Anda di halaman 1dari 13

Nama Kelompok:

1. Yeni Sarif (1513023047)


2. Sayyidah Eka P (1513023051)

CERPEN PESONA KIMIA: POOR PHOSPHORUS

Fosforus POV

Hai, perkenalkan namaku Fosforus, atau orang biasa memanggilku Fosfor.

Aku adalah suatu unsur yang unik –aku tidak bilang diriku cantik, aku bilang aku
unik-. Apa kau pernah lihat cairan yang dapat bercahanya di dalam gelap? Itu adalah
hasil karyaku. Apa kalian juga tahu kembang api? Yang selalu orang mainkan ketika
tahun baru tiba, yang bersinar begitu indah jika dimainkan pada malam hari dan akan
membuat orang tersenyum jika melihatnya. Itu juga salah satu karyaku. Aku juga
sangat berpengalaman dalam membentuk bahan peledak, korek api, bahkan akhir-
akhir ini karirku merambat pada pembuatan pasta gigi, detergen dan juga pupuk.
Walau banyak yang mengejekku karena tampangku yang aneh serta aroma tubuh
yang mengeluarkan bau tak sedap. Tapi aku selalu punya senjata pamungkas, aku
memiliki racun yang mematikan, barang siapa yang terkontaminasi dengan tubuhku
pasti mereka akan mati atau paling tidak, sang korban bisa mengalami gejala seperti
mual, perut kram serta kulitnya bisa terbakar bila terkena uap yang aku timbulkan.

Bahkan banyak yang memandangiku dengan tatapan aneh karena aku takut dengan
sinar matahari. Kalian tahu? Aku mungkin adalah murid paling teladan di seluruh
dunia. Aku selalu datang ke sekolah paling pagi bahkan sebelum mentari
menunjukkan batang hidungnya dan pulang ketika malam tiba. Alasanku melakukan
hal itu adalah untuk menghindari sinar matahari. Yaaa, sinar matahari! Mereka tidak
tahu, jika tubuhku terkena sinar matahari maka tubuhku yang putih (Fosfor Putih) ini
akan berubah menjadi merah (Fosfor Merah). Yang paling aku takutkan adalah ketika
tubuhku mulai berubah maka aku tidak beracun lagi, dan aku tahu, mereka akan
semakin gencar melakukan tindak bullying padaku. Huhuhu nasibku sangat
menyedihkan.

Akan kuceritakan sedikit tentang kisah cintaku. Aku… sepertinya aku sedang jatuh
cinta pada unsur  paling popular baik itu di kalangan siswa SMA SPU maupun di
kalangan manusia. Namanya Hidrogen, ia termasuk unsur yang berbentuk gas yang
sangat mudah terbakar walaupun dalam konsentrasi rendah sekalipun. Hidrogen
sangat dibutuhkan manusia karena kelebihannya yang dapat meningkatkan kejenuhan
minyak hingga akhirnya minyak tersebut dapat menjadi margarin yang biasa
digunakan para ibu untuk membuat kue di rumah. Selain itu Hidrogen juga dapat
menjadi bahan bakar bersama dengan Oksigen (sahabat baikku). Ketika terbakar,
Hidrogen melepaskan energi berupa panas dan menghasilkan air sebagai bahan
buangan (2H2 + O2 —> 2H2O). Sama sekali tidak mengeluarkan karbon. Jadi
penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar sangat membantu mengurangi polusi
karbon dioksida (CO2) dan juga karbon monoksida (CO) sehingga sekaligus
mengurangi efek rumah kaca. Sungguh menakjubkan bukan? Menurutku Hidrogen
adalah salah satu calon menantu yang paling di inginkan setiap orang tua di kotaku
ini, Sistim Periodik Unsur. Gadis waras mana yang tidak akan terpikat olehnya?
Aku bertemu dengannya saat sedang menjalankan tugas bersama Oksigen, yang
ternyata kami dibutuhkan untuk menjadi bahan utama dalam pembuatan pupuk.
Tanpa diduga kami –Aku dan Oksigen- (PO 4) diharuskan berikatan dengan Hidrogen
(H3PO4).
Aku tak dapat melupakan hari itu, hari di mana aku melihatnya untuk pertama kali.
Dia berjalan dengan tegapnya serta memancarkan karisma yang bercipratan ke mana-
mana hingga mengenai hatiku. Jika kalian pernah menonton serial drama Korea Boys
Before Flowers gambaran paling mendekati adalah tokoh Gu Joon Pyo. Hidrogen
seperti itu, dengan ketampanan yang berkelebihan miliknya, dia membuat orang akan
menoleh dua kali ketika ia lewat. Benar-benar sosok pangeran dalam kehidupan
nyata! Tidak salah kalau banyak yang mengidolakan si Hidrogen. Dia begitu
memesona.

