Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN PELAYANAN

KAMAR BERSALIN

RUMAH SAKIT TRIHARSI


Jl. Monginsidi No. 82 Surakarta 57134
Telp. (0271) 656903, 646061 Fax. (0271) 643931
Email :triharsi.solo@gmail.com Website : rstriharsi.com
LEMBAR PENGESAHAN
PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALIN
RS TRIHARSI
TAHUN 2020

Disusun oleh
Kepala Ruang Kamar Bersalin
Reni Wijaya, AMd.Keb

Disetujui dan ditetapkan di : Surakarta


Pada tanggal : Januari 2020

Oleh:
PJS Direktur RS Triharsi

Dr. Langi Surjani


DAFTAR ISI

Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Daftar isi ............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman........................................................................................2
C. Ruang Lingkup Pelayanan......................................................................... 2
D. Batasan Operasional.................................................................................. 2
E. Landasan Hukum.......................................................................................3
BAB II STANDAR KETENAGAAN...........................................................4
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia............................................................4
B. Distribusi Ketenagaan................................................................................5
C. Pengaturan Jaga ........................................................................................5
BAB III STANDAR FASILITAS...................................................................7
A. Denah Ruang.............................................................................................7
B. Standar Fasilitas.........................................................................................8
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN..................................................10
A. Penerimaan Pasien Baru............................................................................ 10
B. Persiapan Pasien Pre-Operasi Sectio Caesarea.......................................... 11
C. Asistensi Dokter dalam Menolong Persalinan Normal.............................12
D. Asistensi Tindakan Kuretase..................................................................... 13
BAB V LOGISTIK........................................................................................15
A. Pengertian.................................................................................................. 15
B. Tujuan........................................................................................................ 15
C. Perencanaan Anggaran..............................................................................15
D. Prosedur Pengadaan Barang Inventaris Non Medis dan Medis................. 16
BAB VI KESELAMATAN PASIEN.............................................................17
BAB VII KESELAMATAN KERJA..............................................................19
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU............................................................20
BAB IX PENUTUP.......................................................................................22

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia.Hal ini dikarenakan masih tingginya Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang ada di Indonesia. Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia
masih tertinggi di antara Negara ASEAN dan penurunannya sangat lambat.
AKI dari 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI tahun 2002-2003), menjadi
228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Demikian pula Angka
Kematian Bayi (AKB) 35/1000 kelahiran hidup (SDKI tahun 2002-2003)
menjadi 34/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Seharusnya sesuai dengan
Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) 2015 target penurunan AKI dari
408/100.000 (SDKI dan SKRT 1990) menjadi 102/100.000 pada tahun 2015
dan AKB dari 68/1000 kelahiran hidup (SDKI dan SKRT 1990) menjadi
23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Masa persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung risiko
bagi ibu hamil. Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai komplikasi
lainnya pada umumnya terjadi pada masa persalinan, setelah melahirkan dan 1
minggu pertama setelah melahirkan.
Salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian
yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas.
Pelayanan kebidanan dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting.
Pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus kepada
aspek pencegahan, promosi kesehatan dan berlandaskan kemitraan adalah hal
penting yang dapat membantu menurunkan angka kematian ibu dan angka
kesakitan serta kematian Bayi. Pelayanan kebidanan yang bermutu juga
ditentukan oleh faktor input dan proses dari pelayanan itu sendiri. Faktor input
dari pelayanan diantaranya meliputi kebijakan, tenaga yang melayani, sarana
dan prasarana, standar asuhan kebidanan dan standar lain atau metode yang
disepakati. Sedangkan faktor proses adalah suatu kinerja dalam

1
mendayagunakan input yang ada dalam interaksi antara bidan dengan pasien
yang meliputi penampilan kerja sesuai dengan standar dan etika kebidanan.
Selanjutnya diharapkan Pedoman Pelayanan Unit Kamar Bersalin ini
dijadikan panduan bagi Tim Kebidanan dan Kandungan dalam pelaksanaan
program-progamnya.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan di RS TriharsiSurakarta dalam
menentukan sikap menghadapi perkembangan pelayanan kesehatan global,
nasional maupun regional.

