penerima
Kerjasama) dengan merinci upaya pemulihan yang akan dilakukan oleh PJPK
dan rincian program pemulihan Peristiwa Cidera Janji yang mengakibatkan
diterbitkannya Pemberitahuan Cidera Janji.

(iv) Rencana perbaikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 23.1 (a) (iii) harus
disetujui secara tertulis oleh Penerima Kerjasama, persetujuan mana tidak
boleh ditahan tanpa alasan yang wajar.

(v) Dalam hal bahwa:


A. PJPK gagal untuk memulihkan Peristiwa Cidera Janji dalam periode 90
(sembilan puluh) Hari sejak menerima Pemberitahuan Cidera Janji
sebagaimana dimaksud pada Pasal 23.1 (a) (ii); atau
B. Dalam hal Pasal 23.1(a)(iii) berlaku, PJPK gagal untuk menyampaikan
rencana perbaikan kepada Penerima Kerjasama dalam waktu yang
ditetapkan dalam Pasal 23.1(a) (iii) atau gagal untuk memulihkan
Peristiwa Cidera Janji dalam periode sebagaimana disetujui dalam
rencana perbaikan sesuai dengan Pasal 23.1(a)(iv);
maka, Penerima Kerjasama dapat memberikan pemberitahuan pengakhiran
(“Pemberitahuan Pengakhiran”) kepada PJPK dengan menyebutkan secara
rinci Perisitiwa Cidera Janji yang mengakibatkan diterbitkannya
Pemberitahuan Pengakhiran dan tanggal dimana Penerima Kerjasama
bermaksud untuk mengakhiri Perjanjian ini, tanggal mana tidak akan kurang
dari 45 (empat puluh lima) Hari sejak tanggal pemberitahuan tersebut.

(vi) Selama periode 45 (empat puluh lima) Hari (atau suatu waktu yang lebih lama
yang ditetapkan di dalam Pemberitahuan Pengakhiran atau sebagaimana

63
disepakati oleh Para Pihak) setelah pemberian Pemberitahuan Pengakhiran,
Para Pihak akan berdiskusi untuk menentukan langkah-langkah apa yang
harus diambil untuk mengurangi atau memperbaiki dampak dari Peristiwa
Cidera Janji dengan mempertimbangkan seluruh keadaan yang ada;

(vii) Apabila PJPK bermaksud untuk mengajukan Sengketa terkait dengan hak
untuk memberlakukan Pemberitahuan Pengakhiran (“Sengketa
Pemberitahuan Pengakhiran”) dan untuk merujuk Sengketa Pemberitahuan
Pengakhiran kepada arbitrase sesuai dengan mekanisme yang ditentukan
dalam Pasal 27.3 atau kepada Ahli sesuai dengan ketentuan Pasal 27.2, PJPK
harus dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari sejak menerima
Pemberitahuan Pengakhiran memberitahukan Penerima Kerjasama dan
segera setelahnya merujuk Sengketa Pemberitahuan Pengakhiran kepada
arbitrase sesuai dengan Pasal 27.3 atau kepada Ahli sesuai dengan Pasal 27.2;
dan

(viii) Dalam keadaan dimana PJPK telah merujuk Sengketa Pemberitahuan


Pengakhiran untuk diselesaikan sesuai dengan Pasal 23.1(a)(vii), jika Sengketa
Pemberitahuan Pengakhiran telah ditetapkan dan memenangkan Penerima
Kerjasama, maka Penerima Kerjasama dapat mengakhiri Perjanjian ini dengan
memberikan pemberitahuan tertulis lebih lanjut kepada PJPK, dimana dengan
pemberitahuan tersebut Perjanjian ini akan berakhir pada tanggal yang
ditetapkan dalam pemberitahuan pengakhiran (tanggal mana tidak akan
kurang dari 30 (tiga puluh) Hari setelah tanggal pemberitahuan) atau suatu
tanggal yang lebih lama sebagaimana dapat disepakati oleh Para Pihak, dan
Pasal 23.7 akan berlaku.

(b) Prosedur Pemberitahuan Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama


Apabila terjadi Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama, maka:
(i) PJPK dapat memberikan suatu pemberitahuan cidera janji (“Pemberitahuan
Cidera Janji”) kepada Penerima Kerjasama dengan menyebutkan:
A. Peristiwa Cidera Janji yang terjadi; dan
B. tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki Peristiwa Cidera Janji,
apabila masih dimungkinkan;

(ii) PJPK akan mengirimkan kepada Kementerian Keuangan dan Para Kreditur
Proyek melalui Agen salinan dari Pemberitahuan Cidera Janji yang diberikan
kepada Penerima Kerjasama sesuai dengan Pasal 23.1(b)(i).

(iii) Penerima Kerjasama memiliki waktu 90 (Sembilan puluh) Hari sejak menerima
Pemberitahuan Cidera Janji dari PJPK untuk memperbaiki atau memulihkan
cidera janji.

(iv) Jika Penerima Kerjasama memerlukan waktu lebih dari 90 (Sembilan puluh)
Hari untuk memperbaiki atau memulihkan cidera janji, maka Penerima
Kerjasama harus menyerahkan kepada PJPK suatu rencana perbaikan dalam
waktu 10 (sepuluh) Hari sejak penerimaan Pemberitahuan Cidera Janji (atau
suatu waktu yang lebih lama sebagaimana dapat disetujui oleh PJPK) dengan
merinci upaya pemulihan yang akan dilakukan oleh Penerima Kerjasama dan
rincian program pemulihan Peristiwa Cidera Janji yang mengakibatkan
diterbitkannya Pemberitahuan Cidera Janji.

64
(v) Rencana perbaikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 23.1 (b) (iv) harus
disetujui secara tertulis oleh PJPK, persetujuan mana tidak boleh ditahan
tanpa alasan yang wajar.

(vi) Dalam hal:


A. Penerima Kerjasama gagal untuk memulihkan Peristiwa Cidera Janji
dalam periode 90 (Sembilan puluh) Hari sejak menerima Pemberitahuan
Cidera Janji sebagaimana dimaksud pada Pasal 23.1 (a) (iii); atau
B. Dalam hal Pasal 23.1(b)(iv) berlaku, Penerima Kerjasama gagal untuk
menyampaikan rencana perbaikan kepada PJPK dalam waktu yang
ditetapkan berdasarkan Pasal 23.1(b) (iv) atau gagal untuk memulihkan
Peristiwa Cidera Janji dalam periode sebagaimana disetujui dalam
rencana perbaikan sesuai dengan Pasal 23.1(b) (v);

(A atau B selanjutnya disebut “Periode Pemulihan Awal”)


maka, PJPK akan memberikan waktu kepada Para Kreditur Proyek (“Periode
Evaluasi”), dimana dalam periode waktu tersebut Para Kreditur Proyek dapat
mengevaluasi Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama, kondisi dari
Fasilitas, dan hal-hal lainnya yang terkait dengan tindakan yang akan
dilakukan oleh Para Kreditur Proyek mengenai Peristiwa Cidera Janji Penerima
Kerjasama.

(vii) Periode Evaluasi akan berakhir pada peristiwa berikut (mana yang terjadi
lebih dahulu):
(A) Penyerahan pemberitahuan dari Para Kreditur Proyek kepada PJPK
bahwa Para Kreditur Proyek telah memilih untuk mengupayakan
pemulihan Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama atau
mengusahakan pemulihannya berdasarkan Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan (“Pemberitahuan Pemulihan”); dan
(B) 30 (tiga puluh) Hari setelah berakhirnya Periode Pemulihan Awal.

(viii) Setelah penyerahan Pemberitahuan Pemulihan, Para Kreditur Proyek akan


diberikan tambahan 180 (seratus delapan puluh) Hari untuk memulihkan
Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama (“Periode Pemulihan Para Kreditur
Proyek”).

(ix) Selama Periode Pemulihan Para Kreditur Proyek, hak PJPK untuk mengakhiri
Perjanjian ini akan ditunda selama Para Kreditur Proyek secara cermat:
(A) mencoba untuk mengupayakan (selain dari Penerima Kerjasama kecuali
Penerima Kerjasama bertindak berdasarkan diskresi dari Para Kreditur
Proyek) pemulihan cidera janji tersebut; atau
(B) mengusahakan pelaksanaan hak dan upaya pemulihan yang mereka
miliki berdasarkan Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan terhadap
Penerima Kerjasama.

(x) Dalam hal:


(A) berakhirnya Periode Evaluasi; atau
(B) jika Para Kreditur Proyek memenuhi ketentuan Pasal 23.1 (b) (vii) (A),
Para Kreditur Proyek gagal untuk memulihkan Peristiwa Cidera Janji
Penerima Kerjasama pada atau sebelum berakhirnya Periode
Pemulihan Para Kreditur Proyek;

65
maka PJPK dapat memberikan pemberitahuan pengakhiran (“Pemberitahuan
Pengakhiran”) kepada Penerima Kerjasama dengan menyebutkan secara rinci
Perisitiwa Cidera Janji yang mengakibatkan diterbitkannya Pemberitahuan
Pengakhiran dan tanggal dimana PJPK bermaksud untuk mengakhiri
Perjanjian ini, tanggal mana tidak akan kurang dari 45 (empat puluh lima) Hari
sejak tanggal pemberitahuan tersebut.

(xi) Selama periode 45 (empat puluh lima) Hari (atau suatu waktu yang lebih lama
yang ditetapkan di dalam Pemberitahuan Pengakhiran atau sebagaimana
disepakati oleh Para Pihak), setelah pemberian Pemberitahuan Pengakhiran,
Para Pihak akan berdiskusi untuk menentukan langkah-langkah apa yang
harus diambil untuk mengurangi atau memperbaiki dampak dari Peristiwa
Cidera Janji dengan mempertimbangkan seluruh keadaan yang ada;

(xii) Apabila Penerima Kerjasama bermaksud untuk mengajukan Sengketa terkait


dengan hak untuk memberlakukan Pemberitahuan Pengakhiran (“Sengketa
Pemberitahuan Pengakhiran”) dan untuk merujuk Sengketa Pemberitahuan
Pengakhiran kepada arbitrase sesuai dengan Pasal 27.3 atau kepada Ahli
sesuai dengan Pasal 27.2, Penerima Kerjasama harus dalam jangka waktu 15
(lima belas) Hari sejak menerima Pemberitahuan Pengakhiran
memberitahukan PJPK dan segera setelahnya merujuk Sengketa
Pemberitahuan Pengakhiran kepada arbitrase sesuai dengan Pasal 27.3 atau
kepada Ahli sesuai dengan Pasal 27.2;

(xiii) Dalam keadaan dimana Penerima Kerjasama telah merujuk Sengketa


Pemberitahuan Pengakhiran untuk diselesaikan sesuai dengan Pasal
23.1(b)(xiii), jika Sengketa Pemberitahuan Pengakhiran telah ditetapkan dan
memenangkan PJPK, maka PJPK dapat mengakhiri Perjanjian ini dengan
memberikan pemberitahuan tertulis lebih lanjut kepada Penerima Kerjasama,
dimana dengan pemberitahuan tersebut Perjanjian ini akan berakhir pada
tanggal yang ditetapkan dalam pemberitahuan pengakhiran (tanggal mana
tidak akan lebih awal dari 30 (tiga puluh) Hari setelah tanggal pemberitahuan)
atau suatu tanggal yang lebih lama sebagaimana dapat disepakati oleh Para
Pihak, dan Pasal 23.7 akan berlaku.

23.2 Pemberitahuan kepada Para Kreditur Proyek


(a) Tidak ada Pengakhiran Tanpa Pemberitahuan kepada Para Kreditur Proyek
Sejak dan setelah terjadinya Perolehan Pembiayaan, PJPK tidak akan mengakhiri
Perjanjian ini tanpa terlebih dahulu memberikan kepada Para Kreditur Proyek
salinan Pemberitahuan Cidera Janji yang diberikan kepada Penerima Kerjasama
berdasarkan Pasal 23.1 (b) (ii). Pemberitahuan Cidera Janji tersebut akan disertai
dengan surat permintaan kepada Para Kreditur Proyek untuk memulihkan cidera
janji tersebut dalam Periode Pemulihan Awal sebagaimana ditetapkan dalam Pasal
23.1 (b) (vi).

(b) Penunjukan Agen dan Prosedur Pemberitahuan


(i) Para Kreditur Proyek wajib memberitahukan secara tertulis kepada PJPK
agen dari Para Kreditur Proyek (“Agen”) dan setiap pemberitahuan yang
disyaratkan untuk dikirimkan kepada Para Kreditur Proyek berdasarkan
Perjanjian ini akan dikirimkan melalui Agen tersebut.
(ii) Setiap pemberitahuan harus dibuat secara tertulis dan akan dianggap telah
dikirimkan:

66
A. setelah dikirimkan dan diberikan tanda terima tertulis, jika
disampaikan secara langsung kepada Agen;
B. pada Hari Kerja berikutnya setelah dikeluarkannya konfirmasi bahwa
pengiriman telah berhasil, jika dikirimkan melalui faksimili ke nomor
yang disebutkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan pada Pasal
23.2 (b) (iii); atau
C. setelah pengiriman jika dikirimkan melalui pos tercatat, kilat atau
utama, semuanya diberi tanda untuk pengiriman segera dengan biaya
yang telah dibayar dimuka dan dialamatkan kepada Agen pada alamat
yang disebutkan di dalam Perolehan Pembiayaan (atau alamat lainnya
sebagaimana dapat ditentukan oleh Para Kreditur Proyek melalui
pemberitahuan tertulis yang dikirimkan sesuai dengan ketentuan
Perjanjian ini).

(iii) Alamat dan nomor faksimili untuk Agen akan disampaikan kepada PJPK oleh
Penerima Kerjasama pada Perolehan Pembiayaan dan setelahnya dapat
diubah oleh Para Kreditur Proyek atau Agen dengan pemberitahuan
setelahnya kepada PJPK pada alamat atau nomor faksimili PJPK sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 28.1 (atau pada alamat atau nomor faksimili lainnya
yang disampaikan setelahnya kepada Para Kreditur Proyek atau Agen sesuai
dengan Pasal 23.2 ini).

(c) Pengakhiran Tidak Sah Tanpa Pemberitahuan kepada Para Kreditur Proyek
(i) Sejak dan setelah Perolehan Pembiayaan, tidak ada pembatalan atau
pengakhiran Perjanjian ini oleh PJPK yang sah dan mengikat Para Kreditur
Proyek tanpa pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 23.2 (a) dan
berakhirnya:
A. Periode Pemulihan Awal;
B. Periode Evaluasi sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 23.1 (b) (vi) ini;
dan
C. Apabila berlaku, Periode Pemulihan Para Kreditur Proyek, yang
ditetapkan dalam Pasal 23.1 (b) (vii), sebagaimana periode tersebut
dapat diperpanjang.
(ii) Para Kreditur Proyek dapat melakukan, namun tidak diwajibkan untuk
melakukan, setiap pembayaran atau melakukan atau mengupayakan
pelaksanaan setiap tindakan yang diwajibkan untuk dibuat atau dilakukan
oleh Penerima Kerjasama, dengan keberlakuan yang sama sebagaimana
apabila dibuat atau dilakukan oleh Penerima Kerjasama.

(d) Kegagalan dari Para Kreditur Proyek untuk Memulihkan Cidera Janji
Apabila Para Kreditur Proyek gagal untuk memulihkan cidera janji atau tidak
mampu atau tidak mau untuk memulihkan Peristiwa Cidera Janji Penerima
Kerjasama yang diwajibkan untuk dipulihkan sebelum berakhirnya periode yang
disebutkan dalam Pasal 23.2 (c), PJPK memiliki hak dan upaya pemulihan
sehubungan dengan cidera janji yang disebutkan di dalam Perjanjian ini; dengan
ketentuan bahwa:
(i) setelah berakhirnya Periode Pemulihan Awal, Para Kreditur Proyek memiliki
periode selanjutnya (“Periode Evaluasi”), dimana dalam periode tersebut Para
Kreditur Proyek dapat mengevaluasi Peristiwa Cidera Janji Penerima
Kerjasama, kondisi dari Fasilitas, dan hal-hal lainnya yang terkait dengan
tindakan yang akan dilakukan oleh Para Kreditur Proyek mengenai Peristiwa
Cidera Janji Penerima Kerjasama; dan

67
(ii) Periode Evaluasi akan berakhir pada peristiwa berikut (mana yang terjadi lebih
dahulu):
A. Penyerahan pemberitahuan dari Para Kreditur Proyek kepada Penerima
Kerjasama bahwa Para Kreditur Proyek telah memilih untuk
mengupayakan pemulihan Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama atau
mengusahakan pemulihannya berdasarkan Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan (“Pemberitahuan Pemilihan”); dan
B. 30 (tiga puluh) Hari setelah berakhirnya Periode Pemulihan Awal.

(e) Penyerahan Pemberitahuan Pemilihan


(i) Setelah penyerahan Pemberitahuan Pemilihan, Para Kreditur Proyek akan
diberikan tambahan 180 (seratus delapan puluh) Hari untuk memulihkan
Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama (“Periode Pemulihan Para Kreditur
Proyek”).

(ii) Selama Periode Pemulihan Para Kreditur Proyek, hak PJPK untuk mengakhiri
Perjanjian ini akan ditunda selama Para Kreditur Proyek secara cermat:
A. mencoba untuk mengupayakan pemulihan cidera janji tersebut; atau
B. mengusahakan pelaksanaan hak dan upaya pemulihan yang mereka miliki
berdasarkan Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan terhadap Penerima
Kerjasama.

(f) Berakhirnya Periode Pemulihan


Dalam hal Para Kreditur Proyek gagal untuk memulihkan Peristiwa Cidera Janji
Penerima Kerjasama pada atau sebelum berakhirnya Periode Pemulihan Para
Kreditur Proyek, PJPK dapat melaksanakan hak dan upaya pemulihan yang
dimilikinya sehubungan dengan cidera janji yang ditetapkan dalam Perjanjian ini,
dan pengakhiran tersebut akan berlaku pada saat penyerahan pemberitahuan
pengakhiran kepada Para Kreditur Proyek atau Agen.

23.3 Pengakhiran karena Peristiwa Keadaan Kahar


(a) Pengakhiran
(i) Salah satu Pihak dapat mengakhiri Perjanjian ini apabila terjadi Peristiwa
Keadaan Kahar yang menghalangi baik PJPK maupun Penerima Kerjasama untuk
melaksanakan kewajiban materialnya berdasarkan Perjanjian ini untuk suatu
periode selama 365 (tiga ratus enam puluh lima) Hari berturut-turut dengan
ketentuan bahwa Penerima Kerjasama tidak dapat mengakhiri Perjanjian ini
sesuai dengan Pasal 23.3 (a) ini apabila PJPK tetap melakukan pembayaran
sebagaimana diatur dalam Pasal 16. 3 (c).
(ii) Salah satu Pihak dapat mengakhiri Perjanjian ini karena Peristiwa Keadaan
Kahar sebagaimana dimaksud pada Pasal 16.4, 16.5 (h) atau 16.5 (i).

(b) Prosedur Pengakhiran karena Keadaan Kahar


(i) Salah satu Pihak dapat menyampaikan pemberitahuan kepada Pihak lainnya
dengan menjelaskan alasan dan tanggal pengakhiran yang dimaksudkan.
Tanggal tersebut paling cepat 90 (sembilan puluh) Hari sejak tanggal
pemberitahuan tersebut diterima oleh Pihak lainnya tersebut.
(ii) Pada tanggal tersebut, Perjanjian ini akan berakhir tanpa diperlukan adanya
tindakan lebih lanjut pada Pihak tersebut, tunduk pada dipenuhinya
ketentuan Pasal 23.7 (c).

68
23.4 Pengakhiran Karena Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah
yang Berkepanjangan
(a) Pengakhiran
Salah satu PIHAK dapat mengakhiri Perjanjian ini apabila terjadi Peristiwa Tindakan
atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah yang menghalangi baik PJPK maupun
Penerima Kerjasama dalam melaksanakan setiap kewajiban materialnya
berdasarkan Perjanjian ini selama jangka waktu 365 (tiga ratus enam puluh lima)
Hari berturut-turut dengan ketentuan bahwa Penerima Kerjasama tidak dapat
mengakhiri Perjanjian ini apabila PJPK tetap melakukan pembayaran sebagaimana
diatur dalam Pasal 17.3 (c).

(b) Prosedur Pengakhiran karena Tindakan atau Tiada Tindakan Pemerintah


(i) Salah satu PIHAK dapat memberikan pemberitahuan kepada Pihak lainnya
yang menyebutkan dasar dan tanggal pengakhiran yang diinginkan. Tanggal
tersebut paling cepat 90 (sembilan puluh) Hari sejak tanggal pemberitahuan
tersebut diterima oleh Pihak lainnya tersebut.
(ii) Pada tanggal tersebut, Perjanjian ini akan berakhir tanpa diperlukan adanya
tindakan lebih lanjut pada Pihak tersebut, tunduk pada dipenuhinya
ketentuan Pasal 23.7 (d).

23.5 Opsi Pembelian yang dimiliki oleh PJPK


(a) Pada setiap saat setelah Tanggal Efektif dan selama Perjanjian ini berlaku, PJPK
dapat melaksanakan opsi untuk membeli seluruh hak, kepemilikan dan kepentingan
Penerima Kerjasama dalam Proyek (kecuali terhadap Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan) dan mengakhiri Perjanjian, dengan sejumlah pembayaran yang
dihitung sesuai dengan Lampiran 13 (Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan
Pengalihan).

(b) Dalam hal tersebut di atas, PJPK harus memberikan pemberitahuan tertulis kepada
Penerima Kerjasama 180 (seratus delapan puluh) Hari sebelum pelaksanaan opsi
tersebut, dan hak, kepemilikan dan kepentingan Penerima Kerjasama dalam Proyek
dan Perjanjian-Perjanjian Proyek (kecuali terhadap Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan) akan dialihkan kepada PJPK sesuai dengan ketentuan Lampiran 13
(Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).

23.6 Pengakhiran Karena Peristiwa Perubahan Hukum


(a) Pengakhiran
Salah satu PIHAK dapat mengakhiri Perjanjian ini apabila terjadi Peristiwa
Perubahan Hukum yang menghalangi baik PJPK maupun Penerima Kerjasama dalam
melaksanakan setiap kewajiban materialnya berdasarkan Perjanjian ini.
(b) Prosedur Pengakhiran karena Peristiwa Perubahan Hukum
(i) Salah satu PIHAK dapat memberikan pemberitahuan kepada Pihak lainnya
yang menyebutkan dasar dan tanggal pengakhiran yang diinginkan. Tanggal
tersebut paling cepat 90 (sembilan puluh) Hari sejak tanggal pemberitahuan
tersebut diterima oleh Pihak lainnya tersebut.
(ii) Pada tanggal tersebut, Perjanjian ini akan berakhir tanpa diperlukan adanya
tindakan lebih lanjut pada Pihak tersebut, tunduk pada dipenuhinya
ketentuan Pasal 23.7 (f).

23.7 Akibat Pengakhiran


(a) Dalam hal setelah Tanggal Efektif terjadi pengakhiran Perjanjian ini sesuai dengan
Pasal 23.1 (b) dikarenakan suatu Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama, maka

69
PJPK memiliki opsi untuk mengambil alih Proyek dengan Pembayaran Pengakhiran
sebagaimana ditentukan sesuai dengan Butir 2.2(b) dari Lampiran 13 (Pembayaran
Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
(b) Dalam setelah Tanggal Efektif terjadi pengakhiran Perjanjian ini sesuai dengan Pasal
23.1 (a) dikarenakan suatu Peristiwa Cidera Janji PJPK, maka PJPK wajib mengambil
alih Proyek dengan Pembayaran Pengakhiran yang ditentukan sesuai dengan Butir
2.1(b) dari Lampiran 13 (Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
(c) Dalam hal pengakhiran Perjanjian ini setelah Tanggal Efektif karena Peristiwa
Keadaan Kahar sesuai dengan Pasal 23.3 maka PJPK memiliki opsi untuk mengambil
alih Proyek dengan Pembayaran Pengakhiran sebagaimana ditentukan sesuai dengan
Butir 2.3 (b) dari Lampiran 13 (Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
(d) Dalam hal pengakhiran Perjanjian ini setelah Tanggal Efektif karena Peristiwa
Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah sesuai dengan Pasal 23.4
maka PJPK wajib untuk mengambil alih Proyek dengan Pembayaran Pengakhiran
sebagaimana ditentukan sesuai dengan Butir 2.1 (b) dari Lampiran 13 (Pembayaran
Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
(e) Dalam hal pengakhiran dan pembelian Proyek sesuai dengan Pasal 23.5, PJPK wajib
untuk melakukan pembayaran kepada Penerima Kerjasama sesuai dengan ketentuan
Butir 2.1 (b) dari Lampiran 13 (Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
(f) Dalam hal pengakhiran Perjanjian ini setelah Tanggal Efektif karena Peristiwa
Perubahan Hukum sesuai dengan Pasal 23.6 maka PJPK wajib untuk mengambil alih
Proyek dengan Pembayaran Pengakhiran sebagaimana ditentukan sesuai dengan
Butir 2.1 (b) dari Lampiran 13 (Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
(g) Apabila Perjanjian ini diakhiri sesuai dengan Pasal 23.1 (b) dikarenakan Peristiwa
Cidera Janji Penerima Kerjasama yang terjadi setelah Tanggal Efektif namun sebelum
Tanggal Operasional Komersial, PJPK berhak atas pembayaran berdasarkan
ketentuan dari Jaminan Pelaksanaan Tahap II, yang disediakan sesuai dengan Pasal
6.1(a) dan disetujui bahwa penarikan tersebut merupakan hal yang wajar dan
merupakan ganti rugi bagi PJPK dalam hal tersebut dan penarikan Jaminan
Pelaksanaan Tahap II tersebut merupakan upaya pemulihan satu-satunya bagi PJPK
setelah pengakhiran Perjanjian ini.
(h) Untuk menghindari keragu-raguan, pengambilalihan Proyek sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23.7 ini meliputi juga lahan lokasi Titik Layanan (Point of Presence).
(i) Penerima Kerjasama wajib, dengan biayanya sendiri, mengambil seluruh langkah
yang diperlukan untuk memastikan bahwa Proyek, termasuk seluruh kontrak,
Persetujuan, petunjuk dan dokumen, dialihkan sepenuhnya pada Tanggal
Pengakhiran.
(j) Ketentuan Pasal 23.7 ini dan Lampiran 13 (Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan
Pengalihan) tetap berlaku meskipun terjadi pengakhiran Perjanjian ini.

23.8 Hak dan Upaya Pemulihan Lainnya


Dalam hal terjadinya pelanggaran oleh salah satu Pihak atas janji atau jaminan
berdasarkan Perjanjian ini, Pihak yang dirugikan oleh cidera janji atau pelanggaran
tersebut dapat, berdasarkan keputusannya sendiri, sebagai tambahan terhadap
pelaksanaan upaya pemulihan lainnya yang diberikan berdasarkan Perjanjian ini,
melakukan proses sesuai dengan Pasal 27 untuk melindungi dan melaksanakan hak yang
dimilikinya untuk mendapatkan pemulihan terhadap kerugian (termasuk semua biaya
dan pengeluaran yang secara wajar dikeluarkan dalam pelaksanaan upaya pemulihan
yang dimilikinya) atau untuk mengupayakan pelaksanaan khusus oleh Pihak lainnnya
atas kewajiban Pihak lainnya tersebut berdasarkan Perjanjian ini.

70
PASAL 24
PENGALIHAN

24.1 Pengalihan
(a) Larangan Pengalihan
Tidak ada satu Pihak pun yang boleh menjual, mengalihkan atau dengan cara
apapun memindahkan hak-hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pihak lainnya, kecuali bahwa Penerima
Kerjasama dapat mengalihkan haknya kepada Para Kreditur Proyek sesuai dengan
Pasal 24.1(b) di bawah.

(b) Pengalihan Yang Diizinkan kepada Para Kreditur Proyek


(i) Tanpa mengesampingkan ketentuan-ketentuan di atas, untuk tujuan
pembiayaan Fasilitas, Penerima Kerjasama dapat mengalihkan atau
memberikan hak jaminan untuk kepentingan dari Para Kreditur Proyek:
A. hak dan kewajiban Penerima Kerjasama berdasarkan atau sesuai
dengan Perjanjian ini;
B. benda bergerak, benda tidak bergerak dan hak atas kekayaan
intelektual dari Penerima Kerjasama; dan
C. pendapatan atau setiap hak atau aset dari Penerima Kerjasama.

(ii) Penerima Kerjasama dilarang untuk menciptakan jaminan atas hak dan
kepentingannya berdasarkan Perjanjian ini atau Proyek tanpa persetujuan
tertulis sebelumnya dari PJPK kecuali sebagaimana yang telah diatur pada
Pasal 24.1 (b) (i) di atas.

(iii) Para Kreditur Proyek tidak memiliki kewajiban kepada PJPK berdasarkan
Perjanjian ini hingga Para Kreditur Proyek, atau pihak yang ditunjuknya,
menggantikan kepentingan Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini
baik melalui pelaksanaan hak atau upaya perbaikan berdasarkan Perjanjian-
perjanjian Pembiayaan atau lainnya.

(iv) Dalam hal Para Kreditur Proyek atau pihak yang ditunjuknya menggantikan
kepentingan Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini maka Para
Kreditur Proyek harus memberikan pemberitahuan tertulis mengenai
penggantian (“Pemberitahuan Penggantian Kedudukan”) kepada PJPK dan
mengambil alih tanggung jawab atas semua kewajiban Penerima Kerjasama
berdasarkan Perjanjian ini.

(v) Kewajiban Penerima Kerjasama sebagaimana dimaksud pada Pasal 24.1(b)(iv)


termasuk namun tidak terbatas pada:
(A) pembayaran atas setiap jumlah yang terhutang dan harus dibayar
kepada PJPK untuk pembayaran cidera janji oleh Penerima Kerjasama;
dan
(B) kerugian atau denda yang ditanggung oleh PJPK berdasarkan Pasal 20
yang timbul selama periode sebelum Para Kreditur Proyek atau pihak
yang ditunjuknya menggantikan kepentingan Penerima Kerjasama
dalam dan berdasarkan Perjanjian ini.

(vi) Kecuali dalam hal terjadi pengambilalihan sebagaimana diatur dalam Pasal
24.1(b)(iii) di atas, Para Kreditur Proyek atau pihak yang ditunjuknya tidak

71
akan bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pemenuhan dari setiap
kewajiban atau tugas dari Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini.

(vii) Atas pemberitahuan dari Para Kreditur Proyek atau Agen kepada PJPK
mengenai terjadinya peristiwa cidera janji berdasarkan Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan dan pengambilalihan oleh Para Kreditur Proyek atas kepentingan
Penerima Kerjasama dalam dan berdasarkan Perjanjian ini, Para Kreditur
Proyek memiliki hak, antara lain, untuk:
(A) mengambil alih Proyek dan, sebelum Tanggal Operasional Komersial,
menyelesaikan konstruksi dari Fasilitas dan pengoperasian Fasilitas dan,
setelah Tanggal Operasional Komersial, mengoperasikan Fasilitas; dan
(B) memulihkan Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama sebagaimana
diatur dalam Pasal 22.1.

(viii) Atas pelaksanaan setiap upaya hukum oleh Para Kreditur Proyek sebagaimana
diatur dalam Perjanjian-perjanjian Pembiayaan, Para Kreditur Proyek dapat
mengalihkan hak dan kepentingan mereka dan hak Penerima Kerjasama
berdasarkan Perjanjian ini kepada Penerima Pengalihan yang disetujui oleh
PJPK sepanjang Penerima Pengalihan tersebut mengambil alih seluruh
kewajiban Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini. Atas pengalihan
tersebut, Para Kreditur Proyek dibebaskan dari seluruh kewajiban
berdasarkan Perjanjian ini yang timbul setelah pengalihan tersebut.

(ix) Penerima Kerjasama mengakui bahwa jaminan pengalihan untuk kepentingan


Para Kreditor Proyek berdasarkan Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan tidak
membebaskan Penerima Kerjasama dari segala kewajibannya kepada PJPK
berdasarkan Perjanjian ini.

24.2 Kepemilikan Penerima Kerjasama


(a) Modal Saham Penerima Kerjasama
Dengan memperhatikan hak-hak Para Kreditur Proyek berdasarkan Perjanjian-
perjanjian Pembiayaan dan kecuali ditentukan lain dalam Pasal 24.2 ini, Penerima
Kerjasama menjamin bahwa:
(i) kepemilikan secara langsung dan tidak langsung atas modal saham Penerima
Kerjasama yang dimiliki oleh masing-masing Pemegang Saham Awal adalah
sebagaimana tertuang dalam Lampiran 14 (Kepemilikan Penerima Kerjasama).

(ii) setiap Pemegang Saham yang disebutkan dalam Lampiran 14 (Kepemilikan


Penerima Kerjasama) adalah pemilik yang sah, terdaftar dan sebagai pemilik
yang berhak menerima manfaat dari saham-saham tersebut.

(iii) seluruh saham tersebut telah dikeluarkan secara sah, diambil bagian,
diterbitkan, didaftarkan dan disetor.

(iv) tidak ada Hak Jaminan, hak opsi, surat utang, hak memesan saham, hak
membeli saham, komitmen, hak konversi, hak menukar, rencana, hak suara
yang dijaminkan, atau kesepakatan-kesepakatan lainnya dalam jenis apapun
yang masih berlaku untuk pembelian, penerbitan, penjualan atau
pengeluaran hak suara atas saham dari Penerima Kerjasama untuk
kepentingan Subyek Hukum manapun yang bukan merupakan Pemegang
Saham, selain dari yang diciptakan berdasarkan Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan.

72
(b) Batasan Pengalihan Saham
(i) Sejak Tanggal Penandatanganan sampai dengan tahun kedua sejak Tanggal
Pengoperasian Komersial, Pemegang Saham Awal dilarang untuk mengalihkan
setiap bagian dari kepemilikan langsung atau tidak langsung atas modal
saham Penerima Kerjasama kepada setiap Subyek Hukum kecuali:
A. Sebagai akibat dari pengalihan yang disebabkan dari pembuatan atau
pelaksanaan hak jaminan atas setiap modal saham Penerima Kerjasama
sesuai dengan Perjanjian-perjanjian Pembiayaan; atau
B. Pengalihan oleh Pemegang Saham Awal kepada Afiliasinya atau kepada
Pemegang Saham Awal lainnya dengan ketentuan:
1) Pemegang Saham Awal secara bersama-sama harus tetap
memiliki secara langsung paling sedikit 51% (lima puluh satu
persen) dari modal saham Penerima Kerjasama;
2) setiap dari Pemegang Saham Awal harus tetap memiliki secara
langsung paling sedikit 5% (lima persen) dari modal saham
Penerima Kerjasama;
3) Sponsor Utama harus tetap memiliki secara langsung paling
sedikit 34% (tiga puluh empat persen) dari modal saham
Penerima Kerjasama.

