Anda di halaman 1dari 15

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) Semester Genap T.

A 2019/2020

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila


Dosen Pengampu : Drs. H. Nana Setialaksana
Nama Lengkap : Azzahra Aprilia
NIM/NPM : 192151038
Jurusan/Prodi : Pendidikan Matematika
Email : azzahraaprilia841@gmail.com
1. Seperti halnya manusia yang mempunyai cita-cita, gagasan, dan tujuan begitu juga
negarapun mempunyai cita-cita dan tujuan yang harus dicapai bersama menuju Negara
adil dan makmur.
Pertanyaan :
a. Jelaskan pengertian Ideologi secara sempit dan Luas! Dan bagaimana pengertian
Ideologi menurut para ahli?
b. Apa fungsi Ideologi? Dan apa ciri Ideologi yang baik dan yang kuat!
c. Buktikan Pancasila merupakan Ideologi terbuka, Ideologi yang baik dan ideology
yang kuat
Jawaban :
a. Pengertian Ideologi dalam arti luas, ideologi berarti ilmu pengetahuan mengenai
cita-cita negara. Sementara itu, dalam arti yang sempit ideologi merupakan cita-
cita negara yang menjadi basis bagi teori dan praktik penyelanggaraan negara.
Tokoh atau pemikir Indonesia yang lainnya mendefinisikan ideologi sebagai
berikut:
(a) Sastrapratedja, Ideologi adalah seperangkat gagasan/pemikiran yang
berorientasi pada tindakan dan diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur.
(b) Soerjanto, Ideologi adalah hasil refleksi manusia berkat kemampuannya
menjaga jarak dengan dunia kehidupan nya.
(c) Mubyarto, Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan, dan simbol-simbol
sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman
kerja (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu.

b. Fungsi Ideologi diantaranya sebagai berikut.


(a) Struktur kognitif yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat menjadi landasan
untuk memahami dan menafsirkan dunia, serta kejadian kejadian di lingkungan
sekitar nya;
(b) Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia;
(c) Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
(d) Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya;
(e) Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan; dan
(f) Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati,
serta memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung didalamnya (Soerjanto, 1991:48).

Ideologi yang baik seperti Pancasila memiliki beberapa dimensi, Adapun tiga
dimensi menurut Alfian (1991: 192-195) adalah sebagai sebagai berikut:
(a) Dimensi realitas mengandung makna bahwa nilai nilai dasar yang terkandung
dalam dirinya bersumber dari nilai-nilai real yang hidup dalam masyarakatnya;
(b) Dimensi idealitas mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
(c) Dimensi fleksibilitas mengandung sebuah relevansi atau kekuatan yang
merangsang masyarakat untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru
tentang nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya.

Ciri ideologi yang kuat menurut Kaelan (2016:84) yaitu memiliki nilai dasar,
nilai instrumen, nilai praksis. Berikut merupakan penjelasannya.
(a) Nilai dasar memiliki sifat abstrak artinya tidak dapat diamati melalui indra
namun dalam realisasinya nilai berkaitan dengan tingkah laku manusia yang
bersifat praktis, contohnya hakikat Tuhan.
(b) Nilai instrumental merupakan nilai yang menjadi parameter atau ukuran yang
jelas untuk tingkah laku manusia. Contohnya arahan, kebijakan atau strategi.
(c) Nilai praktis merupakan sistem perwujudan nilai dasar dan nilai instrumental
yang tidak boleh menyimpang dari sistem tersebut.

c. Bukti Pancasila sebagai ideolagi terbuka karena mengandung pengertian ideologi


