Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN ASMA

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Tri Ratnaningsih.,S.Kep.Ns,M.Kes

NAMA KELOMPOK:
1. ILHA IDY ILYAS A (201701177)
2. KUSMAWATUN (201701205)
3. ROSSALIA DWI A (201701191)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI

KABUPATEN MOJOKERTO

TAHUN 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Mojokerto, 30 september 2019

Penyusun

Kelompok
DAFTAR ISI

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


ANAK DENGAN ASMA.......................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

bab I.........................................................................................................................5

LAPORAN PENDAHULUAN..............................................................................5

1.1 Definisi Asma............................................................................................5

1.2 Etiologi......................................................................................................5

1.3 Klasifikasi Asma.......................................................................................5

1.4 Manifestasi Klinis......................................................................................6

1.5 Patofisologi................................................................................................7

1.6 Pathway.....................................................................................................8

1.7 Penatalaksanaan.........................................................................................8

1.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................9

1.9 Kompllikasi.............................................................................................11

bab II.....................................................................................................................12

KONSEP ASKEP ASMA....................................................................................12

2.1 Pengkajian...............................................................................................12

2.2 Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem..............................................15

2.3 Diagnosa..................................................................................................16

2.4 intervensi.................................................................................................16

2.5 Implementasi...........................................................................................23

2.6 Evaluasi...................................................................................................23
bab III....................................................................................................................24

PENUTUPAN.......................................................................................................24

3.1 Kesimpulan..............................................................................................24

3.2 Saran........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

I.1 Definisi Asma


Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan; penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan
diantar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi
yang lebih normal (Sylvia A.price).

I.2 Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukkan dasar gejala
asma yaitu inflamasi dan respons saluran nafas yang berlebihan ditandai
dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor (esudasi plasma
dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsangan sensori), dan function
laesa (fungsi yang terganggu). Dan radang harus disertai dengan infiltrasi
sel-sel radang. (Sudoyo Aru dkk)
Sebagai pemicu timbulnya serangan serangan dpat beruoa infeksi (infeksi
virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan
(debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari,
bau asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat,
biji-bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian,
tertawa terbahak-bahak), dan emosi.

I.3 Klasifikasi Asma


Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang
disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan
obat-obatan. Klien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat
keluarga dengan alergi dan riwayat alergi rhinitis, sedangkan non alergi
tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen. Faktor-faktor seperti
udara dingin, infeksi saluran pernafasan, latihan fisik, emosi dan
lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus
terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma menjadi lebih
berat dan sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan emfisema, selain
alergi juga dapat terjadi asma campuran yaitu alergi dan non alergi.

I.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnea, dan wheezing.
Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita
yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,sedangkan
waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk
dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma
yaitu:

1. Tingkat I
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi
paru.
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun
dengan test provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
a. Tanpa keluhan
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi
jalan nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah
diserang kembali.
4. Tingkat IV
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi
jalan nafas.
5. Tingkat V
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara
terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas
yang reversibel.
c. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti kontraksi otot-
otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak
letih, takikardi.

I.5 Patofisologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu alergi
dan psikologis kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya
kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus
pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya
produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas
dan penumpukan udara pada jalan nafas maka akan menimbulkan
gangguan seperti ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak
merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas ditingkat alveoli.
Tiga kategori asma (asma akstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yang
disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit
atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat
asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering
ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang
spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memicu serangan
asma.
I.6 Pathway

I.7 Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale:

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas.


2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan
asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara
pengobatan maupun penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas:


a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti:
1. Beta agonist (beta adrenergik agent)
2. Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3. Anti kolinergik (bronkodilator)
4. Kortikosteroid
5. Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)

b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya:


1. Oksigen 4-6 liter/menit
2. Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau
terbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat
di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau
terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan
perlahan.
3. Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan
obat ini dalam 12 jam.
4. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada
respon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau
dalam serangan sangat berat.

