Anda di halaman 1dari 35

Dampak Penerapan UU 17/08

tentang Pelayaran
kepada Bisnis Kepelabuhanan

Saut Gurning
Fakultas Teknologi Kelautan
ITS Surabaya
Materi
1. Struktur Pengelolaan Kepelabuhanan
2. Fungsi Baru Otoritas Kepelabuhanan
3. Pengalaman Negara Lain
4. Pola Kompetisi Jasa antar Operator
5. Merger Antar Pelabuhan I-IV
6. Isu Peran Baru PT. PELINDO
Struktur Pengelolaan
Kepelabuhanan
Rejim Pengelolaan Baru
Tipe Tanggung Jawab Pengelolaan Kepelabuhanan
Pelabuhan
Infrastruktur Suprastruktur Stevedoring Fungsi Lain

Service Publik Publik Publik Mayoritas Publik

Tool Publik Public Swasta Gabungan

Landlord Publik Swasta Swasta Gabungan

Swasta/ Swasta Swasta Swasta Mayoritas


Khusus Swasta

UU 17/08 tentang Pelayaran


PP 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
Supervising
Struktur Baru Pengelolaan
Nasional

Owning
Kementrian Pemerintah
M.O.T
Terkait Daerah

Syahbandar

Planning
Regulating

Otoritas Pelabuhan
Operating

Services
Operator Terminal Opr Faslitas T.O F.O. T.O. F.O.

Badan Usaha Pelabuhan (BUP)


Matriks Fungsi Pengelolaan
Fungsi Baru Otoritas
Pelabuhan
Tiga Fungsi Utama OP
Wakil Pemerintah Komersial Operasional

Penyediaan lahan daratan Usulan tarif Pengelolaan


/perairan, kolam, erta alur (non daratan/perairan
dermaga dan suprastruktur)

Menjamin kemanan & ketertiban Menjamin arus Mengawasi


barang DLKR/DLKP
Menjamin kelestarian lingkungan Pelayanan jasa Mengatur lalu lintas
yang belum kapal lewat
disediakan BUP pemanduan

Menyusun RIP, DLKR, DLKP Bentuk lain selain Menetapkan standar


konsesi kinerja operasional
Memberi konsesi Sispro tanggap
darurat/pencemaran
TANTANGAN PELABUHAN KITA (INSA 2008)
• Congestion from:
– Overfull and inefficient terminals
– Overfull and inefficient port areas
– Heavy vessel traffic
– Insufficient hinterland infrastructure
– Overfull roads to net destination
• Little drive for change:
– Limited infrastructure and superstructures
– Bureaucracy
– Physical Expansion Restrictions
• Pollution

10/30/2008 SEMINAR MARITIM INDONESIA 2008


Keterkaitan transportasi yang efektif and
kecukupan fasilitas kepelabuhanan
• Seamless aliran trafik kargo dan penumpang dan
kargo dalam sebuah hubungan yang menyatu dan
terkoneksi
• Sustainable sistem transportasi yang efisien secara
ekonomi, ramah lingkungan, aman serta
,mengindahkan etika bisnis
• High degree koordinasi dan integrasi antar
pemerintah, swasta dan sektor publik

10/30/2008 SEMINAR MARITIM INDONESIA 2008 10


Tiga Dimensi Orientasi OP
Port Authority and E-market
PENGALAMAN LANDLORD
DI NEGARA LAIN

Pengalaman Negara Lain


Tipe organisasi otoritas pelabuhan di negara lain

Port Ownership Organisational type of port authority


Hamburg Municipal government Statutory port authority
Rotterdam Municipal government Government-owned limited corporation
Felixstowe Private Private company as the statutory authority
within and alongside the terminal. A public
trust, Harwich Haven Authority

UK Trust ports Uncertain (neither public or private) Statutory port authority


Los Angels Municipal government Government department
New York and New and state government Statutory port authority
Jersey
Vancouver Federal government Statutory port authority
Tokyo Municipal government Government department
Busan Central government Statutory port authority
Hong Kong Government Government department
Singapore Central government Statutory port corporation
Melbourne State government Statutory port corporation

Adopted: Chen (2009)


Perkembangan pengelolaan pelabuhan dunia (Chen 2009)
Bentuk Otoritas Pelabuhan di Belanda
Bentuk Otoritas Pelabuhan di China (SPIG)
Devolusi Kontinu Pengelolaan (Brooks 2004)
Pola Kompetisi Jasa
Pola Kompetisi di Bawah UU 17/08

Diperkirakan akan terjadi dua mekanisme


logis dari implementasi UU 17/08, yaitu;
1. Persaingan antar pelaku usaha termasuk
BUP. Bahkan antar OP ataupun OP-
Syahbandar
2. Perilaku Koopetasi : kompetisi+Kooperasi
Persaingan Kepelabuhanan
Akan terjadi pada ketiga jenis kompetisi
sekaligus yaitu:
1. Inter-port competition (pelabuhan-pelabuhan
dalam satu regional yang sama)
2. Intra-port competition (antar Operator
Terminal, PBM, penyedia jasa)
3. Intermodal transport competition (moda
kereta api, darat, udara, dan pipa akan
bersaing menuju dan dari pelabuhan)
Kompetisi berbasis biaya logistik

Port Market B
A Cho
sen
Path
ay

way
hw

Market A
t
Pa
ne

Chosen Pathway
os

Port Port
Ch

B D
Customer

Port
C
Shipper

Land Transport Shipping Line Land Transport

Total Logistics Cost


Dampak Dari Persaingan Jasa
– Posisi tawar pengguna jasa di semua lini meningkat dan
mengancam pangsa pasar operator pelabuhan
– Munculnya aliansi-aliansi usaha pelayaran berinvestasi
pada pengusahaan kepelabuhanan dan transportasi
darat
– Pelayaran punya tendensi untuk “mengadu” antar TO
atau PBM untuk memenuhi kepentingan mereka dan
hal ini dapat berdampak negatif bagi TO/PBM
– Fluktuasi permintaan jasa
– Ada TO/PBM yang overcapacity atau ada yang lain yang
lack of capacity
Jasa/Wilayah yang Cenderung Dipilih
– Aksesibiltas yang baik dengan pusat kargo
– Memiliki jaringan konektivitas yang bervariasi
– Lokasi dekat dalam arus rantai suplai
– Biaya (charges/handling) serta waktu yang bersaing
– Murahnya Biaya transport dari/ke
shipper/consignees
– Lokasi pelabuhan yang aman
– Fasilitas/peralatan pelabuhan yang lengkap tersedia
Koopetasi akan menjadi pilihan
Dengan kondisi Aksesibiltas yang baik dengan pusat kargo
dinamika dan hirarki jasa yang ada maka perilaku
kompetisi+kerjasama = koopetasi akan muncul dalam
bentuk:
– Pembentukan kerjasama operasi antar TO/PBM
– Aliansi strategis (konsorsium yang homogen) akan
timbul sebagai respon logis
– Koopetasi bahkan bisa terjadi tidak saja secara
horisontal bahkan memungkinkan secara vertikal
– Koopetasi akan cenderung berorientasi pada economies
of scale dan economies of scope
Merger PELINDO I-IV
Holding PELINDO I-IV
Diperkirakan positif karena faktor-faktor berikut:
• Meningkatkan nilai portofolio usaha induk
• Potensi mendapatkan dana segar relatif besar
• Menjadi operator dengan kapasitas jasa
terbesar (500-600 juta ton, 6-7 juta TEUs)
• Dengan catatan dilakukan lewat pendekatan
penggabungan tidak langsung guna menjamin
keunggulan heterogenitas usaha selama ini
The Distribution of 25 Strategic Ports

Sumatera

Celebes
West Irian Jaya

Papua
Borneo
Mollucas

Java

Bali

ANNUAL CAPACITIES OF 25 STRATEGIS PORTS


Operating Area for Indonesia Port Corporation I
45 – 55 million tons & 3-4 millions TEUs
Operating Area for Indonesia Port Corporation II
Operating Area for Indonesia Port Corporation III 35 – 44 million tons & 2-3 millions TEUs

Operating Area for Indonesia Port Corporation IV


24 – 34 million tons & 1-2 millions TEUs
Region of East Timor
14 – 24 million tons & 0.3 -1 millions TEUs

Less than 14 million tons & 0.3 million TEUs


Isu Peran Baru PELINDO
Pasal 344 UU 17/01
(1) Pada saat Undang-Undang ini berlaku, Pemerintah,
pemerintah daerah, dan Badan Usaha Milik Negara yang
menyelenggarakan pelabuhan tetap menyelenggarakan
kegiatan pengusahaan di pelabuhan berdasarkan Undang-
Undang ini.
(2) Dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Undang-
Undang ini berlaku, kegiatan usaha pelabuhan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan
Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib disesuaikan dengan ketentuan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
(3) Kegiatan pengusahaan di pelabuhan yang telah
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara tetap
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dimaksud.
Pasal “Karet” Berpotensi Negatif
• Kecenderungan BUP baru yang
berkarakteristik PBM mengakibatkan sulitnya
pengembangan fasilitas baru
• Wilayah eksis PELINDO menjadi sasaran
“perebutan”
• Pelimpahan aset yang tidak mudah
• Konflik yang tak terkendali dapat
mengakibatkan terhambatnya arus barang
Kebutuhan jasa yang perlu dilakukan

• Transformasi berbasis unit-unit yang efektif dan


inovatif (agile management) serta ramping
• Berorientasi pada pihak pengguna jasa langsung
ketimbang pihak ketiga
• Orientasi pada port centered logistics, yang
memberikan intensitas koordinasi dan konektivitas
antara moda transportasi
• Persoalan lingkungan perairan nasional
1Strategi Interaksi Glokalisasi
(Jangka Panjang – di atas 20 tahun)
Perkembangan keunggulan
(knowledge and competitiveness) sebuah pelabuhan

Orientasi Innovation leader

Foreland leader

Regional leader

Cluster leader

Hinterland leader

Waktu
Selama ini telah dicapai

Anda mungkin juga menyukai