2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan secara
profesional.
b. Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan asuhan kebidanan dan
organisasi profesi bidan.
c. Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan asuhan kebidanan.
d. Meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan.
e. Meningkatkan keselamatan pasien.
f. Meningkatkan keselamatan kerja.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Pelayanan di kamar bersalin meliputi:
- Melayani ibu bersalin normal maupun patologis.
- Melayani ibu post partum (masa sejak bayi lahir sampai 6 minggu)
sebelum dipindah ke rawat gabung atau rawat inap khusus.
- Melakukan Inisisasi Menyusui Dini (IMD).
- Melakukan pemeriksaan bayi baru lahir.

2
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Kamar bersalin adalah unit layanan pada rumah sakit yang berfungsi
sebagai ruang persalinan selama 24 jam. Pada ruangan ini, terdapat 3
tempat tidur untuk observasi dan 2 tempat tidur untuk tindakan (1 tempat
tidur untuk pasien kelas VIP dan 1 tempat tidur untuk pasien kelas I, II,
dan III)
2. Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim sampai 6 minggu setelah melahirkan.
3. Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri
(tidak disodorkan ke puting susu).

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 129/Menkes/SK/
II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal RS di Indonesia.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran.
6. Permenkes No 1464/Menkes/Per/2010, tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktek Bidan.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


No Nama Pendidikan Pendidikan Informal Pengalaman Jabatan
Jabatan Formal
1. Ka Unit Dokter 1. Pelatihan 1. Berpengalaman
Spesialis Manajemen menjadi Ka Ruang
Dokter Kepala Ruang 2. Memiliki
Umum 2. Pelatihan kualifikasi dan
BLS/PPGD tingkat pendidikan
3. Pelatihan yang memadai
K3RS 3. Memiliki
4. Pelatihan kompetensi yang
Patient Safety diperlukan dengan
5. Manajemen hasil kredensial
risiko 4. Memiliki
kemampuan dalam
kepemipinan
5. Berdedikasi tinggi
6. Bertanggung
jawab kepada
direktur melalui
Manajer Yanmed

2. Karu Minimal D III 1. Pelatihan 1. Pengalaman kerja


Kebidanan Kebidanan Managemen minimal 5 tahun
Kepala Ruang 2. Memiliki
2. Pelatihan keterampilan
BLS/PPGD kebidanan
3. Pelatihan APN, 3. Mampu
Ponek, IMD, melaksanakan
Resusitasi bantuan hidup dasar
Neonatus TOT dan IV terapi
Kebidanan, dan 4. Memiliki kemampuan
Manajemen dalam hal
Laktasi penatalaksanaan
4. Pelatihan K3 kegawatdaruratan
RS maternal dan neonatal
5. Pelatihan 5. Menguasai program
Patient Safety komputer MS Word
6. Manajemen dan Excel
risiko

3. Penanggun Minimal D III 1. Pelatihan 1. Pengalaman kerja

4
g jawab Kebidanan BLS/PPGD minimal 3 tahun
Shift kamar 2. Pelatihan APN, 2. Memiliki
bersalin Ponek, IMD, keterampilan
Resusitasi kebidanan
Neonatus TOT 3. Mampu
Kebidanan, dan melaksanakan
Manajemen bantuan hidup dasar
Laktasi dan IV terapi
3. Pelatihan K3 4. Memiliki kemampuan
RS dalam hal
4. Pelatihan penatalaksanaan
Patient Safety kegawatdaruratan
5. Manajemen maternal dan neonatal
risiko 5. Menguasai program
komputer MS Word
dan Excel

4. Bidan Minimal D I 1. Pelatihan 1. Minimal 6 bulan,


Pelaksana Kebidanan BLS/PPGD yaitu setelah selesai
2. Pelatihan APN, masa uji coba
Ponek, IMD, pegawai baru
Resusitasi 2. Memiliki
Neonatus TOT keterampilan
Kebidanan, dan kebidanan
Manajemen 3. Mampu
Laktasi melaksanakan
bantuan hidup dasar
dan IV terapi
4. Memiliki kemampuan
dalam hal
penatalaksanaan
kegawatdaruratan
maternal dan neonatal

