Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usiaadalah sesuatu yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses penuaan yang diikuti
dengan menurunnya kemampuan fisik dan pikiran adalah gambaran umum yang terjadi pada
setiap lansia (Wardhana, 2014).
WHO memperkirakan  tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar
orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Data WHO juga
memperkirakan  75% populasi lansia di dunia pada tahun 2025 berada di negara berkembang.
Pada tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,1 juta orang. Sementara itu Data
Susenas BPS 2012 menunjukkan lansia di Indonesia sebesar 7,56% dari total penduduk
Indonesia (Wardhana, 2014).

Menurut WHO, populasi lansia di kawasan Asia Tenggara sebesar 8% atau sekitar 142 juta
jiwa, pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini.
Jumlah lansia pada tahun 2000 sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan tahun
2010 jumlah lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan
jumlah lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Berdasarkan data tersebut
didapatkan bahwa setiap 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 2%dari total populasi.
Menurut Depkes jumlah lansia di Indonesia diperkirakan sekitar 80 juta jiwa, data
berdasarkan BPS (2010) sebesar 16,1 %, di DKI Jakarta pada tahun 2012 mencapai 5,24%
(KEMENKES RI, 2013).Green dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan
merupakan salah satu faktor predisposisi atau faktor yang mempermudah terjadinya perilaku
seseorang Masalah-masalah kesehatan yang terjadi dalam masyarakat dapat dihindari dengan
menerapkan perilaku pencegahan terhadap masalah kesehatan tersebut. Salah satu masalah
yang sering dialami oleh lansia yang disebabkan oleh Artritis Gout.

Artritis Gout adalah suatu penyakit metabolik yang merupakan salah satu penyakit reumatik
dimana pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan / penurunan eksresi asam urat
(Arif,2010).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berdasarkan defek genetik pada
metabolisme purin (hiperuresemia).Pada keadaan ini biasa terjadi over sekresi asam urat atau
defekrenal yang mengakibatkan sekresi asam urat/kombinasi keduanya.

Insiden penyakit Gout sebesar 1 – 2 % terutama terjadi pada usia 30 – 40 tahun dan 20 kali
lebih sering pada pria dibandingkan dengan wanita.Penyakit ini terutama menyerang sendi
tangan dan bagian metatarsofangeal kaki.Penyakit ini bersifat multisistemik yang disebabkan
oleh hiperuresemia dan penimbunan kristal asam urat di dalam jaringan.Asam urat merupakan
hasil akhir metabolisme purin.

Berdasarkan World health Organization WHO Prevalensi asam urat (Gout ) di Amerika
serikat sekitar 13.6 kasus per 1000 laki laki dan 6.4 kasus per 1000 perempuan pervelensi ini
berbeda di tiap negara,berkisar antara 0.27% di amerika hingga 10.3% selandia
baru.Peningkatan insidens gout di kaitkan dengan perubahan pola diet dan gaya
hidup,peningkatan kasus obesitas dan sindrom metabolik.Kejadian hiperuresemia di Indonesia
banyak terjadi pada suku minahasa dan tapanuli karena mereka banyak mengkonsumsi
alkohol dan ikan .Pada suatu studi didapatkan insiden gout 4.9% pada kadar asam urat darah
> 9 mg/dl .0.5% pada kadar 7 -8.9%,dan 0.1% pada kadar < 7 mg/dl .Insiden kumulatif gout
mencapai angka 22% setelah 5 tahun ,pada kadar asam urat > 9 mg/dl ( Hidayat,2009)

Bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan yang akan menggangu proses
penyembuhan dan dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas ,untuk itu perlu
penagananan yang lebih efektif untuk meminimalkan nyeri yang dialami oleh pasien.Secara
garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu dengan manajemen farmakologi
dan manajemen non farmakologi.

Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok penduduk yang berumur 60 tahun ataulebih (WHO,
2015). Secara global proporsi populasi penduduk berusia lebih dari60 tahun pada tahun 2014
adalah 12% dari total populasi global (UNFPA,2015). Jumlah populasi lansia berusia lebih
dari 60 tahun di Indonesiamengalami peningkatan setiap tahun yaitu 19.142.805 jiwa tahun
2014 menjadi21.685.326 jiwa tahun 2015 (konita 2014)Batasan-batasan Lanjut Usia menurut
WHO dalam Padila (2013) ada empattahapan yaitu : Usia pertengahan (middle age) usia 45-
59 tahun, lanjut usia(elderly) usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia
sangattua (very old) &gt;90 tahun. Lanjut usia menurut UU RI no 13 tahun 1998
dalamIndriana dkk, (2010) adalah mereka yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas.