I.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Test diagnostik
1. Foto Thoraks

Pemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal-hal yang


iku memperburuk atau komplikasi asma akut yang perlu juga
mendapat penangan seperti atelektasis, pneumonia, dan
pneumothoraks. Pada serangan asma berat gambaran radiologis
thoraks memperlihatkan suatu hiperlusensi, pelebaran ruang
interkostal dan diagfragma yang meurun.Semua gambaran ini
akan hilang seiring dengan hilangnya serangan asma tersebut.
2. EKG
Elektrokardiografi (EKG): Tanda-tanda abnormalitas sementara
dan refersible setelah terjadi perbaikan klinis adalah gelombang P
meninggi (P pulmonal), takikardi dengan atau tanpa aritmea
supraventrikuler, tanda-tanda hipertrofi ventrikel kanan dan
defiasi aksis ke kanan.
3. Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya
proses patologik diparu atau komplikasi asthma seperti
pneumothorak, pneumomediastinum, atelektosis dan lain-lain.

b. Test Laboratorium
a) Analisa Gas Darah
dilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi
pernapasan karena obstruksi berat atau keletihan, atau bila pasien
tidak berespon terhadap tindakan. Respirasi alkalosis ( CO₂
rendah) adalah temuan yang paling umum pada pasien asmatik.
Peningkatan PCO₂ (kekadar normal atau kadar yang menandakan
respirasi asidosis) seringkali merupakan tanda bahaya serangan
gagal napas. Adanya hipoksia berat, PaO₂ < 60 mmHg serta nilai
pH darah rendah.
b) Sputum.
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asma
yang berat,karena hanya reaksi yang hebat saja yang
menyebabkan transudasi dari adema mukasa, sehingga terlepaslah
sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan gram
penting untuk melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji
resistensi terhadap beberapa antibiotik.
c) Pemeriksaan darah rutin dan kimia

Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi.
SGOTdan SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati ak
ibat hipoksia atau hiperkapnea.

d) Sel eosinofil
Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat men6apai
1000-1500/mm3 baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik,
sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-200/mm3.
Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil
menunjukkan pengobatan telah tepat.

I.9 Kompllikasi
a. Status asmatikus
b. Pneumothorax
c. Asidosis respiratorik
d. Gagal nafas
e. Kematian
BAB II
KONSEP ASKEP ASMA

II.1 Pengkajian
A. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada
asma episodikyang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun,
dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun
dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik
dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur
8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim
3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran
pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk
jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan
laki-laki.
B. Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas
C. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
D. Riwayat penyakit terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
E. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu,
disamping faktor yang lain.
F. Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di
rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok
dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.
G. Riwayat tumbuh kembang
 Tahap pertumbuhan
                                Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram
mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi
ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7
kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun. Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12
tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77. Tapi ada rata-rata TB pada usia
pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun. Pada
anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
 Tahap perkembangan
 Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa
bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika
anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan
menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
 Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase
oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak
berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat
dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke
ayahnya ).
 Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase
pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum
sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar
dan magical thinking.
 Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai
melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi,
memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan
peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
 Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah
untuk menghindari hukuman.
 Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,
pendek-tinggi, baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin,
membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
 Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –
Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya
terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit
atau tidak protes.
 Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari
2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4
kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar
seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat
menerima atau memberikan perintah sederhana.
 Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa
orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari
bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
 Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain
yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan
pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat,
berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
H. Riwayat imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara
lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

I.   Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari. Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat
badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
 Gizi buruk kurang dari 60%
 Gizi kurang 60 % - <80 %
 Gizi baik 80 % - 110 %
 Obesitas lebih dari 120 %

II.2 Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem


a) Sistem Pernapasan / Respirasi; Sesak, batuk kering (tidak produktif),
tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan,
Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada
auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering
musikal.
b) Sistem Cardiovaskuler; Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
c) Sistem Persyarafan / neurologi; Pada serangan yang berat dapat terjadi
gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng? apatis? sopor? coma.
d) Sistem perkemihan; Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang
kurang akibat sesak nafas
e) Sistem Pencernaan / Gastrointestinal; Terdapat nyeri tekan pada
abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut
kering.
f) Sistem integument; Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap
sesak nafas.