(ii) Jika satu atau lebih Pemegang Saham Awal hendak mengalihkan setiap bagian
dari kepemilikan langsung atas modal saham Penerima Kerjasama, maka
Penerima Kerjasama harus terlebih dahulu memberikan pemberitahuan
tertulis kepada PJPK mengenai:
A. pengalihan yang diusulkan atas kepentingan langsung dari Pemegang
Saham Awal dalam modal saham Penerima Kerjasama;
B. identitas dan kualifikasi teknis dan keuangan dari pihak penerima
pengalihan yang diusulkan; dan
C. jika berlaku, usulan perubahan atas anggaran dasar atau dokumen
pendirian Penerima Kerjasama.

(iii) Jika ketentuan-ketentuan dalam Pasal 24.2(b)(i)) ini dilanggar, maka PJPK dapat
menolak pengalihan saham dan menuntut pembatalannya tanpa
mempengaruhi hak PJPK untuk mengakhiri Perjanjian ini berdasarkan Pasal
22.1(k) dan Pasal 23.1 (b).

(iv) Penerima Kerjasama akan, sehubungan dengan pengalihan kepemilikan modal


saham Penerima Kerjasama, membuat ketentuan yang sesuai dalam anggaran
dasarnya untuk memastikan kepatuhan atas ketentuan dari Pasal 24.2(b) dan
akan memuat keterangan yang cukup dalam seluruh sertifikat saham yang
membuktikan modal saham Perseroan untuk memberikan informasi kepada
calon pembeli modal saham tersebut mengenai batasan yang diatur dalam
Pasal 24.2(b) dan tidak akan mendaftarkan atau memberlakukan setiap
pengalihan modal saham yang tidak sesuai dengan batasan atau keterangan
tersebut.

(v) Penerima Kerjasama tidak akan melakukan, mengizinkan untuk dilakukannya,


setiap penawaran umum atau pencatatan saham dalam Penerima Kerjasama
atau memiliki, atau mengizinkan untuk memiliki, setiap saham dalam Penerima
Kerjasama yang terdaftar dalam setiap bursa efek tanpa persetujuan tertulis
sebelumnya dari PJPK.

73
(vi) Setiap dan seluruh pengalihan saham dalam Penerima Kerjasama harus
memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PJPK, persetujuan mana
tidak boleh ditahan/ditunda tanpa alasan yang wajar.

PASAL 25
HAK-HAK PENGAMBILALIHAN YANG DIMILIKI PJPK

25.1 Pemberitahuan Perbaikan


(a) Jika setelah Tanggal Operasional Komersial:
(i) terjadi Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama (yang belum diperbaiki
selama periode pemulihan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 23.1 (b)) dan
secara wajar akan atau secara material mempengaruhi kemampuan Penerima
Kerjasama dalam memberikan Layanan sesuai dengan Perjanjian ini;
(ii) terdapat ancaman segera terhadap keamanan atau gangguan yang serius;
(iii) terdapat ancaman segera terhadap Proyek;
(iv) terjadi penghentian total Layanan dalam jangka waktu 24 (dua puluh empat)
jam; atau
(v) dalam rangka menjaga kepentingan umum atau keadaan darurat;
maka PJPK dapat mengirimkan pemberitahuan kepada Penerima Kerjasama (berikut
dengan salinan kepada Para Kreditur Proyek) atau, dalam keadaan darurat,
menelpon wakil Penerima Kerjasama (dan Penerima Kerjasama akan memastikan
agar rincian dari pihak yang relevan untuk dihubungi diberikan kepada PJPK, dan
wakil Penerima Kerjasama atau pihak yang ditunjuk tersebut dapat dihubungi setiap
saat untuk tujuan ini) mensyaratkan Penerima Kerjasama segera mengambil
langkah langkah sebagaimana secara wajar dianggap perlu oleh PJPK untuk
mengatasi persoalan tersebut.

(b) Penerima Kerjasama akan menggunakan seluruh upaya terbaiknya untuk


menghindari kondisi-kondisi sebagaimana tercantum dalam Pasal 25.1(a) di atas.

25.2. Pelaksanaan Hak-Hak Pengambilalihan


(a) Apabila Penerima Kerjasama gagal untuk mengambil langkah-langkah sebagaimana
secara wajar dianggap perlu oleh PJPK berdasarkan pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25.1(a) dalam waktu sebagaimana dianggap pantas oleh PJPK
atau dalam keadaan darurat, apabila wakil dari atau pihak yang ditunjuk Penerima
Kerjasama tidak dapat dihubungi atau gagal untuk menangani keadaan darurat
secara efisien, maka PJPK dapat mengambil langkah-langkah atau menunjuk pihak
lain untuk mengambil langkah atau tindakah lain yang dianggapnya pantas.

(b) Dalam rangka mengambil langkah atau tindakan sebagaimana ditetapkan dalam
Pasal ini, PJPK dengan pemberitahuan tidak kurang dari 5 (lima) Hari Kerja kepada
Penerima Kerjasama (kecuali untuk kondisi sebagaimana diatur dalam Pasal 25.1 (a)
(v) dan (vi) tidak ada kewajiban untuk memberikan pemberitahuan tertulis selain
dari panggilan telepon sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 25.1 (a)), dapat
melakukan satu atau lebih dari hal-hal berikut:
(i) memasuki area Proyek dan, selama diperlukan, mengambil alih seluruh atau
sebagian Proyek;

74
(ii) mengeluarkan Penerima Kerjasama dari area Proyek dan Proyek tanpa
melepaskan Penerima Kerjasama dari segala kewajiban-kewajiban dan
tanggung jawabnya berdasarkan Perjanjian ini; dan/atau
(iii) menangguhkan kewajiban-kewajiban Penerima Kerjasama untuk
melaksanakan seluruh atau sebagian kewajiban-kewajiban Penerima
Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini.

25.3 Hak-Hak Selama Periode Pengambilalihan


(a) Penerima Kerjasama akan bekerjasama penuh dan memberikan segala bantuan
yang wajar terkait dengan, segala tindakan yang dianggap pantas oleh PJPK
berdasarkan Pasal 25 ini dan akan memberikan penggantian biaya kepada PJPK atas
seluruh biaya yang ditanggung oleh PJPK ketika mengambil tindakan tersebut
(termasuk biaya overhead); namun dengan ketentuan bahwa, apabila tindakan
tersebut tidak disebabkan oleh kelalaian Penerima Kerjasama terhadap kewajiban-
kewajibannya dalam Perjanjian ini, Penerima Kerjasama tidak diwajibkan untuk
memberikan penggantian atas biaya tersebut kepada PJPK.

(b) Selama PJPK melaksanakan hak-hak menggantikan:


(i) PJPK tetap memiliki hak untuk mengakhiri Perjanjian atas alasan Peristiwa
Cedera Janji Penerima Kerjasama; dan
(ii) penggunaan dan penguasaan Proyek akan diserahkan kepada PJPK namun
tidak akan ada pengalihan hak kepemilikan atau pengalihan tersirat dari
kewajiban dan tanggung jawab Penerima Kerjasama sebagai pemilik aset-aset
tersebut.

25.4 Kewajiban PJPK Selama Pengambilalihan


Tanggung Jawab PJPK selama Pengambilalihan
(a) Selama periode saat PJPK melaksanakan hak-hak pengambilalihan, PJPK akan
mengoperasikan dan memelihara Fasilitas sesuai dengan Praktek Industri yang Baik.
(b) Penerima Kerjasama mempunyai hak untuk memantau pengoperasian Fasilitas oleh
PJPK sepanjang diperlukan untuk mengetahui apakah PJPK mengoperasikan dan
memelihara Fasilitas sesuai dengan Praktik Kehati-hatian Umum.

25.5 Pembayaran Selama Periode Pengambilalihan


(a) Dalam hal alasan dari pelaksanaan hak pengambilalihan oleh PJPK berdasarkan
Pasal 25 ini bukan disebabkan suatu tindakan atau cidera janji Penerima Kerjasama,
maka PJPK akan terus melakukan Pembayaran Ketersediaan Layanan kepada
Penerima Kerjasama dikurangi biaya penghematan yang didapat oleh Penerima
Kerjasama sebagai akibat pengambilalihan Proyek oleh PJPK sesuai kesepakatan
Para Pihak selama periode pelaksanaan pengambilalihan oleh PJPK.

(b) Dalam hal alasan pelaksanaan hak pengambilalihan PJPK berdasarkan Pasal 25 ini
diakibatkan oleh suatu tindakan atau cidera janji Penerima Kerjasama, PJPK berhak
tidak melakukan Pembayaran Ketersediaan Layanan selama periode pelaksanaan
pengambilalihan oleh PJPK berdasarkan Pasal 25.2 .

25.6 Tanggung Jawab Selama Periode Pengambilalihan


PJPK tidak bertanggung jawab kepada Penerima Kerjasama atas:
(a) setiap kerugian yang terjadi sebelum pelaksanaan hak pengambilalihan oleh PJPK
berdasarkan Pasal 25.2;

75
(b) setiap kerugian yang berasal dari kelalaian Penerima Kerjasama terhadap setiap
kewajiban-kewajibannya dalam Perjanjian ini atau setiap Perjanjian-perjanjian
Proyek; atau
(c) kegagalan dalam memenuhi Indikator Kinerja Utama.

25.7 Akhir dari Periode Pengambilalihan


(a) PJPK akan menghentikan pelaksanaan hak pengambilalihan berdasarkan Pasal 25.2
segera setelah:
(i) Para Kreditur Proyek melaksanakan hak-hak menggantikan kedudukan
mereka berdasarkan Pasal 24.1 (b) (iv);
(ii) tanggal dimana, menurut pendapat wajar dari PJPK, keadaan yang
menimbulkan hak PJPK berdasarkan Pasal 25 ini tidak lagi ada;
(iii) suatu tanggal dimana PJPK menyetujui rencana perbaikan yang diajukan oleh
Penerima Kerjasama yang memuat rencana penyelesaian keadaan-keadaan
sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 25.1(a) yang melatar belakangi
pelaksanaan hak pengambilalihan oleh PJPK;
(iv) suatu tanggal sebagaimana ditentukan oleh PJPK sesuai kebijakannya.
(b) Pada saat penghentian hak pengambilalihan sesuai dengan Pasal 25.7(a), PJPK akan
mengembalikan penguasaan atas Tapak Proyek dan Proyek kepada Penerima
Kerjasama atau Para Kreditur Proyek (sebagaimana yang berlaku).
(c) Penerima Kerjasama atau Para Kreditur Proyek (sebagaimana yang berlaku) harus
segera mengambil kembali penguasaan atas Tapak Proyek dan Proyek dan
melaksanakan kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini.
(d) Pengambilalihan oleh PJPK dan pengembalian penguasaan atas Tapak Proyek dan
Proyek kepada Penerima Kerjasama atau Para Kreditur Proyek dilakukan dengan
suatu berita acara yang ditandatangani oleh PJPK dan Penerima Kerjasama atau
Para Kreditur Proyek (sebagaimana yang berlaku).

PASAL 26
KETENTUAN PENGALIHAN PROYEK

26.1 Persiapan untuk Pengalihan Proyek


3 (tiga) tahun sebelum Tanggal Pengalihan, Penerima Kerjasama akan mengirimkan
kepada PJPK dan Konsultan Pengawas Independen, atau pihak yang ditunjuknya, suatu
rencana yang menguraikan pekerjaan yang diantisipasi, biaya dan aktivitas-aktivitas
terkait dengan perbaikan menyeluruh untuk pemeliharaan final Fasilitas, pelatihan staf
pengganti dan pengalihan Fasilitas.

26.2 Pelatihan Karyawan PJPK


(a) Paling lambat 18 (delapan belas) bulan sebelum Tanggal Pengalihan, Penerima
Kerjasama atas biaya dan tanggungannya sendiri, harus memulai suatu pengembangan
program pelatihan dengan PJPK, yang meliputi persiapan dan penggunaan bahan-
bahan latihan, bagi karyawan PJPK atau pihak lain yang ditunjuk oleh PJPK.

(b) Program pelatihan harus dimulai sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan sebelum
Tanggal Pengalihan dan harus menyediakan pelatihan langsung pada pekerjaan di
Lahan Proyek untuk para karyawan PJPK atau pihak lain yang ditunjuk oleh PJPK dalam
jumlah yang mencukupi berkaitan dengan pengoperasian dan pemeliharaan Proyek.

76
26.3 Inventaris
(a) Tidak kurang dari 6 (enam) bulan sebelum Tanggal Pengalihan, PJPK dan Penerima
Kerjasama akan bertemu dan menyetujui mengenai:
(i) pengaturan-pengaturan pengalihan dan keamanan; dan
(ii) inventaris bagi seluruh perlengkapan tetap, perabotan, dan peralatan,
kendaraan bermotor, suku cadang, persediaan bahan konsumsi dan barang-
barang lain yang secara potensial diperlukan untuk pengoperasian Fasilitas
secara berkesinambungan setelah Tanggal Pengalihan, dan Lahan Tambahan.

(b) Para Pihak juga akan menyetujui mengenai tingkatan-tingkatan inventaris untuk
suku cadang, persediaan bahan konsumsi dan bahan-bahan lainnya yang diperlukan
untuk pengoperasian Fasilitas selama 12 (dua belas) bulan setelah Tanggal
Pengalihan untuk Pelayanan yang mengacu kepada Indikator Kinerja Utama.

(c) Setelah dicapai kesepakatan mengenai inventaris, Penerima Kerjasama akan


mengambil tindakan apapun yang mungkin diperlukan untuk menciptakan dan
mempertahankan tingkat inventaris pada tingkat-tingkat yang telah disepakati.

26.4 Perbaikan Menyeluruh Terakhir atas Fasilitas


(a) Para Pihak secara bersama-sama akan mulai melakukan survei atas setiap bagian
Fasilitas paling lambat 2 (dua) tahun sebelum Tanggal Pengalihan, dan setelah
dilakukan survei atas setiap bagian tersebut, PJPK akan memberitahukan kepada
Penerima Kerjasama mengenai cacat atau kekurangan yang secara material
mempengaruhi pengoperasian normal Fasilitas.

(b) Paling lambat 2 (dua) bulan setelah dilakukan survei atas setiap bagian tersebut,
Penerima Kerjasama akan mempersiapkan dan memberikan kepada PJPK untuk
proses analisa dan kajian serta persetujuan oleh PJPK, suatu jadwal perbaikan yang
mencantumkan:
(i) waktu yang direncanakan untuk jadwal perbaikan menyeluruh atas Fasilitas
yang akan dimulai paling lambat 12 (dua belas) bulan sebelum Tanggal
Pengalihan dan harus diselesaikan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum
Tanggal Pengalihan; dan
(ii) suatu rencana untuk menyelesaikan seluruh masalah yang disampaikan oleh
PJPK kepada Penerima Kerjasama sesuai dengan pasal 26.4 (a) untuk
memastikan bahwa seluruh permasalahan tersebut akan diperbaiki sebelum
Tanggal Pengalihan; dan
(iii) suatu uraian yang terperinci mengenai perkiraan biaya untuk semua
pekerjaan yang diperlukan sehubungan dengan Pasal 26.4 (a) dan 26.4 (b).

(c) Dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah selesainya survei atas setiap bagian, Penerima
Kerjasama akan menyediakan dan mengirimkan kepada PJPK suatu bank garansi
yang:
(i) diterbitkan oleh suatu Bank yang memiliki izin untuk melakukan bisnis di
Indonesia dan disetujui oleh PJPK;
(ii) dibuat dalam bentuk yang disetujui oleh PJPK;
(iii) dalam jumlah yang setara dengan perkiraan biaya untuk pekerjaan-pekerjaan
perbaikan dan perbaikan menyeluruh atas Fasilitas yang dilakukan oleh
Penerima Kerjasama dan disetujui oleh PJPK berdasarkan pasal 26.4 (b); dan
(iv) bank garansi tersebut akan terus berlaku dan berkekuatan penuh hingga
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan setelah Tanggal Pengalihan.

77
(d) Penerima Kerjasama akan memberitahukan PJPK mengenai jadwal perbaikan
menyeluruh, dan akan memberikan akses yang layak kepada karyawan PJPK untuk
mengamati aspek-aspek perbaikan menyeluruh.

(e) Penerima Kerjasama harus memastikan bahwa program pelatihan yang


dikembangkan sesuai dengan Pasal 26.2 akan mencakup dan memperhatikan
keterlibatan/partisipasi karyawan PJPK dalam kegiatan perbaikan menyeluruh
sebagai bagian dari pelatihan langsung pada lokasi pekerjaan.

26.5 Kondisi area Proyek dan Jaminan pada saat Pengalihan


(a) Pada Tanggal Pengalihan, Fasilitas:
(i) harus dalam kondisi yang baik, bersih dan dalam keadaan yang sesuai dengan
Praktek Industri yang Baik;
(ii) harus dapat dioperasikan sepenuhnya sesuai dengan Hukum Yang Berlaku;
dan
(iii) harus dalam kondisi bebas atas hak jaminan dari pihak manapun.