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan profesional yang berhubungan dengan pasien dan
keluarga dalam hal ini lansia dengan artritis`gout atau resiko tinggi gout ,memiliki peran
penting dalam prevalensi,morbiditas dan mortalitas.Perawat memiliki tanggung jawab
terhadap derajat kesehatan lansia dan mengimplementasikan peran dan fungsinya melalui
aktifitas promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif.Sehingga seorang perawat harus mampu
memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan kontrahensif yang meliputi pengkajian untuk
menegakkan diagnosa masalah keperawatan ,perencanaan dan tindakan keperawatan sampai
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada masalah utama gout artritis (Lukman dkk,2009)

Jenis hipertensi yang khas ditemukan pada lansia adalah isolated systolichypertension (ISH),
dimana tekanan sistoliknya saja yang tinggi (diatas 140mmHg), namun tekanan diastolik tetap
normal (dibawah 90 mmHg) (Arif, 2013). Lansia sering terkena hipertensi disebabkan oleh
kekakuan pada arterisehingga tekanan darah cenderung meningkat. Biasanya stres bukan
karenapenyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruhstress
tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan rendahnyadaya tahan tubuh pada
saat tersebut (Mardiana, 2014).

Stres adalah tanggapan atau reaksi terhadap berbagai tuntutan atau bebanatasnya yang bersifat
non spesifik namun, disamping itu stres dapat jugamerupakan faktor pencetus, penyebab
sekaligus akibat dari suatu gangguan ataupenyakit. Faktorfaktor psikososisal cukup
mempunyai arti bagi terjadinya strespada diri seseorang. Stres dalam kehidupan adalah suatu
hal yang tidak dapatdihindari (Yosep dan Sutini, 2014). Penyebab stres atau disebut stressor
dapat berubah-ubah, sejalan denganperkembangan manusia tetapi kondisi stress juga dapat
terjadi di setiap saatsepanjang kehidupan. Sumber-sumber stres, yaitu: dari dalam diri,
didalamakeluarga, didalam komuitas. Pendekatan-pendekatan stres menurut Prabowo(2014):
stres sebagai stimulus, stres sebagai respon, dan stres sebagai interaksiantara individu dengan
lingkungan.Selain itu penyebab hipertensi pada lansia juga disebabkan oleh perubahan
gayahidup dan yang lebih penting lagi kemungkinan terjadinya peningkatan tekanandarah
tinggi karena bertambahnya usia lebih besar pada orang yang banyakmengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung garam (Kenia, 2013).

Di indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlahpasien yang
tidak menyadari bahwa dirinya mengalami hiperuresemia dan pola makan atau kebiasaan
mengkomsumsi makanan yang tinggi puri.Kecenderungan perubahan tersebut dapat
disebabkan pada gaya hidupmasyarakat (Triyanto, 2014). Pada dekade belakangan ini
populasi usia lanjut meningkat di Negara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya
terjadi diNegara maju. Demikian halnya di Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami
peningkatan. Adanya jumlah peningkatan lansia, masalah kesehatan yangdihadapi negara
Indonesia menjadi kompleks, terutama yang berkaitan dengangejala penuaan. Mardiana dan
Zelfino, (2014). Keberadaan panti untuk menampung para lansia di Indonesia merupakan
salah satu bentuk perhatian pemerintah pada kelompok usia ini.

Lansia yang tinggal dipanti memiliki latar belakang kehidupan dan alasan yangberbeda-beda.
Latar belakang, alasan, dan kondisi yang saat ini di panti masing-masing memberikan
sumbangan sebagai stresor atau sumber stres dialami paralansia panti. Tentu sumbangan stres
dari masing-masing stresor tersebut akan berbeda bergantung pada faktor individu itu pula.
Besar kecilnya sumbanganstres dari stresor yang mengelilingi kehidupan lansia panti akan
memberikanvariasi terhadap tingkat stres yang dialami (Indriana dkk, 2010).Berdasarkan latar
belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukanasuhan keperawatan pada
lansia yang mengalami Artritis Gout

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melaporkan asuhan keperawatan pada Opa M tentang Artritis Gout ( Asam Urat )pada
keluarga Tn M diwilayah Kelurahan Lubang Buaya RW 09
2. Tujuan khusus
1. Mampu menjelaskan pengertian dari Artritis Gouttanda dan gejala, penyebab dan cara
pencegahan tentang Artritis Gout
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada OpaM dengan Artritis Gout
3. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada OpaM dengan Artritis Gout
4. Mampu melakukan implementasi pada OpaMdengan Artritis Gout
5. Mampu melakukan evaluasi pada OpaM dengan Artritis Gout
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep lansia

Lansia sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang
akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang
tidak dapat dihindari (Sutikno E. 2011). Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 pasal
1 ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 tahun ke atas (Senjaya A. 2013). Lansia merupakan periode yang telah mencapai masa tua
dalam ukuran fungsi dan menunjukan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai
gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut
beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan
kurang lincah (Maryam RS, 2012).

