UNMAS DENPASAR
KELOMPOK 12
NAMA KELOMPOK :
2020
PENELUSURAN ASET DAN PEMULIHAN KERUGIAN
1. 2% s.d 5% dari GDP global (Camdessus 1998) atau US$800 miliar sampai
US$ 2 triliun dari segala macam tindakan melawan hukum.
2. US$3,4 triliun angka tertinggi (diukur oleh Router dan Trauman 2004).
Angka ini didasarkan pada perekonomian yang tidak teramati (the
unobserved economy) yang merupakan definisi yang luas untuk kegiatan sah
(legal activities) serta kegiatan melawan hukum diluar GDP 21 negara OECD
berdasarkan Schneder dan Ernste (2000) dan Schenider (2002).
3. USS$20 miliar sampai US$40 miliar (2001 nyanga declaration). Ini adalah
taksiran aset yang dijarah pemimpin korup dari negara-negara miskin,
khususnya di Afrika, yang disimpan di luar negara mereka.
4. US$500 miliar dalam kegiatan kriminal, US$20 miliar sampai US$40 miliar
uang hasil korupsi, dan US$500 miliar dalam penyelundupan pajak per tahun
(Baker 2003 dan lain-lain 2005). Jumlah total melampaui US$ 1 triliun,
separuhnya dari negara berkembang dan negara yang baru meningkat dari
perekonomian berkembang (transition economies).
5. 25% dari GDP negara-negara Afrika hilang dikorupsi setiap tahunnya, atau
US$148 miliar (U4 anti-corruption center 2007).
Bang dunia mengajak Kejaksaan agung bergabung dalam prakarsa StAR (stolen
asset recovery) yang dibentuk pada tanggal 18 September 2007. Prakarsa StAR
tersebut bertujuan untuk mendesak negara-negara kaya mengembalikan aset hasil
korupsi dan mendorong negara-negara berkembang menginvestasikan dana
tersebut ke program sosial dan pemberantasan kemiskinan. Bank Dunia pada
tanggal 19 September 2007 memberikan data kekayaan mantan presiden Soeharto
di luar negeri. Menanggapi prakarsa StAR, ketua pusat kajian anti korupsi
fakultas hukum (FH) Universitas Gajah Mada UGM Yogyakarta, Denny
Indrayana menekankan pemerintah Indonesia seharusnya bersikap tegas untuk
mengejar aset-aset rakyat yang masuk dalam harta kekayaan Pak Harta. Kalaupun
sekarang sudah digagas oleh PBB dan Bank Dunia, Denny menyayangkan
kelambanan pemerintah dalam penyelesaian pengembalian kekayaan negara
tersebut. Pemerintah ini relatif jalan ditempat, relatif tidak bergerak.
Ferdinand Marcos adalah mantan presiden Filipina yang terkenal korup. Hal-hal
yang yang dapat dipelajari dari kasus Marcos adalah :
Penelusuran Aset.
Pemulihan Kerugian.
DAFTAR PUSTAKA