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
No Nama Jabatan Pendidikan Formal Tugas Jumlah
.
1. Ka Unit S1 Kedokteran / Penanggung jawab 1 orang
Kebidanan Dokter Umum pelayanan kesehatan
maternal & neonatal
2. Karu D III Kebidanan Koordinator pelayanan di 1 orang
Kebidanan unit kerja
3. Bidanpelaksana D IV Kebidanan Pelayanan asuhan 2 orang

5
kebidanan
D III Kebidanan Pelayanan asuhan 5 orang
kebidanan
D I Kebidanan Pelayanan asuhan 2 orang
kebidanan

C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan jadwal dinas dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh kepala
ruangan dan disetujui oleh kepala bidang pelayanan keperawatan.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan dan disosialisasikan
kepada bidan pelaksana
3. Berikut adalah pola pengaturan jaga di ruang kebidanan:
a. Dinas pagi: pukul 07.00 – 14.00, petugas yang berdinas berjumlah
2orang yaitu1 (satu) orang kepala ruangandan 1orang bidan pelaksana.
b. Dinas Sore: pukul 14.00 – 21.00, petugas yang berdinas 2 orang yaitu
1 (satu) orang bidan penanggung jawab shift dan 1 orang bidan
pelaksana.
c. Dinas Malam:pukul 21.00 – 07.00, petugas yang berdinas 2orang,
yaitu1 (satu) orang bidan penanggung jawab shift dan 1 orang bidan
pelaksana.
4. Untuk bidan yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu dapat
mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan ruangan. Apabila tenaga mencukupi dan
berimbang serta tidak mengganggu pelayanan maka permintaan akan
disetujui.
5. Setiap tugas jaga harus ada bidan penanggung jawab shift dengan syarat
dan kualifikasi yang telah ditetapkan.
6. Apabila ada bidan yang oleh karena satu dan lain hal tidak dapat
menjalankan tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan maka
yang bersangkutan harus memberitahu atasan minimal 4 jam sebelum jam
dinas berlangsung untuk dicarikan penggantinya.

BAB III

6
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

Denah Ruangan

B. STANDAR FASILITAS

7
1. Fasilitas dan Sarana
Kamar bersalin bertempat di lantai 3 yang terdiri dari 3 tempat tidur
untuk observasi dan 2 tempat tidur untuk tindakan (1 tempat tidur untuk
pasien kelas VIP dan 1 tempat tidur untuk pasien kelas I, II, dan III)
2. Peralatan Medis dan Non Medis
Kamar bersalin
No. Nama alat Jumla 39. Tensimeter 1
h 40. Termometer digital 1
1. Setengah Kocher 5 41. Trokar 2
2. Alat ukur panggul 1 42. USG 2 D 1
3. Biopsi tang 1 43. AC 3
4. Busi 11 44. Alat ukur panjang 1
5. Kanul suction 1 bayi
6. Crocodile 6 45. Baby table 1
7. CTG 2 46. Bak instrumen kecil 1
8. Doppler 1 47. Bancikan 5
9. Flowmeter 5 48. Bantal 5
10. Gunting benang 1 49. Bed gyn 2
11. Gunting episiotomi 5 50. Bed pasien 3
12. Gunting IUD 6 51. Bed side kabinet 5
13. Gunting tali pusat 5 52. Bengkok 4
14. Handle mess 1 53. Box bayi 1
15. Klem implant 1 54. CPU 1
16. Klem kecil 1 55. Ember 1
17. Klem ovarium 7 56. Ember plastik 3
18. Kom kecil 15 57. Ember sibin 5
19. Kom tupress 1 58. Ember stainlis 2
20. Korentang 1 59. Etalase obat 1
21. Nail holder 6 60. Gayung 1
22. Pengait IUD 6 61. Jam dinding 2
23. Pinset anatomis 6 62. Kasur busa 5
24. Pinset sirurgis 6 63. Keset 3
25. Sendok kuret 18 64. Key board 1
26. Set embriotomi 5 65. Kulkas 1
27. Set forceps 2 66. Kursi hijau 2
28. Set papsmear 1 67. Kursi kayu 1
29. Set vakum 2 68. Kursi pendek kecil 1
30. Sonde uterus 11 69. Kursi plastik bunder 3
31. Spekulum ½ sim 6 70. Kursi tindakan 12
32. Spekulum cocor 15 71. Lampu penghangat 1
bebek bayi
33. Speculum sim 6 72. Lampu tindakan 1
34. Stetoskop 1 73. Lodong kaca 15
35. Suction 1 74. Meja dorong 2
36. Tampon tang 10 75. Meja kayu 2
37. Tang abortus 1 76. Meja mayo kecil 1
38. Tenakulum 8 77. Metline 1