(b) Pada Tanggal Pengalihan, Penerima Kerjasama harus menyerahkan kepada PJPK
suatu ringkasan tertulis mengenai kondisi Fasilitas, termasuk suatu daftar yang
lengkap dari:
(i) setiap dan semua kondisi yang sedang atau dapat mempengaruhi
pengoperasian Fasilitas secara aman atau secara material mengganggu
Layanan dari Fasilitas; dan
(ii) hal-hal lain dimana Fasilitas tidak memenuhi kondisi-kondisi yang
dicantumkan dalam Pasal 26.5 (a);

(c) Penerima Kerjasama harus menjamin bahwa tidak ada kondisi lain yang diketahui
oleh Penerima Kerjasama yang sedang atau dapat mempengaruhi pengoperasian
secara aman Fasilitas atau mempengaruhi secara merugikan dan material kinerja
Fasilitas.

(d) Dalam hal Fasilitas tidak memenuhi kondisi-kondisi yang dicantumkan dalam Pasal
26.5 (a), PJPK berhak untuk memperbaiki kinerja yang kurang tersebut dan
mencairkan bank garansi yang diberikan oleh Penerima Kerjasama sesuai Pasal
26.4(c) di atas untuk mendapat penggantian atas biaya-biaya bagi pekerjaan
perbaikan tersebut. Keseluruhan kewajiban Penerima Kerjasama berkenaan dengan
kegagalan untuk memenuhi kondisi-kondisi yang dicantumkan dalam Pasal 26.5 (a)
akan dibatasi hingga sebesar jumlah bank garansi tersebut.

(e) Dalam hal terjadi Sengketa di antara Para Pihak mengenai pemenuhan persyaratan-
persyaratan dalam Pasal 26.5 (a), sengketa tersebut akan diserahkan kepada Ahli
untuk diselesaikan sesuai dengan Pasal 27.2 Perjanjian ini.

26.6 Penyerahan Kembali


Segera setelah terjadinya Tanggal Pengalihan, Penerima Kerjasama harus mengalihkan
kepada PJPK, dengan nilai sebesar Rp.1000,00 (seribu Rupiah), seluruh hak, kepemilikan
dan kepentingan Penerima Kerjasama atas Proyek bebas dan bersih dari segala Hak
Jaminan, termasuk, tetapi tidak terbatas pada, sepanjang merupakan bagian dari atau
digunakan dalam Proyek, seluruh hak, alas hak dan kepentingan Penerima Kerjasama atas:
(a) seluruh bahan baku, bahan konsumsi dan suku cadang;
(b) seluruh harta benda berwujud;

78
(c) seluruh harta benda tidak berwujud, termasuk hak paten, lisensi paten,
permohonan paten, nama dagang, merek dagang, pendaftaran merek dagang dan
pemohonan pendaftaran merek dagang, rahasia dagang, hak cipta, know-how, dan
hak-hak kekayaan intelektual lainnya;
(d) Lahan Proyek dan seluruh kepentingan Penerima Kerjasama atas perjanjian sewa
berkenaan dengan tanah sepanjang tanah yang merupakan bagian Lahan Proyek
atau Lahan Tambahan diperoleh atas dasar sewa, dan seluruh gedung dan
perlengkapan tetap yang melekat di atasnya;
(e) catatan-catatan, laporan-laporan, data, arsip dan informasi baik yang tersimpan
secara komputerisasi maupun non-komputerisasi;
(f) seluruh gambar, hasil pengujian, dan dokumen-dokumen yang diuraikan dalam
Pasal 7.8 Perjanjian ini;
(g) seluruh garansi atas peralatan, bahan-bahan dan pekerjaaan;
(h) seluruh hak atas kontrak dan polis-polis asuransi;
(i) seluruh pekerjaan yang masih dalam proses berdasarkan kontrak dengan para
vendor, pemasok, Para Kontraktor dan sub-kontraktor;
(j) seluruh hak berkenaan dengan hasil klaim asuransi yang dibayarkan kepada atau
untuk kepentingan Penerima Kerjasama, tetapi belum dibayarkan pada Tanggal
Pengakhiran, sehubungan dengan hak, alas hak dan kepentingan Penerima
Kerjasama atas Proyek; dan
(k) Perjanjian-Perjanjian Proyek (selain dari Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan dan
Perjanjian-Perjanjian Proyek yang secara tegas diminta untuk tidak dialihkan kepada
PJPK).

26.7 Pajak
Dalam hal berakhirnya Perjanjian karena berakhirnya Periode Kerjasama maka pajak atas
pengalihan Proyek yang meliputi pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai (PPN) (jika ada),
akan dibebankan kepada PJPK. Untuk menghindari keragu-raguan, ketentuan Pajak sebagaimana
diatur dalam Pasal 26.7 ini tidak berlaku dalam hal terjadinya pengakhiran lebih awal Perjanjian.

BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA

PASAL 27
PENYELESAIAN SENGKETA

27.1. Penyelesaian secara Musyawarah


(a) Jika timbul Sengketa, Para Pihak harus dengan itikad baik mencoba menyelesaikan
Sengketa tersebut melalui perundingan secara damai di kantor PJPK. Perundingan-
perundingan tersebut harus dimulai dalam waktu 5 (lima) Hari sejak tanggal
dikirimkannya pemberitahuan mengenai Sengketa dan undangan untuk memulai
perundingan oleh satu Pihak kepada Pihak lainnya.
(b) Jika Sengketa tidak dapat diselesaikan dalam waktu 10 (sepuluh) Hari setelah
perundingan pertama, Para Pihak akan meminta agar pihak manajemen senior
mereka (melibatkan sekurangnya pejabat penting dari dua tingkat teratas dari
masing-masing pihak) untuk saling bertemu dan mencoba menyelesaikan Sengketa.

27.2. Rujukan kepada Ahli


(a) Jika Sengketa tidak dapat diselesaikan melalui perundingan dalam waktu 30 (tiga
puluh) Hari setelah perundingan pertama antara Para Pihak, dan baik:

79
(i) Rujukan kepada Ahli secara spesifik disyaratkan berdasarkan Perjanjian ini,
atau
(ii) Para Pihak selanjutnya menyetujui secara tertulis,
isu-isu faktual dan/atau teknis dalam Sengketa (atau bagian daripadanya) (“Isu(-isu)
Faktual”) dapat dirujuk kepada suatu pemeriksaan ahli yang dilakukan sesuai
dengan Aturan Ahli Kamar Dagang Internasional (Rules for Expertise of the
International Chamber of Commerce) sebagaimana dimodifikasi dengan ketentuan
dalam Perjanjian ini (“Pemeriksaan Ahli”).

(b) Ahli tidak bertindak sebagai arbiter.

(c) Dengan mengesampingkan setiap ketentuan di dalam Aturan Ahli Kamar Dagang
Internasional (Rules for Expertise of the International Chamber of Commerce),
apabila Ahli tidak menyerahkan laporan tertulis (“Laporan Ahli”) dalam periode 90
(sembilan puluh) Hari sejak selesainya pemeriksaan atau dalam periode yang lebih
singkat atau lebih lama sebagaimana disepakati secara tertulis oleh Para Pihak,
setiap Pihak dapat, dengan memberikan pemberitahuan kepada Pihak lainnya,
mengakhiri penunjukan Ahli, dan Ahli yang baru akan ditunjuk untuk menyelesaikan
Sengketa sesuai dengan Pasal 27.2 ini.

(d) Apabila Isu (isu) Faktual tidak terselesaikan oleh satu atau lebih Ahli dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah penerimaan surat pengajuan penyelesaian Sengketa oleh
Pusat Ahli Internasional Kamar Dagang Internasional (International Centre of
Expertise of the International Chamber of Commerce), atau pelaksanaan dari Pasal
27.2 ini atau Laporan Ahli berdasarkan Pasal 27.2 ditolak karena alasan apapun,
maka setiap Pihak dapat merujuk Sengketa pada arbitrase sesuai dengan Pasal 27.3.

(e) Laporan Ahli tidak bersifat final dan mengikat kepada Para Pihak.
(f) Laporan Ahli dapat memuat opsi-opsi mengenai penyelesaian Isu (isu) Faktual.
(g) Seluruh biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penunjukan Ahli akan dibagi
secara rata dan dibayar oleh Para Pihak.

27.3. Arbitrase
(a) Penyelesaian secara Arbitrase
Para Pihak dapat mengajukan Sengketa ke arbitrase di Jakarta sesuai dengan
aturan-aturan arbitrase dari Aturan Arbitrase Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI) jika terjadi keadaan-keadaan berikut:
(i) Sengketa tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dalam waktu 30 (tiga
puluh) Hari setelah dimulainya perundingan yang dimaksud dalam Pasal 27.2
(a) dan, jika berdasarkan Perjanjian ini Sengketa harus dirujuk lebih dahulu
kepada penyelesaian oleh Ahli, Para Pihak setuju secara tertulis untuk segera
mengajukan/mengalihkan penyelesaian Sengketa ke arbitrase dan bukan
kepada Ahli; atau
(ii) Para Pihak atau salah satu dari Para Pihak tidak menerima keputusan Ahli.

(b) Proses Hukum Arbitrase


Proses hukum arbitrase akan diselenggarakan dalam bahasa Indonesia. Para Pihak
setuju bahwa para arbiter dapat menerapkan asas-asas keadilan jika mereka
berpendapat bahwa penerapan asas-asas keadilan tersebut dalam permasalahan-
permasalahan utama akan konsisten dengan semangat Perjanjian ini dan kehendak
Para Pihak yang mendasarinya.

80
27.4. Keputusan Ahli dan Arbitrase
Seluruh keputusan atau penetapan dari Ahli dan arbitrase harus dibuat dalam bahasa
Indonesia dengan terjemahan bahasa Inggris dan harus menyebutkan alasan-alasan yang
mendasari keputusan atau penetapan tersebut. Keputusan tersebut bersifat final dan
mengikat atas Para Pihak. Keputusan harus mencantumkan besarnya jumlah-jumlah yang
harus dibayarkan berdasarkan keputusan tersebut, termasuk biaya yang wajar untuk jasa
penasehat hukum dan biaya-biaya yang harus diganti pengeluarannya. Penetapan
pengadilan terkait dengan keputusan arbitrase dapat dikeluarkan oleh pengadilan yang
memiliki yurisdiksi atas hal tersebut, Para Pihak atau harta kekayaan Para Pihak.

27.5. Yurisdiksi
Dengan menandatangani Perjanjian ini, Para Pihak menyetujui dan sepakat atas hal-hal
berikut:
(a) yurisdiksi dari Ahli dan yurisdiksi dari panel arbitrase;
(b) yurisdiksi pengadilan manapun yang memiliki yurisdiksi kompetensi, atas dirinya
dan sehubungan dengan harta kekayaannya, semata-mata untuk tujuan eksekusi
dari suatu keputusan atau penetapan berdasarkan Pasal 27 ini;
(c) penyampaian surat pemanggilan dalam proses penyelesaian Sengketa atau
dokumen-dokumen lain dengan menggunakan metode-metode apapun dan ke
alamat-alamat yang ditentukan untuk penyampaian pemanggilan tersebut dalam
Pasal 27 ini dan cara-cara lain yang sah yang diperbolehkan menurut Hukum yang
Berlaku; dan
(d) pengesampingan pembelaan, berkaitan dengan dirinya dan harta kekayaannya,
berdasarkan alasan imunitas kedaulatan, yurisdiksi, tempat mengadili yang tidak
tepat, atau forum peradilan yang tidak tepat (eksepsi absolut dan eksepsi relatif).

27.6. Pelaksanaan Kewajiban yang Berkesinambungan


Selama proses penyelesaian Sengketa, Para Pihak harus terus melaksanakan kewajiban
mereka berdasarkan Perjanjian ini dengan tanpa mempengaruhi keputusan atau
penetapan final yang akan diberikan oleh Ahli atau panel arbitrase berdasarkan Pasal
27.4.

27.7. Upaya Hukum Eksklusif untuk Penyelesaian Sengketa


(a) Pasal 27 ini mengatur upaya hukum dan prosedur eksklusif yang harus dipatuhi
dalam menyelesaikan Sengketa antara Para Pihak.
(b) Setiap Pihak tidak boleh memulai atau mengajukan suatu gugatan atau proses
hukum berkenaan dengan Sengketa di hadapan peradilan atau forum peradilan lain.

27.8. Imunitas Kedaulatan


PJPK, sepanjang diperbolehkan oleh Hukum yang Berlaku, mengesampingkan segala
Perselisihan yang timbul dari atau sehubungan dengan Perjanjian ini berdasarkan hukum
maupun jurisdiksi manapun, walaupun terdapat Perselisihan (-perselisihan) sehubungan
dengan kedaulatan atau tindakan pemerintah, segala tuntutan yang dimilikinya atau
diperolehnya sehubungan dengan imunitas berdasarkan kedaulatan atau (untuk dirinya
dan properti yang dimilikinya, saat ini atau di kemudian hari) dari:
(i) segala jurisdiksi pengadilan dan upaya tuntutan di pengadilan manapun;
(ii) hak istimewa bersifat prosedural terkait dengan kewajiban untuk mengemukakan
dokumen-dokumen atau informasi;
(iii) segala keringanan, sebelum dan setelah gugatan dimulai, termasuk dan tidak
terbatas pada perintah putusan sela, tindakan tertentu, atau pengembalian
tanah;

81
(iv) perjumpaan hutang, penyitaan atau pelaksanaan eksekusi dari suatu putusan
atau putusan arbitrase terhadap properti, atau tindakan eksekusi kebendaan,
penahanan atau penjualan propertinya terlepas dari kegunaan properti tersebut
atau kegunaan yang dimaksudkan baik komersial ataupun sebaliknya.

BAB X
LAIN-LAIN DAN PENUTUP

PASAL 28
KETENTUAN-KETENTUAN LAINNYA

28.1 Pemberitahuan
(a) Bentuk Pemberitahuan
Seluruh pemberitahuan, permohonan, perjanjian, perubahan, kesepakatan atau
laporan yang dibuat menurut Perjanjian ini harus dalam bentuk tertulis dan dalam
bahasa Indonesia.

(b) Alamat
Seluruh pemberitahuan harus dialamatkan sebagai berikut:
Kepada PJPK :
Alamat: []
Nomor telepon: []
Nomor faksimili: []
Untuk perhatian: []

Kepada Penerima Kerjasama:


Alamat: []
Nomor telepon: []
Nomor faksimili: []
Untuk perhatian: []

(c) Perubahan Alamat


Setiap Pihak dapat mengubah alamatnya atau informasi kontak lainnya yang
disebutkan dalam Pasal 28.1 (b) dengan menyerahkan pemberitahuan mengenai
perubahan tersebut kepada Pihak lainnya. Perubahan berlaku setelah diterimanya
pemberitahuan tersebut sesuai dengan Pasal 28.1 (d).

(d) Penerimaan Pemberitahuan


Suatu pemberitahuan dianggap telah diberikan dan diterima dengan baik oleh suatu
Pihak:
(i) setelah dikirimkan dan diberikan tanda terima tertulis, jika disampaikan
secara langsung;
(ii) pada Hari Kerja berikutnya setelah dikeluarkannya konfirmasi bahwa
pengiriman telah berhasil, jika dikirimkan melalui faksimili; dan
(iii) 2 (dua) Hari Kerja setelah pengiriman jika dikirimkan melalui pos tercatat,
kilat atau utama, semuanya diberi tanda untuk pengiriman segera dengan
biaya yang telah dibayar dimuka.

82
28.2 Kerahasiaan
(a) Informasi Rahasia
Setiap Pihak harus menjaga secara ketat kerahasiaan atas seluruh Informasi Rahasia
yang disampaikan oleh Pihak lainnya.

(b) Pengecualian
Pasal 28.2 (a) tidak berlaku:
(i) Jika Pihak yang menerima Informasi Rahasia diwajibkan untuk
mengungkapkan informasi tersebut oleh proses peradilan, administratif atau
proses hukum lain (termasuk dalam kaitannya untuk mendapatkan
Persetujuan-Persetujuan yang diperlukan menurut Perjanjian ini dari Instansi-
Instansi) atau oleh Hukum yang Berlaku;

(ii) Jika diperlukan informasi tersebut dapat diungkapkan:


A. kepada Para Kreditor Proyek atau kepada Subyek Hukum yang mungkin
akan memberikan pembiayaan bagi Proyek;
B. untuk tujuan penyelesaian Sengketa;
C. kepada calon pembeli saham Penerima Kerjasama dengan ketentuan
bahwa calon pembeli wajib menandatangani perjanjian Kerahasiaan
dalam bentuk yang disepakati Para Pihak;
D. kepada Tim Pengelolaan dan Pemantauan;
E. kepada Tim Pemantauan Bersama; dan/atau
F. Kepada konsultan, penasehat, dan Kontraktor yang tugasnya diperlukan
untuk pengungkapan tersebut;

(iii) Jika dokumen atau informasi tersebut:


A. sebelumnya telah diketahui oleh Pihak yang menerima dokumen atau
informasi;
B. telah diketahui oleh masyarakat umum (baik sebelum atau setelah
pemberian dokumen atau informasi) bukan karena kesalahan atau
kelalaian Pihak yang menerima dokumen atau informasi; atau
C. didapat oleh Pihak yang menerima dari sumber lain yang tidak
diketahui bahwa sumber lain tersebut tunduk atau terikat pada
kewajiban menjaga dokumen atau informasi rahasia serupa.

(c) Pengembalian Informasi Rahasia


Setiap Pihak harus segera mengembalikan Informasi Rahasia kepada Pihak lainnya
setelah ada permintaan khusus dari Pihak lainnya tersebut. Jika suatu Pihak tidak
menerima permintaan untuk mengembalikan Informasi Rahasia, Pihak tersebut
dapat menghancurkan atau menyimpan Informasi Rahasia tersebut.

(d) Kepemilikan atas Informasi Rahasia


Seluruh Informasi Rahasia tetap menjadi milik dari Pihak yang memberikannya,
kecuali sebagaimana diatur dalam Pasal 26.6.

28.3 Keseluruhan Perjanjian


Perjanjian ini, berikut dengan Lampiran-Lampirannya, merupakan suatu kesepakatan yang
utuh antara Para Pihak berkaitan dengan Proyek. Segala korespondensi, dokumen, dan
kesepakatan sebelumnya, baik lisan atau tertulis, antara Para Pihak menyangkut Proyek
digantikan dengan Perjanjian ini.

83
28.4 Perubahan
Perubahan atau modifikasi atas Perjanjian ini hanya berlaku sah dengan adanya suatu
perjanjian tertulis yang tegas yang ditandatangani oleh para perwakilan yang sah dari Para
Pihak dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini. Berita acara rapat
dan dokumen informal lainya, meskipun ditandatangani, bukan merupakan suatu
perjanjian tertulis untuk maksud Pasal 28.4 ini.

28.5 Tidak Ada Kemitraan atau Keagenan


Perjanjian ini tidak menciptakan suatu perhimpunan, usaha patungan atau kemitraan
antara Para Pihak atau membentuk atau mewajibkan didirikannya suatu kemitraan.
Kecuali jika secara tegas diperbolehkan berdasarkan Perjanjian ini, suatu Pihak tidak
berhak untuk menyetujui suatu kewajiban untuk, atau bertindak atas nama, atau
bertindak sebagai agen atau perwakilan, atau dengan cara lain mengikat, Pihak lainnya.

28.6 Hak Pihak Ketiga


Perjanjian ini tidak akan memberikan setiap hak, manfaat atau dasar bertindak apapun
untuk kepentingan setiap Subyek Hukum yang bukan merupakan Pihak dalam Perjanjian
ini, kecuali sebagaimana secara tegas diatur dalam Perjanjian ini.

28.7 Pengesampingan
(a) Kegagalan suatu Pihak untuk menuntut pemenuhan yang tegas atas suatu
ketentuan dalam Perjanjian ini tidak boleh dianggap sebagai pengesampingan hak
untuk menuntut pemenuhan atas ketentuan tersebut atau atas ketentuan-
ketentuan yang lain.
(b) Pengesampingan oleh suatu Pihak atas suatu cidera janji atau pelanggaran terhadap
Perjanjian ini tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu pengesampingan atas ketentuan,
syarat, kondisi, cidera janji atau pelanggaran lainnya dari Perjanjian ini.
(c) Keterlambatan dalam melaksanakan dan pelaksanaan penuh atau sebagian oleh
suatu Pihak atas suatu hak, upaya hukum, atau wewenang berdasarkan Perjanjian
ini tidak mencegah pelaksanaan seutuhnya atau pelaksanaan lebih lanjut dari hak,
upaya hukum atau wewenang tersebut.
(d) Suatu pengesampingan harus diberikan secara tertulis dan ditandatangani oleh
orang yang berwenang dari Pihak yang melakukan pelepasan hak tersebut.

28.8 Jaminan Lebih Lanjut


Para Pihak menyanggupi untuk melakukan, menandatangani, membuat, dan
melaksanakan segala tindakan dan dokumen lain yang secara wajar diperlukan untuk
memberlakukan seutuhnya Perjanjian ini atau untuk mematuhi kewajiban, pernyataan,
jaminan dan janji mereka.

28.9 Keterpisahan
Jika ada suatu Pasal, klausa, bagian, atau ketentuan dari Perjanjian ini yang ternyata tidak
sah atau tidak dapat dilaksanakan, maka ketentuan-ketentuan lain dari Perjanjian ini akan
tetap berlaku sepenuhnya dan mengikat. Ketentuan yang hanya sebagian dinyatakan
tidak sah atau tidak dapat dilaksanakan akan tetap berlaku secara efektif sepanjang
menyangkut hal-hal yang sah atau dapat dilaksanakan. Dalam hal demikian, Para Pihak
akan mengubah Perjanjian ini dan menggantikan Pasal yang tidak sah dengan ketentuan
yang sah semirip mungkin dengan ketentuan atau tujuan semula.
28.10 Hukum yang Mengatur
(a) Perjanjian ini diatur dan ditafsirkan sesuai dengan Hukum yang Berlaku di Indonesia
dan untuk segala tujuan harus dipandang secara konklusif sebagai suatu perjanjian
Indonesia.

84
(b) Para Pihak dengan ini mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 dan 1267 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata terkait dengan Perjanjian ini sepanjang
pengesampingan tersebut diperlukan untuk memudahkan pengakhiran Perjanjian
ini sesuai dengan ketentuannya.
28.11 Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(a) Kecuali diatur lain dalam Perjanjian ini, masing-masing Pihak bertanggung jawab
atas kewajiban pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
(b) Penerima Kerjasama wajib membayar biaya hak penyelenggaraan telekomunikasi,
kontribusi kewajiban pelayanan universal dan penerimaan negara bukan pajak
lainnya (jika ada) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

PASAL 29
PENUTUP

Perjanjian ini ditandatangani di atas materai cukup, pada hari, tanggal, bulan, dan tahun
sebagaimana tersebut di atas dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing 1 (satu) asli untuk PJPK
dan 1 (satu) asli lainnya untuk Penerima Kerjasama dan masing-masing mempunyai kekuatan
hukum yang sama dan kemudian diperbanyak 4 (empat) berkas salinannya.

[Berikut adalah halaman tanda tangan.]

DEMIKIANLAH, Perjanjian ini ditandatangani oleh Para Pihak untuk dipedomani sebagaimana
mestinya.
Penerima Kerjasama Menteri Perhubungan
Republik Indonesia

Nama :
Jabatan:

85
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 (Lahan Proyek)


Lampiran 2 (Spesifikasi Desain dan Teknis)
Lampiran 3 (Interkoneksi dan Lokasi Titik-Titik Pelayanan)
Lampiran 4 (Persetujuan)
Lampiran 5 (Rencana Perolehan Lahan)
Lampiran 6 (Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek)
Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba Sistem)
Lampiran 8 (Bentuk Jaminan)
Lampiran 9 (Prosedur Penghitungan dan Pengukuran)
Lampiran 10 (Bentuk Pendapat Hukum)
Lampiran 11 (Pembayaran Ketersediaan Layanan)
Lampiran 12 (Indikator Kinerja Utama)
Lampiran 13 (Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan)
Lampiran 14 (Kepemilikan Penerima Kerjasama)
Lampiran 15 (Bentuk Tagihan)
Lampiran 16 (Standar dan Prosedur Operasi)
Lampiran 17 (Asuransi)
Lampiran 18 (Daftar Nominasi Konsultan Pengawas Independen)

86
LAMPIRAN G: OUTLINE DOKUMEN PENAWARAN

Outline Dokumen Penawaran yang disampaikan berikut ini merupakan


persyaratan minimal yang harus ada dan harus dilengkapi oleh Peserta Pengadaan
di dalam Dokumen Penawaran.

I. SAMPUL I : DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS


- Dokumen Administrasi:
A. Pakta Integritas
B. Surat Kerahasiaan
C. Surat Penawaran
D. Surat Kuasa
E. Surat Jaminan Penawaran
F. Data Pendukung Tambahan
G. Rancangan Final Perjanjian
H. Perjanjian Konsorsium

- Dokumen Penawaran Teknis:


A. Pendahuluan
B. Rasional
C. Mekanisme dan Rancangan
D. Teknologi yang akan digunakan
E. Rencana Operasi dan Pemeliharaan
F. Rencana Penanganan Dampak Lingkungan dan Sosial
G. Penjelasan lain terkait dengan teknologi yang akan digunakan.
H. Indikator Kinerja
I. Keberlanjutan
J. Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek (Milestones)
K. Rencana Struktur Organisasi dan Kepegawaian
L. Lampiran

II. SAMPUL II : DOKUMEN PENAWARAN FINANSIAL

1. Penawaran Finansial dan Biaya Jasa Pembangunan dan Pengelolaan


Pelabuhan Bau Bau (Tipping Fee) dan Pengembalian Investasi
2. Rencana Pembiayaan Proyek
3. Model Finansial
a. Daftar asumsi yang digunakan dalam penyiapan model keuangan
termasuk asumsi teknis perhitungan listrik yang dapat dihasilkan;
b. Nilai rinci biaya investasi dan biaya operasional yang digunakan.
c. Proyeksi arus kas Proyek;
d. Proyeksi Neraca keuangan Perusahaan Pelaksana Proyek;
e. Proyeksi Laba Rugi Proyek;
f. Proyeksi jadwal pembayaran utang dan bunga
g. Rasio keuangan termasuk DSCR (Debt Service Coverage Ratio) dan
Perhitungan IRR Proyek.

G-1
LAMPIRAN G

INFORMASI MEMORANDUM PROYEK

Catatan Penting
Informasi yang dimuat dalam informasi memorandum Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau ini disediakan untuk membantu pihak-pihak
yang tertarik untuk berpartisipasi dalam pengadaan Badan Usaha Proyek. Memorandum ini tidak
dimaksudkan untuk dijadikan sumber informasi komprehensif mengenai Proyek ini, atau tidak
pula memuat saran-saran atau rekomendasi tentang potensi investasi dalam Proyek. Dengan
demikian, memorandum ini tidak bisa dijadikan sebagai landasan untuk maksud-maksud seperti
tersebut tadi. Calon peserta Proyek harus melaksanakan penelitian dan investigasi mereka sendiri
sebelum menyampaikan proposalnya.

Informasi dalam memorandum ini adalah informasi proyek yang mencerminkan kondisi terbaru
per Bulan Agustus 2015, dan kondisi ini bisa berubah sewaktu-waktu.

Gambaran Umum Pelabuhan Bau Bau


Secara Geografis Pelabuhan Baubau terletak diantara 5027’16,5” Lintang Selatan sampai
122036’31,4” Bujur Timur, tepatnya Pelabuhan Baubau terletak di Kota Baubau bagian selatan
Sulawesi Tenggara, untuk lebih tepatnya Pelabuhan Baubau ini berada di Pulau Buton yang
terletak di Selat Buton dengan Pelabuhan Utama menghadap ke utara.

Fasilitas Pokok Pelabuhan


Status Pelabuhan Baubau adalah Pelabuhan yang tidak diusahakan yang diselenggarakan oleh
pengelolaan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Baubau sebagai UPT Pusat. Kondisi fasilitas
pelabuhan yang ada saat ini pada dasarnya sangat memadai dengan adanya penambahan
dermaga tahun anggaran 2009-2012 dengan panjang total 120 meter. Fasilitas Pelabuhan Baubau
secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Fasilitas Pelabuhan di Pelabuhan Murhum Baubau
No Fasilitas Dimensi Keterangan
1 Daerah Kerja Daratan 8 Ha Tanah urugan
2 Dermaga I 180 x 12 m Tipe lantai beton, dengan tiang pancang beton
3 Dermaga II (Baru) 120 x 15 m Tipe lantai beton, dengan tiang pancang beton
Tipe lantai beton, dengan tiang pancang beton
Dermaga Finger I 50 x 10 m
D=400mm, dibangun tahun 2002
4 Tipe lantai beton, dengan tiang pancang beton
Dermaga Finger II 50 x 10 m D=400mm, dibangun tahun 2012 (sedang
berjalan)
5 Trantel I 97 x 8 m Tipe beton dengan tiang beton D=450mm

Lampiran G | 1
No Fasilitas Dimensi Keterangan
6 Transtel II 123 x 8 m Tipe beton dengan tiang beton D=450mm
7 Causeway I 55 x 8 m Tipe Gravity Wall
8 Causeway II 30 x 8 m Tipe Gravity Wall
9 Causeway III 60 x 10 m Tipe Gravity Wall
Talud I P. 64 m Dinding Penahan Tanah
10
Talud II P. 130 m Dinding Penahan Tanah
Tipe beton dengan tiang Pancang Beton
11 Mooring Dolphin 2 unit
D=450mm
12 Kantor Pelabuhan 250 m2 Tipe struktur beton, kondisi cukup baik
13 Terminal Penumpang 780 m2 Tipe struktur beton, kondisi cukup baik
14 Gudang Nihil Tidak ada
15 Rumah Jaga (jalan masuk) 6x4m Tipe struktur beton, kondisi cukup baik
16 Rumah Jaga (jalan keluar) - -
17 Lapangan Penumpukan 1.800 m 2
Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik
Jalan – Utama I 94 x 11,5 m
18 Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik
Jalan – Utama II 32 x 6 m
Jalan – Extra 53 x 6,75 m
19 Areal Parkir 42 x 68 m Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik
20 Klinik Kesehatan Pelabuhan 12 m2 Menumpang di terminal
21 Karantina Tumbuhan 1 unit
22 Karantina Hewan -
23 Kantor Perusahaan Pelayaran 3 unit Menumpang pada terminal penumpang
24 Kantor Buruh / TKBM 24 m3 Menumpang pada terminal penumpang
25 Bak air 300 m3 Kapasitas 90 ton/jam
26 Tangki BBM Tidak ada Memakai mobil tangki
27 Pagar 335 m3 Pagar BRC, kondisi cukup baik
28 Alat Bantu Navigasi 1 unit 1 lampu suar
29 Suplay Listrik 1.500 KVA PLN
30 Suplay Air 100 m3 PDAM
31 Telephone 2 line PT Telkom
32 SRP / Stasiun Radio SSB
Taman I 53 x 6,30 m
33
Taman II 33 x 6 m
34 Lapangan Penumpukan 68 x 64 m
Sumber: KUPP Pelabuhan Baubau, 2013

Pintu utama pelabuhan bagi orang dan kendaraan yang keluar masuk di pelabuhan mengalami
hambatan karena belum terpisahnya pintu pejalan kaki dan kendaraan yang menyebabkan sering
terjadi kemacetan pada pintu utama disaat kegiatan puncak yaitu embarkasi dan debarkasi
penumpang Kapal Pelni.

Armada Angkutan Laut


Berdasarkan data yang didapat dari KUPP Pelabuhan Baubau, potensi armada angkutan laut yang
dioperasikan di Pelabuhan Baubau memiliki jumlah yang sangat besar. Terdapat 52 kapal yang
beroperasi dengan trayek asal Baubau yang dikelola oleh sebanyak sebelas perusahaan termasuk
PT Pelni.

Lampiran G | 2
Angkutan Laut Pelabuhan Murhum Baubau
Di Pelabuhan Murhum, aktifitas angkutan yang terselenggara meliputi 3 akfititas pelabuhan yang
dicatat sebagai bagian dari aktifitas angkutan laut di Pelabuhan Murhum Baubau yaitu Pelabuhan
Umum Dalam Negeri, Pelabuhan Rakyat dan Pelabuhan Perintis. Rekapitulasi aktifitas angkutan
laut untuk kurun waktu 2010-2013 di Pelabuhan Murhum ini dijabarkan pada Tabel dan Gambar
di bawah ini.
Tabel 2 Aktifitas Angkutan Laut di Pelabuhan Murhum Baubau
Kapal Barang (T/M3) Penumpang (Org)
Tahun
Call Isi Kotor (GT) Panjang (m) Bongkar Muat Turun Naik
2007 4.260 3.168.789 98.602 93.844 31.164 346.613 450.231
2008 4.441 3.798.409 114.955 103.944 207.387 372.947 504.375
2009 4.941 3.648.801 128.701 133.585 196.147 414.833 511.414
2010 5.052 4.302.453 159.981 189.960 237.218 428.784 473.353
2011 5.232 4.702.322 80.333 228.476 238.074 447.673 500.140
2012 5.230 5.820.272 154.738 254.268 175.264 491.149 532.080
2013 5.593 5.902.455 143.694 290.555 266.239 491.071 519.139
2014 5.802 6.377.392 149.640 325.758 290.628 389.609 458.652

Produktifitas Angkutan Laut di Pelabuhan Baubau

14.000

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

call isi kotor (x1000 GT) panjang (x100m)

Gambar 1 Produktifitas Angkutan Laut Pelabuhan Murhum

Produktifitas Angkutan Barang di Pelabuhan Baubau

120.000

100.000

80.000

60.000

40.000

20.000

-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

brg bongkar (x10 ton/m3) brg muat (x100 ton/m3)

Gambar 2 Produktifitas Angkutan Barang Pelabuhan Murhum Baubau

Lampiran G | 3
Produktifitas Penumpang di Pelabuhan Baubau
600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

pnp naik (org) pnp turun (org)

Gambar 3 Produktifitas Angkutan Penumpang Pelabuhan Murhum

Angkutan Peti Kemas Pelabuhan Murhum


Angkutan peti kemas di Pelabuhan Baubau menunjukkan pertumbuhan yang cukup besar,
ditunjukan dengan data dalam kurun waktu 2010-2013, bongkar peti kemas menunjukkan
pertumbuhan rata-rata sebesar 37,73% (TEUS) / 42,14% (Ton) dan untuk muat peti kemas,
pertumbuhan dalam periode tersebut rata-rata sebesar 41,12% (TEUS) / 33,10% (Ton).
Penjabaran mengenai data angkutan peti kemas di Pelabuhan Murhum ini dijabarkan pada Tabel
di bawah ini.
Tabel 3 Produktifitas Angkutan Peti Kemas di Pelabuhan Murhum
Bongkar Muat
Tahun
Teus Ton Kosong Teus Ton Kosong
2010 4.049 64.059 36 2.093 41.977 2.079
2011 5.634 90.867 21 2.958 59.115 2.383
2012 7.680 129.430 36 4.168 74.111 3.348
2013 8.580 137.199 0 5.252 86.568 3.401
2014 10.149 182.903 7 6.668 115.068 3.302

Gambaran Umum Proyek


Dari hasil identifikasi kebutuhan pengembangan untuk Pelabuhan Bau Bau yang akan
dilaksanakan dengan skema KPBU dengan prioritas tinggi yaitu Pembangunan Terminal Peti
Kemas dan Multipurpose. Beberapa informasi mengenai pelaksanaan proyek ini adalah sebagai
berikut:
a. Proyek Kerjasama Permerintah Swasta untuk Penyelenggaraan Terminal Peti Kemas
Pelabuhan Baubau meliputi perencanaan, pengelolaan, pembangunan dan operasional
terminal peti kemas termasuk prasarana dan sarana yang ada didalamnya.
b. Pelayanan jasa peti kemas di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau termasuk hak untuk
menetapkan tarif pelayanan dermaga Peti Kemas yang meliputi:
1) Kegiatan operasi kapal, terdiri atas:
a) Kegiatan dermaga
b) Stevedoring
c) Haulage/trucking

Lampiran G | 4
d) shifting
e) buka tutup palka
f) lift on/lift off
2) Kegiatan operasi lapangan, terdiri atas:
a) penumpukan
b) lift on/lift off
c) gerakan ekstra
d) relokasi
e) angsur
3) Kegiatan operasi container freight station, terdiri atas:
a) stripping/ stuffing
b) penumpukan
c) penerimaan penyerahan
4) kegiatan pelayanan tambahan, terdiri atas:
a) biaya administrasi nota
b) biaya inter terminal transfer
c) biaya SPP (Surat Penyerahan Petikemas)
d) biaya kartu ekspor
e) biaya hi-co scan
f) biaya hi-co scan with behandle
g) biaya stack awal (biaya penumpukan plus gerakan ekstra)
h) biaya batal transaksi
i) biaya after closing time
j) biaya administrasi IT System
k) biaya PLP (Pindah Lokasi Penumpukan)
l) biaya site office
m) biaya monitoring/supervisi

Spesifikasi Teknis Umum

Standar Kinerja Teknis Operasional Pelabuhan


Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik dalam penyelenggaraan transportasi laut, maka
perlu ditetapkan standar kinerja teknis operasional pelabuhan yang dapat dijadikan sebagai alat
untuk mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan transportasi laut, sebagai instrumen
perencanaan untuk menggambarkan kondisi yang ingin dicapai di masa yang akan datang, sebagai
instrumen perencanaan untuk mengalokasikan sumber daya/investasi, sebagai instrumen
pemantauan (monitoring) dan evaluasi kinerja (performance evaluation) untuk pelaksanaan
kegiatan, sebagai instrumen pembantu untuk pengambilan keputusan.

Indikator Kinerja Pelayanan Operasional adalah variabel-variabel Pelayanan, penggunaan fasilitas


dan peralatan pelabuhan. Indikator tersebut terdiri dari Waiting Time (WT) atau waktu tunggu
kapal, Approach Time (AT) atau waktu pelayanan pemanduan, Effektive Time dibanding Berth
Time (ET: BT), Produktivitas Kerja (T/G/J dan B/C/H), Receiving/Delivery Petikemas, Berth
Occupancy Ratio (BOR) atau atau tingkat penggunaan dermaga, Shed Occupancy Ratio (SOR) atau
tingkat penggunaan gudang, Yard Occupancy Ratio (YOR) atau tingkat penggunaan lapangan
penumpukan, Kesiapan operasi peralatan.

Lampiran G | 5
Kondisi Teknis Lingkungan Pelabuhan
Elevasi Pasang Surut
Data elevasi pasang surut tertinggi dan terendah berdasarkan peramalan adalah sebagai berikut:
Mean High Water Level (MHWL) = + 2.00 m
Mean Low Water level (MLWL) = + 0.00 m

Tinggi Gelombang dan Kecepatan Arus


Gelombang
Tinggi gelombang rencana berdasarkan hasil simulasi perambatan gelombang laut dalam dari
arah utara:
Tinggi Gelombang = 1.0 m
Periode = 6.0 s
Bilangan gelombang = 0.086

Arus
Kecepatan arus rencana berdasarkan hasil simulasi arus pasang surut yang telah dilakukan:
Kecepatan Arus (U) = 0.5 m/s
Koefisien Drag = 1
Koefisien Inersia = 2

Kebutuhan Fasilitas Perairan


Tipe Dermaga
Pemilihan tipe dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani (dermaga
penumpang atau barang yang bisa berupa barang satuan, curah atau cair), ukuran kapal, arah
gelombang dan angin, kondisi topografi dan tanah dasar laut, dan yang paling penting adalah
tinjauan ekonomi untuk mendapatkan bangunan yang paling ekonomis. Pemilihan tipe dermaga
didasarkan pada tinjauan berikut:
1. Tinjauan Topografi Daerah Pantai
Di perairan yang dangkal sehingga kedalaman yang cukup agak jauh dari darat, penggunaan
jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan yang besar. Sedang di lokasi
dimana kemiringan dasar cukup curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan
tiang di perairan yang dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini
pembuatan wharf adalah lebih tepat. Di suatu daerah yang akan dibangun daerah industri
atau pertambangan dekat pantai, di mana daerah daratan rendah maka diperlukan
penimbunan dengan menggunakan pasir hasil pengerukan di laut. Untuk menahan tanah
timbunan diperlukan dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah tersebut dapat juga

Lampiran G | 6
sebagai dermaga dengan menambah fasilitas tambatan, bongkar-muat, perkerasan halaman
dermaga, dan sebagainya. Dermaga ini disebut bulkhead wharf (wharf penahan tanah).

2. Jenis Kapal yang Dilayani


Dermaga yang melayani kapal kontiner (container cargo) memerlukan peralatan bongkar-
muat barang yang besar, rel khusus crane, gudang-gudang, dan lain-lain. Karena kebutuhan
fasilitas bongkar muat tersebut, areal darat lebih cocok berupa timbunan. Apabila areal darat
Untuk melayani kapal tersebut penggunaan pier atau jetty akan lebih ekonomis.

3. Daya Dukung Tanah


Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada umumnya tanah di
dekat daratan mempunyai daya dukung yang lebih besar daripada tanah di dasar laut. Dasar
laut umumnya terdiri dari dari endapan yang belum padat. Ditinjau dari daya dukung tanah,
pembuatan wharf atau dinding penahan tanah lebih menguntungkan. Tetapi apabila tanah
dasar berupa karang, pembuatan wharf akan mahal karena untuk memperoleh kedalaman
yang cukup di depan wharf diperlukan pengerukan. Dalam hal ini pembuatan pier akan lebih
murah karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang.

Dengan melihat kondisi di lapangan dan mengacu kepada pertimbangan-pertimbangan diatas


dipilihlah tipe pier atau jetty untuk struktur dermaga karena dinilai lebih ekonomis. Hal
tersebut dapat dilihat dari kondisi pantai yang curam dan jenis kapal yang dilayani adalah
kargo dengan spesifikasi 30.000 DWT.

Perencanaan Layout dan Elevasi Penting


Dermaga berfungsi sebagai tempat membongkar-muat (loading-unloading) dan berlabuh
(berthing). Dasar pertimbangan dalam perencanaan dermaga:
1. Arah angin, arah arus, dan perilaku kestabilan pantai.
2. Panjang dan lebar dermaga disesuaikan dengan kapasitas/jumlah kapal berlabuh.
3. Letak dermaga dipilih sedemikian rupa sehingga paling menguntungkan terhadap fasilitas
darat yang tersedia dengan mempertimbangkan kedalaman perairan.
4. Elevasi lantai dermaga dengan memperhitungkan kondisi pasang surut dan gelombang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dermaga diuraikan di bawah ini.
1. Elevasi Dermaga
Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dermaga adalah elevasi dermaga.
Elevasi dermaga dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat pasang tinggi air tidak melimpas
ke permukaan dermaga. Penentuan elevasi lantai dermaga sesuai dengan kondisi pasang
surut yaitu:
E = MHWL + 1/2H + F

Lampiran G | 7
dengan:
E = Elevasi dermaga
MHWL = Mean High Water Level, elevasi pasut tertinggi. (3.56m)
H = tinggi gelombang. (1.0m)
F = free board, tinggi jagaan (0.5-1.0 m)

Dari data-data yang dimiliki didapatkan elevasi dermaga:


E = 2.00 + ½(1.0) + 1.00 = 3.5 m

2. Panjang Dermaga
Penentuan kebutuhan panjang dermaga ditentukan oleh arus bongkar muat berdasarkan
jenis komoditi, volume barang, dan jenis kemasan, dimana penentuan kebutuhan fasilitas tiap
tahapan pengembangan dibagi menjadi tiga masa rencana, yaitu:
a. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 5 tahun kedepan;
b. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 10 tahun kedepan, dan;
c. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 20 tahun kedepan.

Dalam perhitungan kebutuhan dermaga diperlukan pengetahuan mengenai karakterisitik


kapal yang akan digunakan dalam perencanaan seperti panjang (loa), lebar dan draft.

Peningkatan kinerja operasional pelabuhan yang meliputi BOR, jumlah jam operasi, jumlah
gang, serta produktifitas alat/gang mempengaruhi kebutuhan dermaga pada pelabuhan yang
dikaji. Pada kasus Pelabuhan Baubau, terdapat tiga jenis angkutan utama yaitu angkutan
penumpang, angkutan barang umum dan angkutan peti kemas.

Perhitungan tiap tahapan pengembangan panjang dermaga Pelabuhan Murhum Baubau lebih
lengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Lampiran G | 8
Tabel 4 Kebutuhan Pengembangan Dermaga Pelabuhan Murhum Baubau
Eksisting Pendek Menengah Panjang
No Uraian Satuan
2015 2016-2020 2016-2025 2016-2035
Terminal Peti Kemas
1 Bongka r mua t conta i ner TEUS 18.466 29.760 41.054 63.642
2 Juml a h efekti f kerja per ha ri ja m 12 14 14 18
3 Berth Occupa ncy Ra ti o % 107 60 55 55
4 Produkti vi ta s cra ne da ra t per ja m box 5 8 10 12
5 Produkti vi ta s cra ne da ra t per ha ri box 60 112 140 216
6 Jeni s Ka pa l Si ngga h GT 5.000 7.000 10.000 15.000
7 Pendeka ta n Pa nja ng Derma ga (ukura n ka pa l ) m 180 130 145 160
8 Ka pa s i ta s Ka pa l box 206 288 412 618
9 Shi p ca l l per ta hun ka l i 90 104 100 104
10 Tota l Kebutuha n Efekti f Ha ri Kerja s el uruh ta mba ta n ha ri 290 447 535 541
11 Juml a h ha ri kerja ha ri 330 330 330 330
12 Juml a h Derma ga Conta i ner berth 1 2 2 2
13 Tota l Pa nja ng derma ga ka pa l peti kema s m 180 260 290 320
Terminal Multi Purpose
1 Bongka r mua t ca rgo Ton 708.954 1.001.306 1.291.091 1.847.843
2 Produkti vi ta s ga ng per ja m Ton 15 15 25 35
3 Produkti vi ta s ga ng per ha ri Ton 180 210 350 630
4 Berth Occupa ncy Ra ti o % 68 70 70 70
5 Juml a h Ga ng per ha ri ga ng 12 14 11 9
6 Kebutuha n Pa nja ng Derma ga Ca rgo m 878 1.032 798 635
7 Jeni s Ka pa l Si ngga h GT 1.000 2.000 3.000 5.000
8 Pendeka ta n Pa nja ng Derma ga (ukura n ka pa l ) m 68 100 110 130
9 Juml a h Derma ga Ca rgo berth 13 11 8 5
10 Tota l Pa nja ng derma ga ka pa l ca rgo m 884 1.100 880 650

3. Lebar Dermaga
Lebar dermaga ditentukan bedasarkan peralatan dan kebutuhan bongkar muat barang di atas
dermaga. Dalam hal ini alat-alat yang disediakan. Dalam studi ini lebar dermaga di desain
sepanjang 20 m untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat kontainer.

Alur Pelayaran
1. Panjang Alur
Panjang alur pelayaran tergantung dari topografi dasar perairan (bathimetri) dan kedalaman
alur yang diinginkan, sedangkan arah alur pelayaran tergantung dari arah angin dominan,
topografi dasar perairan, dan material dasar perairan. Berdasarkan pada karakteristik
geografis Baubau, kedalaman alur pelayaran di Selat Masiri dan Selat Buton berkisar antara
10 – 20 meter dengan lebar alur pelayaran yang cukup memadai. Sedangkan arah alur
pelayaran adalah dari arah barat daya Pelabuhan Baubau dan khusus alur dari Kendari, alur
pelayaran dari arah utara pelabuhan.

2. Lebar Alur
Dengan menggunakan kapal standar sebagaimana ditetapkan dalam rencana pengembangan,
maka kebutuhan alur pelayaran didasarkan pada untuk ukuran kapal maksimum yaitu kapal
dengan ukuran 15.000 DWT. Dengan asumsi alur pelayaran adalah dua jalur dengan alur
pelayaran relatif panjang dengan kondisi alur kapal sering berpapasan, maka direncanakan

Lampiran G | 9
lebar alur pelayaran sebesar = (7 x 24m) + 30m = 198 meter. Dengan penetapan lebar alur
pelayaran sebesar 14,5 mil (232 meter), alur pelayaran Pelabuhan Baubau cukup untuk
memenuhi kebutuhan pelayaran sampai dengan jangka panjang.

3. Kedalaman alur
Kedalaman air diukur terhadap muka air referensi nilai rata-rata dari muka air surut terendah
pada saat pasang kecil (neap tide) dalam periode panjang yang disebut LLWL (Lowest Low
Water Level), agar kapal dapat masuk dan keluar dengan lancar pada saat muka air rendah.
Kedalaman alur pelayaran berdasarkan Technical Standards and Commentaries for Port and
Harbour Facilities In Japan ditentukan dengan rumus:
D = d + 0.5H + s + c
Keterangan:
d : Draft kapal (meter)
D : Kedalaman pelabuhan pada saat muka air terendah (meter)
H : Tinggi gelombang maksimum diambil 1.5 m
s : Squat (tinggi ayunan kapal yang berlayar, tergantung besarnya kapal),
dimana s dan C diambil 0.5 untuk kapal >1.000 GT
c : Clearance sebagai pengaman, antara 25 – 100 cm, tergantung kondisi
kekerasan dasar perairan

Perhitungan kedalaman alur pelayaran didasarkan kepada pertimbangan draft kapal


maksimum (kapal peti kemas 15.000 DWT) adalah 8,7 meter. Berdasarkan pada kebutuhan
draft kapal ini, direncanakan sisi luar dermaga dengan kedalaman minimum 9 meter.

Dimensi Kolam Pelabuhan


Untuk memenuhi syarat-syarat kolam pelabuhan harus direncanakan sekurang-kurangnya sesuai
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kedalaman Kolam
Perairan kolam harus memiliki kedalaman yang cukup supaya kapal-kapal dapat keluar-masuk
dengan aman pada saat air surut terendah (LLWL). Kedalaman kolam dihitung dengan
persamaan di bawah ini.
h = d + ½H + C
dengan:
h = Kedalaman kolam pelabuhan saat surut terrendah.
d = draft = tinggi bagian kapal yang terrendam air pada saat muatan penuh (8.2 m)
H = Tinggi gelombang rencana (1.0 m)
C = keel clearence = sebagai pengaman, diambil nilai 10-100 cm.

Dari data-data yang dimiliki didapatkan kedalaman kolam putar:


h = 11.0 + ½(1.0) + 0.5 = 12.0 m

Lampiran G | 10
b. Diameter Kolam Putar (Turning Basin)
Kawasan kolam tempat kapal melakukan gerak putar untuk berganti haluan harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga memberikan ruang cukup luas dan kenyamanan.

Diameter putar turning basin yang ideal adalah:


D = 2 x LOA
dengan:
D = diameter putar turning basin.
LOA = length overall = panjang total kapal (185 m)

Dari data-data yang dimiliki didapatkan diameter kolam putar:


D = 2 x 185 = 370 m

c. Lebar Alur
Lebar alur pelabuhan yang ideal untuk 2 kapal sering berpapasan adalah:
D = 7.6B
dengan:
B = Lebar kapal terbesar yang akan masuk pelabuhan. (27.5)

Dari data-data yang dimiliki didapatkan lebar alur:


B = 7.6 x 27.5
D = 209 ~ 210 m

d. Luas Kolam Pelabuhan


Perencanaan luas kolam harus menunjang kemudahan manuver kapal dan dapat menampung
kegiatan yang dilakukan oleh kapal mulai dari kedatangan sampai berangkat. Formula
perhitungan kebutuhan luas kolam pelabuhan adalah:
A = A kolam putar + A sandar kapal

Berdasarkan pada asumsi kapal maksimum (Peti Kemas dan Barang Umum) pada masing-masing
tahapan pengembangan, diperhitungkan kebutuhan luar area dalam wilayah pelabuhan yang
meliputi area alur pelayanan dari dan ke pelabuhan, tempat sandar, kolam putar, tempat labuh,
pindah labuh kapal, alih muat kapal, area penempatan kapal mati, area keperluan darurat,
percobaan berlayar, luas kolam pelabuhan dijabarkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Perhitungan Kebutuhan Area Perairan Pelabuhan Baubau
Pendek Menengah Panjang
(2016-2020) (2016-2025) (2016-2035)
No Uraian Satuan
Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
Karakteristik Kapal
1 Desain/Standar

Lampiran G | 11
Pendek Menengah Panjang
(2016-2020) (2016-2025) (2016-2035)
No Uraian Satuan
Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
a. Ukuran DWT 7,000 2,000 10,000 3,000 15,000 5,000
b. LOA (Panjang), L m 109 81 135 92 158 109
c. Beam (lebar), B m 20.1 12.7 20.8 14.2 23.3 16.4
d. Draft minimum, D m 6.8 4.9 7.6 5.7 8.7 6.8
2 Jumlah Kapal dilayani
a. Kedatangan unit 7 7 7 7 8 7
b. Sandar, N unit 7 7 7 7 8 7
c. Labuh unit 1 1 1 1 1 1
d. Alih Muat unit 1 1 1 1 1 1
e. Kapal Mati unit 1 1 1 1 1 1
3 Panjang Dermaga
a. Panjang Eksisting, Le m 180 512 260 576 320 562
b. Panjang rencana, Lr m 260 576 320 562 320 630
c. Panjang Tambahan, Lt m 80 64 60 - - 68
4 Dimensi Alur
Panjang Alur (Lalur) eksisting m 17,000 17,000 17,000 17,000 17,000 17,000
Lebar Alur eksisting m 232 232 232 232 232 232
Lebar Alur ukuran kapal
a. 1-way m 101 64 104 71 117 82
b. 2-ways m 171 119 176 129 193 145
Kedalaman Alur m 9-12 9-12 9-12 9-12 9-12 9-12
5 Dimensi Kolam
a. Areal Alur Pelayaran dari
Ha 359 245 369 268 407
dan ke Pelabuhan 359
b. Areal Tempat Sandar
Lebar m 164 122 203 138 237 164
Panjang m 196 146 243 166 284 196
Luas untuk 1 kapal m2 32,079 17,715 49,208 22,853 67,403 32,079
Luas Total Ha 22 12 34 16 54 22
c. Areal Kolam Putar -
Diameter (dgn tunda) m 218 162 270 184 316 218
Luas Ha 26 14 40 19 63 26
Diameter (tanpa tunda) m 327 243 405 276 474 327
Luas Ha 59 32 90 42 141 59
d. Areal Tempat Labuh -
Jari-jari m 180 140 211 156 240 180
181,25 101,56
Luas m2 101,562 61,928 139,337 76,650
7 2
Luas Total Ha 10 6 14 8 18 10
e. Areal Pindah Labuh Kapal
Jari-jari m 180 140 211 156 240 180
181,25 101,56
Luas m2 101,562 61,928 139,337 76,650
7 2
Luas Total Ha 10 6 14 8 18 10
f. Areal Alih Muat Kapal Ha 10 6 14 8 18 10
g. Areal Penempatan Kapal
Ha 5 6 14 8 18
Mati 5

Lampiran G | 12
Pendek Menengah Panjang
(2016-2020) (2016-2025) (2016-2035)
No Uraian Satuan
Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
h. Areal Keperluan Keadaan
Ha 5 3 7 4 9 5
Darurat
i .Areal Percobaan Berlayar Ha 30 15 38 19 49 30
Lebar (Minimum) m 171 119 176 129 193 171
Panjang (Minimum) m 1,744 1,296 2,160 1,472 2,528 1,744
j. Luas kolam pelabuhan
Dengan tunda 48.58 26.83 74.52 34.61 116.66 48.58
Tanpa tunda 81.24 44.86 124.62 57.88 195.09 81.24
Sumber : Analisis Konsultan, 2015

Gambar 4 Denah Pengembangan Dermaga dan Trestle

Kebutuhan Fasilitas Darat


Lapangan Penumpukan Peti Kemas
Lapangan penumpukan peti kemas/Container Yard (CY) harus memiliki luasan yang cukup untuk
menampung peti kemas yang datang maupun yang akan diangkut. Letak lapangan ini sebaiknya
dekat dengan dermaga untuk mengurangi perjalanan dari traktor-trailer. Luas area penumpukan
dihitung dengan pendekatan sebagai berikut:
{Bongkar muat pertahun X prosentase penumpukan di area terbuka X waktu tinggal X kebutuhan
ruang X Fk X (1 + faktor keamanan)}/ jumlah hari kalender per tahun X rata rata tinggi tumpukan)

di mana Fk = 1,25 adalah faktor musim sibuk (peak season factor).

Selain pendekatan yang dilakukan diatas dilakukan juga pendekatan jumlah penumpukan
petikemas yang terdpat di Pelabuhan Baubau pada jangka pendek, jangka menengah serta jangka

Lampiran G | 13
panjang. Pendekatan ini menghasilkan jumlah kebutuhan luasan yang diperlukan per TEUS
(ARPTEU). Hasil perhitungan yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Luas Container Yard (m2) untuk setiap Tahap Pengembangan
Tahun ATF CMPY ATT ARPTEU RAMSH RSCF HCR NTSR GTSAR CPA
(ton/th) (TEU) (hari) (m2) (TEU) (m2) (m2) (m2)
2020 473.467 31.564 4 7,5 0,6 25 346 2.594 4.324 5.405
2025 687.498 45.833 4 7,5 0,6 25 502 3.767 6.279 7.848
2035 1.216.101 81.073 4 7,5 0,6 25 888 6.664 11.106 13.882

Pelabuhan Barang Umum/Multipurpose

Perhitungan luas area warehouse dihitung berdasarkan bongkar muat barang di mana dengan
pendekatan luas gudang tertutup adalah {Bongkar muat per tahun x prosentase penumpukan di
gudang x waktu tinggal x kebutuhan ruang x 1.25 x (1+ faktor keamanan)}/ jumlah hari kalender
per tahun x rata rata tinggi tumpukan), di mana 1,25 adalah faktor perhitungan pada waktu sibuk.
Perbandingan luas areal warehouse dengan transit shed adalah 1:2 dengan skenario komposisi
barang sebagaimana dijabarkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi Penanganan Barang di Pelabuhan
Komposisi Barang Pendek Menengah Panjang
disimpan di Gudang 20% 20% 10%
disimpan di Open Storage 10% 10% 10%
langsung dibawa 70% 70% 80%

Hasil perhitungan yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 8.


Tabel 8 Luas Transit Shed, Warehouse, dan Open Storage untuk Dermaga Multi Purpose yang
Diperlukan pada Tiap Tahap Pengembangan (m2)
Storage Tahun ATF ATTS ATT DOC ASH RCSF HCR NHVR GHVR ASAR1 ASAR2 DSA

(ton/th) (ton/th) (hari) (ton/m3) (m) (ton) m3 m3 m2 m2 m2


Transit Shed
dan Ware 2020 1.088.340 217.668 6 0,7 4 40 3578 5112 6134 1533 2147 3006
House 2025 1.544.458 308.892 6 0,7 4 40 5078 7254 8705 2176 3047 4265
2035 2.890.237 289.024 6 0,7 4 40 4751 6787 8145 2036 2851 3991
Open Storage
2020 1.088.340 108.834 10 1 2,5 50 2982 2982 3578 1431 2004 3.006
2025 1.544.458 154.446 10 1 2,5 50 4231 4231 5078 2031 2843 4.265
2035 2.890.237 289.024 10 1 2,5 50 7918 7918 9502 3801 5321 7.982

Tabel 9 Rekapitulasi Kebutuhan Transit Shed, Ware House, dan Open Storage
Open
Tahun Transit Shed Ware House
Storage
2020 2.100 1.100 3.006
2025 2.900 1.500 4.265
2035 2.700 1.400 7.982

Parkir Kendaraan

Parkir Truk
Untuk perhitungan luas areal parkir truk untuk setiap pengembangannya dapat lihat sebagai
berikut dengan asumsi:

Lampiran G | 14
 Waktu menunggu maksiumum (jam) = pada jangka pendek dan menengah 4 jam, pada
jangka panjang 3 jam
 Jam kerja bongkar muat (jam) = pada jangka pendek 15 jam, jangka menengah 18
jam, dan jangka panjang 18 jam
 Tipe Truk yang dipergunakan:
- Panjang truk = 20 feet
- Daya muat = 20 ton
- Truk + ruang gerak truk = 54 m²
 Hari kerja = 365 hari dalam setahun
Tabel 10 Kebutuhan Parkir Truk Cargo
Dermaga Bongkar Muat Barang Jumlah Truk Luas Lahan
per jam (ton) Parkir (m2)
Tahap 1 220 26 1.404
Tahap 2 260 29 1.566
Tahap 3 487 52 2.808

Parkir Non Truk


 Parkir Kendaraan Non Bus
 Mobil + Ruang Gerak Mobil = 14,4 m²
 Jumlah Karyawan = 61 orang
 Jumlah Mobil Karyawan = 15 unit
 Jumlah Mobil Tamu = 15 unit
 Jumlah Mobil Penumpang Maksimum = 20 unit
 Jumlah Total = 50 unit
Jadi kebutuhan luas lahan parkir = Jumlah Total Mobil x Ruang Gerak Mobil = 720 m²

Perkantoran

Berdasarkan kondisi yang terdapat dilapangan kebutuhan karyawan untuk setiap 750.000 TEUS
(kontainer) dibutuhkan 165 karyawan, kebutuhan karyawan untuk Pelabuhan Baubau
berdasarkan proyeksi kebutuhan petikemas dan Cargo adalah 54 orang karyawan. Adapun
perkiraan jumlah karyawan / kelompok kerja per sub bidang, yaitu:
- Pusat administrasi pelabuhan : 20 orang, 4 kelompok kerja
- Pusat bea cukai : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Admistrasi pelabuhan pembantu: 12 orang, 3 kelompok kerja
- EMKL : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Amenities : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Keagenan : 2 kelompok kerja

Lampiran G | 15
- Terminal Penumpang:
 2.907 orang
 6 pemberangkatan
 485 orang/pemberangkatan
 1,5 faktor arus maksimum
- Karantina : 10 orang
 Luas ruang kerja / kel.kerja = 45 m²
 Luas ruang kerja / kel.kerja + R.Meeting = 60 m²
 Luas sirkulasi (%) dari luas lantai efektif = 40%
 Luas ruang keagenan / kel kerja + R.Meeting = 30 m²
 Luas lantai ruang tunggu penumpang (m²) / penumpang = 2,4 m²
 Luas perkantoran untuk Terminal Penumpang = 120 m²
 Luas lantai ruang karantina (m²) / orang = 1,8 m²
 Luas perkantoran untuk Karantina = 100 m²

Tabel 11 Rekapitulasi Kebutuhan Ruang Perkantoran


Luas Sirkulasi
Rekapitulasi Kantor Luas Efektif Lantai (m2) Total (m2)
(m2)
- Pusat administrasi pelabuhan 240 96 336
- Pusat bea cukai 120 48 168
- Gedung terminal kontainer 180 72 252
- Pusat bea cukai pembantu 60 24 84
- Imigrasi 60 24 84
-EMKL 120 48 168
- Amenities 120 48 168
- Keagenan 60 24 84
- Terminal Penumpang 1,283 120 1,403
- Karantina 118 118
Total 2.865

Rekapitulasi Kebutuhan Fasilitas Daratan


Rekapitulasi kebutuhan fasilitas daratan pada Pelabuhan Baubau yang didasarkan pada
perhitungan standar kebutuhan ruang dengan prediksi kebutuhan masa datang (sesuai jangka
pengembangan) serta memperhatikan ketersediaan lahan eksisting dijabarkan pada Tabel 12.
Tabel 12 Rekapitulasi Kebutuhan Fasilitas Daratan Pelabuhan Baubau
Jgk
Eksisting Jgk Pendek Jgk Panjang
No Uraian Satuan Menengah
2015 2016-2020 2016-2035
2016-2025
1 Dermaga kapal container m 130 260 320 480
2 Dermaga kargo umum m 680 1.200 990 1.040
Lapangan Penumpukan Peti
3 Kemas m2 20.661 5.500 7.900 13.900
Gudang Cargo (Cargo
6 Warehouse) m2 0 1.100 1.500 1.400
7 Open Storage m2 0 3.006 4.265 7.982
8 Transit Shed m2 0 2.100 2.900 2.700
9 Lapangan parkir truk m2 0 1.404 1.566 2.808

Lampiran G | 16
Jgk
Eksisting Jgk Pendek Jgk Panjang
No Uraian Satuan Menengah
2015 2016-2020 2016-2035
2016-2025
10 Lapangan parkir umum m2 2.856 4.000 4.000 4.000
11 Terminal penumpang m2 780 1.080 2.160 2.160

Peralatan Penunjang
Kebutuhan alat dan peralatan di Pelabuhan Baubau khususnya untuk mendukung operasional
terminal peti kemas disesuaikan dengan besaran demand pada setiap tahapan pengembangan
pelabuhan. Kebutuhan peralatan ini juga disesuaikan dengan kondisi ketersediaan lahan dengan
memperhatikan ketersediaan lahan pelabuhan yang cukup terbatas. Kebutuhan peralatan di
Terminal Peti Kemas Pelabuhan sampai dengan jangka panjang dijabarkan pada Tabel 14.
Tabel 13 Kebutuhan Peralatan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau
Jgk
Eksisting Jgk Pendek Jgk Mngah
No Uraian Satuan Panjang
2015 2016-2020 2016-2025
2016-2035
1 Crane 40 Ton unit 0 0 0 1
2 Crane 25 Ton unit 1 1 1 1
3 Crane 5 Ton unit 0 1 0 0
4 Crane 3 Ton unit 0 1 0 0
5 Reach Stacker 42 Ton unit 0 0 1 0
6 Top Leader 36 Ton unit 0 0 1 2
7 Bottom Lift 15 Ton unit 0 0 1 0
8 Forklift 2 Ton unit 0 2 2 2
9 Forklift 3 Ton unit 1 1 1 1
10 Forklift 5 Ton unit 1 1 1 1
11 Head Truck unit 4 6 4 4
12 Mobile Crane 40 Ton unit 0 1 0 0
13 Transtainer unit 0 0 0 1

Ketersediaan Lahan
Saat ini lahan yang digunakan sebagai kawasan Pelabuhan Bau Bau merupakan milik Kementerian
Perhubungan.

Aspek Lingkungan
Semua kegiatan angkutan di perairan ke pelabuhan, harus memperhatikan keselamatan dan
keamanan pelayaran, serta perlindungan lingkungan maritim di perairan Indonesia. Untuk itu
Pembangunan Pelabuhan BauBau perlu direalisasikan dengan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan
memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup, bahwa untuk kegiatan pelabuhan dengan luas > 6000 m2 merupakan kegiatan yang wajib

Lampiran G | 17
studi AMDAL. Dengan demikian perlu dilaksanakan studi AMDAL untuk melengkapi kegiatan
Pelabuhan Bau Bau.

Kegiatan yang diperkirakan dapat menjadi penyebab terjadinya dampak adalah sebagai berikut:
1. Konstruksi
a.Mobilisasi tenaga kerja konstruksi
b.Pembuatan dan pengoperasian base camp
c. Mobilisasi alat berat dan material konstruksi
d.Pekerjaan tanah
e.Pembangunan fasilitas sisi darat
f. Pembangunan fasilitas sisi perairan
2. Operasional
a. Perekrutan tenaga kerja operasional
b. Pengoperasian fasilitas sisi perairan

Komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak penting dari kegiatan-kegiatan
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Aspek Fisik Kimia
a. Kualitas udara mencakup meliputi NO2, SO2 dan debu
b. Kebisingan (Intensitas Kebisingan)
c. Hidrologi dan Kualitas Air
 Debit air larian yang terjadi karena adanya pembangunan di lokasi tapak
 Kualitas fisik, kimia, air permukaan (sungai) dan air laut
 Kualitas fisik, kimia, sumber air bersih (air sumur dan air hujan)
d. Limbah Padat
 Jumlah sampah yang dihasilkan
2. Aspek Tata Ruang dan Transportasi
a. Pola ruang dan tata guna lahan
 Alokasi penggunaan ruang menurut Rencana Tata Ruang
 Penggunaan lahan sesuai kebijaksanaan tata ruang dan perijinan yang berlaku
 Penggunaan lahan eksisting
b. Transportasi Air
 Jenis alat transportasi air
 Alur pelayaran
3. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
Penelaahan aspek sosial, ekonomi dan budaya mencakup kondisi kependudukan (demografi),
kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya.
a. Kependudukan (Demografi)

Lampiran G | 18
 Jumlah dan kepadatan penduduk serta penyebarannya
 Struktur penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan
 Tingkat pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
b. Kondisi Sosial Ekonomi
 Struktur jenis pekerjaan penduduk
 Tingkat pendapatan penduduk
 Analisis penurunan perekonomian penduduk
 Kesempatan kerja dan berusaha
c. Kondisi Sosial Budaya
 Persepsi masyarakat terhadap kegiatan
4. Aspek Kesehatan Masyarakat
a. Sanitasi Lingkungan
b. Keselamatan dan kesehatan kerja
c. Pola penyakit

Selain komponen lingkungan yang tersebut di atas akan ditelaah pula komponen lingkungan yang
dapat mempengaruhi intensitas, arah dan luas dari penyebaran dampak. Komponen lingkungan
tersebut adalah:
1. Iklim
a. Kelembaban dan temperatur udara
b. Curah hujan
c. Arah dan kecepatan angin
2. Hidrooceanografi
a. Pola arus
b. Pasang surut

Kerangka Komersial
Kota Baubau merupakan daerah penghubung (connecting/transit area) antara Kawasan Barat
Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kota Baubau juga berperan sebagai daerah
pengumpul hasil produksi dan distributor kebutuhan daerah hinterland-nya, yaitu Kab. Buton,
Kab. Muna, Kab. Wakatobi, dan Kab. Bombana. Potensi komoditas dari Kota Baubau dan
hinterland-nya mencakup perikanan, budidaya rumput laut, budidaya mutiara, pertanian,
perkebunan, peternakan, perdagangan, perindustrian, pariwisata.

Selama periode 2010-2013 bongkar muat peti kemas menunjukan pertumbuhan yang cukup
tinggi, yaitu rata-rata sebesar 37.73% (TEUS) / 42.14% (Ton) untuk bongkar peti kemas dan rata-
rata sebesar 41,12% (TEUS) / 33.10% (Ton) untuk muat peti kemas. Melihat kondisi tersebut dan

Lampiran G | 19
rencana Kota Baubau untuk menjadi ibukota Provinsi Kepulauan Buton, maka pengembangan
Pelabuhan Baubau dipandang perlu untuk dilaksanakan.

Beberapa manfaat dari pengembangan Pelabuhan Baubau adalah sebagai berikut:


1. Memenuhi kebutuhan permintaan (demand)
Dengan pertumbuhan seperti saat ini, Pelabuhan Baubau akan mencapai kapasitas
maksimalnya pada tahun 2018. Jika Pelabuhan Baubau tidak dikembangkan maka komoditas,
baik dari Kota Baubau dan hinterland-nya maupun dari KBI ke KTI dan sebaliknya, tidak dapat
difasilitasi yang selanjutnya berdampak pada terhambatnya arus distribusi secara langsung
serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung.

2. Meningkatnya pelayanan bagi pengguna


Fasilitas pelabuhan yang ada pada Pelabuhan Baubau saat ini belum memadai dibandingkan
dengan permintaan yang ada. Hal ini berdampak pada lamanya proses bongkar muat serta
kualitas bongkar muat tersebut. Proses bongkar muat yang lama mengakibatkan biaya sandar
yang mahal serta mengakibatkan beberapa komoditas, terutama komoditas yang cepat rusak
seperti hasil sumber daya alam, berpotensi rusak. Kualitas bongkar muat yang tidak baik pun
berpotensi merusak komoditas yang dibongkar-muat.

Dengan pengembangan Pelabuhan Baubau, diharapkan dapat meminimalisasi lama proses


bongkar muat serta memberikan kualitas pelayanan bongkar muat yang optimal bagi
pengguna. Hal ini akan meminimalisasi kerugian yang berpotensi diderita oleh pengguna
apabila kondisi Pelabuhan Baubau saat ini dipertahankan.

3. Membuka peluang investasi dan lapangan kerja


Pengembangan Pelabuhan Baubau akan membuka peluang kerja, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung, Pelabuhan Baubau akan membutuhkan pegawai
baru, baik selama masa konstruksi maupun operasi. Pengembangan Pelabuhan Baubau juga
akan menstimulus perkembangan perekonomian di wilayah sekitarnya.

Pelabuhan yang baik mendukung sistem distribusi yang baik yang dapat mengundang
investor, baik dalam dan luar negeri, untuk menanamkan modalnya. Hal ini akan bermuara
pada tumbuhnya perekonomian rakyat.

4. Meningkatnya PDRB
Perbaikan sistem distribusi komoditas barang dan manusia serta pertumbuhan ekonomi di
sekitar Pelabuhan Baubau akan memberikan dampak positif bagi PDRB daerah. Berdasarkan

Lampiran G | 20
penelitian1, rata-rata PDRB dan pertumbuhan PDRB kota pelabuhan lebih besar daripada kota
yang tidak memiliki pelabuhan. Peran pelabuhan menjadi sangat penting mengingat
Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga mobilitas sosial dan perdagangan tidak
akan terlepas dari peran pelabuhan.

5. Menurunnya tingkat kriminalitas


Wilayah pelabuhan selalu dikenal sebagai salah satu wilayah dengan tingkat kriminalitas yang
tinggi. Oleh karena itu pengembangan pelabuhan, yang mencakup penataan area serta
perbaikan fasilitas, diharapkan akan mencegah peluang kriminalitas di pelabuhan tersebut.

Kerangka Hukum
Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan berperan sebagai wakil Pemerintah untuk
memberikan konsesi atau bentuk lainnya kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk melakukan
kegiatan pengusahaan di pelabuhan (Pasal 65 ayat (1) PP 61/2009).

Rencana pengembangan pelabuhan Bau-Bau diarahkan untuk menggunakan skema kerjasama


pemerintah badan usaha (selanjutnya disebut “KPBU”) dalam upaya merealisasikannya. Untuk
dapat ditawarkan kepada pihak swasta, maka proyek pengembangan pelabuhan Bitung tersebut
haruslah layak secara finansial (financially feasible).

Mekanisme KPBU diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Selain daripada Perpres
tersebut, Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) juga menerbitkan Peraturan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor
4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur.

Pada prinsipnya, dalam KPBU tidak ada bentuk baku mengenai bentuk kerjasama antara
pemerintah dan badan usaha. Namun bentuk kerjasama yang sering digunakan dalam konteks
KPBU diantaranya adalah Build-Own-Transfer (BOT), Build-Own-Operate (BOO), Operate and
maintain, Lease-Develop-Operate (LDO)

Pemilihan bentuk kerjasama dilakukan berdasarkan hasil tinjauan risiko dan tinjauan pengelolaan
aset kerjasama. Dengan demikian pemilihan bentuk kerjasama ini harus dapat menfasilitasi
pengalihan risiko-risiko tertentu kepada pihak yang dinilai paling baik dalam proses
pengelolaannya. Untuk pengembangan pelabuhan Bau-Bau akan dilakukan dengan bentuk
kerjasama Build-Own-Transfer.

1
Karunia, Diana Sekarayu dan Komara Djaja. 2013. Peran Pelabuhan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kota di Indonesia. Indonesia: Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia.

Lampiran G | 21
Kerangka Kelembagaan dan Skema Transaksi
Bentuk kerjasama Rehabilitate Build Operate Transfer (RBOT) / Rehabilitasi Bangun Guna Serah
untuk pengoperasian terminal peti kemas dan kargo. Pemilihan skema KPBU tersebut dengan
mempertimbangkan:
1. Waktu ketersediaan infrastruktur
Infrastruktur pelabuhan sudah tersedia, akan tetapi perlu direhabilitasi dan dikembangkan,
sehingga ada aktivitas rehabilitasi bangunan eksisting, dan juga pembangunan prasarana baru
yang mendukung rencana pengembangan pelabuhan. Jika pemerintah mengharapkan dana
APBN untuk rehabilitasi dan pengembangan akan membutuhkan dana yang besar dan butuh
waktu yang tidak cepat. Di satu sisi, pertumbuhan kargo meningkat, dan potensi lebih aktif
Pengusahaan Aspal Buton akan menambah geliat ekonomi.

2. Optimalisasi investasi
Pelaksanaan KPBU rehabilitasi-bangun-guna-serah terminal peti kemas dan kargo akna lebih
mengoptimalkan investasi pemerintah. Dana APBN dapat dialokasikan untuk peningkatan
pelayanan terminal penumpang dan pengembangan cruise terminal. Hal ini mengingat Bau
Bau sebagai gerbang pariwisata ke kawasan wisata bahari Wakatobi, tentu perlu memberikan
pelayanan yang terbaik.

3. Maksimalisasi efisiensi
Pengoperasian terminal peti kemas dan kargo secara KPBU diharapkan lebih meningkatkan
efisiensi pengoperasian pelabuhan dan meningkatkan pelayanan dengan standar yang tinggi.

4. Kemampuan badan usaha


Berdasarkan hasil market sounding ke beberapa perusahaan investasi, operator pelabuhan,
dan pelayaran, badan usaha swasta lebih tertarik mengoperasikan terminal peti kemas dan
kargo daripada terminal penumpang. Hal ini dengan mempertimbangkan tingkat
pengembalian investasi dan proses bisnis yang dilakukan. Pengelolaan terminal penumpang
lebih mengedepankan jasa atas kenyamanan individu yang dapat memberkan respon positif
atau negatif seketika, sehingga cukup berisiko. Berdasarkan analisa atas pelabuhan yang
dikelola badan usaha ang ada di Indonesia, umumnya merupakan terminal peti kemas, bukan
terminal penumpang. Adapun untuk terminal penumpang biasanya hanya dilakukan kontrak
servis jasa kebersihan terminal penumpang.

5. Alokasi risiko
Pemilihan skema RBOT dengan mempertimbangkan bahwa risiko konstruksi dan risiko
operasional ditransfer ke Badan Usaha. Kedua risiko ini merupakan risiko utama di dalam
skema ini. Mengingat pelabuhan ini bersifat non-komersil dimana tarif ditetapkan oleh
pemerintah, Badan Usaha akan keberatan untuk menangani risiko demand dan pendapatan.
Selain itu, dengan pertimbangan bahwa Bau Bau berada di satu pulau, tentunya

Lampiran G | 22
mengkreasikan demand dari dalam pulau sangat susah. Demand diharapkan dapat tumbuh
dari posisi Pelabuhan Bau Bau sebagai pintu gerbang ekonomi dan pariwisata di Sulawesi
Tenggara dan sebagai pelabuhan pengumpul yang akan menjadi titik transfer penumpang dan
barang ke lokasi Indonesia timur lainnya. Selain itu, perlu dipertimbangkan bahwa terdapat 6
pelabuhan pengumpul di sekitar pelabuhan Bau Bau yaitu:
a. Pelabuhan Kendari (Kendari),
b. Pelabuhan Bangkutoko (Kendari),
c. Pelabuhan Kolaka (Kolaka),
d. Pelabuhan Watunohu (Kolaka Utara),
e. Pelabuhan Raha (Muna), dan
f. Pelabuhan Wanci (Wakatobi).
Hal ini tentunya mempengaruhi penyebaran demand.

6. Alih pengetahuan
Kerjasama ini diharapkan dapat terjadi alih pengetahuan di dalam pengelolaan terminal peti
kemas yang lebih efisien dan efektif sehingga meningkatkan pelayanan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, tentunya pemilihan skema KPBU dengan bentuk RBOT
menjadi opsi yang perlu dipertimbangkan sebagai salah satu cara peningkatan pelayanan di
Pelabuhan Bau Bau dengan prinsip pengoptimalan investasi pemerintah dan maksimalisasi
efisiensi biaya operasi ang didasari prinsip alokasi risiko yang tepat.

Hal yang perlu diingat terkait kerjasama ini bahwa Pelabuhan Bau Bau telah beroperasi penuh
saat ini. Oleh karena itu, proses kerjasama ini seharusnya tidak menghentikan operasional
pelabuhan.

Lingkup kerjasama skema RBOT meliputi:


1. Pelaksanaan rehabilitasi, pengoperasian, dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas eksisting
sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal;
2. Pembangunan prasarana dan penyediaan fasilitas tambahan untuk pengembangan
pelabuhan dalam 2 tahap dengan mempertimbangkan pertumbuhan demand.
3. Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas tambahan untuk meningkatkan
pelayanan pelabuhan.
4. Pengalihan aset rehabilitasi dan pembangunan baru kepada pemerintah pada akhir masa
konsesi.
5. Menjaga kualitas dan kuantitas fasilitas aset eksisting yang digunakan hingga dilakukan proses
pengalihan hak guna pada akhir masa konsesi.

Lampiran G | 23
6. Dalam pengoperasian dan pemeliharaan terminal peti kemas dan kargo, Badan Usaha
diperkenankan untuk melakukan kerja sama dengan pihak ketiga selama tidak mengganggu
kinerja operasional.

Pentahapan rehabilitasi dan pembangunan terdiri atas 3 tahap, yaitu:


a. Tahap 1: Rehabilitasi dilakukan pada tahun 2018-2019, sehingga bisa beroperasi penuh pada
tahun 2020. Hal ini dengan pertimbangan bahwa lelang KPBU dimulai pada pertengahan
2016, sehingga proses lelang hingga financial close selesai pada akhir tahun 2017.
b. Tahap 2: Pembangunan pengembangan pertama dilakukan pada tahun 2020-2023.
c. Tahap 3: Pembangunan pengembangan kedua dilakukan pada tahun 2030-2033.

Jangka waktu perjanjian kerjasama ini diusulkan selama 30 tahun, terhitung sejak kegiatan
rehabilitasi dilakukan. Harapanya dengan skema kerjasama yang tidak sepanjang masa konsesi
pelabuhan di Indonesia pada umumnya akan memberikan waktu yang cukup dan tepat bagi
Pemerintah untuk mengoperasikan secara mandiri dan Badan Usaha mendapatkan keuntungan
yang layak.

Aset pemerintah di Pelabuhan Bau Bau merupakan aset Pemerintah Pusat. Aset yang
dikerjasamakan meliputi segala aset yang digunakan untuk pengoperasian dan pemeliharaan
terminal peti kemas saat ini.

Lampiran G | 24
LAMPIRAN I: PERSYARATAN AMDAL

Kategori usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (“Amdal”) diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5
tahun 2012. Sebagaimana ketentuan Pasal 2(1) Permen LH 5/2012 yang
menyebutkan bahwa setiap usaha/kegiatan yang memiliki dampak penting
terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Pembangunan dan pengelolaan
pelabuhan ini sendiri dikategorikan sebagai usaha yang memiliki dampak penting
terhadap lingkungan hidup sesuai dengan Lampiran I bagian II huruf (I) PermenLH
5/2012 tentang Amdal dalam bidang pembangunan pelabuhan.

Merujuk pada Rancangan Perjanjian Kerjasama, Pemenang Lelang akan


melakukan pemutakhiran terhadap kajian mengenai dampak lingkungan dan
sosial tambahan lainnya untuk memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di Indonesia.

Prosedur dan persyaratan pembuatan dokumen Amdal sebagaimana diatur dalam


Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan tersaji dalam
tabel di bawah ini.

Tabel 1 Prosedur dan Persyaratan Pembuatan Dokumen Amdal

No. Aktivitas Durasi

1. Langkah Awal

Pemrakarsa melakukan Pengumuman Rencana Usaha 10 hari kerja


dan Konsultasi Publik
(Pasal 9(4) PP 27/2012)

2. Tahap I

- Pemrakarsa menyusun Kerangka Acuan

- Pemrakarsa mengajukan Kerangka Acuan kepada


Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota

- Pemrakarsa menunggu penilaian Kerangka Acuan dari 30 hari kerja


Komisi Penilai Amdal
(Pasal 23 PP 27/2012)

- Pemrakarsa melakukan perbaikan Kerangka Acuan Maksimal 3


berdasarkan masukan dari Komisi Penilai Amdal tahun dari
diterimanya
(Pasal 25(1)a PP 27/2012)
dokumen

- Pemrakarsa menunggu penilaian akhir dari Komisi 30 hari kerja


Penilai Amdal
(Pasal 23 PP 27/2012)

I-1
- Pemrakarsa melakukan perbaikan Kerangka Acuan Maksimal 3
berdasarkan masukan dari Komisi Penilai Amdal tahun dari
diterimanya
(Pasal 25(1)a PP 27/2012)
dokumen

- Pemrakarsa menunggu penilaian akhir dari Komisi 30 hari kerja


Penilai AMDAL
(Pasal 23 PP 27/2012)

3. Tahap II

- Pemrakarsa menyusun Andal dan Rancangan


Pengelolaan dan Pengawasan Lingkungan
("RKL/RPL")

- Pemrakarsa mengajukan Andal dan RKL/RPL kepada


Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota

- Pemrakarsa menunggu peniliaian Andal dan RKL/RPL 75 hari kerja


dari Komisi Penilai Amdal
(Pasal 31 PP 27/2012)

- Pemrakarsa melakukan perbaikan Andal dan 75 hari kerja


RKL/RPL berdasarkan masukan dari Komisi Penilai
Amdal
(Pasal 31 PP 27/2012)

- Pemrakarsa menunggu penilaian akhir Andal dan 75 hari kerja


RKL/RPL dari Komisi Penilai Amdal
(Pasal 31 PP 27/2012)

4. Tahap III

- Pemrakarsa menunggu hasil rapat Komisi Penilai 75 hari kerja


Amdal
(Pasal 31 PP 27/2012)

- Pemrakarsa menunggu penetapan keputusan oleh 10 hari kerja


Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota dari
diterimanya
(Pasal 32(2) PP 27/2012)
hasil rapat

I-2

Anda mungkin juga menyukai