Anda di halaman 1dari 4

HAMMER TEST

Hammer test yaitu suatu pemeriksaan kekuatan beton di lapangan tanpa merusak
(nondestructive test) beton. Dengan menggunakan metode ini akan diperoleh cukup
banyak data dalam waktu yang relatif singkat. Metode pengujian ini dilakukan melalui
suatu tumbukan (impact) massa pada permukaan beton dengan energi tertentu. Jarak
pantulan (rebound) yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan
permukaan beton yang diuji dapat memberikan indikasi kekerasan beton .

Sistem kerja alat Hammer Test adalah sebagai berikut:

1. Suatu massa baja yang diberi muatan energi kinetik melalui sistim tekanan dengan
cara menekan sebuah torak (plunger) secara perlahan-lahan pada permukaan beton.
2. Setelah mencapai batas tertentu, masa baja tersebut terlepas secara otomatis pada
permukaan beton, sehingga torak sebagai pemukul menyentak pada permukaan beton.
3. Akibat pukulan tersebut, maka massa baja tersebut akan memantul kembali, besarnya
pantulan inilah yang menjadi suatu ukuran dari kekerasan permukaan beton yang
sedang diuji yang ditunjukan oleh sebuah jarum penunjuk yang dapat bergerak pada
sebuah skala linier pada alat hammer.

Tipikal alat hammer dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1 Tipikal alat hammer test dan penggunaannya

Besarnya pantulan dari masa baja tersebut sangat dipengaruhi oleh sudut penekanan
terhadap permukaan beton yang diuji. Hal ini dikarenakan energi pukulan yang terjadi
akan tidak sama/berubah, sehinggga pembacaan pantulan yang terjadi harus dikoreksi.
Gambar 2.2 memperlihatkan beberapa sudut penekanan alat hammer dan grafik
pembacaan untuk menyatakan nilai rebound menjadi nilai kekuatan tekan yang setara
dengan dengan benda uji kubus. Beberapa tipe dan merek alat Hammer Test juga
memberikan acuan konversi dalam bentuk nilai dalam tabel di selimut luarnya seperti pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.2 Grafik umum konversi nilai rebound ke nilai kekuatan tekan beton beberapa
sudut penekanan yang terdapat pada alat Hammer Test.

Gambar 2.3 Konversi nilai rebound ke nilai kekuatan tekan beton pada alat Hammer Test
merek Krisbow Model HT225A

ASTM-C 805 menegaskan syarat-syarat pengujian dengan menggunakan alat Hammer


adalah sebagai berikut:
1. Hanya untuk menentukan uniformity beton dilapangan.

2. Pengujian tidak diperkenankan pada beton dengan selimut beton kurang dari 20
mm dan bebas dari karbonasi.

3. Setiap pengujian harus terdiri dari paling sedikit 9 bacaan dengan area test D-
150mm, dengan jarak antar titik uji tidak kurang dari 25 mm

4. Nilai bacaan rebound yang berselisih lebih dari 6 unit dari nilai rata-rata bacaan
dibuang dan bila lebih dari 2 bacaan yang lebih dari 6 unit, maka seluruh bacaan
dibatalkan dan di uji ulang.

Melakukan korelasi mutu beton melalui nondestructive test tidak dapat dilakukan tanpa
ada cukup banyak pengujian yang meyakinkan. Berbagai percobaan yang dilakukan
menunjukkan perbedaan dan penyimpangan yang terjadi cukup besar, penyimpangan yang
terjadi bisa berada pada kisaran 30% - 60%. Dengan demikian korelasi langsung tidak
dianjurkan. Kenyataannya dilapangan masih banyaksekali dilakukan korelasi langsung,
yang dapat memberikan gambaran yang tidak benar

Sebelum menggunakan alat Hammer Test harus melakukan kalibrasi alat terlebih dahulu
dengan peralatan Calibration Anvil seperti pada Gambar 2.4. Fungsi dari kalibrasi tersebut
adalah untuk mencari nilai angka koreksi dari suatu alat agar alat tersebut menjadi standar
dengan rumus seperti pada Persamaan 2.1 dan 2.2.

Gambar 2.4 Alat kalibrasi Hammer Test (Calibration Anvil).

N
∑r
1
R̄=
N (2.1)
80
Ak=

(2.2)

Nilai N adalah jumlah pukulan pada Anvil, r adalah besarnya nilai pukulan atau nilai

rebound, R̄ adalah angka rebound rata-rata pada anvil, dan Ak adalah angka kalibrasi.
Nilai Ak diperhitungkan sebagai pengali pada nilai rata-rata pukulan pada titik obyek atau

bagian elemen struktur beton bila nilai R̄ hasil kalibrasi anvil berada di luar range 78-82
(rata-rata 80).

Mengacu pada syarat ASTM-C 805 yang telah dijelaskan sebelumnya, penentuan nilai

kuat tekan dari hasil rebound rata-rata dari titik uji (


R̄c ) sesuai Persamaan 2.3. Konversi

ke nilai kuat tekan dilakukan dengan terlebih dahulu menyesuaikan sudut pantul () dan
kemudian menetapkan nilai rebound tertinggi (R(n+1)) dan nilai rebound terendah (R(n)) yang

paling mendekati atau mengapit nilai bacaan rata-rata (


R̄c ). Nilai kuat tekan ekuivalen
diperoleh dengan cara interpolasi linear seperti pada Persamaan (2.4) terhadap dua nilai
kuat tekan yang bersesuaian terhadap R(n) dan R(n+1) tadi, yang dinyatakan dengan fc(n) dan
fc(n+1) pada tabel atau grafik konversi (dalam satuan kg/cm2 atau MPa) . Hasil yang
diperoleh selanjutnya dikoreksi dengan mengalikan hasil kuat tekan fc dengan angka
koreksi Ak hasil kalibrasi alat seperti pada Persamaan 2.5.
N
∑ rc
1
R̄c =
n (2.3)
( R̄ c−R( n) )( f c ( n+1)−f c ( n ) )
f c=f c +
( n) ( R( n+1)−R (n ) ) (dalam kg/cm2 atau MPa) (2.4)

f ck=f c Ak (dalam kg/cm2 atau MPa) (2.5)

Anda mungkin juga menyukai