BAB I
PENDAHULUAN
Kriteria konsesus terbaru yang diterbitkan pada tahun 2010 oleh European
League Against Rheumatism and the Paediatric Rheumatology European Society
bahwa untuk diagnosis HSP harus ditemukan purpura yang teraba disertai dengan
setidaknya salah satu data berikut ; sakit perut, dominasi deposisi IgA pada biopsi
spesimen, arthritis atau arthralgia, atau keterlibatan ginjal ditandai dengan
hematuria atau proteinuria.3
BAB II
2
STATUS PEDIATRIK
I. IDENTIFIKASI
1. Nama : An. W
2. Umur : 8 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Nama Ayah : Tn. Z
5. Nama Ibu : Ny. L
6. Bangsa : Indonesia
7. Agama : Kristen
8. Alamat : Lrg. Matahari
9. MRS : 4 januari 2019
II. ANAMNESIS
Diberikan oleh : Ibu (alloanamnesis)
Tanggal : 4 januari 2019
Menurut ibu pasien, pasien tidak pernah menderita hal seperti ini
sebelumnya. Pasien jarang batuk dan pilek, pasien juga tidak pernah
menderita sesak, alergi makanan, alergi obat, dan ruam dikulit pernah
timbul.
Tahu : (+)
Sayuran : (-)
Buah : (+)
3. Riwayat Imunisasi
BCG :1x
Polio :3x
DPT :3x
Campak :1x
Hepatitis B :2x
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
4. Riwayat Keluarga
Ketakutan : (-)
7. Status Gizi
Usia 8 tahun dengan berat badan 23 kg dan tinggi badan 125 cm
PB : 125 cm
Gizi : 88% gizi kurang
Edema : (-)
Sianosis : (-)
Dyspnoe : (-)
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Suhu : 36,5˚C
Respirasi : 24 x/menit
Tipe pernapasan : Thorakoabdominal
Turgor : Baik
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi
Frekuensi : 90 x/menit Pulsus tardus : (-)
Isi/kualitas : Cukup, kuat angkat Pulsus celler : (-)
Equalitas : Sama Pulsus magnus : (-)
Regularitas : Regular Pulsus parvus : (-)
Pulsus defisit : (-) Pulsus bigeminus : (-)
Pulsus alternan: (-) Pulsus trigeminus : (-)
Pulsus paradox: (-)
KULIT
Warna : Sawo matang Vesikula : (-)
Hipopigmentasi : (-) Pustula : (-)
Hiperpigmentasi : (+) Sikatriks : (-)
Ikterus : (-) Edema : (+)
Bersisik : (-) Eritema : (-)
Makula : (+) Haemangioma : (-)
Papula : (+) Ptechiae : (-,mh)
2. PEMERIKSAAN KHUSUS
KEPALA ALIS
7
3. ANAMNESA ORGAN
KEPALA MATA
Sakit kepala : (-) Rabun senja : (-)
Rambut rontok : (-) Mata merah : (-)
Lain-lain : (-) Bengkak : (-)
TELINGA HIDUNG
Nyeri : (-) Epistaksis : (-)
Sekret : (-) Kebiruan : (-)
Gangguan pendengaran : (-) Penciuman : Dbn
Tinitus : (-)
TENGGOROKAN
GIGI MULUT Sulit menelan : (-)
Sakit gigi : (-) Suara serak : (-)
Sariawan : (-)
Gangguan mengecap : (-) LEHER
Gusi berdarah : (-) Kaku kuduk : (-)
Sakit membuka mulut : (-) Tortikolis : (-)
Rhagaden : (-) Parotitis : (-)
9
JANTUNG
INSPEKSI AUSKULTASI
Vousure cardiac : (-) Bunyi jantung I : Reguler
Ictus cordis : Tidak terlihat Bunyi jantung II : Reguler
Pulsasi jantung : Tidak terlihat
BISING JANTUNG
PALPASI Fase bising : (-)
Ictus cordis : Dbn Bentuk bising : (-)
Thrill : (-) Derajat bising : (-)
Defek pulmonal : Dbn Lokasi/punctum max : (-)
12
THORAX BELAKANG
INSPEKSI STATIS PERKUSI
Bentuk : Normal Bunyi ketuk : Sonor
Processus spinosus : Dbn Nyeri ketuk : (-)
Scapula : Dbn Batas paru-hati : Dbn
Kifosis : (-) Peranjakan : (-)
Lordosis : (-)
Gibus : (-) AUSKULTASI
B. nafas pokok : Vesikuler
PALPASI B. nafas tambahan : Rh (-/-)
Nyeri tekan : (-)
Fraktur iga : (-)
Tumor : (-)
Stem fremitus : Normal
ABDOMEN
INSPEKSI LIEN
Bentuk : Datar Pembesaran : (-)
Umbilikus : Dbn Permukaan : Dbn
Ptechie : (-) Nyeri tekan : (-)
Spider nevi : (-)
Bendungan vena : (-) GINJAL
13
Lama : (-)
