Dokumen Lelang Investasi PDF
Dokumen Lelang Investasi PDF
SULAWESI TENGGARA
2015
DAFTAR ISI
A. DESKRIPSI PROYEK 6
1. Latar Belakang Proyek ............................................................................................................6
2. Ruang Lingkup Proyek ............................................................................................................6
4. Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.............................................................7
5. Peranan dan Dukungan Kementerian Perhubungan terhadap Proyek Kerjasama
Penyediaan Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau ...................7
B. INSTRUKSI KEPADA PESERTA PENGADAAN 8
6. Definisi....................................................................................................................................8
7. Praktek KKN..........................................................................................................................11
8. Benturan Kepentingan .........................................................................................................12
9. Pakta Integritas.....................................................................................................................13
10. Perubahan Konsorsium ........................................................................................................14
11. Isi Dokumen Permintaan Proposal .......................................................................................15
12. Jadwal Pelaksanaan Proyek..................................................................................................16
13. Biaya Penyiapan Penawaran ................................................................................................16
14. Uji Tuntas..............................................................................................................................16
15. Rancangan Perjanjian Kerjasama .........................................................................................17
16. Rapat Penjelasan dan Peninjauan Lapangan........................................................................18
17. Klarifikasi dan Amandemen/Adendum Dokumen Permintaan Proposal.............................20
18. Tanggung Jawab Peserta pengadaan ...................................................................................21
C. PENYIAPAN DOKUMEN PENAWARAN 22
19. Bahasa dan Mata Uang.........................................................................................................22
20. Struktur dan Isi Dokumen Penawaran .................................................................................23
20.4 Ketentuan Legalisasi/Konsularisasi 28
21. Masa Berlaku Dokumen Penawaran ....................................................................................28
D. PEMASUKAN DOKUMEN PENAWARAN 29
22. Format dan Penandatanganan Dokumen Penawaran .........................................................29
23. Penyegelan dan Penandaan Penawaran ..............................................................................30
24. Batas Akhir Pemasukan Penawaran .....................................................................................31
1
26. Evaluasi Dokumen Penawaran .............................................................................................33
27. Evaluasi Dokumen Penawaran: Sampul I .............................................................................33
28. Klarifikasi/Verifikasi Dokumen Penawaran ..........................................................................34
29. Pemeriksaan dan Penilaian Dokumen Penawaran yang Responsif .....................................35
30. Pengumuman Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran: Sampul I .............................................35
31. Evaluasi Dokumen Penawaran: Sampul II ............................................................................35
32. Koreksi Aritmatik ..................................................................................................................36
33. Kerahasiaan ..........................................................................................................................36
F. PEMENANG PENGADAAN 37
34. Pengumuman Hasil Pengadaan............................................................................................37
35. Sanggahan terhadap Hasil Pengadaan .................................................................................37
36. Keputusan Pemenang Pengadaan........................................................................................38
37. Tanggung Jawab Pemenang Pengadaan ..............................................................................39
G. PEMBATALAN PENGADAAN, PENGADAAN ULANG 40
38. Pembatalan Pengadaan Dan Pengadaan Ulang ...................................................................40
2
DAFTAR LAMPIRAN
3
UNDANGAN PENGAMBILAN DOKUMEN PERMINTAAN PROPOSAL
Jakarta, [*]
Nomor : [*]
Kepada Yth.
[(nama dan alamat perusahaan/pimpinan perusahaan-apabila konsorsium)]
U.p [(Nama Direktur/Pimpinan perusahaan/konsorsium)]
4
No. Kegiatan Tanggal
Kerjasama
7. Penyampaian/pemasukan Dokumen Penawaran
8. Pembukaan Dokumen Penawaran Administrasi
dan Teknis (Sampul I)
9. Evaluasi Dokumen Penawaran Administrasi dan
Teknis (Sampul I)
10. Pengumuman hasil Evaluasi Dokumen Penawaran
Administrasi dan Teknis (Sampul I)
SEKRETARIAT:
[alamat]
Demikian disampaikan untuk diketahui.
5
A. DESKRIPSI PROYEK
1. Latar Belakang Proyek
Upaya pemerintah dalam menarik investor untuk menanamkan investasi
sebesar-besarnya perlu didukung oleh semua pihak. Salah satu dukungan
yang diperlukan adalah meningkatkan jaringan sarana dan prasarana
transportasi termasuk transportasi laut yang menghubungkan suatu
daerah dengan daerah lainnya dengan pelabuhan sebagai hub
perekonomian.
Dalam konsep pembangunan Pemerintah Kota Baubau, pelabuhan ini
dibangun untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pelayanan demi
mendukung program jangka panjang menjadikan Kota Baubau Pintu
Gerbang Ekonomi dan Pariwisata di Sulawesi Tenggara.
6
3. Lokasi Proyek
Lokasi Proyek KPBU berada di Pelabuhan Bau Bau Provinsi Sulawesi
Tenggara sebagaimana gambar berikut:
7
B. INSTRUKSI KEPADA PESERTA PENGADAAN
6. Definisi
Istilah-istilah yang didefinisikan berikut ini digunakan dalam Dokumen
Permintaan Proposal ini dan akan memiliki arti sebagaimana ditentukan di
bawah ini. Istilah-istilah lainnya yang diawali dengan huruf besar yang
digunakan akan memiliki arti yang sama sebagaimana ditetapkan dalam
Perjanjian Kerjasama.
a. “Afiliasi” adalah setiap badan hukum yang sendiri atau bersama-sama
dengan badan hukum lainnya, secara langsung atau tidak langsung
melalui satu atau lebih perantara, Mengendalikan, Dikendalikan oleh, atau
berada di bawah Pengendalian yang sama dengan badan hukum lainnya.
Afiliasi harus mencakup anak perusahaan dan perusahaan induk dan anak
perusahaan dari induk yang sama, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
b. “AMDAL” adalah analisis mengenai dampak lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia dan persyaratan
sebagaimana diatur pada Lampiran I dari Dokumen Permintaan Proposal.
c. “Anggota Utama Konsorsium” adalah Peserta pengadaan, yang
merupakan anggota dari konsorsium yang memenuhi kriteria yang terdapat
dalam Lampiran D.9 dari Dokumen Permintaan Proposal ini.
d. “Badan Usaha” adalah Peserta pengadaan yang ditetapkan sebagai
pemenang Pengadaan Proyek oleh PJPK.
e. “Dokumen Permintaan Proposal” adalah dokumen ini termasuk dengan
semua lampiran dan setiap perubahan serta klarifikasi yang dikeluarkan
oleh PJPK.
f. “Dokumen Penawaran” adalah penawaran tertulis yang disampaikan oleh
Peserta pengadaan kepada Panitia Pengadaan berdasarkan syarat dan
ketentuan sebagaimana tercantum di dalam Dokumen Permintaan Proposal
ini.
g. “Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis” adalah isi dari Sampul
penawaran pertama atau Sampul I yang disampaikan Peserta pengadaan
sesuai dengan Bagian 20.2.1.
h. “Dokumen Penawaran Finansial” adalah isi dari Sampul penawaran kedua
atau Sampul II untuk disampaikan oleh Peserta pengadaan sesuai dengan
Bagian 20.3.
i. “Dokumen Prakualifikasi” adalah dokumen prakualifikasi yang ditetapkan
oleh PJPK berdasarkan Keputusan Waliprovinsi jawa barat [●] pada tanggal
[●] beserta perubahannya dan dokumen prakualifikasi ulang beserta
perubahannya, yang menjadi ketentuan proses prakualifikasi dan proses
prakualifikasi ulang.
8
j. “Hari” adalah periode dua puluh empat (24) jam berturut-turut yang
berakhir pada tengah malam Waktu Standar Indonesia Bagian Barat. Satu
Hari adalah satu hari kalender.
k. “Hari Kerja” adalah hari Senin sampai dengan Jumat, kecuali dinyatakan
sebagai hari libur nasional, di Indonesia.
l. “Indonesia” adalah Republik Indonesia.
m. “Jaminan Penawaran” adalah jaminan untuk penawaran berupa bank
garansi dengan ketentuan tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali
(unconditional clause and irrevocable) yang diterbitkan oleh Pihak Penerbit
Jaminan sejumlah Rp ……,- (……… Rupiah), sebagai jaminan sesuai
dengan ketentuan Bagian 20.2.2 Dokumen Permintaan Proposal ini.
n. “Jaminan Pelaksanaan ” adalah jaminan atas pelaksanaan Badan Usaha
terhadap kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian Kerjasama sejak
tanggal penandatanganan Perjanjian Kerjasama sampai dengan tanggal
berlaku efektifnya Perjanjian Kerjasama berupa bank garansi dengan
ketentuan tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali (unconditional
clause and irrevocable) yang diterbitkan oleh Pihak Penerbit Jaminan
sejumlah Rp …….,- (………. Rupiah).
o. “Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha” untuk selanjutnya disebut
sebagai “KPBU” adalah kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
penyediaan infrastruktur yang dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama
atau pemberian izin pengusahaan.
p. “Kontraktor EPC” adalah perusahaan atau badan usaha EPC yang
ditunjuk atau akan ditunjuk oleh Perusahaan Pelaksana Proyek, jika ada,
dengan persetujuan terlebih dahulu dari PJPK.
q. “Kontraktor Operasional dan Pemeliharaan” adalah perusahaan atau
badan usaha operasional dan pemeliharaan yang ditunjuk atau akan
ditunjuk oleh Perusahaan Pelaksana Proyek, jika ada, dengan persetujuan
terlebih dahulu dari PJPK.
r. “Masa Berlaku Penawaran” adalah masa berlakunya Dokumen Penawaran
sesuai dengan ketentuan Bagian 17 Dokumen Permintaan Proposal ini,
yaitu selama ….. (……..) Hari sejak Tanggal Pemasukan Dokumen
Penawaran.
s. “Masa Sanggah” waktu yang diberikan oleh Panitia Pengadaan kepada
Peserta pengadaan untuk mengajukan Sanggahan sebagaimana diatur
dalam Bagian 32 dari Dokumen Permintaan Proposal ini.
t. “Panitia Pengadaan” adalah Panitia Pengadaan Badan Usaha, yang
ditetapkan melalui Keputusan Waliprovinsi jawa barat untuk pengadaan
badan usaha secara Pengadaan umum dalam rangka pembangunan
infrastruktur.
9
u. “Pemenang Pengadaan” adalah Peserta pengadaan yang diberikan Surat
Penetapan Pemenang Pengadaan sebagaimana diatur dalam Bagian 33
Dokumen Permintaan Proposal ini.
v. “Pemerintah” adalah Pemerintah Negara Republik Indonesia.
w. “Pengendalian” adalah kekuasaan untuk mengarahkan atau menyebabkan
arah kebijakan pengelolaan badan hukum, berdasarkan kontrak, instansi
atau yang lainnya.
x. “Perjanjian Kerjasama” adalah perjanjian yang akan ditandatangani oleh
Perusahaan Pelaksana Proyek dan PJPK yang menetapkan landasan
kerjasama Proyek.
y. “Perjanjian Operasional dan Pemeliharaan” adalah suatu perjanjian
untuk operasional dan pemeliharaan Proyek yang akan ditandatangani oleh
Perusahaan Pelaksana Proyek dan Kontraktor Operasional dan
Pemeliharaan.
z. “Perusahaan Pelaksana Proyek” adalah perusahaan yang didirikan oleh
Pemenang Pengadaan berdasarkan ketentuan hukum Indonesia, dengan
kantor yang berlokasi di Indonesia, dan para pengganti dan penerima
pengalihan yang diizinkan.
aa. “Perwakilan Peserta pengadaan” adalah orang yang diberi kuasa oleh
Peserta pengadaan melalui pemberian Surat Kuasa, untuk bertindak
sebagai perwakilan Peserta pengadaan dalam hubungannya dengan
Panitia, Pemerintah, dan/atau instansi terkait lainnya untuk semua hal
yang berkaitan dengan Proses Pengadaan yang terkait dengan Proyek.
bb. “Peserta pengadaan” adalah peserta yang telah lulus proses prakualifikasi
Proyek yang diumumkan oleh Panitia Pengadaan melalui Pengumuman
Hasil Prakualifikasi Pengadaan Badan Usaha Proyek Kerjasama Penyediaan
Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau No.
…….tanggal dan Pengumuman Hasil Prakualifikasi Ulang Pengadaan
Badan Usaha Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur Pembangunan
dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau No. ……tanggal ……..
cc. “Peserta pengadaan Yang Memenuhi Persyaratan” adalah Peserta
pengadaan yang Dokumen Penawarannya sesuai dengan seluruh
persyaratan, kondisi, dan spesifikasi dari Dokumen Permintaan Proposal
ini tanpa adanya penyimpangan dan reservasi yang material, sebagaimana
tercantum di Bagian 26 dari Dokumen Permintaan Proposal ini.
dd. “Pihak Penerbit Jaminan” adalah bank yang berdomisili di Indonesia dan
memiliki peringkat minimum AA- yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat Pefindo dan Fitch Ratings Indonesia.
ee. “Proses Pengadaan” adalah prosedur seleksi kompetitif yang ditentukan
dalam Dokumen Permintaan Proposal ini.
ff. “Proyek” adalah Pengadaan Badan Usaha Proyek Kerjasama Penyediaan
Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau.
10
gg. “PJPK” adalah Penanggung Jawab Proyek Kerjasama dalam hal ini adalah
Menteri Perhubungan.
hh. “Rancangan Perjanjian Kerjasama” adalah rancangan Perjanjian
Kerjasama yang disepakati secara final yang diterbitkan oleh PJPK sesuai
dengan Lampiran F Dokumen Permintaan Proposal ini.
ii. “Rupiah” adalah mata uang yang sah dari Republik Indonesia.
jj. “Sanggahan” adalah keberatan yang diajukan oleh Peserta pengadaan
kepada PJPK sehubungan dengan penyimpangan prosedur pelaksanaan
Pengadaan, sebagaimana diatur dalam Bagian 32 dari Dokumen
Permintaan Proposal.
kk. “Spesifikasi Teknis dan Desain Proyek” adalah persyaratan minimum
teknis dari Proyek yang ditetapkan pada Lampiran C dalam Dokumen
Permintaan Proposal ini.
ll. “Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran” adalah tanggal yang
tercantum pada Lampiran A Lembar Data Proses Pengadaan dari Dokumen
Permintaan Proposal ini, yang ditentukan sebagai hari pengajuan Dokumen
Penawaran.
7. Praktek KKN
7.1 Larangan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) serta Penipuan.
7.2 Peserta dan pihak yang terkait dengan pekerjaan ini berkewajiban
mematuhi etika pengadaan dengan tidak melakukan tindakan sebagai
berikut:
a. Berusaha mempengaruhi anggota Panitia Pengadaan dalam bentuk dan
cara apapun, untuk memenuhi keinginan Peserta yang bertentangan
dengan Dokumen Permintaan Proposal, dan/atau peraturan
perundang-undangan.
b. Melakukan persekongkolan dengan Peserta pengadaan lain untuk
mengatur hasil Pengadaan, sehingga mengurangi/ menghambat/
memperkecil/ meniadakan persaingan yang sehat dan/atau merugikan
pihak lain;
c. Membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain
yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan dalam Dokumen
Permintaan Proposal
7.3 Peserta yang menurut penilaian Panitia Pengadaan terbukti melakukan
tindakan sebagaimana dimaksud dalam angka 7.1 di atas dikenakan
sanksi sebagai berikut;
a. Sanksi administratif, seperti digugurkan dari Proses Pengadaan atau
pembatalan penetapan pemenang;
b. Sanksi pencantuman dalam daftar hitam;
c. Gugatan secara perdata; dan/atau
d. Pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang.
11
7.4 Pengenaan sanksi dilaporkan oleh Panitia Pengadaan kepada PJPK.
8. Benturan Kepentingan
8.1 Peserta pengadaan, termasuk Afiliasinya, tidak boleh memiliki benturan
kepentingan. Tanpa membatasi makna umum dari benturan kepentingan,
masing-masing situasi sebagai berikut akan dianggap sebagai suatu
“Benturan Kepentingan”:
1. Para pihak yang terlibat dalam Pengadaan wajib menghindari dan
mencegah terjadinya pertentangan kepentingan antara para pihak
yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, termasuk
hubungan afiliasi.
2. Pertentangan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pihak yang terlibat pada tahapan Penyiapan dan/atau Transaksi
sebagai konsultan atau Badan Penyiapan:
1) menjadi Peserta atau anggota konsorsium Peserta Pengadaan
Badan Usaha Pelaksana pada Proyek KPBU yang sama;
2) sebagai pemegang saham dan/atau pengurus pada perusahaan
yang menjadi Peserta atau perusahaan pada anggota konsorsium
dalam Pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada Proyek KPBU
yang sama;
3) memberikan pembiayaan/pendanaan atau memberikan
penjaminan pada Proyek KPBU yang sama; dan/atau
4) menjadi konsultan bagi Peserta Badan Usaha Pelaksana pada
Proyek KPBU yang sama.
b. pihak yang bertindak selaku konsultan pada lebih dari 1 (satu)
Peserta dalam Proyek KPBU yang sama;
c. anggota direksi atau dewan komisaris suatu Badan Usaha yang
menjadi Peserta merangkap sebagai anggota direksi atau dewan
komisaris pada Badan Usaha lain yang menjadi Peserta pada Proyek
KPBU yang sama;
d. anggota Panitia Pengadaan/Tim KPBU/PJPK memiliki hubungan
afiliasi dengan Peserta pada Proyek KPBU yang sama;
e. hubungan antara 2 (dua) atau lebih Badan Usaha yang menjadi
Peserta pada Pengadaan yang sama dikendalikan oleh pihak yang
sama, baik langsung maupun tidak langsung; dan/atau
f. kegiatan atau tindakan yang berpotensi menimbulkan persaingan
usaha tidak sehat sebagaimana tercantum pada ketentuan
perundangan mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha yang tidak sehat.
3. Hubungan afiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
adalah:
a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai
derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; dan/atau
12
b. memiliki kendali pada perusahaan Peserta baik langsung maupun
tidak langsung.
4. Para pihak yang memiliki pertentangan kepentingan dalam Proyek
KPBU yang sama dilarang terlibat dalam proses Pengadaan.
5. PJPK/Tim KPBU/Panitia Pengadaan/Peserta atau pihak lain yang
terlibat dalam Pengadaan harus menandatangani Pakta Integritas
sebagai bentuk komitmen untuk menghindari terjadinya pertentangan
kepentingan.
8.2 Jika pada setiap saat sebelum penandatanganan Perjanjian Kerjasama,
Peserta pengadaan, Afiliasinya, anggota-anggota konsorsium, atau Afiliasi
mereka diketahui memiliki Benturan Kepentingan sesuai dengan ketentuan
Bagian ini, terlepas dari apakah Surat Penetapan Pemenang Pengadaan
telah diberikan atau kepada siapa diberikan, Peserta pengadaan tersebut
akan didiskualifikasi, dan Jaminan Penawarannya akan dicairkan oleh
Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas Daerah. Apabila Benturan
Kepentingan melibatkan Peserta pengadaan lainnya, maka setiap Peserta
pengadaan yang terlibat dengan Benturan Kepentingan tersebut akan
didiskualifikasi, dan setiap Jaminan Penawarannya akan dicairkan oleh
Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas Daerah.
8.3 Meskipun bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Dokumen
Permintaan Proposal, Surat Penetapan Pemenang Pengadaan, atau
dokumen terkait lainnya, PJPK memiliki hak untuk memutuskan
Perjanjian Kerjasama tanpa bertanggung jawab dalam bentuk apapun
kepada Peserta pengadaan apabila Peserta pengadaan memiliki Benturan
Kepentingan sesuai dengan ketentuan dalam Bagian ini, Jaminan
Pelaksanaan yang masih ada akan dicairkan oleh PJPK dan disetor ke Kas
Daerah sebagai kompensasi dan kerugian yang wajib dibayar oleh Peserta
pengadaan.
9. Pakta Integritas
9.1 Pakta integritas berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi,
korupsi dan nepotisme (KKN) sebagaimana dijelaskan pada Bagian 4
Dokumen Permintaan Proposal ini.
9.2 Peserta harus menandatangani pakta integritas pada saat pemasukan
Dokumen Penawaran.
9.3 Pakta integritas harus ditandatangani oleh pemimpin/direktur utama
badan usaha atau dalam hal Peserta merupakan konsorsium oleh
penerima kuasa dari para direktur utama anggota konsorsium atau oleh
pejabat yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang berhak mewakili
badan usaha yang bekerja sama.
13
10. Perubahan Konsorsium
10.1 Dalam hal Peserta pengadaan berbentuk konsorsium perusahaan, maka
Peserta pengadaan tidak dapat menambah dan/atau mengubah
keanggotaan konsorsium Peserta pengadaan.
10.2 Peserta pengadaan harus menyusun perjanjian konsorsium yang dibuat
dalam Akta Notaris yang secara jelas mencantumkan komposisi
kepentingan ekuitas masing-masing anggota dalam konsorsium. Perjanjian
konsorsium ini, atau salinan sesuai asli dari perjanjian konsorsium yang
dilegalisasi oleh notaris, bersama-sama dengan formulir pembentukan
konsorsium Peserta pengadaan harus disampaikan sebagai bagian dari
Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis pada Tanggal Pemasukan
Dokumen Penawaran, dan disusun sesuai dengan Lampiran D.9 Dokumen
Permintaan Proposal ini.
10.3 Dalam Dokumen Penawaran harus disampaikan juga salinan sesuai asli
yang dilegalisasi oleh Notaris, risalah keputusan rapat direksi dari masing-
masing anggota konsorsium, atau apabila menurut prosedur internal
perusahaan risalah keputusan rapat direksi tidak diperlukan oleh anggota
konsorsium, maka perlu disampaikan bukti persetujuan perusahaan
lainnya yang dikeluarkan oleh anggota direksi atau pihak yang memiliki
kewenangan sesuai peraturan perusahaan yang diperlukan, yang
menyebutkan keputusannya untuk:
a. Berpartisipasi dalam tahap penawaran Proyek Kerjasama Penyediaan
Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau
Sulawesi Tenggara;
b. Melakukan penyertaan modal/saham dalam Perusahaan Pelaksana
Proyek jika ditetapkan sebagai Pemenang Pengadaan; dan
c. Memberikan kuasa kepada pihak yang akan menandatangani
perjanjian konsorsium untuk dan atas nama perusahaan.
14
b. Tidak dilarang untuk melakukan kegiatan, dibekukan, atau
dimasukkan dalam daftar hitam kontraktor oleh PJPK atau badan
pemerintahan Indonesia lain, baik merupakan kontraktor perorangan,
persekutuan, atau perusahaan atau sebagai anggota dari suatu usaha
patungan atau konsorsium dan tidak memiliki catatan kinerja buruk
dengan PJPK atau badan pemerintahan Indonesia lain;
c. Mengesampingkan haknya untuk mengajukan peringatan, putusan
sela, pelarangan atau gugatan hukum atau proses persidangan
terhadap PJPK atau Panitia Pengadaan untuk menghambat
dilaksanakannya Proses Pengadaan dan pemberian hak untuk
menandatangani Perjanjian Kerjasama kepada Pemenang Pengadaan,
dan pelaksanaan atau implementasi dari Perjanjian Kerjasama;
d. Tidak dipatuhinya setiap persyaratan yang diatur dalam ketentuan a,
b, dan c di atas merupakan alasan tidak diterimanya Dokumen
Penawaran atau diskualifikasi untuk mengikuti Proses Pengadaan dan
merupakan alasan penahanan Jaminan Penawaran.
15
i. Lampiran F - Rancangan Perjanjian Kerjasama;
j. Lampiran G - Outline Dokumen Penawaran;
k. Lampiran H - Informasi Memorandum Proyek;
l. Lampiran I - Persyaratan AMDAL.
16
tercantum pada Lembar D.2. Dokumen Permintaan Proposal ini yang telah
ditandatangani oleh Perwakilan Peserta pengadaan.
14.3 Dalam rangka membantu Peserta pengadaan dalam menyusun Dokumen
Penawarannya, Panitia Pengadaan dapat mengizinkan pihak-pihak lain
yang diusulkan oleh masing-masing Peserta pengadaan untuk memiliki
akses terhadap Pusat Data, termasuk, namun tidak terbatas pada
bank/lembaga keuangan, konsultan, dan/atau kontraktor dengan
ketentuan:
a. Pihak tersebut diusulkan secara tertulis kepada Panitia Pengadaan oleh
Peserta pengadaan dan telah disetujui oleh Panitia; dan
b. Masing-masing pihak yang diusulkan telah menandatangani perjanjian
kerahasiaan yang secara substansial harus dalam bentuk yang sama
dengan Surat Kerahasiaan sebagaimana tercantum dalam Lembar D.2.
c. Pihak-pihak yang diusulkan Peserta pengadaan tersebut dapat juga
menghadiri penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) dan konsultasi Peserta
pengadaan.
17
16. Rapat Penjelasan dan Peninjauan Lapangan
16.1 Panitia Pengadaan akan mengundang seluruh Peserta pengadaan secara
kolektif untuk menghadiri penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) dan untuk
menghadiri konsultasi secara individu.
16.2 Peserta pengadaan tidak diwajibkan untuk menghadiri penjelasan
Pengadaan (Aanwijzing) dan konsultasi, dan ketidakhadiran dalam
penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) dan konsultasi tidak dapat dijadikan
alasan untuk mendiskualifikasi Peserta pengadaan.
16.3 Prosedur Penjelasan Pengadaan (Aanwijzing)
16.3.1 Penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) harus dilakukan secara terbuka
untuk seluruh Peserta pengadaan atau perwakilannya secara
kolektif.
16.3.2 Kecuali jika ditentukan lain, penjelasan Pengadaan (Aanwijzing)
akan diselenggarakan di Jawa barat pada tanggal sesuai dengan
Rencana Jadwal Proyek pada Bagian 12.1. Panitia Pengadaan akan
menyampaikan surat undangan kepada seluruh Peserta pengadaan
untuk menghadiri penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) dengan
mencantumkan secara jelas waktu, tempat dan format penjelasan
Pengadaan (Aanwijzing).
16.3.3 Tujuan penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) adalah memberikan
penjelasan kepada Peserta pengadaan hanya yang terkait dengan
prosedur dan persyaratan administratif atau Proses Pengadaan.
16.3.4 Setelah pelaksanaan penjelasan Pengadaan (Aanwijzing), Peserta
pengadaan dapat menyampaikan pertanyaan-pertanyaan atau
tanggapan-tanggapan secara tertulis kepada Panitia Pengadaan
tentang Dokumen Permintaan Proposal pada jangka waktu sesuai
dengan Rencana Jadwal Proyek pada Bagian 12.1. Dokumen
Permintaan Proposal ini.
16.3.5 Seluruh pertanyaan atau tanggapan dari Peserta pengadaan dan
jawaban dari Panitia Pengadaan baik dalam proses penjelasan
Pengadaan (Aanwijzing) maupun yang disampaikan secara tertulis
akan dituangkan dalam berita acara penjelasan Pengadaan
(Aanwijzing). Berita acara penjelasan Pengadaan (Aanwijzing) akan
disampaikan oleh Panitia Pengadaan kepada seluruh Peserta
pengadaan.
18
b. Penjelasan Dokumen Permintaan Proposal, meliputi penjelasan
mengenai metode pengadaan, tata cara pemasukan Dokumen
Penawaran, dokumen yang harus dilampirkan dalam Dokumen
Penawaran, tata cara pembukaan Dokumen Penawaran,
metode evaluasi penawaran, hal-hal yang dapat menggugurkan
penawaran, konsep Perjanjian Kerjasama, besaran, masa
berlaku dan pihak yang dapat mengeluarkan Jaminan
Penawaran;
c. Tanya/Jawab;
d. Penutup.
19
16.5 Peninjauan Lapangan
16.5.1 Setelah pelaksanaan penjelasan Pengadaan, Panitia Pengadaan
bersama-sama dengan Peserta pengadaan dapat mengunjungi dan
meninjau lokasi Proyek dan lingkungan sekitarnya serta
memperoleh segala informasi yang dianggap perlu dalam rangka
menyiapkan Dokumen Penawaran.
16.5.2 Pelaksanaan peninjauan lokasi proyek dan lingkungan sekitarnya
merupakan hak yang biaya dan resikonya sepenuhnya dibebankan
kepada Peserta pengadaan. Panitia Pengadaan tidak mempunyai
kewajiban untuk memfasilitasi atau menyediakan akses untuk
meninjau ke lokasi, baik yang terdapat maupun tidak terdapat
dalam Data Room.
17.2 Amandemen/Adendum
17.2.1 Panitia Pengadaan atas kewenangannya dapat mengubah,
menghapus, memodifikasi, atau menambah setiap bagian dari
Dokumen Permintaan Proposal ini dalam bentuk
amandemen/adendum yang kemudian disampaikan kepada
seluruh Peserta pengadaan.
20
17.2.2 Peserta pengadaan harus dengan segera memberikan konfirmasi
kepada Panitia Pengadaan melalui email atau faksimili sebagai
bukti penerimaan amandemen/adendum Dokumen Permintaan
Proposal, dan dicatatkan pada Dokumen Penawaran Peserta
pengadaan. Keterlambatan atau kegagalan Peserta pengadaan
dalam menyampaikan konfirmasi tersebut tidak membebaskan
Peserta pengadaan untuk tidak memenuhi syarat dan ketentuan
amandemen/adendum Dokumen Permintaan Proposal tersebut.
17.2.3 Dalam rangka memberikan waktu yang wajar bagi Peserta
pengadaan untuk menyesuaikan dengan syarat dan ketentuan
amandemen/adendum Dokumen Permintaan Proposal, Panitia
Pengadaan dapat, atas kewenangan dan kebijakannya sendiri,
memperpanjang batas akhir Tanggal Pemasukan Dokumen
Penawaran dimana semua hak dan kewajiban Peserta pengadaan
menurut batas akhir sebelumnya, dengan demikian juga menjadi
diperpanjang. Panitia Pengadaan memberitahukan perpanjangan
batas akhir ini kepada seluruh Peserta pengadaan secara tertulis.
17.2.4 Panitia Pengadaan berhak, atas kebijakannya sendiri, untuk
menerima atau menolak Dokumen Penawaran, yang dianggap
kurang lengkap, atau untuk memberhentikan Proses Pengadaan
dan menolak semua Dokumen Penawaran yang disampaikan,
tanpa menimbulkan tangung jawab apapun kepada Peserta
pengadaan atau tidak berkewajiban untuk menginformasikan
kepada Peserta pengadaan alasan untuk pengambilan keputusan di
atas.
21
18.3 Jika Peserta pengadaan tidak melakukan due diligence secara menyeluruh
termasuk melakukan peninjauan tapak, akses jalan masuk ke lokasi
Proyek, kondisi permukaan tanah yang berkaitan, penggunaan lahan di
sekitar lokasi Proyek dan lainnya, hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan
bagi Peserta pengadaan untuk mengubah Dokumen Penawarannya di
kemudian hari, atau melepaskan Peserta pengadaan atau Perusahaan
Pelaksana Proyek dari tanggung jawab untuk menghitung dan
mempertimbangkan kesulitan atau biaya untuk melaksanakan
penyelesaian Proyek. Lebih lanjut, Dokumen Penawaran Finansial Peserta
pengadaan tidak dapat disesuaikan dengan alasan apapun pada saat
penyelesaian Perjanjian Kerjasama pada saat pelaksanaan Proyek.
18.4 Apabila Peserta pengadaan tidak dapat menyampaikan seluruh dokumen
dan informasi sebagaimana disyaratkan oleh Dokumen Permintaan
Proposal ini atau menyampaikan Dokumen Penawaran yang secara
substansi tidak sesuai dengan ketentuan dan persyaratan, maka tindakan
tersebut merupakan tanggung jawab Peserta pengadaan, dan Panitia
Pengadaan atas kebijakannya, dapat menentukan bahwa Dokumen
Penawaran tersebut tidak sesuai dengan persyaratan dalam Dokumen
Permintaan Proposal ini, dan Dokumen Penawaran tersebut dapat
didiskualifikasi.
18.5 Peserta pengadaan tidak dapat mengubah atau menyesuaikan Dokumen
Penawaran yang telah disampaikan kepada Panitia.
18.6 Peserta pengadaan dianggap telah mengerti terhadap semua peraturan
perundang-undang di Indonesia, keputusan-keputusan, dan pedoman-
pedoman baik lokal maupun nasional, yang dapat mempengaruhi atau
berlaku untuk Proyek.
18.7 Peserta pengadaan tidak boleh mengundurkan diri apabila telah
menyampaikan Dokumen Penawaran dan Dokumen Penawaran tersebut
telah diterima oleh Panitia.
22
19.2 Panitia, atas pertimbangannya sendiri, dapat mendiskualifikasi Peserta
pengadaan yang tidak memenuhi ketentuan Bahasa sebagaimana
dimaksud pada bagian 19.1 di atas.
19.3 Berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No. 7 tahun 2011 tentang
Mata Uang (UU 7/2011) disebutkan bahwa setiap transaksi keuangan yang
dilakukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib
menggunakan mata uang Rupiah. Peserta pengadaan harus
menggunakan mata uang Rupiah dalam setiap rencana keuangan yang
dilampirkan dalam Dokumen Penawaran.
23
Tabel 5. Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis
ISI SAMPUL I
Lembar 1 Pakta Integritas
Lembar 2 Surat Kerahasiaan
Lembar 3 Surat Penawaran
Lembar 4 Surat Kuasa
Lembar 5 Surat Jaminan Penawaran
Lembar 6 Penawaran Teknis
Lembar 7 Data Pendukung Tambahan
Lembar 8 Rancangan Final Perjanjian Kerjasama
Lembar 9 Perjanjian Konsorsium
24
menandatangani Dokumen Penawaran dan tidak dapat ditarik
kembali serta mengikat bagi Peserta pengadaan dalam segala hal
yang berhubungan dengan Proses Pengadaan selama Masa
Berlaku Dokumen Penawaran.
Peserta pengadaan yang berbentuk konsorsium, dalam
menyusun Surat Kuasa, harus mengikuti ketentuan tambahan
sebagai berikut:
i. Pemberian wewenang kepada Perwakilan Peserta pengadaan
harus dibuktikan dengan Surat Kuasa yang ditandatangani
oleh setiap anggota konsorsium Peserta pengadaan.
ii. Perwakilan Peserta pengadaan harus memiliki wewenang
untuk menerima instruksi untuk dan atas nama setiap dan
semua anggota konsorsium, menyampaikan Jaminan
Penawaran atas nama konsorsium, dan berwenang untuk
menandatangani Perjanjian Kerjasama atas nama
Perusahaan Pelaksana Proyek.
iii. Surat Kuasa yang ditandatangani oleh setiap anggota
konsorsium harus disertai dengan dokumen-dokumen
terkait yang menyatakan kewenangan untuk memberikan
kuasa kepada Perwakilan Resmi Konsorsium, seperti risalah
keputusan rapat direksi dari masing-masing anggota
konsorsium, Anggaran Dasar Perusahaan, sebagaimana
diperlukan, yang menyebutkan keputusannya untuk:
a) berpartisipasi dalam Tahap Penawaran Proyek Kerjasama
Penyediaan Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan
Pelabuhan Bau Bau;
b) melakukan penyertaan modal/saham dalam Perusahaan
Pelaksana Proyek jika ditetapkan sebagai Pemenang
Pengadaan; dan
c) memberikan kuasa kepada pihak yang akan
menandatangani perjanjian konsorsium untuk dan atas
nama perusahaan.
e. Surat Jaminan Penawaran
Pada Lembar D.5, Peserta pengadaan wajib menyerahkan
Jaminan Penawaran sebesar Rp ……..,- (……..) yang diterbitkan
oleh Pihak Penerbit Jaminan. Surat Jaminan Penawaran tersebut
harus disampaikan dalam bentuk sebagaimana ditetapkan pada
Lembar D.5.
Jaminan Penawaran sekurang-kurangnya harus berlaku selama
…. (………) hari. Sebelum berakhirnya Masa Berlaku Jaminan
Penawaran yang ditetapkan, Panitia Pengadaan dapat meminta
secara tertulis kepada satu atau lebih Peserta pengadaan yang
telah memenuhi persyaratan untuk memperpanjang masa
25
berlaku Jaminan Penawarannya. Apabila Peserta pengadaan
tersebut menerima permintaan perpanjangan tersebut, maka
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) Hari Kerja
sebelum masa berlaku Jaminan Penawaran habis, Peserta
pengadaan tersebut harus telah menyampaikan kepada Panitia
Pengadaan Jaminan Penawaran yang telah diperpanjang. Apabila
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) Hari Kerja sejak tanggal
permintaan perpanjangan dari Panitia, Peserta pengadaan
tersebut menolak atau tidak menyerahkan Jaminan Penawaran,
maka Peserta pengadaan tersebut akan didiskualifikasi dalam
Proses Pengadaan selanjutnya dan Jaminan Penawaran
dikembalikan kepada Peserta pengadaan. Perpanjangan Jaminan
Penawaran harus memiliki masa berlaku yang sama dengan sisa
Masa Berlaku Penawaran. Apabila Masa Berlaku Penawaran
diperpanjang sesuai dengan Bagian 24, maka Jaminan
Penawaran harus diperpanjang sesuai dengan perpanjangan
Masa Berlaku Penawaran dengan prosedur perpanjangan yang
sama dengan Perpanjangan Pertama.
Setiap Dokumen Penawaran yang tidak disertai dengan Jaminan
Penawaran akan didiskualifikasi dan dinyatakan gugur dengan
alasan bahwa tidak sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan. Jaminan Penawaran dengan masa berlaku yang
kurang dari …. (……) hari akan dinyatakan gugur dengan alasan
tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
Jaminan Penawaran dari Peserta pengadaan yang gagal menjadi
Pemenang Pengadaan akan dikembalikan kepada Peserta
pengadaan tidak lebih dari 30 (tiga puluh) Hari Kerja setelah
Surat Penetapan Pemenang Pengadaan oleh PJPK diterbitkan.
Peserta yang ditetapkan sebagai pemenang harus
memperpanjang jaminan penawaran sampai dengan tanda
tangan perjanjian kerjasama.
Jaminan Penawaran akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan
disetor ke Kas Daerah tanpa ada pemberitahuan, permintaan,
atau proses hukum lainnya kepada Peserta pengadaan yang
bersangkutan, jika terjadi salah satu kondisi di bawah ini:
i. Dengan pengecualian di atas, Peserta pengadaan menarik
kembali Dokumen Penawarannya selama Masa Berlaku
Penawaran; atau
ii. Dokumen Penawaran Peserta pengadaan diketahui berisi
pernyataan palsu atau terdapat kekeliruan atau kelalaian;
iii. Dalam hal Pemenang Pengadaan, tidak menandatangani
Perjanjian Kerjasama, tanpa ada persetujuan tertulis dari
Panitia Pengadaan dan berdasarkan ketentuan di Bagian
37.1;
26
iv. Dalam hal Peserta pengadaan menolak untuk
memperpanjang Masa Berlaku Jaminan Penawaran atau
tidak menyerahkan Jaminan Penawaran yang telah
diperpanjang; atau
v. Dalam kurun waktu yang telah ditetapkan, Peserta
pengadaan tidak menyerahkan Jaminan Pelaksanaan
dan/atau gagal menandatangani Perjanjian Kerjasama.
f. Penawaran Teknis
Pada Lembar D.6, masing-masing Peserta pengadaan harus
menyampaikan usulan desain teknis, pendekatan, metodologi,
teknologi yang akan digunakan yang sesuai dengan persyaratan
Spesifikasi Desain dan Teknis sebagaimana diatur pada
Rancangan Perjanjian Kerjasama.
Peserta pengadaan dilarang untuk memasukkan proposal
alternatif yang tidak memenuhi persyaratan desain dan
Spesifikasi Teknis sebagaimana Lampiran C dalam Dokumen
Permintaan Proposal ini.
g. Data Pendukung Tambahan
Peserta pengadaan harus menyampaikan data-data spesifik
sebagaimana ditentukan pada Lembar D.7 Dokumen Permintaan
Proposal ini.
h. Rancangan Final Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf
Pada Lembar D.8, Peserta pengadaan harus menyampaikan
salinan Rancangan Final Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf
oleh Perwakilan Peserta pengadaan pada setiap halaman yang
menunjukkan penerimaan syarat dan ketentuan akhir dari
Perjanjian Kerjasama.
i. Perjanjian Konsorsium
Pada Lembar D.9, Peserta pengadaan harus menyampaikan
Perjanjian Konsorsium yang telah ditandatangani dan disertai
dengan Persetujuan dari Direksi dalam suatu rapat Direksi
sesuai dengan Anggaran Dasar dari masing-masing anggota
konsorsium (yakni dari masing-masing perusahaan atau anggota
konsorsium yang menyetujui investasi untuk Proyek).
27
b. Sampul II.B. berisi informasi mengenai rencana pembiayaan
sebagaimana dipersyaratkan pada Lembar E.2 Dokumen
Permintaan Proposal ini dan model keuangan termasuk daftar
kuantitas dan harga sebagaimana dipersyaratkan dalam
Lembar E.3.
20.3.2 Dokumen Penawaran Finansial Peserta pengadaan harus dievaluasi
sesuai dengan parameter untuk Dokumen Penawaran Finansial
Peserta pengadaan yang diatur pada Lampiran B. Untuk tujuan ini
maka model evaluasi penawaran yang dilengkapi oleh Peserta
pengadaan juga harus dilampirkan dan disampaikan sebagai
bagian dari Dokumen Penawaran Finansial. Peserta pengadaan
wajib menyampaikan informasi mengenai rencana pembiayaan
sebagaimana dipersyaratkan pada Lembar E.2 Dokumen
Permintaan Proposal ini.
28
Persyaratan tersebut setuju atau dianggap telah menyetujui permintaan
tidak akan diizinkan untuk merubah Dokumen Penawaran, namun akan
diminta memperpanjang masa berlaku Jaminan Penawarannya. Ketentuan-
ketentuan pada Bagian 20.2.2.e di atas mengenai pelepasan dan peniadaan
Jaminan Penawaran tetap berlaku selama masa perpanjangan berlakunya
Dokumen Penawaran.
29
Peserta pengadaan atau setiap anggota konsorsium tidak diperkenankan
menjadi Afiliasi dari Peserta pengadaan lain, atau anggota dari konsorsium
lain, atau Afiliasi dari anggota konsorsium lain. Peserta pengadaan atau
anggota konsorsium yang melanggar aturan ini akan mengakibatkan
Peserta pengadaan yang bersangkutan didiskualifikasi oleh Panitia
Pengadaan. Pembatasan ini tidak membatasi partisipasi Kontraktor EPC
dalam lebih dari satu konsorsium, dengan ketentuan partisipasi Kontraktor
EPC tidak dapat sebagai anggota konsorsium. Tetapi, Kontraktor
Operasional dan Pemeliharaan hanya dapat ditunjuk oleh satu Peserta
pengadaan dan merupakan bagian dari satu penawaran.
30
23.2.1 Sampul I Dokumen Penawaran terdiri dari 2 (dua) set dalam segel
terpisah (set pertama dalam bahasa Indonesia dan set kedua dalam
bahasa Inggris) yang masing-masing terdiri dari:
a) 1 (satu) dokumen asli, yang secara jelas diberi tanda
“Asli/Original”;
b) 4 (empat) salinan, yang secara jelas diberi tanda
“Salinan/Copy”; dan
c) 2 (dua) salinan elektronik dalam bentuk flashdrive/USB
(Universal Serial Bus) dengan format PDF.
23.2.2 Set pertama Sampul I harus berisi Jaminan Penawaran yang
dikeluarkan oleh bank yang memiliki kegiatan usaha Republik
Indonesia yang asli dan salinannya.
23.2.3 Setiap set dalam Sampul I harus diberikan tanda sesuai dengan
ketentuan Bagian 20.1 di atas, dan mencakup kalimat “Dokumen
Penawaran Administrasi dan Teknis Diajukan Oleh: [Masukkan
Nama Peserta pengadaan]” pada bagian bawah.
23.2.4 Sampul II Dokumen Penawaran yang terdiri dari 2 (dua) set (set
pertama dalam Bahasa Indonesia dan set kedua dalam Bahasa
Inggris), yang masing-masing set terdiri dari:
a) 1 (satu) dokumen asli yang secara jelas diberi tanda
“Asli/Original”; dan
b) 4 (empat) salinan, yang secara jelas diberi tanda
“Salinan/Copy”.
23.2.5 Sampul yang berisi Dokumen Penawaran Finansial ini harus diberi
tanda sebagai berikut:
a. Dokumen Finansila
b. Jangan Dibuka sebelum tanggal pembukaan dokumen
penawaran financial;
c. Nama Proyek;
d. Nama Peserta Pengadaan
31
elektronik, teleks, telegram atau dengan cara apapun, selain disampaikan
secara langsung tidak akan diterima.
24.3 Panitia Pengadaan dapat memperpanjang batas waktu pemasukan
Dokumen Penawaran dengan mengeluarkan amandemen/adendum sesuai
dengan Bagian 17.2 Dokumen Permintaan Proposal ini.
24.4 Setiap Dokumen Penawaran yang disampaikan di luar tanggal dan waktu
pemasukan Dokumen Penawaran sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
A Lembar Data Proses Pengadaan ini akan didiskualifikasi atau tidak
diterima oleh Panitia Pengadaan tanpa memperhatikan alasan apapun.
24.5 Kegagalan pemasukan proposal pada Batas Akhir Waktu Pemasukan
sebagaimana diatur dalam Bagian 21.1 maka Peserta pengadaan
dinyatakan diskualifikasi dari Proses Pengadaan.
32
masing Dokumen Penawaran untuk memeriksa kelengkapannya
berdasarkan daftar yang tersedia di Bagian 20.2.2 di atas. Setelah
pembukaan seluruh Sampul I, Panitia Pengadaan harus segera
menyiapkan Berita Acara Pembukaan Penawaran. Berita Acara tersebut
ditandatangani semua anggota Panitia Pengadaan yang hadir dan para
saksi (Perwakilan Peserta pengadaan yang hadir atau saksi yang ditunjuk
oleh Panitia Pengadaan sebagaimana dimaksud pada Bagian 25.2 di atas).
Berita Acara tersebut kemudian didistribusikan kepada seluruh Perwakilan
Peserta pengadaan. Setelah itu, Panitia Pengadaan menutup pertemuan
terbuka untuk melaksanakan evaluasi atas Sampul I dari masing-masing
Dokumen Penawaran yang diajukan.
25.4 Dalam hal hanya ada satu Peserta pengadaan yang memenuhi syarat,
maka akan diberlakukan ketentuan mengenai peserta penawar tunggal
(Bagian Error! Reference source not found. Dokumen Permintaan
Proposal), sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015
tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur.
25.5 Jika tidak ada Dokumen Penawaran yang memenuhi syarat, Panitia
Pengadaan menyatakan Proses Pengadaan gagal dan dapat melakukan
Pengadaan ulang terhadap Proyek, atau mengambil tindakan lain yang
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
33
Penawaran Teknis berdasarkan kriteria evaluasi yang tercantum dalam
Lampiran B.2. Dokumen Permintaan Proposal. Evaluasi atas Dokumen
Penawaran Teknis yang dalam Sampul I Dokumen Penawaran dilakukan
dengan sistem skoring.
27.3 Sampul I dianggap telah memenuhi persyaratan, apabila secara substansi:
a. Sesuai dengan seluruh syarat, kondisi, dan spesifikasi Dokumen
Permintaan Proposal ini tanpa adanya penyimpangan material,
pernyataan reservasi atau kondisional yang dapat mempengaruhi
ruang lingkup, kualitas atau pelaksanaan Proyek atau dapat
membatasi ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Permintaan
Proposal, hak Panitia, kewajiban Peserta pengadaan, dan kewajiban
Perusahaan Pelaksana Proyek berdasarkan Perjanjian Kerjasama; dan
b. Dianggap layak secara teknis. Peserta pengadaan yang Sampul I-nya
yang secara substansi ditentukan memenuhi syarat dipertimbangkan
sebagai Peserta Yang Memenuhi Persyaratan.
27.4 Sampul I yang tidak memenuhi persyaratan/gugur adalah Sampul I yang
secara substansi tidak memenuhi kriteria sebagaimana ditetapkan pada
Bagian 27.3 di atas. Panitia, atas pertimbangannya sendiri, dapat
menentukan apakah setiap Sampul I memenuhi kriteria-kriteria tersebut.
Dokumen Penawaran Sampul I yang dinyatakan tidak memenuhi
persyaratan maka dianggap sebagai Peserta pengadaan yang tidak
memenuhi persyaratan. Dokumen Penawaran Peserta pengadaan yang
tidak memenuhi persyaratan akan dikembalikan kepada masing-masing
Peserta pengadaan.
34
Panitia Pengadaan sebagai bagian dari Dokumen Penawaran Peserta
pengadaan.
25.5 Panita Pengadaan, atas kebijakannya sendiri, memiliki hak untuk
melakukan klarifikasi/konfirmasi kepada pihak lain selain Peserta
pengadaan yang berhubungan dengan informasi yang terdapat dalam
Dokumen Penawaran Peserta pengadaan. Hasil klarifikasi/konfirmasi
kepada pihak lain dimaksud dapat dijadikan bahan pertimbangan Panita
Pengadaan dalam pelaksanaan evaluasi Dokumen Penawaran Administrasi
dan Teknis.
35
31.2 Panitia Pengadaan membuka Sampul II dalam sebuah pertemuan terbuka
pada waktu dan tanggal yang ditentukan dalam Lampiran A Lembar Data
Proses Pengadaan atau pada tanggal kemudian yang mungkin diumumkan
oleh Panitia. Wakil dari Peserta pengadaan yang hadir wajib
menandatangani Daftar Penerimaan sebagai bukti kehadiran mereka.
Ketentuan mengenai wakil dari Peserta pengadaan dalam pembukaan
Sampul I juga berlaku terhadap pembukaan Sampul II.
31.3 Panitia Pengadaan akan melakukan evaluasi bahwa Dokumen Penawaran
Finansial yang tercantum dalam Sampul II:
a. Disusun sesuai dengan format yang disyaratkan dalam Lampiran E
Dokumen Permintaan Proposal ini;
b. Menggunakan mata uang Rupiah;
c. Mengikat dan tidak merujuk pada persyaratan apapun.
Panitia Pengadaan berhak untuk meminta klarifikasi atas Model Finansial
Proyek yang dibuat secara substansi sesuai dengan Lampiran E.3.
31.4 Perhitungan Dokumen Penawaran Finansial dinyatakan sampai dengan
nilai satuan Rupiah. Dalam hal terdapat ketidaksesuaian antara
huruf/terbilang dan angka yang disampaikan maka penyampaian dalam
huruf/terbilang yang akan berlaku. Dalam hal terdapat perbedaan antara
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, maka versi bahasa Indonesia akan
berlaku.
31.5 Atas setiap Dokumen Penawaran Finansial yang tidak sesuai dengan
persyaratan Bagian 31.3, Panitia Pengadaan akan mengembalikan Jaminan
Penawaran asli kepada Peserta pengadaan yang bersangkutan setelah
Penerbitan Surat Penetapan Pemenang Pengadaan.
36
33. Kerahasiaan
33.1 Seluruh informasi yang telah tercakup dalam Surat Kerahasiaan dan
seluruh informasi dalam Dokumen Penawaran dianggap rahasia dan tidak
boleh diungkapkan kepada pihak lain yang tidak terkait dengan Proses
Pengadaan. Peserta pengadaan, dengan menyampaikan Dokumen
Penawaran, secara tegas telah mengesampingkan unsur kerahasiaan
tersebut dan mengizinkan pengungkapan hasil penawaran kepada seluruh
Peserta pengadaan sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal ini.
33.2 Setiap upaya oleh Peserta pengadaan atau salah satu anggota
konsorsiumnya atau Afiliasinya untuk mempengaruhi Panitia Pengadaan
dalam Proses Pengadaan, akan menyebabkan Dokumen Penawaran Peserta
pengadaan yang bersangkutan didiskualifikasi/tidak dapat diterima dan
Jaminan Penawaran dari Peserta pengadaan yang bersangkutan akan
dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetorkan ke Kas Daerah.
33.3 Berita Acara Hasil Pengadaan harus dijaga kerahasiaannya sampai dengan
pelaksanaan Perjanjian Kerjasama.
F. PEMENANG PENGADAAN
34. Pengumuman Hasil Pengadaan
34.1 Panitia Pengadaan menetapkan calon Pemenang Pengadaan dan 2 (dua)
cadangan pemenang (bila ada) berdasarkan hasil evaluasi terhadap
Dokumen Penawaran yang dinyatakan memenuhi syarat sesuai dengan
ketentuan pada Bagian 27 dan 31.
34.2 Panitia Pengadaan menyusun dan menyampaikan laporan hasil evaluasi
kepada PJPK disertai usulan penetapan Pemenang Pengadaan dan 2 (dua)
cadangan pemenang (bila ada).
34.3 PJPK menetapkan Pemenang Pengadaan dan 2 (dua) cadangan pemenang
(bila ada) berdasarkan usulan dari Panitia.
34.4 Panitia Pengadaan akan mengumumkan Pemenang Pengadaan dan 2 (dua)
cadangan pemenang (bila ada) serta memberitahukannya kepada seluruh
Peserta pengadaan.
37
35.4 PJPK tidak menerima Sanggahan dan bukti pendukung yang disampaikan
setelah berakhirnya Masa Sanggah.
35.5 PJPK memeriksa keabsahan dari setiap Sanggahan dan akan
menyampaikan jawaban atas Sanggahan secara tertulis kepada Peserta
pengadaan yang menyampaikan Sanggahan dalam jangka waktu selama 7
(tujuh) Hari Kerja setelah berakhirnya Masa Sanggah.
35.6 Jawaban PJPK atas Sanggahan bersifat final dan proses Sanggahan tidak
dapat menghentikan Proses Pengadaan.
38
36.6 Apabila cadangan pemenang pertama baik sebelum atau setelah ditetapkan
sebagai Pemenang Pengadaan juga mengundurkan diri, maka penetapan
Pemenang Pengadaan dapat dilakukan kepada cadangan pemenang kedua
(bila ada), dengan ketentuan:
a. Cadangan pemenang kedua tersebut harus terlebih dahulu mendapat
penetapan dari PJPK sebagai Pemenang Pengadaan;
b. Masa Berlaku Penawaran dan Jaminan Penawaran cadangan pemenang
kedua tersebut masih berlaku atau sudah diperpanjang;
36.7 Apabila cadangan pemenang kedua mengundurkan diri, dengan alasan
yang tidak dapat diterima, maka Jaminan Penawaran cadangan pemenang
kedua tersebut akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas
Daerah. Panitia Pengadaan dapat melakukan pengadaan ulang.
39
b. Perusahan Pelaksana Proyek gagal menyerahkan kepada PJPK Jaminan
Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada Bagian 37.2; atau
c. Menolak atau tidak mampu atau gagal menandatangani Perjanjian
Kerjasama dalam jangka waktu 75 (tujuh puluh lima) Hari setelah
Penerbitan Surat Penetapan Pemenang Pengadaan.
37.5 Ketentuan Bagian 37 Dokumen Permintaan Proposal ini berlaku secara
mutatis mutandis terhadap ketentuan Bagian Error! Reference source not
found..
37.6 Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 5 (lima) Hari Kerja setelah
penandatanganan Perjanjian Kerjasama, Panitia Pengadaan akan
mengembalikan semua Jaminan Penawaran kepada para Peserta
pengadaan.
40
h. Alasan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
38.2 Berdasarkan ketentuan pada bagian 38.1, Panitia Pengadaan berhak, atas
kebijakannya sendiri, untuk menerima atau menolak proposal, yang
dianggap kurang lengkap, atau untuk memberhentikan Proses Pengadaan
dan menolak semua proposal yang disampaikan sebelum pelaksanaan
Perjanjian Kerjasama, tanpa menimbulkan tanggung jawab apapun kepada
Peserta pengadaan atau tidak berkewajiban untuk menginformasikan
kepada Peserta pengadaan alasan untuk pengambilan keputusan di atas.
38.3 Berdasarkan ketentuan pada bagian 38.1 dan 38.2, Panitia Pengadaan
akan membatalkan Pengadaan atau Pengadaan dianggap gagal.
38.4 Pengadaan dapat dibatalkan dan dinyatakan gagal, apabila calon
Pemenang Pengadaan dan 2 (dua) cadangan (jika ada) mengundurkan diri
dari Proses Pengadaan.
38.5 Kementerian Perhubungan dapat menetapkan untuk membatalkan
Pengadaan, atau melakukan Pengadaan ulang, apabila terbukti adanya
kolusi dalam pelaksanaan Pengadaan Proyek ini;
38.6 Panitia Pengadaan dapat melakukan Pengadaan ulang apabila tidak
terdapat Peserta pengadaan yang memenuhi persyaratan setelah dilakukan
evaluasi, seperti yang tercantum dalam Bagian 29 atau tidak terdapat
Peserta pengadaan yang memasukkan Dokumen Penawaran.
41
LAMPIRAN A: LEMBAR DATA PROSES PELELANGAN
Bahasa Dokumen Penawaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dalam hal
terdapat perbedaan maka versi Bahasa Indonesia
yang berlaku
Maksimum Tarif Jasa
Pelayanan Barang di
Pelabuhan
Harga Pembelian Listrik
Jumlah Jaminan Penawaran
Masa Berlaku Penawaran …. (…………… hari) hari sejak Tanggal Pemasukan
Dokumen Penawaran
Asli dan Jumlah Salinan Satu (1) Asli, 4 (empat) Salinan Tercetak, 2 (dua)
Dokumen Penawaran salinan elektronik (pdf) dalam flashdrive/USB
(Universal Serial Bus) masing-masing dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris
A-1
LAMPIRAN B: LEMBAR EVALUASI DOKUMEN PENAWARAN
No. Kriteria
1 Evaluasi Kelengkapan persyaratan Dokumen Penawaran dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris
B-1
LAMPIRAN B.2: LEMBAR EVALUASI TEKNIS
C. Komponen-Komponen Teknis
3. Komponen-
Komponen
Teknis
D. Rencana Konstruksi
4. Jadwal dan
Tahapan
Konstruksi
5. Metode
Pelaksanaan
Konstruksi
E. Rencana Operasi dan Pemeliharaan
6. Jadwal dan
Tahapan
Operasi dan
Pemeliharaan
Sistem
7. Metode
Pelaksanaan
Operasi dan
Pemeliharaan
F. Strategi Pengelolaan dan Pemantauan Dampak Lingkungan
8. Rencana
Pengelolaan dan
Pemantauan
Lingkungan
9. Rencana
Pengelolaan
Dampak Sosial
PASSING GRADE= 70
B-2
LAMPIRAN B.3: LEMBAR EVALUASI FINANSIAL
B-3
LAMPIRAN C: SPESIFIKASI TEKNIS DAN DESAIN
Indikator Kinerja Pelayanan Operasional adalah variabel-variabel Pelayanan, penggunaan fasilitas dan
peralatan pelabuhan. Indikator tersebut terdiri dari Waiting Time (WT) atau waktu tunggu kapal,
Approach Time (AT) atau waktu pelayanan pemanduan, Effektive Time dibanding Berth Time (ET: BT),
Produktivitas Kerja (T/G/J dan B/C/H), Receiving/Delivery Petikemas, Berth Occupancy Ratio (BOR)
atau atau tingkat penggunaan dermaga, Shed Occupancy Ratio (SOR) atau tingkat penggunaan gudang,
Yard Occupancy Ratio (YOR) atau tingkat penggunaan lapangan penumpukan, Kesiapan operasi
peralatan.
Data elevasi pasang surut tertinggi dan terendah berdasarkan peramalan adalah sebagai berikut:
Mean High Water Level (MHWL) = + 2.00 m
Mean Low Water level (MLWL) = + 0.00 m
2.2.1 Gelombang
Tinggi gelombang rencana berdasarkan hasil simulasi perambatan gelombang laut dalam dari arah
utara:
Tinggi Gelombang = 1.0 m
Periode = 6.0 s
Bilangan gelombang = 0.086
2.2.2 Arus
Kecepatan arus rencana berdasarkan hasil simulasi arus pasang surut yang telah dilakukan:
Kecepatan Arus (U) = 0.5 m/s
Koefisien Drag = 1
Koefisien Inersia = 2
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dermaga diuraikan di bawah ini.
E = MHWL + 1/2H + F
dengan:
E = Elevasi dermaga
MHWL = Mean High Water Level, elevasi pasut tertinggi. (3.56m)
H = tinggi gelombang. (1.0m)
F = free board, tinggi jagaan (0.5-1.0 m)
2. Panjang Dermaga
Penentuan kebutuhan panjang dermaga ditentukan oleh arus bongkar muat berdasarkan jenis
komoditi, volume barang, dan jenis kemasan, dimana penentuan kebutuhan fasilitas tiap tahapan
pengembangan dibagi menjadi tiga masa rencana, yaitu:
a. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 5 tahun kedepan;
b. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 10 tahun kedepan, dan;
c. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 20 tahun kedepan.
Dalam perhitungan kebutuhan dermaga diperlukan pengetahuan mengenai karakterisitik kapal yang
akan digunakan dalam perencanaan seperti panjang (loa), lebar dan draft.
Peningkatan kinerja operasional pelabuhan yang meliputi BOR, jumlah jam operasi, jumlah gang,
serta produktifitas alat/gang mempengaruhi kebutuhan dermaga pada pelabuhan yang dikaji. Pada
kasus Pelabuhan Baubau, terdapat tiga jenis angkutan utama yaitu angkutan penumpang,
angkutan barang umum dan angkutan peti kemas.
Perhitungan tiap tahapan pengembangan panjang dermaga Pelabuhan Murhum Baubau lebih
lengkapnya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kebutuhan Pengembangan Dermaga Pelabuhan Murhum Baubau
Eksisting Pendek Menengah Panjang
No Uraian Satuan
2015 2016-2020 2016-2025 2016-2035
Terminal Peti Kemas
1 Bongka r mua t conta i ner TEUS 18.466 29.760 41.054 63.642
2 Juml a h efekti f kerja per ha ri ja m 12 14 14 18
3 Berth Occupa ncy Ra ti o % 107 60 55 55
4 Produkti vi ta s cra ne da ra t per ja m box 5 8 10 12
5 Produkti vi ta s cra ne da ra t per ha ri box 60 112 140 216
6 Jeni s Ka pa l Si ngga h GT 5.000 7.000 10.000 15.000
7 Pendeka ta n Pa nja ng Derma ga (ukura n ka pa l ) m 180 130 145 160
8 Ka pa s i ta s Ka pa l box 206 288 412 618
9 Shi p ca l l per ta hun ka l i 90 104 100 104
10 Tota l Kebutuha n Efekti f Ha ri Kerja s el uruh ta mba ta n ha ri 290 447 535 541
11 Juml a h ha ri kerja ha ri 330 330 330 330
12 Juml a h Derma ga Conta i ner berth 1 2 2 2
13 Tota l Pa nja ng derma ga ka pa l peti kema s m 180 260 290 320
Terminal Multi Purpose
1 Bongka r mua t ca rgo Ton 708.954 1.001.306 1.291.091 1.847.843
2 Produkti vi ta s ga ng per ja m Ton 15 15 25 35
3 Produkti vi ta s ga ng per ha ri Ton 180 210 350 630
4 Berth Occupa ncy Ra ti o % 68 70 70 70
3. Lebar Dermaga
Lebar dermaga ditentukan bedasarkan peralatan dan kebutuhan bongkar muat barang di atas
dermaga. Dalam hal ini alat-alat yang disediakan. Dalam studi ini lebar dermaga di desain sepanjang
20 m untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat kontainer.
1. Panjang Alur
Panjang alur pelayaran tergantung dari topografi dasar perairan (bathimetri) dan kedalaman alur
yang diinginkan, sedangkan arah alur pelayaran tergantung dari arah angin dominan, topografi
dasar perairan, dan material dasar perairan. Berdasarkan pada karakteristik geografis Baubau,
kedalaman alur pelayaran di Selat Masiri dan Selat Buton berkisar antara 10 – 20 meter dengan
lebar alur pelayaran yang cukup memadai. Sedangkan arah alur pelayaran adalah dari arah barat
daya Pelabuhan Baubau dan khusus alur dari Kendari, alur pelayaran dari arah utara pelabuhan.
2. Lebar Alur
Dengan menggunakan kapal standar sebagaimana ditetapkan dalam rencana pengembangan, maka
kebutuhan alur pelayaran didasarkan pada untuk ukuran kapal maksimum yaitu kapal dengan
ukuran 15.000 DWT. Dengan asumsi alur pelayaran adalah dua jalur dengan alur pelayaran relatif
panjang dengan kondisi alur kapal sering berpapasan, maka direncanakan lebar alur pelayaran
sebesar = (7 x 24m) + 30m = 198 meter. Dengan penetapan lebar alur pelayaran sebesar 14,5 mil
(232 meter), alur pelayaran Pelabuhan Baubau cukup untuk memenuhi kebutuhan pelayaran
sampai dengan jangka panjang.
3. Kedalaman alur
Kedalaman air diukur terhadap muka air referensi nilai rata-rata dari muka air surut terendah pada
saat pasang kecil (neap tide) dalam periode panjang yang disebut LLWL (Lowest Low Water Level),
agar kapal dapat masuk dan keluar dengan lancar pada saat muka air rendah. Kedalaman alur
pelayaran berdasarkan Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities In
Japan ditentukan dengan rumus:
D = d + 0.5H + s + c
Keterangan:
d : Draft kapal (meter)
D : Kedalaman pelabuhan pada saat muka air terendah (meter)
H : Tinggi gelombang maksimum diambil 1.5 m
s : Squat (tinggi ayunan kapal yang berlayar, tergantung besarnya kapal),
dimana s dan C diambil 0.5 untuk kapal >1.000 GT
c : Clearance sebagai pengaman, antara 25 – 100 cm, tergantung kondisi
kekerasan dasar perairan
Perhitungan kedalaman alur pelayaran didasarkan kepada pertimbangan draft kapal maksimum
(kapal peti kemas 15.000 DWT) adalah 8,7 meter. Berdasarkan pada kebutuhan draft kapal ini,
direncanakan sisi luar dermaga dengan kedalaman minimum 9 meter.
a. Kedalaman Kolam
Perairan kolam harus memiliki kedalaman yang cukup supaya kapal-kapal dapat keluar-masuk
dengan aman pada saat air surut terendah (LLWL). Kedalaman kolam dihitung dengan persamaan di
bawah ini.
h = d + ½H + C
dengan:
h = Kedalaman kolam pelabuhan saat surut terrendah.
d = draft = tinggi bagian kapal yang terrendam air pada saat muatan penuh (8.2 m)
H = Tinggi gelombang rencana (1.0 m)
C = keel clearence = sebagai pengaman, diambil nilai 10-100 cm.
c. Lebar Alur
Lebar alur pelabuhan yang ideal untuk 2 kapal sering berpapasan adalah:
D = 7.6B
dengan:
B = Lebar kapal terbesar yang akan masuk pelabuhan. (27.5)
Berdasarkan pada asumsi kapal maksimum (Peti Kemas dan Barang Umum) pada masing-masing
Tabel 2 Perhitungan Kebutuhan Area Perairan Pelabuhan Baubau
Pendek Menengah Panjang
N (2014-2018) (2014-2023) (2014-2033)
Uraian Satuan
o Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
Karakteristik Kapal
1 Desain/Standar
a. Ukuran DWT 7,000 2,000 10,000 3,000 15,000 5,000
b. LOA (Panjang), L m 109 81 135 92 158 109
c. Beam (lebar), B m 20.1 12.7 20.8 14.2 23.3 16.4
d. Draft minimum, D m 6.8 4.9 7.6 5.7 8.7 6.8
2 Jumlah Kapal dilayani
a. Kedatangan unit 7 7 7 7 8 7
b. Sandar, N unit 7 7 7 7 8 7
c. Labuh unit 1 1 1 1 1 1
d. Alih Muat unit 1 1 1 1 1 1
e. Kapal Mati unit 1 1 1 1 1 1
3 Panjang Dermaga
a. Panjang Eksisting, Le m 180 512 260 576 320 562
b. Panjang rencana, Lr m 260 576 320 562 320 630
c. Panjang Tambahan, Lt m 80 64 60 - - 68
4 Dimensi Alur
Panjang Alur (Lalur)
m 17,000 17,000 17,000 17,000 17,000
eksisting 17,000
Lebar Alur eksisting m 232 232 232 232 232 232
Lebar Alur ukuran kapal
a. 1-way m 101 64 104 71 117 82
b. 2-ways m 171 119 176 129 193 145
Kedalaman Alur m 9-12 9-12 9-12 9-12 9-12 9-12
5 Dimensi Kolam
a. Areal Alur Pelayaran
Ha 359 245 369 268 407
dari dan ke Pelabuhan 359
b. Areal Tempat Sandar
Lebar m 164 122 203 138 237 164
Panjang m 196 146 243 166 284 196
Luas untuk 1 kapal m2 32,079 17,715 49,208 22,853 67,403 32,079
Luas Total Ha 22 12 34 16 54 22
c. Areal Kolam Putar -
Diameter (dgn tunda) m 218 162 270 184 316 218
Luas Ha 26 14 40 19 63 26
Diameter (tanpa m 327 243 405 276 474
tunda) 327
Luas Ha 59 32 90 42 141 59
d. Areal Tempat Labuh -
Jari-jari m 180 140 211 156 240 180
101,56 139,33 181,25 101,56
Luas m2 61,928 76,650
2 7 7 2
Luas Total Ha 10 6 14 8 18 10
e. Areal Pindah Labuh
Kapal
Jari-jari m 180 140 211 156 240 180
101,56 139,33 181,25 101,56
Luas m2 61,928 76,650
2 7 7 2
Pendek Menengah Panjang
N (2014-2018) (2014-2023) (2014-2033)
Uraian Satuan
o Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
Keadaan Darurat
i .Areal Percobaan
Ha 30 15 38 19 49
Berlayar 30
Lebar (Minimum) m 171 119 176 129 193 171
Panjang (Minimum) m 1,744 1,296 2,160 1,472 2,528 1,744
j. Luas kolam pelabuhan
Dengan tunda 48.58 26.83 74.52 34.61 116.66 48.58
Tanpa tunda 81.24 44.86 124.62 57.88 195.09 81.24
Lapangan penumpukan peti kemas/Container Yard (CY) harus memiliki luasan yang cukup untuk
menampung peti kemas yang datang maupun yang akan diangkut. Letak lapangan ini sebaiknya dekat
dengan dermaga untuk mengurangi perjalanan dari traktor-trailer. Luas area penumpukan dihitung
dengan pendekatan sebagai berikut:
{Bongkar muat pertahun X prosentase penumpukan di area terbuka X waktu tinggal X kebutuhan
ruang X Fk X (1 + faktor keamanan)}/ jumlah hari kalender per tahun X rata rata tinggi tumpukan)
Selain pendekatan yang dilakukan diatas dilakukan juga pendekatan jumlah penumpukan petikemas
yang terdpat di Pelabuhan Baubau pada jangka pendek, jangka menengah serta jangka panjang.
Pendekatan ini menghasilkan jumlah kebutuhan luasan yang diperlukan per TEUS (ARPTEU). Hasil
Tahun ATF CMPY ATT ARPTEU RAMSH RSCF HCR NTSR GTSAR CPA
(ton/th) (TEU) (hari) (m2) (TEU) (m2) (m2) (m2)
2025 687.498 45.833 4 7,5 0,6 25 502 3.767 6.279 7.848
2035 1.216.101 81.073 4 7,5 0,6 25 888 6.664 11.106 13.882
Perhitungan luas area warehouse dihitung berdasarkan bongkar muat barang di mana dengan
pendekatan luas gudang tertutup adalah {Bongkar muat per tahun x prosentase penumpukan di gudang
x waktu tinggal x kebutuhan ruang x 1.25 x (1+ faktor keamanan)}/ jumlah hari kalender per tahun x
rata rata tinggi tumpukan), di mana 1,25 adalah faktor perhitungan pada waktu sibuk. Perbandingan
luas areal warehouse dengan transit shed adalah 1:2 dengan skenario komposisi barang sebagaimana
dijabarkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Komposisi Penanganan Barang di Pelabuhan
Komposisi Barang Pendek Menengah Panjang
disimpan di Gudang 20% 20% 10%
disimpan di Open
Storage 10% 10% 10%
langsung dibawa 70% 70% 80%
Tabel 6 Rekapitulasi Kebutuhan Transit Shed, Ware House, dan Open Storage
Transit Ware Open
Tahun
Shed House Storage
2020 2.100 1.100 3.006
2025 2.900 1.500 4.265
2035 2.700 1.400 7.982
4.4 Perkantoran
Berdasarkan kondisi yang terdapat dilapangan kebutuhan karyawan untuk setiap 750.000 TEUS
(kontainer) dibutuhkan 165 karyawan, kebutuhan karyawan untuk Pelabuhan Baubau berdasarkan
proyeksi kebutuhan petikemas dan Cargo adalah 54 orang karyawan. Adapun perkiraan jumlah
karyawan / kelompok kerja per sub bidang, yaitu:
- Pusat administrasi pelabuhan : 20 orang, 4 kelompok kerja
- Pusat bea cukai : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Admistrasi pelabuhan pembantu: 12 orang, 3 kelompok kerja
- EMKL : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Amenities : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Keagenan : 2 kelompok kerja
- Terminal Penumpang:
2.907 orang
6 pemberangkatan
485 orang/pemberangkatan
1,5 faktor arus maksimum
- Karantina : 10 orang
Luas ruang kerja / kel.kerja = 45 m²
Luas lantai ruang karantina (m²) / orang = 1,8 m²
Luas perkantoran untuk Karantina = 100 m²
6 PERALATAN PENUNJANG
Kebutuhan alat dan peralatan di Pelabuhan Baubau khususnya untuk mendukung operasional terminal
peti kemas disesuaikan dengan besaran demand pada setiap tahapan pengembangan pelabuhan.
Kebutuhan peralatan ini juga disesuaikan dengan kondisi ketersediaan lahan dengan memperhatikan
ketersediaan lahan pelabuhan yang cukup terbatas. Kebutuhan peralatan di Terminal Peti Kemas
Pelabuhan sampai dengan jangka panjang dijabarkan pada Tabel 10.
Tabel 10 Kebutuhan Peralatan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau
Eksisting Jgk Pendek Jgk Mngah Jgk Panjang
No Uraian Satuan
2015 2016-2020 2016-2025 2016-2035
Eksisting Jgk Pendek Jgk Mngah Jgk Panjang
No Uraian Satuan
2015 2016-2020 2016-2025 2016-2035
6 Top Leader 36 Ton unit 0 0 1 2
7 Bottom Lift 15 Ton unit 0 0 1 0
8 Forklift 2 Ton unit 0 2 2 2
9 Forklift 3 Ton unit 1 1 1 1
10 Forklift 5 Ton unit 1 1 1 1
11 Head Truck unit 4 6 4 4
12 Mobile Crane 40 Ton unit 0 1 0 0
13 Transtainer unit 0 0 0 1
LAMPIRAN D: ISI SAMPUL I - DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
PAKTA INTEGRITAS
Jabatan : __________________________
Jabatan : __________________________
[Tanggal]
Kepada Yth:
Panitia Pengadaan Proyek Pengadaan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau
Bau
[Alamat]
11. Surat Kerahasiaan ini tidak akan menyebabkan suatu kemitraan, usaha
patungan atau hubungan majikan dan karyawan antara para pihak atau
menjadikan salah satu pihak sebagai agen pihak lainnya dan tidak ada pihak
yang akan menandatangani atau memiliki kewenangan untuk menandatangani
setiap perjanjian atau membuat pernyataan atau jaminan atas nama dari atau
menjamin kredit dari ataupun mengikat atau menjadikan pihak lain tunduk pada
Surat Kuasa ini.
12. Surat Kerahasiaan ini memuat seluruh pemahaman antara para pihak
sehubungan dengan penjagaan Informasi Rahasia dan menggantikan semua
komunikasi dan pemahaman sebelumnya tentang Informasi Rahasia. Tidak ada
pengesampingan, perubahan, modifikasi, atau amandemen yang akan mengikat
atau berlaku untuk tujuan apapun kecuali dan sampai dibuat secara tertulis dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
13. Setiap ketentuan (atau bagian daripadanya) dari Surat Kerahasiaan ini harus
ditafsirkan secara terpisah dan berdiri sendiri satu sama lain. Oleh karena itu,
apabila ada ketentuan terhadap Surat Kerahasiaan ini yang dianggap tidak dapat
dilaksanakan atau tidak sah, ketentuan tersebut akan menjadi tidak efektif
sejauh hal yang tidak dapat dilaksanakan atau ketidaksahan tersebut, tanpa
mempengaruhi ketentuan lainnya dari Surat Kerahasiaan ini.
14. Surat Kerahasiaan ini dan semua hak dan kewajiban para pihak diatur dan
ditafsirkan sesuai dengan hukum Indonesia dan kedua belah pihak tunduk
kepada yurisdiksi non-eksklusif dari pengadilan Indonesia.
15. Setiap pemberitahuan yang perlu diberikan oleh setiap pihak berdasarkan Surat
Kerahasiaan ini wajib dibuat secara tertulis yang dikirimkan melalui pos tercatat
atau melalui kurir atau melalui email atau melalui faksimili dan akan dianggap
efektif apabila dikirimkan melalui pos atau kurir, tujuh puluh dua (72) jam
setelah diposkan atau dikirimkan baik diterima atau tidak diterima, atau, apabila
melalui email atau melalui faksimili, dua puluh empat (24) jam setelah
pengiriman ke alamat email atau nomor faksimili. Setiap pihak harus memberi
tahu pihak lainnya mengenai perubahan alamat, nomor telepon atau faksimili
atau alamat email dalam waktu empat puluh delapan (48) jam sejak perubahan
tersebut.
16. Setiap pelanggaran atau pengabaian terhadap Janji ini juga dapat
mengakibatkan Penerima Informasi dikenakan tuntutan berdasarkan hukum
Indonesia.
17. Surat Kerahasiaan ini akan berlaku sampai dengan tanggal penandatanganan
Perjanjian Kerjasama Proyek.
Untuk dan atas [Nama Penerima Informasi]
nama:
Kepada Yth:
Panitia Pengadaan Proyek Pengadaan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan
Bau Bau
[Alamat]
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, [sebutkan nama lengkap dan gelar/jabatan
Perwakilan Peserta Pengadaan], bertindak sebagai Perwakilan Peserta Pengadaan
(“Perwakilan Peserta Pengadaan”) dari [sebutkan nama Peserta
Pengadaan/Konsorsium], dengan anggota sebagai berikut:
Surat Kuasa yang diperlukan dan salinan keputusan dewan direksi yang
membuktikan kuasa untuk memberikan kewenangan kepada yang bertanda
tangan di bawah ini terdapat dan dilampirkan dalam Dokumen Penawaran.
Yang bertanda tangan dibawah ini dapat dihubungi pada alamat berikut ini1:
__________________________
__________________________
Telepon : _____________
Faksimili : _____________
Email : _____________
Setelah melaksanakan evaluasi, sesuai dengan kajian dan pemeriksaan yang kami
lakukan dibawah tanggungjawab kami sendiri, sifat dan lingkup kewajiban
1
Berikan nama dan alamat Pejabat Berwenang
D-6
kontraktual yang akan dilaksanakan, paket penjaminan dan peraturan lainnya
yang terkait dengan Proyek atau pelaksanaannya, kami berkomitmen untuk
merancang, membiayai, mengadakan, membangun, mengoperasikan, dan
memelihara, dan mengalihkan seluruh Proyek kepada PJPK.
Kami setuju untuk mematuhi Dokumen Penawaran ini selama masa berlakunya
penawaran selama 180 (seratus delapan puluh) Hari sejak Tanggal Penyampaian
Dokumen Penawaran sesuai dengan persyaratan dari Dokumen Permintaan
Proposal.
Kami selanjutnya setuju untuk tetap terikat pada Dokumen Penawaran ini yang
mungkin dapat diterima oleh Panitia Pengadaan setiap saat sebelum berakhirnya
Masa Berlaku Penawaran, dan untuk masa yang dapat diperpanjang sepanjang
dinilai wajar dan dapat disepakati oleh para pihak.
Kami juga berkomitmen, apabila kami terpilih sebagai Pemenang Lelang, untuk
memperpanjang masa berlaku Dokumen Penawaran dan Jaminan Penawaran
kami sampai dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama dan penyerahan
Jaminan Efektivitas Perjanjian oleh Perusahaan Pelaksana Proyek.
Kami telah menyampaikan dan melampirkan pada Dokumen Penawaran ini suatu
Jaminan Penawaran sebesar [*], sesuai dengan bentuk yang ditentukan di dalam
Dokumen Permintaan Proposal.
(i) informasi yang disampaikan sebagai bagian dari Dokumen Penawaran ini
adalah lengkap dan akurat;
(ii) Dokumen Penawaran telah disampaikan dalam nama dan atas nama
konsorsium yang para anggotanya akan membentuk Perusahaan Pelaksana
Proyek yang akan didirikan berdasarkan hukum Indonesia yang akan
terikat dengan Dokumen Penawaran ini, Perjanjian Kerjasama, dan
pelaksanaan Proyek;
(iii) tidak ada satu pun dari anggota konsorsium yang telah berpartisipasi dalam
Prakualifikasi dan Proses Pengadaan melalui Peserta Pengadaan lainnya
baik secara langsung maupun tidak langsung;
(vi) kami:
D-7
a. memiliki kemampuan finansial yang yang baik dan tidak ada
keputusan yang telah diambil atau diajukan sehubungan dengan
kepailitan, insolvensi, penundaan pembayaran, likuidasi atau peristiwa
lainnya yang serupa ataupun penunjukan kurator, likuidator, wali
amanat atau pihak lain yang serupa untuk tujuan-tujuan tersebut,
ataupun keputusan pengadilan yang memiliki yurisdiksi hukum dari
anggota konsorsium mengenai penundaan pembayaran, kepailitan
atau insolvensi Kontraktor EPC.
Kami memahami bahwa Panitia Pengadaan tidak terikat untuk menerima setiap
Dokumen Penawaran yang diterimanya.
D-8
LEMBAR D.4: SURAT KUASA
SURAT KUASA
SURAT KUASA
DENGAN SURAT KUASA INI yang dibuat pada hari yang ditetapkan dalam daftar
yang terlampir disini (“Daftar”), Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Jabatan :
Perusahaan :
No. KTP :
Alamat :
Nama :
Jabatan :
Perusahaan :
No. KTP :
Alamat :
Nama :
Jabatan :
Perusahaan :
No. KTP :
Alamat :
D-9
Untuk selanjutnya disebut sebagai "Pemberi Kuasa", dengan ini memberi kuasa
dengan hak substitusi kepada:
Nama :
Jabatan :
Perusahaan :
No. KTP :
Alamat :
SECARA KHUSUS
(b) menyampaikan dan menerima setiap dokumen atau informasi dalam kaitannya
dengan Proses Pengadaan; dan
(c) melakukan semua hal yang dianggap perlu, saat ini, akan datang, maupun
yang bersifat insidental, sehubungan dengan hal-hal yang dicantumkan dalam
(a) sampai (b) di atas termasuk untuk, menandatangani dan melaksanakan
setiap isi dokumen, melakukan hal, tindakan atau sesuatu yang menurut
pendapat Penerima Kuasa harus dilakukan, ditandatangani atau dilaksanakan
untuk menyempurnakan atau memberlakukan Dokumen Penawaran.
Surat Kuasa ini dan segala kewajiban non-kontraktual yang timbul dari atau
sehubungan dengan Surat Kuasa ini diatur dengan, dan diinterpretasikan sesuai
dengan, hukum Republik Indonesia.
Surat Kuasa ini berlaku sejak tanggal ditandatangani dan berlaku sampai dicabut
oleh Pemberi Kuasa.
Pemberi Kuasa dengan ini menegaskan bahwa Pemberi Kuasa dengan ini
mengesahkan setiap dan semua tindakan yang diambil oleh Penerima Kuasa
dalam melaksanakan surat kuasa ini.
D-10
______________________________ ______________________________
Nama: Nama:
Jabatan: Jabatan:
______________________________
Nama:
Jabatan:
KONSULARISASI
Hanya untuk badan hukum asing
D-11
DAFTAR SURAT KUASA
[Materai Rp 6.000,-]
________________________________
[Nama/Jabatan Pemberi Kuasa Perusahaan/Anggota Peserta Pengadaan]
D-12
c. Formulir Konsorsium Peserta Pengadaan
________________________________
[Ketua Panitia Pengadaan/Perwakilan PJPK lainnya]
D-13
LEMBAR D.5: SURAT JAMINAN PENAWARAN
3. Bahwa dengan ini Kami bersedia untuk menerbitkan bank garansi (“Bank
Garansi”) untuk kepentingan Badan Usaha sebagaimana telah disebutkan di
atas, untuk Pemkot Provinsi Sulawesi Tenggara sehubungan dengan
Dokumen Penawaran.
4. Apabila:
D-14
f) Dokumen Penawaran yang diajukan Badan Usaha kepada Pemkot Provinsi
Sulawesi Tenggara berisi pernyataan palsu atau terdapat kekeliruan
dan/atau kelalaian; atau
Pelaksanaan dan interpretasi dari Bank Garansi ini diatur berdasarkan hukum
Republik Indonesia.
Tanda tangan
Rp. 6.000,-
Nama : ______________________
Jabatan : ______________________
D-15
LEMBAR D.6: PENAWARAN TEKNIS
A. Pendahuluan
a. Sejarah singkat perusahaan (masing-masing perusahaan untuk
Konsorsium)
b. Pengalaman perusahaan dalam Proyek Pembangunan Dan Pengelolaan
Pelabuhan, minimal berisi informasi: Nama, jenis dan lokasi pelabuhan,
kinerja pelabuhan, Teknologi yang digunakan, Luas tanah yang ditempati,
Nilai Investasi, Biaya Operasional per tahun.
c. Pengalaman perusahaan dalam Pembangunan Dan atau Pengelolaan
Pelabuhan
d. Mengapa Proyek Pembangunan Dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau
menjadi penting untuk perusahaan (Konsorsium).
B. Rasional
a. Prediksi jumlah dan jenis demand di Pelabuhan Bau Bau
b. Berisi penjelasan tentang potensi angkutan barang dan permasalahan
pengangkutan dan kepelabuhanan di Provinsi Sulawesi Tenggara,
karakteristik dan info lain tentang lokasi Pelabuhan, dll
c. Berisi penjelasan tentang solusi untuk meningkatkan pelayanan
Pelabuhan Bau Bau.
d. Berisi penjelasan tentang alternatif solusi terbaik yang diusulkan untuk
meningkatkan kinerja dan pelayanan pelabuhan beserta alasan-alasannya.
D-16
c. Berisi penjelasan secara detail tentang proses bongkar muat
(i) Berisi penjelasan secara detail tentang proses kerja serta detail
peralatan yang akan digunakan.
(ii) Berisi penjelasan tentang teknologi terkini yang tersedia dan beri
alasan mengapa teknologi yang akan digunakan dipilih untuk proyek
di Pelabuhan Bau Bau.
- Penjelasan (i) dan (ii) minimal meliputi: Sistem operasional dan
bongkar muat serta Sistem Monitoring.
- Berisi penjelasan teknis tentang gambar awal desain teknis,
spesifikasi, garansi, servis dan dukungan suku cadang masing-
masing komponen tersebut.
- Menggunakan gambar dan skema.
d. Berisi penjelasan secara detail tentang proses operasional dan bongkar
muat di pelabuhan.
Menggunakan gambar dan skema.
e. Berisi penjelasan tentang kondisi emergency yang mungkin akan terjadi
dalam keseluruhan operasional pelabuhan tersebut dan cara
penanggulangannya.
Menggunakan gambar dan skema.
f. Berisi penjelasan tentang monitoring proses dan hasil proses serta
bagaimana menjaga agar hasil proses selalu dalam ambang batas yang
ditentukan.
Menggunakan gambar dan skema.
g. Berisi penjelasan lain terkait penggunaan teknologi yang akan digunakan.
Menggunakan gambar dan skema.
D-17
c. Berisi penjelasan tentang mitigasi dari dampak sosial dan lingkungan
d. Berisi penjelasan detail rencana penanganan sosial untuk keseluruhan
proses, rencana CSR, kerjasama dengan masyarakat sekitar, dll.
H. Indikator Kinerja
Berisi penjelasan tentang Indikator Kinerja Pelabuhan yang dapat digunakan
sebagai pegangan kepada masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara, Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara, dan pihak pengguna jasa kepelabuhanan, antara
lain jumlah demand minimum dan maksimum yang dapat dikelola per tahun,
dll.
I. Keberlanjutan
a. Berisi penjelasan tentang material-material dan komponen-komponen yang
digunakan untuk menjamin keberlanjutan fasilitas pelabuhan setelah 30
tahun.
b. Berisi penjelasan tentang standar-standar pada fasilitas dan komponen
yang digunakan untuk menjamin material dan komponen tersebut masih
dapat digunakan setelah 30 tahun.
L. Lampiran
a. Gambar-gambar teknis yang meliputi:
- Gambar arsitek layout pelabuhan dan lapangan penumpukan
- Gambar skema proses bongkar muat barang secara detail dan lengkap
- Gambar skema arus lalu-lintas di dalam pelabuhan
- Gambar lay-out dan skema proses operasional pelabuhan secara detail
dan lengkap
b. Uraian tentang prinsip kerja, fungsi, kinerja dari Komponen-Komponen
dan sub-komponen yang digunakan.
c. Katalog dari setiap komponen yang akan digunakan yang telah
dikelompokkan sesuai penjelasan Teknologi yang akan digunakan.
d. Surat Jaminan dari Manufaktur atau Pemasok atas ketersediaan peralatan
dan suku cadang untuk proyek ini dan lamanya garansi untuk masing-
masing komponen yang akan digunakan.
Catatan: untuk masing-masing komponen, surat jaminan tersebut dapat
berasal dari lebih dari 1 perusahaan.
D-18
e. Lampiran lainnya.
____________________________________
DITANDATANGANI: Perwakilan dari Peserta Pengadaan
D-19
LEMBAR D.7: DATA PENDUKUNG TAMBAHAN
D-20
LEMBAR D.8: RANCANGAN FINAL PERJANJIAN KERJASAMA
[Rancangan Final Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf oleh Perwakilan Peserta
Pengadaan]
D-21
LEMBAR D.9: PERJANJIAN KONSORSIUM
A. Keanggotaan Konsorsium
Bukanperseorangan
Menguasai setidaknya lima puluh satu persen (51%) kepentingan ekuitas
dalam konsorsium atau Perusahaan Pelaksana Proyek, jika mereka ditunjuk
sebagai Pemilik Badan Usaha Proyek;
Memiliki Kontrol efektif atas Perusahaan Pelaksana Proyek;
D-22
a. menyerahkan laporan keuangan terakhir yang telah diaudit;
b. tidak memiliki sengketa, gugatan, atau klaim merugikan lain yang masih
dalam proses terhadap PJPK atau terhadap setiap Badan Pemerintahan
Indonesia sejak Tanggal Penyampaian Penawaran sampai dengan tanggal
penandatangan Perjanjian Kerjasama;
1. Setelah tahun ke-5 (lima) sejak Tanggal Operasi Komersial Proyek maka
Anggota Utama lainnya dapat mengalihkan kepentingan mereka namun harus
tetap secara agregat memiliki sedikitnya lima puluh satu persen (51%) dari
modal saham Perusahaan Pelaksana Proyek sampai dengan tahun ke-10
(sepuluh) sejak Tanggal Operasi Komersial Proyek.
D-23
Ketentuan dari usulan pengalihan kepentingan langsung atau tidak
langsung Anggota Utama atau Anggota Berkomitmen dalam modal saham
Perusahaan Pelaksana Proyek;
Identitas dan kualifikasi teknis dan keuangan dari penerima pengalihan
yang diusulkan; dan
Apabila berlaku, setiap amandemen yang diusulkan terhadap akta
pendirian dan anggaran rumah tangga dari Perusahaan Pelaksana Proyek.
________________________________________
Nama dan Tanda Tangan Perwakilan Peserta Pengadaan
D-24
[Keterangan: Lampiran D.10 akan disampaikan oleh Pemenang Lelang kepada
PJPK]
Beneficiary
[Pemerintah Provinsi Jawa Barat]
Jaminan Bank ini telah dikeluarkan atas permintaan [*] (“Perusahaan”) berkaitan
dengan Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara
dengan Perusahaan dalam rangka Proyek Pembangunan Dan Pengelolaan
Pelabuhan Bau Bau (“Kontrak”) oleh Perusahaan, di mana Kontrak menetapkan
bahwa jaminan penawaran awal berupa bank garansi harus disediakan oleh
Perusahaan, di mana Kontrak menetapkan bahwa jaminan penawaran awal yang
harus disediakan oleh Perusahaan adalah sebesar [masukan nominal] (*).
1. [Masukan Nama Bank], beralamat di [*] (“Penjamin”) dengan ini membuat dan
mengeluarkan tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali jaminan bank ini
yang ditujukan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk
kepentingan [Masukan Nama Badan Usaha] sejumlah [*] (*) (“Jumlah
Jaminan”) guna memenuhi persyaratan Kontrak.
1. Jaminan bank ini berlaku selama satu tahun sejak tanggal [*] hingga tanggal
[*]
2. Jaminan Bank ini telah diperoleh guna memastikan bahwa Perusahaan dapat
melaksanakan kewajibannya untuk membuat menjadi efektifnya Kontrak
sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam Kontrak. Oleh
karenanya, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara berhak untuk
melaksanakan hak-haknya sesuai dengan dokumen ini dalam hal Perusahaan
gagal melaksanakan kewajibannya tersebut.
3. Penjamin berjanji tanpa syarat dan tanpa dapat diatarik kembali, segera
setelah menerima perintah tertulis dari Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang atas nama
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dengan menunjuk pada Jaminan Bank ini
dan menyatakan bahwa “menurut penilaian kami sendiri secara mutlak,
Perusahaan telah gagal melaksanakan kewajiban-kewajibannya berdasarkan
atau berkenaan dengan Kontrak”, Penjamin harus dengan segera (dalam
kurun waktu tujuh hari kerja) membayar Perusahaan sebesar jumlah jaminan
tanpa ketentuan dan/atau persyaratan apapun, meskipun ada keberatan atau
perlawanan atau tantangan apapun dari Perusahaan atau pihak lainnya dan
bebas dari, dan tanpa pengurangan untuk atau untuk kepentingan dari,
pajak, pungutan, biaya, biaya pengurangan atau penahanan atau perjumpaan
D-25
utang dengan dasar apapun dan dibebankan oleh siapapun.
4. Dana yang tercantum pada Jaminan Bank ini akan tersedia bagi Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tenggara di kantor Penjamin setelah penyerahan perintah
tertulis tersebut dari Perusahaan yang ditandatangani oleh pejabat(-pejabat)
Perusahaan yang berwenang kepada Penjamin. Setiap tuntutan yang diajukan
oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara menurut jaminan bank ini harus
diajukan kepada Penjamin di kantor Penjamin sebagaimana dinyatakan di
atas, tidak lebih dari 30 hari setelah berakhirnya jaminan bank ini.
6. Penjamin dengan ini tanpa syarat dan tanpa dapat ditarik kembali
mengesampingkan semua hak, hak istimewa dan pengecualian yang diberikan
kepada Penjamin berdasarkan pasal 1430, 1831, 1833, 1837, 1838, 1843,
1847 sampai dengan 1850 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia
dan tidak akan dipengaruhi oleh (dan Penjamin dengan ini mengesampingkan
pemberitahuan tentang) perubahan apapun terhadap Kontrak, perpanjangan
waktu pelaksanaan, pelepasan kepemilikan atau jaminan lainnya, konsesi
lainnya atau pengesampingan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tenggara kepada Perusahaan untuk pelaksanaan dari
kewajibannnya, dan atau konsesi atau pengesampingan lainnya oleh
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dari hak atau upaya yang ia miliki
terhadap Perusahaan.
8. Setiap sengketa, perbedaan, tuntutan atau kontroversi yang timbul dari atau
sehubungan dengan jaminan bank ini akan diajukan ke dan diselesaikan dan
diputus melalui arbitrase di Jakarta, Indonesia berdasarkan peraturan-
peraturan administrasi dan peraturan-peraturan prosedur arbitrase Badan
Arbitrase Nasional Indonesia (“BANI”) (“Peraturan BANI”). Proses arbitrase
tersebut akan dilaksanakan oleh majelis arbitrase yang terdiri dari 3 (tiga)
anggota yang akan ditunjuk berdasarkan Peraturan BANI. Bahasa dari proses
arbitrase tersebut adalah Bahasa Inggris. BANI akan memiliki kewenangan
eksklusif untuk menyelesaikan setiap sengketa yang mungkin timbul antara
D-26
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Penjamin dan Perusahaan dalam kaitannya
dengan pembentukan, penafsiran, keabsahan atau pelaksanaan jaminan bank
ini atau sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban Pemerintah Provinsi
Jawa Barat, Penjamin dan Perusahaan. Para pihak sepakat bahwa putusan
dari majelis arbitrase merupakan putusan terakhir dan mengikat para pihak
dan merupakan upaya hukum satu-satunya antara mereka mengenai setiap
dan semua tuntutan, dan tuntutan balik yang diajukan kepada arbitrase.
D-27
LAMPIRAN E: ISI SAMPUL II – DOKUMEN PENAWARAN FINANSIAL
[Tanggal]
Kepada Yth:
Panitia Pengadaan Proyek Pengadaan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan
Bau Bau
[Alamat]
Dengan hormat:
Penawaran biaya jasa Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau dan
pengembalian investasi yang harus dibayarkan oleh Kementerian Perhubungan
kepada Kami selaku Perusahaan Pelaksana Proyek.
Kami setuju, dengan tidak dapat ditarik kembali, apabila ditetapkan sebagai
Pemenang Lelang untuk melaksanakan investasi dan operasi Proyek, sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal, dan
setelah menerima Surat Penetapan Pemenang Lelang, membentuk Perusahaan
Pelaksana Proyek dan kemudian menandatangani Perjanjian Kerjasama dalam
bentuk salinan yang diparaf yang disampaikan sebagai bagian dari Dokumen
Penawaran, dan akan menyelesaikan pencapaian komitmen pembiayaan (financial
closing) dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak penandatanganan Perjanjian
Kerjasama.
E-1
Kami, yang bertanda tangan di bawah ini merupakan Perwakilan Peserta
Pengadaan yang memiliki kuasa dan kewenangan penuh untuk menyampaikan
Dokumen Penawaran Finansial dan untuk mengikat dan menundukan diri pada
persyaratannya.
Hormat kami,
E-2
LEMBAR E.2: RENCANA PEMBIAYAAN PROYEK
[Tanggal]
Kepada Yth:
Panitia Pengadaan Proyek Pengadaan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan
Bau Bau
[Alamat]
Dengan hormat:
Dokumen Rencana Pembiayaan Proyek ini dikirimkan atas nama [nama Peserta
Pengadaan] (“Peserta Pengadaan”) sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal
Final tertanggal [●] (“Dokumen Permintaan Proposal”) diterbitkan oleh Kementerian
PErhubungan sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (“PJPK”).
E-3
Nama:____________________
Jumlah Modal: ____________________________
________________________________
[Nama/Jabatan Perwakilan Peserta Pengadaan]
E-4
Ketentuan Tentang Rencana Pembiayaan Proyek Peserta Pengadaan
Pembiayaan akan berbentuk ekuitas dan pinjaman. Setidaknya dua puluh persen
(20%) dari jumlah pembiayaan, termasuk kontinjensi, akan berbentuk ekuitas dan
sisanya pinjaman.
B. Dokumentasi
E-5
LEMBAR E.3: MODEL FINANSIAL
Penawaran Finansial juga harus dilengkapi dengan model keuangan yang disusun
oleh Peserta Pengadaan, dan satuan biaya (unit cost) untuk setiap item yang dirinci
di dalam Daftar Kuantitas yang terdapat dalam Sampul I. Model keuangan dan
unit cost harus disampaikan dalam format MS Excel dan disampaikan dalam
bentuk hardcopy maupun softcopy (dengan formula yang dapat diaudit) meliputi,
namun tidak terbatas pada:
E-6
RANCANGAN
PERJANJIAN KERJA SAMA
ANTARA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DENGAN
NOMOR:
1
PERJANJIAN KERJA SAMA
NOMOR:
TENTANG
Perjanjian Kerja Sama tentang Pembangunan dan Pengelolaan Terminal Peti Kemas Pelabuhan
Bau-Bau ini dibuat pada hari ini …..…, tanggal ...…. bulan ….............. Tahun ………………….. di Jakarta
oleh dan antara:
Berdasarkan
2
PENERIMA KERJASAMA Penjaminan Infrastruktur;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha;
7. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 4
Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Pemerintah dengan PENERIMA
KERJASAMA dalam Penyediaan Infrastruktur;
8. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 19 Tahun
2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan PENERIMA KERJASAMA Kerjasama
Pemerintah dengan PENERIMA KERJASAMA dalam Penyediaan Infrastruktur;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.08/2015 tentang Pembayaran Ketersediaan
Layanan Dalam Rangka Kerjasama Pemerintah dengan PENERIMA KERJASAMA Dalam
Penyediaan Infrastruktur;
PASAL 1
DEFINISI DAN DASAR PENAFSIRAN
Afiliasi berarti, sehubungan dengan suatu Pihak atau suatu Subyek Hukum, setiap Subyek Hukum
yang secara langsung atau tidak langsung, melalui satu atau lebih pihak perantara, mengendalikan
atau dikendalikan oleh atau di bawah kendali yang sama dengan Pihak atau Subyek Hukum
tersebut. Yang dimaksud dengan “kendali” dalam definisi ini, berarti kepemilikan atas lebih dari
50% (lima puluh persen), secara langsung atau tidak langsung, atas saham dengan hak suara atau
3
kepentingan modal lainnya dari Subyek Hukum tersebut atau memiliki hak untuk memberikan
arahan kepada manajemen atau menyebabkan diarahkannya manajemen dan kebijakan usaha
dari Subyek Hukum tersebut.
Agen berarti pihak yang ditunjuk oleh Para Kreditur Proyek untuk menerima setiap
pemberitahuan yang ditujukan kepada Para Kreditur Proyek sebagaimana diatur dalam Pasal 23.2
(b).
Ahli berarti ahli yang disepakati oleh Para Pihak atau dalam hal Para Pihak tidak dapat mencapai
kesepakatan maka ahli yang ditunjuk sesuai dengan aturan Ahli Kamar Dagang Internasional
(Rules for Expertise of the International Chamber of Commerce) sebagaimana dimodifikasi sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 27.2 Perjanjian ini.
AMDAL berarti Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup atau penilaian komprehensif atas
dampak lingkungan dan sosial yang disiapkan oleh konsultan yang kompeten dengan mengacu
pada sistem di Indonesia dan izin atau persetujuan lingkungan yang diberikan atas Proyek oleh
Instansi sesuai dengan Hukum Yang Berlaku.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
berarti upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh
penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL.
Dokumen Lingkungan berarti AMDAL termasuk izin lingkungan atau UKL dan UPL.
Area Komersial berarti kawasan komersial pada Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau yang
ditunjukkan pada Rencana Tata Letak yang mengacu Dokumen Desain;
Auditor berarti kantor akuntan publik independen yang ditunjuk oleh Penerima Kerjasama setelah
mendapatkan persetujuan tertulis sebelumnya dari PJPK.
Bank berarti bank yang memiliki izin untuk melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik
Indonesia baik (i) bank umum nasional yang memiliki peringkat kredit atau kewajiban utang
jangka panjang yang tidak dijamin sekurangnya AA- yang dikeluarkan oleh Fitch atau PEFINDO
atau (ii) cabang bank asing di Indonesia yang memiliki peringkat kredit atau kewajiban utang
jangka panjang yang tidak dijamin sekurangnya A- yang dikeluarkan oleh Standard & Poor’s atau
A3 yang dikeluarkan oleh Moody’s.
Biaya Modifikasi berarti biaya sehubungan dengan setiap Modifikasi yang diusulkan berdasarkan
Perjanjian ini sebagaimana diuraikan dalam Pasal 7.
4
(c) periode sejak Hari pertama dalam bulan kalender terjadinya Tanggal Pengakhiran hingga saat
Tanggal Pengakhiran itu sendiri.
Bunga Keterlambatan Pembayaran berarti BI Rate yang berlaku pada bulan terjadinya
keterlambatan pembayaran ditambahkan dengan 2% (dua persen) per tahun, yang akan
dikenakan terhadap setiap jumlah yang terhutang dari Hari dimana jumlah tersebut jatuh tempo
dan dapat ditagih berdasarkan Perjanjian ini sampai pada Hari pembayaran, dan akan dihitung
berdasarkan jumlah Hari keterlambatan dengan dasar perhitungan 360 (tiga ratus enam puluh)
Hari per tahun dan harus diakumulasikan dari Hari ke Hari.
Dokumen Desain berarti salinan cetak dan elektronik dari setiap desain teknis terperinci akhir
(final detailed engineering design), termasuk gambar dan rencana dari Fasilitas sebagaimana
diatur dalam Pasal 7.2(a).
Ekuitas berarti (i) modal saham Penerima Kerjasama yang telah disetor dan ditempatkan oleh
Pemegang Saham dan (ii) Hutang Pemegang Saham Yang Disubordinasikan.
Fasilitas berarti fasilitas kepelabuhanan yang terdapat dalam Kawasan Terminal Petikemas
Pelabuhan Bau-Bau.
Aset Proyek berarti seluruh aset yang ada pada Kawasan Terminal Petikemas Pelabuhan Bau-Bau
termasuk Aset Eksisting dan seluruh aset lainnya, yang meliputi:
(a) Aset bergerak yaitu seluruh aset, bahan-bahan, sistem-sistem, mesin-mesin, alat-alat,
peralatan-peralatan dan setiap aset bergerak lainnya dalam bentuk apapun, baik berwujud
maupun tidak berwujud dan aset-aset lainnya yang terpasang sementara untuk dimanfaatkan
kegunaannya untuk Proyek, kapal pandu, kapal tunda, gantry cranes, spreaders, traktor,
trailers, dan setiap peralatan terminal lainnya, peralatan pemeliharaan dan suku cadang
sebagaimana tercantum dalam Dokumen Desain;
(b) Aset tidak bergerak yaitu aset yang tidak dapat dipindahkan tanpa merubah bentuk dasarnya
termasuk namun tidak terbatas pada tanah, bangunan, seluruh kantor-kantor, gudang-
gudang, bengkel-bengkel, kantin-kantin dan infrastruktur lainnya yang dibangun atau
dipasang atau diadakan di dalam area Proyek.
Hak Jaminan meliputi setiap hak tanggungan, gadai, fidusia, atau beban atau apa pun yang
memiliki analogi yang sama, atau setiap hak jaminan atau pengaturan jaminan dengan jenis apa
pun (termasuk tanpa pembatasan, penahanan hak milik dan penyetoran uang melalui jaminan,
tetapi tidak termasuk setiap hak mendahului yang timbul untuk kepentingan setiap Pihak yang
Berwenang melalui pemberlakuan undang-undang dengan ketentuan bahwa tidak terjadi
wanprestasi pembayaran uang yang terutang berdasarkan pembebanan tersebut);
Hari berarti periode selama 24 (dua puluh empat) jam dimulai dan berakhir pukul 24:00 waktu
Indonesia Bagian Barat.
Hari Kerja berarti Hari selain Sabtu, Minggu, atau Hari libur resmi pemerintah atau hari dimana
bank-bank umum di Jakarta, Indonesia diwajibkan untuk tidak beroperasi.
Hukum Yang Berlaku berarti setiap hukum, peraturan perundang-undangan, perintah peradilan,
putusan peradilan, ketetapan, putusan sela, ordonansi, resolusi, peraturan dari Instansi manapun
di Republik Indonesia.
Hutang Senior berarti kewajiban hutang yang dimiliki oleh Penerima Kerjasama berdasarkan
Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan namun tidak termasuk kewajiban hutang Ekuitas.
5
Hutang Pemegang Saham Yang Disubordinasikan berarti hutang pokok kepada Pemegang Saham
atau Afiliasi dari Pemegang Saham yang disubordinasikan terhadap setiap hutang yang dipinjam
oleh Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian Pembiayaan.
Informasi Rahasia berarti informasi termasuk Hak Kekayaan Intelektual mengenai usaha dari
salah satu Pihak pada Perjanjian ini atau salah satu dari Afiliasi-Afiliasinya yang telah diberikan
oleh Pihak tersebut kepada Pihak lainnya berdasarkan atau untuk tujuan Perjanjian ini, atau hal
apapun yang dimaksud oleh Perjanjian ini atau berkaitan dengan Perjanjian ini, dimana
pengungkapannya mungkin akan merugikan secara material atau sebaliknya mengganggu
kepentingan komersial Pihak tersebut, dengan tetap memperhatikan pengecualian tertentu yang
diuraikan dalam Pasal 28.2(b).
Indikator Kinerja Utama berarti parameter operasional yang dimaksudkan untuk mengukur
kinerja Penerima Kerjasama sebagaimana dijabarkan dalam Lampiran 12 (Indikator Kinerja
Utama).
Hak Kekayaan Intelektual berarti segala informasi, data, hasil karya, know-how, rancangan,
rahasia dagang, hasil-hasil, dan dokumen-dokumen yang tidak terbuka untuk umum dan secara
hukum dilindungi hak-hak kepemilikannya dalam hal penemuan (inventions), teknologi, hasil
karya yang dilindungi hak ciptanya, piranti lunak komputer, piranti keras, termasuk (i) hak paten,
merek dagang, merek jasa, hak atas desain, nama dagang, hak cipta, dan hak atas rahasia dagang,
baik didaftarkan atau tidak; (ii) permohonan pendaftaran hal-hal tersebut; (iii) hak-hak
berdasarkan lisensi dan persetujuan berkenaan dengan hal-hal tersebut; dan (iv) segala bentuk
perlindungan yang bersifat serupa atau setara atau berdampak sama dengan hal-hal tersebut
yang diakui di negara manapun.
Instansi berarti pemerintah, kementerian, departemen, komisi, dewan, biro, badan, badan
regulator/pengatur atau lembaga lainnya, baik eksekutif, legislatif, yudikatif atau administratif,
tingkat nasional atau daerah, yang memiliki wewenang atas persoalan yang bersangkutan,
termasuk Pemerintah Indonesia, dan Pemerintah Daerah.
Isu (-isu) Faktual berarti isu-isu faktual dan/atau teknis yang menjadi objek Sengketa Para Pihak
sebagaimana diatur dalam Pasal 27.2.
Jaminan Pelaksanaan Tahap I berarti suatu standby letter of credit yang tidak bersyarat dan tidak
dapat ditarik kembali dalam bentuk sebagaimana ditetapkan dalam Bagian B dari Lampiran 8
(Bentuk Jaminan) yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan PJPK sejumlah 5% dari nilai
investasi yang diajukan oleh Peserta dalam Dokumen Penawaran sebagai jaminan atas
pelaksanaan oleh Penerima Kerjasama terhadap kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian
ini dari Tanggal Penandatanganan sampai dengan Tanggal Efektif.
Jaminan Pelaksanaan Tahap II berarti suatu standby letter of credit yang tidak bersyarat dan tidak
dapat ditarik kembali dalam bentuk sebagaimana ditetapkan dalam Bagian A dari Lampiran 8
(Bentuk Jaminan) yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan PJPK sejumlah 5% dari nilai
konstruksi yang diajukan oleh Peserta dalam Dokumen Penawaran sebagai jaminan atas
pelaksanaan oleh Penerima Kerjasama terhadap kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian
ini dari Tanggal Efektif sampai dengan Tanggal Operasional Komersial.
6
Jadwal Pemeliharaan berarti jadwal untuk perbaikan dan pemeliharaan teratur, terencana dan
rutin atas Fasilitas yang harus disusun dan diserahkan oleh Penerima Kerjasama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8.6.
Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek berarti jadwal yang disyaratkan untuk penyelesaian berbagai
Tahap Penyelesaian Proyek sebagaimana diuraikan dalam Lampiran 6 (Jadwal Tahap Penyelesaian
Proyek), dimana jadwal tahap penyelesaian proyek tersebut dapat diperpanjang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7.5(b).
Kapasitas Kontrak berarti volume setiap jenis layanan jasa kepelabuhanan yang telah
diperjanjikan sebagaimana tertuang dalam Indikator Kinerja Utama.
Kawasan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau berarti area yang diperuntukkan untuk
pengoperasian Proyek, dimana akan menjadi lokasi Aset Proyek utama dan meliputi area yang
ditetapkan di dalam Pasal 6;
Pelayanan Yang Dapat Diandalkan berarti rata-rata dari pencapaian aktual atas Indikator Kinerja
Utama selama 3 (tiga) bulan terakhir atas setiap jenis layanan jasa kepelabuhanan yang dilakukan
pada area Proyek.
Klaim berarti, segala sesuatu yang berhubungan dengan Subyek Hukum, setiap dan seluruh
gugatan, sanksi, proses hukum, klaim, penilaian, putusan peradilan, ganti rugi, penalti, denda,
kewajiban, tuntutan, biaya lain-lain yang wajar dalam bentuk apapun (termasuk biaya dan
pengeluaran yang wajar bagi penasehat hukum) dan kerugian yang timbul atau diderita oleh atau
diajukan terhadap Subyek Hukum tersebut, akan tetapi Klaim ini tidak termasuk kerugian akibat
hilangnya laba atau ganti rugi lain yang bersifat khusus, atau bersifat insidental, tidak langsung,
atau sebagai hukuman, atau ganti rugi imaterial yang diderita oleh Subyek Hukum tersebut.
Konsultan Pengawas Independen berarti perusahaan konsultan teknis yang bukan merupakan
Afiliasi dari Penerima Kerjasama atau PJPK atau pabrikan perangkat telekomunikasi yang memiliki
kompetensi sesuai dengan ketentuan sertifikasi yang berlaku, mempunyai sumber daya,
kemampuan dan pengalaman sebagai konsultan pengawas dalam bidang rekayasa dan konsultasi
teknis atas desain, pengembangan, pembangunan dan pengoperasian-pemeliharaan dari Jaringan
dan layanan telekomunikasi yang sejenis dengan Proyek dan ditunjuk sesuai dengan ketentuan
Pasal 6.13 (b).
Kontrak Engineering Procurement Construction atau Kontrak EPC berarti kontrak rekayasa
rancang bangun/perencanaan, pengadaan dan konstruksi (Engineering Procurement Construction)
antara Penerima Kerjasama dan Kontraktor EPC dimana Kontraktor EPC menyanggupi untuk
7
melaksanakan perancangan, rekayasa teknik, pengadaan, konstruksi, pemasangan, pengujian dan
uji coba sistem atas Fasilitas sesuai dengan Perjanjian ini.
Keadaan Terpasang (As-Built) dengan merujuk pada Rancangan dan Gambar atau dokumen
desain apapun dan perubahannya, berarti gambar atau dokumen desain untuk Proyek, yang
menguraikan serinci dan sedapat mungkin dikerjakan, mengenai lokasi aktual, spesifikasi fisik, dan
kondisi Fasilitas tersebut yang telah selesai dikerjakan atau dipasang dengan memperhatikan
catatan konstruksi, ukuran lokasi dan observasi yang dilakukan.
Keadaan Darurat berarti keadaan yang tidak terduga yang mempengaruhi Proyek baik secara
langsung atau tidak langsung yang menyebabkan ancaman langsung dan tidak langsung terhadap:
(a) kesinambungan jangka panjang dari keseluruhan atau bagian material atau bagian penting
Proyek atau Fasilitas;
(b) kesehatan, keamanan para pekerja Proyek dan masyarakat setempat yang secara langsung
terkena dampak Proyek; atau
(c) lingkungan hidup atau kelangsungan hidup makhluk hidup atau atau kerusakan atas harta
benda pihak ketiga yang bersifat serius.
Laporan berarti laporan penilaian yang dipersiapkan oleh Penerima Kerjasama untuk diberikan
kepada PJPK dalam hal Penerima Kerjasama gagal untuk memperbaiki operasional Fasilitas
sebagaimana diatur dalam Pasal 16.5(b).
Laporan Ahli berarti laporan tertulis dari Ahli sehubungan dengan Isu(-isu) Faktual yang dirujuk
oleh Para Pihak untuk diputuskan dalam Pemeriksaan Ahli sebagaimana diatur dalam Pasal 27.2.
Layanan berarti:
(a) penyediaan layanan kepelabuhanan yang dilakukan pada area Proyek dengan menggunakan
Fasilitas sesuai dengan syarat dan ketentuan dalam Perjanjian ini; dan
(b) setiap layanan lain yang disepakati dari waktu ke waktu oleh Para Pihak untuk disediakan oleh
Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini selain dari Pekerjaan, termasuk Layanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Perjanjian ini.
Model Keuangan berarti dokumen model keuangan yang disampaikan kepada PJPK oleh
Pemegang Saham Awal Penerima Kerjasama selaku pemenang pelelangan bersamaan dengan
pengajuan penawaran sebelum penunjukan Pemegang Saham Awal Penerima Kerjasama sebagai
pemenang pelelangan sebagaimana dimuat dalam Lampiran 19 (Model Keuangan).
Modifikasi berarti setiap perubahan, penambahan, pengurangan, atau pemindahan dari, atau
pembongkaran setiap atau setiap bagian dari:
(a) Pekerjaan;
(b) Layanan;
(c) Indikator Kinerja Utama ;
tetapi tidak termasuk Perubahan Desain Minor.
8
Pajak berarti pajak atas pendapatan, penerimaan kotor, penjualan, penggunaan, pengalihan,
keuntungan, ad valorem, waralaba, persentase, laba, keuntungan modal, lisensi, nilai tambah,
pemotongan pajak, pembayaran upah, pekerjaan, profesional, usaha, cukai, bea meterai, jabatan,
premi, harta kekayaan, lingkungan, keuntungan pemberian, dokumentasi, pendaftaran,
kompensasi pemutusan kerja, bea masuk, biaya pemerintah, pungutan atau ongkos lainnya dalam
jenis apapun, yang dikenakan berdasarkan Hukum Yang Berlaku dari pemerintah nasional dan
daerah atau asing termasuk setiap sub bagian pemerintah atau otoritas pajak berikut dengan
segala bunga, denda atau utang atas jumlah-jumlah tersebut.
Para Kreditur Proyek berarti Subyek-Subyek Hukum dan para penerus haknya, atau para
penerima pengalihan haknya, agen atau wali mereka yang telah memberikan pinjaman-pinjaman
atau bentuk-bentuk lain pembiayaan atau Pembiayaan Ulang bagi Penerima Kerjasama
berdasarkan suatu Perjanjian Pembiayaan, namun tidak termasuk Pemegang Saham atau Afiliasi
dari Pemegang Saham sehubungan dengan hutang Penerima Kerjasama dalam bentuk Ekuitas.
Para Kontraktor berarti Kontraktor EPC, Kontraktor Pengoperasian dan Pemeliharaan, pemasok
dan kontraktor-kontraktor lain yang ditunjuk oleh Penerima Kerjasama sehubungan dengan
desain, rekayasa, konstruksi, pengujian, uji coba sistem Fasilitas dan/atau pengoperasian,
pengelolaan dan pemeliharaan Proyek dan/atau pasokan bahan-bahan bagi Proyek, dan
“Kontraktor” berarti salah satu dari mereka.
Persetujuan Modifikasi berarti dokumen tertulis yang dikeluarkan oleh PJPK untuk Penerima
Kerjasama yang memuat persetujuan PJPK atas usulan Modifikasi yang diajukan oleh Penerima
Kerjasama beserta persyaratan-persyaratannya.
Pekerjaan berarti sehubungan dengan Fasilitas, desain, konstruksi, fit out dan penyelesaian
Proyek tersebut (termasuk tanpa pembatasan pada semua bangunan, struktur, dan perbaikan
lainnya, instalasi dan perlengkapan yang akan didirikan atau berlokasi di area Proyek yang
bersangkutan).
Pihak Tertanggung dari PJPK berarti PJPK, para pejabat, karyawan, perwakilan, Afiliasi, agen,
kontraktor, sub kontraktor atau konsultannya, termasuk Kementerian Komunikasi dan
Informatika.
Pelanggan berarti operator telekomunikasi atau setiap pihak yang memiliki sambungan ke
Fasilitas sebagai penerima pelayanan.
Pembayaran Pengakhiran berarti pembayaran yang dilakukan oleh PJPK sehubungan dengan
pengalihan Proyek dan Fasilitas kepada PJPK sebagaimana diatur dalam Lampiran 13 (Pembayaran
Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
9
Pemegang Saham berarti Subyek Hukum yang memiliki modal saham yang telah ditempatkan di
Penerima Kerjasama, termasuk setiap Pemegang Saham Awal.
Pemegang Saham Awal berarti semua Pemegang Saham awal Penerima Kerjasama pada saat
Tanggal Penandatanganan yang kesemuanya disebutkan dalam Lampiran 14 (Kepemilikan
Penerima Kerjasama).
Pemberitahuan Cidera Janji berarti suatu pemberitahuan mengenai terjadinya Peristiwa Cidera
Janji dari Pihak yang tidak melakukan cidera janji kepada Pihak yang melakukan cidera janji
sebagaimana diatur dalam Pasal 23.1(a)(i) dan 23.1(b)(i).
Pemberitahuan Pemilihan berarti pemberitahuan dari Para Kreditur Proyek kepada PJPK bahwa
Para Kreditur Proyek telah memilih untuk mengupayakan pemulihan Peristiwa Cidera Janji
Penerima Kerjasama atau mengusahakan pemulihannya berdasarkan Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan sebagaimana diatur dalam Pasal 23.2(d)(ii)(A).
Pemberitahuan Pengakhiran berarti pemberitahuan tertulis dari Pihak yang tidak melakukan
cidera janji kepada Pihak yang melakukan cidera janji yang memuat rincian Peristiwa Cidera Janji,
tindakan yang perlu dilakukan untuk memulihkan Peristiwa Cidera Janji (apabila memungkinkan)
dan usulan Tanggal Pengakhiran Perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 23.1 (a) (v) dan Pasal
23.1 (b) (x).
Pemberitahuan Penggantian Kedudukan berarti pemberitahuan secara tertulis kepada PJPK
mengenai penggantian dan pengambilalihan tanggung jawab Penerima Kerjasama oleh Kreditur
atau pihak lain yang ditunjuknya sebagaimana tersebut dalam Pasal 24.1 (b) (iii).
10
(d) mengambil alih kewajiban-kewajiban Penerima Kerjasama yang sedang berjalan berdasarkan
Perjanjian ini (termasuk kewajiban Penerima Kerjasama untuk memelihara dan
mengoperasikan Fasilitas sesuai dengan persyaratan dalam Perjanjian ini).
Penyelesaian Sengketa Oleh Ahli berarti penyerahan suatu Sengketa (atau bagian dari Sengketa)
untuk diselesaikan oleh Ahli sebagaimana diatur dalam Pasal 27.2.
Perbaikan berarti modifikasi atau tambahan bahan atau perbaikan terhadap Fasilitas yang
diperlukan untuk mengembalikan Fasilitas kepada Kapasitas Kontrak segera setelah terjadinya
Peristiwa Keadaan Kahar.
Periode Evaluasi berarti periode setelah berakhirnya Periode Pemulihan Awal dimana Para
Kreditur Proyek dapat mengevaluasi Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama, kondisi dari
Fasilitas, dan hal-hal lainnya yang terkait dengan tindakan yang akan dilakukan oleh Para Kreditur
Proyek mengenai Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama sebagaimana diatur dalam Pasal
23.1(b)(vi).
Periode Pemulihan Awal berarti periode pemulihan awal Peristiwa Cidera Janji Penerima
Kerjasama oleh Para Kreditur Proyek sebagaimana diatur dalam Pasal 23 .1 (b) (vi) Perjanjian ini.
Periode Pemulihan Para Kreditur Proyek berarti tambahan periode pemulihan selama 180
(seratus delapan puluh) Hari untuk memulihkan Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama
sebagaimana diatur dalam Pasal 23.1(b)(viii).
Peristiwa Perpanjangan berarti peristiwa perpanjangan Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek yang
diakibatkan terjadinya hal-hal sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6.5(b)(i).
Peristiwa Cidera Janji berarti Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama atau Peristiwa Cidera
Janji PJPK, sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian ini.
Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama berarti salah satu dari peristiwa-peristiwa yang
disebutkan dalam Pasal 22.1 Perjanjian ini yang merupakan suatu pelanggaran atas Perjanjian ini
oleh Penerima Kerjasama.
Peristiwa Cidera Janji PJPK berarti setiap peristiwa-peristiwa yang disebutkan dalam Pasal 22.2
Perjanjian ini yang merupakan suatu pelanggaran atas Perjanjian ini oleh PJPK.
Peristiwa Keadaan Kahar berarti Peristiwa Keadaan Kahar termasuk namun tidak terbatas pada:
(a) perang, agresi atau permusuhan oleh musuh asing, baik dinyatakan atau tidak;
(b) kekacauan massal, pergolakan, pemberontakan, tindakan terorisme, pembajakan, embargo,
sabotase, huru-hara atau demonstrasi yang terjadi di wilayah Republik Indonesia;
(c) bencana alam, ledakan, kebakaran, gempa bumi, tsunami, banjir, badai, tanah longsor atau
bencana alam lainnya, kontaminasi radio-aktif atau radiasi ion, epidemi, karantina, wabah
atau kontaminasi bahan kimia atau biologis yang terjadi di wilayah Republik Indonesia; atau
11
(d) demonstrasi buruh atau tindakan industrial lainnya yang dalam hubungannya dengan
Penerima Kerjasama bukan merupakan demonstrasi buruh atau tindakan industrial oleh para
buruh Penerima Kerjasama atau Kontraktor;
yang secara hukum atau secara fisik menghalangi Pihak yang terkena dampak untuk
melaksanakan atau mematuhi setiap kewajiban non-finasial dari Pihak tersebut berdasarkan
Perjanjian ini dan dengan ketentuan bahwa:
(1) peristiwa tersebut tidak berada dalam kendali Pihak yang terkena dampak secara langsung
atau tidak yang berakibat Pihak yang terkena dampak gagal melaksanakan seluruh atau
sebagian kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini (selain kewajiban pembayaran uang);
(2) akibat dari peristiwa tersebut tidak dapat dicegah, diatasi atau dipulihkan melalui usaha yang
wajar;
(3) Pihak yang terkena dampak telah melakukan semua tindakan pencegahan dalam rangka
menghindari dampak atau mengurangi dampak dari peristiwa tersebut terhadap kemampuan
pihak yang terkena dampak untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini;
(4) peristiwa tersebut bukan disebabkan karena pelanggaran Pihak yang terkena dampak atas
pemunuhan kewajibannya dalam Perjanjian ini atau Perjanjian Proyek; dan
(5) Pihak yang terkena dampak telah menyampaikan pemberitahuan kepada Pihak lainnya
berdasarkan Pasal 16.1 Perjanjian ini.
Perjanjian berarti Perjanjian Kerjasama ini beserta seluruh lampirannya, sebagaimana dapat
diubah dari waktu ke waktu sesuai dengan ketentuan dalam Perjanjian ini.
Perjanjian Pemegang Saham berarti persetujuan tertulis yang dibuat oleh para Pemegang Saham
Awal untuk membentuk dan memasukan Ekuitas ke dalam Penerima Kerjasama termasuk semua
perjanjian terkait lainnya yang mungkin dibuat oleh dan antara mereka dari waktu ke waktu.
Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan berarti kontrak dan semua dokumen lain yang mengatur
tentang penyediaan pinjaman, fasilitas kredit, utang, surat utang, obligasi, letter of credit,
penanggungan, hak jaminan, derivatif, dan instrumen lindung nilai bagi Penerima Kerjasama
untuk membiayai atau melakukan Pembiayaan Ulang atas Proyek, termasuk perubahan,
12
tambahan, perpanjangan, pembaharuan, atau penggantian dari pembiayaan atau Pembiayaan
Ulang tersebut.
Persetujuan berarti persetujuan, lisensi, konsesi, keputusan, izin, pelepasan hak, pengecualian,
otorisasi, atau persyaratan lain, termasuk perubahan, perpanjangan atau pembaharuan, yang
diperlukan dari Instansi berdasarkan ketentuan atau sehubungan dengan Perjanjian ini, termasuk
tapi tidak terbatas pada Izin Penyelenggaraan Jaringan Tetap Tertutup, Dokumen Lingkungan dan
persetujuan-persetujuan lain yang disebutkan dalam Lampiran 4 (Persetujuan).
Perubahan Desain Minor berarti, dalam kaitannya dengan setiap Pekerjaan, perubahan minor
terhadap dokumentasi desain dari Pekerjaan tersebut, di mana perubahan tersebut:
(a) mencerminkan perkiraan perkembangan dokumentasi desain yang terperinci dari Pekerjaan
tersebut; atau
(b) berkaitan dengan kegiatan operasional harian yang bersifat minor, pemeliharaan atau proses
atau pelaksanaan yang wajar dari optimisasi Pekerjaan tersebut.
Perubahan Hukum berarti salah satu di bawah ini yang terjadi setelah Tanggal Penandatanganan
yang terutama dimaksudkan untuk atau ditujukan pada, baik untuk seluruh atau sebagian, usaha
jaringan telekomunikasi dan dimana Penerima Kerjasama secara hukum wajib untuk
mematuhinya:
(a) Perubahan atas atau pencabutan suatu Hukum Yang Berlaku (tidak termasuk Persetujuan);
atau
(b) Pemberlakuan atau diundangkannya suatu Hukum Yang Berlaku yang baru (tidak termasuk
Persetujuan),
yang tidak dapat diduga secara wajar pada atau sebelum Tanggal Penandatanganan.
definisi tersebut di atas tidak termasuk:
(a) perubahan dalam cara penerapan atau penafsiran suatu Hukum Yang Berlaku sebagai akibat
dari keputusan pengadilan dan, secara khusus, tidak mencakup keputusan pengadilan yang
merupakan keputusan pertama tentang isu yang bersangkutan;
(b) perubahan dalam cara penerapan atau penafsiran suatu Hukum Yang Berlaku sebagai akibat
dari kelalaian Penerima Kerjasama atau setiap subjek hukum lainnya, untuk mematuhi Hukum
Yang Berlaku atau persyaratan dari suatu Persetujuan; atau
(c) perubahan Hukum Yang Berlaku tentang pajak penghasilan atau tarif pungutan pajak
penghasilan termasuk, tanpa pembatasan, perubahan ketentuan tentang pembayaran pajak
perusahaan atau identifikasi dan perhitungan pengurangan yang diperbolehkan.
Pihak berarti PJPK atau Penerima Kerjasama, sebagaimana berlaku.
Praktek Industri yang Baik berarti, semua hal-hal yang diterapkan oleh Penerima Kerjasama,
dalam kaitannya dengan pelaksanaan kewajiban Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini,
13
penerapan standar-standar, praktek-praktek, metode-metode dan prosedur yang sesuai dengan
semua Hukum Yang Berlaku, dan penyelenggaraan tingkat keterampilan, ketelitian, ketekunan,
kehati-hatian dan peninjauan yang secara wajar dan umum yang harus dilakukan oleh suatu
Subyek Hukum yang terampil dan berpengalaman dalam menjalankan kegiatan sejenis dalam
keadaan yang serupa, secara global maupun regional termasuk melakukan tindakan yang
diperlukan untuk memastikan agar:
(a) tersedianya bahan-bahan, sumber-sumber dan persediaan yang memadai untuk mencukupi
kebutuhan Proyek dalam kondisi normal dan kondisi tidak normal yang dapat diantisipasi
secara wajar;
(b) para karyawan bagian operasional memiliki izin yang memadai (i) dapat diperkerjakan setiap
saat, (ii) mempunyai pengalaman yang cukup dan terlatih untuk mengoperasikan Proyek
secara tepat dan efisien dengan memperhatikan panduan dan instruksi produsen, dan
(iii) mampu menangani keadaan-keadaan yang tidak normal;
(c) terciptanya suatu tindakan pencegahan, pemeliharaan dan perbaikan baik yang bersifat
berkalan atau tidak berkala (i) yang diselenggarakan dengan baik untuk memastikan
pengoperasian yang dapat diandalkan dan aman untuk jangka panjang dengan
memperhatikan rekomendasi dari produsen dan (ii) yang diselenggarakan oleh para personel
yang berpengetahuan, terlatih dan berpengalaman serta memiliki izin dan dengan
menggunakan perlengkapan, peralatan dan prosedur yang tepat;
(d) dilakukannya pemantauan dan pengujian yang layak untuk memastikan bahwa Fasilitas
berfungsi sebagaimana dimaksudkan dan menjaminan bahwa peralatan akan berfungsi secara
tepat baik dalam kondisi normal maupun tidak normal; dan
(e) peralatan dioperasikan dengan cara-cara yang aman bagi para pekerja, masyarakat pada
umumnya dan lingkungan sekitarnya.
Prosedur Operasional dan Pemeliharaan berarti panduan dan prosedur operasional dan
pemeliharaan yang dikembangkan oleh Penerima Kerjasama sesuai Perjanjian ini.
Peristiwa Kepailitan, dalam kaitannya dengan suatu pihak, berarti terjadinya satu diantara hal-hal
sebagai berikut terhadap pihak yang dimaksud:
(a) dikeluarkannya putusan pengadilan yang berwenang untuk menetapkan penundaan
kewajiban pembayaran utang atau yang menyatakan pailit pihak tersebut;
(b) diputuskannya dalam rapat umum pemegang sahamnya untuk untuk mengajukan
permohonan kepada pengadilan dalam rangka pembubaran dan likuidasi, kepailitan atau
penundaan kewajiban pembayaran utang pihak tersebut;
(c) dengan alasan kesulitan keuangan yang nyata atau yang dapat diperkirakan, mulai melakukan
perundingan dengan para krediturnya untuk melakukan penjadwalan ulang atau
restrukturisasi utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih;
(d) diajukannya suatu permohonan oleh suatu pihak kepada pengadilan untuk pembubaran dan
likuidasi, kepailitan atau penundaan kewajiban pembayaran utang (baik secara sukarela, atau
cara lain yang mempunyai dampak yang sama), kecuali permohonan tersebut ditentang
dengan itikad baik dan sungguh-sungguh sehingga ditolak atau dihentikan dalam waktu enam
puluh (60) Hari;
(e) khusus untuk Bank, pembekuan, pencabutan izin usaha atau penetapan sebagai bank gagal
berdasarkan Hukum Yang Berlaku; atau
(f) proses lain yang serupa dengan hal-hal yang disebutkan dalam paragraph (a) hingga (d) di
atas.
Proyek adalah rehabilitasi, pengembangan, pembiayaan, desain, konstruksi, pengujian, uji coba
sistem, pengoperasian, pengelolaan, pemeliharaan dan pengalihan Terminal Petikemas Pelabuhan
Bau-Bau sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini.
14
Sengketa berarti ketidaksepahaman, perbedaan pendapat, argumen atau konflik dalam bentuk
apapun antara Para Pihak sehubungan dengan, yang timbul dari, atau terkait dengan Perjanjian
ini.
Sponsor Utama berarti pemegang saham utama dari Penerima Kerjasama sebagaimana termuat
dalam Lampiran 14 (Kepemilikan Penerima Kerjasama).
Sengketa Pemberitahuan Pengakhiran berarti Sengketa terkait dengan hak untuk
memberlakukan Pemberitahuan Pengakhiran sebagaimana diatur dalam Pasal 23.1(a) (vii) dan
Pasal 23.2(b) (xii).
Sistem Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sosial berarti suatu sistem pengelolaan yang
komprehensif atas aspek lingkungan hidup dan sosial dari Proyek yang dibuat oleh Penerima
Kerjasama sesuai dengan Hukum yang Berlaku.
Spesifikasi Desain dan Teknis berarti spesifikasi-spesifikasi desain dan teknis dari Fasilitas yang
ditentukan dalam Lampiran 2 (Spesifikasi Desain dan Teknis) yang harus dipenuhi oleh Penerima
Kerjasama dalam rangka desain, rekayasa, pengadaan dan konstruksi Proyek.
Sponsor Baru berarti Pemegang Saham dari Penerima Kerjasama selain dari Pemegang Saham
Awal.
Surat Persetujuan PJPK berarti surat persetujuan yang diterbitkan oleh PJPK, dan ikut
ditandatangani oleh Kreditor Proyek dan Penerima Kerjasama dengan format sebagaimana
tertuang dalam Lampiran 5 (Format Surat Persetujuan PJPK).
Sponsor Operasional dan Pemeliharaan atau Sponsor O&M mempunyai arti yang sama yang
diberikan bagi istilah tersebut dalam Lampiran 14 (Kepemilikan Penerima Kerjasama);
Tahap Penyelesaian Proyek berarti Tanggal Efektif, Tanggal Dimulainya Konstruksi, Tanggal
Operasional Komersial, serta tanggal-tanggal penyelesaian proyek yang lebih terperinci
sebagaimana diuraikan dalam Lampiran 6 (Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek).
Tahun Kontrak berarti periode selama 12 (dua belas) Bulan Tagihan secara terus menerus setelah
Tanggal Operasional Komersial:
(a) dimulai saat tahun operasional pertama terhitung sejak Tanggal Operasional Komersial dan
berlangsung selama 12 (dua belas) Bulan Tagihan secara terus menerus (periode awal ini
disebut Tahun Kontrak 1); dan
(b) selanjutnya, tiap periode 12 (duabelas) Bulan Tagihan seterusnya (disebut sebagai Tahun
Kontrak 2 dan seterusnya), dengan ketentuan Tahun Kontrak terakhir jatuh pada Tanggal
Pengakhiran.
Tanggal Jatuh Tempo memiliki arti 30 (tiga puluh) Hari setelah Hari diterimanya tagihan oleh PJPK
dari Penerima Kerjasama (tanggal penerimaan Tagihan tidak dihitung).
15
Tanggal Efektif berarti Hari dimana Perjanjian ini sepenuhnya berlaku dan mengikat bagi Para
Pihak sesuai dengan Pasal 2.
Tanggal Pengakhiran berarti tanggal berakhirnya Perjanjian ini sebagaimana dimaksud pada Pasal
3.1 Perjanjian ini.
Tanggal Wajib Penyelesaian berarti salah satu atau gabungan dari kesemua tanggal berikut ini: (i)
Target Tanggal Efektif; (ii) Tanggal Wajib Dimulainya Konstruksi; dan (iii) Tanggal Wajib
Operasional Komersial.
Tanggal Wajib Operasional Komersial berarti saat dimana Tanggal Operasional Komersial harus
terjadi sesuai dengan Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek atau tanggal setelahnya sebagaimana
ditentukan oleh Para Pihak berdasarkan ketentuan Perjanjian ini.
Tanggal Dimulainya Konstruksi berarti tanggal dimana Penerima Kerjasama mulai dan
melaksanakan kegiatan konstruksi besar untuk Fasilitas di Lahan Proyek yang ditandai dengan
kegiatan pembangunan pondasi untuk stasiun perangkat (landing station) atau kegiatan serupa
yang menunjukan dimulainya konstruksi berkelanjutan.
Tanggal Wajib Dimulainya Konstruksi berarti saat dimana Tanggal Dimulainya Konstruksi harus
terjadi sebagaimana disyaratkan dalam Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek atau tanggal
setelahnya sebagaimana ditentukan oleh Para Pihak sesuai dengan ketentuan Perjanjian ini.
Target Tanggal Efektif berarti paling lambat 6 (enam) bulan kalender setelah Tanggal
Penandatanganan sebagaimana dinyatakan dalam Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek atau tanggal
setelahnya sebagaimana ditentukan oleh para Pihak sesuai dengan ketentuan dalam Perjanjian
ini.
Target Tingkat Pengembalian Internal Proyek berarti Tingkat Pengembalian Internal Proyek yang
dicantumkan dalam Model Keuangan.
Target Tingkat Pengembalian Internal Ekuitas berarti Tingkat Pengembalian Internal Ekuitas yang
dicantumkan dalam Model Keuangan.
Pembayaran Ketersediaan Layanan berarti biaya, dinyatakan dalam Rupiah, yang harus dibayar
oleh PJPK kepada Penerima Kerjasama untuk ketersediaan layanan selama Bulan Tagihan
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 11.1 dan Lampiran 11 (Pembayaran Ketersediaan Layanan).
16
(b) kata-kata yang merujuk pada gender mencakup segala gender.
(c) rujukan pada Ayat, Pasal dan Lampiran berarti Ayat, Pasal dan Lampiran dalam Perjanjian ini.
(d) kata “dari Perjanjian ini”, “dalam Perjanjian ini”, “berdasarkan Perjanjian ini” dan kata-kata
serupa merujuk pada Perjanjian ini sebagai satu keutuhan.
(e) rujukan dalam Perjanjian ini pada undang-undang, hukum, ketetapan, peraturan atau lain-lain
Hukum Yang Berlaku ditafsirkan sebagai rujukan pada undang-undang, hukum, ketetapan,
peraturan atau lain-lain Hukum Yang Berlaku termasuk segala perubahannya.
(f) rujukan pada suatu Subyek Hukum, Pihak, atau entitas mencakup para penerus hak dan
penerima pengalihannya yang sah. Rujukan pada Instansi mencakup badan atau otoritas
pemerintah yang meneruskan wewenang dan fungsi otoritas tersebut.
(g) daftar isi dan judul Pasal dimaksudkan untuk kemudahan membaca dan tidak dimaksudkan
untuk mempengaruhi arti atau penafsiran ketentuan yang terkait.
(h) kata “mencakup” atau “termasuk” atau “seperti misalnya” harus dianggap diikuti dengan frasa
“tanpa pembatasan” atau “tapi tidak terbatas pada” baik kata tersebut secara nyata diikuti
oleh frasa atau kata-kata yang mengandung arti yang sama.
(i) rujukan pada “bulan” berarti bulan kalender.
(j) pada saat menghitung jumlah Hari antara tanggal-tanggal atau dalam suatu periode, Hari
pertama tidak turut dihitung tetapi Hari terakhir harus dihitung.
(k) tidak ada ketentuan dalam Perjanjian ini yang boleh ditafsirkan untuk merugikan salah satu
Pihak hanya karena alasan Pihak tersebut bertanggung jawab untuk penyusunan Perjanjian ini
atau suatu ketentuan Perjanjian ini.
(l) Istilah-istilah yang dimulai dengan huruf kapital yang digunakan dalam Lampiran-Lampiran
Perjanjian ini mempunyai arti yang diberikan bagi masing-masing istilah tersebut dalam
Perjanjian ini kecuali didefinisikan lain dalam Lampiran-Lampiran tersebut.
(m)Apabila terdapat kebijakan pemerintah Indonesia terkait dengan redenominasi atas mata uang
Rupiah, maka rujukan terhadap nilai nominal Rupiah dalam Perjanjian ini akan disesuaikan
dengan nilai Rupiah yang setara.
1.3 Ketidaksesuaian
(a) Untuk tujuan penafsiran, urutan prioritas dari dokumen-dokumen yang membentuk
Perjanjian ini adalah sebagai berikut:
(i) Pasal 1 hingga Pasal 29 Perjanjian ini; dan
(ii) Lampiran 1 hingga Lampiran 18 Perjanjian ini.
(b) Jika salah satu Pihak menemukan ambiguitas, ketidaksesuaian, atau ketidakcocokan antara
ketentuan-ketentuan Perjanjian ini dan dokumen lain yang secara tegas dinyatakan
dimasukkan ke dalam Perjanjian ini maka Pihak yang menemukan hal tersebut harus segera
mengirimkan pemberitahuan ke Pihak lainnya dan apabila Para Pihak tidak dapat
menyelesaikan ketidakjelasan, perbedaan, atau inkonsistensi diantara mereka dalam waktu
14 (empat belas) Hari sejak tanggal penerimaan pemberitahuan, permasalahan tersebut akan
ditetapkan atau ditentukan oleh PJPK.
17
BAB II
EFEKTIFITAS DAN JANGKA WAKTU PERJANJIAN
PASAL 2
TANGGAL EFEKTIF
18
L. Salinan setiap Perjanjian Proyek dimana Penerima Kerjasama merupakan pihak dalam
perjanjian tersebut yang ditandatangani oleh Penerima Kerjasamadan telah berlaku
efektif; dan
M. perjanjian penunjukan Konsultan Pengawas Independen yang telah ditandatangani
oleh Para Pihak.
(c) Persyaratan Pendahuluan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2.1 (b) adalah untuk
kepentingan PJPK semata dan hanya dapat dikesampingkan oleh PJPK berdasarkan
pernyataan tertulis.
19
(e) Penerima Kerjasama harus menyediakan pengganti Jaminan Pelaksanaan Tahap I yang
memenuhi persyaratan dalam Perjanjian ini apabila Bank yang menerbitkan Jaminan
Pelaksanaan Tahap I:
(i) pada setiap saat gagal untuk memenuhi persyaratan yang berlaku bagi Bank
sebagaimana didefinisikan pada Pasal 1.1; atau
(ii) mengalami Peristiwa Pailit.
(f) PJPK berhak melakukan klarifikasi secara langsung kepada Bank penerbit Jaminan
Pelaksanaan Tahap I untuk memastikan kesesuai Bank dan Jaminan Pelaksanaan Tahap I
dengan ketentuan Perjanjian ini, dan Penerima Kerjasama wajib memberikan dukungan
yang diperlukan untuk terlaksananya klarifikasi tersebut.
20
(e) Pasal 14 (Pernyataan dan Jaminan);
(f) Pasal 15.1 (Tindakan PENERIMA KERJASAMA);
(g) Pasal 15.3 (Kepatuhan terhadap Hukum Yang Berlaku);
(h) Pasal 15.6 (Jaminan Anti Korupsi);
(i) Pasal 16 (Peristiwa Keadaan Kahar);
(j) Pasal 20 (Ganti Rugi);
(k) Pasal 21.1 (Kerugian Tidak Langsung));
(l) Pasal 24 (Pengalihan);
(m) Pasal 27 (Penyelesaian Sengketa); dan
(n) Pasal 28(Ketentuan-Ketentuan Umum).
PASAL 3
JANGKA WAKTU
BAB III
21
(b) Atas pelaksanaan Proyek oleh PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada huruf (a) di
atas, PIHAK KEDUA berhak menerima Pembayaran Ketersediaan Layanan dari PIHAK
PERTAMA sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini.
4.3 Persetujuan-Persetujuan
(a) Penerima Kerjasama harus memperoleh semua Persetujuan yang diperlukan untuk
rehabilitasi dan pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, kepemilikan dan
pengalihan Proyek sesuai dengan Lampiran 4 (Persetujuan) serta memastikan bahwa
Persetujuan tersebut akan tetap berlaku selama jangka waktu Perjanjian ini.
(b) PJPK berdasarkan permintaan tertulis dan biaya dari Penerima Kerjasama, akan berupaya
untuk memfasilitasi Penerima Kerjasama secara wajar dalam bentuk sosialisasi dan
konsultasi untuk memperoleh Persetujuan yang diperlukan sehubungan dengan
pelaksanaan Pekerjaan.
PASAL 5
ASET EKSISTING
22
Aset Eksisting, atau setiap bagian daripadanya, kecuali suatu persetujuan tertulis dari PJPK
telah didapatkan sehubungan dengan perubahan, penggantian dan penghapusan (dengan
ketentuan bahwa PJPK harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari PJPK
(c) Penerima Kerjasama harus
(a) secara wajar dan pantas, menjaga dan berhati-hati ketika menggunakan setiap Aset
Eksisting;
(b) memperhatikan syarat dan ketentuan dari petunjuk penggunaan atau pengoperasian atas
penggunaan alat-alat, perlengkapan, instrumen dan Aset Eksisting sebagaimana
disepakati oleh PJPK;
(c) menyediakan staf yang berkualitas dengan jumlah yang memadai dengan keterampilan
yang sesuai untuk pengoperasian Aset Eksisting secara aman, tepat, dan efisien; dan
(d) melaporkan setiap kerusakan atau kerugian dari Aset Eksisting kepada PJPK dan,
sehubungan dengan suatu kejadian (kecelakaan), harus menyediakan laporan mengenai
kejadian (kecelakaan) tersebut dalam jangka waktu lima (5) Hari Kerja sejak tanggal
terjadinya kejadian (kecelakaan) tersebut;
(d) Kecuali dengan persetujuan tertulis dari PJPK telah didapatkan, Penerima
Kerjasama
dilarang:
(a) menggunakan setiap Aset Eksisting untuk tujuan apapun selain daripada Terminal Peti
Kemas Pelabuhan Baubau sehubungan dengan Perjanjian ini; dan
(b) menggunakan atau membiarkan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau atau setiap
bagian daripadanyadigunakan secara ilegal, tidak bermoral, dan tujuan-tujuan yang
tidak layak.
23
yang berlaku dan segala hak-hak dari pihak ketiga. PJPK mengganti rugi Penerima Kerjasama
(termasuk sponsor, pemegang saham, dewan direksi, dewan komisaris, manajemen, pegawai,
agen, dan kontraktor) seluruhnya dan/atau terhadap seluruh tindakan, biaya, gugatan, dan
kerusakan apapun yang mungkin diderita oleh Penerima Kerjasama akibat pelanggaran terhadap
ketentuan yang terdapat dalam Pasal 5.04 yang dilakukan oleh PJPK.
PASAL 6
KAWASAN TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN BAUBAU
24
untuk toko-toko ritel, restoran, pertukaran valas, operator tur, pusat informasi turis,dan tujuan-
tujuan lain yangmungkin diperbolehkan oleh PJPK.
BAB IV
JAMINAN PELAKSANAAN Tahap II, PENGOPERASIAN, DAN PEMANTAUAN
PASAL 7
JAMINAN PELAKSANAAN TAHAP II, DESAIN, KONSTRUKSI, PENGUJIAN
25
Penerima Kerjasama gagal untuk membayar jumlah yang telah jatuh tempo dan
terhutang kepada PJPK pada tanggal dimana pembayaran tersebut diwajibkan atau
secara lain diatur dalam Perjanjian ini, termasuk tanpa batasan, sesuai dengan Pasal
7.10. (c) dan Pasal 23.7 (g).
(vi) Apabila suatu Jaminan Pelaksanaan Tahap II telah dicairkan sebelum tanggal
berakhirnya, Penerima Kerjasama harus:
(i) memastikan tambahan Jaminan Pelaksanaan Tahap II sehingga nilai Jaminan
Pelaksanaan Tahap II kembali sama dengan nilai awal Jaminan Pelaksanaan Tahap
II; atau
(ii) memberikan kepada PJPK suatu Jaminan Pelaksanaan Tahap II pengganti dengan
nilai dan kondisi yang sama dengan Jaminan Pelaksanaan Tahap II awal;
(iii) dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari.
(b) Bank
Penerima Kerjasama harus mengganti Jaminan Pelaksanaan Tahap II apabila Bank yang
menerbitkan Jaminan Pelaksanaan Tahap II:
(i) pada setiap saat gagal untuk memenuhi persyaratan yang berlaku bagi Bank
sebagaimana didefinisikan pada Pasal 1.1; atau
(ii) berada dalam Peristiwa Kepailitan.
(c) PJPK berhak melakukan klarifikasi secara langsung kepada Bank penerbit Jaminan
Pelaksanaan Tahap II untuk memastikan kesesuaian Bank dan Jaminan Pelaksanaan Tahap
II dengan ketentuan Perjanjian ini, dan Penerima Kerjasama wajib memberikan dukungan
yang diperlukan untuk terlaksananya klarifikasi tersebut.
26
(I) prosedur pengujian kesiapan operasi yang memenuhi persyaratan yang diatur
dalam Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba Sistem);
(J) program sebagaimana disyaratkan pada Lampiran 6 (Jadwal Tahap Penyelesaian
Proyek).
(b) Kajian dan Masukan serta Persetujuan
(i) Dokumen Desain harus mendapatkan persetujuan dari PJPK. PJPK akan memberikan
persetujuan atas Dokumen Desain melalui prosedur sebagaimana dimaksud pada
Pasal 7.3 (b) (ii) sampai dengan (vi) di bawah.
(ii) PJPK dapat memberikan masukan atau pertanyaan mengenai Dokumen Desain yang
diserahkan menurut Pasal 7.3 (a) dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah
penyerahannya, dengan ketentuan bahwa masukan atau pertanyaan dari PJPK
menyangkut kesesuaian atas Dokumen Desain terhadap Spesifikasi Desain dan Teknis,
Praktek Industri yang Baik, atau persyaratan teknik dan desain lain dari Perjanjian ini.
(iii) Setelah menerima masukan atau pertanyaan dari PJPK, Penerima Kerjasama harus
memberikan klarifikasi dan/atau mengubah Dokumen Desain sebagaimana mestinya
dan menyerahkan Dokumen Desain yang telah diperbaiki kepada PJPK dalam waktu
30 (tiga puluh) Hari untuk kajian final oleh PJPK.
(iv) Jika Penerima Kerjasama tidak menerima masukan tertulis dari PJPK dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) Hari dari penyerahan Dokumen Desain sebagaimana dimaksud
pada Pasal 7.3 (b) (i) atau perbaikan Dokumen Desain sebagaimana dimaksud pada
Pasal 7.3 (b) (ii), maka PJPK dianggap tidak mempunyai masukan atau pertanyaan dan
menyetujui Dokumen Desain atau perbaikan Dokumen Desain kecuali dalam hal
terdapatnya masukan dari Konsultan Pengawas Independen sebagaimana dimaksud
pada Pasal 7.3 (b) (v) di bawah.
(v) Konsultan Pengawas Independen dapat memberikan masukan atas Dokumen Desain
kepada Penerima Kerjasama dalam jangka waktu sebagaimana diatur pada Pasal
7.3(c) (i) dan Penerima Kerjasama harus mempertimbangkan temuan dari Konsultan
Pengawas Independen pada Dokumen Desain, meskipun PJPK tidak memberikan
masukan apapun atas Dokumen Desain.
(vi) Jika terdapat ketidaksesuaian antara temuan dari Konsultan Pengawas Independen
dengan masukan dari PJPK, maka masalah tersebut akan diselesaikan melalui diskusi
bersama yang melibatkan Para Pihak dan Konsultan Pengawas Independen; jika hal
tersebut tidak terselesaikan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari sejak tanggal
dimana Konsultan Pengawas Independen memberikan masukanya atas Dokumen
Desain kepada Peerima Kerjasama, maka hal ini harus diserahkan kepada Ahli untuk
penetapan sesuai dengan Pasal 27.2.
(c) Penyangkalan
(i) Kajian dan persetujuan dari PJPK atas Dokumen Desain bukan merupakan jaminan
baik secara tegas ataupun tersirat dari PJPK mengenai ketepatan teknik atas Dokumen
Desain, dan Penerima Kerjasama mengakui bahwa PJPK tidak bertanggung jawab atas
ketepatan, keamanan atau kehandalan bagian manapun dari Proyek.
(ii) Penyerahan atas setiap dokumentasi kepada PJPK atau Konsultan Pengawas
Independen (termasuk pembuatan masukan atau persetujuan yang mungkin diminta
oleh Penerima Kerjasama) tidak membebaskan Penerima Kerjasama dari kewajiban
atau tanggung jawabnya berdasarkan Perjanjian ini atau tugasnya untuk memastikan
ketepatan, kebenaran atau kecocokan dari hal yang menjadi dasar dari penyerahan
tersebut, dan kajian atau masukan yang diberikan tidak boleh ditafsirkan sebagai
perubahan dalam lingkup Proyek untuk tujuan Pasal 7.5(b) kecuali Para Pihak setuju
27
sebaliknya secara tertulis, hal ini juga tidak boleh ditafsirkan sebagai pengesampingan
hak oleh PJPK menurut Perjanjian ini.
(d) Dokumen yang Harus Disimpan di Kantor Pusat Penerima Kerjasama
Penerima Kerjasama harus menyimpan dua salinan dari dokumen-dokumen berikut ini di
kantor pusatnya di Jakarta, Indonesia berkaitan dengan semua perlengkapan yang
dipasang pada Proyek dan disebutkan dalam Lampiran 2 (Spesifikasi Desain dan Teknis):
(i) Gambar Keadaan Terpasang bagi Proyek;
(ii) Salinan dari semua petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan serta dokumentasi
teknik lain (termasuk dalam bentuk dokumen elektronik) untuk Proyek;
(iii) Salinan hasil pengujian dari semua pengujian yang dilakukan sesuai dengan Kontrak
EPC, dan Perjanjian ini; dan
(iv) Dokumentasi teknis yang terperinci (termasuk dalam bentuk dokumen elektronik)
berkenaan dengan desain, konstruksi, operasional dan pemeliharaan Proyek.
7.4 Konstruksi Proyek
(a) Tanggung Jawab Penerima Kerjasama atas Konstruksi
Penerima Kerjasama wajib melakukan desain, rekayasa, pengadaan, pasokan,
pemasangan dan konstruksi dan rehabilitasi Fasilitas sesuai dengan:
(i) Dokumen Desain yang telah disetujui oleh PIHAK PERTAMA;
(ii) Spesifikasi Desain dan Teknis;
(iii) semua standar dan praktek desain, rekayasa dan konstruksi yang relevan yang berlaku
di Indonesia;
(iv) Praktek Industri yang Baik;
(v) semua Hukum Yang Berlaku;
(vi) Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek;
(vii) Dokumen Lingkungan yang telah disetujui;
(viii) ketentuan-ketentuan lain dari Perjanjian ini; dan
(ix) setiap Modifikasi yang diinstruksikan sesuai dengan Pasal 8.1 atau yang disetujui
untuk dilaksanakan sesuai dengan Pasal 8.2.
28
(v) setelah diminta oleh PJPK melalui pemberitahuan tertulis sebelumnya dalam waktu
yang sewajarnya, memberikan akses kepada PJPK untuk memasuki Area Proyek dalam
rangka pemeriksaan pelaksanaan Pekerjaan oleh Penerima Kerjasama atau Kontraktor
Penerima Kerjasama;
(vi) melakukan tindakan untuk melindungi masyarakat dan harta benda, menghindari
kemacetan, mencegah gangguan, mengurangi kebisingan dan gangguan, dan
memastikan bahwa emisi, pelepasan dan limbah dari aktivitas konstruksi Penerima
Kerjasama memenuhi semua Hukum yang Berlaku; dan
(vii) melakukan segala tindakan lain yang diperlukan bagi keamanan dan penyelesaian
pembangunan Fasilitas tepat pada waktunya.
29
C. Dalam hal informasi disediakan setelah tanggal yang tercantum pada Pasal
7.5(b)(ii)A, maka Penerima Kerjasama tidak berhak untuk perpanjangan waktu
berdasarkan Perjanjian sehubungan dengan periode dimana informasi tersebut
terlambat disampaikan.
(iii) Jika dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari dari tanggal penerimaan dokumen yang
dimaksud pada Pasal 7.5(b)(ii)A.2) oleh PJPK, Para Pihak tidak dapat mencapai
kesepakatan mengenai waktu perpanjangan atau PJPK tidak setuju bahwa Peristiwa
Perpanjangan telah terjadi (atau terhadap konsekuensi-konsekuensinya) atau PJPK
tidak setuju bahwa Penerima Kerjasama berhak atas perpanjangan waktu sesuai
dengan Pasal 7.5 (b), maka hal tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
Independen untuk diputuskan. Apabila Para Pihak memperselisihkan keputusan dari
Konsultan Pengawas Independen atau apabila Konsultan Pengawas Independen gagal
untuk membuat keputusan dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari dari tanggal
dimana hal tersebut diserahkan kepadanya, maka hal tersebut harus diserahkan
kepada Ahli sesuai dengan Pasal 27.2.
(iv) Perpanjangan Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek adalah satu-satunya kompensasi
sehubungan dengan keterlambatan yang disebabkan Peristiwa Perpanjangan, kecuali
untuk Peristiwa Perpanjangan berupa perubahan lingkup atau spesifikasi Proyek
sebagaimana yang diinstruksikan oleh PJPK sesuai dengan Pasal 8.1.
30
(d) Jika:
(i) Konsultan Pengawas Independen menyatakan bahwa Pekerjaan telah diselesaikan
menurut Perjanjian ini dan Fasilitas telah memenuhi standar Uji Coba Penerimaan
Final sebagaimana yang diuraikan dalam Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba
Fasilitas);
(iii) gambar Keadaan Terpasang telah diberikan kepada PJPK;
(iv) Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan telah diberikan kepada PJPK;
(v) Izin Pembangunan dan Pengoperasian Pelabuhan telah diperoleh oleh Penerima
Kerjasama; dan
(vi) Pelatihan kepada pegawai PJPK telah dilaksanakan dalam rangka pemantauan dan
pengukuran kinerja Penerima Kerjasama pada Periode Kerjasama;
(e) Namun, jika Konsultan Pengawas Independen menyatakan bahwa Fasilitas tidak
memenuhi standar Uji Coba Penerimaan Final sebagaimana yang diuraikan dalam
Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba Fasilitas), Konsultan Pengawas Independen akan
mengeluarkan suatu laporan kepada Para Pihak yang menyatakan alasan-alasan mengapa
Fasilitas gagal memenuhi standar tersebut.
(f) Penerima Kerjasama harus segera melaksanakan tindakan perbaikan yang diperlukan
untuk memenuhi standar Uji Coba Penerimaan Final sebagaimana yang diuraikan dalam
Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba Fasilitas) dengan memperhatikan laporan Konsultan
Pengawas Independen, dan harus memberitahu Penerima Kerjasama dan Konsultan
Pengawas Independen setelah tindakan perbaikan tersebut selesai dilakukan. Segera
sebagaimana praktek yang berlaku, Penerima Kerjasama akan melakukan pengujian dan
uji coba lebih lanjut atas Fasilitas hingga dikeluarkannya surat keputusan/keterangan
penerimaan dari PJPK sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 7.8 (d).
(b) Denda Keterlambatan berdasarkan Pasal 7.9(a) di atas menjadi jatuh tempo dan harus
dibayarkan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari sejak Penerima Kerjasama menerima
tagihan dari PJPK yang menyebutkan jumlah Denda Keterlambatan yang harus
dibayarkan.
(c) Jika Penerima Kerjasama gagal untuk membayar Denda Keterlambatan ketika jatuh
tempo, PJPK berhak mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap II senilai jumlah pembayaran
tersebut.
31
(d) Jika keterlambatan Tanggal Operasional Komersial telah mencapai 160 (seratus enam
puluh) Hari maka Penerima Kerjasamadianggap telah cidera janji sesuai dengan ketentuan
Pasal 22.1 (b).
(e) Tunduk pada ketentuan Pasal 21.2 (a) (ii), apabila Denda Keterlambatan telah melebihi
nilai dari Jaminan Pelaksanaan Tahap II, Penerima Kerjasama harus dengan segera
membayar kelebihan jumlah tersebut berdasarkan permintaan tertulis dari PJPK, dan PJPK
memiliki hak untuk mengambil pembayaran atas jumlah yang belum dibayarkan dengan
cara mengurangi jumlah yang terhutang kepada Penerima Kerjasama.
7.10 Keterlambatan Uji Coba Sistem bukan Karena Kesalahan Penerima Kerjasama
(a) Jika Fasilitas siap untuk uji coba final sesuai dengan Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba
Sistem) namun Penerima Kerjasama tidak dapat melaksanakan uji coba final karena belum
siapnya PJPK (“Peristiwa Keterlambatan Uji Coba Sistem”), maka pada Tanggal Wajib
Operasional Komersial (sebagaimana dapat diperpanjang sesuai dengan Pasal 7.5(b)),
PJPK harus membayar kepada Penerima Kerjasama Pembayaran Ketersediaan Layanan
sesuai dengan ketentuan dalam Lampiran 11 selama periode yang dimulai pada Tanggal
Wajib Operasional Komersial (sebagaimana dapat diperpanjang sesuai dengan Pasal
7.5(b)), sampai dengan Tanggal Operasional Komersial secara aktual tercapai (“Periode
Keterlambatan Uji Coba Final”).
(b) Ketika Peristiwa Keterlambatan Uji Coba Final berakhir, dalam waktu 14 (empat belas)
Hari Kerja dari berakhirnya Peristiwa Keterlambatan Uji Coba Final tersebut, Penerima
Kerjasama harus melanjutkan pelaksanaan uji coba final sesuai dengan Lampiran 7
(Pengujian dan Uji Coba Sistem).
(c) Jika Fasilitas, ketika diuji sesuai dengan ketentuan Pasal 7.10 (b), gagal untuk memenuhi
setiap syarat uji coba final sesuai dengan Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba Sistem),
maka :
(i) Periode Keterlambatan Uji Coba Final berakhir;
(ii) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 6.10 dihentikan; dan
(iii) Jumlah yang telah dibayarkan oleh PJPK selama Periode Keterlambatan Uji Coba Final
harus dibayarkan kembali kepada PJPK dalam waktu 10 (sepuluh) Hari sejak Fasilitas
dinyatakan gagal untuk memenuhi syarat pengujian penerimaan final. Setiap
keterlambatan dalam pengembalian jumlah yang telah dibayarkan oleh PJPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.10 (c) (iii) ini dikenakan Bunga Keterlambatan
Pembayaran.
(iv) PJPK berhak untuk mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap II dalam hal Penerima
Kerjasama gagal mengembalikan jumlah yang telah dibayarkan oleh PJPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.10 (c) (iii) ini dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari
Kerja.
(d) Jika Penerima Kerjasama gagal untuk melanjutkan pelaksanaan uji coba final sesuai
dengan Lampiran 7 (Pengujian dan Uji Coba Sistem) dalam waktu 14 (empat belas) Hari
Kerja dari berakhirnya Peristiwa Keterlambatan Uji Coba Final maka Pembayaran
Ketersediaan Layanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 7.10 (a) akan dihentikan hingga
diterbitkannya keputusan/keterangan penerimaan Fasilitas sebagaimana diatur dalam
Pasal 7.10 (a).
32
Kerjasama, kecuali dalam hal terdapat permintaan Modifikasi dari PJPK sebagaimana
dimaksud pada Pasal 8.1.
33
(viii)memberikan rekomendasi kepada PJPK apakah Penerima Kerjasama dapat diberikan
perpanjangan waktu untuk pencapaian Tahap Penyelesaian Proyek sesuai dengan
Pasal 7.5(b);
(ix) membuat laporan/catatan dan analisis secara harian, mingguan dan bulanan dan
menyerahkan laporan/catatan dan analisis tersebut kepada PJPK dan Penerima
Kerjasama secara bulanan atau setiap saat berdasarkan permintaan secara wajar dari
PIHAK PERTAMA atau Penerima Kerjasama ;
(x) melaksanakan pemeriksaan sehubungan dengan pelaksanaan kewajiban Penerima
Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini sesuai dengan Pasal 14.2(a);
(xi) mengkaji dan menilai usulan perkiraan efek finansial dari Penerima Kerjasama dalam
hal terjadinya Perubahan Hukum sebagaimana dimaksud pada Pasal 19.5;
(xii) mengkaji dan menilai ketepatan Tagihan yang diajukan oleh Penerima Kerjasama
sebagaimana diatur dalam Pasal 12.1 (b);
(xiii)mengawasi, memantau, dan memeriksa pengoperasian dan pemeliharaan Fasilitas
dan pemenuhan Indikator Kinerja Utama oleh Penerima Kerjasama berdasarkan
Perjanjian ini; dan
(xiv) melaksanakan tugas dan fungsi lainnya sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini
atau sebagaimana ditugaskan kepadanya berdasarkan kesepakatan Para Pihak.
(c) Biaya
(i) Biaya dan pengeluaran Konsultan Pengawas Independen akan ditanggung oleh
Penerima Kerjasama.
(ii) Setiap pembayaran jasa Konsultan Pengawas Independen harus atas persetujuan
PJPK.
(b) Pernyataan dan Jaminan yang diatur dalam Pasal ini dibuat oleh Penerima Kerjasama
pada tanggal Perjanjian ini ditandatangani dan dianggap akan diulang oleh Penerima
Kerjasama pada setiap Hari sampai dengan dan termasuk hari terakhir Periode Kerjasama
atau, jika lebih cepat, tanggal peralihan Proyek akibat adanya pengakhiran lebih awal
Perjanjian.
(c) Dalam hal terdapat Subyek Hukum yang mengajukan tuntutan dan/atau klaim terhadap
Penerima Kerjasama atau PJPK yang timbul dari atau berkaitan dengan penggunaan atau
pelanggaran dari Hak Kekayaan Intelektual sehubungan dengan Proyek, maka:
34
(i) Penerima Kerjasama setuju untuk menjaga, mengganti rugi dan membebaskan PJPK
dari dan terhadap setiap dan semua tuntutan atau klaim dari Subyek HUkum
tersebut; dan
(ii) Selama proses hukum dengan Subyek Hukum dan/atau proses penyelesaian lainnya
dengan Subyek Hukum, Penerima Kerjasama harus memastikan bahwa Proyek akan
terus dilaksanakan dan Penerima Kerjasama harus menggunakan segala upaya
terbaiknya untuk memperoleh Hak Kekayaan Intelektual dari Subyek Hukum yang
relevan bagi kepentingan Penerima Kerjasama dan/atau PJPK (mana yang relevan)
agar dapat melanjutkan pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana
diperlukan.
(d) Penerima Kerjasama harus memastikan dalam Kontrak EPC, Kontrak Pengoperasian dan
Pemeliharaan dan sub kontrak lainnya, Kontraktor yang terkait harus memberikan
pernyataan, jaminan dan ganti rugi yang sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 7.14 ini
untuk kepentingan Para Pihak.
(e) Penerima Kerjasama harus memberikan dan dianggap telah memberikan kepada PJPK
lisensi tanpa royalty, tidak eksklusif dan dapat dialihkan (dengan hak untuk memberikan
sub-lisensi) untuk menggunakan Hak Kekayaan Intelektual dalam rangka pengoperasian
Fasilitas oleh PJPK setelah Tanggal Pengakhiran.
PASAL 8
MODIFIKASI
(b) Dalam jangka waktu 14 (empat belas) Hari Kerja setelah diterimanya Permintaan
Modifikasi (atau jangka waktu yang lebih panjang sebagaimana disepakati oleh PJPK
secara tertulis), Penerima Kerjasama harus menyampaikan proposal modifikasi kepada
PJPK dan Konsultan Pengawas Independen ("Proposal Modifikasi") yang memuat:
(i) biaya untuk memeriksa dan menganalisis Modifikasi yang diusulkan;
(ii) biaya untuk melaksanakan Modifikasi yang diusulkan (dikurangi penghematan dari
Modifikasi yang diusulkan), termasuk:
(A) semua biaya langsung untuk konstruksi; dan
(B) semua biaya tidak langsung untuk konstruksi atau operasional (termasuk
pengurangan pendapatan, kerugian atau penangguhan serta biaya penundaan dan
biaya pendanaan);
((A) dan (B) selanjutnya disebut "Biaya Modifikasi");
(iii) usulan Penerima Kerjasama mengenai kompensasi atas Biaya Modifikasi yang
diusulkan oleh PJPK (jika ada) dengan dua alternatif yaitu (i) dalam bentuk
Perpanjangan Periode Kerjasama; dan (ii) dalam bentuk Penyesuaian Pembayaran
Ketersediaan Layanan yang akan memungkinkan Penerima Kerjasama mendapatkan
tingkat pengembalian internal proyek setara dengan Target Tingkat Pengembalian
Internal Proyek;
(iv) dampak (apabila ada) dari Modifikasi yang diusulkan terhadap:
(A) Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek;
(B) Setiap Layanan; dan
35
(C) setiap Indikator Kinerja Utama.
(v) setiap informasi lain yang mungkin relevan untuk melaksanakan Modifikasi yang
diusulkan (termasuk setiap usulan alternatif untuk memberlakukan Modifikasi yang
diusulkan PJPK).
(c) Apabila diminta oleh PJPK atau Konsultan Pengawas Independen, Penerima Kerjasama
harus memenuhi secara tepat waktu dan memberikan perincian lebih lanjut yang
mungkin diperlukan sehingga memungkinkan PJPK menilai atau mengembangkan setiap
usulan alternatif.
(d) Apabila PJPK berpendapat bahwa Biaya Modifikasi tersebut tidak mencerminkan harga
yang kompetitif sesuai dengan kondisi pasar yang berlaku, PJPK dapat meminta
pelaksanaan lelang yang kompetitif dan pengajuan kembali Proposal Modifikasi sesuai
dengan Pasal 8.3.
(e) Apabila PJPK menyetujui Proposal Modifikasi, PJPK memberikan Perintah Modifikasi yang
harus turut ditandatangani oleh Konsultan Pengawas Independen, yang menginstruksikan
Penerima Kerjasama untuk melaksanakan Modifikasi sebagaimana diuraikan dalam
Perintah Modifikasi dan memuat bentuk kompensasi atas Biaya Modifikasi yang dipilih
oleh PJPK .
(g) Apabila PJPK tidak menerima semua aspek dalam Proposal Modifikasi, PJPK tetap dapat
mengeluarkan Perintah Modifikasi, dan Penerima Kerjasama tetap berkewajiban untuk
melaksanakan Modifikasi sebagaimana diuraikan dalam Perintah Modifikasi tetapi
Penerima Kerjasama dapat merujuk setiap hal yang diperselisihkan mengenai Perintah
Modifikasi untuk diselesaikan berdasarkan Pasal 27.2 (Penyelesaian Sengketa Oleh Ahli).
(h) Apabila Penerima Kerjasama diwajibkan untuk melaksanakan Modifikasi sesuai dengan
Pasal 8.1 (e), PJPK memberikan kompensasi kepada Penerima Kerjasama atas Modifikasi
berdasarkan Biaya Modifikasi sebagai berikut:
(i) apabila PJPK dan Konsultan Pengawas Independen sepakat dengan Biaya Modifikasi
yang ditentukan dalam Proposal Modifikasi, maka yang digunakan sebagai dasar
adalah Biaya Modifikasi tersebut;
(ii) apabila PJPK dan Konsultan Pengawas Independen tidak sepakat dengan jumlah Biaya
Modifikasi yang ditentukan dalam Proposal Modifikasi berdasarkan Pasal 8.1 (b), dan
belum meminta penawaran yang kompetitif sesuai dengan Pasal 8.3, maka yang
digunakan sebagai dasar adalah Biaya Modifikasi yang tidak diperselisihkan,
ditambah, sebagai pengganti Biaya Modifikasi yang diperselisihkan, jumlah:
A. yang disepakati antara Para Pihak dan Konsultan Pengawas Independen; atau
B. apabila Para Pihak tidak dapat mencapai kesepakatan, maka ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas Independen sebesar jumlah yang wajar (apabila ditambahkan
dengan jumlah yang diperselisihkan) untuk Biaya Modifikasi dalam melaksanakan
Modifikasi tersebut; atau
C. apabila Penerima Kerjasama memperselisihkan jumlah yang ditetapkan oleh
Konsultan Pengawas Independen, maka sebagaimana ditetapkan berdasarkan Pasal
27.2.
36
(iii) Penerima Kerjasama tidak dapat mengajukan Klaim yang timbul dari atau dalam
kaitannya dengan suatu Modifikasi yang diperintahkan sesuai dengan Pasal 8.1 (e)
selain dari kompensasi sebagaimana diatur dalam Pasal 8.1 (h).
(b) Setiap permintaan Modifikasi harus dibuat secara tertulis dan harus memuat perincian
berikut ini:
(i) uraian tentang Modifikasi yang diusulkan;
(ii) perincian tentang perkiraan Biaya Modifikasi (dikurangi penghematan dari Modifikasi
yang diusulkan);
(iii) dampak (apabila ada) yang akan ditimbulkan oleh Modifikasi yang diusulkan
terhadap:
A. Jadwal Tahap Penyelesaian Proyek;
B. Setiap Layanan; dan
C. setiap Indikator Kinerja Utama;
(iv) uraian tentang setiap manfaat yang akan diterima PJPK dari Modifikasi tersebut; dan
(v) setiap informasi lain yang mungkin relevan untuk melaksanakan Modifikasi yang
diusulkan.
(c) Dalam jangka waktu 20 (dua puluh) Hari Kerja (atau jangka waktu lain sebagaimana
disepakati oleh PJPK dan Penerima Kerjasama), setelah menerima permintaan Modifikasi
dari Penerima Kerjasama sesuai dengan Pasal 7.2 (a), PJPK atas kebijakannya sendiri harus
menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Penerima Kerjasama:
(i) menolak permintaan tersebut; atau
(ii) memberikan persetujuan Modifikasi ("Perintah Persetujuan Modifikasi") yang
menyetujui permintaan tersebut baik dengan syarat maupun tanpa syarat, dan
apabila demikian, Penerima Kerjasama akan memberikan keterangan lebih lanjut dan
melakukan pertemuan dengan PJPK, apabila diminta demikian oleh PJPK,
sebagaimana diperlukan sehingga memungkinkan PJPK menilai atau mengembangkan
usulan alternatif yang diberikan Penerima Kerjasama; atau
(iii) meminta keterangan lebih lanjut tentang setiap hal yang disebutkan dalam Pasal 8.2
(b). atau yang berkaitan dengan Modifikasi yang diusulkan.
(d) PJPK tidak berkewajiban mengeluarkan Persetujuan Modifikasi dan Penerima Kerjasama
tidak dibebaskan dari keharusan untuk melaksanakan atau mematuhi kewajiban-
kewajibannya atau dari setiap kewajiban lain berdasarkan Perjanjian ini sebagai akibat
dari tidak disetujuinya usulan Modifikasi atau kelalaian PJPK untuk menyetujui Modifikasi
yang diminta oleh Penerima Kerjasama berdasarkan Pasal 8.2(a). Penerima Kerjasama
sepakat bahwa Penerima Kerjasama tidak berhak atas kompensasi dalam bentuk apapun
atas setiap biaya Modifikasi yang diusulkan oleh Penerima Kerjasama.
(e) Penerima Kerjasama tidak boleh memulai pekerjaan terkait dengan Modifikasi yang
diminta oleh Penerima Kerjasama kecuali apabila PJPK telah memberikan Persetujuan
Modifikasi kepada Penerima Kerjasama.
(f) Apabila PJPK mengeluarkan Persetujuan Modifikasi berdasarkan Pasal 8.2 ini:
(i) Penerima Kerjasama harus melaksanakan Modifikasi tersebut dengan tunduk pada
setiap ketentuan dalam Persetujuan Modifikasi;
37
(ii) Penerima Kerjasama tidak dapat mengajukan Klaim terhadap PJPK yang timbul dari
atau dengan cara apa pun, dalam kaitannya dengan Modifikasi tersebut.
(b) Apabila PJPK mengajukan permintaan berdasarkan Pasal 8.3 (a), maka Penerima
Kerjasama harus melakukan upaya terbaiknya untuk memperoleh penawaran:
(i) sekurang-kurangnya dari 3 (tiga) kontraktor yang berpengalaman, memiliki
kemampuan dan reputasi atau penyedia layanan terkait lainnya untuk pekerjaan yang
sejenis dengan Modifikasi yang akan dilaksanakan;
(ii) yang mencerminkan penetapan harga Modifikasi yang kompetitif di pasar yang
berlaku pada saat itu; dan
(iii) yang tidak akan merugikan kemampuan Penerima Kerjasama untuk tetap memenuhi
Indikator Kinerja Utama atau Jadwal Pemeliharaan, sebagaimana akan diubah
sebagai bagian dari Modifikasi tersebut, dan akan mengajukan penawaran
preferensinya kepada PJPK;
(iv) dalam jangka waktu 90 (Sembilan puluh) Hari sejak tanggal pemberitahuan dari PJPK
tersebut (atau tanggal setelahnya sebagaimana mungkin secara wajar disepakati oleh
PJPK).
(c) Penerima Kerjasama harus melibatkan perwakilan PJPK sebagai bagian dari panitia
pelelangan serta memberikan rincian semua penawaran yang telah diperoleh kepada
PJPK.
(d) Selama jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah pengajuan penawaran dari kontraktor
berdasarkan Pasal 8.3(b), PJPK akan berkonsultasi dengan Penerima Kerjasama tentang
penawaran tersebut untuk mencoba mencapai kesepakatan tentang penawaran terbaik
untuk Modifikasi dengan mempertimbangkan:
(i) pengalaman, kemampuan, dan reputasi kontraktor dan penyedia layanan lainnya;
(ii) harga sesuai dengan kondisi pasar yang berlaku; dan
(iii) kemampuan Penerima Kerjasama untuk memenuhi Indikator Kinerja Utama atau
Jadwal Pemeliharaan, sebagaimana mungkin akan diubah sebagai bagian dari
Modifikasi.
38
(b) harus dirancang dan dibangun sehingga Pekerjaan dan Fasilitas akan dan tetap dapat
dipertahankan sesuai untuk tujuan yang dimaksud;
(d) harus diselesaikan dan diuji coba sistem sesuai dengan kriteria penyelesaian teknis dan
kriteria penerimaan uji coba sistem yang dijelaskan dalam Persetujuan Modifikasi.
PASAL 9
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN
39
(c) Dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf (b) wajib disimpan dengan aman
dan diserahkan kepada PJPK pada akhir Periode Kerjasama, atau sebagaimana diminta
oleh PJPK.
40
(d) Jika Penerima Kerjasama tidak dapat memenuhi ketentuan Pasal 9.4 (a) dan (b), PJPK
dapat memberikan pemberitahuan tertulis kepada Penerima Kerjasama yang
mengharuskan Penerima Kerjasama untuk memperbaiki kegagalan dalam jangka waktu
yang disebutkan dalam pemberitahuan. Jika Penerima Kerjasama tidak dapat memenuhi
kewajiban sebagaimana disampaikan dalam pemberitahuan tersebut, maka PJPK dari
waktu ke waktu dapat mengenakan Kerugian Yang Harus Dibayar.
(b) Pengadaan sub-tenants harus dilakukan minimal dalam jangka waktu satu (1) bulan
sebelum Permulaan Pengoperasian.
(c) PJPK memiliki hak untuk mengharuskan adanya penghentian atas segala aktivitas yang
dilakukan di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau yang menurut PJPK dapat
menyebabkan atau menimbulkan bahaya atau gangguan atau kerusakan material kepada
Pengguna dan/atau sub-tenants dari Penerima Kerjasama atau pengguna lain atau pihak-
pihak lain yang mengisi Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau dan gangguan tersebut
atau kerusakan material tersebut menurut PJPK disebabkan atau dapat disebabkan oleh
aktivitas di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau . Tanpa pembatasan mengenai
keadaan tersebut, Penerima Kerjasama harus:
(i) Tidak memanfaatkan atau mengizinkan penggunaan atas segala praktik bisnis yang
tidak beretika sesuai dengan Hukum yang berlaku dalam menjalankan operasi atau
bisnis;
(ii) Tidak mengizinkan segala touting atau soliciting atas bisnis atau distribusi atas segala
pamflet atau pemasaran-pemasaran yang akan dilakukan di Terminal Peti Kemas
Pelabuhan Baubau (selain daripada yang telah ditentukan dalam lokasi dimana
distribusi dari materi promosi diperbolehkan);
(iii) Sepanjang Periode Kerjasama, menjaga dan mempertahankan sub-tenant untuk
menjaga tampilan, pencahayaan, dan dekorasi dari etalase dan interior dari Kawasan
Komersial agar sesuai dengan standar internasional.
(d) Penerima Kerjasama berjanji bahwa the tenancies antara Penerima Kerjasama dengan
sub-tenants harus berisi ketentuan-ketentuan yang sama dengan pasal ini.
9.6 Penyangkalan
(a) Setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh PJPK atau Konsultan Pengawas Independen
terhadap Prosedur Operasional dan Pemeliharaan tidak akan dianggap membebaskan
Penerima Kerjasama dari setiap kewajiban atau tanggungjawabnya berdasarkan Pasal ini.
(b) PJPK tidak akan bertanggungjawab kepada Penerima Kerjasama atau kepada Subyek
Hukum lainnya karena pemeriksaan atau persetujuannya terhadap Prosedur Operasional
dan Pemeliharaan.
41
(b) Penerima Kerjasama bertanggung jawab untuk memperoleh atau memastikan
diperolehnya seluruh Persetujuan yang diperlukan bagi staf yang kompeten tersebut
untuk melakukan tugasnya sehubungan dengan Proyek selama jangka waktu Perjanjian.
PASAL 10
PELAYANAN
PJPK menugaskan Penerima Kerjasama untuk menyediakan Layanan kepada Pelanggan dengan
ketentuan sebagai berikut:
(i) PJPK berhak atas setiap pembayaran yang dilakukan oleh Pelanggan;
(ii) penagihan kepada pelanggan dilakukan oleh Penerima Kerjasama dan disetorkan langsung ke
rekening yang ditetapkan PJPK;
(iii) segala tuntutan dari Pelanggan kepada PJPK, pihak ketiga yang ditunjuk dan/atau Penerima
Kerjasama yang diakibatkan karena tidak tercapainya Indikator Kinerja Utama oleh Penerima
Kerjasama menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari Penerima Kerjasama; dan
(iv) PJPK tidak mengenakan denda kepada Penerima Kerjasama atas kegagalan memenuhi
Indikator Kinerja Utama selain dari Pengurangan Pembayaran Ketersediaan layanan
sebagaimana diatur dalam Lampiran 11.
PASAL 11
PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN
11.1 Sejak Tanggal Operasional Komersial, PJPK wajib melakukan Pembayaran Ketersediaan
Layanan setiap 3 (tiga) Bulan kepada Penerima Kerjasama yang dihitung sesuai dengan
rumus penghitungan sebagaimana diatur dalam Lampiran 11 (Pembayaran Ketersediaan
Layanan).
42
c. melakukan Pembayaran Ketersediaan Layanan kepada Penerima Kerjasama sesuai
dengan ketentuan dalam Perjanjian ini.
PASAL 12
TAGIHAN
12.1 Tagihan
(a) Penerima Kerjasama akan mengirimkan tagihan kepada PJPK dalam bentuk yang
tercantum dalam Lampiran 15 (Bentuk Tagihan) yang menyebutkan pembayaran yang
harus dibayarkan untuk Bulan Tagihan tersebut dihitung sesuai dengan Lampiran 11
(Pembayaran Ketersediaan Layanan) Perjanjian ini (“Tagihan”) pada Hari Kerja ke-5
pada Bulan Tagihan berikutnya.
(b) Tagihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12.1 (a) harus disertai dengan dokumen
sebagai berikut:
(i) Salinan Perjanjian;
(ii) Referensi bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening Penerima
Kerjasama
(iii) Salinan surat keputusan penerimaan Fasilitas dimaksud pada Pasal 7.8;
(v) Berita acara pembayaran;
(vi) Kuitansi yang telah ditandatangani oleh Penerima Kerjasama; dan
(vii) Faktur pajak beserta surat setoran pajak (SSP).
12.4 Pajak
Segala pajak yang timbul terkait dengan Tagihan termasuk namun tidak terbatas pada pajak
penghasilan dan pajak pertambahan nilai (PPN) (jika ada), akan dibebankan kepada masing-
masing Pihak sesuai dengan ketentuan Hukum Yang Berlaku, dan jumlah pajak harus
disebutkan terpisah dalam Tagihan.
43
12.6 Keterlambatan Pembayaran
Seluruh jumlah yang harus dibayar oleh PJPK kepada Penerima Kerjasama yang tidak
dibayar pada Tanggal Jatuh Tempo sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian ini akan
dikenakan bunga sebesar Bunga Keterlambatan Pembayaran terhitung sejak tanggal
pembayaran tersebut jatuh tempo hingga diterimanya pembayaran tersebut secara penuh.
(b) Setelah tercapainya kesepakatan di antara Para Pihak sebagaimana dibuktikan secara
tertulis dan ditandatangani oleh Para Pihak atau pada saat diterimanya salinan resmi
dari penentuan Ahli atau putusan arbitrase berdasarkan Pasal 27, PJPK akan
membayarkan jumlah yang diperselisihkan kepada Penerima Kerjasama jika
berdasarkan kesepakatan Para Pihak atau penentuan Ahli atau putusan arbitrase
berdasarkan Pasal 27 diputuskan bahwa jumlah yang diperselisihkan merupakan hak
dari Penerima Kerjasama.
PASAL 13
PERSYARATAN PEMANTAUAN DAN PELAPORAN
44
(b) Tujuan utama dari pemantauan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13.1 (a) adalah
untuk:
(i) menentukan apakah Fasilitas telah dirancang, dibangun, diuji coba fungsinya
sesuai dengan Perjanjian ini;
(ii) memeriksa kemajuan konstruksi dan uji coba (testing and commissioning) Proyek;
dan
(iii) dalam hal operasi, menentukan apakah Fasilitas telah dioperasikan dan dirawat
sesuai dengan Perjanjian ini.
13.2 Inspeksi
(a) Penerima Kerjasama harus mengizinkan PJPK atau para wakil resminya, dan Konsultan
Pengawas Independen untuk melakukan inspeksi selama jam kerja normal setelah
menyampaikan pemberitahuan kepada Penerima Kerjasama. Penerima Kerjasama
harus menunjuk wakil resminya untuk menghadiri inspeksi tersebut.
(b) Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh PJPK dalam penyelenggaraan hak-haknya untuk
inspeksi, memeriksa, menguji dan memantau Proyek dan kinerja Penerima Kerjasama
berdasarkan Pasal ini akan sepenuhnya ditanggung oleh PJPK.
(c) Para Pihak harus mengupayakan sebaik mungkin untuk meminimalisasi gangguan
apapun terhadap konstruksi atau operasi Fasilitas selama dilakukan inspeksi.
(d) Penerima Kerjasama harus memberikan akses penuh dan memadai bagi PJPK atau
perwakilannya, dan Konsultan Pengawas Independen untuk bertemu dengan para staf
Penerima Kerjasama dan memasuki bagian manapun dari Fasilitas. Untuk tujuan ini,
Penerima Kerjasama harus:
(i) memberikan bantuan dan menyediakan perlengkapan atau bahan-bahan yang
diminta secara wajar dalam rangka inspeksi; dan
(ii) tidak menghalangi akses untuk bertemu dengan staf atau memasuki bagian
Fasilitas selama diselenggarakan inspeksi.
(e) Jika dimungkinkan, Penerima Kerjasama harus segera memperbaiki segala kekurangan
yang ditemukan oleh PJPK atau wakil resminya dan Konsultan Pengawas Independen
selama diselenggarakan inspeksi.
45
(e) Sebelum dilakukan pembuangan atau penghancuran pembukuan, catatan atau data,
Penerima Kerjasama akan mengirimkan kepada PJPK suatu pemberitahuan yang
menyatakan maksud Penerima Kerjasama untuk membuang atau menghancurkan
catatan-catatan tersebut, dan dalam waktu 10 (sepuluh) Hari sejak diterimanya
pemberitahuan tersebut, PJPK, atas pilihan dan biayanya, dapat mengambil
penguasaan atas pembukuan, catatan atau data tersebut untuk disimpan oleh PJPK.
(f) Dalam waktu 15 (lima belas) Hari setelah tiap akhir bulan, Penerima Kerjasama wajib
menyerahkan kepada PJPK suatu laporan bulanan mengenai pengoperasian Proyek
oleh Penerima Kerjasama, termasuk tingkat Layanan dan pemenuhan terhadap
Indikator Kinerja Utama, penghentian pengoperasian (jika ada), dan hal-hal lain yang
dianggap relevan oleh Penerima Kerjasama atau yang mungkin diminta oleh PJPK
menyangkut Proyek atau Perjanjian ini.
46
13.5 Kepatuhan Terhadap Ketentuan Pelaporan
(a) Penerima Kerjasama harus melakukan pemantauan dan mendokumentasikan kinerja
dari Fasilitas dan membuat serta memelihara operation logs harian yang akurat dan
muktahir, laporan pengendalian inventaris, laporan kegagalan pemenuhan Indikator
Kinerja Utama, laporan pemeliharaan, laporan penghentian pengoperasian, dan
dokumen lainnya sebagaimana disyaratkan oleh PJPK dari waktu ke waktu dan Praktek
Industri yang Baik (bersama-sama disebut “Catatan Proyek”) sehubungan dengan
Fasilitas. Penerima Kerjasama harus memastikan bahwa Catatan Proyek dapat diakses
setiap saat oleh PJPK pada jam kerja normal.
(b) Penerima Kerjasama harus mematuhi semua kewajiban pelaporan yang ditentukan
menurut Hukum Yang Berlaku yang mengatur kegiatannya sebagai penyelenggara
jaringan telekomunikasi di Indonesia serta sebagai Penerima Kerjasama mitra kerja
sama PJPK.
47
13.8 Penyangkalan
Dalam melaksanakan hak untuk memantau atau melakukan audit atas kinerja Penerima
Kerjasama dalam memenuhi kewajibannya dalam Proyek, PJPK dan perwakilan resminya,
termasuk Tim Pengelolaan dan Pemantauan, dan Tim Pemantau Bersama tidak memberikan
dukungan (endorsement) atau pernyataan apapun mengenai keamanan, kehandalan dan
ketepatan teknik dari Fasilitas maupun ketepatan dan kebenaran atas pembukuan, catatan atau
data-data Penerima Kerjasama. Penerima Kerjasama tidak boleh dalam keadaan apapun
menyatakan kepada pihak manapun bahwa PJPK dan perwakilan resminya, termasuk Tim
Pengelolaan dan Pemantauan, dan Tim Pemantau Bersama bertanggung jawab atas hal-hal
tersebut sebagai akibat pemantauan, pengkajian, audit atau inspeksi yang dilakukan oleh PJPK
dan perwakilan resminya, termasuk Tim Pengelolaan dan Pemantauan, dan Tim Pemantau
Bersama sesuai dengan Pasal 13 ini.
BAB V
PERNYATAAN DAN JAMINAN, SERTA JANJI PENERIMA KERJASAMA
PASAL 14
PERNYATAAN DAN JAMINAN
48
Segala Persetujuan yang diperlukan untuk memberikan kewenangan
penandatanganan, penyerahan, dan pelaksanaan Perjanjian ini dan Perjanjian
Proyek telah diperoleh serta berlaku penuh dan efektif sebagaimana diatur dalam
Lampiran 4 (Persetujuan).
(f) Tiada Sengketa
Tidak ada gugatan, kasus-kasus arbitrase, investigasi atau proses hukum yang
sedang berjalan di pengadilan apapun, atau sesuai dengan pengetahuan terbaiknya,
yang diancamkan terhadap Penerima Kerjasama atau mempengaruhi Penerima
Kerjasama yang dapat secara wajar diduga akan merugikan secara material atas
kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini atau
yang dapat mempengaruhi keabsahan, keberlakuan atau dapat dilaksanakannya
Perjanjian ini dan Perjanjian Proyek.
PASAL 15
JANJI PENERIMA KERJASAMA
49
15.3 Kepatuhan terhadap Hukum Yang Berlaku
Penerima Kerjasama akan mematuhi semua Hukum Yang Berlaku selama jangka waktu Perjanjian
ini.
15.7 Keamanan
Penerima Kerjasama melindungi Fasilitas sesuai dengan spesifikasi yang diatur di dalam Lampiran
2 (Spesifikasi Desain dan Teknis) dan menjamin bahwa tidak ada pihak ketiga yang tidak
berwenang yang dapat memasuki Fasilitas.
50
(b) Pelatihan
(i) Penerima Kerjasama harus menerapkan program-program pendidikan dan
pelatihan rutin untuk meningkatkan keterampilan para karyawan Penerima
Kerjasama hingga taraf standar internasional.
(ii) Seluruh manual pelatihan dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam program-
progam pendidikan dan pelatihan tersebut harus diserahkan oleh Penerima
Kerjasama kepada PJPK pada saat Tanggal Pengakhiran.
(iii) Penerima Kerjasama harus mengizinkan para karyawan dari PJPK untuk
bergabung dalam program-program pelatihan Penerima Kerjasama.
BAB VI
PERISTIWA DI LUAR KEMAMPUAN PARA PIHAK
PASAL 16
PERISTIWA KEADAAN KAHAR
51
(i) tanggal terjadi dan perkiraan durasi keberlangsungan Peristiwa Keadaan
Kahar tersebut;
(ii) sifat dan dampaknya terhadap pelaksanaan kewajiban Pihak yang terkena
dampak; dan
(iii) upaya-upaya perbaikan yang diusulkan oleh Pihak yang terkena dampak
untuk menghindari atau mengatasi Peristiwa Keadaan Kahar atau untuk
mengurangi dampak dan pengaruh termasuk tindakan-tindakan lainnya yang
akan dilakukannya untuk memenuhi persyaratan Pasal 16 ini.
(b) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16.1 (a) di atas harus
disertai dengan surat keterangan atau pernyataan terjadinya peristiwa yang
dianggap sebagai Peristiwa Keadaan Kahar yang diterbitkan oleh Instansi yang
berwenang.
(c) Jika Pihak yang terkena dampak tidak mengirimkan pemberitahuan yang dimaksud
pada Pasal 16.1 (a), maka Pihak tersebut tidak berhak memberlakukan Pasal 16 ini
untuk menjustifikasi keterlambatan pelaksanaan atau tidak dilaksanakan
kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini hingga disampaikannya pemberitahuan
tertulis sebagaimana dimaksud pada Pasal 16.1 (a) pada Pihak lainnya.
(d) Jika Pihak yang tidak terkena keadaan kahar tidak mengakui telah terjadinya
Peristiwa Keadaan Kahar sebagaimana diajukan oleh Pihak yang terkena Peristiwa
Keadaan Kahar maka hal ini harus diajukan kepada Ahli untuk diselesaikan sesuai
dengan Pasal 27.2 dalam waktu 20 (dua puluh) Hari setelah penyerahan permintaan
tertulis untuk pengajuan kepada Ahli tersebut oleh Pihak manapun dalam Sengketa.
52
akibat keuangan negatif lainnya seandainya kewajiban-kewajiban tersebut
dilaksanakan.
maka:
1) Para Pihak harus mengadakan negosiasi dengan itikad baik untuk menyepakati
solusi yang dapat diterima mengenai keberlangsungan konstruksi atau operasional
Fasilitas (sebagaimana yang berlaku) dan/atau penyesuaian jangka waktu
Perjanjian, dan Penerima Kerjasama harus menggunakan upaya terbaik untuk
memperoleh pendanaan untuk menyelesaikan atau memperbaiki Fasilitas;
2) selama periode tersebut, Penerima Kerjasama tidak diwajibkan untuk
menyelesaikan, memperbaiki atau mengoperasikan Fasilitas dan kegagalan untuk
menyelesaikan, memperbaiki atau mengoperasikan Fasilitas bukan merupakan
Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama; dan
3) apabila Para Pihak tidak mencapai solusi yang dapat diterima dalam waktu 6
(enam) bulan setelah terjadinya Peristiwa Keadaan Kahar, atau waktu lainnya yang
disepakati bersama, salah satu Pihak dapat mengakhiri Perjanjian ini sesuai dengan
Pasal 23.3.
53
(b) Ketika disyaratkan oleh Pasal 16.5(a), Penerima Kerjasama harus mulai
mempersiapkan laporan penilaian (“Laporan”) dan menyerahkan salinan Laporan
tersebut kepada PJPK dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah ditetapkan bahwa
diperlukan adanya Laporan.
(c) Laporan harus memuat hal-hal berikut ini, dalam rincian yang mungkin diberikan,
dan disertai dengan dokumen pendukung yang wajar:
(i) uraian mengenai Peristiwa Keadaan kahar, dan kerusakan dan/atau dampak
atau pengaruh lainnya terhadap Fasilitas;
(ii) perkiraan mengenai waktu yang diperlukan oleh Penerima Kerjasama untuk
memperbaiki Fasilitas kembali kepada keadaan semula sebelum terjadinya
Peristiwa Keadaan Kahar;
(iii) usulan Jadwal Perbaikan;
(iv) pernyataan dan penjelasan mengenai apakah perbaikan atau perubahan
Fasilitas atau penambahan modal yang diperlukan memungkinkan untuk
dilakukan secara teknis dan layak dari segi keuangan; dan
(v) sertifikat dan laporan dari penasehat keuangan dan penasehat teknis,
sebagaimana sesuai atau sebagaimana secara wajar diminta oleh PJPK,
sebagai pendukung atas hal-hal yang dirujuk dalam Pasal 16.5(a) ini.
(d) Dalam waktu 15 (lima belas) Hari sejak penyerahan Laporan kepada PJPK atau
waktu lainnya sebagaimana dapat disepakati oleh Para Pihak, Para Pihak akan
mendiskusikan Laporan dan tindakan(-tindakan) lainnya yang harus dilakukan.
Dalam kaitannya dengan pemeriksaan Laporan oleh PJPK, Penerima Kerjasama
harus segera menyediakan tambahan informasi keuangan dan informasi yang
terkait sehubungan dengan Laporan dan hal-hal yang diuraikan dalam Laporan
sebagaimana dapat diminta secara wajar oleh PJPK .
(e) Dalam menentukan apakah Fasilitas dapat atau tidak dapat diperbaiki untuk tujuan
Pasal 16.5 ini, Para Pihak harus mempertimbangkan sifat dan tingkat kerusakan
Fasilitas, bukan kecukupan hasil asuransi atau bentuk pembiayaan lainnya.
(f) Apabila Para Pihak menyimpulkan bahwa Fasilitas dapat diperbaiki sehingga
Penerima Kerjasama dapat melanjutkan untuk memenuhi kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini, Penerima Kerjasama harus melaksanakan Perbaikan
sesuai dengan Jadwal Perbaikan yang dimuat di dalam Laporan. Biaya dari
Perbaikan akan menjadi tanggung jawab Penerima Kerjasama dan tidak ada
kompensasi khusus yang akan dibayarkan kepada Penerima Kerjasama.
(g) Apabila Para Pihak menyimpulkan bahwa Fasilitas dapat diperbaiki sehingga
Penerima Kerjasama dapat melanjutkan untuk memenuhi kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini namun PJPK tidak setuju dengan Jadwal Perbaikan yang
dimuat di dalam Laporan, maka PJPK akan memberitahu Penerima Kerjasama dalam
waktu 15 (lima belas) Hari sejak penerimaan Laporan dan akan mengusulkan
alternatif Jadwal Perbaikan dalam Laporan tersebut. Penerima Kerjasama dan PJPK
akan mencoba dengan itikad baik untuk menyepakati revisi Jadwal Perbaikan.
Apabila PJPK dan Penerima Kerjasama tidak sepakat mengenai revisi Jadwal
Perbaikan dalam waktu 15 (lima belas) Hari setelah diterimanya usulan alternatif
Jadwal Perbaikan oleh Penerima Kerjasama, maka setiap Pihak dapat mengajukan
hal tersebut kepada Ahli sesuai dengan Pasal 27.2 untuk menentukan Jadwal
Perbaikan yang sesuai. Tanpa mengesampingkan ketentuan yang telah disebutkan,
Penerima Kerjasama memiliki pilihan untuk melaksanakan Perbaikan sementara
permasalahan Jadwal Perbaikan sedang diselesaikan, namun dengan tunduk pada
syarat terpenuhinya setiap persyaratan atau ketentuan dari badan yang
memberikan pembiayaan untuk Perbaikan (termasuk setiap perusahaan asuransi
yang membayar klaim kepada Penerima Kerjasama).
54
(h) Apabila Para Pihak menyimpulkan bahwa Fasilitas tidak dapat diperbaiki sehingga
Penerima Kerjasama tidak dapat melanjutkan untuk memenuhi kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini, maka baik Penerima Kerjasama atau PJPK memiliki hak
untuk mengakhiri Perjanjian ini.
(i) Penerima Kerjasama tidak diwajibkan berdasarkan Perjanjian ini untuk
melaksanakan Perbaikan kecuali dan hingga Penerima Kerjasama telah menerima
seluruh Persetujuan yang diperlukan. Penerima Kerjasama harus menggunakan
usaha yang terbaik untuk mendapatkan Persetujuan tersebut sesegera mungkin.
Apabila Penerima Kerjasama tidak mampu karena alasan apapun selain dari karena
kesalahannya sendiri untuk mendapatkan Persetujuan tersebut dalam periode
waktu yang wajar yang tidak melebihi 6 (enam) bulan setelah tanggal Penerima
Kerjasama diwajibkan untuk melaksanakan Perbaikan, meskipun Penerima
Kerjasama telah melakukan usaha yang terbaik, maka baik Penerima Kerjasama
atau PJPK memiliki hak untuk mengakhiri Perjanjian ini sesuai dengan Pasal 23.3 (b).
PASAL 17
PERISTIWA TINDAKAN ATAU TIDAK DILAKUKANNYA TINDAKAN PEMERINTAH
17.1. Pemberitahuan
(a) Jika suatu Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah terjadi,
Penerima Kerjasama harus dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) Hari
sejak terjadinya peristiwa tersebut, memberikan pemberitahuan tertulis kepada PJPK
dan memuat:
55
(i) tanggal terjadinya Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan
Pemerintah dan perkiraan durasi keberlangsungannya;
(ii) sifat dan dampaknya terhadap pelaksanaan kewajiban Penerima Kerjasama;
dan
(iii) upaya-upaya perbaikan yang diusulkan oleh Penerima Kerjasama untuk
menghindari atau mengatasi Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya
Tindakan Pemerintah atau untuk memperingan dampak dan pengaruh termasuk
tindakan-tindakan lainnya yang akan dilakukannya untuk memenuhi persyaratan
Pasal 17 ini.
(b) Jika Penerima Kerjasama tidak mengirimkan pemberitahuan yang dimaksud, maka
Pihak tersebut tidak berhak untuk memberlakukan Pasal 17 ini untuk mentolerir
keterlambatan pelaksanaan atau tidak dilaksanakannya kewajiban.
(c) Jika PJPK tidak mengakui telah terjadinya Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya
Tindakan Pemerintah sebagaimana diajukan oleh Penerima Kerjasama maka hal ini
harus diajukan kepada Ahli untuk diselesaikan sesuai dengan Pasal 27.2 dalam waktu
20 (dua puluh) Hari setelah penyerahan permintaan tertulis untuk pengajuan kepada
Ahli.
56
(iii) keterlambatan pelaksanaan oleh Penerima Kerjasama karena kegagalannya
untuk menunjuk Kontraktor atau subkontraktor yang berkualifikasi atau untuk
mempekerjakan staff atau tenaga kerja yang mencukupi;
(iv) keterlambatan-keterlambatan yang disebabkan keterlambatan penyerahan
dokumen untuk mendapatkan persetujuan dari Instansi;
(v) keterlambatan-keterlambatan yang disebabkan keadaan cuaca, keadaan laut
atau darat yang dapat secara wajar diperkirakan, diduga atau diramalkan;
(vi) kerusakan mekanis atau elektrikal atau tidak berfungsinya perlengkapan, mesin,
atau pabrik yang dimiliki atau dioperasikan oleh Penerima Kerjasama atau
kontraktor atau subkontraktornya yang dikarenakan kesalahan cara
pengoperasian atau pemeliharaan perlengkapan, mesin atau pabrik tersebut;
(vii) gangguan atas pasokan listrik Proyek kecuali disebabkan oleh Peristiwa Keadaan
Kahar yang mempengaruhi Penerima Kerjasama; atau
(c) Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah Setelah Tanggal
Operasional Komersial
Jika suatu Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah terjadi
pada setiap Bulan Tagihan setelah Tanggal Operasional Komersial yang menghambat
Penerima Kerjasama dalam memberikan Layanan, maka PJPK harus membayar
kepada Penerima Kerjasama Pembayaran Ketersediaan Layanan sebesar Pelayanan
yang Dapat Diandalkan sebagaimana diatur dalam Lampiran 11 (Pembayaran
Ketersediaan Layanan).
PASAL 18
PERUBAHAN HUKUM
18.1 Pemberlakuan
Pasal ini hanya berlaku untuk suatu Perubahan Hukum yang mengakibatkan Penerima
Kerjasama harus melakukan peningkatan modal atau Modifikasi terhadap Proyek dengan
biaya melebihi 0,5% (nol koma lima persen) dari biaya modal sebagaimana tertuang
dalam Model Keuangan dalam setiap tahun dan peningkatan modal atau Modifikasi
tersebut diperlukan untuk memungkinkan Penerima Kerjasama memenuhi kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini sejalan dengan Perubahan Hukum tersebut.
18.2 Kompensasi
PJPK akan memberikan kompensasi kepada Penerima Kerjasama atas efek finansial yang
merugikan di atas nilai sebagaimana dimaksud pada Pasal 18.1 sebagai akibat dari
Perubahan Hukum dalam bentuk:
(i) perpanjangan Periode Periode Kerjasama; atau
(ii) penyesuaian Pembayaran Ketersediaan Layanan.
57
18.4 Muatan Perkiraan Efek Finansial
Penerima Kerjasama harus menuangkan dalam perkiraan berdasarkan Pasal 18.3
perincian yang wajar tentang:
(a) Perubahan Hukum;
(b) Efek finansial yang diperkirakannya, termasuk:
(i) jumlah (termasuk biaya terkait atau tambahan);
(ii) waktu modal akan dikeluarkan; dan
(iii) sumber, metode, dan biaya pendanaan atas jumlah yang diusulkan;
(c) Usulan Penerima Kerjasama mengenai kompensasi atas efek finansial yang akan
memungkinkan Penerima Kerjasama mendapatkan tingkat pengembalian internal
proyek setara dengan Target Tingkat Pengembalian Internal Proyek dalam dua
alternatif yaitu (i) dalam bentuk Perpanjangan Periode Kerjasama; dan (ii) dalam
bentuk Penyesuaian Pembayaran Ketersediaan Layanan; dan
(d) Salinan dari Model Keuangan yang telah direvisi dengan disertai asumsi-asumsinya
dan termasuk informasi yang memadai sehingga memungkinkan PJPK menilai
akurasi perkiraan tersebut.
58
BAB VII
DENDA, GANTI RUGI, DAN PEMBATASAN
PASAL 19
DENDA KEGAGALAN KINERJA
PASAL 20
GANTI RUGI
59
20.2 Ganti Rugi Lingkungan Hidup
Penerima Kerjasama wajib mengganti kerugian PJPK atas setiap biaya, klaim, kehilangan,
pengeluaran (termasuk biaya hukum), kerugian atau tanggung jawab yang diderita atau
ditanggung oleh PJPK baik secara langsung ataupun tidak langsung timbul sebagai akibat
dari:
(a) Pelanggaran setiap hukum mengenai lingkungan hidup oleh Penerima Kerjasama
sejak tanggal dimana Penerima Kerjasama memiliki akses ke Lahan Proyek sesuai
dengan Perjanjian ini;
(b) Kebocoran, emisi, pembuangan, pelepasan, perembesan atau perpindahan Zat
Berbahaya pada setiap waktu dari Fasilitas menuju ke Lahan Proyek atau Titik-titik
Pengambilan, termasuk penanganan, pembuangan atau gangguan atas setiap Zat
Berbahaya tersebut yang ditimbulkan baik secara langsung atau tidak langsung sejak
konstruksi atau operasional Proyek.
(ii) PJPK tidak akan menyelesaikan atau mengkompromikan setiap Klaim, gugatan
atau proses hukum dimana PJPK berhak untuk diganti kerugiannya oleh
Penerima Kerjasama tanpa persetujuan tertulis sebelumnya dari Penerima
Kerjasama.
60
PASAL 21
BATASAN TANGGUNG JAWAB
21.2 Denda
(a) Batasan Tanggung Jawab Untuk Denda
(i) Total tanggung jawab yang dapat dikeluarkan oleh Penerima Kerjasama jika
PJPK mengakhiri Perjanjian ini karena tidak tercapainya Tanggal Efektif
sebagaimana diatur dalam Pasal 2.4(b)(i) dibatasi hingga jumlah sebesar nilai
Jaminan Pelaksanaan Tahap I.
(ii) Total tanggung jawab yang dapat dikeluarkan oleh Penerima Kerjasama untuk
denda keterlambatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6.9 Perjanjian ini
adalah sebesar Jaminan Pelaksanaan Tahap II ditambah 5% (lima persen) dari
Jaminan Pelaksanaan Tahap II.
BAB VIII
PERISTIWA CIDERA JANJI, PENGAKHIRAN, DAN PENGALIHAN
PASAL 22
PERISTIWA CIDERA JANJI
61
(b) Tanggal Operasi Komersial tidak terjadi dalam waktu 160 (seratus enam puluh) Hari
setelah Tanggal Wajib Operasi Komersial sebagaimana dapat diperpanjang sesuai
ketentuan Pasal 7.5(b);
(c) setelah dimulainya konstruksi Fasilitas terjadi penghentian atau pengabaian
pekerjaan konstruksi Fasilitas oleh Penerima Kerjasama atau Kontraktor EPC lebih
dari 7 (tujuh) Hari berturut-turut tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada
PJPK;
(d) kegagalan Penerima Kerjasama untuk mengoperasikan Proyek atau memberikan
Layanan sesuai dengan Perjanjian ini setelah Tanggal Operasional Komersial selama
lebih dari 7 (tujuh) Hari terus menerus dalam 1 (satu) Tahun Kontrak tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PJPK;
(e) Penerima Kerjasama selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau selama 6 (enam)
bulan tanpa berturut-turut selama 1 (satu) tahun gagal memenuhi Indikator Kinerja
Utama;
(f) Penerima Kerjasama telah cidera janji dalam pembayaran (yang tidak
diperselisihkan) berdasarkan Perjanjian ini ketika jatuh tempo dan harus dibayarkan
dan tidak dapat dipulihkan dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah pemberitahuan
dari PJPK kepada Penerima Kerjasama yang menyatakan bahwa cidera janji dalam
hal pembayaran telah terjadi dan meminta pemulihan daripadanya;
(g) terjadinya Peristiwa Kepailitan;
(h) suatu pernyataan atau jaminan yang diberikan Penerima Kerjasama berdasarkan
Pasal 14.1 ternyata tidak benar secara material dan diperkirakan akan secara
material mempengaruhi kemampuannya untuk melaksanakan kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini;
(i) Penerima Kerjasama melanggar janji-janji yang diberikannya berdasarkan Pasal 15;
(j) Penerima Kerjasama mengalihkan atau memindahkan hak-hak atau kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini, kecuali hak dan kewajiban yang boleh dialihkan dan
dipindahkan menurut Pasal 24.1(b);
(k) terjadi pengalihan saham atau kepentingan lain dalam Penerima Kerjasama yang
tidak memenuhi ketentuan Pasal 24.2(b);
(l) pelanggaran oleh Penerima Kerjasama atas setiap kewajibannya yang penting
berdasarkan Perjanjian ini (selain dari pelanggaran yang dirujuk di dalam Pasal
22.1(a) sampai 22.1 (k)) yang belum dipulihkan dalam waktu 45 (empat puluh lima)
Hari setelah pemberitahuan dari PJPK kepada Penerima Kerjasama yang
menyatakan bahwa pelanggaran tersebut telah terjadi dengan mengidentifikasi
pelanggaran yang dimaksud secara rinci yang sewajarnya dan meminta pemulihan
daripadanya.
62
(a) Peristiwa Keadaan Kahar;
(b) Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah;
(c) Peristiwa Perubahan Hukum; atau
(d) pelanggaran oleh Pihak lainnya atas kewajibannya dalam Perjanjian ini;
PASAL 23
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
(ii) PJPK memiliki waktu 90 (sembilan puluh) Hari sejak menerima Pemberitahuan
Cidera Janji dari Penerima Kerjasama untuk memperbaiki atau memulihkan
cidera janji.
(iii) Jika PJPK memerlukan waktu lebih dari 90 (sembilan puluh) Hari untuk
memperbaiki atau memulihkan cidera janji, maka PJPK harus menyerahkan
kepada Penerima Kerjasama suatu rencana perbaikan dalam waktu 10
(sepuluh) Hari sejak penerimaan Pemberitahuan Cidera Janji (atau suatu
waktu yang lebih lama sebagaimana dapat disetujui oleh Penerima
Kerjasama) dengan merinci upaya pemulihan yang akan dilakukan oleh PJPK
dan rincian program pemulihan Peristiwa Cidera Janji yang mengakibatkan
diterbitkannya Pemberitahuan Cidera Janji.
(iv) Rencana perbaikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 23.1 (a) (iii) harus
disetujui secara tertulis oleh Penerima Kerjasama, persetujuan mana tidak
boleh ditahan tanpa alasan yang wajar.
(vi) Selama periode 45 (empat puluh lima) Hari (atau suatu waktu yang lebih lama
yang ditetapkan di dalam Pemberitahuan Pengakhiran atau sebagaimana
63
disepakati oleh Para Pihak) setelah pemberian Pemberitahuan Pengakhiran,
Para Pihak akan berdiskusi untuk menentukan langkah-langkah apa yang
harus diambil untuk mengurangi atau memperbaiki dampak dari Peristiwa
Cidera Janji dengan mempertimbangkan seluruh keadaan yang ada;
(vii) Apabila PJPK bermaksud untuk mengajukan Sengketa terkait dengan hak
untuk memberlakukan Pemberitahuan Pengakhiran (“Sengketa
Pemberitahuan Pengakhiran”) dan untuk merujuk Sengketa Pemberitahuan
Pengakhiran kepada arbitrase sesuai dengan mekanisme yang ditentukan
dalam Pasal 27.3 atau kepada Ahli sesuai dengan ketentuan Pasal 27.2, PJPK
harus dalam jangka waktu 15 (lima belas) Hari sejak menerima
Pemberitahuan Pengakhiran memberitahukan Penerima Kerjasama dan
segera setelahnya merujuk Sengketa Pemberitahuan Pengakhiran kepada
arbitrase sesuai dengan Pasal 27.3 atau kepada Ahli sesuai dengan Pasal 27.2;
dan
(ii) PJPK akan mengirimkan kepada Kementerian Keuangan dan Para Kreditur
Proyek melalui Agen salinan dari Pemberitahuan Cidera Janji yang diberikan
kepada Penerima Kerjasama sesuai dengan Pasal 23.1(b)(i).
(iii) Penerima Kerjasama memiliki waktu 90 (Sembilan puluh) Hari sejak menerima
Pemberitahuan Cidera Janji dari PJPK untuk memperbaiki atau memulihkan
cidera janji.
(iv) Jika Penerima Kerjasama memerlukan waktu lebih dari 90 (Sembilan puluh)
Hari untuk memperbaiki atau memulihkan cidera janji, maka Penerima
Kerjasama harus menyerahkan kepada PJPK suatu rencana perbaikan dalam
waktu 10 (sepuluh) Hari sejak penerimaan Pemberitahuan Cidera Janji (atau
suatu waktu yang lebih lama sebagaimana dapat disetujui oleh PJPK) dengan
merinci upaya pemulihan yang akan dilakukan oleh Penerima Kerjasama dan
rincian program pemulihan Peristiwa Cidera Janji yang mengakibatkan
diterbitkannya Pemberitahuan Cidera Janji.
64
(v) Rencana perbaikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 23.1 (b) (iv) harus
disetujui secara tertulis oleh PJPK, persetujuan mana tidak boleh ditahan
tanpa alasan yang wajar.
(vii) Periode Evaluasi akan berakhir pada peristiwa berikut (mana yang terjadi
lebih dahulu):
(A) Penyerahan pemberitahuan dari Para Kreditur Proyek kepada PJPK
bahwa Para Kreditur Proyek telah memilih untuk mengupayakan
pemulihan Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama atau
mengusahakan pemulihannya berdasarkan Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan (“Pemberitahuan Pemulihan”); dan
(B) 30 (tiga puluh) Hari setelah berakhirnya Periode Pemulihan Awal.
(ix) Selama Periode Pemulihan Para Kreditur Proyek, hak PJPK untuk mengakhiri
Perjanjian ini akan ditunda selama Para Kreditur Proyek secara cermat:
(A) mencoba untuk mengupayakan (selain dari Penerima Kerjasama kecuali
Penerima Kerjasama bertindak berdasarkan diskresi dari Para Kreditur
Proyek) pemulihan cidera janji tersebut; atau
(B) mengusahakan pelaksanaan hak dan upaya pemulihan yang mereka
miliki berdasarkan Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan terhadap
Penerima Kerjasama.
65
maka PJPK dapat memberikan pemberitahuan pengakhiran (“Pemberitahuan
Pengakhiran”) kepada Penerima Kerjasama dengan menyebutkan secara rinci
Perisitiwa Cidera Janji yang mengakibatkan diterbitkannya Pemberitahuan
Pengakhiran dan tanggal dimana PJPK bermaksud untuk mengakhiri
Perjanjian ini, tanggal mana tidak akan kurang dari 45 (empat puluh lima) Hari
sejak tanggal pemberitahuan tersebut.
(xi) Selama periode 45 (empat puluh lima) Hari (atau suatu waktu yang lebih lama
yang ditetapkan di dalam Pemberitahuan Pengakhiran atau sebagaimana
disepakati oleh Para Pihak), setelah pemberian Pemberitahuan Pengakhiran,
Para Pihak akan berdiskusi untuk menentukan langkah-langkah apa yang
harus diambil untuk mengurangi atau memperbaiki dampak dari Peristiwa
Cidera Janji dengan mempertimbangkan seluruh keadaan yang ada;
66
A. setelah dikirimkan dan diberikan tanda terima tertulis, jika
disampaikan secara langsung kepada Agen;
B. pada Hari Kerja berikutnya setelah dikeluarkannya konfirmasi bahwa
pengiriman telah berhasil, jika dikirimkan melalui faksimili ke nomor
yang disebutkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan pada Pasal
23.2 (b) (iii); atau
C. setelah pengiriman jika dikirimkan melalui pos tercatat, kilat atau
utama, semuanya diberi tanda untuk pengiriman segera dengan biaya
yang telah dibayar dimuka dan dialamatkan kepada Agen pada alamat
yang disebutkan di dalam Perolehan Pembiayaan (atau alamat lainnya
sebagaimana dapat ditentukan oleh Para Kreditur Proyek melalui
pemberitahuan tertulis yang dikirimkan sesuai dengan ketentuan
Perjanjian ini).
(iii) Alamat dan nomor faksimili untuk Agen akan disampaikan kepada PJPK oleh
Penerima Kerjasama pada Perolehan Pembiayaan dan setelahnya dapat
diubah oleh Para Kreditur Proyek atau Agen dengan pemberitahuan
setelahnya kepada PJPK pada alamat atau nomor faksimili PJPK sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 28.1 (atau pada alamat atau nomor faksimili lainnya
yang disampaikan setelahnya kepada Para Kreditur Proyek atau Agen sesuai
dengan Pasal 23.2 ini).
(c) Pengakhiran Tidak Sah Tanpa Pemberitahuan kepada Para Kreditur Proyek
(i) Sejak dan setelah Perolehan Pembiayaan, tidak ada pembatalan atau
pengakhiran Perjanjian ini oleh PJPK yang sah dan mengikat Para Kreditur
Proyek tanpa pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 23.2 (a) dan
berakhirnya:
A. Periode Pemulihan Awal;
B. Periode Evaluasi sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 23.1 (b) (vi) ini;
dan
C. Apabila berlaku, Periode Pemulihan Para Kreditur Proyek, yang
ditetapkan dalam Pasal 23.1 (b) (vii), sebagaimana periode tersebut
dapat diperpanjang.
(ii) Para Kreditur Proyek dapat melakukan, namun tidak diwajibkan untuk
melakukan, setiap pembayaran atau melakukan atau mengupayakan
pelaksanaan setiap tindakan yang diwajibkan untuk dibuat atau dilakukan
oleh Penerima Kerjasama, dengan keberlakuan yang sama sebagaimana
apabila dibuat atau dilakukan oleh Penerima Kerjasama.
(d) Kegagalan dari Para Kreditur Proyek untuk Memulihkan Cidera Janji
Apabila Para Kreditur Proyek gagal untuk memulihkan cidera janji atau tidak
mampu atau tidak mau untuk memulihkan Peristiwa Cidera Janji Penerima
Kerjasama yang diwajibkan untuk dipulihkan sebelum berakhirnya periode yang
disebutkan dalam Pasal 23.2 (c), PJPK memiliki hak dan upaya pemulihan
sehubungan dengan cidera janji yang disebutkan di dalam Perjanjian ini; dengan
ketentuan bahwa:
(i) setelah berakhirnya Periode Pemulihan Awal, Para Kreditur Proyek memiliki
periode selanjutnya (“Periode Evaluasi”), dimana dalam periode tersebut Para
Kreditur Proyek dapat mengevaluasi Peristiwa Cidera Janji Penerima
Kerjasama, kondisi dari Fasilitas, dan hal-hal lainnya yang terkait dengan
tindakan yang akan dilakukan oleh Para Kreditur Proyek mengenai Peristiwa
Cidera Janji Penerima Kerjasama; dan
67
(ii) Periode Evaluasi akan berakhir pada peristiwa berikut (mana yang terjadi lebih
dahulu):
A. Penyerahan pemberitahuan dari Para Kreditur Proyek kepada Penerima
Kerjasama bahwa Para Kreditur Proyek telah memilih untuk
mengupayakan pemulihan Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama atau
mengusahakan pemulihannya berdasarkan Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan (“Pemberitahuan Pemilihan”); dan
B. 30 (tiga puluh) Hari setelah berakhirnya Periode Pemulihan Awal.
(ii) Selama Periode Pemulihan Para Kreditur Proyek, hak PJPK untuk mengakhiri
Perjanjian ini akan ditunda selama Para Kreditur Proyek secara cermat:
A. mencoba untuk mengupayakan pemulihan cidera janji tersebut; atau
B. mengusahakan pelaksanaan hak dan upaya pemulihan yang mereka miliki
berdasarkan Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan terhadap Penerima
Kerjasama.
68
23.4 Pengakhiran Karena Peristiwa Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah
yang Berkepanjangan
(a) Pengakhiran
Salah satu PIHAK dapat mengakhiri Perjanjian ini apabila terjadi Peristiwa Tindakan
atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah yang menghalangi baik PJPK maupun
Penerima Kerjasama dalam melaksanakan setiap kewajiban materialnya
berdasarkan Perjanjian ini selama jangka waktu 365 (tiga ratus enam puluh lima)
Hari berturut-turut dengan ketentuan bahwa Penerima Kerjasama tidak dapat
mengakhiri Perjanjian ini apabila PJPK tetap melakukan pembayaran sebagaimana
diatur dalam Pasal 17.3 (c).
(b) Dalam hal tersebut di atas, PJPK harus memberikan pemberitahuan tertulis kepada
Penerima Kerjasama 180 (seratus delapan puluh) Hari sebelum pelaksanaan opsi
tersebut, dan hak, kepemilikan dan kepentingan Penerima Kerjasama dalam Proyek
dan Perjanjian-Perjanjian Proyek (kecuali terhadap Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan) akan dialihkan kepada PJPK sesuai dengan ketentuan Lampiran 13
(Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
69
PJPK memiliki opsi untuk mengambil alih Proyek dengan Pembayaran Pengakhiran
sebagaimana ditentukan sesuai dengan Butir 2.2(b) dari Lampiran 13 (Pembayaran
Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
(b) Dalam setelah Tanggal Efektif terjadi pengakhiran Perjanjian ini sesuai dengan Pasal
23.1 (a) dikarenakan suatu Peristiwa Cidera Janji PJPK, maka PJPK wajib mengambil
alih Proyek dengan Pembayaran Pengakhiran yang ditentukan sesuai dengan Butir
2.1(b) dari Lampiran 13 (Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
(c) Dalam hal pengakhiran Perjanjian ini setelah Tanggal Efektif karena Peristiwa
Keadaan Kahar sesuai dengan Pasal 23.3 maka PJPK memiliki opsi untuk mengambil
alih Proyek dengan Pembayaran Pengakhiran sebagaimana ditentukan sesuai dengan
Butir 2.3 (b) dari Lampiran 13 (Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
(d) Dalam hal pengakhiran Perjanjian ini setelah Tanggal Efektif karena Peristiwa
Tindakan atau Tidak Dilakukannya Tindakan Pemerintah sesuai dengan Pasal 23.4
maka PJPK wajib untuk mengambil alih Proyek dengan Pembayaran Pengakhiran
sebagaimana ditentukan sesuai dengan Butir 2.1 (b) dari Lampiran 13 (Pembayaran
Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
(e) Dalam hal pengakhiran dan pembelian Proyek sesuai dengan Pasal 23.5, PJPK wajib
untuk melakukan pembayaran kepada Penerima Kerjasama sesuai dengan ketentuan
Butir 2.1 (b) dari Lampiran 13 (Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
(f) Dalam hal pengakhiran Perjanjian ini setelah Tanggal Efektif karena Peristiwa
Perubahan Hukum sesuai dengan Pasal 23.6 maka PJPK wajib untuk mengambil alih
Proyek dengan Pembayaran Pengakhiran sebagaimana ditentukan sesuai dengan
Butir 2.1 (b) dari Lampiran 13 (Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan Pengalihan).
(g) Apabila Perjanjian ini diakhiri sesuai dengan Pasal 23.1 (b) dikarenakan Peristiwa
Cidera Janji Penerima Kerjasama yang terjadi setelah Tanggal Efektif namun sebelum
Tanggal Operasional Komersial, PJPK berhak atas pembayaran berdasarkan
ketentuan dari Jaminan Pelaksanaan Tahap II, yang disediakan sesuai dengan Pasal
6.1(a) dan disetujui bahwa penarikan tersebut merupakan hal yang wajar dan
merupakan ganti rugi bagi PJPK dalam hal tersebut dan penarikan Jaminan
Pelaksanaan Tahap II tersebut merupakan upaya pemulihan satu-satunya bagi PJPK
setelah pengakhiran Perjanjian ini.
(h) Untuk menghindari keragu-raguan, pengambilalihan Proyek sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23.7 ini meliputi juga lahan lokasi Titik Layanan (Point of Presence).
(i) Penerima Kerjasama wajib, dengan biayanya sendiri, mengambil seluruh langkah
yang diperlukan untuk memastikan bahwa Proyek, termasuk seluruh kontrak,
Persetujuan, petunjuk dan dokumen, dialihkan sepenuhnya pada Tanggal
Pengakhiran.
(j) Ketentuan Pasal 23.7 ini dan Lampiran 13 (Pembayaran Pengakhiran dan Ketentuan
Pengalihan) tetap berlaku meskipun terjadi pengakhiran Perjanjian ini.
70
PASAL 24
PENGALIHAN
24.1 Pengalihan
(a) Larangan Pengalihan
Tidak ada satu Pihak pun yang boleh menjual, mengalihkan atau dengan cara
apapun memindahkan hak-hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pihak lainnya, kecuali bahwa Penerima
Kerjasama dapat mengalihkan haknya kepada Para Kreditur Proyek sesuai dengan
Pasal 24.1(b) di bawah.
(ii) Penerima Kerjasama dilarang untuk menciptakan jaminan atas hak dan
kepentingannya berdasarkan Perjanjian ini atau Proyek tanpa persetujuan
tertulis sebelumnya dari PJPK kecuali sebagaimana yang telah diatur pada
Pasal 24.1 (b) (i) di atas.
(iii) Para Kreditur Proyek tidak memiliki kewajiban kepada PJPK berdasarkan
Perjanjian ini hingga Para Kreditur Proyek, atau pihak yang ditunjuknya,
menggantikan kepentingan Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini
baik melalui pelaksanaan hak atau upaya perbaikan berdasarkan Perjanjian-
perjanjian Pembiayaan atau lainnya.
(iv) Dalam hal Para Kreditur Proyek atau pihak yang ditunjuknya menggantikan
kepentingan Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini maka Para
Kreditur Proyek harus memberikan pemberitahuan tertulis mengenai
penggantian (“Pemberitahuan Penggantian Kedudukan”) kepada PJPK dan
mengambil alih tanggung jawab atas semua kewajiban Penerima Kerjasama
berdasarkan Perjanjian ini.
(vi) Kecuali dalam hal terjadi pengambilalihan sebagaimana diatur dalam Pasal
24.1(b)(iii) di atas, Para Kreditur Proyek atau pihak yang ditunjuknya tidak
71
akan bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pemenuhan dari setiap
kewajiban atau tugas dari Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini.
(vii) Atas pemberitahuan dari Para Kreditur Proyek atau Agen kepada PJPK
mengenai terjadinya peristiwa cidera janji berdasarkan Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan dan pengambilalihan oleh Para Kreditur Proyek atas kepentingan
Penerima Kerjasama dalam dan berdasarkan Perjanjian ini, Para Kreditur
Proyek memiliki hak, antara lain, untuk:
(A) mengambil alih Proyek dan, sebelum Tanggal Operasional Komersial,
menyelesaikan konstruksi dari Fasilitas dan pengoperasian Fasilitas dan,
setelah Tanggal Operasional Komersial, mengoperasikan Fasilitas; dan
(B) memulihkan Peristiwa Cidera Janji Penerima Kerjasama sebagaimana
diatur dalam Pasal 22.1.
(viii) Atas pelaksanaan setiap upaya hukum oleh Para Kreditur Proyek sebagaimana
diatur dalam Perjanjian-perjanjian Pembiayaan, Para Kreditur Proyek dapat
mengalihkan hak dan kepentingan mereka dan hak Penerima Kerjasama
berdasarkan Perjanjian ini kepada Penerima Pengalihan yang disetujui oleh
PJPK sepanjang Penerima Pengalihan tersebut mengambil alih seluruh
kewajiban Penerima Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini. Atas pengalihan
tersebut, Para Kreditur Proyek dibebaskan dari seluruh kewajiban
berdasarkan Perjanjian ini yang timbul setelah pengalihan tersebut.
(iii) seluruh saham tersebut telah dikeluarkan secara sah, diambil bagian,
diterbitkan, didaftarkan dan disetor.
(iv) tidak ada Hak Jaminan, hak opsi, surat utang, hak memesan saham, hak
membeli saham, komitmen, hak konversi, hak menukar, rencana, hak suara
yang dijaminkan, atau kesepakatan-kesepakatan lainnya dalam jenis apapun
yang masih berlaku untuk pembelian, penerbitan, penjualan atau
pengeluaran hak suara atas saham dari Penerima Kerjasama untuk
kepentingan Subyek Hukum manapun yang bukan merupakan Pemegang
Saham, selain dari yang diciptakan berdasarkan Perjanjian-Perjanjian
Pembiayaan.
72
(b) Batasan Pengalihan Saham
(i) Sejak Tanggal Penandatanganan sampai dengan tahun kedua sejak Tanggal
Pengoperasian Komersial, Pemegang Saham Awal dilarang untuk mengalihkan
setiap bagian dari kepemilikan langsung atau tidak langsung atas modal
saham Penerima Kerjasama kepada setiap Subyek Hukum kecuali:
A. Sebagai akibat dari pengalihan yang disebabkan dari pembuatan atau
pelaksanaan hak jaminan atas setiap modal saham Penerima Kerjasama
sesuai dengan Perjanjian-perjanjian Pembiayaan; atau
B. Pengalihan oleh Pemegang Saham Awal kepada Afiliasinya atau kepada
Pemegang Saham Awal lainnya dengan ketentuan:
1) Pemegang Saham Awal secara bersama-sama harus tetap
memiliki secara langsung paling sedikit 51% (lima puluh satu
persen) dari modal saham Penerima Kerjasama;
2) setiap dari Pemegang Saham Awal harus tetap memiliki secara
langsung paling sedikit 5% (lima persen) dari modal saham
Penerima Kerjasama;
3) Sponsor Utama harus tetap memiliki secara langsung paling
sedikit 34% (tiga puluh empat persen) dari modal saham
Penerima Kerjasama.
(ii) Jika satu atau lebih Pemegang Saham Awal hendak mengalihkan setiap bagian
dari kepemilikan langsung atas modal saham Penerima Kerjasama, maka
Penerima Kerjasama harus terlebih dahulu memberikan pemberitahuan
tertulis kepada PJPK mengenai:
A. pengalihan yang diusulkan atas kepentingan langsung dari Pemegang
Saham Awal dalam modal saham Penerima Kerjasama;
B. identitas dan kualifikasi teknis dan keuangan dari pihak penerima
pengalihan yang diusulkan; dan
C. jika berlaku, usulan perubahan atas anggaran dasar atau dokumen
pendirian Penerima Kerjasama.
(iii) Jika ketentuan-ketentuan dalam Pasal 24.2(b)(i)) ini dilanggar, maka PJPK dapat
menolak pengalihan saham dan menuntut pembatalannya tanpa
mempengaruhi hak PJPK untuk mengakhiri Perjanjian ini berdasarkan Pasal
22.1(k) dan Pasal 23.1 (b).
73
(vi) Setiap dan seluruh pengalihan saham dalam Penerima Kerjasama harus
memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PJPK, persetujuan mana
tidak boleh ditahan/ditunda tanpa alasan yang wajar.
PASAL 25
HAK-HAK PENGAMBILALIHAN YANG DIMILIKI PJPK
(b) Dalam rangka mengambil langkah atau tindakan sebagaimana ditetapkan dalam
Pasal ini, PJPK dengan pemberitahuan tidak kurang dari 5 (lima) Hari Kerja kepada
Penerima Kerjasama (kecuali untuk kondisi sebagaimana diatur dalam Pasal 25.1 (a)
(v) dan (vi) tidak ada kewajiban untuk memberikan pemberitahuan tertulis selain
dari panggilan telepon sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 25.1 (a)), dapat
melakukan satu atau lebih dari hal-hal berikut:
(i) memasuki area Proyek dan, selama diperlukan, mengambil alih seluruh atau
sebagian Proyek;
74
(ii) mengeluarkan Penerima Kerjasama dari area Proyek dan Proyek tanpa
melepaskan Penerima Kerjasama dari segala kewajiban-kewajiban dan
tanggung jawabnya berdasarkan Perjanjian ini; dan/atau
(iii) menangguhkan kewajiban-kewajiban Penerima Kerjasama untuk
melaksanakan seluruh atau sebagian kewajiban-kewajiban Penerima
Kerjasama berdasarkan Perjanjian ini.
(b) Dalam hal alasan pelaksanaan hak pengambilalihan PJPK berdasarkan Pasal 25 ini
diakibatkan oleh suatu tindakan atau cidera janji Penerima Kerjasama, PJPK berhak
tidak melakukan Pembayaran Ketersediaan Layanan selama periode pelaksanaan
pengambilalihan oleh PJPK berdasarkan Pasal 25.2 .
75
(b) setiap kerugian yang berasal dari kelalaian Penerima Kerjasama terhadap setiap
kewajiban-kewajibannya dalam Perjanjian ini atau setiap Perjanjian-perjanjian
Proyek; atau
(c) kegagalan dalam memenuhi Indikator Kinerja Utama.
PASAL 26
KETENTUAN PENGALIHAN PROYEK
(b) Program pelatihan harus dimulai sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan sebelum
Tanggal Pengalihan dan harus menyediakan pelatihan langsung pada pekerjaan di
Lahan Proyek untuk para karyawan PJPK atau pihak lain yang ditunjuk oleh PJPK dalam
jumlah yang mencukupi berkaitan dengan pengoperasian dan pemeliharaan Proyek.
76
26.3 Inventaris
(a) Tidak kurang dari 6 (enam) bulan sebelum Tanggal Pengalihan, PJPK dan Penerima
Kerjasama akan bertemu dan menyetujui mengenai:
(i) pengaturan-pengaturan pengalihan dan keamanan; dan
(ii) inventaris bagi seluruh perlengkapan tetap, perabotan, dan peralatan,
kendaraan bermotor, suku cadang, persediaan bahan konsumsi dan barang-
barang lain yang secara potensial diperlukan untuk pengoperasian Fasilitas
secara berkesinambungan setelah Tanggal Pengalihan, dan Lahan Tambahan.
(b) Para Pihak juga akan menyetujui mengenai tingkatan-tingkatan inventaris untuk
suku cadang, persediaan bahan konsumsi dan bahan-bahan lainnya yang diperlukan
untuk pengoperasian Fasilitas selama 12 (dua belas) bulan setelah Tanggal
Pengalihan untuk Pelayanan yang mengacu kepada Indikator Kinerja Utama.
(b) Paling lambat 2 (dua) bulan setelah dilakukan survei atas setiap bagian tersebut,
Penerima Kerjasama akan mempersiapkan dan memberikan kepada PJPK untuk
proses analisa dan kajian serta persetujuan oleh PJPK, suatu jadwal perbaikan yang
mencantumkan:
(i) waktu yang direncanakan untuk jadwal perbaikan menyeluruh atas Fasilitas
yang akan dimulai paling lambat 12 (dua belas) bulan sebelum Tanggal
Pengalihan dan harus diselesaikan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum
Tanggal Pengalihan; dan
(ii) suatu rencana untuk menyelesaikan seluruh masalah yang disampaikan oleh
PJPK kepada Penerima Kerjasama sesuai dengan pasal 26.4 (a) untuk
memastikan bahwa seluruh permasalahan tersebut akan diperbaiki sebelum
Tanggal Pengalihan; dan
(iii) suatu uraian yang terperinci mengenai perkiraan biaya untuk semua
pekerjaan yang diperlukan sehubungan dengan Pasal 26.4 (a) dan 26.4 (b).
(c) Dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah selesainya survei atas setiap bagian, Penerima
Kerjasama akan menyediakan dan mengirimkan kepada PJPK suatu bank garansi
yang:
(i) diterbitkan oleh suatu Bank yang memiliki izin untuk melakukan bisnis di
Indonesia dan disetujui oleh PJPK;
(ii) dibuat dalam bentuk yang disetujui oleh PJPK;
(iii) dalam jumlah yang setara dengan perkiraan biaya untuk pekerjaan-pekerjaan
perbaikan dan perbaikan menyeluruh atas Fasilitas yang dilakukan oleh
Penerima Kerjasama dan disetujui oleh PJPK berdasarkan pasal 26.4 (b); dan
(iv) bank garansi tersebut akan terus berlaku dan berkekuatan penuh hingga
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan setelah Tanggal Pengalihan.
77
(d) Penerima Kerjasama akan memberitahukan PJPK mengenai jadwal perbaikan
menyeluruh, dan akan memberikan akses yang layak kepada karyawan PJPK untuk
mengamati aspek-aspek perbaikan menyeluruh.
(b) Pada Tanggal Pengalihan, Penerima Kerjasama harus menyerahkan kepada PJPK
suatu ringkasan tertulis mengenai kondisi Fasilitas, termasuk suatu daftar yang
lengkap dari:
(i) setiap dan semua kondisi yang sedang atau dapat mempengaruhi
pengoperasian Fasilitas secara aman atau secara material mengganggu
Layanan dari Fasilitas; dan
(ii) hal-hal lain dimana Fasilitas tidak memenuhi kondisi-kondisi yang
dicantumkan dalam Pasal 26.5 (a);
(c) Penerima Kerjasama harus menjamin bahwa tidak ada kondisi lain yang diketahui
oleh Penerima Kerjasama yang sedang atau dapat mempengaruhi pengoperasian
secara aman Fasilitas atau mempengaruhi secara merugikan dan material kinerja
Fasilitas.
(d) Dalam hal Fasilitas tidak memenuhi kondisi-kondisi yang dicantumkan dalam Pasal
26.5 (a), PJPK berhak untuk memperbaiki kinerja yang kurang tersebut dan
mencairkan bank garansi yang diberikan oleh Penerima Kerjasama sesuai Pasal
26.4(c) di atas untuk mendapat penggantian atas biaya-biaya bagi pekerjaan
perbaikan tersebut. Keseluruhan kewajiban Penerima Kerjasama berkenaan dengan
kegagalan untuk memenuhi kondisi-kondisi yang dicantumkan dalam Pasal 26.5 (a)
akan dibatasi hingga sebesar jumlah bank garansi tersebut.
(e) Dalam hal terjadi Sengketa di antara Para Pihak mengenai pemenuhan persyaratan-
persyaratan dalam Pasal 26.5 (a), sengketa tersebut akan diserahkan kepada Ahli
untuk diselesaikan sesuai dengan Pasal 27.2 Perjanjian ini.
78
(c) seluruh harta benda tidak berwujud, termasuk hak paten, lisensi paten,
permohonan paten, nama dagang, merek dagang, pendaftaran merek dagang dan
pemohonan pendaftaran merek dagang, rahasia dagang, hak cipta, know-how, dan
hak-hak kekayaan intelektual lainnya;
(d) Lahan Proyek dan seluruh kepentingan Penerima Kerjasama atas perjanjian sewa
berkenaan dengan tanah sepanjang tanah yang merupakan bagian Lahan Proyek
atau Lahan Tambahan diperoleh atas dasar sewa, dan seluruh gedung dan
perlengkapan tetap yang melekat di atasnya;
(e) catatan-catatan, laporan-laporan, data, arsip dan informasi baik yang tersimpan
secara komputerisasi maupun non-komputerisasi;
(f) seluruh gambar, hasil pengujian, dan dokumen-dokumen yang diuraikan dalam
Pasal 7.8 Perjanjian ini;
(g) seluruh garansi atas peralatan, bahan-bahan dan pekerjaaan;
(h) seluruh hak atas kontrak dan polis-polis asuransi;
(i) seluruh pekerjaan yang masih dalam proses berdasarkan kontrak dengan para
vendor, pemasok, Para Kontraktor dan sub-kontraktor;
(j) seluruh hak berkenaan dengan hasil klaim asuransi yang dibayarkan kepada atau
untuk kepentingan Penerima Kerjasama, tetapi belum dibayarkan pada Tanggal
Pengakhiran, sehubungan dengan hak, alas hak dan kepentingan Penerima
Kerjasama atas Proyek; dan
(k) Perjanjian-Perjanjian Proyek (selain dari Perjanjian-Perjanjian Pembiayaan dan
Perjanjian-Perjanjian Proyek yang secara tegas diminta untuk tidak dialihkan kepada
PJPK).
26.7 Pajak
Dalam hal berakhirnya Perjanjian karena berakhirnya Periode Kerjasama maka pajak atas
pengalihan Proyek yang meliputi pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai (PPN) (jika ada),
akan dibebankan kepada PJPK. Untuk menghindari keragu-raguan, ketentuan Pajak sebagaimana
diatur dalam Pasal 26.7 ini tidak berlaku dalam hal terjadinya pengakhiran lebih awal Perjanjian.
BAB IX
PENYELESAIAN SENGKETA
PASAL 27
PENYELESAIAN SENGKETA
79
(i) Rujukan kepada Ahli secara spesifik disyaratkan berdasarkan Perjanjian ini,
atau
(ii) Para Pihak selanjutnya menyetujui secara tertulis,
isu-isu faktual dan/atau teknis dalam Sengketa (atau bagian daripadanya) (“Isu(-isu)
Faktual”) dapat dirujuk kepada suatu pemeriksaan ahli yang dilakukan sesuai
dengan Aturan Ahli Kamar Dagang Internasional (Rules for Expertise of the
International Chamber of Commerce) sebagaimana dimodifikasi dengan ketentuan
dalam Perjanjian ini (“Pemeriksaan Ahli”).
(c) Dengan mengesampingkan setiap ketentuan di dalam Aturan Ahli Kamar Dagang
Internasional (Rules for Expertise of the International Chamber of Commerce),
apabila Ahli tidak menyerahkan laporan tertulis (“Laporan Ahli”) dalam periode 90
(sembilan puluh) Hari sejak selesainya pemeriksaan atau dalam periode yang lebih
singkat atau lebih lama sebagaimana disepakati secara tertulis oleh Para Pihak,
setiap Pihak dapat, dengan memberikan pemberitahuan kepada Pihak lainnya,
mengakhiri penunjukan Ahli, dan Ahli yang baru akan ditunjuk untuk menyelesaikan
Sengketa sesuai dengan Pasal 27.2 ini.
(d) Apabila Isu (isu) Faktual tidak terselesaikan oleh satu atau lebih Ahli dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah penerimaan surat pengajuan penyelesaian Sengketa oleh
Pusat Ahli Internasional Kamar Dagang Internasional (International Centre of
Expertise of the International Chamber of Commerce), atau pelaksanaan dari Pasal
27.2 ini atau Laporan Ahli berdasarkan Pasal 27.2 ditolak karena alasan apapun,
maka setiap Pihak dapat merujuk Sengketa pada arbitrase sesuai dengan Pasal 27.3.
(e) Laporan Ahli tidak bersifat final dan mengikat kepada Para Pihak.
(f) Laporan Ahli dapat memuat opsi-opsi mengenai penyelesaian Isu (isu) Faktual.
(g) Seluruh biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penunjukan Ahli akan dibagi
secara rata dan dibayar oleh Para Pihak.
27.3. Arbitrase
(a) Penyelesaian secara Arbitrase
Para Pihak dapat mengajukan Sengketa ke arbitrase di Jakarta sesuai dengan
aturan-aturan arbitrase dari Aturan Arbitrase Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI) jika terjadi keadaan-keadaan berikut:
(i) Sengketa tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dalam waktu 30 (tiga
puluh) Hari setelah dimulainya perundingan yang dimaksud dalam Pasal 27.2
(a) dan, jika berdasarkan Perjanjian ini Sengketa harus dirujuk lebih dahulu
kepada penyelesaian oleh Ahli, Para Pihak setuju secara tertulis untuk segera
mengajukan/mengalihkan penyelesaian Sengketa ke arbitrase dan bukan
kepada Ahli; atau
(ii) Para Pihak atau salah satu dari Para Pihak tidak menerima keputusan Ahli.
80
27.4. Keputusan Ahli dan Arbitrase
Seluruh keputusan atau penetapan dari Ahli dan arbitrase harus dibuat dalam bahasa
Indonesia dengan terjemahan bahasa Inggris dan harus menyebutkan alasan-alasan yang
mendasari keputusan atau penetapan tersebut. Keputusan tersebut bersifat final dan
mengikat atas Para Pihak. Keputusan harus mencantumkan besarnya jumlah-jumlah yang
harus dibayarkan berdasarkan keputusan tersebut, termasuk biaya yang wajar untuk jasa
penasehat hukum dan biaya-biaya yang harus diganti pengeluarannya. Penetapan
pengadilan terkait dengan keputusan arbitrase dapat dikeluarkan oleh pengadilan yang
memiliki yurisdiksi atas hal tersebut, Para Pihak atau harta kekayaan Para Pihak.
27.5. Yurisdiksi
Dengan menandatangani Perjanjian ini, Para Pihak menyetujui dan sepakat atas hal-hal
berikut:
(a) yurisdiksi dari Ahli dan yurisdiksi dari panel arbitrase;
(b) yurisdiksi pengadilan manapun yang memiliki yurisdiksi kompetensi, atas dirinya
dan sehubungan dengan harta kekayaannya, semata-mata untuk tujuan eksekusi
dari suatu keputusan atau penetapan berdasarkan Pasal 27 ini;
(c) penyampaian surat pemanggilan dalam proses penyelesaian Sengketa atau
dokumen-dokumen lain dengan menggunakan metode-metode apapun dan ke
alamat-alamat yang ditentukan untuk penyampaian pemanggilan tersebut dalam
Pasal 27 ini dan cara-cara lain yang sah yang diperbolehkan menurut Hukum yang
Berlaku; dan
(d) pengesampingan pembelaan, berkaitan dengan dirinya dan harta kekayaannya,
berdasarkan alasan imunitas kedaulatan, yurisdiksi, tempat mengadili yang tidak
tepat, atau forum peradilan yang tidak tepat (eksepsi absolut dan eksepsi relatif).
81
(iv) perjumpaan hutang, penyitaan atau pelaksanaan eksekusi dari suatu putusan
atau putusan arbitrase terhadap properti, atau tindakan eksekusi kebendaan,
penahanan atau penjualan propertinya terlepas dari kegunaan properti tersebut
atau kegunaan yang dimaksudkan baik komersial ataupun sebaliknya.
BAB X
LAIN-LAIN DAN PENUTUP
PASAL 28
KETENTUAN-KETENTUAN LAINNYA
28.1 Pemberitahuan
(a) Bentuk Pemberitahuan
Seluruh pemberitahuan, permohonan, perjanjian, perubahan, kesepakatan atau
laporan yang dibuat menurut Perjanjian ini harus dalam bentuk tertulis dan dalam
bahasa Indonesia.
(b) Alamat
Seluruh pemberitahuan harus dialamatkan sebagai berikut:
Kepada PJPK :
Alamat: []
Nomor telepon: []
Nomor faksimili: []
Untuk perhatian: []
82
28.2 Kerahasiaan
(a) Informasi Rahasia
Setiap Pihak harus menjaga secara ketat kerahasiaan atas seluruh Informasi Rahasia
yang disampaikan oleh Pihak lainnya.
(b) Pengecualian
Pasal 28.2 (a) tidak berlaku:
(i) Jika Pihak yang menerima Informasi Rahasia diwajibkan untuk
mengungkapkan informasi tersebut oleh proses peradilan, administratif atau
proses hukum lain (termasuk dalam kaitannya untuk mendapatkan
Persetujuan-Persetujuan yang diperlukan menurut Perjanjian ini dari Instansi-
Instansi) atau oleh Hukum yang Berlaku;
83
28.4 Perubahan
Perubahan atau modifikasi atas Perjanjian ini hanya berlaku sah dengan adanya suatu
perjanjian tertulis yang tegas yang ditandatangani oleh para perwakilan yang sah dari Para
Pihak dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini. Berita acara rapat
dan dokumen informal lainya, meskipun ditandatangani, bukan merupakan suatu
perjanjian tertulis untuk maksud Pasal 28.4 ini.
28.7 Pengesampingan
(a) Kegagalan suatu Pihak untuk menuntut pemenuhan yang tegas atas suatu
ketentuan dalam Perjanjian ini tidak boleh dianggap sebagai pengesampingan hak
untuk menuntut pemenuhan atas ketentuan tersebut atau atas ketentuan-
ketentuan yang lain.
(b) Pengesampingan oleh suatu Pihak atas suatu cidera janji atau pelanggaran terhadap
Perjanjian ini tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu pengesampingan atas ketentuan,
syarat, kondisi, cidera janji atau pelanggaran lainnya dari Perjanjian ini.
(c) Keterlambatan dalam melaksanakan dan pelaksanaan penuh atau sebagian oleh
suatu Pihak atas suatu hak, upaya hukum, atau wewenang berdasarkan Perjanjian
ini tidak mencegah pelaksanaan seutuhnya atau pelaksanaan lebih lanjut dari hak,
upaya hukum atau wewenang tersebut.
(d) Suatu pengesampingan harus diberikan secara tertulis dan ditandatangani oleh
orang yang berwenang dari Pihak yang melakukan pelepasan hak tersebut.
28.9 Keterpisahan
Jika ada suatu Pasal, klausa, bagian, atau ketentuan dari Perjanjian ini yang ternyata tidak
sah atau tidak dapat dilaksanakan, maka ketentuan-ketentuan lain dari Perjanjian ini akan
tetap berlaku sepenuhnya dan mengikat. Ketentuan yang hanya sebagian dinyatakan
tidak sah atau tidak dapat dilaksanakan akan tetap berlaku secara efektif sepanjang
menyangkut hal-hal yang sah atau dapat dilaksanakan. Dalam hal demikian, Para Pihak
akan mengubah Perjanjian ini dan menggantikan Pasal yang tidak sah dengan ketentuan
yang sah semirip mungkin dengan ketentuan atau tujuan semula.
28.10 Hukum yang Mengatur
(a) Perjanjian ini diatur dan ditafsirkan sesuai dengan Hukum yang Berlaku di Indonesia
dan untuk segala tujuan harus dipandang secara konklusif sebagai suatu perjanjian
Indonesia.
84
(b) Para Pihak dengan ini mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 dan 1267 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata terkait dengan Perjanjian ini sepanjang
pengesampingan tersebut diperlukan untuk memudahkan pengakhiran Perjanjian
ini sesuai dengan ketentuannya.
28.11 Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(a) Kecuali diatur lain dalam Perjanjian ini, masing-masing Pihak bertanggung jawab
atas kewajiban pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
(b) Penerima Kerjasama wajib membayar biaya hak penyelenggaraan telekomunikasi,
kontribusi kewajiban pelayanan universal dan penerimaan negara bukan pajak
lainnya (jika ada) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
PASAL 29
PENUTUP
Perjanjian ini ditandatangani di atas materai cukup, pada hari, tanggal, bulan, dan tahun
sebagaimana tersebut di atas dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing 1 (satu) asli untuk PJPK
dan 1 (satu) asli lainnya untuk Penerima Kerjasama dan masing-masing mempunyai kekuatan
hukum yang sama dan kemudian diperbanyak 4 (empat) berkas salinannya.
DEMIKIANLAH, Perjanjian ini ditandatangani oleh Para Pihak untuk dipedomani sebagaimana
mestinya.
Penerima Kerjasama Menteri Perhubungan
Republik Indonesia
Nama :
Jabatan:
85
DAFTAR LAMPIRAN
86
LAMPIRAN G: OUTLINE DOKUMEN PENAWARAN
G-1
LAMPIRAN G
Catatan Penting
Informasi yang dimuat dalam informasi memorandum Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau ini disediakan untuk membantu pihak-pihak
yang tertarik untuk berpartisipasi dalam pengadaan Badan Usaha Proyek. Memorandum ini tidak
dimaksudkan untuk dijadikan sumber informasi komprehensif mengenai Proyek ini, atau tidak
pula memuat saran-saran atau rekomendasi tentang potensi investasi dalam Proyek. Dengan
demikian, memorandum ini tidak bisa dijadikan sebagai landasan untuk maksud-maksud seperti
tersebut tadi. Calon peserta Proyek harus melaksanakan penelitian dan investigasi mereka sendiri
sebelum menyampaikan proposalnya.
Informasi dalam memorandum ini adalah informasi proyek yang mencerminkan kondisi terbaru
per Bulan Agustus 2015, dan kondisi ini bisa berubah sewaktu-waktu.
Lampiran G | 1
No Fasilitas Dimensi Keterangan
6 Transtel II 123 x 8 m Tipe beton dengan tiang beton D=450mm
7 Causeway I 55 x 8 m Tipe Gravity Wall
8 Causeway II 30 x 8 m Tipe Gravity Wall
9 Causeway III 60 x 10 m Tipe Gravity Wall
Talud I P. 64 m Dinding Penahan Tanah
10
Talud II P. 130 m Dinding Penahan Tanah
Tipe beton dengan tiang Pancang Beton
11 Mooring Dolphin 2 unit
D=450mm
12 Kantor Pelabuhan 250 m2 Tipe struktur beton, kondisi cukup baik
13 Terminal Penumpang 780 m2 Tipe struktur beton, kondisi cukup baik
14 Gudang Nihil Tidak ada
15 Rumah Jaga (jalan masuk) 6x4m Tipe struktur beton, kondisi cukup baik
16 Rumah Jaga (jalan keluar) - -
17 Lapangan Penumpukan 1.800 m 2
Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik
Jalan – Utama I 94 x 11,5 m
18 Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik
Jalan – Utama II 32 x 6 m
Jalan – Extra 53 x 6,75 m
19 Areal Parkir 42 x 68 m Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik
20 Klinik Kesehatan Pelabuhan 12 m2 Menumpang di terminal
21 Karantina Tumbuhan 1 unit
22 Karantina Hewan -
23 Kantor Perusahaan Pelayaran 3 unit Menumpang pada terminal penumpang
24 Kantor Buruh / TKBM 24 m3 Menumpang pada terminal penumpang
25 Bak air 300 m3 Kapasitas 90 ton/jam
26 Tangki BBM Tidak ada Memakai mobil tangki
27 Pagar 335 m3 Pagar BRC, kondisi cukup baik
28 Alat Bantu Navigasi 1 unit 1 lampu suar
29 Suplay Listrik 1.500 KVA PLN
30 Suplay Air 100 m3 PDAM
31 Telephone 2 line PT Telkom
32 SRP / Stasiun Radio SSB
Taman I 53 x 6,30 m
33
Taman II 33 x 6 m
34 Lapangan Penumpukan 68 x 64 m
Sumber: KUPP Pelabuhan Baubau, 2013
Pintu utama pelabuhan bagi orang dan kendaraan yang keluar masuk di pelabuhan mengalami
hambatan karena belum terpisahnya pintu pejalan kaki dan kendaraan yang menyebabkan sering
terjadi kemacetan pada pintu utama disaat kegiatan puncak yaitu embarkasi dan debarkasi
penumpang Kapal Pelni.
Lampiran G | 2
Angkutan Laut Pelabuhan Murhum Baubau
Di Pelabuhan Murhum, aktifitas angkutan yang terselenggara meliputi 3 akfititas pelabuhan yang
dicatat sebagai bagian dari aktifitas angkutan laut di Pelabuhan Murhum Baubau yaitu Pelabuhan
Umum Dalam Negeri, Pelabuhan Rakyat dan Pelabuhan Perintis. Rekapitulasi aktifitas angkutan
laut untuk kurun waktu 2010-2013 di Pelabuhan Murhum ini dijabarkan pada Tabel dan Gambar
di bawah ini.
Tabel 2 Aktifitas Angkutan Laut di Pelabuhan Murhum Baubau
Kapal Barang (T/M3) Penumpang (Org)
Tahun
Call Isi Kotor (GT) Panjang (m) Bongkar Muat Turun Naik
2007 4.260 3.168.789 98.602 93.844 31.164 346.613 450.231
2008 4.441 3.798.409 114.955 103.944 207.387 372.947 504.375
2009 4.941 3.648.801 128.701 133.585 196.147 414.833 511.414
2010 5.052 4.302.453 159.981 189.960 237.218 428.784 473.353
2011 5.232 4.702.322 80.333 228.476 238.074 447.673 500.140
2012 5.230 5.820.272 154.738 254.268 175.264 491.149 532.080
2013 5.593 5.902.455 143.694 290.555 266.239 491.071 519.139
2014 5.802 6.377.392 149.640 325.758 290.628 389.609 458.652
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Lampiran G | 3
Produktifitas Penumpang di Pelabuhan Baubau
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Lampiran G | 4
d) shifting
e) buka tutup palka
f) lift on/lift off
2) Kegiatan operasi lapangan, terdiri atas:
a) penumpukan
b) lift on/lift off
c) gerakan ekstra
d) relokasi
e) angsur
3) Kegiatan operasi container freight station, terdiri atas:
a) stripping/ stuffing
b) penumpukan
c) penerimaan penyerahan
4) kegiatan pelayanan tambahan, terdiri atas:
a) biaya administrasi nota
b) biaya inter terminal transfer
c) biaya SPP (Surat Penyerahan Petikemas)
d) biaya kartu ekspor
e) biaya hi-co scan
f) biaya hi-co scan with behandle
g) biaya stack awal (biaya penumpukan plus gerakan ekstra)
h) biaya batal transaksi
i) biaya after closing time
j) biaya administrasi IT System
k) biaya PLP (Pindah Lokasi Penumpukan)
l) biaya site office
m) biaya monitoring/supervisi
Lampiran G | 5
Kondisi Teknis Lingkungan Pelabuhan
Elevasi Pasang Surut
Data elevasi pasang surut tertinggi dan terendah berdasarkan peramalan adalah sebagai berikut:
Mean High Water Level (MHWL) = + 2.00 m
Mean Low Water level (MLWL) = + 0.00 m
Arus
Kecepatan arus rencana berdasarkan hasil simulasi arus pasang surut yang telah dilakukan:
Kecepatan Arus (U) = 0.5 m/s
Koefisien Drag = 1
Koefisien Inersia = 2
Lampiran G | 6
sebagai dermaga dengan menambah fasilitas tambatan, bongkar-muat, perkerasan halaman
dermaga, dan sebagainya. Dermaga ini disebut bulkhead wharf (wharf penahan tanah).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dermaga diuraikan di bawah ini.
1. Elevasi Dermaga
Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dermaga adalah elevasi dermaga.
Elevasi dermaga dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat pasang tinggi air tidak melimpas
ke permukaan dermaga. Penentuan elevasi lantai dermaga sesuai dengan kondisi pasang
surut yaitu:
E = MHWL + 1/2H + F
Lampiran G | 7
dengan:
E = Elevasi dermaga
MHWL = Mean High Water Level, elevasi pasut tertinggi. (3.56m)
H = tinggi gelombang. (1.0m)
F = free board, tinggi jagaan (0.5-1.0 m)
2. Panjang Dermaga
Penentuan kebutuhan panjang dermaga ditentukan oleh arus bongkar muat berdasarkan
jenis komoditi, volume barang, dan jenis kemasan, dimana penentuan kebutuhan fasilitas tiap
tahapan pengembangan dibagi menjadi tiga masa rencana, yaitu:
a. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 5 tahun kedepan;
b. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 10 tahun kedepan, dan;
c. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 20 tahun kedepan.
Peningkatan kinerja operasional pelabuhan yang meliputi BOR, jumlah jam operasi, jumlah
gang, serta produktifitas alat/gang mempengaruhi kebutuhan dermaga pada pelabuhan yang
dikaji. Pada kasus Pelabuhan Baubau, terdapat tiga jenis angkutan utama yaitu angkutan
penumpang, angkutan barang umum dan angkutan peti kemas.
Perhitungan tiap tahapan pengembangan panjang dermaga Pelabuhan Murhum Baubau lebih
lengkapnya disajikan pada Tabel 4.
Lampiran G | 8
Tabel 4 Kebutuhan Pengembangan Dermaga Pelabuhan Murhum Baubau
Eksisting Pendek Menengah Panjang
No Uraian Satuan
2015 2016-2020 2016-2025 2016-2035
Terminal Peti Kemas
1 Bongka r mua t conta i ner TEUS 18.466 29.760 41.054 63.642
2 Juml a h efekti f kerja per ha ri ja m 12 14 14 18
3 Berth Occupa ncy Ra ti o % 107 60 55 55
4 Produkti vi ta s cra ne da ra t per ja m box 5 8 10 12
5 Produkti vi ta s cra ne da ra t per ha ri box 60 112 140 216
6 Jeni s Ka pa l Si ngga h GT 5.000 7.000 10.000 15.000
7 Pendeka ta n Pa nja ng Derma ga (ukura n ka pa l ) m 180 130 145 160
8 Ka pa s i ta s Ka pa l box 206 288 412 618
9 Shi p ca l l per ta hun ka l i 90 104 100 104
10 Tota l Kebutuha n Efekti f Ha ri Kerja s el uruh ta mba ta n ha ri 290 447 535 541
11 Juml a h ha ri kerja ha ri 330 330 330 330
12 Juml a h Derma ga Conta i ner berth 1 2 2 2
13 Tota l Pa nja ng derma ga ka pa l peti kema s m 180 260 290 320
Terminal Multi Purpose
1 Bongka r mua t ca rgo Ton 708.954 1.001.306 1.291.091 1.847.843
2 Produkti vi ta s ga ng per ja m Ton 15 15 25 35
3 Produkti vi ta s ga ng per ha ri Ton 180 210 350 630
4 Berth Occupa ncy Ra ti o % 68 70 70 70
5 Juml a h Ga ng per ha ri ga ng 12 14 11 9
6 Kebutuha n Pa nja ng Derma ga Ca rgo m 878 1.032 798 635
7 Jeni s Ka pa l Si ngga h GT 1.000 2.000 3.000 5.000
8 Pendeka ta n Pa nja ng Derma ga (ukura n ka pa l ) m 68 100 110 130
9 Juml a h Derma ga Ca rgo berth 13 11 8 5
10 Tota l Pa nja ng derma ga ka pa l ca rgo m 884 1.100 880 650
3. Lebar Dermaga
Lebar dermaga ditentukan bedasarkan peralatan dan kebutuhan bongkar muat barang di atas
dermaga. Dalam hal ini alat-alat yang disediakan. Dalam studi ini lebar dermaga di desain
sepanjang 20 m untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat kontainer.
Alur Pelayaran
1. Panjang Alur
Panjang alur pelayaran tergantung dari topografi dasar perairan (bathimetri) dan kedalaman
alur yang diinginkan, sedangkan arah alur pelayaran tergantung dari arah angin dominan,
topografi dasar perairan, dan material dasar perairan. Berdasarkan pada karakteristik
geografis Baubau, kedalaman alur pelayaran di Selat Masiri dan Selat Buton berkisar antara
10 – 20 meter dengan lebar alur pelayaran yang cukup memadai. Sedangkan arah alur
pelayaran adalah dari arah barat daya Pelabuhan Baubau dan khusus alur dari Kendari, alur
pelayaran dari arah utara pelabuhan.
2. Lebar Alur
Dengan menggunakan kapal standar sebagaimana ditetapkan dalam rencana pengembangan,
maka kebutuhan alur pelayaran didasarkan pada untuk ukuran kapal maksimum yaitu kapal
dengan ukuran 15.000 DWT. Dengan asumsi alur pelayaran adalah dua jalur dengan alur
pelayaran relatif panjang dengan kondisi alur kapal sering berpapasan, maka direncanakan
Lampiran G | 9
lebar alur pelayaran sebesar = (7 x 24m) + 30m = 198 meter. Dengan penetapan lebar alur
pelayaran sebesar 14,5 mil (232 meter), alur pelayaran Pelabuhan Baubau cukup untuk
memenuhi kebutuhan pelayaran sampai dengan jangka panjang.
3. Kedalaman alur
Kedalaman air diukur terhadap muka air referensi nilai rata-rata dari muka air surut terendah
pada saat pasang kecil (neap tide) dalam periode panjang yang disebut LLWL (Lowest Low
Water Level), agar kapal dapat masuk dan keluar dengan lancar pada saat muka air rendah.
Kedalaman alur pelayaran berdasarkan Technical Standards and Commentaries for Port and
Harbour Facilities In Japan ditentukan dengan rumus:
D = d + 0.5H + s + c
Keterangan:
d : Draft kapal (meter)
D : Kedalaman pelabuhan pada saat muka air terendah (meter)
H : Tinggi gelombang maksimum diambil 1.5 m
s : Squat (tinggi ayunan kapal yang berlayar, tergantung besarnya kapal),
dimana s dan C diambil 0.5 untuk kapal >1.000 GT
c : Clearance sebagai pengaman, antara 25 – 100 cm, tergantung kondisi
kekerasan dasar perairan
Lampiran G | 10
b. Diameter Kolam Putar (Turning Basin)
Kawasan kolam tempat kapal melakukan gerak putar untuk berganti haluan harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga memberikan ruang cukup luas dan kenyamanan.
c. Lebar Alur
Lebar alur pelabuhan yang ideal untuk 2 kapal sering berpapasan adalah:
D = 7.6B
dengan:
B = Lebar kapal terbesar yang akan masuk pelabuhan. (27.5)
Berdasarkan pada asumsi kapal maksimum (Peti Kemas dan Barang Umum) pada masing-masing
tahapan pengembangan, diperhitungkan kebutuhan luar area dalam wilayah pelabuhan yang
meliputi area alur pelayanan dari dan ke pelabuhan, tempat sandar, kolam putar, tempat labuh,
pindah labuh kapal, alih muat kapal, area penempatan kapal mati, area keperluan darurat,
percobaan berlayar, luas kolam pelabuhan dijabarkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Perhitungan Kebutuhan Area Perairan Pelabuhan Baubau
Pendek Menengah Panjang
(2016-2020) (2016-2025) (2016-2035)
No Uraian Satuan
Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
Karakteristik Kapal
1 Desain/Standar
Lampiran G | 11
Pendek Menengah Panjang
(2016-2020) (2016-2025) (2016-2035)
No Uraian Satuan
Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
a. Ukuran DWT 7,000 2,000 10,000 3,000 15,000 5,000
b. LOA (Panjang), L m 109 81 135 92 158 109
c. Beam (lebar), B m 20.1 12.7 20.8 14.2 23.3 16.4
d. Draft minimum, D m 6.8 4.9 7.6 5.7 8.7 6.8
2 Jumlah Kapal dilayani
a. Kedatangan unit 7 7 7 7 8 7
b. Sandar, N unit 7 7 7 7 8 7
c. Labuh unit 1 1 1 1 1 1
d. Alih Muat unit 1 1 1 1 1 1
e. Kapal Mati unit 1 1 1 1 1 1
3 Panjang Dermaga
a. Panjang Eksisting, Le m 180 512 260 576 320 562
b. Panjang rencana, Lr m 260 576 320 562 320 630
c. Panjang Tambahan, Lt m 80 64 60 - - 68
4 Dimensi Alur
Panjang Alur (Lalur) eksisting m 17,000 17,000 17,000 17,000 17,000 17,000
Lebar Alur eksisting m 232 232 232 232 232 232
Lebar Alur ukuran kapal
a. 1-way m 101 64 104 71 117 82
b. 2-ways m 171 119 176 129 193 145
Kedalaman Alur m 9-12 9-12 9-12 9-12 9-12 9-12
5 Dimensi Kolam
a. Areal Alur Pelayaran dari
Ha 359 245 369 268 407
dan ke Pelabuhan 359
b. Areal Tempat Sandar
Lebar m 164 122 203 138 237 164
Panjang m 196 146 243 166 284 196
Luas untuk 1 kapal m2 32,079 17,715 49,208 22,853 67,403 32,079
Luas Total Ha 22 12 34 16 54 22
c. Areal Kolam Putar -
Diameter (dgn tunda) m 218 162 270 184 316 218
Luas Ha 26 14 40 19 63 26
Diameter (tanpa tunda) m 327 243 405 276 474 327
Luas Ha 59 32 90 42 141 59
d. Areal Tempat Labuh -
Jari-jari m 180 140 211 156 240 180
181,25 101,56
Luas m2 101,562 61,928 139,337 76,650
7 2
Luas Total Ha 10 6 14 8 18 10
e. Areal Pindah Labuh Kapal
Jari-jari m 180 140 211 156 240 180
181,25 101,56
Luas m2 101,562 61,928 139,337 76,650
7 2
Luas Total Ha 10 6 14 8 18 10
f. Areal Alih Muat Kapal Ha 10 6 14 8 18 10
g. Areal Penempatan Kapal
Ha 5 6 14 8 18
Mati 5
Lampiran G | 12
Pendek Menengah Panjang
(2016-2020) (2016-2025) (2016-2035)
No Uraian Satuan
Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
h. Areal Keperluan Keadaan
Ha 5 3 7 4 9 5
Darurat
i .Areal Percobaan Berlayar Ha 30 15 38 19 49 30
Lebar (Minimum) m 171 119 176 129 193 171
Panjang (Minimum) m 1,744 1,296 2,160 1,472 2,528 1,744
j. Luas kolam pelabuhan
Dengan tunda 48.58 26.83 74.52 34.61 116.66 48.58
Tanpa tunda 81.24 44.86 124.62 57.88 195.09 81.24
Sumber : Analisis Konsultan, 2015
Selain pendekatan yang dilakukan diatas dilakukan juga pendekatan jumlah penumpukan
petikemas yang terdpat di Pelabuhan Baubau pada jangka pendek, jangka menengah serta jangka
Lampiran G | 13
panjang. Pendekatan ini menghasilkan jumlah kebutuhan luasan yang diperlukan per TEUS
(ARPTEU). Hasil perhitungan yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Luas Container Yard (m2) untuk setiap Tahap Pengembangan
Tahun ATF CMPY ATT ARPTEU RAMSH RSCF HCR NTSR GTSAR CPA
(ton/th) (TEU) (hari) (m2) (TEU) (m2) (m2) (m2)
2020 473.467 31.564 4 7,5 0,6 25 346 2.594 4.324 5.405
2025 687.498 45.833 4 7,5 0,6 25 502 3.767 6.279 7.848
2035 1.216.101 81.073 4 7,5 0,6 25 888 6.664 11.106 13.882
Perhitungan luas area warehouse dihitung berdasarkan bongkar muat barang di mana dengan
pendekatan luas gudang tertutup adalah {Bongkar muat per tahun x prosentase penumpukan di
gudang x waktu tinggal x kebutuhan ruang x 1.25 x (1+ faktor keamanan)}/ jumlah hari kalender
per tahun x rata rata tinggi tumpukan), di mana 1,25 adalah faktor perhitungan pada waktu sibuk.
Perbandingan luas areal warehouse dengan transit shed adalah 1:2 dengan skenario komposisi
barang sebagaimana dijabarkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi Penanganan Barang di Pelabuhan
Komposisi Barang Pendek Menengah Panjang
disimpan di Gudang 20% 20% 10%
disimpan di Open Storage 10% 10% 10%
langsung dibawa 70% 70% 80%
Tabel 9 Rekapitulasi Kebutuhan Transit Shed, Ware House, dan Open Storage
Open
Tahun Transit Shed Ware House
Storage
2020 2.100 1.100 3.006
2025 2.900 1.500 4.265
2035 2.700 1.400 7.982
Parkir Kendaraan
Parkir Truk
Untuk perhitungan luas areal parkir truk untuk setiap pengembangannya dapat lihat sebagai
berikut dengan asumsi:
Lampiran G | 14
Waktu menunggu maksiumum (jam) = pada jangka pendek dan menengah 4 jam, pada
jangka panjang 3 jam
Jam kerja bongkar muat (jam) = pada jangka pendek 15 jam, jangka menengah 18
jam, dan jangka panjang 18 jam
Tipe Truk yang dipergunakan:
- Panjang truk = 20 feet
- Daya muat = 20 ton
- Truk + ruang gerak truk = 54 m²
Hari kerja = 365 hari dalam setahun
Tabel 10 Kebutuhan Parkir Truk Cargo
Dermaga Bongkar Muat Barang Jumlah Truk Luas Lahan
per jam (ton) Parkir (m2)
Tahap 1 220 26 1.404
Tahap 2 260 29 1.566
Tahap 3 487 52 2.808
Perkantoran
Berdasarkan kondisi yang terdapat dilapangan kebutuhan karyawan untuk setiap 750.000 TEUS
(kontainer) dibutuhkan 165 karyawan, kebutuhan karyawan untuk Pelabuhan Baubau
berdasarkan proyeksi kebutuhan petikemas dan Cargo adalah 54 orang karyawan. Adapun
perkiraan jumlah karyawan / kelompok kerja per sub bidang, yaitu:
- Pusat administrasi pelabuhan : 20 orang, 4 kelompok kerja
- Pusat bea cukai : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Admistrasi pelabuhan pembantu: 12 orang, 3 kelompok kerja
- EMKL : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Amenities : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Keagenan : 2 kelompok kerja
Lampiran G | 15
- Terminal Penumpang:
2.907 orang
6 pemberangkatan
485 orang/pemberangkatan
1,5 faktor arus maksimum
- Karantina : 10 orang
Luas ruang kerja / kel.kerja = 45 m²
Luas ruang kerja / kel.kerja + R.Meeting = 60 m²
Luas sirkulasi (%) dari luas lantai efektif = 40%
Luas ruang keagenan / kel kerja + R.Meeting = 30 m²
Luas lantai ruang tunggu penumpang (m²) / penumpang = 2,4 m²
Luas perkantoran untuk Terminal Penumpang = 120 m²
Luas lantai ruang karantina (m²) / orang = 1,8 m²
Luas perkantoran untuk Karantina = 100 m²
Lampiran G | 16
Jgk
Eksisting Jgk Pendek Jgk Panjang
No Uraian Satuan Menengah
2015 2016-2020 2016-2035
2016-2025
10 Lapangan parkir umum m2 2.856 4.000 4.000 4.000
11 Terminal penumpang m2 780 1.080 2.160 2.160
Peralatan Penunjang
Kebutuhan alat dan peralatan di Pelabuhan Baubau khususnya untuk mendukung operasional
terminal peti kemas disesuaikan dengan besaran demand pada setiap tahapan pengembangan
pelabuhan. Kebutuhan peralatan ini juga disesuaikan dengan kondisi ketersediaan lahan dengan
memperhatikan ketersediaan lahan pelabuhan yang cukup terbatas. Kebutuhan peralatan di
Terminal Peti Kemas Pelabuhan sampai dengan jangka panjang dijabarkan pada Tabel 14.
Tabel 13 Kebutuhan Peralatan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau
Jgk
Eksisting Jgk Pendek Jgk Mngah
No Uraian Satuan Panjang
2015 2016-2020 2016-2025
2016-2035
1 Crane 40 Ton unit 0 0 0 1
2 Crane 25 Ton unit 1 1 1 1
3 Crane 5 Ton unit 0 1 0 0
4 Crane 3 Ton unit 0 1 0 0
5 Reach Stacker 42 Ton unit 0 0 1 0
6 Top Leader 36 Ton unit 0 0 1 2
7 Bottom Lift 15 Ton unit 0 0 1 0
8 Forklift 2 Ton unit 0 2 2 2
9 Forklift 3 Ton unit 1 1 1 1
10 Forklift 5 Ton unit 1 1 1 1
11 Head Truck unit 4 6 4 4
12 Mobile Crane 40 Ton unit 0 1 0 0
13 Transtainer unit 0 0 0 1
Ketersediaan Lahan
Saat ini lahan yang digunakan sebagai kawasan Pelabuhan Bau Bau merupakan milik Kementerian
Perhubungan.
Aspek Lingkungan
Semua kegiatan angkutan di perairan ke pelabuhan, harus memperhatikan keselamatan dan
keamanan pelayaran, serta perlindungan lingkungan maritim di perairan Indonesia. Untuk itu
Pembangunan Pelabuhan BauBau perlu direalisasikan dengan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan
memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup, bahwa untuk kegiatan pelabuhan dengan luas > 6000 m2 merupakan kegiatan yang wajib
Lampiran G | 17
studi AMDAL. Dengan demikian perlu dilaksanakan studi AMDAL untuk melengkapi kegiatan
Pelabuhan Bau Bau.
Kegiatan yang diperkirakan dapat menjadi penyebab terjadinya dampak adalah sebagai berikut:
1. Konstruksi
a.Mobilisasi tenaga kerja konstruksi
b.Pembuatan dan pengoperasian base camp
c. Mobilisasi alat berat dan material konstruksi
d.Pekerjaan tanah
e.Pembangunan fasilitas sisi darat
f. Pembangunan fasilitas sisi perairan
2. Operasional
a. Perekrutan tenaga kerja operasional
b. Pengoperasian fasilitas sisi perairan
Komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak penting dari kegiatan-kegiatan
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Aspek Fisik Kimia
a. Kualitas udara mencakup meliputi NO2, SO2 dan debu
b. Kebisingan (Intensitas Kebisingan)
c. Hidrologi dan Kualitas Air
Debit air larian yang terjadi karena adanya pembangunan di lokasi tapak
Kualitas fisik, kimia, air permukaan (sungai) dan air laut
Kualitas fisik, kimia, sumber air bersih (air sumur dan air hujan)
d. Limbah Padat
Jumlah sampah yang dihasilkan
2. Aspek Tata Ruang dan Transportasi
a. Pola ruang dan tata guna lahan
Alokasi penggunaan ruang menurut Rencana Tata Ruang
Penggunaan lahan sesuai kebijaksanaan tata ruang dan perijinan yang berlaku
Penggunaan lahan eksisting
b. Transportasi Air
Jenis alat transportasi air
Alur pelayaran
3. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
Penelaahan aspek sosial, ekonomi dan budaya mencakup kondisi kependudukan (demografi),
kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya.
a. Kependudukan (Demografi)
Lampiran G | 18
Jumlah dan kepadatan penduduk serta penyebarannya
Struktur penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan
Tingkat pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
b. Kondisi Sosial Ekonomi
Struktur jenis pekerjaan penduduk
Tingkat pendapatan penduduk
Analisis penurunan perekonomian penduduk
Kesempatan kerja dan berusaha
c. Kondisi Sosial Budaya
Persepsi masyarakat terhadap kegiatan
4. Aspek Kesehatan Masyarakat
a. Sanitasi Lingkungan
b. Keselamatan dan kesehatan kerja
c. Pola penyakit
Selain komponen lingkungan yang tersebut di atas akan ditelaah pula komponen lingkungan yang
dapat mempengaruhi intensitas, arah dan luas dari penyebaran dampak. Komponen lingkungan
tersebut adalah:
1. Iklim
a. Kelembaban dan temperatur udara
b. Curah hujan
c. Arah dan kecepatan angin
2. Hidrooceanografi
a. Pola arus
b. Pasang surut
Kerangka Komersial
Kota Baubau merupakan daerah penghubung (connecting/transit area) antara Kawasan Barat
Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kota Baubau juga berperan sebagai daerah
pengumpul hasil produksi dan distributor kebutuhan daerah hinterland-nya, yaitu Kab. Buton,
Kab. Muna, Kab. Wakatobi, dan Kab. Bombana. Potensi komoditas dari Kota Baubau dan
hinterland-nya mencakup perikanan, budidaya rumput laut, budidaya mutiara, pertanian,
perkebunan, peternakan, perdagangan, perindustrian, pariwisata.
Selama periode 2010-2013 bongkar muat peti kemas menunjukan pertumbuhan yang cukup
tinggi, yaitu rata-rata sebesar 37.73% (TEUS) / 42.14% (Ton) untuk bongkar peti kemas dan rata-
rata sebesar 41,12% (TEUS) / 33.10% (Ton) untuk muat peti kemas. Melihat kondisi tersebut dan
Lampiran G | 19
rencana Kota Baubau untuk menjadi ibukota Provinsi Kepulauan Buton, maka pengembangan
Pelabuhan Baubau dipandang perlu untuk dilaksanakan.
Pelabuhan yang baik mendukung sistem distribusi yang baik yang dapat mengundang
investor, baik dalam dan luar negeri, untuk menanamkan modalnya. Hal ini akan bermuara
pada tumbuhnya perekonomian rakyat.
4. Meningkatnya PDRB
Perbaikan sistem distribusi komoditas barang dan manusia serta pertumbuhan ekonomi di
sekitar Pelabuhan Baubau akan memberikan dampak positif bagi PDRB daerah. Berdasarkan
Lampiran G | 20
penelitian1, rata-rata PDRB dan pertumbuhan PDRB kota pelabuhan lebih besar daripada kota
yang tidak memiliki pelabuhan. Peran pelabuhan menjadi sangat penting mengingat
Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga mobilitas sosial dan perdagangan tidak
akan terlepas dari peran pelabuhan.
Kerangka Hukum
Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan berperan sebagai wakil Pemerintah untuk
memberikan konsesi atau bentuk lainnya kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk melakukan
kegiatan pengusahaan di pelabuhan (Pasal 65 ayat (1) PP 61/2009).
Mekanisme KPBU diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Selain daripada Perpres
tersebut, Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) juga menerbitkan Peraturan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor
4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur.
Pada prinsipnya, dalam KPBU tidak ada bentuk baku mengenai bentuk kerjasama antara
pemerintah dan badan usaha. Namun bentuk kerjasama yang sering digunakan dalam konteks
KPBU diantaranya adalah Build-Own-Transfer (BOT), Build-Own-Operate (BOO), Operate and
maintain, Lease-Develop-Operate (LDO)
Pemilihan bentuk kerjasama dilakukan berdasarkan hasil tinjauan risiko dan tinjauan pengelolaan
aset kerjasama. Dengan demikian pemilihan bentuk kerjasama ini harus dapat menfasilitasi
pengalihan risiko-risiko tertentu kepada pihak yang dinilai paling baik dalam proses
pengelolaannya. Untuk pengembangan pelabuhan Bau-Bau akan dilakukan dengan bentuk
kerjasama Build-Own-Transfer.
1
Karunia, Diana Sekarayu dan Komara Djaja. 2013. Peran Pelabuhan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kota di Indonesia. Indonesia: Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia.
Lampiran G | 21
Kerangka Kelembagaan dan Skema Transaksi
Bentuk kerjasama Rehabilitate Build Operate Transfer (RBOT) / Rehabilitasi Bangun Guna Serah
untuk pengoperasian terminal peti kemas dan kargo. Pemilihan skema KPBU tersebut dengan
mempertimbangkan:
1. Waktu ketersediaan infrastruktur
Infrastruktur pelabuhan sudah tersedia, akan tetapi perlu direhabilitasi dan dikembangkan,
sehingga ada aktivitas rehabilitasi bangunan eksisting, dan juga pembangunan prasarana baru
yang mendukung rencana pengembangan pelabuhan. Jika pemerintah mengharapkan dana
APBN untuk rehabilitasi dan pengembangan akan membutuhkan dana yang besar dan butuh
waktu yang tidak cepat. Di satu sisi, pertumbuhan kargo meningkat, dan potensi lebih aktif
Pengusahaan Aspal Buton akan menambah geliat ekonomi.
2. Optimalisasi investasi
Pelaksanaan KPBU rehabilitasi-bangun-guna-serah terminal peti kemas dan kargo akna lebih
mengoptimalkan investasi pemerintah. Dana APBN dapat dialokasikan untuk peningkatan
pelayanan terminal penumpang dan pengembangan cruise terminal. Hal ini mengingat Bau
Bau sebagai gerbang pariwisata ke kawasan wisata bahari Wakatobi, tentu perlu memberikan
pelayanan yang terbaik.
3. Maksimalisasi efisiensi
Pengoperasian terminal peti kemas dan kargo secara KPBU diharapkan lebih meningkatkan
efisiensi pengoperasian pelabuhan dan meningkatkan pelayanan dengan standar yang tinggi.
5. Alokasi risiko
Pemilihan skema RBOT dengan mempertimbangkan bahwa risiko konstruksi dan risiko
operasional ditransfer ke Badan Usaha. Kedua risiko ini merupakan risiko utama di dalam
skema ini. Mengingat pelabuhan ini bersifat non-komersil dimana tarif ditetapkan oleh
pemerintah, Badan Usaha akan keberatan untuk menangani risiko demand dan pendapatan.
Selain itu, dengan pertimbangan bahwa Bau Bau berada di satu pulau, tentunya
Lampiran G | 22
mengkreasikan demand dari dalam pulau sangat susah. Demand diharapkan dapat tumbuh
dari posisi Pelabuhan Bau Bau sebagai pintu gerbang ekonomi dan pariwisata di Sulawesi
Tenggara dan sebagai pelabuhan pengumpul yang akan menjadi titik transfer penumpang dan
barang ke lokasi Indonesia timur lainnya. Selain itu, perlu dipertimbangkan bahwa terdapat 6
pelabuhan pengumpul di sekitar pelabuhan Bau Bau yaitu:
a. Pelabuhan Kendari (Kendari),
b. Pelabuhan Bangkutoko (Kendari),
c. Pelabuhan Kolaka (Kolaka),
d. Pelabuhan Watunohu (Kolaka Utara),
e. Pelabuhan Raha (Muna), dan
f. Pelabuhan Wanci (Wakatobi).
Hal ini tentunya mempengaruhi penyebaran demand.
6. Alih pengetahuan
Kerjasama ini diharapkan dapat terjadi alih pengetahuan di dalam pengelolaan terminal peti
kemas yang lebih efisien dan efektif sehingga meningkatkan pelayanan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, tentunya pemilihan skema KPBU dengan bentuk RBOT
menjadi opsi yang perlu dipertimbangkan sebagai salah satu cara peningkatan pelayanan di
Pelabuhan Bau Bau dengan prinsip pengoptimalan investasi pemerintah dan maksimalisasi
efisiensi biaya operasi ang didasari prinsip alokasi risiko yang tepat.
Hal yang perlu diingat terkait kerjasama ini bahwa Pelabuhan Bau Bau telah beroperasi penuh
saat ini. Oleh karena itu, proses kerjasama ini seharusnya tidak menghentikan operasional
pelabuhan.
Lampiran G | 23
6. Dalam pengoperasian dan pemeliharaan terminal peti kemas dan kargo, Badan Usaha
diperkenankan untuk melakukan kerja sama dengan pihak ketiga selama tidak mengganggu
kinerja operasional.
Jangka waktu perjanjian kerjasama ini diusulkan selama 30 tahun, terhitung sejak kegiatan
rehabilitasi dilakukan. Harapanya dengan skema kerjasama yang tidak sepanjang masa konsesi
pelabuhan di Indonesia pada umumnya akan memberikan waktu yang cukup dan tepat bagi
Pemerintah untuk mengoperasikan secara mandiri dan Badan Usaha mendapatkan keuntungan
yang layak.
Aset pemerintah di Pelabuhan Bau Bau merupakan aset Pemerintah Pusat. Aset yang
dikerjasamakan meliputi segala aset yang digunakan untuk pengoperasian dan pemeliharaan
terminal peti kemas saat ini.
Lampiran G | 24
LAMPIRAN I: PERSYARATAN AMDAL
Kategori usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (“Amdal”) diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5
tahun 2012. Sebagaimana ketentuan Pasal 2(1) Permen LH 5/2012 yang
menyebutkan bahwa setiap usaha/kegiatan yang memiliki dampak penting
terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Pembangunan dan pengelolaan
pelabuhan ini sendiri dikategorikan sebagai usaha yang memiliki dampak penting
terhadap lingkungan hidup sesuai dengan Lampiran I bagian II huruf (I) PermenLH
5/2012 tentang Amdal dalam bidang pembangunan pelabuhan.
1. Langkah Awal
2. Tahap I
I-1
- Pemrakarsa melakukan perbaikan Kerangka Acuan Maksimal 3
berdasarkan masukan dari Komisi Penilai Amdal tahun dari
diterimanya
(Pasal 25(1)a PP 27/2012)
dokumen
3. Tahap II
4. Tahap III
I-2