yang berisi orientasi yang besar. Sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-
tujuan dan norma-norma sosial politik, selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan
dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat.
Pancasila dianggap sebagai ideologi yang baik karena telah memenuhi ketiga
unsur di atas. Pancasila adalah realitas nilai yang telah lama berkembang pada
Masyarakat Indonesia. Berbeda dengan komunis misalnya, banyak beberapa nilai
yang terdapat dalam komunis yang tidak sesuai dengan realiatas masyarakat,
seperti sama rata dan sama rasa yang tidak mungkin manusia dalam sebuah negara
dapat memiliki nasib yang sama sekalipun negara yang mengaturnya.
Pancasila juga memenuhi unsur idealitas karena merupakan cita-cita dan tujuan
besar dan mulai bagi segenap bangsa Indonesia, Pancasila memiliki pandangan
hidup jauh kedepan yang tinggi dan mulia. Dimensi fleksibilitas yang dimiliki
Pancasila karena Pancasila selalu dan akan hidup disepanjang jalan, pada saat
dunia mengalami perang dingin dengan adanya pertentangan ideologi liberal dan
komunis, Pancasila tetap tidak tergoyahkan dengan tergabungnya dalam gerakan
non blok, setelah perang dunia berakhir, satu ideologi besar menjadi korban yakni
komunsi.
2. Pancasila merupakan filsafat yang baik karena azasnya bersumber pada kebenanaran,
Ilmu Pengetahuan dan Wahyu Ilahi.
Pertanyaan :
a. Apakah ilmu itu? Buktikan Pancasila memenuhi syarat- syarat Ilmiah! Apa
pancasila itu? Kemana kita berpancasila? Mengapa ada pancasila? Dan
bagaimana pancasila?
b. Gambarkan Peta Filsafat! Jelaskan apa system filsafat? Cabang- cabangnya dan
aliran- alirannya!
c. Buktikan Pancasila merupakan Sistem Filsafat dan buktikan Pancasila termasuk
filsafat yang baik!
Jawaban :
a. Ilmu yaitu pengetahuan yang menjawab pertanyaan apa, kemana, mengapa, dan
bagaimana. Menurut Soewardi, ilmu sangat erat kaitannya dengan kebenaran.
Kebenaran yang mutlak diwahyukan Tuhan kepada manusia, sedangkan
kebenaran yang dicapai itu sifatnya relatif, dan diantara kebenaran relatif ini
dibagi dua, ialah filsafat yang bersifat spekulatif dan ilmu atau sains yang bersifat
positif.

Secara ilmiah pancasila harus memenuhi syarat-syaratnya sebagai hal yang


ilmiah seperti yang dikatakan Poedjowijanto sebagaimana dikutip oleh Kaelan,
(2016: 7) merinci syarat-syarat ilmiah sebagai berikut:
(a) Berobjek, Objek Pancasila terbagi menjadi dua, yakni objek formal dan objek
material. Objek material dibagi dua yakni yang bersifat empirik dan non empirik.
Sedangkan objek formal dari sudut pandang apa itu Pancasila. Pada hakikatnya
Pancasila dapat dibahas dari berbagai sudut pandang misalnya dari sudut moral,
maka terdapat bahasan yang disebut dengan moral Pancasila. Dari sudut pandang
ekonomi, hingga timbulah kajian yang membahas tentang ekonomi Pancasila.
Dari sudut pandang hukum dan kenegaraan, maka terdapatlah kajian tenatng
Pancasila secara yuridis kenegaraan, kemudian dari sudut pandang filsafat, maka
timbulah pembahasan tentang filsafat Pancasila, dan lain-lain (Kaderi, 2015:24).
(b) Bermetode, Bermetode yaitu seperangkat cara atau sistem pendekatan untuk
mendapatkan kebenaran yang bersifat objektif, salah satu contoh diantaranya
analisis sintesa, seperti yang dipidatokan Soekarno dalam pengukuhannya sebagai
penggali dan pencetus Pancasila pada tanggal 1957 ialah Metode “analitico
syntetic” yaitu perpaduan antara metode analisis dan sintetis, serta metode
pemahaman, penafsiran, dan interpretasi yang kesemuanya itu senantiasa
didasarkan pada hukum-hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan
(Kaelan, 2004:17). Adapun metode hermeneutika. Metode hermenuetika, yaitu
suatu metode dalam rangka untuk menggali makna yang terkandung didalam
objek Pancasila (Kaderi, 2015:25).
(c) Bersistem, Bersistem karena sila-sila pnacasila merupakan satu kesatuan yang
saling berhubungan, saling ketergantungan dan saling mengualifikasi.
(d) Bersifat universal, Sila-sila Pancasila bersifat universal, artinya inti dari setiap
sila tidak dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga bersifat abstrak dan umum
maksudnya bahwa kebenaran suatu pengetahuan ilmiah haruslah bersifat
universal, artinya kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, situasi
dan kondisi, maupun jumlah tertentu. Berkaitan dengan pembahasan Pancasila dia
dikatakan bersifat universal karena intisari, essensi dan makna yang terdalam dari
sila-sila berikut yang pada dasarnya bersifat universal (kaderi 2015:25-26).

Kaelan (2016: 9) mengemukakan pendapatnya tentang tingkat pengetahuan


ilmiah. Kemudian digambarkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut.
(a) Pertanyaan Apa
Pertanyaan ini yang memerlukan jawaban yang esensial kefilsafatan. Apabila
ditanya apa Pancasila? Maka jawabannya harus menggunakan jawaban yang
berhubungan dengan penjelasan esensial dalam filsafat. Untuk itu, maka
jawabannya adalah filsafat Bangsa Indonesa.
(b) Pertanyaan Kemana
Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang bersifat normatif. Apabila ditanya
kemana kita ber Pancasila? Maka jawabannya adalah menuju pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sebagai cita-cita Bangsa Indonesia yang terera dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 alinea.
(c) Pertanyaan Mengapa
Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang ber-sifat kausalitas. Mengapa ada
Pancasila di Indonesia? Jawaban nya karena ada 4 (empat) kausa, yaitu: Materialis
(bahan), kausa formalis (bentuk), kausa efisien (karya), dan kausa finalis. Apakah
yang menjadi bahan adanya Pancasila (kausa materialis)? Jawabannya adalah
karena adanya manusia Indonesia. Bagaimana bentuk Pancasila (kausa formalis)?
Jawabannya adalah bentuknya bulat dan utuh, yang artinya ketika menjabarkan
salah satu sila, sila yang lain menjadi dasarnya dan tidak bisa dilepas salah satu
sila dengan sila yang lainnya. Siapakah yang membuat Pancasila (kausa efisien)?
jawbannya adalah para pendiri negara (the founding father) yang tergabung dalam
badan penyelisik usaha persiapan kemerdekaan (BPUPK), melalui sidang-
sidangnya dari tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan Sidang Panitia 9 (sembilan)
22 Juni 1945, sidang BPUPK II yakni pada tanggal 10-16 Juli 1945, yang
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI. Apakah tujuan dirumuskannya
Pancasila (kausa Finalis)? Jawabannya adalah untuk dijadikan dasar negara
sebagai pedoman bagi negara dan menata negara dan bangsa untuk mencapai cita-
cita dan tujuan negara.
(d) Pertanyaan Bagaimana
Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang sifatnya deskriftif, menjelaskan
menggambarakan. Bagaimana Pancasila itu? Hal ini harus dijelaskan dari
berbagai prespektif utamanya didasari dari segi pengertiannya, kedudukannya,
fungsinya, sifatnya, isinya, bentuknya, susunannya, serta segi sejarahanya.

b. Peta Filsafat

Dari gambar (tidak bisa diinput gambarnya) dapat diketahui bahwa filsafat dibagi
dua yaitu filsafat proses dan filsafat produk.
Filsafat proses terdiri dari pengantar dan azas. Pengantar mengenai Historis (barat
dan timur). Pengantar sistematis berdasarkan cabang dan aliran. Sedangkan, untuk
Azas bersumber dari wahyu ilahi dan ilmu pengetahuan.
Filsafat produk menjelaskan etika yang bersifat umum dan khusus.
Pancasila termasuk filsafat produk oleh karena itu Pancasila merupakan dasar
etika bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila termasuk filsafat yang baik karena bersumber dari kebenaran kalam
illahi dan bersumber pada kebenaran ilmiah.