B. Proses Menua
Menurut Sheira Saul (1974 dalam Bandiyah S 2009), secara individual proses menua terjadi
pada orang dengan usia berbeda-beda. Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang
berbeda sehingga tidak ada satu faktorpun yang ditemukan untuk mencegah proses menua.
Menurut Muhit A 2016, menua adalah suatu prises menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Proses menua merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat dihindari dalam
fase kehidupan (Yuliati A, 2014).

C. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia berikut ini terbagi menjadi lima, yaitu
1. Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia 45-59 tahun.
2. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia risiko tinggi Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial Lansia yang mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat
menghasilkanbarang/jasa.
5. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung padabantuan orang lain. (Maryam RS,2008):

Menurut WHO klasifikasi lanjut usia meliputi (Sutikno E. 2011):


1. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45 – 59 tahun
2. Usia lanjut (elderly), kelompok usia 60 – 70 tahun
3. Usia lanjut tua (old), kelompok usia antara75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old), kelompok usiadiatas 90 tahun.

D. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat , lansia memiliki karakteristik sebagai berikut (Maryam RS,
2008):
1. Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan)
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit darikebutuhan
biopsikososial sampai spiritual serta dari kondisi adaptif hingga kondisimaladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

E. Perubahan pada lansia


Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, yaitu (Sutikno E. 2011)
1. Perubahan fisik
2. Perubahan mental
3. Perubahan psikososial
4. Perkembangan spiritual.
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan perubahan psikososialnya.
Pengaruh yang muncul akibat berbagai perubahan pada lansia tersebut jika tidak teratasi
dengan baik cenderung akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh. (Yuliati A,
2014)
F. Kesehatan umum lansia
Proses menua cenderung menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan
jiwa secara khusus pada lansia. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti semakin
melemahnya manusia secara fisik dan kesehatan. (Sutikno E. 2011). Seiring dengan
bertambahnya usia, sistem kekebalan akan semakin berkurang. Terjadinya penurunan fungsi
organ tubuh dan berbagai perubahan fisik. Penurunan ini terjadi pada semua tingkat seluler,
organ, dan sistem. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kejadian penyakit pada
lansia baik akut maupun kronik. Meningkatnya gangguan penyakit pada lanjut usia maka
dapat menyebabkan perubahan pada kualitas hidup lanjut usia. Penyakit-penyakit kronis
tersebut seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, kanker dan diabetes yang banyak
dijumpai pada lansia. Di Negara berkembang penyakit kronik dan ketidakmampuan
(disability) pada lansia banyak terjadi namun dapat dikurangi dengan upaya health promotion
untuk meningkatkan kualitas hidup. (Wangsarahardja K, 2010).

G. Pengertian

Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda maupun tua.
Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena termasuk penyakit yang mematikan.
Bahkan, Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan
hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta
dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal
(Pudiastuti, 2013).
Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit degeneratif, umumnya tekanan darah
bertambah secara perlahan dengan seiring bertambahnya umur. (Triyanto, 2014) Penderita
hipertensi dikelompokkan berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik menjadi dua
kelompok, hipertensi sistolik terisolasi dan hipertensi sistolik-diastolik. Dari 11 lansia dengan
hipertensi, 10 diantaranya termasuk ke dalam kelompok hipertensi sistolik terisolasi (90,9%)
dan satu lansia lainnya masuk ke dalam kelompok hipertensi sistolik-diastolik (9,1%).
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan usia terjadinya
penurunan elastisitas dan kemampuan meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat
sangat tinggi dengan penambahan volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan
pembuluh darah pada lanjut usia (erkadius 2016)
Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang pertama
menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika
darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka yang kedua di sebut
diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam jantung. Tekanan sistolik diukur ketika
jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolic diukur ketika jantung mengendur
(relaksasi). Kedua angka ini sama pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun
dalam prakteknya, terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang
lebih riskan adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg(Wardha 2015).

H. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Hipertensi Esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor tersebut yaitu: a. Faktor keturunan b. Ciri
Perorangan c. Kebiasaan hidup (Kowalski, Robert, 2010).
2. Hipertensi Sekunder atau renal yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Merupakan 10 % dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain ; penggunaan kontrasepsi oral, neurogenik
( tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris ), kehamilan, peningkatan tekanan
intravaskuler, luka bakar dan stress. ( aprilawati 2012 ).
I. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total
tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume
dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh system
saraf otonom dan sirkulasi hormone. Empat system control yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain system baroreseptor arteri, pengaturan volume
cairan tubuh , system renin angiotensin dan autoregulasi vascular. Baroreseptor arteri
terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam aorta dan dinding ventrikel kiri.
Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri.Sistem baroreseptor meniadakan
peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal
(stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu,
reflex control sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun
dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti
mengapa control ini gagal pada hipertensi belum diketahui . Hal ini ditujukan untuk
menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara tidak
adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.

Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh mengalami
kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks
yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung .
bila ginjal berfungsi secara adekuat , peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan
penurunan tekanan darah kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal
dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sitemik. Renin dan
angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi renin
yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin
I, yang kemudian diubah oleh converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin II
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor
yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme control terhadap pelepasan
aldosterone. Aldosterone sangat bermakna dalam hipertensi terutamapada aldoteronisme
primer. Melalui peningkatan aktivitas system saraf simpatis,angiotensin II dan III juga
mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada ekskresi garam (Natrium) dengan akibat
peningkatan tekanan darah (wardah 2015).

J. Patway
K. Manifestasi klinik

Tanda dan gelala hipertensi yaitu ; Sakit kepala, Epitaksis, Rasa berat di tengkuk, Mata
berkunang – kunang, Mual, muntah, Kelemahan / letih, Sesak nafas, Kenaikan tekanan darah
dari normal, Penurunan kekuatan genggaman tangan , Pandangan mata kabur/tidak jelas
(aprilawati 2012).

L. Pemeriksaan penunjang
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh
hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko
sepertihiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapatdiakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan
11. plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
12. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
13. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
14. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanyadiabetes.
15. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi.
16. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan atautakik
aorta, pembesaran jantung.
17. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Wardah 2015).

M. penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat


komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

1. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.

b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c. Penurunan berat badan

d. Menghentikan merokok

2. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

a. Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain b. Intensitas olah raga yang baik antaraN60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan.
b. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
c. Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan padasubyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar olehsubyek dianggap tidak
normal. Penerapan biofeedback terutama dipakaiuntuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, jugauntuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasI
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untukmengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderitauntuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

4. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk


meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.

BAB 111
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN

Nama Perawat :YOLA AMELIA PUTRI

Tanggal pengkajian : 29 oktober 2019

A. DATA BIOGRAFI
Nama : H.M Subur
Jenis Kelamin : Laki Laki
Tempat & Tgl Lahir : Jakarta 22 agustus 1951
Gol Darah : O / A / B / AB
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Islam
Status Perkawinan : menikah
TB / BB : 160 / 77
Penampilan : Bersih, Rapi
Ciri-Ciri Tubuh :badan berisi, kulit sawo matang, rambut putih
Alamat : jl. Matraman gudep 1 no 20 rt 07 rw 01 jakarta timur
Telp : Tidak ada
Orang Yang Dekat Dihubungi: Tidak ada
Hubungan Dengan Usila : Tidak ada
Alamat : Tidak ada
Telp : Tidak ada

B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram:

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan Saat Ini : tidak berkerja
Alamat Pekerjaan : Tidak ada
Berapa Jarak Dari Rumah : Tidak ada
Alat Transportasi : Tidak ada
Pekerjaan Sebelumnya : kurir
Berapa Jarak Dari Rumah : - Km
Alat Transportasi : angkot
Sumber-Sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan:

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe Tempat Tinggal : Permanen
Jumlah Kamar :3
Jumlah Tongkat : tidak ada
Kondisi Tempat Tinggal :
Jumlah Orang Yang Tinggal Di Rumah: 5
Derajad Privasi : Baik
Tetangga Terdekat : tidak ada
Alamat / Telepon : tidak ada

E. RIWAYAT REKREASI
Hobi / Minat : memasak
Keanggotaan Organisasi : tidak ada
Liburan / Perjalanan : klien mengatakan pernah liburan ke amerika

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi: perawat
Jarak Dari Rumah :4 Km
Rumah Sakit : RSUD Budi Asih
Jaraknya : 13 Km
Klinik : Cendrawasi Jaraknya: 1 km
Pelayanan Kesehatan Di Rumah : Tidak ada
Makanan Yang Dihantarklan : Macam-macam makanan
Perawatan Sehari-Hari Yang Dilakukan Keluarga : Mandi, makan

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual: Berdoa

Yang Lainya: Tidak ada

H. STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan Selama Setahun Yang Lalu: Nyeri pada leher, tengkuk, klien menderita
sakit jantung, klien megalami hipertensi, klien juga memiliki asam urat dan kolestrol

Status Kesehatan Umum Selama 5 Tahun Yang Lalu: klien pernah mengalami struk,
klien megalami hipertensi

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan:


Obat-obatan

No Nama Obat Dosis Keterangan


1. Amlodipine 5mg
2. candesartan 4mg
3. B12 50mg

Alergi (Catatan Agen Dan Reaksi Spesifik)


Obat-Obatan : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
Faktor Lingkungan : Tidak ada
Penyakit Yang Diderita: Hipertensi, asam urat, kolestrol, dan jantung

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI

Indeks Kats : A. Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke


kamar kecil, berpakaian dan mandi.
Oksigenasi : Klien tidak menggunakan alat bantu bernafas dan tidak mengeluh
batuk.
Cairan & Elektrolit : Klien mengatakan bisa minum atau mampu menghabiskan 1 botol
aqua 600 ml dan klien tidak mengalami dehidrasi.
Nutrisi : Klien tidak mengalami penurunan nafsu makanJenis makanan
yang di konsumsi adalah nasi, ayam, telor.
Eliminasi : BAK 3x sehari, BAB frekuensi 2 hari sekali.
Aktivitas : Klien mengatakan mandi sendiri , ADL dilakukan secara mandiri.
Istrahat & Tidur : Klien dapat tidur selama 6 jam pada malam hari dan 1 jam pada
siang hari. Klien mengatakan segar saat istrahat.
Personal Hygiene : Baik
Seksual : Terjadi penurunan fungsi seksual.
Rekreasi : oppa s mengatakan pernah rekreasi k puncak semenjak tiggal di
panti
Psikologis : Klien merasa cemas dengan kondisi kesehatanya.

Prsepsi Klien
Konsep Diri : oppa S mengatakan suka dengan bagian tubuhnya kcuali
rambutnya yang sudah ubanan
Emosi : oppa S mengatakan selalu menerima apapun yang sudah terjadi
dalam hidupnya termasuk kehidupannya dipanti
Adaptasi : oppa S mengatakan senang berbincang bincang dengan oranglain
dan sangat senang bila ada perawat perawat yang dinas di panti.
Mekanisme Pertahanan Diri :

J. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Compos Metis
Skala koma glasgow : E: 4 M: 6 V: 5
Tanda-tanda vital : TD: 170/90 N: 82/mnt RR: 19/mnt S: 36c
Pengkajian fisisk
1. Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak terdapat kemerahan.
2. Mata, telinga, hidung : mata simetris, konjungtiiva anemis, hidung simetris, tidak
menggunakan pernapasan cuping hidung.
3. Leher : TIdak terdapan pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
nyeri telan.
4. Dada & punggung : Bentuk dada simetris
5. Sistem pencernaan : Tidak ada masalah
6. Ekstremitas atas & bawah: Atas: ROM ka/ki: 5/5 CRT: 2 detik Akral: Hangat
Bawah: ROM ka/ki: 5/5 CRT: 2 datik Akral: Hangat
7. Sistem immune : Tidak ada kelainan
8. Sistem genetalia : Tidak ada kelainan
9. Sistem reproduksi : Tidak ada kelainan
10. Sistem persyarafan :Tidak ada kelainan
11. Sistem pengecapan :Tidak ada kelainan
12. Sistem penciuman :Tidak ada kelainan
13. Tactil respon :Tidak ada kelainan

K. SISTEN KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
1. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ):
2. Mental-mental state exam (MMSE):
3. Investaris depresi beck:
4. Indeks KATZ: A ( kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi.
5. Indeks barthel:
6. APGAR keluarga:

L. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium: Tidak ada
2. Radiologi: Tidak ada
3. EKG: Tidak ada
4. USG: Tidak ada
5. CT-Scan: Tidak ada
6. Obat-Obatan: amlodipine, candesartan, vitamin B12

SHORT PORTBALE MENTAL STATUS QUESTIONNSIRE (SPMSQ)


(penelitian ini untuk mengetahui fungsi intelektual manuka)

Score No Pertanyaan Jawaban


+ -
21
1 1. Tanggal berapa hari ini?

1 kamis
2. Hari apa sekarang ini?

1
3. Apa nama tempat ini? flamboyan

1
4. Berapa nomor telepon anda? PSTW Cipayung
4a. Dimana alamat anda?
(tanyakan bila tidak memiliki
telepon)

1 70 tahun
5. Berapa umur anda?

1 22 agustus 1951
6. Kapan anda lahir?

1
7. Siapa presiden indonesia sekarang? Jokowi

1
8. Siapa presiden sebelumnya? SBY

1
9. Siapa nama kecil ibu anda? Rohaya

1 Kurangi 3 dari 20 dan tetap


10. pengurangan 3 dari setiap angka Tidak tahu
baru, semua secara menurun

Jumlah kesalahan total 1


Dari pfeiffer E (1975)
Keterangan:
1. kesalahan 0-2 = fungsi intelektual utuh
2. kesalahan 3-4 = kerusakan intelektual ringan
3. kesalahan 5-7 = kerusakan intelektual sedang
4. kesalahan 8-10 = kerusakan intelektual berat

MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)


(mengkaji Aspek – Aspek Kongnitif Dari Fungsi Mental)

No identitas : Umur :
Nama responden : Dominana hamisfer :
Pendidikan : Tanggal :
Item Tes Nilai Nilai
Max
ORIENTASI
1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 5
2. Kita berada dimana? (negara),(provinsi), (kota), (gedung), 5 5
(ruangan)
REGISTRASI
3. Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang 3 1
1 detik (missl Apel, Uang meja) responden meminta
mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar.
Ulangi sampai responden dapat menyebutkan dengan benar dan
catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4. Pengurangan 100 dengan 7 secara berturut. Nilai 1 untuk tiap 5 0
jawaban yang benar. Hentikan selama 5 jawaban.
Atau responden diminta mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; missalnya
uyahw = 2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RICALL)
5. Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 2
BAHASA
6. Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan 2 2
(perlihatkan pensil dan jam tangan)
7. Responden diminta mengulang kalimat “ tanpa kalau dan atau 1 2
tetapi”
8. Responden diminta melakukan perintah “ambil responden 3 3
diminta melakukan perintah “ambil kertas ini dengan tangan
anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”
9. Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya : 1 3
“pejamkan mata anda”
10. Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan 1
1

11 Responden diminta menyalin gambar 1 1

Skor Total 30 25
Interprestasi nilai:
24-30 : Tidak ada gangguan kognitif
18-23 : Gangguan kognitif sedang
0-17 : Gangguan kognitif berat
INVENTARIS DEPRESI BECK

Score Uraian

A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih / tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya.
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan say tidak dapat keluar darinya.
1 Saya merasa sedih atau galau.
0 Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik.
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan.
1 Say merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua. (suami/istri).
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan.
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0 Saya tidak merasa gagal.
D. Ketidak puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya tidak merasa tidak puas.
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga.
2 Saya merasa sangat bersalah.
1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik.
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah.
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri.
2 Saya muak dengan diri saya sendiri.
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri.
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan.
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
1 Saya merasa lebih baik mati.
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri.
H. Menarik diri sendiri
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
pada mereka semunya.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
1 Saya berusaha mengambil keputusan.
0 Saya membuat keputusan yang baik.
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan.
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik.
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik.
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya.
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu.
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu.
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya.
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasa.
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Penilaian
0 - 4 Depresi tidak ada atau minimal.
5 – 7 Depresi ringan.
8 – 15 Depresi sedang.
16 + Depresi berat.

INDEKS KATZ

(indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan seharihari)

Score Kriteria

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,


berpakaian
dan mandi.

B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali dari satu fungsi
tersebut.

C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan.

D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian


dan satu fungsi tambahan.

E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,


kekamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut.

Lain-Lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasi sebagai
C,D,E atau F.

INDEKS BARTHEL (IB)

No Item yang dinilai Skor Nilai

0 = tidak mampu
1. Makan (feeding) 1 = butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll. 2
2 = mandiri
0 = tergantung orang lain 1
2. Mandi (Barthing) 1 = mandiri
0 = membutuhkan bantuan orang lain 1
3. Perawatan Diri 1 = mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan
(Grooming) bercukur
0 = tergantung orang lain 2
4. Berpakaian 1 = sebagian dibantu (miss mengancing baju)
(Dressing) 2 = mandiri
0 = inkontinensia atau pakai kateter dan tidak 2
5. Buang Air Kecil terkontrol
(bowel) 1 = kadang inkontinensia (maks 1x24jam)
2 = kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
0 = inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema) 2
6. Buang Air Besar 1 = kadang inkontinensia sekali seminggu
(Bladder) 2 = kontinensia teratur
0 = tergantung bantuan orang lain 2
7. Penggunaan Toilet 1 = membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2 = mandiri
0 = tidak mampu 3
8. Transfer 1 = butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2 = bantuan kecil (1 orang)
3 = mandiri
0 = immobile (tidak mampu) 3
9. Mobilitas 1 = menggunakan kursi roda
2 = berjalan dengan bantuan satu orang
3 = mandiri (meskipun menggunakan alat bantu
seperti, tongkat)
0 = tidak mampu 2
10. Naik Turun Tangga 1 = membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = mandiri
Interprestasi hasil:
20 :mandiri
12-19 :ketergantungan ringan
9-11 :ketergantungan sedang
5-8 :ketergantungan berat
0-4 :ketergantungan total
2) Indeks Katz

APGAR KELUARGA
Alat skrining singkat yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial

No Uraian Fungsi Skore

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 1


(teman-teman) saya untuk bantu pada waktu sesuatu Adaptation
menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya


membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan Partnership 1
masalah dengan saya.

3. Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima


dan mendukung keinginan saya untuk melakukan Growth 2
aktivitas atau arah baru.

4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya


mengekspresikan efek dan berespon terhadap emosi- Affection 2
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai.

5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya Resolve 1


menyediakan waktu bersama.

Penilaian:
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
Selalu : skore 2 Total 8
Kadang-kadang : skore 1
Hampir tidak pernah : skore 0
ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS:-klien mengatakan nyeri pada leher, Kerusakan vaskuler
pusing, susah tidur, skala nyeri 7 pembuluh darah
dari 1- 10
- klien mengatakan sering sakit
kepala
- klien mengatakan sudah Penyumbatan Nyeri Kronis
menderita hipertensi sejak 10 pembuluh darah
tahun yg lalu

DO: -Klien tampak kurang tidur, tampak Vasokontriksi


gelisa, TTV didapatkan
TD: 177/ 75 mmHg
N:39kali/menit Gangguan sirkulasi
RR:19 kali/menit
S: 36,2 c
Resistensi pembuluh
darah otak meningkat

2. DS:-Klien mengatakan kesulitan untuk hambatan lingkungan


tidur, (kebisingan)
-klien mengatakan sering terbangun
pada malam hari,
ketiadaan teman tidur Gangguan Pola
-klien mengatakan tidur hanya 5 jam Tidur
pada malam hari.
kurang kontrol tidur
DO:Klien terdapat kantung mata, klien
selalu berbaring di atas tempat tidur,
klien tampak tidak tenang. gangguan pola tidur
3. DS:klien mengatakan kurang tahu Kurangnya terpapar
tentang penyakit hipertensi informasi

DO:klien bertanya tentang penyakitnya Defisit pengetahuan


Kurangnya mampu
mengingat

Defisit pengetahuan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KH
1. Nyeri Kronis Setelah dilakukan - Kaji secara - Untuk mengetahui
tindakan asuhan komprehensip tingkat nyeri pasien
keperawatan terhadap nyeri
selama 3 x 24 jam termasuk lokasi, - Untuk mengetahui
Pasien tidak karakteristik, tingkat
mengalami durasi, frekuensi, ketidaknyamanan
nyeri, dengan kualitas, dirasakan oleh
kriteria hasil: intensitas nyeri pasien
- Mampu dan faktor
- Untuk mengalihkan
mengontrol presipitasi
perhatian pasien dari
nyeri (tahu
- Observasi reaksi rasa nyeri
penyebab
nyeri,mampu ketidaknyaman
- Untuk mengetahui
menggunakante secara nonverbal apakah nyeri yang
hnik dirasakan klien
- Gunakan strategi
nonfarmakolog berpengaruh
komunikasi
iuntuk terhadap yang
terapeutik untuk
mengurangi lainnya
mengungkapkan
nyeri,mencari
pengalaman nyeri
bantuan) - Untuk mengurangi
dan penerimaan
- Melaporkan factor yang dapat
klien terhadap
bahwa memperburuk nyeri
respon nyeri
nyeriberkurang - Tentukan yang dirasakan klien
denganmenggu pengaruh
nakanmanajem pengalaman nyeri - untuk mengetahui
en nyeri terhadap kualitas apakah terjadi
- Mampu hidup( napsu pengurangan rasa
mengenali makan, tidur, nyeri atau nyeri
nyeri(skala, aktivitas,mood, yang dirasakan klien
intensitas,freku hubungan sosial) bertambah.
ensi dan tanda
nyeri) - Tentukan faktor - Pemberian “health
yang dapat education” dapat
- Menyatakan
memperburuk mengurangi tingkat
rasa
kecemasan dan
nyamansetelah nyeri lakukan
evaluasi dengan membantu klien
nyeri
klien dan tim dalam membentuk
berkurang
kesehatan lain mekanisme koping
- Tanda vital
tentang ukuran terhadap rasa nyeri
dalam
rentangnormal pengontrolan
- Untuk mengurangi
Tidak nyeri yang telah
tingkat
mengalamigangg dilakukan
ketidaknyamanan
uan tidur.
- Berikan informasi yang dirasakan
tentang nyeri klien.
termasuk
- Agar nyeri yang
penyebab nyeri,
dirasakan klien tidak
berapa lama nyeri
bertambah.
akan hilang,
antisipasi - Agar klien mampu
terhadap menggunakan teknik
ketidaknyamanan nonfarmakologi
dari prosedur dalam
memanagement
- Control
nyeri yang
lingkungan yang
dirasakan.
dapat
mempengaruhi - Pemberian analgetik
respon dapat mengurangi
ketidaknyamanan rasa nyeri pasien
klien( suhu
ruangan, cahaya
dan suara)

- Hilangkan faktor
presipitasi yang
dapat
meningkatkan
pengalaman nyeri
klien( ketakutan,
kurang
pengetahuan)

- Ajarkan cara
penggunaan
terapi non
farmakologi
(distraksi, guide
imagery,relaksasi
)

- Kolaborasi
pemberian
analgesic.

2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan - Observasi 1. Mengetahui


asuhan adanya kesadaran, dan
keperawatan 3x24 pembatasan kondisi tubuh dalam
jam, klien tidak klien dalam keadaan normal atau
terjadi cedera melakukan tidak.
dengan kriteria aktivitas 2. Untuk mengetahui
hasil : - Kaji adanya kemudahan dalam
- Jumlah jam tidur faktor yang tidur.
dalam batas menyebabkan 3.   Untuk
normal kelelahan mengetahui tingkat
- Pola - Monitor nutrisi kegelisahan.
tidur,kualitas dan sumber 4. Untuk
dalam batas energi yang mengidentifikasi
normal adekuat penyebab aktual dari
- Perasaan fresh - Monitor pasien gangguan tidur.
sesudah akan adanya 5. Untuk memantau
tidur/istirahat kelelahan fisik seberapa jauh dapat
- Mampu dan emosi secara bersikap tenang dan
mengidentifikasi berlebihan rilex.
halhal - Monitor respon 6. Untuk membantu
yang kardivaskuler relaksasi saat tidur.
meningkatkan terhadap aktivitas 7. Tidur akan sulit
tidur (takikardi, dilakukan tanpa
disritmia, relaksasi,
sesak nafas, 8. Berkemih malam
diaporesis, pucat, hari dapat
perubahan mengganggu tidur.
hemodinamik) 9. Kenyaman dalam
- Monitor pola tubuh pasien terkait
tidur dan lamanya kebersihan diri dan
tidur/istirahat pakai.
pasien 10. Memudahkan
- Kolaborasikan dalam mendapatkan
dengan Tenaga tidur yang optimal.
Rehabilitasi 11. Untuk
Medik dalam menenangkan
merencanakan pikiran dari
progran terapi kegelisahan dan
yang mengurangi
tepat. ketegangan otot
- Bantu klien 12.  Pemberian obat
untuk sesuai jadwalnya.
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu
dilakukan
- Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan
sosial
- Bantu untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan
sumber yang
diperlukan
untuk aktivitas
yang diinginkan
- Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
- Bantu klien
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
- Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
- Sediakan
penguatan positif
bagi
yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
- Monitor respon
fisik, emosi,
sosial
dan spiritual.

3. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan - Kaji 1. Mempermud


tindakan asuhan pengetahu ah dalam
keperawatan 3x24 an klien pemberian
tentang penjelasan
jam, klien tidak
penyakitn pada klien
terjadi cedera ya 2. Meningkatka
dengan kriteria - Jelaskan n
hasil : tentang pengetahuan
1. Klien proses dan
mampu penyakit mengurangi
menjelask tanda dan
an gejala cemas
kembali identifikas 3. Mencegah
tentang i keparahan
penyakitn kemungki penyakit
ya nan 4. Mempermud
2. Klien penyebab ah intervensi
mampu - Jelaskan 5. Memberi
mengenal tentang gambaran
kebutuhan program tentang
perawatan pengobata pilihan terapi
dan n dan yang bias
pengobata alternative digunakan
n tanpa pengobata 6. Meriview
cemas n
- Diskusika
n
perubahan
gaya
hidup
yang
mungkin
digunakan
untuk
mencegah
komplikas
i
- Diskusika
n tentang
terapi dan
pilihannya
- Tanyakan
kembali
pengetahu
an klien
tentang
penyakitn
ya
DAFTAR PUSTAKA

Aoki, Y., Yoon, S.S., Chong, Y. dan Carrol, M.D. 2014. Hypertention, abnormal cholesterol,
and high body mass index among non Hispanic asian adults: United state 2011-2012. NCHS
Data Brief, 140.

Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kushariyadi (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif. A.H. dan Kusuma. H (2013). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jakarta: EGC.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai