DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III dan IV :
8. Lenny Nainggolan
1. Peny Ariani
9. Monarisa
2. Imelda Fitri
10. Ratih Anissa Aulia
3. Henny Gustianti
11. Elma Rezi
4. Gustina
12. Fatima Rahma Yudza
5. Nikmatullah Wahidah
13. Intan Widya Sari
6. Lira Dian Novika
14. Lini Gustini
7. Dwi Pratiwi Kasmara
15. Risa Mundari
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Psikososial Kebidanan
dengan judul “Masalah Kebidanan ANC, INC, PNC dan BBL”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kebidanan Komunitasyang diampu oleh Bd. Erwani, M.
Kespada program pascasarjana ilmu kebidanan Universitas Andalas Padang.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................iv
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebidanan berasal dari perawatan yang diberikan kepada ibu melahirkan oleh ibu
lain dari komunitas atau keluarganya sendiri. Walaupun profesionalisasi kebidanan dengan
registrasi bidan sudah ada, sebagian besar berdasarkan pada komunitas. Mayoritas
persalinan dirumah, dengan perbandingan antara persalinan di rumah sakit mengalami
perubahan selama setengah abad terakhir. Hal ini menyebabkan terjadinya pemisahan
antara kebidanan di rumah sakit dan kebidanan komunitas; ketika bidan berada di rumah
sakit, mereka diorganisasikan berdasarkan model asuhan kebidanan, oleh karena itu,
perawatan yang diberikan menjadi semakin terpecah-pecah. Selain itu, karena asuhan
maternitas menjadi semakin bersifat teknis dan medis, semakin sulit pula bagi bidan untuk
berpraktik secara otonom. Akibatnya, potensi terciptanya hubungan yang kontinu antara
bidan dan ibu semakin sedikit, dan kemampuan bidan untuk menggunakan semua
keterampilan dan pengetahuannya dan menatalaksanakan perawatan juga semakin kecil
[ CITATION Dia09 \l 1033 ].
Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui secara umum
dan berdampak merugikan kesehatan ibu dan bayi sehingga mengakibatkan kematian.
Masalah kebidanan komunitas terdiri dari kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe
abortion, berat badan lahir rendah (BBLR), tingkat kesuburan, asuhan antenatal (ANC)
yang kurang di komunitas, pertolongan persalinan non-kesehatan, sindrom pra-menstruasi,
perilaku dan social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan yang
komprehensif dan menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat. Bidan dapat mengetahui
kebutuhan pelayanan kebidanan [ CITATION Sya09 \l 1033 ].
Faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak sangat luas dan rumit.
Dampaknya muncul jauh sebelum kehamilan dan akan terus berlanjut setelah pemulangan
wanita dari layanan maternitas. Oleh karena itu, layanan kesehatan komunitas dan social
berperan penting dalam siklus kehidupan keluarga di banyak masyarakat [ CITATION
Dia09 \l 1033 ].
Menurut McCharty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya mengemukakan
bahwa peran determinan sebagai landasan yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab
langsung dan tidak langsung dari identifikasi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja,
1
unsafe abortion, BBLR, dan tingkat kesuburan yang ada di komunitas [ CITATION Sya09
\l 1033 ].
Setiap menit, setiap hari, dimanapun di dunia, seorang ibu meninggal dunia akibat
komplikasi yang muncul selama masa hamil dan persalinan, sebagian besar kematian ini
tidak bisa dihindari [ CITATION Var07 \l 1033 ].
2
BAB II
PEMBAHASAN
c. Perkenalan
Perkenalan pertama ibu dengan layanan kebidanan merupakan hal yang
penting dalam membentuk kesan pertamanya terhadap layanan maternitas.
4
Pendekatan yang ramah dan professional akan memungkinkan terbentuknya
kemitraan antara ibu dan bidan. Kunjungan awal berfokus pada pertukaran
informasi. Hal ini membantu bidan dan ibu untuk saling mengenal, idealnya
hal ini dilakukan di lingkungan ibu sendiri. Bidan dapat bertemu dengan
anggota keluarga yang lain, dengan cara ini dapat memperoleh pandangan
yang lebih holistic tentang kebutuhan ibu. Bidan juga harus memberi
kesempatan kepada ibu jika ibu ingin meluangkan waktu bersama bidan
untuk berdiskusi secara pribadi. Sebagai contoh, penting bagi bidan untuk
mengenali sikapnya sendiri terhadap agama dan budaya, dan untuk
menerima perbedaan individu yang dapat bertentangan dengan hal tersebut.
Menerima asuhan antenatal dari bidan di lingkungan yang tidak familier
atau yang tidak dikenal, dapat merupakan pengalaman pertama bagi
beberapa wanita di luar komunitasnya sendiri.
7
ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka
kematian maternal & perinatal.
8
7) Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia
ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi &
asam folat.