NO SISTEMATIK CABANG ALIRAN


. A FILSAFAT
1. Ontologi Metafisika Monotheisme, Politheisme
2. Epistimologi Metodologi, logika Rasionalisme, Empirisme
3. Aksiologi Etika, estetika Matherialisme,
Hedonisme, Romantisme,
Radikalisme.
1) Sistematika filsafat ada ontologi, epistimologi dan aksiologi.
 Ontologi merupakan sesuatu yang bertalian dengan terbentuknya ilmu,
 Epistimologi adalah makna ilmu ialah tentang seluk beluk ilmu itu sendiri,
apa kemampuannya dan apa keterbatasannya, sedangkan
 Aksiologi merupakan gunalaksana dari ilmu, ialah hal-hal yang bertalian
dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia
2) Cabang-cabang filsafat yaitu:
 Metafisika (filsfat tentang hal ada)
 Metodologi (teori tentang metode)
 Logika (teori tentang penyimpulan)
 Etika (filsafat tentang pertimbangan moral)
 Estetika (filsafat tentang keindahan)
3) Aliran aliran filsafat yaitu:
 Monotheisme: bentuk kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu
Tuhan atau menyembah dewa(banyak dewa). Secara harfiah berasal dari
bahasa Yunani poly + theoi, yang berarti banyak tuhan. Lawan dari paham
ini adalah monoteisme, atau kepercayaan yang hanya mengakui satu
Tuhan.
 Politheisme: bentuk kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu
Tuhan atau menyembah dewa(banyak dewa). Secara harfiah berasal dari
bahasa Yunani poly + theoi, yang berarti banyak tuhan. Lawan dari paham
ini adalah monoteisme, atau kepercayaan yang hanya mengakui satu
Tuhan.
 Rasionalisme: doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah
ditentukan atau didapatkan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang
berdasarkan fakta, bukan berasal dari pengalaman inderawi.
 Empirisme: suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
 Materialisme: paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang
dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi.
 Hedonisme:  pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan
menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan
sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
 Romantisme: sebuah gerakan seni, sastra dan intelektual yang berasal dari
Eropa Barat abad ke-18 pada masa Revolusi Industri. Gerakan ini sebagian
merupakan revolusi melawan norma-norma kebangsawanan, sosial dan
politik dari periode Pencerahan dan reaksi terhadap rasionalisasi terhadap
alam, dalam seni dan sastra.
 Radikalisme: alam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "radikal"
mengandung arti "secara mendasar (sampai kepada hal prinsip); "amat
keras menuntut perubahan"; dan "maju dalam berfikir atau bertindak".
Sementara radikalisme dijelaskan sebagai "paham atau aliran yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara
kekerasan atau drastis".
c. Bukti Pancasila merupakan system filsafat karena memenuhi syarat-syarat
system filsafat, setiap sila dalam Pancasila itu saling berhubungan, saling
berkaitan dan saling mengkualifikasi. Pancasila berfilsafat karena memenuhi
persyaratan sistem filsafat, yaitu: berontologi, berepistimologi dan beraksiologi.
Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita
bersama) seluruh Bangsa Indonesia. Pancasila yang dihasilkan sebagai filsafah
karena merupakan hasil dari perenungan jiwa yang dilakukan oleh para pendahulu
kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat. Menurut
Notonagoro disetujui oleh Dewantara (2017: 10) berpendapat bahwa Filsafat
Pancasila ini memberikan pengetahuan dan pemahaman ilmiah tentang hakikat
Pancasila.
Pancasila termasuk filsafat yang baik karena bersumber dari kebenaran kalam
illahi dan bersumber pada kebenaran ilmiah.

3. Politik merupakan kegiatan pemerintah dan masyarakat dalam membuat kebijakan yang
harus didasarkan kepada nilai- nilai demi mewujudkan kesejahteraan dan kelangsungan
hidup masyarakat sesuai dengan cita- cita dan tujuan.
Pertanyaan :
a. Jelaskan Pengertian nilai menurut para ahli dan apa hubungannya nilai, norma dan
moral?
b. Apakah etika itu? Apakah politik itu dan sebutkan 7 syarat untuk berpolitik
praktis!
c. Bagaimana politik yang didasari nilai pancasila itu? Bagaimana kenyataannya saat
ini?
Jawaban :
a. Berikut dipaparkan pengertian nilai dari beberapa ahli yaitu:
(a) Jack Fraencel
Suatu ide (gagasan) atau konsep tentang apa yang difikir penting oleh seseorang
didalam hidupnya. Nilai sebagai asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari
tentang apa yang benar. Nilai adalah standar tingkah laku pada kalompok tertentu.
(b) Milton Rokeah
Nilai adalah suatu kepercayaan atau keyakinan yang bersumber pada sistem nilai
seseorang atau mengenai apa yang berharga dari apa yang tidak berharga. Nilai
juga dapa disebut sebagai hal yang berguna dan tidak berguna.
(c) Max Scheler
Nilai-nilai yang ada tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Menurut tinggi
rendahnya nilai, di kelompokan dalam 4 (empat) tingkatan yaitu:
1) Nilai kenikmatan;
2) Nilai kehidupan;
3) Nilai Kejiwaan;
4) Nilai kerohanian.
(d) Walter G Everet
Menggolongkan nilai manusiawi ke dalam 8 (delapan) kelompok yaitu:
1) Nilai ekonomi;
2) Nilai kejasmanian;
3) Nilai hiburan;
4) Nilai sosial;
5) Nilai watak;
6) Nilai estetis;
7) Nilai intelektual;
8) Nilai keagamaan.
(e) Notonegoro
Membagi nilai menjadi 3 (tiga) macam nilai, yaitu :
1) Nilai material, segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia atau
kebutuhan ragawi manusia.
2) Nilai vital, untuk mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3) Nilai kerohanian, untuk rohani yaitu: a) Kebenaran; b) Keindahan; c)
Kebaikan; d) Religius.
(f) N. Rescher
Pembagian nilai berdasarkan pembawa nilai (trager) hakikat keuntungan yang
diperoleh dan hubungan antara pendukung nilai dan keuntungan yang diperoleh.

Hubungan nilai, norma, dan moral sebagai berikut.


Nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang bermanfaat yang dijadikan landasan,
alasan dan motivasi dalam bersikap. Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna
maka perlu dikonkritkan lagi. Wujud yang lebih konkrit dari sebuah nilai adalah
norma. Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral, karena kepribadian
seseorang ditentukan moral yang dimilikinya. Sementara itu, norma adalah bentuk
nyata dari nilai nilai sosial di dalam masyarakat yang berbudaya, memiliki aturan-
aturan, dan kaidah-kaidah, baik yang tertulis maupun tidak. Norma-norma ini
mengatur kehidupan manusia dalam bermasyarakat.

b. Etika berasal dari Bahasa Yunani ethos, artinya tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir (Van
Ness 2010: 14). Dalam bentuk jamak, ta etha, artinya adalah adat kebiasaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika diartikan sebagai ilmu
tentang apa yang baik dan apayang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(Pusat Bahasa Depdiknas, 2002: 308).
Sementara itu, etik diartikan dalam dua hal. Pertama, etik sebagai kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Kedua, etik sebagai nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari pandanga
tersebut, etika dipahami sebagai ilmu yang menyelidiki mana perbuatan yang
dipandang baik dan mana yang dianggap buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat di ketahui oleh akal pikiran.
Etika adalah filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan- pandangan moral. Bagaimana seseorang harus hidup, dibicarakan
dalam moral; sedangkan etika hendak mengkaji tentang mengapa sescorang harus
mengikuti ajaran moral tertentu atau bagaimana ia mengambil sikap yang
bertanggung jawab ketika di hadapkan pada berbagai ajaran moral (Handoyo,
Susanti, & Munandar, 2016: 14).

Merujuk pada pendapat Aristoteles setidaknya ada beberapa hal penting untuk
dapat mendefinisikan apa itu politik.
Pertama, politik membahas tentang negara yang dalam konteks yang dikenal
dengan polis. Pembahasan ini khususnya berkonsentrasi pada bentuk indeal suatu
negara.
Kedua, politik akan bersinggungan dengan kekuasaan. Untuk mewujudkan sebuah
negara terbaik seperti yang dicitakan oleh Aristoteles dan para pemikir filsafat
politik awal, mengenai kebaikan bersama, perlu kiranya kekuasaan dimiliki oleh
pihak- pihak yang akan mengelola negara
Ketiga, politik juga membahas tentang keberadaan warga negara sebagai entitas
penting dalam kehidupan bemegara. Entitas ientu saja diinginkan oleh Aristoteles
entitas yang memiliki keseragaman nilai dan tujuan sehingga penciptaan tujuan
akan mudah untuk dilakukan.

