Laporan Pendahuluan Gout
Laporan Pendahuluan Gout
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usiaadalah sesuatu yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses penuaan yang diikuti
dengan menurunnya kemampuan fisik dan pikiran adalah gambaran umum yang terjadi pada
setiap lansia (Wardhana, 2014).
WHO memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar
orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Data WHO juga
memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada tahun 2025 berada di negara berkembang.
Pada tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,1 juta orang. Sementara itu Data
Susenas BPS 2012 menunjukkan lansia di Indonesia sebesar 7,56% dari total penduduk
Indonesia (Wardhana, 2014).
Menurut WHO, populasi lansia di kawasan Asia Tenggara sebesar 8% atau sekitar 142 juta
jiwa, pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini.
Jumlah lansia pada tahun 2000 sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan tahun
2010 jumlah lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan
jumlah lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Berdasarkan data tersebut
didapatkan bahwa setiap 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 2%dari total populasi.
Menurut Depkes jumlah lansia di Indonesia diperkirakan sekitar 80 juta jiwa, data
berdasarkan BPS (2010) sebesar 16,1 %, di DKI Jakarta pada tahun 2012 mencapai 5,24%
(KEMENKES RI, 2013).Green dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan
merupakan salah satu faktor predisposisi atau faktor yang mempermudah terjadinya perilaku
seseorang Masalah-masalah kesehatan yang terjadi dalam masyarakat dapat dihindari dengan
menerapkan perilaku pencegahan terhadap masalah kesehatan tersebut. Salah satu masalah
yang sering dialami oleh lansia yang disebabkan oleh Artritis Gout.
Artritis Gout adalah suatu penyakit metabolik yang merupakan salah satu penyakit reumatik
dimana pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan / penurunan eksresi asam urat
(Arif,2010).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berdasarkan defek genetik pada
metabolisme purin (hiperuresemia).Pada keadaan ini biasa terjadi over sekresi asam urat atau
defekrenal yang mengakibatkan sekresi asam urat/kombinasi keduanya.
Insiden penyakit Gout sebesar 1 – 2 % terutama terjadi pada usia 30 – 40 tahun dan 20 kali
lebih sering pada pria dibandingkan dengan wanita.Penyakit ini terutama menyerang sendi
tangan dan bagian metatarsofangeal kaki.Penyakit ini bersifat multisistemik yang disebabkan
oleh hiperuresemia dan penimbunan kristal asam urat di dalam jaringan.Asam urat merupakan
hasil akhir metabolisme purin.
Berdasarkan World health Organization WHO Prevalensi asam urat (Gout ) di Amerika
serikat sekitar 13.6 kasus per 1000 laki laki dan 6.4 kasus per 1000 perempuan pervelensi ini
berbeda di tiap negara,berkisar antara 0.27% di amerika hingga 10.3% selandia
baru.Peningkatan insidens gout di kaitkan dengan perubahan pola diet dan gaya
hidup,peningkatan kasus obesitas dan sindrom metabolik.Kejadian hiperuresemia di Indonesia
banyak terjadi pada suku minahasa dan tapanuli karena mereka banyak mengkonsumsi
alkohol dan ikan .Pada suatu studi didapatkan insiden gout 4.9% pada kadar asam urat darah
> 9 mg/dl .0.5% pada kadar 7 -8.9%,dan 0.1% pada kadar < 7 mg/dl .Insiden kumulatif gout
mencapai angka 22% setelah 5 tahun ,pada kadar asam urat > 9 mg/dl ( Hidayat,2009)
Bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan yang akan menggangu proses
penyembuhan dan dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas ,untuk itu perlu
penagananan yang lebih efektif untuk meminimalkan nyeri yang dialami oleh pasien.Secara
garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu dengan manajemen farmakologi
dan manajemen non farmakologi.
Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok penduduk yang berumur 60 tahun ataulebih (WHO,
2015). Secara global proporsi populasi penduduk berusia lebih dari60 tahun pada tahun 2014
adalah 12% dari total populasi global (UNFPA,2015). Jumlah populasi lansia berusia lebih
dari 60 tahun di Indonesiamengalami peningkatan setiap tahun yaitu 19.142.805 jiwa tahun
2014 menjadi21.685.326 jiwa tahun 2015 (konita 2014)Batasan-batasan Lanjut Usia menurut
WHO dalam Padila (2013) ada empattahapan yaitu : Usia pertengahan (middle age) usia 45-
59 tahun, lanjut usia(elderly) usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia
sangattua (very old) >90 tahun. Lanjut usia menurut UU RI no 13 tahun 1998
dalamIndriana dkk, (2010) adalah mereka yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan profesional yang berhubungan dengan pasien dan
keluarga dalam hal ini lansia dengan artritis`gout atau resiko tinggi gout ,memiliki peran
penting dalam prevalensi,morbiditas dan mortalitas.Perawat memiliki tanggung jawab
terhadap derajat kesehatan lansia dan mengimplementasikan peran dan fungsinya melalui
aktifitas promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif.Sehingga seorang perawat harus mampu
memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan kontrahensif yang meliputi pengkajian untuk
menegakkan diagnosa masalah keperawatan ,perencanaan dan tindakan keperawatan sampai
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada masalah utama gout artritis (Lukman dkk,2009)
Jenis hipertensi yang khas ditemukan pada lansia adalah isolated systolichypertension (ISH),
dimana tekanan sistoliknya saja yang tinggi (diatas 140mmHg), namun tekanan diastolik tetap
normal (dibawah 90 mmHg) (Arif, 2013). Lansia sering terkena hipertensi disebabkan oleh
kekakuan pada arterisehingga tekanan darah cenderung meningkat. Biasanya stres bukan
karenapenyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruhstress
tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan rendahnyadaya tahan tubuh pada
saat tersebut (Mardiana, 2014).
Stres adalah tanggapan atau reaksi terhadap berbagai tuntutan atau bebanatasnya yang bersifat
non spesifik namun, disamping itu stres dapat jugamerupakan faktor pencetus, penyebab
sekaligus akibat dari suatu gangguan ataupenyakit. Faktorfaktor psikososisal cukup
mempunyai arti bagi terjadinya strespada diri seseorang. Stres dalam kehidupan adalah suatu
hal yang tidak dapatdihindari (Yosep dan Sutini, 2014). Penyebab stres atau disebut stressor
dapat berubah-ubah, sejalan denganperkembangan manusia tetapi kondisi stress juga dapat
terjadi di setiap saatsepanjang kehidupan. Sumber-sumber stres, yaitu: dari dalam diri,
didalamakeluarga, didalam komuitas. Pendekatan-pendekatan stres menurut Prabowo(2014):
stres sebagai stimulus, stres sebagai respon, dan stres sebagai interaksiantara individu dengan
lingkungan.Selain itu penyebab hipertensi pada lansia juga disebabkan oleh perubahan
gayahidup dan yang lebih penting lagi kemungkinan terjadinya peningkatan tekanandarah
tinggi karena bertambahnya usia lebih besar pada orang yang banyakmengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung garam (Kenia, 2013).
Di indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlahpasien yang
tidak menyadari bahwa dirinya mengalami hiperuresemia dan pola makan atau kebiasaan
mengkomsumsi makanan yang tinggi puri.Kecenderungan perubahan tersebut dapat
disebabkan pada gaya hidupmasyarakat (Triyanto, 2014). Pada dekade belakangan ini
populasi usia lanjut meningkat di Negara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya
terjadi diNegara maju. Demikian halnya di Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami
peningkatan. Adanya jumlah peningkatan lansia, masalah kesehatan yangdihadapi negara
Indonesia menjadi kompleks, terutama yang berkaitan dengangejala penuaan. Mardiana dan
Zelfino, (2014). Keberadaan panti untuk menampung para lansia di Indonesia merupakan
salah satu bentuk perhatian pemerintah pada kelompok usia ini.
