BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
salah satunya adalah bencana gempa bumi. Hal ini disebabkan karena posisi
mangakibatkan wilayah ini rentan dengan gempa bumi tektonik. Hal itu juga
terjadi karena Indonesia berada pada jalur “ring of fire” dimana Indonesia
memiliki jumlah gunung berapi aktif paling banyak di dunia. “Ring of fire” atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Cincin Api Pasifik merupakan daerah yang
sering mengalami gempa bumi akibat letusan gunung berapi (Anies, 2017).
pasifik, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Eurasia serta dikelilingi oleh 129
gunung berapi yang merupakan 13% dari jumlah seluruh gunung berapi didunia.
Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rentan terkena bencana
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi dan dirasakan
dipermukaan bumi yang berasal dari dalam struktur bumi. Pergeseran tersebut
secara tiba-tiba yang diakibatkan atas adanya deformasi lempeng tektonik yang
terjadi pada kerak bumi. Bencana gempa bumi merupakan peristiwa yang terjadi
1
2
dirasakan masyarakat tidak hanya berupa fisik seperti kerugian materi, rumah,
harta benda, aset-aset, dan pekerjaan, melainkan juga berupa non-fisik seperti
psikologis yang sering ditemui pada korban bencana disebut juga dengan Post
Cina, prevalensi PTSD adalah 15,57% pada orang yang selamat dengan usia tua,
jenis kelamin perempuan, tinggal sendiri, dan luka serius sebagai factor utama.
mengalami tingkat keparahan trauma, jumlah kejadian traumatis, dan stress yang
lebih besar. Setelah gempa Chile, para peneliti menemukan bahwa gejala stress
kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki, dan perempuan memiliki risiko
mengerikan dari trauma yang pernah dialami. Penderitanya adalah mereka yang
merupakan korban hidup yang secara fisik selamat (penyintas), tetapi secara
mental masih berada dalam tekanan psikologis dan terus menerus berada dalam
3
terkait trauma, dan mengalami gangguan meningkat terus menerus. Secara umum,
dampak bencana akan direspon dengan cara yang berbeda oleh tiap korban.
kuat, sedangkan lainnya hanya reaksi yang sangat ringan. Ada yang mengalami
reaksi segera setelah kejadian, sementara ada pula yang mengalami reaksi setelah
beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan setelah kejadian. Reaksi tiap orang
Pada hari Minggu, 29 Juli 2018, bencana gempa bumi mengguncang pulau
Lombok, NTB. Gempa berkekuatan 6,4 skala ritcher tersebut berpusat di Barat
Laut Lombok Timur pada kedalaman 10 km. Saat itu dikabarkan 12 orang
meninggal dunia dan ribuan rumah rusak. Salah satu wilayah yang mengalami
rumah rusak dan rata dengan tanah terutama bangunan yang bertembok batako.
Para warga pun diungsikan ke tempat yang aman. Korban luka rata-rata
(BMKG, 2018).
dengan kekuatan 7,0 skala ritcher. Gempa ini menimbulkan kerusakan berat di
Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur. Berdasarkan informasi dari BNPB
saat itu korban meninggal mencapai 105 jiwa. Kemudian gempa mucul lagi pada
4
Hari Minggu, tanggal 19 Agustus 2018. Gempa ini menjadi rangkaian besar
Sembalun. Secara umum bisaanya setelah terjadi bencana, maka akan dilakukan
kerja dan keefektifan hidup. Meskipun tidak diobati dan ditangani dengan benar,
ada sekitar 30% penderita PTSD yang bisa sembuh sendiri. Namun ada sekitar
40% yang akan terus menerus bahkan mengalami gejala dalam tingkat sedang dan
10% nya terus menerus mengalami berbagai gejala dalam tingkat berat (Sadock &
Sadock, 2010).
maka penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana gambaran kejadian PTSD
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
PKM Sembalun.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penelitian
2. Bagi Institusi
keperawatan
3. Bagi Responden
6
E. Keaslian Penulisan
Penyintas Erupsi Gunung Anam, Wiwin menggunakan rancangan kuisioner PTSD dimana peneliti
Traumatic Stress Isnaini Hidayah deskriptif dengan pendekatan teknik sampling dimana penulis
metode penelitian.
3 Gambaran Post Gulo (2015) menggunakan desain deskriptif perbedaanya terdapat pada
Traumatic Stress analitik, dengan jumlah sampel variabel dimana penelitian ini
Remaja Teluk Dalam metode sampling yaitu PTSD pada remaja serta
penelitian tersebut
kuisionernya yaitu
2013
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
yang amat pedih setelah stress fisik maupun emosi yang melampaui batas
ketahanan orang bisaa. Selain itu, PTSD dapat pula di definisikan sebagai
keadaan yang melemahkan fisik dan mental secara ekstrem yang timbul stelah
hebat dan atau kejadian yang mengancam kehidupannya (Sadock & Sadock,
2010).
trauma yang dialami atau disaksiakan secara langsung oleh seseorang berupa
fisik atas diri seseorang. Kejadian tersebut harus menciptakan ketakutan yang
berlebihan, mudah tersinggung, tidak bisa tidur, tegang, dan berbagai reaksi
9
13
baru muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan
Menurut Michael Scott dan Stephen Palmer dalam bukunya Trauma and Post-
adalah efek psikologis dari jangka Panjang dan kejadian traumatis ekstrem
atau lebih kejadian traumatik yang dialami atau disaksikan oleh seseorang
individu dan apabila tidak ditangani dengan benar dapat berlangsung kronis
dan berkembang menjadi gangguan stress pasca trauma yang kompleks dan
gangguan kepribadian.
Yaitu, trauma yang dusebabkan oleh bencana alam seperti gempa bumi,
Tentara yang mengalami kondisi perang, warga sipil yang menjadi korban
penyanderaan.
Penyakit kanker pada seseorang, penyakit jantung, gagal ginjal, AIDS, dan
oleh ulah manusia, ataupun akibat kecelakaan. Stresor akibat bencana alam
antara lain: menjadi korban yang selamat dari tsunami, gempa bumi, tanah
longsor, badai. Kejadian trauma akibat ulah manusia antara lain: menjadi
perang, dan kejahatan kriminal lainnya. Kejadian trauma juga dapat terjadi
akibat kecelakaan, baik yang menyebabkan cidera fisik maupun yang tidak.
Akan tetapi tidak semua orang akan mengalami PTSD setelah suatu peristiwa
cukup untuk menyebabkan suatu gangguan. Maka dari itu, menurut Sadock
diantaranya:
a. Faktor biologis
15
pasca traumatic.
b. Faktor psikologi
menimbulkan emosi yang negatif (sedih, marah, takut) sebagai bagian dari
akan timbul reaksi psikologi yang tidak disadari dan merupakan respon
dialami sehingga didapatkan tingkah laku yang tidak disukai dan tidak
PTSD.
c. Faktor sosial
tarumatik:
batas kemanusiaan.
dikasihi.
hebat.
kesehatan.
lain:
Semakin berat trauma yang dialami dan semkakin dekat posisi seseorang
menjadi PTSD.
seperti kasus pemerkosaan juga salah satu faktor yang dapat menyebabkan
PTSD.
d. Jenis kelamin
tinggi, memiliki risiko PTSD yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-
e. Status pekerjaan
f. Usia
PTSD dapat terjadi pada semua golongan usia tetapi anak-anak dan usia
tua (>60 tahun) merupakan kelompok usia yang lebih rentan mengalami
19
g. Tingkat Pendidikan
a. Intrusive Re-Experiencing
ulang;
b. Avoidance
sebagai berikut:
d. Arousal
Menurut DSM-V
Stress Disorder (PTSD) diberikan oleh Dokter Spesialis Jiwa ataupun mental
health professional (National Center for PTSD, 2013). Diagnose baru dapat
ditegakkan apabila gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah
kejadian traumatik berat (masa laten berkisar antara beberapa minggu sampai
klinisnya adalah khas dan tidak didapat dari alternatif kategori gangguan
22
lainnya. Kriteria ini digunakan untuk dewasa, remaja dan anak-anak di atas 6
tahun:
traumatis terjadi:
yang terganggu.
disekelilingnya).
eksternal.
23
seseorang, orang lain, atau dunia (contoh: “Saya buruk”,” Tidak ada
setelah kejadian traumatis terjadi, yang ditandai dengan dua atau lebih
5) Kesulitan berkonsentrasi.
6) Gangguan tidur.
bulan.
25
e) Spesifikasi
subjektif bahwa dirinya terasa tidak nyata, asing, atau tidak familiar.
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) terbagi atas tiga jenis, yaitu:
(1) PTSD akut, yaitu dimana tanda dan gejalanya terjadi pada rentang waktu
1-3 bulan. Namun, bisaanya berakhir dalam kurun waktu satu bulan. Jika
dalam waktu lebih dari satu bulan, individu tersebut harus segera
tanda dan gejalanya berlangsung lebih dari tiga bulan dan jika tidak ada
onset, walaupun sebenarnya tanda dan gejala PTSD muncul pada saat setelah
trauma, ada kalanya tanda dan gejalanya baru muncul minimal enam bulan
26
bahkan bertahun-tahun setelah peristiwa traumatic itu terjadi. Hal ini timbul
pada saat memperingati hari kejadian traumatis tersebut atau bisa juga karena
B. Penyintas Gempa
1. Penyintas
Kemunculannya bukan dari kalangan ahli sastra atau pun linguistic. Kata ini
muncul dari para pegiat alias aktivis LSM dalam konteks bencana. Para pegiat
“survivor”. Mereka paling tidak harus menggunakan tiga patah kata, yakni
2. Bencana Gempa
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
lain: (1) bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah
modernisasi, epidemi dan wabah penyakit; (3) bencana sosial adalah bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
C. Kerangka Konseptual
Simptom:
POST
TRAUMATIC 1. Re-experiencing
STRESS 2. Avoidance
DISORDER 3. Negative alterations
in mood and
cognitions
4. Hyperousal
Keterangan:
: diteliti
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah
terkumpul sebagaimana adanya (Sugiyono, 2014). Dalam hal ini penelitian yang
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang
penelitian ini adalah para korban selamat yang berada di wilayah kerja PKM
28
29
Berdasarkan data dari PKM Sembalun dan survey yang dilakukan peneliti
2. Sampel
pada unit sampel. Teknik pengambilan sampel ini memungkinkan setiap unit
tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan
berapa persen suatu sampel harus diambil. Oleh karena itu, penulis
adalah 15% x 323= 48. Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 48
responden.
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria
1. Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah kejadian Post Traumatic Stress Disorder
2. Definisi Operasional
E. Instrumen Penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan instrumen Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) Screening (PCL) yang bersumber dari National Center for
bagian yaitu: kuisioner data demografi dan kuisioner tanda dan gejala gangguan
demografi terdiri dari usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, status keluarga
berupa ada tidaknya orang tua, jumlah saudara, pekerjaan orang tua, dan suku.
kategori 3-5 dianggap memiliki salah satu simtom PTSD, sedangkan jawaban
untuk kategori 1-2 dianggap tidak memiliki salah satu simtom PTSD, dengan
Peningkatan kesadaran
(hyperarousal) Favorable
5
Total 17
1. Uji validitas
susun, mampu mengukur apa yang hendak kita ukur menurut situasi dan
bersumber dari NCPTSD tahun 2013 dimana sebelumnya telah dilakukan uji
beberapa pertanyaan dari kuisioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih
efektif oleh seorang tenaga ahli dari Fakultas Keperawatan Jiwa Universitas
Sumatera Utara yaitu Roxsana Devi T, S.Kep, Ns, Mnurs. pada tahun 2017.
Setelah dilakukan uji validitas maka didapatkan nilai CVI 1. Hal ini berarti
instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini telah valid, ini
dibuktikan berdasarkan teori, bahwa nilai validitas CVI adalah 0,86 -1 (Polit
2. Uji Reliabilitas
kemampuan alat ukur. Alat ukur dinyatakan reliabel apabila dilakukan uji
reliabilitas dan diperoleh nilai cronbach’s alpha>0,60 (Polit & Beck, 2012).
Uji reliabilitas pada kuisioner ini telah dilakukan oleh Sarah Arnika
pada 20 orang korban bencana erupsi Gunung Sinabung pada Maret 2017, lalu
bahwa kuisioner PTSD yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pelaksanaan
penelitian.
a. Editing
b. Coding Data
kode pada hasil kuisioner. Penentuan skor kuisioner pada setiap aspek,
sebagai berikut:
c. Scoring
d. Entry Data
36
e. Tabulating Data
Tabulasi data merupakan kelanjutan dari entry data dan disajikan dalam
H. Analisis Data
mood and cognition dan hyperarousal). Variabel dalam penelitian ini adalah
kejadian Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada penyintas pasca gempa di
distribusi frekuensi relatif dan presentase data demografi serta data gambaran
I. Etika Penelitian
manusia. Menurut Masturoh 2018, beberapa hal yang berkaitan dengan etika
persetujuan adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta
mengetahui dampaknya.
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
3. Kerahasiaan (Confidentialy)
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
4. Pengunduran diri
Jika responden yang mengundurkan diri sebagai responden, maka hal itu
adalah suatu kelaziman dan tidak ada yang boleh melarang termasuk peneliti
sendiri.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2017. Negara Sejuta Bencana. Identifikasi, Analisis, dan Solusi Mengatasi
BMKG. 2018. Ulasan Guncangan Tanah Akibat Gempa Lombok Timur 29 Juli 2018.
BNPB. 2012. Definisi dan Jenis Bencana. Diambil tanggal 18 Juli 2020 dari
https:/www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-bencana
Stress Disorder pada Penduduk Pasca Gempa di Kelurahan Air Tawar Barat
Gulo, Frida Nov Kristina. 2015. Gambaran Post Traumatic Stress Disorder (Ptsd)
pada Remaja Teluk Dalam Pasca 8 Tahun Bencana Gempa Bumi di Pulau
WIB
http:/pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/
39
Keliat, B.A., Akemat., Helena, N., Nurhaeni, H. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa
http:/www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017
http:/www.kompas.tv/article/29939
NCPTSD. 2013. Using The PTSD Checklist (PCL). Diambil tanggal 12 Juli 2020
dari http:/www.ptsd.va.gov
Polit, D.F. and Beck, C.T. (2012) Nursing Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice. 9th Edition, Lippincott, Williams & Wilkins,
Philadelphia. Press.
Psychiatry, 10th Edition.New York: Lippincott Williams & Wilkin. Hal 580IV