II.3 Diagnosa
1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
2) Ketidak efektifan pola nafas
3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Intoleransi aktifitas
5) Kurangnya pengetahuan tentang masalah penyakitnya

II.4 intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Tidak Jalan nafas 1. Auskultasi bu 1. Beberapa
efektifnya kembali efektif. nyi nafas, catat derajat spasme
bersihan jalan K.H: adanya bunyi bronkus terjadi
nafas Sesak nafas, dengan obstruksi
berhubungan berkurang, misalnya : jalan nafas. Bunyi
dengan batuk wheezing, nafas redup
akumulasi berkurang, klien ronkhi. dengan ekspirasi
mukus. dapat mengi
mengeluarkan (empysema), tak
sputum, ada fungsi nafas
wheezing (asma berat).
berkurang/hilan 2. Takipnea
g, tanda vital 2. observasi biasanya ada pada
dalam batas frekuensi beberapa derajat
norma,l keadaan pernafasan catat dan dapat
umum baik. rasio inspirasi ditemukan pada
dan ekspirasi. penerimaan selama
strest/adanya
proses infeksi
akut. Pernafasan
dapat melambat
dan frekuensi
ekspirasi
memanjang
dibanding
inspirasi.
3. Peninggian
3. berikan kepala tidak
posisi yang mempermudah
aman, fungsi pernafasan
misalnya : dengan
peninggian menggunakan
kepala tidak gravitasi.
duduk pada
sandaran. 4. Batuk dapat
4. Observasi menetap tetapi
karakteristik tidak efektif,
batuk, menetap, khususnya pada
batuk pendek, klien lansia, sakit
basah. Bantu akut/kelemahan.
tindakan untuk
keefektipan
memperbaiki
upaya batuk. 5. Penggunaan
5. Berikan air cairan hangat
hangat dapat menurunkan
spasme bronkus.
6. Membebaskan
6. Kolaborasi spasme jalan
obat sesuai nafas, mengi dan
indikasi. produksi mukosa.
Bronkodilator
spiriva 1×1
(inhalasi).
2. Tidak Pola nafas 1.observasi 1. Kecepatan
efektifnya pola kembali efektif. frekuensi biasanya mencapai
nafas K.H: kedalaman kedalaman
berhubungan Pola nafas pernafasan dan pernafasan
dengan efektif, bunyi ekspansi dada. bervariasi
penurunan nafas normal Catat upaya tergantung derajat
ekspansi paru. atau bersih, pernafasan gagal nafas.
TTV dalam termasuk Expansi dada
batas normal, penggunaan terbatas yang
batuk otot bantu berhubungan
berkurang, pernafasan / dengan atelektasis
ekspansi paru pelebaran nasal. dan atau nyeri
mengembang. dada
2. Auskultasi 2. Ronki dan
bunyi nafas dan wheezing
catat adanya menyertai
bunyi nafas obstruksi jalan
seperti krekels, nafas / kegagalan
wheezing. pernafasan.
3. Tinggikan 3. Duduk tinggi
kepala dan memungkinkan
bantu ekspansi paru dan
mengubah memudahkan
posisi. pernafasan.
4. Observasi 4. Kongesti
pola batuk dan alveolar
karakter sekret.mengakibatkan
batuk sering/iritasi.
5. Dorong/bantu 5. Dapat
pasien dalam meningkatkan/ban
nafas dan yaknya sputum
latihan batuk. dimana gangguan
ventilasi dan
ditambah ketidak
nyaman upaya
bernafas.
6. Kolaborasi 6. Memaksimalkan
- Berikan bernafas dan
oksigen menurunkan kerja
tambahan nafas, memberikan
- Berikan kelembaban pada
humidifikasi membran mukosa
tambahan dan membantu
misalnya : pengenceran
nebulizer sekret.