Lansia yang tinggal dipanti memiliki latar belakang kehidupan dan alasan yangberbeda-beda.
Latar belakang, alasan, dan kondisi yang saat ini di panti masing-masing memberikan
sumbangan sebagai stresor atau sumber stres dialami paralansia panti. Tentu sumbangan stres
dari masing-masing stresor tersebut akan berbeda bergantung pada faktor individu itu pula.
Besar kecilnya sumbanganstres dari stresor yang mengelilingi kehidupan lansia panti akan
memberikanvariasi terhadap tingkat stres yang dialami (Indriana dkk, 2010).Berdasarkan latar
belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukanasuhan keperawatan pada
lansia yang mengalami Artritis Gout
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melaporkan asuhan keperawatan pada Opa M tentang Artritis Gout ( Asam Urat )pada
keluarga Tn M diwilayah Kelurahan Lubang Buaya RW 09
2. Tujuan khusus
1. Mampu menjelaskan pengertian dari Artritis Gouttanda dan gejala, penyebab dan cara
pencegahan tentang Artritis Gout
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada OpaM dengan Artritis Gout
3. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada OpaM dengan Artritis Gout
4. Mampu melakukan implementasi pada OpaMdengan Artritis Gout
5. Mampu melakukan evaluasi pada OpaM dengan Artritis Gout
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep lansia
Lansia sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang
akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang
tidak dapat dihindari (Sutikno E. 2011). Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 pasal
1 ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 tahun ke atas (Senjaya A. 2013). Lansia merupakan periode yang telah mencapai masa tua
dalam ukuran fungsi dan menunjukan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai
gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut
beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan
kurang lincah (Maryam RS, 2012).
B. Proses Menua
Menurut Sheira Saul (1974 dalam Bandiyah S 2009), secara individual proses menua terjadi
pada orang dengan usia berbeda-beda. Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang
berbeda sehingga tidak ada satu faktorpun yang ditemukan untuk mencegah proses menua.
Menurut Muhit A 2016, menua adalah suatu prises menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Proses menua merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat dihindari dalam
fase kehidupan (Yuliati A, 2014).
C. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia berikut ini terbagi menjadi lima, yaitu
1. Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia 45-59 tahun.
2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia risiko tinggi Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial Lansia yang mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat
menghasilkanbarang/jasa.
5. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung padabantuan orang lain. (Maryam RS,2008):
D. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat , lansia memiliki karakteristik sebagai berikut (Maryam RS,
2008):
1. Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit darikebutuhan
biopsikososial sampai spiritual serta dari kondisi adaptif hingga kondisimaladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
G. Pengertian
Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda maupun tua.
Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena termasuk penyakit yang mematikan.
Bahkan, Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan
hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta
dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal
(Pudiastuti, 2013).
Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit degeneratif, umumnya tekanan darah
bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya umur. (Triyanto, 2014) Penderita
hipertensi dikelompokkan berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik menjadi dua
kelompok, hipertensi sistolik terisolasi dan hipertensi sistolik-diastolik. Dari 11 lansia dengan
hipertensi, 10 diantaranya termasuk ke dalam kelompok hipertensi sistolik terisolasi (90,9%)
dan satu lansia lainnya masuk ke dalam kelompok hipertensi sistolik-diastolik (9,1%).
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan usia terjadinya
penurunan elastisitas dan kemampuan meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat
sangat tinggi dengan penambahan volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan
pembuluh darah pada lanjut usia (erkadius 2016)
Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang pertama
menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika
darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka yang kedua di sebut
diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam jantung. Tekanan sistolik diukur ketika
jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolic diukur ketika jantung mengendur
(relaksasi). Kedua angka ini sama pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun
dalam prakteknya, terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang
lebih riskan adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg(Wardha 2015).
H. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Hipertensi Esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor tersebut yaitu: a. Faktor keturunan b. Ciri
Perorangan c. Kebiasaan hidup (Kowalski, Robert, 2010).
2. Hipertensi Sekunder atau renal yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Merupakan 10 % dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain ; penggunaan kontrasepsi oral, neurogenik
( tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris ), kehamilan, peningkatan tekanan
intravaskuler, luka bakar dan stress. ( aprilawati 2012 ).
I. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total
tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume
dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh system
saraf otonom dan sirkulasi hormone. Empat system control yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain system baroreseptor arteri, pengaturan volume
cairan tubuh , system renin angiotensin dan autoregulasi vascular. Baroreseptor arteri
terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam aorta dan dinding ventrikel kiri.
Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri.Sistem baroreseptor meniadakan
peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal
(stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu,
reflex control sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun
dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti
mengapa control ini gagal pada hipertensi belum diketahui . Hal ini ditujukan untuk
menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara tidak
adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh mengalami
kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks
yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung .
bila ginjal berfungsi secara adekuat , peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan
penurunan tekanan darah kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal
dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sitemik. Renin dan
angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi renin
yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin
I, yang kemudian diubah oleh converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin II
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor
yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme control terhadap pelepasan
aldosterone. Aldosterone sangat bermakna dalam hipertensi terutamapada aldoteronisme
primer. Melalui peningkatan aktivitas system saraf simpatis,angiotensin II dan III juga
mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada ekskresi garam (Natrium) dengan akibat
peningkatan tekanan darah (wardah 2015).
J. Patway
K. Manifestasi klinik
Tanda dan gelala hipertensi yaitu ; Sakit kepala, Epitaksis, Rasa berat di tengkuk, Mata
berkunang – kunang, Mual, muntah, Kelemahan / letih, Sesak nafas, Kenaikan tekanan darah
dari normal, Penurunan kekuatan genggaman tangan , Pandangan mata kabur/tidak jelas
(aprilawati 2012).
L. Pemeriksaan penunjang
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko
sepertihiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapatdiakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
11. plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
12. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
13. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
14. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanyadiabetes.
15. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
16. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atautakik
aorta, pembesaran jantung.
17. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Wardah 2015).
M. penatalaksanaan
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
d. Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a. Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain b. Intensitas olah raga yang baik antaraN60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan.
b. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
c. Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3. Edukasi Psikologis
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan padasubyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar olehsubyek dianggap tidak
normal. Penerapan biofeedback terutama dipakaiuntuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, jugauntuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasI
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untukmengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderitauntuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
BAB 111
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
A. DATA BIOGRAFI
Nama : H.M Subur
Jenis Kelamin : Laki Laki
Tempat & Tgl Lahir : Jakarta 22 agustus 1951
Gol Darah : O / A / B / AB
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Status Perkawinan : menikah
TB / BB : 160 / 77
Penampilan : Bersih, Rapi
Ciri-Ciri Tubuh :badan berisi, kulit sawo matang, rambut putih
Alamat : jl. Matraman gudep 1 no 20 rt 07 rw 01 jakarta timur
Telp : Tidak ada
Orang Yang Dekat Dihubungi: Tidak ada
Hubungan Dengan Usila : Tidak ada
Alamat : Tidak ada
Telp : Tidak ada
B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan Saat Ini : tidak berkerja
Alamat Pekerjaan : Tidak ada
Berapa Jarak Dari Rumah : Tidak ada
Alat Transportasi : Tidak ada
Pekerjaan Sebelumnya : kurir
Berapa Jarak Dari Rumah : - Km
Alat Transportasi : angkot
Sumber-Sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan:
E. RIWAYAT REKREASI
Hobi / Minat : memasak
Keanggotaan Organisasi : tidak ada
Liburan / Perjalanan : klien mengatakan pernah liburan ke amerika
F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi: perawat
Jarak Dari Rumah :4 Km
Rumah Sakit : RSUD Budi Asih
Jaraknya : 13 Km
Klinik : Cendrawasi Jaraknya: 1 km
Pelayanan Kesehatan Di Rumah : Tidak ada
Makanan Yang Dihantarklan : Macam-macam makanan
Perawatan Sehari-Hari Yang Dilakukan Keluarga : Mandi, makan
G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual: Berdoa
H. STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan Selama Setahun Yang Lalu: Nyeri pada leher, tengkuk, klien menderita
sakit jantung, klien megalami hipertensi, klien juga memiliki asam urat dan kolestrol
Status Kesehatan Umum Selama 5 Tahun Yang Lalu: klien pernah mengalami struk,
klien megalami hipertensi
Prsepsi Klien
Konsep Diri : oppa S mengatakan suka dengan bagian tubuhnya kcuali
rambutnya yang sudah ubanan
Emosi : oppa S mengatakan selalu menerima apapun yang sudah terjadi
dalam hidupnya termasuk kehidupannya dipanti
Adaptasi : oppa S mengatakan senang berbincang bincang dengan oranglain
dan sangat senang bila ada perawat perawat yang dinas di panti.