8) Untuk populasi tertentu:
a) Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk
menurunkan insidens anemia berat,
b) Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko
terkena malaria di daerah endemic
c) Suplementasi yodium
d) Suplementasi vitamin A
10
2) Obstetrician and Gynecological Care
Center pelayanan kebidanan berada pada Sp.OG. Lingkup pelayanan
kebidanan meliputi fisiologi dan patologi. Rujukan dilakukan pada
tingkat yang lebih tinggi dan mempunyai kelengkapan sesuai dengan
yang diharapkan.
3) Public Health Center/ Puskemas
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan dokter
umum. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi
sesuai dengan pelayanan yang tersedia. Rujukan dilakukan pada system
yang lebih tinggi.
4) Hospital
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG.
Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang
disesuaikan dengan pelayanan kebidanan yang tersedia. Rujukan
ditujukan pada rumah sakit yang lebih tinggi tipenya.
11
2) ANC pada usia kehamilan lebih dini
Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab
memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera
menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan.
Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang
perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.
3) Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil
penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari
seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini
tidak dianjurkan lagi. Sesuai dengan evidence-based practice,
pemerintah telah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut:
a) Kunjungan ANC
Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan :
1. Trimester I : Sebelum 14 minggu untuk mendeteksi masalah
yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa, mencegah
masalah(misal : tetanusneonatal, anemia, kebiasaan tradisional
yang berbahaya), membangun hubungan saling percaya,
memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi
komplikasi, mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan ,
olahraga, istirahat, seks, dsb).
2. Trimester II 14 – 28 minggu : Sama dengan trimester I
ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan
(deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema,
proteinuria)
3. Trimester III 28 – 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi
kehamilan ganda.
4. Setelah 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kelainan letak
atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS.
b) Pemberian suplemen mikronutrien :
Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (= zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 g sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual
12
hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati
agar tidak meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu
penyerapannya.
c) Imunisasi TT 0,5 cc : Interval Lama perlindungan % perlindungan
1. TT 1 Pada kunjungan ANC pertama
2. TT 2 : 4 minggu setelah TT 1 : 3 tahun 80%
3. TT 3 : 6 bulan setelah TT 2 : 5 tahun 95%
4. TT 4 : 1 tahun setelah TT 3 : 10 tahun 99%
5. TT 5 : 1 tahun setelah TT 4 : 25 th/ seumur hidup 99%
k. ANC Di Rumah
Seorang bidan dapat melakukan beberapa hal berikut :
1) Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya
2) Identifikasi ibu hamil melakukan ANC teratur
3) Bidan melakukan kunjungan ke rumah, bila ibu hamil tidak periksa
kehamilannya
4) Kontrak waktu yang disepakati dengan ibu hamil
5) Pemeriksaan sesuai dengan standar, identifikasi rumah untuk proses
persalinan
Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama. Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan
16
inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini
merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit
langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain
itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI
seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah
lahir. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar.
Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup
kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan.
Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci
tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal
satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak,
alkohol ataupun sabun pada puting susunya.
Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI. Membantu ibu
segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering
bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar.
Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis
untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot
polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau
posisi ibu dalam menyusui.
Pemberian ASI tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, tetapi peranan
suami (ayah bayi) sebagai pasangan juga sangat dibutuhkan. Peranan ayah
dalam pemberian ASI dikenal dengan istilah breastfeeding father.Para ayah
umumnya berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka
menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Sebenarnya ayah
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena
ayah akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran air susu ibu yang
sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.
Breastfeeding father adalah suatu istilah yang artinya adalah dukungan
penuh dari seorang suami kepada istrinya dalam proses memberikan ASI.
Maksud dari “dukungan penuh seorang suami” berarti adalah semua tindakan-
17
tindakan yang diberikan suami kepada istri dalam hal memberikan ASI, yang
dilakukan dengan penuh kasih sama seperti dia mengasihi dirinya sendiri.
Semakin ibu tenang dan percaya diri, apalagi jika didukung oleh
pengetahuan ibu tentang manajemen menyusui, maka proses menyusui bisa
dilalui dengan lebih mudah. Jika ibu khawatir, tidak percaya diri, banyak
pikiran, maka proses menyusui bisa terhambat. Maka disini breastfeeding father
dibutuhkan untuk membuat si ibu tenang dan percaya diri.
Tindakan-tindakan suami dalam breastfeeding father antara lain
a) Membantu istri supaya nyaman dlm memberikan ASI, seperti
memberikan bantal sandaran supaya ibu bisa duduk dengan nyaman
dan rileks.
b) Setiap saat siang atau malam, bila bayi ingin minum, ambillah bayi dan
gendong ke ibunya untuk disusu.
c) Selalu sendawakan bayi setelah menyusu. Cara sendawa yang paling
tepat adalah dengan menggendong tegak kemudian perut bayi
diletakkan pada pundak ayahnya.
d) Ganti popoknya sebelum atau sesudahbayi menyusu.
e) Gendong bayi dengan kain, biarkan ia merasakan kehangatan badan
ayahnya.
f) Tenangkan bayi bila ia gelisah dengan cara menggendong, menepuk-
nepuk, atau menggoyang-goyang tempat tidur goyangnya.
g) Sekali-kali mandikan bayi.
h) Biarkan bayi berbaring di dada ayahnya agar ia dapat mendengar detak
jantung sang ayah, bunyi napas, dan kehangatan kulit ayahnya.
i) Biasakan memijat bayi sejak baru lahir, bila mungkinsehari dua kali.
j) Memperhatikan si istri dengan memberikan minum, sampai
membuatkan susu/teh juga nyuapin makanan/biskuit/roti.
k) Menggendong bayi ke ibu saat bayi ingin disusui, menyendawakan
bayi, mengganti popok, memandikan dan menggendong bayi, memijat
bayi, mengajak bayi berbicara, bermain, bernyanyi.