3. Gangguan Kebutuhan 1. observasi 1. Menentukan dan


nutrisi kurang nutrisi dapat status nutrisi membantu dalam
dari kebutuhan terpenuhi. klien (tekstur intervensi
tubuh K.H: kulit, rambut, selanjutnya.
berhubungan Keadaan umum konjungtiva).
dengan intake baik, mukosa 2. Jelaskan pada 2. Peningkatan
yang tidak bibir lembab, klien tentang pengetahuan klien
adekuat. nafsu makan pentingnya dapat menaikan
baik, tekstur nutrisi bagi partisipasi bagi
kulit baik, klien tubuh. klien dalam asuhan
menghabiskan keperawatan.
porsi makan 3. Timbang 3. Penurunan berat
yang berat badan dan badan yang
disediakan, tinggi badan. signifikan
bising usus 6-12 merupakan
kali/menit, berat indikator
badan dalam kurangnya nutrisi.
batas normal. 4. Anjurkan 4. Air hangat dapat
klien minum air mengurangi mual.
hangat saat
makan.
5. Anjurkan 5. Memenuhi
klien makan kebutuhan nutrisi
sedikit-sedikit klien.
tapi sering
6.  Kolaborasi 6. Menentukan
- Konsul kalori individu dan
dengan tim kebutuhan nutrisi
gizi/tim dalam pembatasan.
mendukung - Berikan obat
nutrisi. sesuai indikasi.
- Vitamin B squrb
2×1.
- Antiemetik rantis
2×1
4. Intoleransi Klien dapat 1.  Evaluasi 1. Menetapkan
aktivitas melakukan respons pasien kebutuhan/kemam
berhubungan aktivitas sehari- terhadap puan pasien dan
dengan hari secara aktivitas. Catat memudahkan
kelemahan mandiri. laporan dyspnea pilihan intervensi.
fisik. K.H: peningkatan
KU klien baik, kelemahan/kelel
badan tidak ahan dan
lemas, klien perubahan
dapat tanda vital
beraktivitas selama dan
secara mandiri, setelah
kekuatan otot aktivitas. 2. Tirah baring
terasa pada 2. Jelaskan dipertahankan
skala sedang pentingnya selama fase akut
istirahat dalam untuk menurunkan
rencana kebutuhan
pengobatan dan metabolik,
perlunya menghemat energi
keseimbangan untuk
aktivitas dan penyembuhan.
istirahat. 3.  Pasien mungkin
3. Bantu pasien nyaman dengan
memilih posisi kepala tinggi atau
nyaman untuk menunduk
istirahat dan kedepan meja atau
atau tidur. bantal.
4. Meminimalkan
4.  Bantu kelelahan dan
aktivitas membantu
keperawatan keseimbangan
diri yang suplai dan
diperlukan. kebutuhan
Berikan oksigen.
kemajuan
peningkatan
aktivitas selama
fase
penyembuhan. 5. Menurunkan
5. Berikan stress dan
lingkungan rangsangan
tenang dan berlebihan
batasi meningkatkan
pengunjung istirahat.
selama fase
akut sesuai
indikasi.
5. Kurangnya Pengetahuan 1. Diskusikan 1. Informasi dapat
pengetahuan klien tentang aspek ketidak manaikkan koping
tentang proses proses penyakit nyamanan dari dan membantu
penyakitnya menjadi penyakit, menurunkan
berhubungan bertambah. lamanya ansietas dan
dengan K.H: penyembuhan, masalah
kurangnya Mencari tentang dan harapan berlebihan.
informasi proses kesembuhan.
penyakit : 2. Berikan 2. Kelemahan dan
- Klien mengerti informasi dalam depresi dapat
tentang definisi bentuk tertulis mempengaruhi
asma dan verbal. kemampuan untuk
- Klien mengerti mangasimilasi
tentang informasi atau
penyebab dan mengikuti program
pencegahan dari medik.
asma 3. Tekankan 3.  Selama awal 6-
- Klien mengerti pentingnya 8 minggu setelah
komplikasi dari melanjutkan pulang, pasien
asma batuk efektif beresiko besar
atau latihan untuk kambuh dari
pernafasan. penyakitnya.
4. Identifikasi 4. Upaya evaluasi
tanda atau dan intervensi
gejala yang tepat waktu dapat
memerlukan mencegah
pelaporan meminimalkan
pemberi komplikasi.
perawatan
kesehatan.
5. Buat langkah 5.  Menaikan
untuk pertahanan
meningkatkan alamiah atau
kesehatan imunitas,
umum dan membatasi
kesejahteraan, terpajan pada
misalnya : patogen.
istirahat dan
aktivitas
seimbang, diet
baik.