Interval : (-) EKSTREMITAS SUPERIOR
Frekuensi : (-) INSPEKSI
Jenis kejang : (-) Bentuk : Normal
Post iktal : (-) Deformitas : (-)
Panas : (-) Edema : (-)
Trofi : (-)
ALAT KELAMIN Pergerakan : Dbn
Hernia : (-) Tremor : (-)
Bengkak : (-) Chorea : (-)
Lain-lain : (-)
Tonus : Normotonus
Kekuatan : Sulit dinilai
Refleks fisiologis :
Tendon Bisep : (+/+)
Tendon Trisep : (+/+)
Tendon Patella: (+/+)
Tendon Achilles : (+/+)
Refleks patologis :
Refleks Babinski : (-/-)
Refleks Chaddock : (-/-)
Refleks Oppenheim : (-/-)
Refleks Gordon : (-/-)
Tendon Bisep : (+/+)
Tendon Trisep : (+/+)
Tendon Patella: (+/+)
Tendon Achilles : (+/+)
VII. TERAPI
Terapi etiologi
Inj. Ranitidin 2x20mg
Prednisolon
Sukralfat syr 3x cth 1
16
Terapi cairan
.IVFD KAEN 1B 15 gtt/menit
VIII. PROGNOSA
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
17
FOLLOW UP
BAB II
20
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.3 Etiologi
21
Onset terjadinya LcV pada HSP maupun LcV yang lain dapat terjadi
anatara 7-10 hari setelah terpapar suatu antigen, seperti obat-obatan,
mikroorganisme, bermacam-macam protein dan juga antigen yang berasal dari
tubuh. LcV sendiri biasanya berkaitan dengan spektrum luas dari suatu kondisi
inflamasi sistemik, meliputi keganasan, infeksi, hipersensitivitas obat, bahan
kimia, bakteri, virus, penyakit kolagen-vaskular dan hepatitis kronis yang aktif.6.
Mekanisme pasti dimana compleks immune berimplikasi pada patogenesis. Faktor
yang merupakan predisposisi beberapa pasien untuk menimbulkan penyakit ini
masih jauh kurang dimengerti. Faktor lain sebagai berikut: 6
- Infeksi : Bakteri (group A beta hemolytic streptococci, compylobacter jejuni,
yersinia spesies, Mycoplasma pneumoniae, dan Helicobacter pylori, Virus
(varicella, hepatits B)
- Obat (Ampicilin penicilin, erytromycin, quinines, dan chlorpromazine)
- Neoplasma (Leukimia dan Limfoma)
- Solid tumor (Ductal carcinoma of the breast, bronchogenic carcinoma,
adenocarcinoma of the prostate, adenocarcinoma of the colon, renal cell
carcinoma, cervical carcinoma, melanoma)
- Makanan : sensitifitas terhadap makanan yang mengandung salisilat
- Lainnya : kehamilan, demam mediterania familial, dan cryoglobulinemia.
3.4 Patogenesis
terkena adalah kulit, maka terjadi ekstravasai darah ke jaringan sekitar, yang
terlihat sebagai purpura. Namun purpura pada HSP adalah khas, karena batas
purpura dapat teraba pada palpasi. Bila yang terkena adalah pembuluh darah
traktus gastrointestinal, maka dapat terjadi iskemia yang menyebabkan nyeri atau
kram perut. Kadang, dapat menyebabkan distensi abdomen, buang air besar
berdarah, intususepsi maupun perforasi yang membutuhkan penanganan segera.
Gejala gastrointestinal umumnya banyak ditemui pada fase akut dan kemungkinan
mendahului gejala lainnya seperti bercak kemerahan pada kulit.1,6
Etiologi dari HSP tidak diketahui tetapi melibatkan deposisi vaskular dari
kompleks imune IgA. Lebih spesifik lagi, komplek imun terdiri dari IgA1 dan
IgA2 dan diproduksi lagi oleh limfosit peripheral B. Kompleks ini seringkali
terbentuk sebagai respon terhadap faktor penimbul. Kompleks sirkulasi menjadi
tidak terlarut, di simpan dalam dinding pembuluh darah kecil (arteri, kapiler,
venula) dan komplemen aktivasi, lebih banyak sebagai jalur alternative (didasar
akan kehadiran dari C3 dan properd in serta ketiadaan komponen awal pada
kebanyakan biopsi).6
Terjadi deposisi komplek imun IgA pada dinding pembuluh darah kecil.
Lebih spesifik yaitu, komplekS (IgA1-C) pada keadaan normal, IgA1-C
dibersihkan oleh hepatosit reseptor asialoglikoprotein yang berikatan dengan
rantai oligosakarida dari fragmen IgA1-C. Pada pemeriksaan serum, kadar IgA1-
C lebih tinggi pada pasien HSP dengan gejala klinis keterlibatan ginjal daripada
merka yang tanpa keterlibatan ginjal.6
adanya infiltrasi leukosit dan limfosit perivaskular dengan deposit komplek IgA
pada dinding pembuluh darah kecil jaringan mesangial ginjal.1,6
Pemeriksaan laboratorium
- Darah
Dapat ditemukan peningkatan leukosit walaupun tidak terlalu tinggi , pada hitung
jenis dapat normal atau adanya eosinofilia, level serum komplemen dapat normal,
dapat ditemukan peningkatan IgA sebanyak 50%. Serta ditemukan peningkatan
LED. Uji laboratorium rutin tidaklah spesifik ataupun diagnsotik. Anak – anak
yang terkena seringkali mempunyai trombositosis sedang dan leukositosis.
Erythrochyte sedimentation rate (ESR) dapat meningkat. Anemia dapat
25
Serum elektrolit
Creatinine dan pengukuran nitrogen urea darah mengindikasikan HSP dikaitkan
dengan gagal ginjal akut adatau gagal ginjal kronis. Ketidakseimbangan elektrolit
dapat timbul jika diare yang signifikan, perdarahan gastrointestinal, atau
hematemesis.7,8
Kadar serum IgA
Kadar seringkali meningkat pada HSP, meskipun hal ini bukan merupakan uji
yang spesifik untuk penyakit ini.7.8
Direct immunofluorescence (DIF)
Melakukan DIF untuk IgA pada seksi biopsi untuk mendemonstrasikan
predominasi deposit IgA di dinding pembuluh darah dari jaringan yang terkena.
Kulit perilesional hingga lesi kulit juga dapat menunjukkan deposit IgA.
Spesimen biopsi ginjal mendemonstrasikan deposisi IgA mesangial dalam pola
granular, seringkali dengan C3, IgG or IgM. Uji ini sensitif dan spesifik untuk
HSP.7,8
Obat-obatan :
3.9 Komplikasi
3.10 Prognosis
BAB IV
ANALISIS KASUS
29
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Yang YH, Chuang YH, Wang LC, Huang HY, Gershwin ME, Chiang BL.
The immunobiology of Henoch-Schonlein Purpura. Autoimmune Review
2008;7:179-84.
2. Carlson JA. The histological assessment of cutaneous vasculitis.
Histopathology 2010 Jan; 56(1): 3-23.
3. Gupta S, Handa S, Kanwar AJ, Radotra BD, Minz RJ. Cutaneous
vasculitides: clinico-pathological correlation. Indian J Dermatol Venereol Leprol
2009; 75: 356-62.
4. Tahan F, Dursun I, Poyrazoglu H, Gurgoze M, Dusunsel R. The role of
chemokines in Henoch- Schonlein Purpura. Rheumatol Int 2007; 27: 955-
5.Matondang CS, Roma J. Purpura Henoch - Schonlein. Dalam: Akip AAP,
Munazir Z, Kurniati N, penyunting. Buku Ajar Alergi - Imunologi Anak. Edisi ke
6. Jakart a: Ikatan Dokter Anak Indonesia . 2007; 373 - 7. 2. Adam JR . Risk of
Long Term Renal Impairment and Duration of Follow Up Recommended for
Henoch – Schonlein Purpura with Normal or Minimal Urinary Findings: A
Systematic Review. Narchi H . Arch Dis Child. 2005 ; 90 ( 9 ): 916 –20.
7. R eamy B V , Pamela M , Lindsay TJ . Henoch – Scho nlein Purpura. Am Fam
Physician. 2009 ; 80(7):697 - 704.
8. Nikibaksh A, Mahmoodzadeh H. Treatment of Complicated Henoch Schonlein
Purpura with mycophenolatemofetil: A Retrospective Case Report. 2010; 1(3):1–
2
9. Pudjadi MTS , Tambunan T . Nefritis Purpura Henoch Schonlein. Jakarta:
Majalah Sari Pediatri . 2009; 11(2):102 - 7
10. Putra BI. Prinsip Pemakaian Anti mikroba. RSUP H Adam malik. Medan:
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2008 .
11. Helmy M, Munasir Z. Pemakaian Cetirizine dan Kortikosteroid pada
Penyakit Anak. Jurnal Dexa Media. 2007; 2(20): 68 - 73
12.Zaffanello M, Brugnara M, Franchini M. Therapy For Children with Henoch
Schonlein Purpura Nephritis: The Scientific World Journal. 007 ; (7): 20 - 30