Sharma (2004: 24) menyatakan bahwa untuk dapat berpolitik praktis maka
seseorang harus memiliki minimal salah satu dari beberapa persyaratan berikut
ini:
(a) Adanya pemikiran, ide-ide, konsep-konsep me ngenai hal-hal yang berkenaan
dengan perkara atau masalah politik;
(b) Pandai bicara dan mayakinkan orang lain, apalagi bila memiliki suara keras
dan lantang;
(c) Memiliki suatu wewenang kekuasaan secbagai penguasa;
(d) Memiliki kedudukan dalam masyarakat yang cukup terpandang, misalnya
sebagai tokoh masyarakat, orang kaya, ilmuan, ulama, dan sebagainya;
(e) Memiliki kekuatan fisik tubuh, senjata, atau dukungan militer;
(f) Memiliki pengikut yang cukup besar, misalnya sebagai pemimpin suatu
organisasi massa;
(g) Memiliki pengetahuan dasar tentang sejarah, adat istiadat, budaya, status
sosial, dan lain-lainnya daripada massa/orang-orang yang akan dipengaruhi
dengan kegiatan politiknya.

c. Politik yang didasari nilai Pancasila yaitu dengan memahami politik melalui
pendidikan politik. Pendidikan dan politik merupakan istilah yang berbeda namun
memiliki hubungan yang saling berkaitan. Alfian dan Kartini Kartono menyatakan
pendidikann politik merupakan sebuah usaha sadar, atau disengaja dan sistematis
untuk menjalankan proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka
memahami dan menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam sistem politik
ideal yang hendak dibangun.
Kartaprawira (1988:54) memandang pendidikan politik sebagai upaya
meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi
secara maksimal dalam sistem politiknya., sesuai dengan paham kedaulatan rakyat
atau demokrasi bahwa rakyat harus mampu menjalankan tugas partisipasi.

Di Indonesia saat ini, pendidikan politi diatur oleh Inpres No. 12 Tahun 1982
tentang pendidikan politik generasi muda merupakan rangkaian usaha ua=ntu
meningkatkan dan memantapkan kesadaran politik dan kenegaraan guna
menunjang kelestarian Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai budaya
politik bangsa. Oleh karena itu pendidikan politik juga harus merupakan bagian
proses pembaharuan kehidupan politik Bangsa Indonesia yang sedang dilakukan
dewasa ini dalam rangkausaha menciptakan suatu system politik yang benar-benar
demokrasi, stabil, dinamis, efektif, dan efisien.

4. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi harus senantiasa didasari oleh nilai-
nilai Pancasila sebaliknya pancasila dituntut agar terbuka sehingga dapat mengikuti
perkembangan zaman.
Pertanyaan:
a. Jelaskan sejarah Ilmu! Dan bagaimana hubungannya dengan teknologi!
b. Jelaskan peranan nilai- nilai pancasila terhadap ilmu dan jelaskan 5 pengaruh ilmu
terhadap pancasila!
c. Jelaskan 5 alasan pentingnya pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dan 4
tantangan terhadap pancasila sebagai pengembangan ilmu!
Jawaban :
a. Manusia menemukan Iptek karena manusia kembali pada jalan pikiran yang
rasional. Setalah manusia berhasil memperdalam ilmu pengetahuan, maka produk
dari ilmu tersebut adalah teknologi. Ilmu pengetahuan berkembang melangkah
secara bertahap menurut dekade waktu dengan menciptakan zamannya, dimulai
dari zaman pra Yunani Kuno, Yunani Kuno, abad pertengahan, renaissance,
zaman modern, dan masa kontemporer. Hal tersebut diuraikan Surajiyo
(2004:127-129) berikut ini:
A. Zaman Pra Yunani kuno
Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh
karena itu zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara
empat juta tahun sampai 20.000 tahun Pada zaman ini ditandai oleh kemampuan:
1) Know how dalam kehidupan sehari-hari yang di dasarkan pada pengalaman;
2) Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu di terima sebagai fakta dengan
sikap receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan
3) Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah
menampakkan perkembangan
4) pemikiran manusia ke tingkat abstraksi;
5) Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas
sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan;
6) Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwaperistiwa
sebelumnya yang pernah terjadi.

B. Zaman Yunani Kuno


Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang dari ilmu dan filsafat,
karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi.
Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada
sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan
sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu)

C. Zaman Abad Pertengahan


Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para theolog, sehingga
aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi
ilmu pada masa ini adalah Ancilla The-ologia atau abdi agama.

D. Zaman Renaissance
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran
yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika
kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.
Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas.
Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas
campur tangan ilahi. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai
dirintis pada zaman renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada
masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger
Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei.

E. Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemu an dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahu an pada zaman modern sesungguhnya sudah
dirintis sejak zaman renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang terkenal
sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti.
Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri dari dua garis
lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori
gravitasi. Charles Darwin dengan teori- nya struggle for life (perjuangan untuk
hidup). JJ Thompson dengan temuannya yaitu electron.