II.5 Implementasi
1. mengauskultasi bunyi nafas, mencatat adanya bunyi nafas, misalnya :
wheezing, ronkhi.

2. mengobservasi frekuensi pernafasandan mencatat rasio inspirasi dan ekspirasi.

3. memberikan posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada
sandaran.

4. mengbservasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu


tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.

5. Memberikan air hangat

6. mengkolaborasikan obat sesuai indikasi.Bronkodilator spiriva 1×1 (inhalasi).

7. Mengobservasi pola batuk dan karakter sekret.

8. membantu pasien dalam nafas dan latihan batuk

9. mengkolaborasikan tindakan pemberian oksigen serta nebulizing

10. mengobservasi status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).

11. menjelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

12. menimbang berat badan dan tinggi badan.

13. menganjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering


14. melakukan kolaborasi dengan tim gizi.

15. mengevaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea


peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah
aktivitas.

16. menjelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya


keseimbangan aktivitas dan istirahat.

17. membantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.

18. membantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan


peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

19. memberikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.

20. memeberikan health education kepada ibu klien tentang asma dan apa yang
harus di lakukan orang tua terhadap anaknya.

II.6 Evaluasi
1. Sesak sudah berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum,
wheezing berkurang/hilang, tanda vital dalam batas norma,l keadaan umum
baik.
2. Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal,
batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.

3. Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit
baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12
kali/menit, berat badan dalam batas normal.

4. KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri,
kekuatan otot terasa pada skala sedang
5. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.

- Klien mengerti tentang definisi asma

- Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma


- Klien mengerti komplikasi dari asma

5.
BAB III
PENUTUPAN

III.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
Hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; peny
empitan ini bersifat sementara. Ada beberapa hal yang merupakan faktor
predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma .Manifestasi klinik pada
pasien asma adalah batuk, dyspnoe,dan wheezing. Pada sebagian penderita
disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas
cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak
otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.Asma dibagi atas dua
kategori,yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan olehalergi seperti debu,
binatang, makanan, asap(rokok) dan obat-obatan. Klien denganasma alergi
biasanya mempunyai riwayat keluargadengan alergi dan riwayat alergirhinitis,
sedangkan non alergi tidak berhubungan secaraspesifik dengan
alergen.Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan
pada pemahaman mengenai pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi
menjadi dua,yaitu: penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan
penatalaksanaan asma di luar serangan (controller). Komplikasi yang dapat
terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gagal nafas,
bronkhitis dan fraktur iga

1.Dalam melakanakan asuhan keperawatan penulis menggunakan


pendekatan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
Data-data tersebut digunakan untuk menyusun diagnose keperawatan.
2.Dalam menentukan diagnosa keperawatan penulis berfokus pada data-data
sebagai hasil pengkajian berdasarkan masalah aktual,masalah risiko tinggi yang
penulisannya berdasarkan prioritas kebutuhan dasar manusia menurut Maslow

3.Dengan melaksanakan asuhan keperawatan secarakomprehensif maka


seluruh permasalahan yagn dihadapi klien dapat teratasi.

4.Ternyata pada klien asma penyembuhannya sangat berpengaruh pada sikap


perawat yangempati danmenerapkan komunikasitheraphy, di samping pemberian
obat-obatan.

5.Dengan adanya seminar ini, para perawat dapat mengambilmanfaat yaitu


menambah pengetahuan tentang proses asuhan keperawatanklien asma

III.2 Saran
Marilah kita sama-sama mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin dan
mengambil manfaat dan ilmu yang terkandung di dalam makalah ini
guna pengembangan yang ada pada diri kita masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

academia.(n.d.).1.Retrievedseptember25,2019,from1:
https://www.academia.edu/35518253/_Asuhan_Keperawatan_Pada_Anak_Denga
n_Penyakit_Asma_Bronchial_

poltekes.(n.d.).1.Retrievedseptember 25, 2019, from 1: http://repository.poltekkes-


kdi.ac.id/629/1/KTI%20Indar%20Asmarani.pdf

Anda mungkin juga menyukai