3) Tidak hanya pada masa kehamilan saja perlu dilakukan kelas ibu hamil,
pada masa nifas juga masih diperlukan suatu kelompok yang biasanya
disebut postpartum group.
Kelompok postpartum merupakan salah satu bentuk kelompok atau
organisasi kecil dari ibu nifas, yang bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan
mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul selama masa nifas. Dalam
postpartum group para ibu nifas bisa berkeluh kesah dan mendiskusikan
19
pengalaman melahirkannya, perasaannya, dan bagaimana cara menghadapi masa
nifas.
Sebaiknya pembentukan kelompok ibu nifas dilakukan pada minggu
pertama masa nifas, yaitu setelah melakukan kunjungan pertama, sehingga
upaya deteksi dini, mencegah, dan mengatasi permasalahan pada masa nifas
dapat dilakukan sesegera mungkin serta kesejahteraan ibu dan bayi bisa
terwujud.
Ibu nifas sering mengalami gangguan psikologis yang dikenal dengan post
partum blues. Di komunitas sebaiknya dibentuk postpartum group yaitu
kelompok ibu-ibu nifas. Dalam post partum group para ibu nifas bisa saling
berkeluh kesah dan mendiskusikan pengalaman melahirkannya, perasaan saat ini
dan bagaimana cara menghadapi masa nifas. Melalui postpartum group ini maka
gangguan-gangguan psikologi saat nifas diharapkan bisa diatasi.
Tahapan atau langkah-langkah dalam pembentukan kelompok ibu nifas :
a) Kenali program-program yang ada untuk ibu nifas.
Program untuk ibu nifas yang diberlakukan antara lain adalah
kunjungan pada ibu nifas dan neonatus, pemberian ASI eksklusif,
pemberian tablet tambah darah, dan pemberian tablet vitamin A.
b) Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dapat dilakukan bersamaan dengan kunjungan pada
ibu nifas dan neonatus melalui posyandu, dasawisma, bidan setempat,
ataupun melalui forum komunikasi desa (seperti PKK). Adapun data
yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok ibu nifas meliputi jumlah
ibu nifas dan bayi, kebiasaan atau trasisi setempat, permasalahan-
permasalahan pada masa nifas dan bayi, sumber daya masyarakat, serta
penentu kebijakan.
c) Lakukan pendekatan (mengatur strategi).
Mengingat masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang masih
memegang teguh nilai-nilai atau kepercayaan, patuh kepada orang yang
dianggap sebagai contoh, maka pendekatan dengan keluarga ibu, tokoh
masyarakat, tokoh agama, kepala desa, dan kader sebagai pengambil
keputusan dan penentu kebijakan sangat diperlukan untuk mewujudkan
suatu kelompok ibu nifas.
20
d) Buat Perencanaan.
Untuk membuat suatu perencanaan harus melihat data yang telah
terkumpul, buat usulan atau proposal yang didalamnya memuat tentang
latar belakang dan tujuan dari pembentukan kelompok post partum.
Perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
pembentukan kelompok post partum, tempat an waktu, anggaran, serta
peserta.
e) Pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan mintalah orang yang dianggap sebagai model atau
contoh bagi masyarakat setempat, misalnya tokoh agama/kepala desa
untuk memimpin ddiskusi. Bidan dapat berperan sebagai narasumber.
Lakukan diskusi sampai terbentuk susunan organisasi ibu nifas
(kelompok postpartum). Kemudian buat rencana tindak lanjut.
f) Evaluasi.
Evaluasi dilakukan pada akhir masa nifas, setelah kunjungan ke-4.
Pastikan bahwa tujuan akhir daripembentukan kelompok postpartum
benar-benar tercapai, ibu dan bayi sehat, serta nifas berjalan normal.
21
Kunjungan Waktu Asuhan
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
6-8 jam Pemberian ASI awal.
I post Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi
partum baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahanhipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik.
Memastikan involusiuterus barjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
6 hari Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
II post
partum Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup
cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak
ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
2
minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan
III
post yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
partum
6 Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
minggu nifas.
IV
post
partum Memberikan konselingKB secara dini.
e. Pelaksanaan Asuhan Nifas Masa Nifas Di Rumah
Pelaksanaan asuhan nifas meliputi:
1) Ibu baru pulang dari rumah sakit.
a) Keputusan bersama antara tenaga kesehatan dengan ibu/keluarga.
b) Bidan memberikan informasi tentang ringkasan proses persalinan,
hasil dan info lain yang relevan.
c) Mengulang kembali bilamana perlu.
d) Kunjungan postnatal rutin
e) Kunjungan postnatal rutin meliputi:
f) Kunjungan rumah dilakukan minimal 2x setiap hari.
22
g) Mengajarkan ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir.
h) Mengajarkan ibu untuk merawat diri.
i) Memberikan saran dan nasehat sesuai kebutuhan dan realistis.
j) Bidan harus sabar dan telaten menghadapi ibu dan bayi.
k) Melibatkan keluarga saat kunjungan rumah
l) Pengamatan pada psikologi ibu
m) Bidan melakukan pengamatan pada psikologi ibu, meliputi:
1. Memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas.
2. Bidan mengobservasi perilaku keluarga.
3. Meluangkan waktu untuk sharing dengan ibu dan keluarga.
4. Memberikan dukungan.
5. Melakukan dokumentasi pasca kunjungan.
6. Perencanaan skrining test.
7. Memberikan penyuluhan sehubungan dengan kebutuhan pada
masa nifas.
2) Kunjungan postnatal rutin.
3) Pengamatan psikologi ibu.
25
Fungsi seksual, yaitu untuk prokreasi (mendapatkan keturunan), rekreasi
(untuk kenikmatan), relasi (hubungan kekeluargaan), dan bersiat instuisi
(kewajiban suami untuk istrinya). Hubungan seksual remaja merupakan masalah
besar dalam disiplin ilmu kedokteran (andrologi, seksologi, penyakit kulit dan
kelamin, kebidanan dan kandungan) [ CITATION Sya09 \l 1033 ].
Bagi ibu yang masih remaja, kehamilan dan menjadi orang tua berarti
berakhirnya pendidikan mereka secara dini dengan konsekuensi kurangnya
kesempatan berkarir dan meningkatnya kemungkinan bahwa mereka mengalami
isolasi social dan hidup dalam kemiskinan. Laporan dari Government’s Social
Exclusion Unit tentang kehamilan remaja, yang dipublikasikan pada Juni 1999,
membentuk dua target utama : mengurangi sampai setengah angka kehamilan
pada remaja yang berusia kurang dari 18 tahun pada tahun 2010 dan mengurangi
risiko isolasi social jangka panjang bagi orang tua yang masih remaja dan anak-
anaknya. Bidan berperan dalam pencapaian kedua target tersebut melalui peran
mereka dalam kesehatan masyarakat dan pemberian layanan yang tepat dan
terjangkau [ CITATION Dia09 \l 1033 ].
Dengan dukungan yang tepat, ibu muda dapat melakukan transisi yang
efektif menjadi orang tua. Mereka dapat dibantu untuk mengembangkan
keterampilan menjadi orang tua yang baik dan keterampilan hidup dan dibantu
keluar dari situasi sulit tersebut, sikap yang menghakimi tidak menghasilkan
apapun yang positif, tetapi malah mengurangi harga diri, menimbulkan
kebencian, dan merusak hubungan antara bidan dan kliennya [ CITATION
Dia09 \l 1033 ].
d) Sosial budaya
28
Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan
mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku
keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan
rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang
menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan
kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri dari nilai-nilai
kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat
yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak
dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak
tertulis oleh masyarakat setempat terhadap perilaku yang dianggap
menyimpang. Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu
dalam memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.
e) Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan,
ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan
kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau
sampai tempat terpencil.
f) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh
terhadap perilaku, biasanya melalui media massa. Ibu yang pernah
mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga
kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan
meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya
melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam
melakukan kunjungan antenatal care.
g) Dukungan
Dukungan yang berarti sokongan dan bantuan, disini dukungan
dalam penentuan sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan
dari orang terdekat untuk melakukan kunjungan ulang. Dukungan
sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain
suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami
29
menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan
kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti
istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika
istri dalam proses persalinan
d. Anemia saat kehamilan, karena usia ibu yang masih remaja dan dengan
gangguan psikologis
Kehamilan pada usia muda yakni dibawah 20 tahun merupakan kehamilan
dengan risiko tinggi, untuk itu seharusnya perlu penanganan khusus terkait
kasus ini. Banyaknya risiko komplikasi seharusnya dapat dicegah jika Ny. R
melakukan kunjungan antenatal, yakni adanya pemberian imunisasi TT dan 90
tablet sulfas ferosus untuk mencegah anemia dalam kehamilan sehingga
mengurangi risiko terjadinya BBLR pada bayi yang akan dilahirkan.
Tubuh remaja secara fisik belum matang secara reproduksi, sehingga pada
saat kehamilan akan cenderung mengalami anemia, disamping penurunan kadar
ferritin akibat terjadinya hemodilusi, serta asupan nutrisi selama kehamilan yang
tidak diperhatikan.
5. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan intranatal (INC)
Dilihat dari riwayat persalinan ibu, maka ada beberapa masalah yang perlu
dikaji, yakni :
a. Persalinan yang ditolong oleh dukun, sehingga beresiko terjadinya infeksi
dan komplikasi persalinan
b. Terjadinya komplikasi saat persalinan dengan adanya riwayat anemia pada
ibu
Di beberapa daerah, keberadaan dukun bayi sebagai orang kepercayaan dalam
menolong persalinan, sosok yang dihormati dan berpengalaman, sangat dibutuhkan
30
oleh masyarakat keberadaannya. Berbeda dengan keberadaan bidan yang rata-rata
masih muda dan belum seluruhnya mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
Pendidikan dukun umumnya adalah Kejar Paket A atau tamat SD, bisa baca tulis
dengan kapasitas yang rendah, mereka tidak mendapat ilmu tentang cara pertolongan
persalinan secara teori, tetapi mereka hanya berdasarkan pengalaman saja. Peralatan
yang digunakannya hanya seadanya seperti memotong tali pusat menggunakan
bambu, untuk mengikat tali pusat menggunakan tali naken, dan untuk alasnya
menggunakan daun pisang tidak berbeda dengan seorang bidan, dukun beranak
melakukan pemeriksaan kehamilan melalui indra raba (palpasi). Biasanya
perempuan yang mengandung, sejak mengidam sampai melahirkan selalu
berkonsultasi kepada dukun, bedanya dibidan perempuan yang mengandunglah yang
datang ketempat praktek bidan untuk berkonsultasi. Sedangkan dukun ia sendiri
yang berkeliling dari pintu ke pintu memeriksa ibu yang hamil. Sejak usia
kandungan 7 bulan kontrol dilakukan lebih sering. Dukun menjaga jika ada
gangguan, baik fisik maupun non fisik terhadap ibu dan janinnya. Agar janin lahir
normal, dukun biasa melakukan perubahan posisi janin dalam kandungan dengan
cara pemutaran perut (diurut-urut) disertai doa.
Masih banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan non- medis daripada tenaga kesehatan disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain:
a. Kemiskinan
Tersedianya berbagai jenis pelayanan publik serta persepsi tentang nilai dan
mutu pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih
kesehatan atau tidak. Biasanya, perempuan memilih berdasarkan penyedia
layanan tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan
besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh masyarakat miskin.
Sekitar 65% dari seluruh masyarakat miskin menggunakan pelayanan
kesehatan rakyat seperti bidan di desa, puskesmas atau puskesmas pembantu
(pustu), sementara 35% sisanya menggunakan dukun beranak yang dikenal
dengan berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan alasan yang menentukan
pilihan masyarakat miskin, ada sejumlah faktor yang membuat mereka lebih
memilih layanan yang diberikan oleh dukun. Biaya pelayanan yang diberikan
oleh bidan di desa untuk membantu persalinan lebih besar dari pada penghasilan
rumah tangga miskin dalam satu bulan. Disamping itu, biaya tersebut pun harus
31
dibayar tunai. Sebaliknya, pembayaran terhadap dukun lebih murah dan boleh
diganti dengan barang. Besarnya tarif dukun hanya sepersepuluh atau seperlima
dari tarif bidan dea. Dukun juga bersedia pembayaran mereka ditunda atau
dicicil.
33
sangat cepat ke dalam aliran darah. Ini disebut septikemia. Septikemia
dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat.
3) Sisa plasenta tidak jauh dari bagian luar tubuh ibu. Hanya panjang
vagina (9 – 10 cm) yang memisahkan jalan masuk ke uterus dan
lingkungan luar. Ini berarti bahwa bakteri yang biasanya hidup di
rektum (seperti E Coli) dapat dengan mudah pindah ke dalam vagina
dan kemudian menuju uterus. Di sini bakteri menjadi berbahaya atau
“patogenik” karena menyebabkan infeksi pada sisi plasenta.
34
Menurut penelitian, anemia bermakna sebagai faktor risiko yang
mempengaruhi perdarahan postpartum primer. Ibu yang mengalami anemia
berisiko 2,8 kali mengalami perdarahan postpartum primer dibanding ibu yang
tidak mengalami anemia. Demam tinggi yang dialami ibu, beresiko terjadinya
perdarahan sekunder pascapartum, sehingga menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah uterus, sehingga involusi uterus terganggu.
2) Klasifikasi
1. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau
busuk, dan di sekitar tali pusat kemerahan dan pembengkakan
terbatas pada daerah kuang dari 1 cm di sekitar pangkal tali
pusat lokal atau terbatas.
35
2. Infeksi tali pusat berat atau meluas
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi
area 1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan
memerah serta bayi mengalami pembengkakan perut, disebut
sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas
36
yang terjangkau, sehingga perilaku seks yang aman, meskipun
ada dampak negative yang mungkin timbul, namun mengingat
perilaku seseorang dipengaruhi oleh keinginan diri sendiri dan
lingkungan, sehingga pengetahuan yang positif diperlukan
untuk dapat merangsang pemikiran remaja untuk menghindari
seks bebas.
3. Kuratif
Pencarian kasus kehamilan remaja diluar nikah dari tokoh
masyarakat, untuk dapat mendeteksi secara dini kehamilan pada
remaja, sehingga dapat diberikan asuhan secara khusus seperti
yang telah dijelaskan diteori. Dengan asuhan ANC yang telah
didapat diharapkan dapat mengurangi stress antepartum, serta
Bidan dapat menjadi partnership dalam memberikan asuhan,
sehingga kehamilan berjalan dengan baik.
4. Rehabilitatif
Memberdayakan wanita yang mengalami kehamilan saat
remaja dengan menjadikan kader, sehingga dapat dijadikan
perbandingan bagi remaja lain saat memberikan penyuluhan
kepada remaja-remaja terkait kesehatan reproduksi dan dampak
kehamilan remaja, sehingga dirinya dianggap dan berguna bagi
orang lain.
Terus memberikan konseling dan nasihat untuk dapat
mencapai peran sebagai Ibu, sehingga dapat merawat bayi
hingga tumbuh sehat. Dengan ini stress postpartum juga dapat
dihindari.
Anemia pada 1. Promotif
kehamilan Menganjurkan konseling pra-konsepsi kepada wanita yang
merencanakan kehamilannya, sehingga dapat ditapis segala
kemungkinan yang beresiko mengalami anemia.
2. Preventif
Mengadakan kelas ibu hamil tiap semester untuk
memberikan penyuluhan mengenai asupan nutrisi saat
kehamilan, perawatan selama kehamilan, serta beberapa
olahraga ringan untuk ibu hamil.
Memberikan tablet sulfas ferosus pada TM II sebanyak 90
tablet dengan menganjurkan cara mengkonsumsi yang baik agar
tablet SF dapat diabsorbsi secara maksimal.
3. Kuratif
Melakukan kolaborasi dan rujukan kepada tenaga kesehatan
yang berkompetensi, dengan terus mendampingi ibu. Sehingga
dapat dicapai asuhan kehamilan yang dinginkan.
Aborsi yang Promotif dan Preventif
tidak aman Memberi pendidikan tentang seks yang sehat, termasuk
menghindari kehamilan, menyediakan metode KB khusus
untuk remaja, memberi penjelasan tentang KB darurat, dan
menyediakan sarana terminasi kehamilan yang legal untuk
kondisi tertentu.
Tidak 1. Sosialisasi penggunaan jampersal bagi masyarakat, dan
melakukan memenuhi syarat penggunaan dengan melakukan kunjungan
kunjungan ANC ANC minimal 4 kali.
37
2. Melakukan kunjungan rumah (Home Visit) untuk
mendeteksi ibu hamil serta mengkaji buku KIA.
3. Memberi motivasi kepada keluarga untuk selalu mendukung
ibu dalam melakukan kunjungan ANC
4. Membuat pemerataan tarif kunjungan sesuai dengan kelas
ibu hamil, sehingga harga dapat terjangkau oleh masyarakat.
38
dengan praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan
meniup lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut). Riwayat kasus kematian
ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa yang terjadi jika dukun
beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta
rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kekurangtahuan
dukun beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang tidak dikenal.
Berdasarkan dukun di Indonesia masih mempunyai peranan dalam menolong
suatu persalinan dan tidak bisa dipungkiri, masih banyak persalinan yang ditolong
oleh dukun beranak, walaupun dalam menolong persalinan dukun tidak berdasarkan
kepada pengalaman dan berbagai kasus persalinan oleh dukun seringkali terjadi dan
menimpa seorang ibu dan atau bayinya. Tetapi keberadaan dukun di Indonesia tidak
boleh dihilangkan tetapi kita bisa melakukan kerjasama dengan dukun untuk
mengatasi hal-hal atau berbagai kasus persalinan oleh dukun.
Mereka merasa pelatihan dan peralatan persalinan yang diberikan saat pelatihan
sangat bermanfaat. Para dukun juga dilatih tentang pencatatan dan pelaporan. Setiap
dukun dilatih membaca sampai mengerti bagaimana cara pengisian kolom tersebut.
Pelatihan untuk perawatan ibu hamil, pertolongan pada diare, makanan bergizibagi
bayi, balita dan ibu hamil juga dilakukan. Membina hubungan baik dengan dukun
juga dilakukan agar kita bisa lebih gampang menjalin kerjasama dengan dukun.
39
a. Tanda-tanda Persalinan darah)
b. Tanda bahaya kehamilan 5. Memotivasi ibu hamil dan
c. Kebersihan pribadi & lingkungan keluarga tentang :
d. Gizi a. KB setelah melahirkan
e. Perencanaan Persalinan (Bersalin di b. Persalinan di Bidan pada waktu
Bidan, menyiapkan menjelang taksiran partus.
transportasi,menggalang dalam 6. Melakukan ritual
menyiapkan biaya, menyiapkan calon keagamaan/tradisional yang sehat
donor darah) sesuai tradisi setempat bila keluarga
f. KB setelah melahirkan menggunakan meminta.
Alat Bantu Pengambilan Keputusan 7. Melakukan motivasi pada waktu
(ABPK) rujukan diperlukan.
4. Melakukan kunjungan Rumah untuk : 8. Melaporkan ke Bidan apabila ada ibu
a. Penyuluhan/Konseling pada keluarga hamil baru.
tentang persencanaan persalinan
b. Melihat Kondisi Rumah persiapan
persalinan
c. Motivasi persalinan di Bidan pada
waktu menjelang taksiran partus
5. Melakukan rujukan apabila diperlukan
6. Melakukan pencatatan seperti :
a. Kartu ibu
b. Kohort ibu
c. Buku KIA
7. Melakukan Laporan :
a. Melakukan laporan cakupan ANC
2) Periode Persalinan
BIDAN DUKUN
1. Mempersiapkan sarana prasara 1. Mengantar calon ibu bersalin ke
persalinan aman dan alat resusitasi bayi Bidan
baru lahir, termasuk pencegahan infeksi. 2. Mengingatkan keluargamenyiapkan alat
2. Memantau kemajuan persalinansesuai transport untukpergi ke
dengan partogram Bidan/memanggil Bidan.
3. Melakukan asuhan persalinan. 3. Mempersiapkan sarana prasaran
4. Melaksanakan inisiasi menyusudini dan persalinan aman seperti :
pemberian ASI segerakurang dari 1 jam. a. Air bersih
5. Injeksi Vit K1 dan salep mataantibiotik b. Kain bersih
pada bayi baru lahir. 4. Mendampingi ibu pada saatpersalinan
6. Melakukan perawatan bayi baru lahir 5. Membantu Bidan pada saat
7. Melakukan tindakan PPGDONapabila prosespersalinan.
mengalami komplikasi. 6. Melakukan ritualkeagamaan/tradisional
8. Melakukan rujukan bila diperlukan yang sehatsesuai tradisi setempat
9. Melakukan pencatatan persalinanpada : 7. Membantu Bidan dalam perawatanbayi
a. Kartu ibu/partograf baru lahir
b. Kohort Ibu dan Bayi 8. Membantu ibu dalam inisiasimenyusu
40
c. Register persalinan dini kurang dari 1 jam.
10. Melakukan pelaporan: 9. Memotivasi rujukan bila diperlukan
a. Cakupan persalinan 10. Membantu Bidan membersihkanibu,
tempat dan alat setelah persalinan.
3) Periode nifas
BIDAN NIFAS
1. Melakukan Kunjungan Neonatal dan 1. Melakukan kunjungan rumah dan
sekaligus pelayanan nifas (KN1, KN2dan memberikan penyuluhan tentang :
KN3) : a. Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu
a. Perawatan ibu nifas nifas
b. Perawatan Neonatal b. Tanda-tanda bayi sakit
c. Pemberian Imunisasi HB 1 c. Kebersihan pribadi & lingkungan
d. Pemberian Vit. A ibu Nifas 2 kali d. Kesehatan & Gizi
e. Perawatan payudara e. ASI Ekslusif
2. Melakukan Penyuluhan dan konseling f. Perawatan tali pusat
pada ibu dan keluarga mengenai : g. Perawatan payudara
a. Tanda-tanda bahaya dan penyakitibu 2. Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-
nifas. KB setelah melahirkan.
b. Tanda-tanda bayi sakit 3. Melakukan ritualkeagamaan/tradisional
c. Kebersihan pribadi & lingkungan yangsehat sesuai tradisi setempat.
d. Kesehatan & Gizi 4. Memotivasi rujukan biladiperlukan.
e. ASI Ekslusif 5. Melaporkan ke Bidan apabilaada calon
f. Perawatan tali pusat akseptor KB baru.
g. KB setelah melahirkan
3. Melakukan rujukan apabila diperlukan
4. Melakukan pencatatan pada :
a. Kohort Bayi
b. Buku KIA
5. Melakukan Laporan :
a. Cakupan KN
41
1) Pemeriksaan kesehatan
2) Pertolongan persalinan
3) Pelayanan nifas
4) Pelayanan KB pasca persalinaN
5) Pelayanan bayi baru lahir
Peserta program Jampersal adalah seluruh ibu hamil yang belum memiliki
jaminan persalinan (tidak tertanggung di dalam kepesertaan ASKES,
Jamkesmas, Jamkesda, Jamsostek dan asuransi lainnya).Pelayan yang didapat
oleh peserta Jampersal meliputi:
1) Pemeriksaan kehamilan (ANC) sekurang-kurangnya 4 kali (1kali di
trimester I, 1 kali di trimester II, dan 2 kali di trimester III)
2) Persalinan normal
3) Pelayanan nifas normal
4) Pelayanan bayi baru lahir normal
5) Pemeriksaan kehamilan resiko tinggi
6) Pelayanan pasca keguguran
7) Persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar
8) Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar
9) Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi
10) Penanganan rujukan pasca keguguran
11) Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET)
12) Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif
13) Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif
14) Pelayanan KB pasca persalinan
15) Pelayanan Jampersal tidak mengenal batas wilayah, artinga peserta
berhak mendapatkan pelayanan dimanapun berada dengan
menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) / Identitas diri lainnya.
42
Masalah ibu
post partum
Solusi Permasalahan
berdasarkan
kasus
Ibu mengalami PENANGANAN SEPSIS PUERPURALIS
infeksi 1. 1. Peka terhadap tanda awal / gejala infeksi nifas
3. 2. Periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari sumber
infeksi.
3. Bidan mencuci tangan dengan seksama sebelum dan
sesudah memeriksa ibu
4. Melakukan penatalaksaan pada ibu yang mengalami sepsis
5. Alat – alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan
lain, terutama untuk ibu nifas lain.
11 6. Beri nasehat kepada ibu pentingnya kebersihan diri,
penggunaan pembalut sendiri dan membuangnya pada
tempatnya
7. Menekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya
istirahat, gizi baik dan banyak minum bagi ibu.
8. Motivasi ibu untuk tetap memberikan ASI
9. Lakukan semua Pencatatan dengan seksama.
10. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak
membaik dalam 24 jam, segera rujuk ke RS.
11.Jika syok terjadi ikuti langkah – langkah penatalasaan syok
sesuai standar 21 (Penatalaksanaan syok).
Yang penting diperhatikan oleh bidan:
Semua ibu nifas berisiko terkena infeksi, dan ibu yang telah
melahirkan bayi dalam keadaan mati, persalinan yang
memanjang, pecahnya selaput ketuban yang lama
mempunyai risiko yang lebih tinggi.
Kebersihan dan cuci tangan sangatlah penting, baik untuk
pencegahan maupun penanganan sepsis.
Infeksi bisa menyebabkan perdarahan postpartum sekunder.
Keadaan ibu akan semakin memburuk jika antibiotika tidak
diberikan secara dini dan memadai.
Lakukan tes sensitivitas sebelum memberikan suntikan
antibiotika
Ibu dengan sepsis puerpuralis perlu dukungan moril, karena
keadaan umumnya dapat menyebabkannya menjadi sangat
letih dan depresi.
43
Ibu tidak - Memberi informasi tentang manfaat ASI
memberikan - Memberi informasi tentang kerugian ibu dan bayi jika tidak
ASI eksklusif mendapatkan ASI eksklusif
kepada bayi - Memberi informasi tentang kerugian memberi susu formula
- Melatih ibu untuk menyusui bayi dan menstimulasi payudara
- Membimbing ibu agar menyusui anaknya
- Memotivasi keluarga agar mendukung ibu memberikan ASI
eksklusif, karena dukungan suami (Breastfeeding father) dan
keluarga sangat membantu keberhasilan menyusui.
- Jika kondisi ibu pulih, dianjurkan agar bergabung dengan grup
post
44
b. Bayi boleh keluar rumah sebelum umur 40 hari
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dengan
tetap menjaga kehangatan dan hindarkan dari orang
sakit.
c. Ibu tidak perlu khawatir dengan imunisasi, imunisasi
mungkin menyebabkan demam tetapi tidak
berbahaya dan bisa diatasi dengan pemberian obat
penurun panas.
d. Jangan mengobati sendiri jika bayi sakit.
Ikterus 1. Mengajarkan kepada ibu postpartum cara perawatan
bayi dirumah, untuk menghindari terjadinya beberapa
masalah yang sering terjadi pada BBL, seperti : infeksi
tali pusat, ikterus, tetanus neonatorum, ruam popok,
masalah hygiene, dll.
2. Melakukan kunjungan neonatus (KN), untuk melihat
keadaan bayi.
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi asupan nutrisi
yang cukup untuk kualitas dan kuantitas ASI, sehingga
bayi mendapat ASI yang cukup.
4. Mengajari ibu perawatan bayi yang ikterus dirumah
seperti : menjemur bayi, karena sinar matahari dan
udara segar sangat penting untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan kesehatan. Bayi sejak berumur beberapa
hari sebaiknya setiap pagi dibawa keluar untuk
mendapatkan sinar matahari dan hawa sejuk.
a. Jemurlah bayi pada pagi antara pukul 07 – 8 selama
15-30 menit dengan posisi terlentang dan tengkurap
2. Jemur saat sebelum mandi
b. Bukalah baju bayi dan pakaikan popok yang minim
c. Hindarkan mata dari sinar matahari lngung
d. ganti posisi setiap 15 menit
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Frase M Diane and Cooper A Margaret. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
Reeder and Sharon J. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi &
Keluarga. Jakarta: EGC.
Tom Lissauer dan Avroy Fanaroff. (2008). At a glance neonatologi. Jakarta: EMS.
Varney et al. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed., Vol. 1). (E. Wahyuningsih,
Ed.) Jakarta: EGC.
iv