Anda di halaman 1dari 8

PRE PLANNING INTERVENSI TERAPI DZIKIR NAFAS PADA LANSIA DENGAN

GANGGUAN POLA TIDUR DI RUANG CEMPAKA, RUMAH PELAYANAN SOSIAL


“PUCANG GADING” SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan
Gerontik

Pembimbing Lapangan : Carik Eko Andasari, SKM


Dosen Pembimbing : Elis Hartati, M.Kep.

Disusun Oleh

Fakhrian Rafi Pramana 220201161300074

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2019
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hasil sensus penduduk pada tahun 2010 memperoleh data
bahwa indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan
jumlah penduduk lansia terbanyak dengan 9,6% atau 18,1 juta
jiwa. Jumlah yang besar pada kelompok lansia perlu mendapat
perhatian khusus karena memiliki risiko tinggi mengalami
masalah pada kesehatan khususnya penyakit degeneratif.
(Depkes RI,2012)
Selain penyakit degeneratif, lansia juga mengalami
perubahan dalam siklus pemenuhan kebutuhannya terutama
pada kebutuhan tidur. Umumnya durasi dan kualitas tidur
lansia akan mengalami perubahan. Apabila lansia tidak dapat
beradaptasi dengan baik, dikhawatirkan akan memunculkan
masalah kesehatan lain.
tambahn.
B. Data yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut
 Lingkungan
 Kondisi emosional
 Gangguan psikiatrik
 Keluhan penyakit organik seperti nyeri
 Konsumsi alkohol dan zat adrenal
C. Masalah Keperawatan
 Gangguan pola tidur
 Keletihan
 Insomnia
 Deprivasi tidur
II. Rencana Keperawatan
A. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pola tidur berhubungan dengan mempertahankan
tetap tidur
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi dzikir nafas selama 2x24 jam
diharapkan masalah keperawatan gangguan pola tidur dapat
teratasi
C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi dzikir nafas selama 2x24 jam
diharapkan penerima mafaat dapat melakukan terapi dzikir
nafas, vital sign dalam batas normal, skor PSQI menjadi 4,
penerima manfaat dapat melakukan kegiatan yang dapat
mempertahankan pola tidur yang baik.
III. Rencana Kegiatan
A. Topik
Topik yang akan dilaksanakan adalah terapi komplementer,
terapi dzikir napas
B. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan berupa pendidikan kesehatan dengan
demonstrasi. Penerima manfaat diberikan pengertian tentang
terapi dzikir nafas, manfaatnya, dan kemudian mempraktikkan
bersama dengan mahasiswa. Kemudian penerima manfaat
diminta untuk mengulangi cara melakukan terapi dzikir nafas
yang telah diajarkan. Apabila penerima manfaat kasulitan,
mahasiswa dapat membantu.
C. Sasaran dan Target
Target : Lansia penerima manfaat di Bangsal
Cempaka
Target utama : Ny. A di Bangsal Cempaka
D. Strategi Pelaksanaan
Hari/tanggal : Rabu - kamis/ 28-29 Agustus 2019
Waktu : 09.25-10.30 WIB
Tempat : Ruang Cempaka, Rumah Pelayanan Sosial
Pucang Gading
Kegiatan : Kegiatan terapi dzikir napas dimulai
dengan pembukaan diikuti penyampaian maksud tujuan
dan kontrak waktu. Memberikan posisi nyaman bagi Ny.
A, selanjutnya mahasiswa menempatkan diri di sekitar
tempat tidur Ny. A. kemudian mahasiswa memberikan
edukasi tentang terapi yang akan dilakukan serta langkah-
langkahnya. Mahasiswa melakukan demonstrasi terapi
dzikir napas diikuti oleh Ny.A. apabila Ny. A mengalami
kesulitan, mahasiswa membantunya dan menanyakan
bagian mana yang dirasa sulit. Setelah dilakukan edukasi,
mahasiswa meminta Ny. A untuk mengulangi cara
melakukan terapi dzikir nafas. Pada hari kamis/Jumat
dilakukan evaluasi.

E. Media dan Alat Bantu


Media yang digunakan berupa peragaan langsung dari
mahasiswa
F. Setting Tempat

Ruang Cempaka

Ket: Lansia
Leader
Observer
Fasilitator
G. Susunan Acara
No Waktu Kegiatan Media Petugas
1. 09.00- Pembukaan : - Rafi
09.03 1. Salam
WIB 2. Latar belakang
3. Tujuan dan manfaat
4. Kontrak waktu
2. 09.04- Kegiatan inti : Peragaan Rafi
09.10 1. Menjelaskan mahasiswa
WIB mekanisme kegiatan
terapi dzikir
2. Menjelaskan maaf
terapi dzikir
3. Peragaan terapi dzikir
oleh mahasiswa
ditirukan oleh Ny.A
4. Lansia diminta untuk
mengulangi gerakan
terapi dzikir nafas
3. 09.11- Penutup : - F
09.15 1. Penyampaian kesan
WIB lansia setelah latihan
terapi dzikir nafas
2. Apresiasi keaktifan
lansia
3. Rencana tindak lanjut
4. Doa
5. Salam
H. Pengorganisasian
Leader : Fakhrian Rafi Pramana
Observer : Anis Dwi PP.
Fasilitator : Tika Rahmawati

I. Kriteria Evaluasi
a. Struktur
1) Lansia dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
2) Tempat dan alat tersedia sesuai rencana yang telah
disusun
3) Mahasiswa dapat berperan sesuai dengan tugas yang
telah ditentukan
b. Proses
1) Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tempat dan
waktu yang telah direncanakan oleh mahasiswa
2) Kegiatan dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan
yang telah direncanakan
3) Lansia dapat berperan aktif pada setiap rangkaian
kegiatan
c. Hasil
1) Lansia dapat melakukan terapi dzikir nafas secara
mandiri dengan baik
2) Lansia melakukan terapi dzikir ketika mengalami sulit
tidur di malam hari
3) Skor PSQI turun dari skor 5 menjadi skor 4

J. Materi
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses
fisiologis yang bersiklus bergantian dengan fase terjaga atau
bangun. Menurut Tarwoto tidur merupakan suatu keadaa
relative yang meerupakan siklus yang berulang-ulang dan
masing-masing menyatakan fase aktivitas otak yang berbeda-
beda (Tarwoto,2006)
Pada kelompok usia lansia terjadi penurunan pola tidur.
Lansia cenderung mudah terbangun pada malam hari lalu sulit
untuk kembali terlelap. Hal ini menyebabkan gangguan pola
tidur dari lansia meningkat sedangkan pada usia lansia pasti
juga menginginkan tidur yang nyaman dan puas setiap malam.
(Prayitno, 2002)
Ada banyak metode untuk mengatasi masalah gangguan
pola tidur, mulai dari metode farmakologis hingga non
farmakologis. Salah satu terapi non farmakologis untuk
mengatasi masalah ini dilakukan terapi dzikir nafas. Metode
ini dipilih dibandingkan dengan terapi farmakologis karena
organ pencernaan pada lansia sudah mengalami perubahan
sehingga apabila sering mengonsumsi obat, dikhawatirkan
akan membuat masalah pada hati dan ginjal serta kecanduan
pada obat tidur. Terapi dzikir nafas ini dapat mengurangi
latensi tidur sesuai dengan penelitian dari Setiyo Purwanto
dengan judul “Hubungnan Antara Itensitas Menjalankan Dzikir
Nafas dengan Latensi Tidur” (Purwanto,2016). Terapi ini
memiliki tingkat kesulitan yang rendah sehingga akan
memudahkan lansia untuk melaksanakannya, selain itu terapi
ini juga memiliki unsur spiritual karena menggunakan lafal
dzikir.
K. Daftar Pustaka
Prayitno.A. 2002. Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia
Lanjut Dan Penatalaksanaanya. Jurnal kedokteran
Trisakti
Purwanto, Setiyo.2016. Hubungan Antara Intensitas
Menjalankan Dzikir Nafas dengan Latensi Tidur. Jurnal
Indigenous Vol.1 Mei 2016 : 32-38.

Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta:Medika Salemba.

Anda mungkin juga menyukai