8
78. Mouse 1
79. Pispot 1
80. Pispot 1
81. Rak handuk 1
82. Rak jemuran 1
83. Rak sandal 1
84. Remote AC 3
85. Rol kabel 2
86. Sandal 11
87. Sepatu boot 1
88. Telepon 1
89. Tempat sampah 3
90. Tempat sampah 1
medis
91. Tempat tisu 2
92. Tiang infus 3
93. Timbangan bayi 1
94. TV Monitor 1

9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Penerimaan Pasien Baru


Prosedur penerimaan pasien baru di ruang perawatan kandungan dan
kebidanan yang dilakukan oleh bidan antara lain:
1. Menerima pasien baru dan melakukan serah terima dengan perawat/bidan
dari IGD atau poliklinik kandungan dan kebidanan.
2. Mencocokkan gelang identitas pasien yang telah diberikan saat di IGD,
meyakinkan ketepatan identitas pasien dengan bertanya langsung kepada
pasien.
3. Menambahkan gelang pasien dengan tanda alergi atau resiko tinggi sesuai
dengan ketentuan.
4. Melakukan pengkajian kebidanan.
5. Melakukan observasi tanda-tanda vital.

10
6. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai
dengan kondisi pasien.
7. Melaporkan hasil pengkajian kepada dokter penanggung jawab dan
melakukan tindakan sesuai instruksi dokter.
8. Mencatat semua instruksi DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) dalam
berkas rekam medis pasien, serta mencatat tindakan yang telah dilakukan
dalam rekam medis pasien.

Prosedur yang dilakukan oleh dokter meliputi:


1. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokter memberikan penjelasan tentang kondisi pasien, dilanjutkan dengan
tatalaksana yang akan dilakukan beserta kemungkinan komplikasi
penyakit serta terapi.
3. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan
tindakan

B. Persiapan Pasien Pre-Op Sectio Caesarea


Petugas yang melaksanakan: bidan yang bertanggung jawab kepada pasien.
Prosedur:
1. Memastikan bahwa pasien telah mendapatkan penjelasan dari DPJP
(dokter penanggung jawab pasien) dan dokter anestesi mengenai tindakan
operasi yang akan dilakukan
2. Meminta pasien atau keluarga mengisi informed consent tindakan section
caesareadan tindakan anestesi.
3. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya
sesuai anjuran dokter (hematologi, masa perdarahan, PT/APTT).
4. Siapkan pasien, puasa, cukur daerah operasi, persiapkan darah bila
diperlukan, melepas protese dan lain-lain.

11
5. Lengkapi formulir check list pre-operasi yang terdapat didalam
pendokumentasian.
6. Menghubungi dokter spesialis obsgyn, anestesi, dan anak untuk
memberitahukan pasien sudah siap diantar ke kamar operasi.
7. Hubungi ruang operasi untuk memastikan bahwa pasien akan diantar.
8. Antar pasien ke ruang transit operasi sesuai jadwal, beserta berkas rekam
medis pasien, minimal 30 menit sebelum jadwal operasi.
9. Pindahkan pasien ke bed transit.
10. Cek Denyut Jantung Janin (DJJ) dengan disaksikan perawat kamar
operasi.
11. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan.
Prosedur yang dilakukan oleh dokter meliputi:
1. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai
dengan kondisi pasien.
2. Dokter memberikan informasi tentang kondisi pasien serta tindakan
section caesaria yang akan dilakukan beserta kemungkinan komplikasi
yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai tindakan.
3. Melakukan tindakan di kamar operasi.
4. Membuat resep dan instruksi perawatan selanjutnya
5. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan
tindakan
C. Asistensi Dokter Dalam Menolong Persalinan Normal
Prosedur yang dilakukan bidan meliputi:
1. Kontrol his, monitor denyut jantung janin dan perhatikan keadaan umum
pasien.
2. Mengkaji adanya faktor resiko pada ibu dan janin sebelum proses
persalinan, laporkan pada dokter.
3. Periksa dalam untuk menentukan diagnosis sudah memasuki kala II.
4. Monitor denyut jantung bayi sesuai dengan partograf.
5. Lakukan perawatan kala III.

12
6. Bantu dokter dalam proses penjahitan luka perineum.
7. Lakukan perawatan kala IV.
8. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan.
Prosedur yang dilakukan oleh dokter meliputi:
1. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai
dengan kondisi pasien.
2. Dokter memberikan penjelasan tentang kondisi pasien dan pertolongan
persalinan yanng akan dilakukan beserta kemungkinan komplikasi yang
dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai tindakan.
3. Melakukan tindakan pertolongan persalinan.
4. Melakukan jahit perineum dengan didampingi oleh bidan.
5. Membuat resep dan membuat instruksi perawatan selanjutnya.
6. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan
tindakan.

D. Asistensi Tindakan Kuretase


Prosedur yang dilakukan bidan meliputi:
1. Memastikan pasien telah mendapatkan penjelasan tindakan yang akan
dilakukan oleh dokter operator.
2. Mempersiapkan informed consent tindakan kuretase dan surat izin
tindakan anestesi yang telah ditandatangani oleh pasien atau keluarga
pasien.
3. Persiapkan pasien seperti puasa, pasang infus, pakaian pasien, kosongkan
kandunng kemih dan lain-lain.
4. Masukan jaringan dalam botol berisi formalin 10% dan diberi identitas
pasien untuk jaringan yang akan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi,
untuk jaringan yang tidak akan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi,
jaringan dapat dimasukan dalam botol/plastik tanpa formalin dan diberikan
pada keluarga (dicek apakah boleh jaringan yang sudah diambil tidak
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi).

13
5. Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan perdarahan sampai
dengan 3-4 jam pasca tindakan kuretase.
6. Jika keadaan umum pasien baik, tanda-tanda vital normal, tidak ada
perdarahan dan keluhan, pasien diperbolehkan pulang setelah
menunjukkan surat ijin pulang.
7. Mempersiapkan pasien pulang.

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


1. Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai
dengan kondisi pasien.
2. Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan
dilakukan beserta kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama
tindakan maupun setelah selesai tindakan.
3. Pasien dilakukan anestesi oleh dokter anestesi.
4. Melakukan tindakan kuretase.
5. Membuat resep dan jadwal kontrol.
6. Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan
tindakan.

14
BAB V
LOGISTIK

A. Pengertian
Logistik adalah proses pengelolaan dari pada pemindahan dan
penyimpanan barang dan informasi terkait dari sumber pengadaan ke
konsumen akhir secara efektif dan efisien. Manajemen logistik merupakan
bagian dari rantai pasokan yang merencanakan, melaksanakan dan
mengendalikan secara efektif dan efisien, aliran dan penyimpanan dari barang
dan jasa serta informasi terkait dari titik asal ke titik konsumsi yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Setiap proses sistem logistik di unit
kamar bersalin melewati unit layanan pengadaan.

B. Tujuan
1. Tersedianya barang dalam jumlah cukup dan berkualitas.
2. Mencapai daya guna yang optimal.
3. Memberikan kepuasan dan rasa nyaman bagi pasien.
4. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
5. Memberikan kecepatan pelayanan dari perawat kepada pasien.

15
C. Perencanaan Anggaran
Adapun jenis peralatan unit kamar bersalin yang dianggarkan yaitu:
1. Peralatan tekstil pasien
2. Peralatan kedokteran serta kesehatan dasar
3. Barang-barang farmasi rutin
4. Barang kelontong
5. Barang cetakan
6. Barang kantor non rutin
7. Alat tulis kantor
8. Alat rumah tangga

D. Prosedur Pengadaan Barang Inventaris Non Medis dan Medis


1. Membuat surat permohonan pengadaan barang inventaris oleh ruang yang
mengajukan dengan ditandatangani oleh kepala ruang/ unit, diperiksa oleh
Manager Umum dan disetujui oleh Direktur.
2. Menyerahkan surat permohonan ke bagian Manager/ Keuangan.
3. Bagian keuangan mencari penawaran harga barang yang di ajukan tersebut
ke minimal 3(tiga) suplier atau arahan PT Triharsi oleh bagian pembelian.
4. Tentukan suplier yang di pilih oleh Manager Keuangan/ PT Triharsi dan
pembelian dilakukan sesuai peraturan yang berlaku, dengan
mempertimbangkan harga, after sales service, ketersediaan sparepart,
standar keselamatan.
5. Menandai surat permohonan pengadaan barang inventaris pada kolom
yang disediakan.
6. Menyerahkan surat tersebut ke bagian logistik.
7. Saat barang datang, menerima dan mengecek kesesuaian barang dengan
surat permohonan pengadaan inventaris oleh petugas gudang.
8. Menandatangani fraktur/ surat jalan oleh petugas gudang jika sudah sesuai,
dan menyerahkan ke bagian keuangan.

16
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Program keselamatan pasien ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan


rumah sakit. Kesalahan dalam pelayanan dapat berupa sudah melaksanakan
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sasaran keselamatan pasien di rumah sakit adalah:
1. Identifikasi pasien dengan benar
 Pasien diidentifikasi dengan menggunakan minimal 2 cara identifikasi
pasien (nama,no register dan tanggal lahir).
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk
darah,pengambilan spesimen untuk pemeriksaan klinik dan sebelum
pemberian tindakan
 Identifikasi pasien melalui gelang pasien.
 Nomor kamar pasien tidak bisa untuk identifikasi pasien.
 Setiap bayi yang lahir, diberi gelang identitas, dan dilakukan cap kaki.
2. Peningkatan komunikasi efektif
 Semua pasien yang datang, baik dalam kondisi in partu maupun observasi,
harus dilakukan anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan fisik.

17
 Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil tes
ditulis secara lengkap oleh penerima perintah.
 Perintah lengkap secara lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibaca
kembali secara lengkap oleh penerima perintah
 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
hasil percobaan
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert medications)
 Menyediakan akses informasi mengenai high alert medications.
 Membatasi akses terhadap high alert medications.
 Menggunakan label dan tanda peringatan untuk high alert medications.
 Menstandarisasi prosedur instruksi / peresepan, penyimpanan, persiapan,
dan pemberian high alert medications.
 Melakukan prosedur pengecekan ganda untuk obat-obatan tertentu.

4. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


 Menerapkan program hand hygiene yang efektif.
 Menerapkan hand hygiene pada 5 momen.
 Menyediakan handrubuntuk cuci tangan.
 Menggunakan APD (alat pelindung diri) sebelum melakukan tindakan.
5. Pengurangan risiko pasien jatuh.
 Menerapkan proses penilaian awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan
asesmen ulang dengan indikasi perubahan kondisi.
 Menilai dan secara periodik melakukan penilaian ulang terhadap potensial
risiko berhubungan dengan pengobatan.
 Mengambil tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko yang
tidak teridentifikasi.