Mekanisme Pertahanan Diri :
J. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Compos Metis
Skala koma glasgow : E: 4 M: 6 V: 5
Tanda-tanda vital : TD: 170/90 N: 82/mnt RR: 19/mnt S: 36c
Pengkajian fisisk
1. Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak terdapat kemerahan.
2. Mata, telinga, hidung : mata simetris, konjungtiiva anemis, hidung simetris, tidak
menggunakan pernapasan cuping hidung.
3. Leher : TIdak terdapan pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
nyeri telan.
4. Dada & punggung : Bentuk dada simetris
5. Sistem pencernaan : Tidak ada masalah
6. Ekstremitas atas & bawah: Atas: ROM ka/ki: 5/5 CRT: 2 detik Akral: Hangat
Bawah: ROM ka/ki: 5/5 CRT: 2 datik Akral: Hangat
7. Sistem immune : Tidak ada kelainan
8. Sistem genetalia : Tidak ada kelainan
9. Sistem reproduksi : Tidak ada kelainan
10. Sistem persyarafan :Tidak ada kelainan
11. Sistem pengecapan :Tidak ada kelainan
12. Sistem penciuman :Tidak ada kelainan
13. Tactil respon :Tidak ada kelainan
K. SISTEN KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
1. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ):
2. Mental-mental state exam (MMSE):
3. Investaris depresi beck:
4. Indeks KATZ: A ( kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
5. Indeks barthel:
6. APGAR keluarga:
L. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium: Tidak ada
2. Radiologi: Tidak ada
3. EKG: Tidak ada
4. USG: Tidak ada
5. CT-Scan: Tidak ada
6. Obat-Obatan: amlodipine, candesartan, vitamin B12
1 kamis
2. Hari apa sekarang ini?
1
3. Apa nama tempat ini? flamboyan
1
4. Berapa nomor telepon anda? PSTW Cipayung
4a. Dimana alamat anda?
(tanyakan bila tidak memiliki
telepon)
1 70 tahun
5. Berapa umur anda?
1 22 agustus 1951
6. Kapan anda lahir?
1
7. Siapa presiden indonesia sekarang? Jokowi
1
8. Siapa presiden sebelumnya? SBY
1
9. Siapa nama kecil ibu anda? Rohaya
No identitas : Umur :
Nama responden : Dominana hamisfer :
Pendidikan : Tanggal :
Item Tes Nilai Nilai
Max
ORIENTASI
1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 5
2. Kita berada dimana? (negara),(provinsi), (kota), (gedung), 5 5
(ruangan)
REGISTRASI
3. Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang 3 1
1 detik (missl Apel, Uang meja) responden meminta
mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar.
Ulangi sampai responden dapat menyebutkan dengan benar dan
catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4. Pengurangan 100 dengan 7 secara berturut. Nilai 1 untuk tiap 5 0
jawaban yang benar. Hentikan selama 5 jawaban.
Atau responden diminta mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; missalnya
uyahw = 2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RICALL)
5. Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 2
BAHASA
6. Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan 2 2
(perlihatkan pensil dan jam tangan)
7. Responden diminta mengulang kalimat “ tanpa kalau dan atau 1 2
tetapi”
8. Responden diminta melakukan perintah “ambil responden 3 3
diminta melakukan perintah “ambil kertas ini dengan tangan
anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”
9. Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya : 1 3
“pejamkan mata anda”
10. Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan 1
1
Skor Total 30 25
Interprestasi nilai:
24-30 : Tidak ada gangguan kognitif
18-23 : Gangguan kognitif sedang
0-17 : Gangguan kognitif berat
INVENTARIS DEPRESI BECK
Score Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih / tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya.
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan say tidak dapat keluar darinya.
1 Saya merasa sedih atau galau.
0 Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik.
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan.
1 Say merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua. (suami/istri).
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan.
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0 Saya tidak merasa gagal.
D. Ketidak puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya tidak merasa tidak puas.
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga.
2 Saya merasa sangat bersalah.
1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri.
2 Saya muak dengan diri saya sendiri.
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan.
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
1 Saya merasa lebih baik mati.
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri.
H. Menarik diri sendiri
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
pada mereka semunya.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
1 Saya berusaha mengambil keputusan.
0 Saya membuat keputusan yang baik.
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan.
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik.
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik.
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya.
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu.
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu.
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya.
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasa.
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Penilaian
0 - 4 Depresi tidak ada atau minimal.
5 – 7 Depresi ringan.
8 – 15 Depresi sedang.
16 + Depresi berat.
INDEKS KATZ
Score Kriteria
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali dari satu fungsi
tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.
Lain-Lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasi sebagai
C,D,E atau F.
0 = tidak mampu
1. Makan (feeding) 1 = butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll. 2
2 = mandiri
0 = tergantung orang lain 1
2. Mandi (Barthing) 1 = mandiri
0 = membutuhkan bantuan orang lain 1
3. Perawatan Diri 1 = mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan
(Grooming) bercukur
0 = tergantung orang lain 2
4. Berpakaian 1 = sebagian dibantu (miss mengancing baju)
(Dressing) 2 = mandiri
0 = inkontinensia atau pakai kateter dan tidak 2
5. Buang Air Kecil terkontrol
(bowel) 1 = kadang inkontinensia (maks 1x24jam)
2 = kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
0 = inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema) 2
6. Buang Air Besar 1 = kadang inkontinensia sekali seminggu
(Bladder) 2 = kontinensia teratur
0 = tergantung bantuan orang lain 2
7. Penggunaan Toilet 1 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2 = mandiri
0 = tidak mampu 3
8. Transfer 1 = butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri
0 = immobile (tidak mampu) 3
9. Mobilitas 1 = menggunakan kursi roda
2 = berjalan dengan bantuan satu orang
3 = mandiri (meskipun menggunakan alat bantu
seperti, tongkat)
0 = tidak mampu 2
10. Naik Turun Tangga 1 = membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = mandiri
Interprestasi hasil:
20 :mandiri
12-19 :ketergantungan ringan
9-11 :ketergantungan sedang
5-8 :ketergantungan berat
0-4 :ketergantungan total
2) Indeks Katz
APGAR KELUARGA
Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial
Penilaian:
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
Selalu : skore 2 Total 8
Kadang-kadang : skore 1
Hampir tidak pernah : skore 0
ANALISA DATA
Defisit pengetahuan
- Hilangkan faktor
presipitasi yang
dapat
meningkatkan
pengalaman nyeri
klien( ketakutan,
kurang
pengetahuan)
- Ajarkan cara
penggunaan
terapi non
farmakologi
(distraksi, guide
imagery,relaksasi
)
- Kolaborasi
pemberian
analgesic.
Aoki, Y., Yoon, S.S., Chong, Y. dan Carrol, M.D. 2014. Hypertention, abnormal cholesterol,
and high body mass index among non Hispanic asian adults: United state 2011-2012. NCHS
Data Brief, 140.
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kushariyadi (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif. A.H. dan Kusuma. H (2013). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jakarta: EGC.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.