Oksigen memandangiku dengan tatapan mencela “Dia terkenal playboy, aku dengar
dia pernah membuat Klor dan Natrium bertengkar hebat karena memperebutkannya”
seragah Oksigen ketika aku menceritakan tentang ketertarikanku pada Hidrogen. Aku
hanya tersenyum mendengar ketidaksetujuannya yang blak-blakan. Aku memang
pernah mendegar Hidrogen menjalin hubungan dengan beberapa unsur yang juga tak
kalah popular dengannya, namun itu tak menyurutkan rasa sukaku pada Hidrogen.
Aku lihat Oksigen membelalakkan mata karena aku hanya menanggapi ucapannya
dengan senyuman.

“Itu tidak masalah..” kataku seadanya “Cinta tak memandang masa lalu orang lain..”

Oksigen menciptakan pose seperti orang muntah “Makan itu cinta jika kau telah
menjadi korbannya wahai sahabatku yang polos Fosforus..” katanya malas.

Aku hanya terkikik melihat reaksinya.

***

Aku telah memutuskannya. Semalaman aku berpikir dan pagi ini keputusanku telah
bulat.

Pagi-pagi sekali aku berdiri di depan lokernya Hidrogen, dengan memegang secarik
surat yang telah ku lipat rapi sekali, tak lupa aku memberinya sedikit parfume aroma
lavender.

Kuedarkan pandangan ke sekeliling, memastikan tak ada orang yang akan melihat.
Sip! Suasana sepi.
Sekali lagi dengan pandagan ragu, kutatap surat di tanganku ini. Apa isinya
berlebihan? Atau kata-katanya ada yang aneh? Semoga Hidrogen tidak
mentertawakan tulisan tanganku yang kurang rapi. Mungkin aku terlalu sibuk
memikirkan semua kemungkinan buruk yang akan terjadi begitu Hidrogen membaca
surat pengakuan perasaan dariku untuknya ini -atau bisa disebut surat cinta?- ketika
sebuah suara melengking namun terdengar arogan menyadarkanku dari lamunan.

“Apa yang kau lakukan di sini? Di depan loker Hidrogen?”

Aku berbalik dan cepat-cepat menyembunyikan suratku di balik punggung. Ku lihat


trio logam mulia bersidekap, masing-masing dari  mereka menatapku dengan tatapan
mencela, meremehkan, dan ada pula yang mendelik jijik melihat tampangku. Heii dia
pikir aku ini gumpalan sampah?

Mereka adalah Aurum (Emas), Argentum (Perak) dan Cuprum (Tembaga) sang trio
logam mulia dengan Aurum sebagai leader mereka. Mereka begitu angkuh dan
berpikiran bahwa mereka adalah unsur yang paling cantik sehingga tak ada yang
boleh mengalahkan kecantikan mereka. Mereka memang cantik aku akui itu, para
manusia itu juga mengakuinya hingga menghargai mereka dengan harga tinggi
khususnya untuk Aurum. Ketenaran yang mereka miliki membuatnya menjadi sok
berkuasa dan senantiasa menindas unsur berwajah mengenaskan sepertiku. Aku
meringis, dari sekian banyak waktu yang ada, kenapa harus berurusan dengan mereka
di saat seperti ini?

“Hei kau tak punya telinga? Aurum bertanya apa yang kau laukukan di sini?” bentak
Argentum ketika menyadari aku tak kunjung menjawab pertanyaan leader mereka.

“Hanya kebetulan lewat..” gumamku pelan

“Aurum, dia menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya” Cuprum mengedikkan


kepala ke arah ku sambil memalingkan wajahnya pada Aurum.
Habislah aku. Tamat sudah riwayat hidupku. Aku harus meminta maaf pada tuan
Henning Brand seorang ilmuan yang menemukanku karena aku tak dapat
mempertahankan hidupku lagi. Mereka menyadari surat yang ku sembunyikan. Aku
dapat melihat Aurum tersenyum sinis, dia menyeringai sambil memberi isyarat pada
dua kacungnya untuk menahanku. Aku gelagapan, ingin lari tapi tak bisa. Ohh
bagaimana ini?

Argentum dan Cuprum berhasil memegangi tubuhku dan Aurum dengan cepat
merebut suratku. Aku meronta demi merebut balik surat yang kini telah dibacakan
Aurum keras-keras, aku malu.. sangat malu..

“….aku ingin jujur, aku telah jatuh hati saat pertama melihatmu..”

Aku ingin mati saja

“… di mataku kau bagaikan pangeran berkuda putih..”

Ya Tuhan cabutlah nyawaku sekarang juga

“..akankah hidupku akan berakhir bagaikan drama Secret Garden? Yang


menceritakan kisah antara tuan muda Kim Joowon seorang pengusaha muda yang
tampan dan kaya raya, namun pada akhirnya jatuh cinta pada seorang gadis biasa
seperti Gil Ra Im dengan kehidupannya yang keras dan serba kekurangan?..”

Aurum memutar bola mata sarkartis sebelum melucutiku dengan tatapan tajam dan
mengintimidasi. Dia menatap tak percaya pada kertas suratku yang sekarang terlihat
lusuh di tangannya kemudian berganti menatapku lagi

“Aku tahu kau pecundang, tapi apa ini? Kau tak sadar diri? Apa kau tidak berkaca
dulu sebelum menulis ini? Atau perlu kubelikan kaca sekalian?” semburnya seketika.
Argentum terlihat bahagia melihat penderitaanku “Apa yang harus kita lakukan
dengan kutu sampah ini?” tanyanya menggebu-gebu

“Kurung di toilet wanita atau kita ikat dia di belakang sekolah? Terserah pilih saja
yang lebih mengasyikkan” Cuprum berkomentar sambil mengangkat sebelah alisnya.

Aku benar-benar tak tahan. Cukup sudah mereka memperlakukanku seperti semut
kecil tak berdaya yang dapat mereka perlakukan seenaknya. Sebenarnya aku telah
cukup bersabar dengan tidak mengeluarkan racunku untuk mereka bertiga. Sempat
terlintas dibenakku untuk mengeluarkan uap panas agar kulit mereka yang katanya
sehalus sutera itu melepuh dan menjadi tidak cantik lagi, sementara itu Cuprum  dan
Argentum tengah sibuk menunggu keputusan Aurum.

Aurum menerawang sambil menyeringai kejam “Bagaimana..kalau..kita—“ kata-


katanya yang tersendat-sendat itu -entah apa maksudnya bicara sepotong-sepotong,
untuk memaksimalkan ketegangan yang terjadi, mungkin- terhenti ketika sebuah
tangan yang jenjang dan kekar merebut suratku yang tadinya berada pada Aurum.
Entah sudah berapa kali surat malangku itu berpindah tangan untuk hari ini.

“Surat ini untukku bukan?” sebuah suara berat yang terdengar membuatku gemetaran.
Sumpah aku mengenali suara itu! Hidrogen.

Aku tercengang dengan wajah pucat seperti mayat. Argentum dan Cuprum yang tadi
menahanku juga refleks melepaskan tubuhku. Aurum juga tak kalah terkejut melihat
kehadiran Hidrogen. Anehnya walaupun tubuhku bebas sekarang, namun tetap saja
aku kesulitan bergerak. Dapat kulihat Hidrogen menatapi trio logam mulia dengan
tatapan tajam dan menakutkan. Aku semakin gemetaran dibuatnya. Tiba-tiba aku
menyesali tekadku yang begitu membara semalam, ternyata tekad itu membawa
malapetaka bagiku!
“Hi…hid..ro..gen” gumamku terbata karena gemetaran. Trio logam mulia yang
tadinya seperti burung beo yang tak henti berceloteh menghinaku sekarang bagai
penyandang tuna wicara. Apa mulutnya hilang? Atau pita suaranya berputusan? Jika
digambarkan dengan judul lagu, lagu mendayu dari d’masiv sangat cocok untuk
mereka ‘diam tanpa kata’.

Hidrogen terlihat meneliti isi suratku, sebelum kepalanya terangkat menatapku datar .

“Fosfor… kau menyukaiku?” sebelah alisnya terangkat

Ada jeda yang cukup lama sebelum susah payah aku menganggukkan kepala, mau
bagaimana lagi? Semua sudah tertulis dengan jelas di surat itu, tak ada pilihan lain
selain mengakuinya.

Aku lihat Hidrogen menyeringai, sudut bibirnya terangkat naik sedikit-demi sedikit.
Aku meringis mengapa banyak sekali orang yang menampilkan seringaian-
seringaiannya untukku pagi ini. Hidrogen yang menyeringai seperti itu, membuatnya
menjadi 3 kali lebih tampan dari sebelumnya. Oh.. astaga! Sempat-sempatnya aku
terpesona di saat seperti ini.

“Kalau begitu mulai hari ini kau jadi pacarku, kita berpacaran!” kata Hidrogen.
Tegas. Dingin. Tak berbantahkan.

Sontak kata ‘APA?’ menggema bersamaan dari mulutku dan mulut ketiga unsur sok
popular di sekolah. Dengan nada keterkejutan yang sama dan dengan ekspresi aneh
yang sama.

Heii seseorang, siapa saja tolong tamparlah wajahku! Ini mimpi atau kenyataan??

***
Aku benar-benar merasa seperti itik buruk rupa yang berubah menjadi cinderella
hanya dalam sekejap. Waah Hidrogen sungguh memperlakukanku bak puteri
kerajaan! Aku merasa sangat tersanjung ketika tiba-tiba dapat kiriman mawar merah
darinya. Atau ketika dia membuatku tersipu malu karena gombalan yang sengaja
dilontarkannya untuk membuat ku malu. Atau ketika aku sedang bosan di sekolah
menunggu malam tiba untuk pulang ke rumah, dia senantiasa menawarkan diri untuk
menemaniku atau mengantarkan ku pulang ke rumahku di blog VA no 15, padahal
rumahnya berada di blog IA yang jaraknya cukup jauh.

“Sangat bahaya bagi gadis kecil sepertimu jika pulang malam-malam seperti ini”
begitu katanya ketika ia bersikeras mengantarku pulang malam itu.

Baru seminggu kami berpacaran dan sungguh tak terhitung sebesar apa kebahagiaan
yang aku rasakan, bahkan mungkin tak dapat digambarkan dengan apa pun. Aku
sangat bahagia, namun ketidaksetujuan dari Oksigen sungguh mengganjal pikiranku.

“Hidrogen itu bagaikan jelmaan buaya darat! Kau benar-benar telah terpedaya
olehnya. Walau aku tak tahu apa tujuannya berpacaran dengamu, tapi aku yakin ada
sesuatu hingga dia mau menjadi pacarmu..” kata Oksigen dengan nada tak yakin.

Emosiku sedikit terpancing mendengar ucapannya “Kau meremehkanku ya?”

“Tidak! Astaga.. bukan maksudku meremehkanmu Fosfor.. Aku hanya… punya


firasat buruk tentang hal ini. Percayalah.. Aku sudah terlalu sering melakukan proses
pembakaran bersamanya sedikit banyak aku telah mengetahui keburukannya”

“Kau selalu berburuk sangka terhadapnya..” nada suaraku sedikit melunak. Tak dapat
dipungkiri kalau aku juga merenungkan apa yang Oksigen katakan. Oksigen tidak
pernah membohongiku, aku selalu percaya padanya dan jika Oksigen benar-benar
menentang, itu berarti ada sesuatu.
“Wah sepertinya kau sudah benar-benar dibutakan oleh cinta. Sebaiknya aku pergi,
karena jika kita tetap berdebat seperti ini kita pasti akan bertengkar hebat, dan
mungkin tidak akan ada lagi yang namanya senyawa fosfat (PO 4). Aku akan
mengunjungimu lagi ketika kabut cinta dari Hidrogen yang membutakan matamu itu
telah hilang ditiup angin topan..” kata Oksigen dengan wajah malas “Aku pergi
dulu..”
Oksigen tidak tahu, aku terus memikirkan kata-katanya. Oksigen tidak tahu, bahwa
ucapannya tempo hari membuatku lebih sering melamun dan termenung. Aku tahu
Oksigen berbaik hati ingin menyadarkanku. Sepertinya dia benar, mata hatiku telah
dibutakan oleh kabut cinta Hidrogen, karena seberapa besar aku memikirkan
ketidaksetujuan Oksigen, seberapa keras aku merenungkan ucapan Oksigen,tetap saja
cintaku pada Hidrogen tidak berkurang.

Hingga sesuatu terjadi ketika waktu itu aku ingin mengunjungi Hidrogen di kelasnya
bermaksud memberinya kejutan. Pintu kelas yang tak tertutup rapat membuatku dapat
mendengar perbincangan beberapa pemuda, awalnya aku memang tak bermaksud
menguping namun percakapan mereka terdengar mencurigakan karena aku
mendengar suara Hidrogen dan sepertinya hal itu ada kaitannya denganku.

“Tahanlah seminggu lagi, kau tak ingin perjuanganmu selama seminggu ini berakhir
sia-sia kan?” samar-samar aku mendengar suara seorang pemuda.

“Aku hampir muak setiap hari melihat wajahnya!” itu suara Hidrogen, dari nada
bicaranya sepertinya dia benar-benar frustasi “Akhir-akhir ini aku lebih sering
menjadi pupuk bersama si freak girl Fosfor dan sahabat baiknya yang juga tak kalah
freak Oksigen, dan kau tahu betapa membosankannya hal itu? Haaah aku jadi rindu
menjadi asam klorida bersama Klor (HCl) lebih menyenangkan dan sangat memacu
adrenalin.”
APHAA?? WHAT THEE??

‘Si freak girl Fosfor?’

‘Dan sahabatnya yang tak kalah freak Oksigen?’

Emosiku langsung mendidih mendengarnya. Tanganku terkepal erat hingga buku-


buku jariku memutih. Gigiku menggertak karena berusaha menahan emosi.
Hidrogen… tega-teganya dia…

Aku tak tahan lagi ketika mendengar suara lain yang menyahuti ucapan Hidrogen tadi
“Tapi tak apa, kalau kau menyerah uang taruhannya akan menjadi milik kami..”
kemudian disusul dengan suara tawa dari yang lain.

Jadi.. aku hanya barang taruhan?

Keheningan langsung terjadi ketika aku mendobrak pintu kelas Hidrogen dengan
kasar. Tatapan semua orang sekarang tertuju kepadaku, dapat kulihat raut
keterkejutan di wajah Hidrogen begitupun wajah ke keempat temannya sesama gas
Helium, Neon, Argon dan Kripton.

“Fosfor.. kau.. di sini?” tanya Hidrogen terbata. Dih, ada apa dengan suaranya?
Setelah tadi dia puas menghinaku dengan suara angkuhnya dan sekarang nada
suaranya terdengar lembut. Tsk!

“Ya, aku di sini dan sangat bersyukur karena tak melewatkan sedikit pun!” suaraku
mendesis menyindir mereka. Kutatap mereka satu persatu yang hanya bisa
menunjukkan wajah tegang serta gugup bagai maling sandal jepit yang tertangkap
basah sedang mencuri.
“Melewatkan apa? He..hei.. aku tak mengerti maksudmu” Hidrogen menampilkan
wajah innocentnya, aku jadi semakin muak meliat tampangnya. Kurasa dia bisa jadi
aktor terkenal kelak, aktingnya benar-benar patut diacungi jempol.

“Apa membuatku jadi bahan taruhan begitu menyenangkan? Apa aku terlihat sangat
tidak berharga sehingga kalian dapat menginjak-injak harga diriku seenaknya?”
Nafasku terengah-engah menahan emosi yang berkobar-kobar sedari tadi.
Kesabaranku juga ada batasnya.

“Ketahuilah..” aku menatap mereka satu persatu “Kalian bahkan terlihat lebih
menjijikkan dari binatang sekalipun” kataku penuh penekanan, kulihat wajah
keterkejutan mereka mendengar kata-kataku yang cukup kejam.

“Hidrogen.. aku tahu aku unsur yang tidak cantik, tapi aku juga punya perasaan! Aku
juga sama seperti unsur lain yang jika dikhianati juga akan merasa sakit. Tidak kah
kau sadar itu? Tidak pernah kah kau pikirkan perasaan unsur lain yang selalu kau
sakiti? Melihatmu begini aku bahkan ragu kau punya hati hanya untuk tersentuh
melihat kepedihan yang dirasakan korbanmu..”

Aku mengela nafas kasar berusaha menenangkan diri sendiri “Kalian harus bersyukur
karena aku sedang bermurah hati karena tidak mengeluarkan racunku yang
mematikan” kataku tajam “..dan untukmu Hidrogen, kuharap ini yang terakhir. Jika
sampai aku dengar kau mempermainkan peraasan orang lain lagi, maka habislah kau
di tanganku! Aku sendiri yang akan menghabisimu! KITA PUTUS” teriakku di
depan wajah Hidrogen.

Aku lihat wajahnya yang biasa tak pernah luput dipuja-puja orang, kini menunjukkan
ekspresi yang tak dapat dideskripsikan dengan kata-kata. Aku tahu dia pasti terkejut
sekaligus tak menyangka aku sang Fosfor berani bertindak seperti ini, mana ada unsur
lain yang mampu berteriak sambil mengancam akan menghabisisnya seperti aku.
Setelah puas menumpahkan amarahku, dengan langkah panjang aku meninggalkan
tempat terkutuk itu. Ya Tuhan.. aku benar-benar merasa bersalah pada Oksigen.

***

“Hiks.. HUAAA”

“Bukankah aku sudah bilang Hidrogen bukan unsur yang baik? Lihat siapa yang
datang kepadaku dengan berlinang air mata sekarang” Oksigen berdecak kesal
melihatku menangis meraung-raung sambil terus menyodorkan sekotak tissu.

“Aku.. hiks.. aku tak menyangka akan berakhir jadi bahan taruhan..”

“Uuu siapa ini yang terlihat lebih menyedihkan daripada mawar layu yang kekeringan
karena dehidrasi di dalam vase sana..” Oksigen menyindirku sambil mengedikkan
kepala ke arah mawar merah pemberian Hidrogen beberapa hari lalu. Hisss..aku jadi
mengingat nama itu lagi, aku benci mengingatnya! Maka segera kusambar mawar
yang sekarang telah layu dan sedikit gugur itu lalu melemparnya keluar jendela
dengan kasar. Oksigen terkekeh melihat tingkahku, aku jadi kesal.

Aku minta dia datang ke rumah untuk menghiburku, kenapa dia malah menikmati
penderitaanku? Oksigen benar-benar tidak punya bakat menenangkan orang
“Oksigen,, kalau kau hanya ingin tertawa melihatku yang jadi menyedihkan seperti
ini, lebih baik kau pulang saja, aku tak butuh ditertawakan” kataku dengan nada
merajuk

Oksigen tak menanggapi pengusiranku yang terang-terangan itu, dia malah


menyodorkan kotak tissu untukku “Heii sudahlah, salahmu juga tak mau
mendengarkan kata-kataku”
“Hiks, sekali itik buruk rupa, tetap saja itik buruk rupa. Tidak akan pernah menjadi
cinderella..”

“Mana bisa itik buruk rupa berubah jadi cinderella. Di dalam cerita, itik buruk rupa
berubah jadi angsa yang cantik, bukan cinderella. Jangan menggabungkan dua
dongeng menjadi satu, Fosforus..”

“HUAAAAA..”

“Heii sudah jangan menangis lagi, buang saja Hidrogen ke selokan sekolah besok jika
kau masih kesal” Oksigen terkekeh pelan, mungkin membayangkan hal konyol yang
baru saja ia katakan “Eh, ku dengar unsur gas bernama Xenon manis juga, mau ku
jodohkan dengannya?” sambungnya lagi sambil menaik turunkan alisnya.

“HUAAA.. AKU TAK MAU LAGI BERURUSAN DENGAN YANG NAMANYA


CINTAAAA..”

‘Patah hati tak selalunya dapat disembuhkan dengan jatuh hati lagi..’

***SELESAI***

Anda mungkin juga menyukai