18
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Selain terhadap pasien sebagai konsumen, penyelenggaraan pelayanan di unit


rawat inap memiliki pengaruh juga terhadap setiap individu pelaksananya serta
masyarakat lainnya seperti keluarga pasien dan pengunjung. Risiko dalam
pelayanan dirasakan oleh para staf dan masyarakat uang berhubungan dengan
banyak orang dengan berbagai latar belakang serta factor risiko. Risiko paling
besar yang mungkin terjadi adalah penularan penyakit. Oleh karena itu diperlukan
upaya untuk memastikan keselamatan para staf dan masyarakat sehingga
pelayanan dapat terus efektif dan efisien secara berkesinambungan dengan
melakukan pencegahan dan pengelolaan risiko.
Dalam pelayanan kesehatan kerja dikenal tahapan pencegahan penyakit
akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, yakni:
1. Pencegahan primer, meliputi pengenalan hazard (potensi bahaya) dan
pemakaian Alat Pelindung Diri (APD).
 Faktor kimia: bahan kimia, obat antibiotik, narkotik, pemaparan dengan
dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi.

19
 Faktor ergonomi: cara duduk, mengangkat pasien yang salah.
2. Pencegahan sekunder, meliputi skrining penyakit, pemeriksaan kesehatan
berkala bagi petugas kesehatan yang berpotensi terpajan hazard tertentu.
3. Pencegahan tersier meliputi upaya disability limitation dan rehabilitasi.
Berikut adalah upaya pelaksanaan keselamatan kerja:
1. Upaya yang dilakukan sehubungan dengan kapasitas dan beban kerja.
 Pengaturan kerja bergilir (shift).
 Penempatan petugas sesuai dengan kompetensinya (fit to the job).
 Pelatihan petugas secara berkala.
2. Pelaksanaan upaya penanggulangan bahaya potensial.
 Penetapan standar prosedur operasional (SPO).
 Penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk karyawan dan pengunjung.
 Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
 Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan


Indikator mutu pelayanan kebidanan yang digunakan di RS Triharsi
diambil dari Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/
Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, yaitu:
1. Kejadian kematian ibu karena persalinan
 Perdarahan ≤ 1 %
 Pre –Eklamsia ≤ 30%
 Sepsis ≤ 0,2 %
2. Pemberi pelayanan persalinan normal
 Dokter spesialis kebidanan
 Dokter umum terlatih asuhan persalinan normal
 Bidan

20
3. Pemberi pelayanan dengan persalinan penyulit : Tim PONEK yang
terlatih.
4. Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi
 Dokter spesialis kebidanan
 Dokter spesialis anak
 Dokter spesialis anestesi
5. Pertolongan persalinan melalui sectio caesaria≤ 20%
6. Keluarga berencana :
 Persentase keluarga berencana vasektomi dan tubektomi yang
dilakukan oleh tenaga kompeten dokter spesialis kebidanan, dokter
spesialis bedah umum, dokter spesialis urologi dan dokter umum
terlatih 100%
 Persentase peserta keluarga berencana mantap yang mendapatkan
konseling keluarga berencana mantap oleh bidan terlatih 100%
7. Kepuasan pelanggan≥80%

B. Evaluasi Dan Pengendalian Mutu


Merupakan upaya yang dilakukan untuk mengetahui capaian mutu
pelayanan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, dapat dilakukan
dengan cara:
1. Audit pelayanan Kebidanan
2. Audit pendokumentasian
3. Audit prosedur pelayanan kebidanan
4. Survey kepuasan pasien

21
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan unit kamar bersalin dan kandungan ini disusun untuk
memberikan acuan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di unit tersebut. Dengan
kerangka kerja ini, diharapkan pelayanan di unit kebidanan dan kandungan dapat
ditingkatkan mutunya serta mengedepankan keselamatan pasien. Tentunya banyak
kekurangan dalam penyusunannya. Apabila di kemudian hari diperlukan adanya
perubahan, maka Buku Pedoman Pelayanan Unit Kebidanan ini akan
disempurnakan

22

Anda mungkin juga menyukai