Anda di halaman 1dari 64

ANALISIS PENERAPAN PEMBERIAN ELEVASI EKSTERMITAS

BAWAH DALAM PROSES PENYEMBUHAN ULKUS


DIABETIK PADA PASIEN DENGAN
DIABETES MELLITUS

KARYA TULIS ILMIAH (LITERATURE REVIEW)

AFDHALUZ ZIKRI
NIM 13404317001

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER KESDAM ISKANDAR MUDA BANDA ACEH
BANDA ACEH
2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Afdhaluz Zikri
NIM : 13404317001
Institusi : Akper Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang


saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan
merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya
akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis
Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Banda Aceh, 24 Agustus 2020


Pembuat Pernyataan

Afdhaluz Zikri
NIM 13404317001

Mengetahui :
Pembimbing,

Ns.Eri Riana Pertiwi, M. Kep.


NIK 011220150588

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah (Literature Review) Dengan Judul:

ANALISIS PENERAPAN PEMBERIAN ELEVASI EKSTREMITAS


BAWAH DALAM PROSES PENYEMBUHAN ULKUS
DIABETIK PADA PASIEN DENGAN
DIABETES MELLITUS

Oleh:

AFDHALUZ ZIKRI
NIM 13404317001

Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji


KaryaTulis Ilmiah (Literatur Review)
Akper Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh

Banda Aceh, 24 Agustus 2020


Pembimbing,

Ns.Eri Riana Pertiwi, M. Kep


NIK 011220150588

iii
LEMBAR PENGESAHAN

KaryaTulis Ilmiah (Literature Review) Dengan Judul:

ANALISIS PENERAPAN PEMBERIAN ELEVAS EKSTERMITAS


BAWAH DALAM PROSES PENYEMBUHAN ULKUS
DIABETIK PADA PASIEN DENGAN
DIABETES MELLITUS

Oleh:

AFDHALUZ ZIKRI
NIM 13404317001

Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah (Studi Kasus)
Akper Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh

Banda Aceh, 27 Agustus 2020


Mengesahkan,

Penguji I : Ns. Novi Afrianti, M.Kep 1.............................


NIDN 1314048901

Penguji II : Ns. Dewiyuliana, M. Kep 2.............................


NIDN 01130784804

Penguji III / : Ns. Eri Riana Pertiwi, M. Kep 3.............................


Pembimbing NIK 011220150588

Mengetahui
Direktur,

Ns. Wiwin Haryati, M.Kep


NIDN 0110067702

iv
ANALISIS PENERAPAN PEMBERIAN ELEVASI
EKSTREMITAS BAWAH DALAM PROSES PENYEMBUHAN
ULKUS DIABETIK PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS

Afdhaluz Zikri1, Eri Riana Pertiwi2


Akademi Keperawatan Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh
Email: afdhaluzzikri356@gmail.com.

ABSTRAK

Diabetes mellitus adalah penyakit degeneratif yang mengalami peningkatan


setiap tahun di negara- negara diseluruh sunia. Diabetes mellitus dapat
menimbulkan berbagai komplikasi pada seperti ulkus diabetik sehingga dapat
diatasi dengan terapi non farmakologi yaitu salah satunya elevasi ekstremitas
bawah. Tujuan literature review ini untuk menganalisis penerapan pemberian
elevasi ekstremitas bawah dalam proses peyembuhan ulkus diabetik pada
pasien diabetes mellitus. Desain penelitian ini adalah literature review. Metode
studi ini dilakukan dengan menganalisis literature yang berkaitan dengan elevasi
ekstremitas bawah dalam proses peyembuhan ulkus diabetik pada pasien
diabetes mellitus pada database Google Scholar secara studi empiris dalam 10
tahun terakhir sebanyak 5 jurnal yang dianalisis. Hasil penelitian berdasarkan
literature review menunjukkan bahwa penerapan pemberian elevasi ekstremitas
bawah efektif dalam proses peyembuhan ulkus diabetik pada pasien diabetes
mellitus. Sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi tambahan dalam menggembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang
pendidikan keperawatan. Dengan demikian diharapkan pemberian elevasi
ekstremitas bawah ini dapat diterapkan sebagai terapi non farmakologi dalam
mendukung proses penyembuhan ulkus diabetik pada pasien diabetes mellitus.

Kata kunci: Diabetes Mellitus, Elevasi Ekstremitas Bawah, Penyembuhan Ulkus


Diabetik.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “Analisis Penerapan Pemberian Elevasi

Ekstermitas Bawah Dalam Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik Pada

Pasien Dengan Diabetes Mellitus”.

Shalawat dan salam penulis hantarkan keharibaan junjungan alam

Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam

kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi

syarat sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Akademi

Keperawatan Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh.

Penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan, tetapi berkat

adanya bimbingan, pengarahan adan bantuan dari semua pihak, Karya

Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada ibu

Ns. Eri Riana Pertiwi, M. Kep. selaku pembimbing yang telah memberi

arahan dan saran serta bimbingan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini. Selain itu penulis juga turut menyampaikan ucapan terimakasih

kepada:

1. Ibu Ns. Wiwin Haryati, M.Kep selaku Direktur Akademi

Keperawatan Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh.

vi
2. Wadir I, Wadir II, dan Wadir III Akademi Keperawatan Kesdam

Iskandar Muda Banda Aceh yang telah memberikan ilmu dan

bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.

3. Penguji I Ibu Ns. Novi Afrianti, M.Kep dan penguji II Ibu Ns.

Dewiyuliana, M.Kep. yang telah memberikan masukan dan saran

demi kesempurnaan KTI penulis.

4. Dosen dan seluruh staf pendidikan Akademi Keperawatan Kesdam

Iskandar Muda Banda Aceh yang telah memberi ilmu dan

bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta Yang telah memberikan

pengorbanan baik material maupun spiritual pada penulis sehingga

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Kepada rekan seperjuangan yang telah banyak memberi dorongan

penulis selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari titik kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan

kritikan dan saran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis memanjatkan doa semoga Allah SWT selalu

melimpahkan rahmat-Nya. Amin Ya Rabbal Alamin.

Banda Aceh, 24 Agustus 2020

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................. i


PERTANYAAN KEASLIAN TULISAN ................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... iv
ABSTRAK............................................................................................. v
KATA PENGANTAR............................................................................. vi
DAFTAR ISI........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................5

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN


A. Konsep Diabetes Melitus Tipe II...........................................6
1. Pengertian........................................................................6
2. Etiologi.............................................................................7
3. Manisfestasi Klinis...........................................................10
4. Patofisiologi......................................................................11
5. Klasifikasi.........................................................................12
6. Komplikasi........................................................................14
7. Pemeriksaan Penunjang..................................................15
8. Penatalaksanaan Medis...................................................16

B. Asuhan keperawatan Diabetes Mellitus ..............................17


1. Pengkajian......................................................................17
2. Diagnosa Keperawatan..................................................23
3. Intervensi Keperawatan.................................................24

C. Konsep Ulkus Diabetik .........................................................25


1. Definisi.............................................................................25
2. Etiologi.............................................................................25
3. Klasifikasi Ulkus Diabetikum...........................................26

D. Konsep elevasi ekstramitas bawah.......................................27


1. Pengertian......................................................................27
2. Tujuan............................................................................28

viii
3. Manfaat..........................................................................28
4. Langkah-Langkah elevasi ekstramitas bawah...............29

BAB III METODE


A. Strategi pencarian literature..................................................31
1. Framework yang digunakan.............................................31
2. Kata kunci.........................................................................32
3. Database atau search engine..........................................32
B. Kriteria inklusi dan ekslusi.....................................................33
C. Seleksi studi dan penilaian kualitas.......................................34
1. Hasil pencarian dan seleksi studi.....................................34
2. Daftar artikel hasil pencarian............................................36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil.......................................................................................41
B. Pembahasan..........................................................................43

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................47
C. Saran.....................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kadar Glukosa Darah............................................................... 15

Tabel 2 Pemeriksaan Ulkus Diabetik..................................................... 18

Tabel 3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi PICO.............................................. 33

Tabel 4 Daftar Artikel Pencarian ........................................................... 37

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 Diagram Alur Review Jurnal.................................................35

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Efektifitas Elevasi Ekstermitas Bawah Terhadap Proses


Penyembuhan Ulkus Diabetik Di Ruang Melati RSUD DR.
MOEWARDI TAHUN 2014.
Lampiran 2 Pergerakan Sendi Ekstermitas Bawah Untuk Meningkatkan
Perfusi Jaringan Perifer Pasien DM Tipe 2.
Lampiran 3 Pengaruh Elevasi Ekstermitas Bawah Terhadap Proses
Penyembuhan Ulkus Diabetik.
Lampiran 4 Pengaruh Latihan Pergerakan Sendi Ekstermitas Bawah
Terhadap Nilai Ankle Brachial Index (ABI) pada pasien DM
Tipe 2.
Lampiran 5 Hubungan Latihan Mobilisasi Kaki Dengan Tingkat
Penyembuhan Luka Pada Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD
SULTAN THAHA SAIFUDDIN KABUPATEN TEBO.

