Asma Anak-1
Asma Anak-1
DOSEN PEMBIMBING
Dr. Tri Ratnaningsih.,S.Kep.Ns,M.Kes
NAMA KELOMPOK:
1. ILHA IDY ILYAS A (201701177)
2. KUSMAWATUN (201701205)
3. ROSSALIA DWI A (201701191)
KABUPATEN MOJOKERTO
TAHUN 2019-2020
KATA PENGANTAR
Penyusun
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
bab I.........................................................................................................................5
LAPORAN PENDAHULUAN..............................................................................5
1.2 Etiologi......................................................................................................5
1.5 Patofisologi................................................................................................7
1.6 Pathway.....................................................................................................8
1.7 Penatalaksanaan.........................................................................................8
1.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................9
1.9 Kompllikasi.............................................................................................11
bab II.....................................................................................................................12
2.1 Pengkajian...............................................................................................12
2.3 Diagnosa..................................................................................................16
2.4 intervensi.................................................................................................16
2.5 Implementasi...........................................................................................23
2.6 Evaluasi...................................................................................................23
bab III....................................................................................................................24
PENUTUPAN.......................................................................................................24
3.1 Kesimpulan..............................................................................................24
3.2 Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
I.2 Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukkan dasar gejala
asma yaitu inflamasi dan respons saluran nafas yang berlebihan ditandai
dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor (esudasi plasma
dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsangan sensori), dan function
laesa (fungsi yang terganggu). Dan radang harus disertai dengan infiltrasi
sel-sel radang. (Sudoyo Aru dkk)
Sebagai pemicu timbulnya serangan serangan dpat beruoa infeksi (infeksi
virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan
(debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari,
bau asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat,
biji-bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian,
tertawa terbahak-bahak), dan emosi.
1. Tingkat I
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi
paru.
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun
dengan test provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
a. Tanpa keluhan
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi
jalan nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah
diserang kembali.
4. Tingkat IV
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi
jalan nafas.
5. Tingkat V
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara
terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas
yang reversibel.
c. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti kontraksi otot-
otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak
letih, takikardi.
I.5 Patofisologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu alergi
dan psikologis kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya
kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus
pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya
produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas
dan penumpukan udara pada jalan nafas maka akan menimbulkan
gangguan seperti ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak
merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas ditingkat alveoli.
Tiga kategori asma (asma akstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yang
disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit
atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat
asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering
ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang
spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memicu serangan
asma.
I.6 Pathway
I.7 Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale:
I.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Test diagnostik
1. Foto Thoraks
b. Test Laboratorium
a) Analisa Gas Darah
dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi
pernapasan karena obstruksi berat atau keletihan, atau bila pasien
tidak berespon terhadap tindakan. Respirasi alkalosis ( CO₂
rendah) adalah temuan yang paling umum pada pasien asmatik.
Peningkatan PCO₂ (kekadar normal atau kadar yang menandakan
respirasi asidosis) seringkali merupakan tanda bahaya serangan
gagal napas. Adanya hipoksia berat, PaO₂ < 60 mmHg serta nilai
pH darah rendah.
b) Sputum.
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asma
yang berat,karena hanya reaksi yang hebat saja yang
menyebabkan transudasi dari adema mukasa, sehingga terlepaslah
sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan gram
penting untuk melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji
resistensi terhadap beberapa antibiotik.
c) Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi.
SGOTdan SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati ak
ibat hipoksia atau hiperkapnea.
d) Sel eosinofil
Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat men6apai
1000-1500/mm3 baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik,
sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-200/mm3.
Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil
menunjukkan pengobatan telah tepat.
I.9 Kompllikasi
a. Status asmatikus
b. Pneumothorax
c. Asidosis respiratorik
d. Gagal nafas
e. Kematian
BAB II
KONSEP ASKEP ASMA
II.1 Pengkajian
A. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada
asma episodikyang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun,
dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun
dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik
dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur
8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim
3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran
pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk
jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan
laki-laki.
B. Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas
C. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
D. Riwayat penyakit terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
E. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu,
disamping faktor yang lain.
F. Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di
rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok
dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.
G. Riwayat tumbuh kembang
Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram
mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi
ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7
kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun. Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12
tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77. Tapi ada rata-rata TB pada usia
pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun. Pada
anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
Tahap perkembangan
Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa
bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika
anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan
menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase
oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak
berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat
dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke
ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase
pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum
sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar
dan magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai
melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi,
memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan
peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah
untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,
pendek-tinggi, baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin,
membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –
Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya
terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit
atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari
2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4
kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar
seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat
menerima atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa
orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari
bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain
yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan
pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat,
berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
H. Riwayat imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara
lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
I. Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari. Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat
badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
II.3 Diagnosa
1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
2) Ketidak efektifan pola nafas
3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Intoleransi aktifitas
5) Kurangnya pengetahuan tentang masalah penyakitnya
II.4 intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Tidak Jalan nafas 1. Auskultasi bu 1. Beberapa
efektifnya kembali efektif. nyi nafas, catat derajat spasme
bersihan jalan K.H: adanya bunyi bronkus terjadi
nafas Sesak nafas, dengan obstruksi
berhubungan berkurang, misalnya : jalan nafas. Bunyi
dengan batuk wheezing, nafas redup
akumulasi berkurang, klien ronkhi. dengan ekspirasi
mukus. dapat mengi
mengeluarkan (empysema), tak
sputum, ada fungsi nafas
wheezing (asma berat).
berkurang/hilan 2. Takipnea
g, tanda vital 2. observasi biasanya ada pada
dalam batas frekuensi beberapa derajat
norma,l keadaan pernafasan catat dan dapat
umum baik. rasio inspirasi ditemukan pada
dan ekspirasi. penerimaan selama
strest/adanya
proses infeksi
akut. Pernafasan
dapat melambat
dan frekuensi
ekspirasi
memanjang
dibanding
inspirasi.
3. Peninggian
3. berikan kepala tidak
posisi yang mempermudah
aman, fungsi pernafasan
misalnya : dengan
peninggian menggunakan
kepala tidak gravitasi.
duduk pada
sandaran. 4. Batuk dapat
4. Observasi menetap tetapi
karakteristik tidak efektif,
batuk, menetap, khususnya pada
batuk pendek, klien lansia, sakit
basah. Bantu akut/kelemahan.
tindakan untuk
keefektipan
memperbaiki
upaya batuk. 5. Penggunaan
5. Berikan air cairan hangat
hangat dapat menurunkan
spasme bronkus.
6. Membebaskan
6. Kolaborasi spasme jalan
obat sesuai nafas, mengi dan
indikasi. produksi mukosa.
Bronkodilator
spiriva 1×1
(inhalasi).
2. Tidak Pola nafas 1.observasi 1. Kecepatan
efektifnya pola kembali efektif. frekuensi biasanya mencapai
nafas K.H: kedalaman kedalaman
berhubungan Pola nafas pernafasan dan pernafasan
dengan efektif, bunyi ekspansi dada. bervariasi
penurunan nafas normal Catat upaya tergantung derajat
ekspansi paru. atau bersih, pernafasan gagal nafas.
TTV dalam termasuk Expansi dada
batas normal, penggunaan terbatas yang
batuk otot bantu berhubungan
berkurang, pernafasan / dengan atelektasis
ekspansi paru pelebaran nasal. dan atau nyeri
mengembang. dada
2. Auskultasi 2. Ronki dan
bunyi nafas dan wheezing
catat adanya menyertai
bunyi nafas obstruksi jalan
seperti krekels, nafas / kegagalan
wheezing. pernafasan.
3. Tinggikan 3. Duduk tinggi
kepala dan memungkinkan
bantu ekspansi paru dan
mengubah memudahkan
posisi. pernafasan.
4. Observasi 4. Kongesti
pola batuk dan alveolar
karakter sekret.mengakibatkan
batuk sering/iritasi.
5. Dorong/bantu 5. Dapat
pasien dalam meningkatkan/ban
nafas dan yaknya sputum
latihan batuk. dimana gangguan
ventilasi dan
ditambah ketidak
nyaman upaya
bernafas.
6. Kolaborasi 6. Memaksimalkan
- Berikan bernafas dan
oksigen menurunkan kerja
tambahan nafas, memberikan
- Berikan kelembaban pada
humidifikasi membran mukosa
tambahan dan membantu
misalnya : pengenceran
nebulizer sekret.
II.5 Implementasi
1. mengauskultasi bunyi nafas, mencatat adanya bunyi nafas, misalnya :
wheezing, ronkhi.
3. memberikan posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada
sandaran.
17. membantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
19. memberikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
20. memeberikan health education kepada ibu klien tentang asma dan apa yang
harus di lakukan orang tua terhadap anaknya.
II.6 Evaluasi
1. Sesak sudah berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum,
wheezing berkurang/hilang, tanda vital dalam batas norma,l keadaan umum
baik.
2. Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal,
batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.
3. Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit
baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12
kali/menit, berat badan dalam batas normal.
4. KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri,
kekuatan otot terasa pada skala sedang
5. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.
5.
BAB III
PENUTUPAN
III.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
Hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; peny
empitan ini bersifat sementara. Ada beberapa hal yang merupakan faktor
predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma .Manifestasi klinik pada
pasien asma adalah batuk, dyspnoe,dan wheezing. Pada sebagian penderita
disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas
cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak
otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.Asma dibagi atas dua
kategori,yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan olehalergi seperti debu,
binatang, makanan, asap(rokok) dan obat-obatan. Klien denganasma alergi
biasanya mempunyai riwayat keluargadengan alergi dan riwayat alergirhinitis,
sedangkan non alergi tidak berhubungan secaraspesifik dengan
alergen.Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan
pada pemahaman mengenai pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi
menjadi dua,yaitu: penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan
penatalaksanaan asma di luar serangan (controller). Komplikasi yang dapat
terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gagal nafas,
bronkhitis dan fraktur iga
III.2 Saran
Marilah kita sama-sama mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin dan
mengambil manfaat dan ilmu yang terkandung di dalam makalah ini
guna pengembangan yang ada pada diri kita masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
academia.(n.d.).1.Retrievedseptember25,2019,from1:
https://www.academia.edu/35518253/_Asuhan_Keperawatan_Pada_Anak_Denga
n_Penyakit_Asma_Bronchial_