F. Zaman Kontemporer (abad 20 dan seterusnya)


Fisikawan termashur abad ke 20 (duapuluh) adalah Albert Einstein. la
menyatakan bahwa alam itu tak terhingga besarnya dan tak terbatas, tetapi juga
tak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein
percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal,
atau dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Disamping teori
mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain-lain maka Zaman Kontemporer ini
ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi
dan informasi termasuk salah satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai
dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan lain
sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadilah
spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Melalui kajian historis tersebut yang pada
hakikatnya pemahaman tentang sejarah kelahiran dan perkembangan ilmu
pengetahuan, dapat dikonstatasikan bahwa ilmu pengetahuan itu mengandung dua
aspek, yaitu aspek fenomenal dan aspek struktural.

Hubungan Ilmu dengan Teknologi dapat disimpulan dari uraian tersebut bahwa
perkembangan Iptek yang saat ini terjadi berawal dari dunia barat dan mengakhiri
masa kegelapan the dark age. Setelah ilmu pengetahuan yang terus menerus
berkembang, puncak dari pemikiran manusia yang disebut modern itu yakni
lahirnya revolusi industri. Jadi ilmu pengetahuan dan teknologi saling mempunyai
hubungan. Jika tidak ada ilmu pengetahuan, teknologi tidak akan ada.

b. Adapun nilai-nilai Pancasila sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi yang terkandung dari setiap sila-sila Pancasila diuraikan sebagai
beraikut:
(1) Nilai Ketuhanan Sebagai Dasar Pengembangan llmu
Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini memberikan dasar
bahwa IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, apa yang dibuktikan,
dan yang diciptakan. Tetapi juga harus dipertimbangkan maksud dan akibatnya,
apakah merugikan manusia dan masyarakat serta alam sekitarnya. Pengolahan
harus diimbangi dengan pelestarian. Sila ini menempatkan manusia di alam
semesta bukan sebagai pusatnya, melainkan sebagai bagian yang sistemik dari
alam yang diolahnya (Kaderi, 2015: 193)
(2) Nilai Kemanusiaan Sebagai Dasar Pengembangan lmu
Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini memberikan
dasar-dasar moralis, bahwa manusia dalam mengembangkan IPTEK, haruslah
dengan cara-cara yang beradab. Harus berdasarkan pada hakikat tujuan dan demi
kesejahteraan umat kesombongan, kecongkakkan dan keserakahan manusia, tapi
demi untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
(3) Nilai Persatuan Sebagai Dasar Pengembangan llmu manusia. IPTEK bukan
untuk
Sila ketiga: Persatuan Indonesia. Sila ini mendasari bahwa IPTEK
hendaknya dapat menumbuhkan rasa nasionalisme, rasa kebesaran bangsa, serta
rasa keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia (Kaderi, 2015:
193).
(4) Nilai Kerakyatan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Sila ini mendasari bahwa poengembangan IPTEK
itu haruslah bersifat demokratis. Artinya ilmuan memiliki kebebasan untuk
mengembangkan IPTEK. Namun Ilmuan juga harus menghormati dan
menghargai kebebasan orang lain. Serta memiliki sikap yang terbuka, terbuka
untuk dikritik, dikaji ulang, maupun di bandingkan dengan penemuan dari teori
lainnya (Kaderi, 2015: 193-194)
(5) Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Sila ke lima: Keadilan sosial bagi seluh rakyat Indonesia. Sila ini sebagai
dasar dalam pengembangan IPTEK dalam menjaga keseimbangan keadilan dalam
kchidupan kemanusiaan. Yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya
dengan dirinya sendiri, dan manusia dengan Tuhannya, serta antara manusia
dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara, serta
manusia dengan alam lingkungannya. (Kaderi, 2015: 194)
Kelima nilai dasar Pancasila yakni Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, dan Keadilan merupakan pondasi yang paling kuat bagi bangsa
Indonesia untuk memgembangkan IPTEK, bahkan menemukan IPTEK dengan
syarat mutlak IPTEK tersebut tidak bertentangan dengan nilai- nilai Pancasila.