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gaya hidup merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh setiap

orang. Banyak teori tentang gaya hidup, tetapi tidak ada yang

membahasnya secara spesifik. Gaya hidup yang kurang sehat akan

meningkatkan jumlah penderita penyakit tidak menular seperti Diabetes

Mellitus (Nofrida, 2018).

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Selain itu diabetes

mellitusmerupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan

glukosa darah disertai munculnya gejala utama yang khas seperti urine

dalam jumlah yang besar dan rasa manis. Penyakit diabetes

mellitussering dikenal sebagai penyakit silent killer yang berarti penyakit

ini membunuh penderitanya secara diam-diam. Sering kali penderita

diabetes mellitus tidak mengetahui kalau memiliki penyakit diabetes

mellitus, disaat komplikasi sudah terjadi ketika itu penderita baru

menyadari dirinya memiliki penyakit diabetes mellitustersebut (Putri,

2017).

1
2

Diabetes mellitus adalah salah satu jenis penyakit degeneratif

yang mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

dunia. Menurut International Diabetes Federation (2014), angka

penyandang diabetes mellitus di Indonesia menempati peringkat ke-5 di

dunia. Jumlah absolut penderita diabetes mellitus di Indonesia

diperkirakan mencapai 12 juta orang (Riskesdas, 2013). Berdasarkan

Riskesdas 2018 angka tersebut meningkat dari tahun 2013 (1,5%)

menjadi 2,0% pada tahun 2018.

Prevelensi diabetes mellitus di Aceh juga mengalami peningkatan.

Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevelensi diabetes mellitus

di Aceh pada tahun 2013 sebanyak 1,8% dimana angka tersebut

meningkat pada tahun 2018 dengan prevalensi mencapai 2,5%.

Peningkatan prevalensi di provinsi Aceh sangat signifikan jika

dibandingkan peningkatan prevalensi secara nasional. Hal tersebut

perlu di tinjau ulang masalah penanganan diabetes mellitus di provinsi

Aceh (Ellita, dkk, 2019).

Penderita diabetes mellitus kebanyakan beresiko memiliki

komplikasi ulkus diabetik. Ulkus diabetik adalah salah satu komplikasi

diabetes mellitus yang berupa lesi terbuka pada permukaan kulit yang

disebabkan oleh beberapa faktor dan dapat memberikan dampak

negatif pada kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Luka diabetik

adalah luka atau lesi pada pasien diabetes mellitus yang dapat
3

mengakibatkan ulserasi aktif dan merupakan penyebab utama amputasi

kaki terjadi karena ulkus diabetik (Fitrika, 2018).

Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi mikrovaskuler

yang dapat dialami oleh semua pasien diabetes mellitus dikemudian

hari. Pencegahan terjadinya ulkus diabetik sangat penting dilakukan

agar tidak terjadinya komplikasi lain yang lebih parah (seperti amputasi).

Berbagai intervensi untuk mencegah atau memperlambat komplikasi

tersebut banyak dikembangkan. salah satu tindakan keperawatan untuk

meningkatkan sirkulasi ke area ulkus adalah latihan elevasi ekstremitas

bawah (Pebrianti, dkk, 2018).

Elevasi ekstremitas bawah bertujuan agar sirkulasi perifer tidak

menumpuk di area distal. Elevasi ekstremitas bawah dilakukan setelah

klien beraktifitas atau turun dari tempat tidur, saat turun dari tempat

tidur, walaupun kaki tidak dijadikan sebagai tumpuan, namun akibat

efek gravitasi menyebabkan aliran darah akan cenderung menuju

perifer terutama kaki yang mengalami ulkus, elevasi ekstremitas bawah

dilakukan untuk mengatasi efek tersebut (Frykberg, dalam Wulandari,

dkk 2010).

Hasil penelitian sulistyowati (2015), didapat hasil bahwa

perbandingan nilai rata-rata dari elevasi ekstremitas bawah yaitu dari

21,56 menurun menjadi 18,11 sedangkan pada kelompok kontrol


4

walaupun jugak menunjukkan penurunan dari 22,28 menjadi 21,94.

Hasil Photographic Wound Assessment Tool (PWAT).

Hasil penelitian oleh Wulandari (2010), didapat hasil bahwa respon

yang tidak dilakukan elevasi ekstremitas bawah sebanyak 7 orang

(53,8%) dan responden yang dilakukan elevasi ekstremitas bawah

sebanyak 6 orang (46,2%). Rata-rata proses penyembuhan ulkus

diabetik pada klien diabetes mellitus di kelompok intervensi lebih besar

dibandingkan di kelompok kontrol. Kelompok kontrol intervensi rata-rata

memiliki skor healing index sebesar 0,213 dengan standar deviasi

0,082. Pada alfa 5% diyakini bahwa rata-rata skor healing index antara

0,127 samapai dengan 0,299. berarti menunjukkan penurunan.

Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk

menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “Analisis Penerapan

Pemberian Elevasi Ekstremitas Bawah Dalam Proses

Penyembuhan Ulkus Diabetik”.

B. Rumusan masalah

Bagaimana analisis penerapan pemberian elevasi ekstremitas

bawah dalam proses penyembuhan ulkus diabetik dengan diabetes

mellitus berdasarkan studi empires dalam 10 tahun terakhir?.


5

C. Tujuan penulisan

Mengetahui gambaran tentang analisis pemberian elevasi

ekstremitas bawah dalam proses penyembuhan ulkus diabetik dengan

diabetes mellitus.

D. Manfaat Penelitian

Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Pasien

Meningkatkan pengetahuan pasien dalam pemberian elevasi

ekstremitas bawah dalam proses penyembuhan ulkus diabetik

dengan diabetes mellitus.

2. Bagi Pengembang Ilmu dan Teknologi Keperawatan.

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam pemberian elevasi ekstremitas bawah dalam proses

penyembuhan ulkus diabetik dengan diabetes mellitus.

3. Insitusi Akper Kesdam IM Banda Aceh

Menjadi informasi serta referensi dalam meningkatkan serta

mengembangkan ilmu keperawatan khususnya di bidang

keperawatan medikal bedah dalam metode pembelajaran terkait

dengan pemberian elevasi ekstremitas bawah dalam proses

penyembuhan ulkus diabetik dengan diabetes mellitus.


6

4. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan prosedur

pemberian elevasi ekstremitas bawah dalam proses penyembuhan

ulkus diabetik dengan diabetes mellitus.


7

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus

1. Konsep Diabetes Melitus

a. Pengertian

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kelainan

metabolisme yang disebabkan kurangnya hormone insulin.

Hormon insulin dihasilkan oleh sekelompok sel beta di kelenjar

pankreas dan sangat berperan dalam metabolism glukosa dalam

sel tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak bisa

diserap semua dan tidak mengalami metabolism dalam sel.

Akibatnya, seseorang akan kekurangan energy sehingga mudah

lelah dan berat badan terus turun. Kadar glukosa yang berlebih

tersebut dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urine.

Gula memiliki sifat menarik air sehingga menyebabkan seseorang

banyak mengeluarkan urine dan selalu merasa haus (Ramadhan,

2017).

Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronis yang di

tandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan

metabolisme, karbohidrat, lemak, dan protein sehingga

meningkatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia).

Diabetes mellitus ini sangat mempengaruhi kehidupan penderita,


8

dan mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan baik. Diabetes

Mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul yang

diakibatkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah karena

kekurangan insulin baik absolute maupun relatif (Rosikho, 2016)

b. Etiologi

Umumnya diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya

sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-

pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasikan

insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.Disamping itu

Diabetes mellitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap

fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan

itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum

diketahui.

Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit

kecing manis mempunyai beberapa faktor pemicu penyakit

tersebut (Hasdiana, 2012), antara lain:

1) Pola makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori

yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes

mellitus. Kosumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangin

dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat


9

menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya

akan menyebabkan diabetes mellitus.

2) Obesitas

Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg

cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit

diabetes mellitus, sembilan dari sepuluh orang gemuk

berpotensi untuk terserang diabetes melitus.

3) Faktor genetis

Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada

anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan di bawa oleh anak

jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. pewaris gen ini

dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya

sangat kecil.

4) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang

menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan

mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada

sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh

termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang yang

terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi

pankreas.
10

5) Penyebab dan infeksi pada pankreas

Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga

dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatik akan

menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi

hormon-hormon untuk memproses metabolisme tubuh termasuk

insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat

meningkatkan resiko terkena diabetes melitus.

6) Pola hidup

Pola hidup jugak sangat mempengaruhi faktor penyebab

diabetes mellitus. Jika orang malas berolahraga memiliki risiko

lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena

olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di

dalam tubuh. kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan

faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi

pankreas.

7) Kadar kortikosteroid yang tinggi

8) Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah

melahirkan.

9) Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.

10) Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari

insulin.
11

Faktor-faktor di atas adalah sebagian contoh dari penyebab

diabetes mellitus, sebenarnya masih banyak sekali faktor-faktor

pemicu diabetes mellitus. Dengan menerapkan pola makan dan

pola hidup yang sehat merupakan pencegahan awal penyakit

diabetes mellitus. Mulailah pola makan dan pola hidup sehat dari

sekarang.

c. Manifestasi klinis

Menurut Bare, dkk (dalam Harista, 2016) manifestasi klinis

diabetes melitus yaitu :

a) Poliuria

Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui

mebran dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum

plasma meninggkat atau hiperosmolaritas menyebabkan cairan

intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler,

aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari

hiperosmolaritas dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotik

(poliuria).

b) Polidipsi

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam

vaskuler, hal ini dapat menyebabkan penurunan volume intrasel

sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel


12

mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan

seseorang harus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).

c) Poliphagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari

menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun,

penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi

yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan

(polifagia).

d) Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport ke dalam sel maka

sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan

metabolisme, akibat dari itu maka sel akan mengecil, sehingga

seluruh jaringan, terutama otot mengalami atrofi dan penurunan

secara otomatis.

d. Patofisiologi

Sebagian besar gambaran patologik dari diabetes mellitus

dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat

kurangnya insulin berikut: berkurangnya pemakaian glukosa oleh

sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa

darah setinggi 300-1200 mg/dl. Peningkatan mobilisasi lemak dari

daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya

metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan


13

kolestrol pada diding pembuluh darah dan akibat dari

berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat

mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau

toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang

melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar

160-180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus

renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.glukosuria ini

akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri

disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya

poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi (Wijaya, dkk,

2013).

e. Klasifikasi Diabetes Melitus

1) Diabates Mellitus Tipe 1

Diabetes Mellitus tipe 1 biasanya terjadi pada dewasa atau

anak, dan terjadi karena kerusakan sel (beta) (WHO, 2014).

Canadian Diabetes Association (CDA) 2013 juga menambahkan

bahwa rusaknya sel beta pankreas diduga karena proses

outoimun, namun hal ini jugak tidak diketahui secara pasti.

Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi

lebih sedikit dibandingkan Diabetes Mellitus tipe 2, akan


14

meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di negara

berkembang (IDF, 2015).

2) Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Mellitu tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa

(WHO, 2014). Sering kali Diabetes tipe 2 didiagnosa beberapa

tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi muncul sehingga

tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita Diabetes Mellitus

di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari

memburuknya faktor resiko seperti kelebihan berat badan dan

kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014).

3) Diabetes Gestational

Gestational Diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang

didiagnosis selama kehamilan (ADA, 2015) dengan ditandai

dengan hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal)

(CDA, 2013 dan WHO, 2014. Wanita dengan Diabetes

Gestation memiliki peningkatan risiko komplikasi selama

kehamilan dan saat melahirkan. Serta memiliki resiko Diabetes

tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2015).

4) Tipe Diabetes Lainnya

Diabetes mellitus tipe khusus merupakan diabetes yang

terjadi karena adanya kerusakan pada pankreas yang

memproduksi insulin dan mutasi gen serta mengganggu sel


15

beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam

menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan

tubuh. Sindrom hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan

menghambat kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali

dan sindrom genetik (ADA, dalam Sari 2018).

f. Komplikasi

Menurut Mutoharoh (2017), komplikasi Diabetes Mellitus tipe

II yaitu:

1) Komplikasi Akut

Komplikasi akut dari Diabetes Mellitus terdiri dari diabetik

ketoasidosis (DKA) dan Hiperglikemi hiperosmolar sindrom

(HHS) yang di sebabkan oleh defisiensi insulin absolut maupun

relatif bersamaan dengan peningkatan pusat regulasi hormon,

serta iatrogenik hipoglikemi yang merupakan komplikasi dari

pengaturan glukosa yang terlalu kuat (Chawla, 2012).

Komplikasi akut yang lain berupa hipoglikemi, yaitu

penurunan kadar gula darah. Tanda-tanda hipoglikemi pada

orang yang Diabetes antara lain haus, pucat, berkeringat,

takikardi, hipotensi, kehilangan kesadaran (Hupp, 2008).

2) Komplikasi Kronis

Keadaan hiperglikemi yang lama pada penderita Diabetes

Mellitus menimbulkan efek adanya kerusakan mikrovascular


16

yang menyebabkan gangguan pada mata (retinopati), ginjal

(nefropati), dan sistem saraf (neuropati). Bersamaan dengan itu

resiko mengalami kerusakan makrovaskular (coronary,

cerebrovascular, dan penyakit arteri perifer) pada orang

diabetes mellitus meningkat.

g. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Padila (2012), pemeriksaan penunjang Diabetes

Mellitus yaitu:

1) Glukosa darah sewaktu bermanfaat untuk sumber energi dalam

tubuh,

2) Kadar glukosa darah puasa bermanfaat untuk mengurangi

resiko resitensi insulin yang menjadi pemicu diabetes.

3) Tes toleransi glukosa bermanfaat untuk mengukur kemampuan

tubuh dalam menyerap zat gula.

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring

diagnosis DM (mg/dl).

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah Bukan Belum DM


DM pasti DM
Kadar glukosa darah
sewaktu
- Plasma vena < 100 100-200 >200
< 80 80-200 >200
17

- Darah kapiler

Kadar glukosa darah


< 110 110-120 >126
puasa
< 90 90-110 >110
- Plasma vena
- Darah kapiler

Kriterial diagnotik WHO untuk Diabetes Mellitus sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :

1) Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)


2) Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian

sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post

prandial (pp) > 200 mg/dl.

h. Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama terapi diabetes melitus adalah mencoba

menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam

upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.

Tujuan tarapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai

kadar glukosa darah normal (Padila, 2012).

Ada 5 kompenen dalam penatalaksanaan diabetes:

1) Diet

2) Latihan
18

3) Pemantauan

4) Terapi (jika diperlukan)

5) Pendidikan kesehatan

2. Asuhan Keperawatan Ulkus Diabetik

a. Pengkajian

Menurut doengoes et. All dalam Ningsih (2014), riwayat

keperawatan yang perlu dikaji adalah:

1) Aktivitas/ istirahat

Pasien dengan diabetes mellitus, menunjukkan gejala

lemah, nyeri atau kelemahan pada otot, tidak mampu

beraktivitas atau bekerja. Tanda yang ditunjukkan adalah

peningkatan denyut jantung/ nadi pada aktivitas yang minimal,

penurunan kekuatan dan rentang gerak sandi, depresi,

gangguan konsentrasi, penurunan inisiatif atau ide, latergi.

2) Sirkulasi

Tanda yang ditunjukkan adalah hipotensi, takikardia,

disritmia, suara jantung melemah, nadi perifer melemah,

pengisian kapiler memanjang, ekstrimitas dingin, sianosis, dan

membran mukosa hitam keabu-abuan (peningkatan

pigmentasi).
19

3) Pemeriksaan ulkus diabetikum

Pemeliksaan Lumt

NO DOMAIN KATEGORI RESPON SKOR


1. Tipe eksudat 0 : tidak ada
1 : serosaningosa
2 : serosa
3 : seropuluren
4 : purulenta

2. Jumlah eksudat 0 : tidak ada


1 : sedikit sekali
2 : sedikit
3 : sedang
4 : banyak sekali

3. Ukuran (dari bagian pinggir (panjang x lebar)


perbatasanepithelium) 0 : sembuh
1 :<2,5 cm2
2 : 2,5 – 5,0 cm2
3 : 5,1 – 10,0 cm2
4 : 10,1 cm2 atau lebih

4. Kedalaman Lapisan jaringan


0 : sembuh
1 : kehilangan kulit ketebalan
2 : parsial
3 : ketebalan penuh
4 : tendon atau tampak
kapsul sendisampai tulang.

Terbesar pada posisi jam.


0 : 0 cm
5. Undermining 1 : >0 – 0,4 cm
2 : >0,4 – 0,9 cm
3 : >0,9 – 1,4 cm
4 : >1,5 cm

6. Tipe jaringan nekrotik 0 : tidak ada


1 : slough putih sampai
kuning
2 : mudah lepas
20

3 : slough putih sampai


kuning
4 :-lengkat atau fibrin
 Eskar berwarna abu-
abu sampai hitam
lunak
 Eskar hitam kering
lunak.

7. Jumlah jaringan nekrotik


0 : tidak tampak
1 : 1-25% menutupi dasar
luka
2 : 26-50% menutupi
dasarluka
3 : 51-75% menutupi dasar
luka
4 : 76-100% menutupi dasar
luka
8. Tipe jaringan granulasi
0 : sembuh
1 : merah terang seperti
daging
2 : merah muda agak
kehitaman
3 : pucat
4 : tidak ada
9. Jumlah jaringan granulasi
0 : sembuh
1 : 76-100% menutupi dasar
luka
2 : 51-75% menutupi dasar
luka
3 : 26-50% menutupi dasar
luka
4 : 1-25% menutupi dasar
luka

10. Tepian luka


0 : sembuh
1 : >50% kemajuan
berbatasan epithelium
2 : jelas
3 : 50% kemajuan
berbatasan
4 :- epilium melekat
21

 Tidak ada kemajuan


berbatasan epilium
 - Tidak ada pelekatan
atau undermining
11. Viabilitas kulit periulkus
 Kallus
 Dermatitis 0 : tidak ada
(memucat) 1 : hanya satu
 Maserasi 2 : dua atau tiga
 Indurasi 3 : empat atau lima
(pengerasan) 4 : enam atau lebih
 Eritema (merah
terang)
 Ungu pucat
 Ungu tidak pucat
 - Kulit dehidrasi

12.
Tipe edema kaki
0 : tidak ada
1 : non piting atau kenyal
2 : pitting
3 : fibros
4 : lipodermatosklerosis
13. (mengeras)
Lokasi edema kaki
0 : tidak ada
1 : di lokasi periulcer
2 : kaki, meliputi enkel
3 : sampai pertengahan betis
14. 4 : sampai kelutut
Pengkajian bioburden 0 : sembuh
1 : kolonisasi ringan
2 : kolonisasi berat
3 : infeksi local
4 : infeksi iskemik

4) Integritas ego

Gejala yang ditunjukan adalah adanya riwayat faktor stress

yang baru dialami, termasuk sakit fisik, pembedahan perubahan


22

gaya hidup, dan ketidak mampuan mengatasi stress, tanda

yang ditunjukkan adalah ansietas, peka rangsang, depresi, dan

emosi tidak stabil.

5) Eliminasi

Gejala yang ditunjukkan adalah diare sampek dengan

adanya konstipasi, kram abdomen, perubahan frekuensi dan

karakteristik urin, tanda yang ditunjukkan adalah diuresis

sampai dengan oligouria.

6) Makanan/cairan

Gejalanya diantaranya anoreksia berat, mual, muntah,

kekurangan zat garam, berat badan menurun dengan cepat,

mudah lapar. Tanda yang ditunjukkan adalah tugor kulit buruk

dan membran mukosa kering, penyembuhan luka lambat,

ketidakstabilan kadar gula darah, konjungtiva pucat.

7) Neurosensori

Gejala yang biasanya terjadi adalah pusing, sinkope

(pingsan sejenak), gemetar, sakit kepala yang berlangsung

lama yang diikuti diaphoresis, kelemahan otot, penurunan

toleransi terhadap keadaan dingin atau stress, kesemutan, baal,

dan lemah. Tanda-tandanya adalah disorientasi waktu, tempat,

orang (karena kadar natrium rendah), latergi, kelelahan mental,

peka rangsang, cemas, koma (dalam keadaan krisis),


23

parestesia, paralisis, asthesia (pada keadaan kritis), penciuman

berlebihan, dan ketajaman pendengaran meningkat.

8) Nyeri/ kenyamanan

Gejala yang ditunjukkan adalah nyeri otot, kaku perut,

nyeri kepala, nyeri tulang belakang, nyeri pada abdomen, dan

nyeri pada ekstrimitas.

9) Pernafasan

Gejala yang ditimbulkan adalah dispnea, pernafasan

kussmaul. Tanda yang muncul adalah kecepatan penafasan

meningkat, takipneas, suara nafas crackels atau rokhi.

10) Keamanan

Gejala yang muncul adalah tidak toleran terhadap panas

atau cuaca panas. Tanda yang ditunjukkan adalah

hiperpigmentasi kulit menyeluruh atau bintik-bintik, peningkatan

suhu (demam yang diikuti dengan hipotermi), otot menjadi

kurus, gangguan atau tidak mampu berjalan.

11) Seksualitas

Gejala yang timbul adalah hilangnya tanda-tanda seks

sekunder (berkurangnya rambut-rambut pada tubuh), hilangnya

libido, impotensi.
24

12) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala yang muncul adalah riwayat penyakit keluarga

diabetes, TB, kanker, pankreatitis, tiroiditis, hipertensi.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien

dengan diabetes mellitus dan ulkus diabetik antara lain (NANDA

dalam Ningsih, 2014).

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis

osmosis, dehidrasi sel.

2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan insufisiensi insulin, intake kurang, mual

muntah, gangguan metabolisme nutrien.

3) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

manajemen diabetes yang tidak tepat.

4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer kerusakan sirkulasi

arteri, kurang aktifitas, kebiasaan merokok.

5) Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka

panjang, kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis,

dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya

informasi

6) Disfungsi seksual berhubungan dengan neuropati


25

7) Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik berhubungan

dengan kesulitan ekonomi. Kurangnya informasi mengenai tata

cara minum obat hipoglikemik oral.

8) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

turgor kulit, gangguan sirkulasi, penurunan sistem imun,

gangguan sensasi, nutrisi tidak adekuat.

9) Nyeri akut berhubungan dengan luka terbuka, pembedahan

c. Intervensi keperawatan pada pasien dengan ulkus diabetik

Menurut hastuti pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik

dapat dilakukan dengan memperbaiki sirkulasi, kontrol infeksi,

edukasi perawatan kaki, olahraga teratur dan menjaga berat

badan ideal pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi

(menurut hasil laboratorium lengkap) dan obat vaskularisasi, obat

untuk penurunan gula darah maupun menghilangkan keluhan/

gejala dan penyulit diabates mellitus.

B. Konsep Ulkus Diabetik

1. Definisi

Ulkus dapat didefinisikan sebagai adanya luka atau rusaknya

barier kulit sampai keseluruh lapisan (full thickness) dari dermis dan

proses penyembuhannya cenderung lambat. Ulkus pada kulit dapat

mengakibatkan hilangnya epidermis hingga dermis dan bahkan


26

lemak subkutan. Komplikasi ini umumnya berhubungan dengan

adanya kelainan saraf dan pembuluh darah pasien diabetes mellitus

(Agale, 2013). Adanya aterosklerosis pada pembuluh darah pasien

diabetes mellitus akan menurunkan aliran darah serta suplai oksigen

ke jaringan. Hal tersebut dapat menyebabkan kematian jaringan

kematian jaringan atau gangren (Dinh, dalam Fortuna, 2016).

2. Etiologi

Etiologi ulkus kaki diabetik biasanya memiliki banyak komponen

meliputi neuropati sensori perifer, trauma, deformitas, iskemia,

pembentukan kalus, enfeksi dan edema (Odenigbo, Benbow, 2009).

Sedangkan menurut Odenigbo, (2009) selain disebabkan oleh

neuropati perifer (sensorik, motorik, otonomik) dan penyakit

pembuluh darah perifer (makro dan mikro angiopati). Faktor lain yang

berkontribusi terhadap kejadian ulkus kaki adalah deformitas kaki

(yang dihubungan dengan peningkatan tekanan pada plantar),

gender laki-laki, usia tua, kontrol gula darah yang buruk,

hiperglikemia yang berkepanjangan dan kurangnya perawatan kaki

(Karminah, 2019).

3. Klasifikasi Ulkus Diabetikum

Menurut Wagner dalam Simamora, (2017), klasifikasi ulkus

diabetikum terdiri dari:


27

a. Derajat 0 Ditandai kulit tanpa ulserasi dengan satu atau lebih

Faktof risiko berupa neuropati sensorik yang merupakan

komponen primer penyebab ulkus, peripheral vascular disease,

kondisi kulit yaitu kulit kering dan terdapat callous (daerah yang

kulitnya menjadi hipertropik dan anastesi), terjadi deformitas

berupa claw toes (suatu kelainan bentuk jari kaki) yang melibatkan

metatarsal phalangeal joint, proximal interphalangeal joint dan

distal interphalangeal joint.

b. Derajat I

Ditandai adanya lesi kulit terbuka, yang hanya terdapat pada

kulit, dasar kulit dapat bersih atau purulen (ulkus dengan infeksi

yang superfisial terbatas pada kulit).

c. Derajat II

Dikategorikan masuk grade II apabila terdapat tanda-tanda

pada grade I dan ditambah dengan adanya lesi kulit yang

membentuk ulkus, yaitu dasar ulkus meluas ke tendon, tulang atau

sendi tetapi tidak terdapat infeksi yang minimal.

d. Derajat III

Ditemui tanda-tanda pada grade II ditambah dengan adanya

abses yang dalam dengan atau tanpa terbentuknya drainase dan

terdapat osteomyelitis.

e. Derajat IV
28

Ditandai dengan adanya gangren pada satu jari atau lebih,

gangren dapat pula terjadi pada sebagian ujung kaki.

f. Derajat V

Ditandai dengan adanya lesi/ulkus dengan gangren-gangren

diseluruh kaki atau sebagian tungkai bawah.

C. Konsep Elevasi Ekstremitas Bawah

1. Pengertian

Latihan fisik yang serupa dengan pergerakan sendi ekstremitas

bawah yaitu stimulasi otot gastroknemius, kontraksi yang efektif pada

otot-otot betis (gastroknemius dan soleus) dapat meningkatkan

kekuatan otot betis dan pompa otot betis (calf pumping) yang akan

menfasilitasi venous return dan dapat memperbaiki sirkulasi

pembuluh darah vena. latihan fisik telah terbukti dapat meningkatkan

efisiensi pompa otot betis. Edwards, Stewart dan Gibbs (2012)

menyatakan bahwa latihan home-based exercise seperti ROM Ankle

sangat efektif dan memberikan efek terhadap penyembuhan vena

ulcer, hal ini berkaitan dengan fungsi pompa otot betis. Pompa otot

betis yang tidak aktif dianggap sebagai salah satu penyebab utama

insufisiensi vena kronis yang kemudian mengarah pada ulserasi

vena kaki (Hijriana, 2016).


29

2. Tujuan
Elevasi ekstremitas bawah bertujuan agar sirkulasi perifer tidak

menumpuk diarea distal ulkus sirkulasi dapat dipertahankan

(Frykberg, 2002). Elevasi ekstremitas bawah dilakukan setelah

pasien beraktivitas atau turun dari tempat tidur. Saat turun dari

tempat tidur, walaupun kaki tidak dijadikan sebagai tumpuan, namun

akibat efek gravitasi menyebabkan aliran darah akan cenderung

menuju perifer terutama kaki yang mengalami ulkus. Elevasi

ekstremitas bawah dilakukan untuk mengatasi efek tersebut

(Frykberg, dalam Wulandari 2010).

3. Manfaat

Latihan elevasi ektremitas bawah ektrimitas bawah dapat

melancarakan sirkulasi perifer dan mempercepat proses

penyembuhan ulkus kaki diabetik, latihan elevasi berpengaruh

terhadap peningkatan fungsi kardiopulmonal dan peningkatan suplai

aliran darah ke daerah ulkus (Ningsih, 2015). Latihan ROM ankle

dapat meningkatkan gerakan kaki, memperkuat otot-otot kaki dan

dapat menurunkan tekanan plantar kaki (Rao, dkk dalam Pebrianti

2018).

4. Langkah-langkah tindakan

Melakukan tindakan Elevasi ekstremitas bawah pada pasien

diabetes mellitus dengan ulkus selama 10 menit setiap kali pasien


30

mobilisiasi >15 menit. Elevasi dapat dilakukan dengan alat khusus

Elevasi ekstremitas bawah atau menggunakan sumber daya yang

ada seperti tumpukan bantal atau selimut untuk menompang pangkal

paha (Ningsih, 2015).

Standar operating sistem

a. Fase Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan tujuan

4) Menjelaskan langkah prosedur

5) Menanyakan kesiapan pasien

b. Fase kerja

1) Mencuci tangan

2) Memakai handscoon

3) Menyiapkan alat

4) Mengatur posisi telentang pasien supaya nyaman

5) Meletakkan tumpukan bantal di pangkal paha pasien selama

10 menit

6) Merapikan alat dan pasien

7) Mencuci tangan

c. Fase terminasi

1) Melakukan evaluasi
31

2) Menyampaikan tindak lanjut

3) Berpamitan
BAB III

METODE

A. Strategi Pencarian Literature

1. Framework yang digunakan

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan

PICO framework:

a. Population/problem, populasi atau masalah yang akan di

analisis, dalam literature review ini pasien diabetes mellitus tipe

II.

b. Intervention, suatu tindakan penatalaksanaan terhadap kasus

perorangan atau masyarakat serta penerapan tentang

penatalaksanaan, dalam literature review ini intervensinya

adalah pemberian elevasi ekstremitas bawah.

c. Comparation, penatalaksanaan lain yang digunakan sebagai

pembanding, dalam literature review ini tidak ada

penatalaksanaan pembanding.

d. Outcome, hasil atau luaran yang diperoleh pada penelitian,

dalam literature review ini hasil yang diharapkan adalah adanya

hubungan penerapan elevasi ekstermitas bawah dalam

penyembuhan ulkus diabetik pada pasien dengan diabetes

mellitus.

31
32

2. Kata kunci

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan

Boolean operator (AND, OR NOT or AND NOT) yang digunakan

untuk memperluas atau menspesifikasikan pencarian, sehingga

mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang

digunakan. Kata kunci yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,

“elevasi ekstremitas bawah” AND “penyembuhan ulkus diabetik”

AND “diabetes mellitus tipe II”.

3. Database atau Search engine

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunderyang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan

tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat

berupa artikel atau jurnal yang relevan dengan topik dilakukan

menggunakan database melalui Google Scholar.


33

B. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Tabel 2 Kriteria inklusi dan ekslusi dengan format PICO

Kriteria Inklusi Ekslusi

Population/ Jurnal nasional atau Jurnal nasional atau


problem international yang international yang tidak
berhubungan dengan berhungan dengan topic
topic penelitian yakni penelitian yakni penerapan
penerapan pemberian pemberian elevasi
elevasi ekstremitas ekstremitas bawah dalam
bawah dalam proses proses penyembuhan
penyembuhan ulkus ulkus diabetik pada pasien
diabetik pada pasien dengan diabetes mellitus
dengan diabetes tipe II
mellitus tipe II

Intervention Elevasi ekstremitas Selain elevasi ekstremitas


bawah bawah

Comparation Tidak ada faktor Tidak ada faktor


pembanding pembanding

Outcome Adanya hubungan Tidak ada hubungan


penerapan pemberian penerapan pemberian
elevasi ekstremitas elevasi ekstremitas bawah
bawah dalam proses dalam proses
penyembuhan ulkus penyembuhan ulkus
diabetik pada pasien diabetik pada pasien
dengan diabetes dengan diabetes mellitus
mellitus tipe II tipe II

Study design Quasy Systematic/literature


experiment,descriptive review
study, dan korelasional
analitik.

Tahunterbit Artikel atau jurnal yang Artikel atau jurnal yang


terbit setelah tahun terbit sebelum tahun 2010
2010

Bahasa Bahasa Indonesia dan Selain bahasa Indonesia


bahasa Inggris dan bahasa Inggris
34

C. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

1. Hasil pencarian dan seleksi studi

Berdasarkan hasil pencarian melalui publikasi Google

Scholar menggunakan kata kunci “elevasi ekstremitas bawah”

AND “penyembuhan ulkus diabetik” AND “diabetes mellitus tipe II”,

peneliti menemukan 80 jurnal yang sesuai dengan kata kunci

tersebut. Jurnal penelitian tersebut kemudian diskrining, sebanyak

64 jurnal dieksklusi karena terbitan tahun 2010 kebawah dan

menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia dan Inggris.

Assessment kelayakan terhadap 18 jurnal diperoleh jurnal yang

dipublikasi yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi dilakukan

eksklusi, sehingga didapatkan 5 jurnal yang dilakukan review.


35

Skema 2 Diagram Alur Review Jurnal

Pencarian menggunakan
keyword melalui database
Google Scholar

N = 80
Excluded (n= 15)

Problem/populasi :
- Tidak sesuai dengan topik
(n= 5)
Seleksi jurnal 10 tahun terakhir
Intervention :
yang menggunakan bahasa
- ROM Ankle(n= 3)
Indonesia atau bahasa Inggris - Penggunaan alat bantu
simple food elevator (SFE)
N = 64 (n= 2)

Study design:
- Systematic review (n= 1)
Seleksi judul dan duplikat - Literature review (n= 2)
- Book chapters (n= 2)
N = 23

Identifikasi abstrak

N=8
Excluded (n= 3)

- Tujuan penelitian tidak sesuai


Jurnal akhir yang dapat karena hasil yang diperoleh
dianalisa sesuai rumusan tidak sesuai dengan kriteria
masalah dan tujuan inklusi (n= 3)
N=5

2. Daftar artikel hasil pencarian


36

Literature review ini di sintesis menggunakan metode naratif

dengan mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis

sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan. Jurnal

penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian

dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti,

tahun terbit, judul, metode dan hasil penelitian serta database.

Berikut adalah tabel daftar artikel hasil pencarian yang akan

dilakukan review:
37

Tabel 3 Daftar artikel hasil pencarian

No Author Tahun Vol/ Judul Metode (Desain, Hasil penelitian Data-


No. Sampel, Variabel, base
Instrumen, Analisis)

1. Dwi 2015 Vol.3 / Efektivitas D: Quasy Experiment Hasil dari penelitian ini menunjukkan Google
Ariani No.1 Elevasi Non Equivalent Control bahwa dari 36 responden pasien Scholar
Sulistyo Ekstremitas Group Design dengan ulkus diabetik, nilai
wati Bawah S: Non Random penyembuhan luka pada kelompok
Terhadap Sampling sebanyak 36 intervensi sebelum diberikan elevasi
Proses pasien diabetes mellitus ekstremitas bawah adalah 21,56 dan
Penyembu- dengan ulkus diabetik. setelah diberikan elevasi ektremitas
han Ulkus V: Elevasi Ekstremitas bawah membaik menjadi 18,11
Diabetik di Bawah, Proses dengan standar deviasi 3,12.
Ruang Melati Penyembuhan Ulkus Sedangkan pada kelompok kontrol,
RSUD DR. Diabetik nilai penyembuhan luka sebelum
Moewardi I: Photographic Wound intervensi adalah 22,28 dan setelah
Tahun 2014 Assessment Tool intervensi 21,94. Hal ini tampak
(PWAT) bahwa kelompok pasien ulkus
A: Uji Independent T diabetik yang diberikan elevasi
Test ekstremitas bawah lebih efektif
dalam penurunan keparahan ulkus
diabetik dibandingkan kelompok
tanpa intervensi elevasi ekstremitas
bawah.

2. Nurul 2019 Vol.3 / Pergerakan D: Descriptive study Hasil dari penelitian ini menunjukkan Google
Azizah No.2 Sendi dengan studi kasus. bahwa nilai ABI pada pasien 1 Scholar
dan Ekstremitas S: Subjek penelitian sebelum dilakukan intervensi
Endang Bawah untuk adalah 2 orang pasien pergerakan sendi ekstremitas bawah
38

Supri- Meningkat-kan dengan diabetes mellitus adalah 0,84 mmHg (resiko terjadinya
yanti Perfusi tipe 2 yang mengalami luka) dan setelah intervensi menjadi
Jaringan gangguan perfusi 0,90 mmHg (normal). Kemudian nilai
Perifer Pasien jaringan perifer. ABI pada pasien 2 sebelum
DM Tipe 2 V: Pergerakan Sendi dilakukan intervensi pergerakan
Ekstremitas Bawah, sendi ekstremitas bawah adalah 0,9
Perfusi Jaringan Perifer, mmHg dan setelah intervensi
Diabetes Mellitus Tipe 2 menjadi 1,1 mmHg. Hasil tersebut
I: Lembar observasi menunjukkan bahwa pergerakan
untuk pengukuran nilai sendi ekstremitas bawah mampu
Ankle Brachial Index mengatasi ketidakefektifan perfusi
(ABI) dan SOP pedoman jaringan perifer pasien diabetes
intervensi. mellitus tipe 2.
A: Analisa naratif/
deskriptif.

3. Indah 2012 Vol.3/ Pengaruh D: Quasy experimental Hasil dari penelitian ini menunjukkan Google
Wulan- No.2 Elevasi dengan non equivalent bahwa dari 7 responden yang Scholar
dari, Ekstremitas control group design termasuk pada kelompok intervensi
Krisna Bawah S: Convenience elevasi ekstremitas bawah, rerata
Yetti dan Terhadap samplingdiperoleh 13 skor healing index sebesar 0,213
Tutik Sri Proses responden dengan ulkus dengan standar deviasi 0,082.
Hayati Penyembu- diabetik. Sedangkan dari 6 responden yang
han Ulkus V: Elevasi Ekstremitas termasuk ke dalam kelompok
Diabetik Bawah, Ulkus Diabetik, kontrol, rerata skor healing index
Proses Penyembuhan sebesar 0,083 dengan standar
Luka deviasi 0,039. Maka terdapat
I: Healing Index perbedaan penyembuhan luka ulkus
A: Analisa Bivariat diabetik pada kelompok dengan
elevasi ekstremitas bawah dan
kelompok tanpa intervensi elevasi
39

ekstremitas bawah.

4. Isni 2016 Vol.7/ Pengaruh D: Quasy Experiment Hasil dari penelitian ini menunjukkan Google
Hijriana, No.2 Latihan dengan pre-test and bahwa rata-rata nilai ABI responden Scholar
Dewi Pergerakan post-test test group sebelum intervensi adalah 0,90 pada
Eliza- Sendi design ekstremitas bawah kiri dan 0,89
diani Ekstremitas S: Consecutive sampling pada ekstremitas bawah kanan.
Suza Bawah diperoleh 35 responden Kemudian, setelah diberikan
dan Yesi Terhadap Nilai pasien DM Tipe 2. intervensi latihan pergerakan sendi
Ariani Ankle Brachial V: Pergerakan Sendi ekstremitas bawah rata-rata nilai ABI
Index (ABI) Ekstremitas Bawah, responden membaik menjadi 0,99
pada Pasien Ankle Brachial Index pada ekstremitas bawah kiri dan
DM Tipe 2 (ABI), DM Tipe 2. 0,98 pada ekstremitas bawah kanan.
I: Alat ukur ABI, yaitu Maka dapat disimpulkan bahwa
tensimeter aneroid dan terdapat pengaruh latihan
Dopller Probe 8 MHz. pergerakan sendi ekstremitas bawah
A: Uji Wilcoxon Signed terhadap perbaikan nilai ankle
Rank Test brachial index (abi) pada pasien DM
Tipe 2.

5. Hani Ruh 2017 Vol.4/ Hubungan D: Korelasional Analitik Hasil dari penelitian ini menunjukkan Google
Dwi dan No.2 Latihan S: Total sampling bahwa dari 32 responden, hanya 12 Scholar
Muh Mobilisasi Kaki diperoleh 32 pasien DM orang (37,5%) yang melakukan
Hasan dengan Tipe 2 dengan ulkus latihan mobilisasi kaki dan 20 orang
Basri Tingkat diabetik. tidak melakukan (62,5%). Kemudian,
Penyembu- V: Latihan Mobilisasi responden yang melakukan latihan
han Luka pada Kaki, Penyembuhan mobilisasi kaki, dari 12 orang
Pasien Luka, Diabetes Mellitus terdapat 11 orang (34,4%) yang
Diabetes I: Kuesioner Latihan memiliki tingkat penyembuhan luka
Mellitus di Mobilisasi Kaki dan cepat dan 1 orang (3,1%) memiliki
40

RSUD Sultan Lembar Observasi tingkat penyembuhan luka lambat.


Thaha penilaian indikator Sedangkan responden yang tidak
Saifuddin penyembuhan luka ulkus melakukan latihan mobilisasi kaki,
Kabupaten diabetik. dari 20 orang terdapat 3 orang
Tebo A: Uji Chi square. (9,4%) yang mengalami
penyembuhan luka cepat,
sedangkan 17 orang (53,1%)
mengalami penyembuhan luka
lambat. Maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan latihan
mobilisasi kaki dengan tingkat
penyembuhan luka ulkus diabetik
pada pasien diabetes mellitus tipe II.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil dan analisa terhadap 5 jurnal ilmiah pada

literature review ini menunjukkan bahwa penerapan pemberian

elevasi ekstermitas bawah terbukti efektif dalam penyembuhan ulkus

diabetik pada pasien dengan diabetes mellitus.

Hasil penelitian Dwi Ariani Sulistyowati (2015) menunjukkan

hasil bahwa dari 36 responden pasien dengan ulkus diabetik, nilai

penyembuhan luka pada kelompok intervensi sebelum diberikan

elevasi ekstremitas bawah adalah 21,56 dan setelah diberikan

elevasi ektremitas bawah membaik menjadi 18,11 dengan standar

deviasi 3,12. Sedangkan pada kelompok kontrol, nilai penyembuhan

luka sebelum intervensi adalah 22,28 dan setelah intervensi 21,94.

Hal ini tampak bahwa kelompok pasien ulkus diabetik yang diberikan

elevasi ekstremitas bawah lebih efektif dalam penurunan keparahan

ulkus diabetik dibandingkan kelompok tanpa intervensi elevasi

ekstremitas bawah.

Hasil penelitian Nurul dan Endang (2019) menunjukkan hasil

bahwa nilai ABI pada pasien 1 sebelum dilakukan intervensi

pergerakan sendi ekstremitas bawah adalah 0,84 mmHg (resiko

terjadinya luka) dan setelah intervensi menjadi 0,90 mmHg

41
42

(normal). Kemudian nilai ABI pada pasien 2 sebelum dilakukan

intervensi pergerakan sendi ekstremitas bawah adalah 0,9 mmHg

dan setelah intervensi menjadi 1,1 mmHg. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pergerakan sendi ekstremitas bawah mampu

mengatasi ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pasien diabetes

mellitus tipe 2.

Hasil penelitian Indah, Krisna dan Tutik (2012) menunjukkan

bahwa dari 7 responden yang termasuk pada kelompok intervensi

elevasi ekstremitas bawah, rerata skor healing index sebesar 0,213

dengan standar deviasi 0,082. Sedangkan dari 6 responden yang

termasuk ke dalam kelompok kontrol, rerata skor healing index

sebesar 0,083 dengan standar deviasi 0,039. Maka terdapat

perbedaan penyembuhan luka ulkus diabetik pada kelompok dengan

elevasi ekstremitas bawah dan kelompok tanpa intervensi elevasi

ekstremitas bawah.

Hasil penelitian Isni, Dewi dan Yesi (2016) menunjukkan bahwa

rata-rata nilai ABI responden sebelum intervensi adalah 0,90 pada

ekstremitas bawah kiri dan 0,89 pada ekstremitas bawah kanan.

Kemudian, setelah diberikan intervensi latihan pergerakan sendi

ekstremitas bawah rata-rata nilai ABI responden membaik menjadi

0,99 pada ekstremitas bawah kiri dan 0,98 pada ekstremitas bawah

kanan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan


43

pergerakan sendi ekstremitas bawah terhadap perbaikan nilai ankle

brachial index (ABI) pada pasien DM Tipe 2.

Hasil penelitian Hani dan Muh (2017) menujukkan bahwadari

32 responden, hanya 12 orang (37,5%) yang melakukan latihan

mobilisasi kaki dan 20 orang tidak melakukan (62,5%). Kemudian,

responden yang melakukan latihan mobilisasi kaki, dari 12 orang

terdapat 11 orang (34,4%) yang memiliki tingkat penyembuhan luka

cepat dan 1 orang (3,1%) memiliki tingkat penyembuhan luka lambat.

Sedangkan responden yang tidak melakukan latihan mobilisasi kaki,

dari 20 orang terdapat 3 orang (9,4%) yang mengalami

penyembuhan luka cepat, sedangkan 17 orang (53,1%) mengalami

penyembuhan luka lambat. Maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan latihan mobilisasi kaki dengan tingkat penyembuhan luka

ulkus diabetik pada pasien diabetes mellitus tipe II.

B. Pembahasan

Hasil analisa penulis pada 5 jurnal ilmiah yang dibahas pada

literature review ini didapatkan bahwa pemberian elevasi ekstermitas

bawah efektif dalam penyembuhan ulkus diabetik pada pasien

dengan diabetes mellitus tipe.

Hasil penelitian oleh Dwi Ariani Sulistyowati (2015) yang

menunjukkan elevasi ekstermitas bawah berguna untuk

mengembalikan aliran darah dan mengurangi tekanan di bagian

distal ekstermitas. Aktifitas lebih dari 15 menit dapat meningkatkan


44

tekanan area distal sebesar 20%, dengan elevasi ekstermitas bawah

tekanan tersebut dapat dikurangi dari perfusi jaringan perifer dapat

dipertahankan.

Hasil penelitian didukung oleh Nurul dan Endang (2019) yang

menujukkan ankle brachial index (ABI) bertujuan untuk nilai ABI

sistolik dan bagian ankle dan sistolik bagian brachial. Pasien

dilakukan latihan pergerakan sendi ekstermitas bawah meliputi paha,

lutut, dan kaki dengan frekuensi 2 kali sehari selama 6 hari dengan

intensitas untuk masing-masing gerakan 10 kali. Kemudian pada hari

ke-6 dilakukan pengukuran nilai ABI kembali.Pergerakan sendi

ekstermitas bawah dapat meningkat nilai ABI jika dilakukan secara

teratur dan kontinyu.

Kemudian dipertegaskan pula oleh Indah, Krisna dan Tutik

(2012) yang menjelaskan bahwa aktifitas elevasi ekstermitas bawah

ini berhasil dan efektif untuk penyembuhan ulkus diabetik

dikarenakan aktifitas ini dapat dilakukan tanpa pergerakan yang

berlebihan, hanya aktifitas ringan seperti turun dari tempat ridur.

Walaupun kaki tidak dijadikan sebagai tumpuan, namun akibat efek

gravitasi menyebabkan aliran darah akan cenderung menuju perifer

tertutama kaki yang mengalami ulkus.

Hasil penelitian dilakukanoleh Isni, Dewi dan Yesi (2016)

menjelaskan bahwa Latihan fisikyang serupa dengan pergerakan

sendi ekstermitas bawah yaitu stimulasi otot gastroknemius yang


45

menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot-otot betis yang dapat

mempengaruhi sirkulasi pembuluh darah vena.

Hasil penelitian dilakukan oleh Hani dan Muh (2017) yang

menjelaskan bahwa latihan mobilisasi bertujuan agar sirkulasi perifer

tidak menumpuk diarea distal ulkus sirkulasi dapat dipertahankan.

Latihan mobilisasi sama dengan elevasi ektermitas bawah yaitu

untuk proses penyembuhan ulkus diabetik.

Adapun faktor pendukung yang membuat intervensi penerapan

elevasi ekstermitas bawah ini berhasil dan efektif untuk

penyembuhan ulkus diabetik pada penderita diabetes mellitus

dikarenakan selain pemberian terapi elevasi ekstermitas bawah

maka pemberian terapi kolaborasi antitrombosit dan antikoagulan

serta penyuluhan kepada pasien/ keluarga tentang manfaat latihan

fisik pada sirkulasi perifer untuk penyembuhan ulkus diabetik. Hal ini

dilakukan agar terjadi keadekuatan aliran darah melalui pembuluh

darah kecil ekstermitas untuk mempertahankan fungsi yang

ditunjukkan dengan warna kulit, sensasi dan intergritas kulit yang

normal dan tidak terjadi gangguan sirkulasi darah sehingga dapat

mempercepat proses penyembuhan ulkus diabetik pada penderita

diabetes mellitus.

Menurut teori Hijriana (2016) Latihan fisik yang serupa dengan

pergerakan sendi ekstremitas bawah yaitu stimulasi otot

gastroknemius, kontraksi yang efektif pada otot-otot betis


46

(gastroknemius dan soleus) dapat meningkatkan kekuatan otot betis

dan pompa otot betis (calf pumping) yang akan menfasilitasi venous

return dan dapat memperbaiki sirkulasi pembuluh darah vena. latihan

fisik telah terbukti dapat meningkatkan efisiensi pompa otot betis.

Yang bertujuan agar sirkulasi perifer tidak menumpuk diarea distal

ulkus sirkulasi dapat dipertahankan.

Kemudian, penelitian yang dianalisis penulis dapat

membuktikan keefektifan pemberian elevasi ekstermitas bawah

dalam proses penyembuhan ulkus diabetik pada penderita diabetes

mellitus karena intervensi dilakukan oleh peserta dengan pemberian

terapi tambahan yaitu terapi kolaborasi pemberian antitrombosit, anti

koagulan serta penyuluahn kepada pasien/keluarga dalam proses

penyembuhan ulkus diabetik.

Menurut asumsi peneliti elevasi ekstermitas bawah dalam

mendukung proses penyembuhan ulkus diabetik pada pasien

diabetes mellitus. Karena intervensi elevasi ekstermitas bawah ini

dapat memperbaiki sirkulasi darah pada perifer serta dapat

mengurangi edema pada ekstermitas bawah. Elevasi ekstermitas

bawah ini lebih efektif jika di implementasikan secara kontineu dan

sesuai dengan standar operasional prosedur agar mendapatkan

hasil yang maksimal.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tinjauan literatur di atas maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Pentingnya pasien penderita diabetes mellitus dapat melakukan

latihan elevasi ekstermitas bawah untuk mencegah terjadi ulkus

diabetik dan komplikasi penyakit lainnya seperti atropi otot serta

lumpuhan.

2. Elevasi ekstermitas bawah efektif dalam proses penyembuhan

ulkus diabetik pada penderita diabetes mellitus. Intervensi yang

dilakukan bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah perifer

serta dapat mengurangi edema pada ekstermitas bawah. Untuk

mendapatkan hasil yang maksimal dianjurkan pasien dapat

melakukan latihan tersebut secara teratur dan sesuai dengan

standar operasional prosedur.

3. Elevasi ekstermitas bawah merupakan salah satu intervensi yang

dapat diterapkan oleh tenaga kesehatan khususnya pada

penderita diabetes mellitus. Intervensi ini berupa intervensi non

farmakologi yang terbukti efektif dalam proses penyembuhan

ulkus diabetik pada penderita diabetes mellitus.

47
48

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis tinjauan literatur yang telah dilakukan oleh

penulis, maka:

1. Perawat

Disarankan kepada para tenaga kesehatan khususnya

perawat dapat melakukan latihan elevasi ekstermitas bawah untuk

penyembuhan ulkus diabetik pada penderita diabetes mellitus.

Intervensi ini tidak memiliki efek samping bagi penderita.

2. Peneliti

Disarankan kepada peneliti lanjutan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut terkait penerapan elevasi ekstermitas bawah

pada populasi yang lebih banyak tentunya pada penderita

diabetes mellitus, hal ini untuk mendukung penelitian-penilitan

yang telah dilakukan. Sehingga elevasi ekstermitas bawah

menjadi terapi yang efektif.

3. Institusi Akper Kesdam IM Banda Aceh

Disarankan kepada Insitusi Akper Kesdam IM Banda Aceh

untuk menjadikan hasil penulisan literature review ini sebagai

referensi tambahan di bidang pengetahuan ilmu pengetahuan

keperawatan dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N., & Supriyati, E. (2019). Pengerakan sendri ekstermitas bawah


untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer pasien DM Tipe 2. Juenal
Manajemen Asuhan Keperawatan. Volume: 3 (2).
Dwi, H., R., & Basri, M. H. (2017). Hubungan latihan monilisasi kaki dengan
tingkat penyembuhan luka pada pasien diabetes mellitus di RSUD
Sultan Thaha Saifuddin Kabupaten Tebo. Jurnal. Volume 4 (2).
Fitrika, Y, dkk. (2018). Pengaruh Self Managemen Education (DSME)
Terhadap Kejadian Ulkus Diabetik Pada Pasien Rawat Jalan DM Tipe
2 Di RSUD Meuraxa Banda Aceh.
Harista, A, R. (2016).PerbedaanTingkatDepresiPadaPenderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 AntaraPriadanWanita Di PuskesmasKedaton Bandar
Lampung.
Hasdiana, H.R, (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa Dan
Anak-Anak Sengan Sosusi Herbal. Yogyakarta: NuhaMedika.
Hijriana, I., Suza, D., E., & Ariani, Y. (2016). Pengaruh Latihan Pergerakan
Sendi Ekstremitas Bawah Terhadap Nilai Ankle Bracgial Index (ABI)
Pada Pasien DM Tipe 2. Idea Nursing Journal. Volume 7 (2).
Izati, Z. (2017). AsuhanKeperawatanKeluargaDengan Diabetes Melitus Di
Wilayah KerjaPukesmasAndalas Kota Padang.
Mutoharoh. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Mellitus Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Desa Ngadiwarno Sukorejo Kendal.
Ningsi, C, W, I. (2014). Analisa Praktek Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Ulkus Kaki Diabetik Diruang
Rawat Melati Atas Rsup Persahabatan Jakarta.
Ningsih, M, D. (2015). Pemberian Elevasi Ekstremitas Bawah Terhadap
Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik Pada Asuhan Keperawayan
Tn.S Dengan Diabetes Mellitus Di Bangsal Melati 1 Rumah Sakit
Dr.Moerwardi Surakarta.
Nofrida, A & Putra, Y. (2018). Hubungan Gaya Hidup Dengan Terjadinya
Ganggren Pada Pasien Diabetes Mellitus Dipoli Klinik Endokrin Rumah
Sakit Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2017.
Nursalam.
(2008).KonsepDanPenerapanMetodologiPenelitianIlmuKeperawatan.
Jakarta: SalembaMedika.
Padila.(2012). KeperawatanMedikalBedah. Yogyakarta: NuhaMedika.

Pebrianti, S, dkk. (2018). Latihan Ekstramitas Bawah Pada Pasien Dengan


Ulkus Kaki Diabetik: Literature Review.
Putri, R, L. (2017). Gambaran Self Care Penderita Diabetes Mellitus (DM) Di
Wilayah Kerja Pukesmas Srondol.
Ramadhan, M. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes
Mellitus Di RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Dan RS Universitas
Hasaanuddin Makassae Tahun 2017.
Rosikhoh, I, N. (2016). Gambaran Penderita Ganggren Dan Identifikasi
Faktor Pemicu Kejadian Gangren Pada Penderita Diabetes Mellitus.
Sari, M, D. (2018). Pengaruh Senam Diabetes Mellitus Terhadap Kadar Gula
Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.
Simamora, S, D. (2017). Konsep Diri Pasien Diabetes Melitus Dengan Ulkus
Diabetikum Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Sulisyowati, D. A. (2015). Efektifitas Elevasi Ekstermitas Bawah Terhadap
Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik Ri Ruang Melati Rsud Dr.
Moewardi Tahun 2014. KOSALA. JIK. Volume: 3 (1).
Wijaya, S, A &Putri, M, Y. (2013).KMB 2. Yogyakarta: NuhaMedika.
Wulandari, I, dkk. (2012). Pengaruh Elevasi Ekstramitas Bawah Terhadap
Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik.
Wulandari, I., Yetti, K., & Hayati, Rr. T. S. (2012). Pengaruh elevasi
ekstermitas bawah terhadap proses penyembuhan ulkus diabetik.
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya. Volume: 3
(2).
Yusnanda, F, dkk. (2018). Pengaruh Riwayat Keturunan Terhadap Kejadian
Diabetes Mellitus Pada Pra Lansia Di BLUD RSUD Meuraxa Kota
Banda Aceh Tahun 2017.
Zahra, A. (2018). Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kontrol Glukosa Darah
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Peserta Prolanis Di Bandar
Lampung

Anda mungkin juga menyukai