Laporan Pendahuluan BP
Laporan Pendahuluan BP
BRONCHOPNEUMONIA
3. Etiologi
a. Bakteri
Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza,
klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
e. Aspirasi benda asing
f. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopnemonia adalah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit
menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna. (Smeltzer, Suzanne C,
2001)
5. Fatofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga
terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan
mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang
terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan
napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga
fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak
lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. (Smeltzer, Suzanne C, 2001)
Alveolus
Akumulasi secret
Set point bertambah
Reaksi peradangan pada
Obstruksi jalan napas bronchus dan alveolus
Fibrosus dan
pelebaran Respon menggigil
Gangguan ventilasi Rangsangan batuk
Atelektasis Reaksi
peningkatan
Bersihan jalan panas tubuh
Nyeri pleuritik
nafas tidak efektif Gangguan
difusi
Hipertermi
Gangguan rasa
Peningkatan nyaman nyeri Gangguan
frekuensi pertukaran
napas gas
Evaporasi
meningkat
8. Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2002), bronchopneumonia pada anak bila tidak ditangani
dengan baik akan mengakibatkan komplikasi sebagai berikut :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna
atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Otitis Media Acute
d. Infeksi sitemik
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
9. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2002), Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapy secepatnya
maka biasanya diberkan :
a. Penisillin 50.000 U/ kgbb/hari, ditambah dengan chloramfenicol 50-70
mg/kgbb/hari atau diberkan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti
Ampicillin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari
b. Pemberian oksigen, fisioterafi dada dan cairan intravena biasanya diperlukan
campuran glucose dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan
KCl 10 mEq / 500 ml/ botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang
makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis
gas darah arteri.
4. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa, pelpebra
anemis atau tidak, periksa prekordium dan adanya oedema palpasi:
seluruh dada terhadap impuls apikal, getaran dan nyeri tekan, palpasi
nadi dan oedema perifer
Perkusi : untuk mengetahui batas jantung
Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena kegiatan
jantung.
Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan hipotensi, tanda-tanda
sianosis pada mulut dan hidung, nadi cepat dan lemah.
5. Sistem gastro intestinal
Inspeksi : mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan pada abdomen
dan gerakan abdomen.
Auskultasi : untuk mengetahui frekuensi, nada dan intensitas bising usus
yang dihasilkan
Perkusi : mengetahui adanya gelembung udara dalam saluran cerna dan
pekak hati.
Palpasi : untuk merasakan adanya spasme otot, nyeri tekan, masa
krepitasi subkutan dan organ abdomen.
Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan diare, mual, muntah,
penurunan berat badan dan distensi abdomen.
6. Sistem neurologis
Inspeksi:untuk mengetahui penampilan umum dan perilaku pasien
Perkusi : mengetahui refleks pasien.
Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan gelisah, bila
suhu terus-menerus meningkat dapat menimbulkan kejang dan penurunan
kesadaran.
7. Sistem muskulo skeletal
Inspeksi : mengetahui keadaan penampilan umum dan keadaan
exstremitas.
Palpasi : mengetahui masa dan keadaan otot
Perkusi : untuk mengetahui adanya reflek dan kekuatan otot
Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan kelelahan,
tonus otot, email, penurunan kekuatan otot, dan intoleransi aktifitas.
8. Sistem urogenetalia
Inspeksi : mengetahui warna, tekstur, luka memar pada kulit dan
perhatikan keadaan panggul dengan adanya mass /pembesaran.
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi atau kedalaman 1. Tachipneu, pernapasan dangkal dan gerakan
tidak efektif keperawatan selama ......x 24 jam, jalan pernapasan dan gerakan dada dada sering terjadi karena ketidaknyamanan
berhubungan dengan napas bersih, dengan kriteria hasil : 2. Hisap secret sesuai kebutuhan 2. Merangsang batuk atau pembersihan jalan
akumulasi secret pada Jalan napas bersih napas secara mekanik pada pasien yang
Bronkhiolus Suara napas vesikuler tidak mampu melakukan karena batuk tak
Frekuensi napas 20- efektif
40 x/menit (menurut Katreen Morgan 3. Lakukan fisioterapi dada 3. Memudahkan pengeluaran secret
Speer (2008) 4. Auskultasi area paru catat adanya 4. Penurunan aliran udara terjadi pada area
Tidak ada dyspneu ronchi konsolidasi ronchi terjadi akibat respon
Tidak ada ronchi terhadap secret auskultasi area paru catat
adanya ronchi
5. Beri peningkatan kelembaban 5. Untuk mencegah pengerasan sekresi nasal
oksigen suplemen sesuai ketentuan. dan pengeringan membrane mukosa.
6. Kolaborasi untuk pemberian therapy 6. Memudahkan pengenceran dan pengeluaran
mukolitik (pengencer dahak) bila secret
memungkinkan berikan ekspektoran
atau nebulizer sesuai ketentuan
Perubahan proses Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kenali kekhawatiran dan 1. Dapat menurunkan stress
keluarga berhubungan selama .........x24 jam, terjadi kebutuhan orang tua untuk informasi
dengan hospitalisasi anak pengurangan ansietas keluarga, dan dukungan
dengan kriteria hasil : 2. Gali perasaan dan masalah 2. Memudahkan dalam pemilihan
seputar hospitalisasi dan penyakit intervensi
anak
cemas berkurang 3. Berikan informasi seputar 3. Untuk menurunkan ansietas yang
kesehatan anak dialami keluarga
4. Berikan dukungan sesuai 4. Meningkatkan kemampuan koping
kebutuhan 5. Meningkatkan pemahaman keluarga
5. Anjurkan perawatan yang
berpusat pada keluarga dan anjurkan
anggota keluarga agar terlibat dalam
perawatan.
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji frekuensi, kedalaman dan 1. Manifestasi distress pernapasan
berhubungan dengan selama .........x24 jam, gangguan kemudahan bernapas
meningkatnya akumulasi pertukaran gas dapat diatasi, dengan 2. Observasi warna kulit, membrane 2. Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi
secret kriteria hasil : mukosa, dan kuku, catat adanya atau respon tubuh terhadap demam
sianosis kuku
3. Kaji status mental 3. Gelisah dapat menunjukan
hipoksemia/penurunan oksigen serebral
4. Awasi frekuensi dan irama jantung 4. Tachikardi ada biasanya akibat demam
5. Pertahankan istirahat tidur 5. Menurunkan kebutuhan oksigen
6. Observasi penyimpanan kondisi, 6. Syok dan oedema paru adalah penyebab
catat sianosis, perubahan tingkat umum kematian
kesadaran dan gelisah
Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Resiko tinggi perubahan Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji perubahan tanda vital 1. Peningkatan suhu tubuh
suhu tubuh : Hipertermi selama .........x24 jam, resiko contoh : peningkatan suhu tubuh meningkatkan laju metabolic
berhubungan dengan hipertermi tidak terjadi, dengan setiap 4 jam sekali
proses inflamasi kriteria hasil : 2. Monitor intake out put 2. Memberikan informasi tentang
keadekuatan cairan
3. Berikan cairan intra vena atau 3. Pemenuhan kebutuhan cairan
peroral menurunkan resiko dehidrasi
4. Anjurkan dan berikan kompres 4. Menyebabkan vasodilatasi
hangat pembuluh darah sehingga memudahkan
penurunan suhu tubuh melalui evaporsi
5. Kolaborasi untuk pemberian 5. Berguna untuk menurunkan demam
obat antipiretik sesuai indikasi
Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji perubahan tanda-tanda vital 1. Peningkatan suhu / memanjangnya demam
kekurangan cairan tubuh selama .........x24 jam, resiko missal peningkatan suhu tubuh, meningkatkan laju metabolic
berhubungan dengan kekurangan cairan tidak terjadi, tachicardi dan hipotensi
hipertermi dengan kriteria hasil : 2. Kaji turgor kulit, kelembaban 2. Indikator langsung keadekuatan volume
membrane mukosa cairan, meskipun membrane mukosa mulut
kering karena napas mulut dan oksigen
tambahan
Tanda-tanda vital dalam batas 3. Pantau masukan dan haluaran 3. Memberikan informasi tentang keadekuatan
normal : TD : 86/54 mmhg, N : cairan dan kebutuhan penggantian
130 x/menit, R : 20-40 4. Tingkatkan asupan cairan sedikitnya 4. pemenuhan kebutuhan cairan menurunkan
x/menit, S : 36,5-37 C 120 ml/kg BB/hari resiko dehidrasi
DAFTAR PUSTAKA
Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002