Pengaruh ilmu terhadap Pancasila menurut Sastrapratedja, (2006: 52-53) setiap


ideologi negara harus mampu, kedudukan Pancasila scbagai landasan kebijakan
pengembangan IPTEK diantaranya adalah:
(a) Pengembangan ilmu pengetahuan harus menghormati keyakinan religius
masyarakat karena dapat saja penemuan ilmu yang tidak sejalan dengan
keyakinan religious, tetapi tidak harus dipertentangkan karena keduanya
mempunyai logika sendiri;
(b) Ilmu pengetahuan ditujukan bagi pengembangan kemanusiaan dan dituntun
oleh nilai-nilai etis yang berdasarkan kemanusiaan;
(c) IPTEK merupakan unsur yang menghomogeninasikan budaya schingga
merupakan unsur yang mempersatukan dan memungkinkan komunikasi antar
masyarakat. IPTEK melalui sistem pendidikan merupakan sarana mCrmperkokoh
kesatuan dan membangun identitas nasional;
(d) Prinsip demokrasi akan menuntut bahwa penguasaan IPTEK harus merata ke
semua masyarakat karena pendidikan merupakan tuntutan seluruh masyarakat;
(e) Kesenjangan dalam penguasaan IPTEK harus di persempit terus menerus
schíngga semakin merata, sebagai konsckuensi prinsip keadilan sosial.

c. Alasan pentingnya pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu, sebagai


berikut.
(a) Pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan Bangsa Indonesia dewasa
ini seiring dengan kemajuan IPTEK menimbulkan perubahan dalam cara pandang
manusia tentang kehidupan. Hal ini membutuhkan renungan dan refleksi yang
mendalam agar Bangsa Indonesia tidak terjerumus ke dalam penentuan keputusan
nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa;
(b) Dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap lingkungan hidup
berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup manusia di masa
yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan tuntunan moral bagi para ilmuwan
dalam pengembangan IPTEK di Indonesia;
(c) Perkembangan iptek yang didominasi negara-negara Barat dengan politik
global ikut mengancam nilai-nilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia,
seperti spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa
keadilan. Oleh karena itu, di perlukan orientasi yang jelas untuk menyaring dan
menangkal pengaruh nilai-nilai global yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kepribadian bangsa Indonesia;
(d) Sementara itu, alasan Pancasila dijadikan dasar pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi: a) Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan olech
adanya IPTEK, mengakibatkan generasi yang akan datang menerima resiko rawan
bencana, b) Penggunaan benda- benda teknologi yang menggantikan peran nilai-
nilai luhur,
(e) Gaya hidup global menggantikan nilai-nilai kearifan lokal.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus senantiasa berorientasi
pada nilai-nilai Pancasila. Sebaliknya Pancasila dituntut terbuka dari kritik,
bahkan merupakan kesatuan dari perkembangan ilmu yang menjadi tuntutan
peradaban manusia. Peran Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu
harus sampai pada penyadaran, bahwa fanatisme kaidah kenetralan keilmuan atau
kemandirian ilmu hanyalah akan menjebak diri seseorang pada masalah-masalah
yang tidak dapat diatasi dengan semata-mata berpegang pada kaidah ilmu sendiri,
khususnya mencakup pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya yang bersifat
mutlak bagi kehidupan manusia yang berbudaya.

Tantangan terhadap Pancasila sebagai dasar pengembangan IPTEK di


Indonesia:
(a) Kapitalisme yang sebagai menguasai perekonomian dunia, termasuk
Indonesia. Akibatnya, ruang bagi penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar pe
ngembangan ilmu menjadi terbatas. Upaya bagi pengembangan sistem Ekonomi
Pancasila yang pernah dirintis Mubyarto pada 1980an belum menemukan wujud
nyata yang dapat diandalkan untuk menangkal dan menyaingi sistem ekonomi
yang berorientasi pada pemilik modal besar;
(b) Globalisasi yang menyebabkan lemahnya daya saing Bangsa Indonesia dalam
pengembangan IPTEK sehingga Indonesia lebih berkedudukan sebagai konsumen
dari pada produsen dibandingkan dengan negara-negara lain;
(c) Konsumerisme menyebabkan Indonesia menjadi pasar bagi produk negara lain
yang lebih maju;
(d) Pragmatisme yang berorientasi pada tiga ciri, yaitu: workability
(keberhasilan), satisfaction (kepuasan), dan result (hasil) mewarnai perilaku
kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai