Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

OLEH
KELOMPOK 1 :

1. Ridzky Salsabila Ma’ruf 9. Vikriyanto Rustam Iman


2. Rahmatia Ishak 10.Wahyunisyah R. Yusuf
3. Fadliyah Dambea 11. Meyrin Hasan
4. Widyawaty A. Otaya 12. Adelia Hasan
5. Nurdita A. Rahman 13. Ramlia A. Nusi
6. Nurlinda Shafitri R. Paris 14. Alwi Siddiq Ahmadi
7. Novianti Rizky Saputri 15. Ririn Abas
8. Dea Qistinah M. Harmain 16. Mulya Cita Ibrahim

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Diabetes Melitus” dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan
makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan
untuk memberikan manfaat yang berguna bagi pengetahuan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat
dan membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan
dengan baik dan lancer. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya
penulis dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.

Gorontalo, 9 April 2020

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Konsep Medis............................................................................................3


a. Definisi................................................................................................3
b. Etiologi................................................................................................3
c. Patofisiologi.........................................................................................5
d. Klasifikasi............................................................................................7
e. Manifestasi Klinis................................................................................8
f. Komplikasi...........................................................................................9
g. Pemeriksaan diagnostik.......................................................................9
h. Penatalaksana....................................................................................11
i. Pathway...............................................................................................5
2.2 Konsep Keperawatan.................................................................................5
a. Pengkajian............................................................................................5
b. Diagnosa..............................................................................................5
c. Intervensi.............................................................................................5

BAB III PENUTUP.............................................................................................18

3.1 Simpulan..................................................................................................18
3.2 Saran........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi baik saat pankreas
tidak menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkannya. Hormon yang mengatur gula darah
adalah insulin. Efek umum diabetes yang tidak terkontrol dan seiring
berjalannya waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh,
terutama saraf dan pembuluh darah merupakan Hiperglikemia atau
peningkatan kadar gula darah.
Penyakit diabetes melitus tipe 2 yang sering disebut sebagai penyakit
kencing manis. Diabetes melitus ini merupakan penyakit diabetes dengan
jumlah penderita terbanyak di dunia maupun di Indonesia. Terjadinya diabetes
melitus tipe 2 disebabkan oleh tubuh yang tidak mampu menyerap gula darah
yang diakibatkan oleh pankreas sedikit menghasilkan insulin ataupun tidak
dapat menghasilkan insulin sama sekali. Hal ini berdampak pada gula darah
menjadi menumpuk di dalam darah pasien. Pada kondisi seperti ini tekanan
gula darah penderita akan tinggi.
Diabetes melitus sangat rentan terhadap gangguan fungsi yang bisa
menyebabkan kegagalan pada organ mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah. Gangguan fungsi yang terjadi karena adanya gangguan sekresi insulin
dan gangguan kerja insulin maupun keduanya. Menurut International Diabetes
Federation (IDF) tahun 2015, dalam metabolisme tubuh hormon insulin
bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah. Hormon ini
diproduksi dalam pankreas kemudian dikeluarkan untuk digunakan sebagai
sumber energi. Apabila di dalam tubuh kekurangan hormon insulin maka
dapat menyebabkan hiperglikemi.
Diabetes Melitus seringkali tidak menyadari adanya luka pada kaki,
sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan
perlu melakukan tindakan amputasi. Diperkirakan sekitar 15% penderita

1
Diabetes Melitus dalam perjalanan penyakitnya akan mengalami komplikasi
Ulkus Diabetik terutama Ulkus Kaki Diabetikum. Sekitar 14-24% diantara
penderita kaki diabetika memerlukan tindakan amputasi. Pemeriksaan kaki
diabetik perlu dilakukan secara menyeluruh, baik sebelum luka muncul
maupun setelah terjadi luka. Diabetisi dianjurkan untuk tidak berjalan tanpa
alas kaki, memakai kaus kaki atau sepatu yang sempit, menghindari bahan
kimia dan benda tajam guna menipiskan penebalan yang terjadi pada telapak
kaki, menggunakan cincin pada jari kaki, memakai sepatu bertumit itnggi dan
sepatu yang ujungnya runcing ke depan, serta jangan merokok.
World Health Organization (WHO) menyatakan, jumlah penderita diabetes
telah meningkat dari 108 juta di tahun 1980 menjadi 422 juta pada tahun 2014.
Prevalensi global diabetes di kalangan orang dewasa di atas 18 tahun telah
meningkat dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% pada tahun 2014.
Prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negara-negara berpenghasilan
menengah dan rendah. Pada tahun 2015, diperkirakan 1,6 juta kematian secara
langsung disebabkan oleh diabetes. 2,2 juta kematian lainnya disebabkan oleh
glukosa darah tinggi pada tahun 2012. Hampir setengah dari semua kematian
akibat glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun. WHO
memproyeksikan diabetes akan menjadi penyebab kematian ketujuh di tahun
2030.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja konsep medis dari diabetes mellitus?
2. Apa saja konsep keperawatan dari diabetes mellitus?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari diabetes mellitus.
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari diabetes mellitus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Medis


A. Definisi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang
melibatkan kelainan metabolism karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan
neurologis. (Purwanto, 2016)
Menurut American Diabetes Association (ADA) adalah suatu penyakit
metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemmia kronik
pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi
beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah. (Tanto. Dkk, 2014)
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik akibat
berkurangnya sekresi insulin dari sel beta pankres atau penurunan dari
sensitivitas jaringan terhadap insulin. Gangguan dari jumlah dan fungsi
insulin tersebut mengakibatkan kadar glukosa dalam darah tinggi, namun
kadar glukosa yang tinggi dalam darah tersebut tidak dapat dipergunakan
oleh sel sebagai sumber. (Maria, 2017)
Diabetes melitus adalah penyakit kronik Progresif yang ditandai
dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, mengarah pada hiperglikemia (Kadar
glukosa darah tinggi). Diabetes melitus (DM) kadang dirujuk sebagai
“Gula Tinggi”, baik oleh pasien maupun penyedia layanan kesehatan.
(Black, 2014, p. 631)
B. Etiologi
DM tipe 1, sebelumnya disebut IDDM, atau Diabetes mellitus onset
anak-anak, ditandai dengan destruksi sel beta pancreas, mengakibatkan
defisiensi insulin absolute. DM tipe 1 diturunkan sebagai heterogen, sifat

3
multigenik. Kembar identik memiliki resiko 25-50% mewarisi penyakit,
sementara saudara kandung memiliki 6% resiko dan ank cucu memiliki
5% resiko. Meskipun pengaruh keturunan kuat, 90% orang dengan DM
tipe 1 memiliki tingkat relative tingkat pertama dengan DM. (Black, 2014,
p. 632)
1. DM tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
a. Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe 1.
b. Faktor imunologi (autoimun)
c. Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta.

Destruksi sel beta, pada umumnya menjurus ke defisiensi insulin


absolute.

1) Autoimun
2) Idiopatik
2. DM tipe II
DM tipe 2 sebelumnya disebut NIDDM atau Diabetes mellitus
onset dewasa, adalah gangguan yang melibatkan, baik genetik atau
faktor lingkungan. DM tipe 2 adalah tipe DM paling umum megenai
90% orang yang memiliki penyakit. DM tipe 2 biasannya terdiagnosis
setelah usia 40 tahun dari lebih umum diantara dewasa tua, dewasa
obesitas, dan etnic serta populasi ras tertentu. (Black, 2014, p. 631).
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
tipe II : usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan di bagi
menjadi 3 yaitu:

4
1) <140 mg/dL = normal
2) 140-<200 mg/dL = toleransi glukosa terganggu
3) >200 mg/DL = diabetes

DM tipe II bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin


disertai defisiensi insulin relatif sampai efek insulin disertai resistensi
insulin.

3. DM tipe lain
1) Defek genetik fungsi sel beta
2) Defek genetik kerja insulin: resistensi insulin tipe A,
leprechaunisme, sindrom rabson mendenhall
3) Penyakit eksokrin pancreas: pancreatitis. Trauma /
pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik.
4) Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma
5) Obat atau zat kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormone tiroid, diazoxid, tiazid.
6) Infeksi: rubella congenital
7) Imunologi (jarang) : sindrom stiff-man, anti bodi anti reseptor
insulin
8) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
C. Patofisiologi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 193)Diabetes Mellitus tipe 1
tidak berkembang pada semua orang yang mempunyai predis posisi
genetic. Kadang mereka yang memiliki indikasi resiko penanda gen (DR3
dan DR4 HLA), DM terjadi <1%.Lingkungan telah lama dicurigai
sebagai pemicu DM tipe 1 insiden meningkat, baik pada musim semi
maupun gugur, dan onset sering bersamaan dengan epidemic berbagai
penyakit virus.Autoimun aktif langsung menyerang sel beta pancreas dan
prosuknya. ICA dan antibody insulin secara progresif menurunkan
keefektifan kadar sirkulasi insulin.

5
Hal ini secara pelan – pelan terus menyerang sel beta dan molekul
insulin endogen sehingga menimbulkan onset mendadak. Hiperglikemia
dapat timbul akibat dari penyakit akut atau stress dimana meningkatkan
kebutuhan insulin melebihi cadangan dari kerusakan massa sel beta.
Ketika penyakit akut atau stress terobati klien dapat kembali pada status
terkompensasi dengan durasi yang berbeda – beda dimana pancreas
kembali mengatur produksi sejumlah insulin secara adekuat. Status
kompensasi ini disebut sebagai periode honeymoon, secara khas bertahan
untuk tigasampai 12 bulan proses berakhir ketika massa sel beta yang
berkurang tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk meneruskan
kehidupan. Klien menjadi bergantung kepada pemberian insulin eksogem
(diproduksi di luar tubuh) untuk bertahan hidup.
Diabetes Mellitus tipe 2 Pathogenesis DM tipe 2 berbeda signifikan
dari DM tipe 1. Respon terbatas sel beta terhadap hiperglikemia tampak
menjadi faktor mayor dalam perkembangannya. Sel beta terpapar secara
kronis terhadap kadar glukosa darah tinggi menjadi secara progresif
kurang efisien ketika merespon peningkatan glukosa lebih lanjut.
Fenomena ini dinamai desensitisasi, dapat kembali dengan menormalkan
kadar glukosa. Rasio proisulin(prekurso insulin) terhadap insuli tersekresi
juga meningkat.
Proses patofisiologi ke 2 dalam DM tipe 2 adalah resistensi terhadap
aktivitas insulin biologis, baik di hati maupun jaringan perifer. Keadaan
ini disebut sebagai resistansi insulin. Orang dengan DM tipe 2 memiliki
penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar glukosa, yang
mengakibatkan produksi glukosa hepatic berlanjut, bahkan sampai dengan
kadar glukosa darah tinggi. Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan
otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan ambilan glukosa.Mekanisme
penyebab resistansi insulin perifer tidak jelas; namun, ini tampak terjadi
setelah insulin berikatan terhadap reseptor pada permukaan sel. Insulin
adalah hormon pembangun (anabolic). Tanpa insulin, tiga masalah
metabolic mayor terjadi : 1) penurunan pemanfaatan glukosa, 2)

6
peningkatan mobilisasi lemak, dan 3) peningkatan pemanfaatan protein
(Black, 2014, p. 634).
D. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus menurut ADA (2014) dan Muhlisin
(2015) ada 4, yaitu :
1. Diabetes melitus tipe 1
Yang disebabkan karena kerusakan sel β, tipe ini biasanya
menyebabkan defisiensi insulin absolut. Diabetes melitus tipe I ini
dimulai dari adanya penyakit autoimun dimana system imun tubuh
diserang yang kemudian berdampak pada produksi sel pankreas.
Akibat menurunnya insulin menyebabkan ikatan karbohidarat dalam
darah terganggu.
2. Diabetes melitus tipe 2
Yang disebabkan karena sekretorik insulin cacat genetik secara
progresif dari latar belakang insulin yang resisten. Diabetes melitus
tipe 2 merupakan dampak dari ketidakseimbangan insulin dalam
tubuh akibatt obesitas, gaya hidup, dan pola makan. Konsumsi
karbohidrat yang berlebih menyebabkan ketidakseimbangan ikatan
insulin dan karbohidrat dalam darah.
3. Diabetes tipe lain
Yang disebabkan karena penyebab dari penyakit lain, misalnya
cacat genetik pada fungsi sel β, cacat genetik pada kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas seperti fibrosis kistik serta dampak
penyakit dan obat-obatan kimia seperti dalam pengobatan HIV / AIDS
atau setelah transplantasi organ.
4. Diabetes mellitus kehamilan
Tingginya gula darah hanya terjadi pada masa kehamilan dan akan
hilang sendiri setelah melahirkan (ADA, 2014 dan Muhlisin, dkk;
2015).

7
E. Manifestasi Klinis
1. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran
dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma
meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi
kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah keginjal
meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan
terjadi diuresis osmotic (poliuria).
2. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan
sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin
selalu minum (polidipsia).
3. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya
kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan
menstimulasi rasa lapar. Makareaksi yang terjadi adalah seseorang
akan lebih banyak makan (poliphagia).
4. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel
kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat
dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama
otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.
5. Malaise atau kelemahan.
6. Kesemutan pada ekstremitas.
7. Infeksi kulit dan pruritus.
8. Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat. (Purwanto. H,
2016)

8
F. Komplikasi
Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung,
pembuluh darah kaki, saraf, dan lain-lain.
1. Pembuluh darah
Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan luka yg jelek dan
bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, gangren kaki dan tangan,
impoten dan infeksi.
2. Mata
Gangguan penglihatan dan pada akhirnya bisa terjadi kebutaan.
3. Ginjal
Fungsi ginjal yg buruk Gagal ginjal.
4. Saraf
a. Kelemahan tungkai yg terjadi secara tibatiba atau secara perlahan.
b. Berkurangnya rasa, kesemutan dan nyeri di tangan dan kaki.
c. Kerusakan saraf menahun.
5. Sistem saraf otonom
a. Tekanan darah yang naik turun
b. Kesulitan menelan dan perubahan fungsi pencernaan disertai
serangan diare
6. Kulit
a. Luka, infeksi dalam (ulkus diabetikum)
b. Penyembuhan luka yg jelek
7. Darah
Mudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih dan kulit.
8. Jaringan ikat
Sindroma terowongan karpal Kontraktur Dupuytren. (Tanto. Dkk,
2014)
G. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang Diabetes Melitus antara lain (Nurarif & Kusuma,
2015):

9
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dan Puasa Dengan Metode
Enzimatik Sebagai Patokan Penyaring

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)

Kadar glukosa darah DM Belum pasti DM


sewaktu

Plasma vena >200 100-200

Darah kapiler >200 80-100

Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)

Kadar glukosa darah DM Belum pasti


puasa

Plasma Vena >120 110-120

Darah kapiler >110 90-110

(diambil dari Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2015)

Adapun menurut (Sujono Riyadi, 2008) kriteria diagnostik Diabetes


Mellitus antara lain : Glukosa darah puasa (GDP) >140 mg/dl paling
sedikit dalam dua kali pemeriksaan, atau >140 mg/dl disertai gejala klasik
hiperglikemia, atau IGT 115-140 mg/dl. Gula darah 2 jam post prondial
200 mg/dl (11,1 mmol/l). Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8
mmol/l). Glukosa plasma dari gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp)
>200 mg/dl).
Adapun Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) menurut PERKENI,
2011 dengan cara pelaksanaan : 3 hari sebelumnya makan seperti biasa,
kegiatan jasmani secukupnya seperti biasa dilakukan, puasa semalam 10-
12 jam, kadar gula darah diperiksa, diberikan glukosa 75 gram atau 1,75
gram/kgBB, dilarutkan dalam air 250 ml dan diminumkan selama 5
menit, kemudian periksa kadar gula darah 2 jam setelah beban glukosa
selama pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak boleh
merokok.

10
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien yang menderita DM. Periode penatalaksanaan DM yaitu:
1. Jangka pendek, pada masa ini penatalaksanaan bertujuan untuk
menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman
dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
2. Jangka panjang, bertujuan untuk mencegah dan menghambat
progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
Tujuan akhir adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas DM.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pengendalian glukosa darah,
tekanan darah, berat badan dan lipid profile, melalui pengelolaan
pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan
perubahan perilaku.

Pilar penatalaksanaan DM ada 4 yaitu:

1. Edukasi
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan
menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman
pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai kesehatan
yang optimal, penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup
yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan pasien diabetes.
2. Terapi gizi medis
Keberhasilan terapi gizi medis (TGM) dapat dicapai dengan
melibatkan seluruh tim (dokter, ahli gizi, perawat, serta pasien itu
sendiri). Setiap pasien DM harus mendapat TGM sesuai dengan
kebutuhannya untuk mencapai sasaran terapi. Pasien DM perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal, jenis dan

11
jumlah makanan, terutama pasien yang menggunakan obat penurun
glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi seimbang baik karbohidrat, protein dan lemak
sesuai dengan kecukupan gizi: Karbohidrat: 6070%, protein: 10-15%,
lemak: 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status
gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mempertahankan
berat badan idaman.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan hal penting
yang harus dilakukan untuk menjaga kebugaran, menurunkan berat
badan, memperbaiki sensitifitas insulin sehingga dapat mengendalikan
kadar glukosa darah. Latihan yang dianjurkan adalah latihan yang
bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan
berenang. Latihan sebaiknya dilakukan sesuai umur dam status
kesegaran jasmani. Pada individu yang relative sehat, intensitas latihan
dapat ditingkatkan, sedangkan yang sudah mengalami komplikasi DM
latihan dapat dikurangi.
4. Insulin
Pemberian insulin lebih dini akan menunujukkan hasil klinis yang
lebih baik, terutama masalah glukotosisitas. Hal ini menunjukkan hasil
perbaikkan fungsi sel beta pankreas.Terapi insulin dapat mencegah
kerusakan endetol, menekan proses inflamasi, mengurangi kejadian
apoptosis serta memperbaiki profil lipid. Insulin diperlukan pada
keadaan:
a. Penurunan berat badan yang cepat,
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
c. Ketoasidosis diabetik,
d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat,
e. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal,

12
f. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, stroke, infark
miokardial),
g. Kehamilan dengan diabetes gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan,
h. Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat,
i. Kontraindikasi dan ataua alergi OHO

13
I. Pathway Sel βDM
pancreas Penurunan jumlah
Obesitas,
DM tipesel2genetik
usia, pankreas
Reaksi tipe hancur
autoimun
1

Reseptor tidak berikatan dengan insulin

Glukosa berlebihan melalui ginjal


Glukosuria Anabolisme
Kerusakan
Sistem antibodi
imun
protein Aliran darah
DX :Iskemikterhambat
Perfusi jaringan
perifer tidak
Glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel Viskositas darah
efektif

Glukosa terjebak dalam vascular


Reabsorbsi Sel-sel tubuh
cairan di tubulus kekurangan Hiperglikemia
ginjal terganggu glukosa (Diabetes)

Produksi ATP Neuropati sensori perifer Kekebalan tubuh


Diuresis osmotik
Hati merespon
dengan melakukan DX : Ketidakstabilan
Diuresis osmotik Klien tidak merasakan sakit DX : Resiko
Glukoneogenesis Peningkatan glukosa dalam
infeksi
kebutuhan darah
Poliuria Massa otot
metabolisme Nekrosis luka

Dehidrasi Berat badan


DX : Gangguan
Gagrene
Polidipsi integritas
kulit/jaringan
DX : Defisit Nutrisi

1
2.2 Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
I. Identitas klien
Nama :A
Usia : tahun
Jenis kelamin : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Suku Bangsa : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal Keluar : Tidak Terkaji
No. Registrasi : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : diabetes melitus
II. Identitas Penganggung Jawab
Nama : (tidak ditemukan)
Umur : (tidak ditemukan)
Hubungan dengan Pasien : (tidak ditemukan)
Pekerjaan : (tidak ditemukan)
Alamat : (tidak ditemukan)
III. Keluhan Utama
IV. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan terdahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga .
V. Pola Kebutuhan Dasar
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan : tidak terkaji
2. Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum sakit : Tidak Terkaji
Sesudah sakit : Tidak Terkaji
3. Pola Eliminasi
BAB
Sebelum sakit : Tidak Terkaji

1
Sesudah sakit : Tidak Terkaji
BAK
Sebelum sakit : Tidak Terkaji
Sesudah sakit : Tidak Terkaji
4. Pola Eliminasi dan Latihan
1. Aktivitas : Tidak Terkaji
2. Latihan : Tidak Terkaji
Sebelum sakit : Tidak Terkaji
Sesudah sakit : Tidak Terkaji
VI. Pemeriksaan Fisik
a. B1 ( Breath )   : Tidak Terkaji
b. B2 ( Blood )    : Tidak Terkaji
c. B3 ( Brain )     : Tidak Terkaji
d. B4 ( Bladder ) : Tidak Terkaji
e. B5 ( Bowel )   : Tidak Terkaji
f. B6 ( Bone )     : Tidak Terkaji
VII. Obervasipemeriksaan tanda-tanda vital
b. Diagnosa
1. Ketidakstabilan Glukosa Dalam Darah (D.0027)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
2. Gangguan integritas kulit/ jaringan(D.0129)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : keamanan dan Proteksi
3. Resiko Infeksi (D.0142)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : keamanan dan Proteksi
4. Defisit nutrisi ( D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
5. Perfusi perifer tidak efektif
Kategori : Fisiologis
Subkategori : sirkulasi

2
c. Intervensi

No. SDKI SLKI SIKI RASIONAL

1. Ketidakstabilan Glukosa Kestabilan Kadar Glukosa Manajemen Observasi :


Dalam Darah (D.0027) Darah Hiperglikemia
Kategori : Fisiologis Definisi : - Untuk dapat
Subkategori : Nutrisi dan Definisi : Kadar glukos ,mengidentifikasi
Cairan adarah berada pada Mengidentifikasi dan kemungkinan
rentang normal mengelola kadar penyebab dari
Definisi : glukosa darah di atas hiperglikemia
1. Tingkat kesadaran normal. - Untuk dapat
Variasi kadar glukos (meningkat) mengetahui situasi
darah/turun dari rentang 2. mengantuk (menurun) Tindakan : yang dapat
normal 3. lelah/pusing (menurun) menyebabkan
4. gemetar (menurun) Observasi
kebutuhan insulin
Penyebab : 5. berkerinagt(menurun) - Identifikasi meningkat
Hiperglikemia 6. mulut kering (menurun) kemungkinan - Untuk dapat
7. rasa haus (menurun) penyebab mengetahui kadar
1. Disfungsi pankreas 8. perilaku aneh (menurun) hiperglikemia glukosa darah klien
9. kesuliatan bicara - Identifikasi situasi - Untuk dapat
2. Resistensi insulin (menurun) mengetahui tanda
yang menyebabkan
10. kadar glukosa dalam kebutuhan insulin dan gejala
3. Gangguan Toleransi
darah (membaik) meningkat hiperglikemian
glukosa darah
11. kadar glukosa dalam urin - Monitor kadar - Untuk dapat
4. Gangguan glukosa darah (membaik) glukosa darah mengetahui
puasa 12. palpitasi (membaik) - Monitor tanda dan masukan dan
13. perilaku (membaik) gejala hiperglikemia keluaran cairan.
jumlah urine (membaik)

1
Hipoglikemia : - Monitor intake dan - Untuk dapat
output cairan mengetahui hasil
1. Penggunaan insulin atau - Monitor keton urin, pemeriksaan
obat glikemik oral kadar analisa darah, sepereti analisa gas
elektrolit, tekanan darah, dll.
2. Hiperinsulinemia
darah ostatik dan Terapeutik :
3. Endokrinopati (mis. frekuensi nadi
Terapeutik : - Untuk dapat
Kerusakan adrenal atau
menjaga asupan
pituitary)
- Berikan asupan cairan
4. Disfungsi hati cairan oral - Untuk dapat
- Konsultasi dengan mengetahui apa
5. Disfungsi ginjal kronik medis jika tanda dan yang harus
gejala semakin dilakukan jika
6. Efek agen farmakologis memburuk keadaan memburuk
7. Tindakan pembedahan - Fasilitasi ambulasi Edukasi :
neoplasma jika ada hipotensi - Agar tidak
ortostatik memperburuk
8. gangguan metabolic Edukasi : keadaan klien
bawaan (mis. Gangguan - Anjurkan - Agar klien dapat
penyimpanan lisosomal, menghindari mengontrol kadar
galaktosemia, gangguan olahraga saat kadar gula darahnya
penyimpanan glikogen) glukosa darah kebih secara mandri
dari 250 mg/dl - Untuk memperbaiki
Gejala dan Tanda Mayor - Anjurkan monitor kondisi klien
kadar glukosa darah - Agar klien bisa
Subjektif :
secara mandiri kembali ke keadaan
- Anjurkan kepatuhan normal.

2
Hipoglikemia : terhadap diet Kolaborasi :
- Ajarkan indikasi dan
1. Mengantuk pentingnya - Untuk memperbaiki
pengujian keton kondisi klien
2. Pusing - Untuk memperbaiki
urine, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan kondisi klien
Hiperglikemia :
diabetes - Untuk memperbaiki
1. lelah dan lesu Kolaborasi : kondisi klien
- Kolaborasi
Objektif : pemberian insulin,
Hipoglikemia jika perlu
- Kolaborasi
1. Gangguan koordinasi pemberian cairan IV,
jika perlu
2. Kadar glukosa dalam - Kolaborasi
darah/urin rendah pemberian kalium,
jika perlu
Hiperglikemia
1. Kadar glukosa dalam
darah tinggi

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif :
Hipoglikemia

3
1. Palpitasi
2. Mengeluh lapar
Hiperglikemia
1. Mulut kering
2. Haus meningkat
Objektif :
Hipoglikemia
1. Gemetar
2. Kesadaran menurun
3. perilaku aneh
4. Sulit bicara
5. berkeringat
Hiperglikemia
1. Jumlah urin meningkat
Kondisi Klinis Terkait :
1. Diabetes mellitus

4
2. Ketoasidosis diabetic
3. Hipoglikemia
4. Hiperglikemia
5. Disbets gestasional
6. Penggunaan kortikosterois
7. Nutrisi parenteral total
(TPN)

2. Gangguan Integritas Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan luka Observasi :


Kulit / Jaringan
Setelah dilakukan tindakan Definisi : - Untuk dapat
Kategori : Lingkungan keperawatan selama 3x24 jam mengetahui
maka integritas kulit dan Mengidentifikasi dan karakteristik luka
Subkategori : Keamanan dan jaringan pasien meningkat. meningkatkan - Untuk dapat
Proteksi Dengan kriteria hasil : penyembuhan luka mengetahui tanda
serta mencegah infeksi
Definisi : 1. Elastisitas meningkat’ terjadinya Terapeutik :
2. Hidrasi meningkat komplikasi luka.
Kerusakan kulit (dermis
3. Perfusi jaringan - Agar klien tidak
dan/atau epidermis) atau
meningkat merasakan nyeri
jaringan (membrane
4. Kerusakan jaringan - Untuk
mukosa, kornea, fasia, otot, Observasi :
menurun membersihkan
tendon, tulang, kartilago,
5. Kerusakan lapisan kulit - Monitor karakteristik daerah sekitar luka
kapsul sendi dan/atau
menurun luka - Untuk
ligament)
6. Nyeri menurun’ - Monitor tanda0tanda membersihkan

5
Penyebab : 7. Perdarahan menurun infeksi daerah yang luka
8. Kemerahan menurun Terapeutik : - Untuk
1. Perubahan sirkulasi 9. Hematoma menurun membersihkan luka
10. Pigmentasi abnormal - Lepaskan balutan - Untuk memperbaiki
2. Perubahan status Nutrisi dan plester secara
menurun keadaan luka
11. Jaringan parut menurun perlahan - Untuk menghindari
3. Kekurangan/kelebihan
12. Nekrosis menurun - Cukur rambut di klien
volume cairan
13. Abrasi kornea menurun sekitar daerah luka - dari infeksi
4. Penurunan mobilitas 14. Suhu kulit membaik - Bersihkan dengan - Agar luka tidak
15. Sensasi membaik cairan NaCl infeksi
5. Bahan kimia irirtatif 16. Tekstur membaik - Bersihkan jaringan Edukasi :
nekrotik - Agar klien dapat
6. Suhu lingkungan yang Pertumbuhan rambut - Berilakn salep
kestrim mengetahui tanda
membaik - Pasang balutan dan gejala infeksi
7. Faktor mekanis atau faktor sesuai jenis luka - Agar pasien dapat
elektis - Pertahankan tehnik melakukan
steril saat melakukan perawatan luka
8. Efek samping terapi perawatan luka tanpa harus
radiasi - Ganti balutan sesuai menunggu klien
eksudat dan drainase Kolaborasi :
9. Kelembaban - Jadwalkan
perubahan posisi Agar luka tidak infeksi
10. Proses penuaan
setiap 2 jam
11. Neuropati perifer Edukasi :

12. Perubahan pigmentasi - Jelaskan tanda dan


gejala infeksi
13. Perubahan hormonal - Anjurkan
mengkonsumsi

6
14. Kurang terpapar makanan tinggi
informasi tentang upaya kalori dan protein
mempertahankan/melindung - Anjurkan prosedur
i integritas jaringan perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi :
Gejala dan Tanda Mayor
Kolborasi
Subjektif : pemberian
antibiotik.
(tidak tersedia)
Objektif :
1. kerusakan
jaringandan/atau lapisan
kulit

Gejalan dan tanda minor :


Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Nyeri

7
2. Pendarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma
Kondisi Klinis Terkait:
1. Imobilisasi
2. Gagal jantung kongestif
3. Gagal ginjal
4. Diabetes mellitus
5. Imunodefisiensi

3 Risiko Infeksi ( D. 0142 ) 1. Tingkat Infeksi Intervensi Utama : Observasi :


Kategori : lingkungan Pencegahan infeksi
Subkategori : keamanan dan Setelah dilakukan tindakan 1. untuk dapat
proteksi keperawatan 3x24 jam masalah Definisi : memonitor tanda
Definisi : tingkat infeksi pada pasien dapat Mengidentifikasi dan dan gejala infeksi
Beresiko mengalami menurun dengan kriteria hasil : menurunkan resiko lokal dan sistemik
peningkatan terserang a. Kebersihan tangan cukup terserang organisme pada klien
organisme patogenik. meningkat patogenik. Terapeutik :
b. Kebersihan badan cukup
1. dengan membatasi
Faktor resiko : meningkat Tindakan
jumlah
1. Penyakit kronis (diabetes c. Demam cukup menurun

8
melitus) d. Kemerahan cukup menurunObservasi : pengunjung
2. Efek prosedur invasif e. Nyeri cukup menurun 1. Monitor tanda dan tersebut dapat
3. Malnutrisi f. Bengkak cukup menurun gejala infeksi lokal mengurangi
4. Peningkatan paparan g. Vesikel cukup menurun dan sistemik terjadinya infeksi
organisme patogen h. Cairan berbau busuk cukup pada klien
lingkungan menurun Terapeutik :
5. Ketidakadekuatan i. Sputum berwarna hijau 1. Batasi jumlah 1. untuk mengurangi
pertahanan tubuh primer : cukup menurun pengunjung terjadinya ulkus
a. Gangguan peristaltik j. Drainase purulen cukup 2. Berikan perawatan 2. untuk dapat
b. Kerusakan integritas menurun kulit pada area mengurangi
kulit k. Periode malaise cukup edema terjadinya infeksi
c. Perubahan sekresi pH menurun 3. Cuci tangan pada klien
d. Penurunan kerja l. Periode menggigil cukup sebelum dan 3. untuk dapat
sillaris menurun sesudah kontak mengurangi
e. Ketuban pecah lama m. Letargi cukup menurun dengan pasien dan terjadinya infeksi
f. Ketuban pecah n. Gangguan kognitif cukup lingkungan pasien pada klien
sebelum waktunya menurun 4. Pertahankan teknik
g. Merokok o. Kadar sel darah putih aseptik pada pasien
Edukasi :
h. Statis cairan tubuh cukup membaik beresiko tinggi
6. Ketidakadekuatan p. Kultur darah cukup 1. agar kliendapat
pertahanan tubuh sekunder membaik Edukasi : mengetahui tanda
: q. Kultur urine cukup 1. jelaskan tanda dan dan gejala
a. Penurunan membaik gejala infeksi terjadinya infeksi
hemoglobin r. Kultur sputum cukup 2. ajarkan cara 2. agar klien
b. Immunosupresi membaik mencuci tangan mengetahui cara
c. Leukopenia s. Kultur area luka cukup dengan benar mencuci tangan
d. Supresi respon membaik 3. ajarkan etika batuk dengan benar
inflamasi t. Kultur feses cukup 4. ajarkan cara 3. agar klien

9
e. Vaksinasi tidak membaik memeriksa kondisi mengetahui etika
adekuat luka atau luka batuk
Kondisi klinis terkait : Nafsu makan cukup membaik operasi 4. agar klien
5. ajarkan mengerti cara
1. Diabetes melitus meningkatkan memeriksa
Objektif :. asupan nutrisi kondisi luka atau
luka operasi
1. tekanan darah meningkat
Kolaborasi : 5. agar klien dapat
kolaborasi meningkatkan
pemberian asupan nutrisi
imunisasi, jika kolaborasi :
perlu
untuk mengurangi
terjadinya resiko
infeksi

4 Defisit Nutrisi (D.0019) 2. Status Nutrisi Intervensi utama : Observasi :


Manajemen nutrisi
Kategori : Fisiologis Setelah dilakukan tindakan Definisi : - Untuk dapat
keperawatan 3x24 jam masalah Mengidentifikasi dan mengetahui status
Subkategori : Nutrisi dan nutrisi pasien.
status orientasi pada pasien mengelola asupan nutrisi
Cairan - Untuk dapat
dapat membaik dengan kriteria yang seimbang
hasil : mengetahui alergi dan
Definisi :
a. Porsi makanan yang Observasi intoleran makanan
Asupan nutrisi tidak cukup dihabiskan cukup meningkat - Untuk dapat
- Identivikasi status nutrisi mengetahui makanan
untuk memenuhi kebutuhan b. Kekuatan otot pengunyah
- Identifikasi alergi dan yang disukai pasien
metabolism, cukup meningkat
intoleransi makanan sehingga dengan
c. Kekuatan otot menelan cukup
- Identifikasi makanan mudah untuk
meningkat

10
Penyebab : d. Serum album cukup meningkat yang disukai meningkatkan status
e. Verbalisasi keinginan untuk - Identivikasi kebutuhan nutrisinya.
1. kurangnya asupan makanan meningkatkan nutrisi cukup kalori dan jenis nutrien - Untuk dapat
2. ketidakmampuan menelan meningkat - Monitor asupan makanan mengetahui kebutuhan
makanan f. Pengetahuan tentang pilihan - Monitor berat badan kalori dan jenis nutrient
3. ketidakmampuan mencerna makanan yang sehat cukup - Monitor hasil - Untuk dapat memonitor
makanan meningkat pemeriksaan asupan makanan klien
4. ketidakmampuan g. Pengetahuan tentang pilihan laboratorium - Untuk dapat
mengabsorpsi nutrien minuman yang sehat cukup mengetahui hasil
5. peningkatan kebutuhan meningkat pemeriksaan
metabolism h. Pengetahuan tentang standar Terapeutik laboratoium.
6. faktor ekonomi (mis. Finansial asupan nutrisi yang tepat
tidak mencukupi) - Lakukan oral hygiene
cukup meningkat
7. faktor psikologis (mis. Stress, i. Penyiapan dan penyimpanan sebelum makanan, jika Terapeutik :
keengganan untuk makan) perlu
makanan yang aman cukup
- Fasilitasi menentukan - untuk dapat menjaga
meningkat
pedoman diet (mis. kebersihan oral dari
j. Penyiapan dan penyimpanan
Gejala dan tanda mayor : piramida makanan) pasien.
minuman yang aman cukup
- Sajikan makanan secara - Untuk dapat
Subjektif meningkat
menarik san suhu yang membantu pasien
k. Sikap terhadap
sesuai untuk pedoman diet.
Objektif makanan/minuman sesuai
- Berikan makanan tinggi - Untuk dapat
dengan tujuan kesehatan cukup
1. berat badan menurun derat untuk mencegah meningkatkan
meningkat
minimal 10% dibawah konstipasi keinginan pasien
l. Perasaan cepat kenyang cukup
rentang ideal - Berikan makanan tinggi untuk makan.
menurun
kalori dan tinggi protein - Untuk mencegah
m. Nyeri abdomen cukup
- Berikan suplemen konstipasi pada
Gejala dan Tanda Minor menurun
makanan, jika perlu pasien
n. Sariawan cukup menurun
- Hentikan pemberian - Untuk dapat

11
Subjektif o. Rambut rontok cukup menurun makanan melalui selang meningkatkan berat
p. Diare cukup menurun nasogastrik, jika perlu badan dari pasien.
1. cepat kenyang setelah q. Berat badan cukup membaik - Untuk dapat
makan r. Indeks massa tubuh (IMT) Edukasi meningkatkan nafsu
2. kram/nyeri abdomen cukup membaik makan dari pasien.
3. nafsu makan menurun - Ajarkan diet yang
s. Frekuensi makanan cukup - Untuk dapat membuat
Objektif diprogramkan
membaik pasien mandiri untuk
t. Nafsu makan cukup membaik menelan makanan.
1. Bising usus hiperaktif
u. Bising usus cukup membaik Kolaborasi
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah Edukasi :
Tebal lipatan kulit trisep - Kolaborasi pemberian
4. Membran mukosa pucat
cukup membaik medikasi sebelum makan - Agar pasien
5. Sariawan mengetahui cara diet
(mis. pereda nyeri,
6. Serum albumin turun yang baik
antiematik), jika perlu
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Kolaborasi dengan ahli
Kolaborasi :
gizi untuk menentukan
- Untuk mengurangi
Kondisi Klinis Terkait : jumlah kalori dan jenis
nyeri yang dirasakan
nutrien yang di
psien ketika makan.
1. Stroke butuhkan, jika perlu
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip

12
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral
sclerosis
8. Kerusakan neuromuscular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS

5 Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan sirkulasi Perawatan sirkulasi
Efektif (D.0009) Setelah melakukan
pengkajian selama 3 × 24 (I. 02079) Observasi :
Kategori: Fisiologis jam perfusi perifer
Definisi : 1. Utuk mengetahui
meningkat, dengan kriteria
Subkategori: Sirkulasi perubahan fisik dan
hasil : Mengidentifikasi dan lainnya.
merawat area lokal 2. Untuk megetahui
1. Kekuatan nadi perifer denga keterbatasan
cukup meningkat faktor penyebab dari
Definisi sirkulasi perifer
2. Penyembuhan luka gangguan sirkulasi
Penurunan sirkulasi darah cukup meningkat misalnya diabetes
Tindakan
pada level kapiler yang 3. Sensasi cukup meningkat Terapeutik :
dapat mengganggu 4. Warna kulit pucat cukup Observasi :
3. Hindari penggunaan
metabolism tubuh menurun yang dapat

13
Penyebab 5. Edema perifer cukup menyebabkan resiko
menurun gangguan sirkulasi
1. Hiperglikemia 6. Nyeri ekstremitas cukup 1. Periksa sirkulasi Edukasi :
2. Penurunan konsentrasi menurun perifer (mis. Nadi
hemoglobin 7. Parastesia cukup perifer, edema, 4. Agar pasien
3. Peningkatan tekanan darah menurun pengisisa kapiler, mengetahui faktor-
4. Kekurangan volume cairan 8. Kelemahan otot cukup warna, suhu, ancle- faktor yang dapat
5. Penurunan aliran arteri menurun brakhial indeks menyebabkan resiko
dan/atau vena 9. Kelemahan otot cukup 2. Identifikasi faktor gangguan sirkulasi
6. Kurang terpapar informasi menurun risiko gangguan Agar pasien
tentang factor pemberat 10. Kram otot cukup sirkulasi (mis. mengetahui tanda dan
(mis. merokok, gaya hidup menurun Diabetes, perokok, gejala
monoton, trauma, obesitas, 11. Bruit femoralis cukup orang tua, hipertensi
asupan garam, imobilitas) menurun dan kadar kolestrol
7. Kurang terpapar informasi 12. Nekrosis cukup menurun tinggi)
tentang proses penyakit 13. Pengisian kapiler cukup 3. Monitor panas,
(mis. diabetes mellitus, membaik kemerahan, nyeri,
hiperlipidemia) 14. Akral cukup membaik atau bengkak pada
8. Kurang aktivitas fisik. 15. Turgor kulit cukup eksremitas
membaik Terapeutik :
16. Tekanan darah sistolik
Gejala dan Tanda Mayor 1. Hindari pemasangan
cukup membaik
infuse atau
Subjektif 17. Tekanan darah diastolik
pengambilan darah di
cukup membaik
area keterbatasan
(tidak tersedia) 18. Tekanan arteri rata-rata
perfusi
cukup membaik
2. Hindari pengukuran
19. Indeks ankle-brachial
tekanan darah pada
cukup membaik
eksremitas dengan

14
Objektif keterbatasan perfusi
3. Hindari dan
1. Pengisian kapiler >3 detik penekanan dan
2. Nadi perifer menurun atau pemasangan
tidak teraba tourniquet pada area
3. Akral teraba dingin yang cedera
4. Warna kulit pucat 4. Lakukan pencegahan
5. Turgor kulit menurun infeksi
5. Lakukan perawatan
kaki dan kuku
Gejala dan Tanda Minor
6. Lakukan hidrasi
Subjektif Edukasi :

1. Parastesia 1. Anjurkan berhenti


2. Nyeri ekstremitas merokok
(klaudikasi intermiten) 2. Anjurkan berolahraga
rutin
3. Anjurkan mengecek
Objektif air mandi untuk
menghindari kulit
1. Edema terbakar
2. Penyembuhan luka lambat 4. Anjurkan
Bruit femoralis menggunakan obat
penurun tekanan
darah, antikoagula,
dan penurun kolestrol
, jika perlu
5. Anjurkan minum obat

15
pengontrol tekanan
darah secara teratur
6. Anjurkan
menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
7. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
Melembabkan kulit
kering pada kaki)
8. Anjurkan program
rehabilitas vascular
9. Anjurkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega
Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat.
Luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Penyakit Diabetes Mellitus atau lebih tepatnya kelainan ini mengharuskan
penderitanya untuk selalu memonitor diri akan kondisi kadar gula darah
setiap harinya sesering mungkin. Oleh karena itu, simulasi program
Glukometer (yang diberi nama: New Glucometer 2011) ini dapat dijadikan
salah satu opsi yang patut diperhitungkan oleh produsen pembuat Glukometer
massal untuk menambahkan fungsi perhitungan resiko yang tentunya semakin
membantu penderita Diabetes Mellitus karena fitur tersebut lebih user
friendly bagi penderita untuk menarik informasi tentang dirinya sendiri.
Ada 4 pilar penatalaksanaan DM yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan
jasmani serta insulin. Penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target
pengendalian glukosa darah. Penatalaksanaan DM memerlukan kolaborasi
antara dokter, perawat, ahli gizi, team kesehatan lainnya
3.2 Saran
1. Instalasi pelayanan kesehatan diharapkan mampu meningkatkan kinerja
perawat dan tenaga medis yang lain sehingga mampu meningkatkan
asuhan keperawatan pada pasien dengan post debridement ulkus diabetes
melitus. Sebaiknya dalam perawatan luka dilakukan sebanyak 2 kali
sehari jika luka rembes bukan 1 kali.
2. Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan untuk melanjutkan
asuhan keperawatan yang sudah dikelola oleh penulis yang bertujuan
untuk pemulihan kesehatan pasien dan dalam perawatan luka disesuaikan
dengan kebutuhan pasien hanya sebagai rutinitas sehari – hari.
3. Pasien dan Keluarga pasien diharapkan mampu mengenali atau
mengetahui bagaimana tanda gejala infeksi dan mampu tertib dalam
perawatan luka dan konsumsi terapi yang diberikan oleh tenaga
kesehatan.

1
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia: CV Pentasida


Media Edukasi

Devi, Darliana. (2011). MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DIABETES MELITUS. Jurnal PSIK–FK Unsyiah. 2(2) : 133

Maria, Theresia Arie Lilyana. (2017). STUDI KASUS: ASUHAN


KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN TB
KUTIS. Jurnal Ners LENTERA. 5(1) : 70

Muarif, A. H. & Kusuma, H (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi 1. Jogjakarta:
Mediaction

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA Nic-Noc Edisi Revisi Jilid I. Jogjakarta:
Mediaction.

Purwanto, H. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Medikal Bedah II.
Jakarta : Kemenkes RI

Tanto, C. dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media


Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai