KELOMPOK 2
ASISTEN
Dengan rahmat Allah SWT. pada hari Senin tanggal 27 April 2020
Laboratorium Pengantar Teknik Kimia Universitas Muslim Indonesia
menerangkan bahwa :
KELOMPOK 2
Muhammad Chaerul Hendra (09220190114)
Andi Mubarak Bur (09220190100)
Andi Magefirah (09220190115)
Asyraf Amanullah (09220180053)
Fikri Aufa Abdi (09220190093)
Nindy Ana Lombogia (09220150041)
Sri Dewi Angrayani (09220140010)
Telah mengikuti praktikum “Penetapan Nilai Trayek pH Menggunakan pH
Meter” pada hari Rabu tanggal 22 April 2020 dan di Laboratorium Pengantar
Teknik Kimia Universitas Muslim Indonesia.
Menyetujui Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga laporan praktikum ini pada laboratorium pengantar teknik
kimia dengan judul “Penetapan Nilai Trayek pH Menggunakan pH Meter” dapat
terselesaikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini dapat terselesaikan karena bantuan
beberapa pihak. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada asisten
yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kami sangat
membutuhkan saran dan kritikan apabila ada kesalahan dan kekurangan.
Akhir kata semoga laporan praktikum ini dapat membawa suatu manfaat
bagi kita semua.
Penyusun
ABSTRAK
Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting.
Dalam kehidupan sehari-hari, dikenal berbagai zat yang digolongkan sebagai
asam, misal asam cuka, asam sitrun, dll dan juga dikenal berbagai zat yang
digolongkan sebagai basa, misalnya kapur sirih, air soda, air sabun dll. Berkaitan
dengan sifat asam dan basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu
bersifat asam, basa dan netral. Sifat asam-basa dari suatu larutan juga dapat
ditunjukkan dengan mengukur pH nya. pH adalah suatu parameter yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam
mempunyai pH lebih kecil dari 7. Larutan basa mempunyai pH lebih besar dari
7. Sedangkan larutan netral mempunyai pH=7. Pengukuran pH banyak
digunakan di laboratorium dan di industri minuman. Banyak masyarakat yang
belum mengetahui masalah kandungan kadar keasaman pada minuman yang
mereka konsumsi, padahal unsur kadar keasaman pada minuman dapat menjadi
parameter apakah minuman tertentu mengandung kadar keasaman yang tinggi
atau sebaliknya memiliki kadar kebasaan. pH meter merupakan suatu alat yang
digunakan yang dapat mengukur tingkat suatu pH larutan. Sistem pengukuran
dalam pH meter menggunakan sistem pengukuran yaitu secara potensimetri. pH
meter ini berisi dua elektroda yaitu, elektroda kerja dan elektroda referensi.
Perbedaan potensial antara dua elektroda tersebut yaitu fungsi dari pH dalam
larutan yang akan diukur. Sinyal tegangan yang dihasilkan pada pengukuran
dengan menggunakan elektroda pH yang berada pada kisaran mV, maka dari itu
perlu kita memperkuat dengan cara penguat operasional- operasionalnya. Tujuan
dari percobaan ini yaitu untuk Mengukur dan menghitung trayek pH dari reaksi
asam dan basa dengan metode perhitungan dan praktek.
Menyiapkan alat dan bahan, membuat larutan NaOH 0,5 M dengan
menimbang sebanyak 2 gram ke dalam gelas piala 100 ml lalu
mengencerkannya ke dalam labu ukur 100 ml dan memipet HCl 0,5 M sebanyak
4,14 ml ke dalam gelas piala 100 ml dan mengencerkan hingga 100 ml.
Kemudian memasukkan larutan NaOH ke dalam gelas piala 250 ml dan larutan
HCl ke dalam buret 50 ml. Mengukur pH larutan NaOH setiap penambahan
larutan HCl sebanyak 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 dan 50 ml dengan
menggunakan pH meter. Kemudian menganalisis data dan membuat grafik
hubungan antara volume penambahan NaOH dengan pH campuran yang
diperoleh dari pembacaan pH meter menggunakan alat pH meter.
Berdasarkan dari hasil percobaan, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai pH
yang diperoleh secara praktek berturut-turut yaitu sebesar 13,26, 13,20, 13,16,
13,13, 13,09, 13,05, 12,99, 12,97, 12,91, 12,87 dan 12,82. Sedangkan nilai
pH yang diperoleh secara perhitungan berturut-turut adalah sebesar 13,70,
13,65, 13,61, 13,57, 13,48, 13,48, 13,43, 13,38, 13,32, 13,28 dan 13,23.
DAFTAR GAMBAR
C = Konsentrasi
Ka = Tetapan asam
Kw = Tetapan air
N = Normalitas (eq/L)
n = mol (mmol)
M = Molaritas (mol/L)
V = Volume (ml)
W = Massa (gram)
P = Pelarut (kg)
% = Kadar (%)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
ABSTRAK....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................v
DAFTAR SIMBOL......................................................................................vi
DAFTAR ISI...............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...................................................................2
1.3 Batasan Masalah.....................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan Asam Basa.................................................................3
2.2 Konsep Asam Basa.................................................................5
2.3 pH Meter.................................................................................9
2.4 Derajat Keasaman.................................................................12
2.5 Larutan Buffer.......................................................................19
2.6 Kalibrasi................................................................................22
2.7 Konsentrasi...........................................................................26
2.8 Pengaplikasian pH meter di Dunia Industri..........................28
2.9 NaOH....................................................................................30
2.10 HCl........................................................................................31
2.11 Larutan Standar.....................................................................32
2.12 Aquadest atau Air Suling......................................................33
2.13 Prinsip Alat...........................................................................34
BAB III PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat........................................................................................39
3.2 Bahan....................................................................................40
3.3 Cara Kerja.............................................................................40
3.4 Diagram Alir.........................................................................41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Perhitungan dan Pembahasan Berdasarkan
Praktek..................................................................................42
4.2 Hasil Perhitungan dan Pembahasan Berdasarkan
Perhitungan...........................................................................43
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...........................................................................45
5.2 Saran.....................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A PERHITUNGAN ............................................ LAMP. A-1
LAMPIRAN B DATA PENGAMATAN................................. LAMP. B-1
LAMPIRAN C RANGKAIAN ALAT..................................... LAMP. C-1
BAB I
PENDAHULUAN
Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting.
Dalam kehidupan sehari-hari, dikenal berbagai zat yang digolongkan sebagai
asam, misal asam cuka, asam sitrun, dll. Dan juga dikenal berbagai zat yang
digolongkan sebagai basa, misalnya kapur sirih, air soda, air sabun dll.
Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan dikelompokkan dalam tiga
golongan yaitu bersifat asam, basa dan netral. Sifat asam-basa dari suatu
larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur pH nya. pH adalah suatu
parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.
Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7. Larutan basa mempunyai
pH lebih besar dari 7. Sedangkan larutan netral mempunyai ph = 7.
1
diukur. Sinyal tegangan yang dihasilkan pada pengukuran dengan
menggunakan elektroda pH yang berada pada kisaran mV, maka dari itu
perlu kita memperkuat dengan cara penguat operasional-operasionalnya
(Ngafifuddin & Sunarno, 2017) .
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat
tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Susunan dan sifat partikel setiap zat mempunyai
susunan yang berbeda-beda. Susunan dan sifat-sifat partikel sangat
menentukan wujud suatu zat. Zat cair mempunyai sifat yang bentuknya
dapat berubah-ubah serta memiliki volume (v) yang tetap (Budhi, 2016).
Larutan adalah campuran homogen yang komponennya terdiri atas
pelarut dan zat terlarut. Contoh larutan yang sering kita temui air gula, air
kopi, air teh. Dalam larutan juga dikenal istilah solven dan solute. Solven
merupakan pelarut dan solute adalah zat pelarut. Dalam larutan antara solven
dan solute, solven mempunyai jumlah zat lebih besar sedangkan sisanya
adalah solute. Larutan dapat terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antara
molekul- molekul solven dan solute ada jenis larutan ini gaya tarik antara
solute lebih dominan daripada larutan antara cairan dengan cairan. Dalam
suatu zat padat, molekul-molekul atau ion-ionnya tersusun dengan baik dan
gaya tariknya maksimum. Agar terbentuk suatu senyawa larutan, gaya tarik
menarik antar partikel solute dan solven harus baik (Matana, 2015).
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat dalam komposisi-komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam l larutan disebut pelarut. Sebagai
contoh, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik,
maka campuran tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di semua
bagiannya, ini menandakan larutan gula merupakan larutan homogen, zat
3
terlarut dan pelarut tidak dapat dibedakan mata telanjang (Styarini, L. W.
2012).
Sifat fisik larutan pada umumnya terbagi menjadi 3 Yaitu:
4
yang berarti abu. Juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling
menetralkan.
Sejak berabad-abad yang lalu, para pakar mendefinisikan asam dan basa
berdasarkan sifat larutan airnya. Larutan asam mempunyai rasa asam dan
bersifat korosif (merusak logam, marmer, dan berbagai bahan lain).
Sedangkan larutan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik (licin,
seperti bersabun). Namun demikian, tidak dianjurkan mengenali asam dan
basa dengan cara mencicipi karena berbahaya. Asam dan basa dapat dikenali
menggunakan indikator asam basa, misalnya lakmus merah dan lakmus biru.
Larutan asam mengubah lakmus biru menjadi merah, sebaliknya larutan basa
mengubah lakmus merah menjadi biru. Larutan yang tidak mengubah warna
lakmus, baik lakmus merah maupun lakmus biru, disebut larutan bersifat
netral (tidak asam dan tidak basa). Air murni bersifat netral (Ari, 2008).
Tabel 2.1. Warna kertas lakmus merah dan biru dalam larutan yang bersifat
asam, basa dan netral (Ari, 2008).
2.3 Ph Meter
PH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Konsep pH
pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz
Sørensen pada tahun 1909. Alat ukur keasaman pada air tersebut digunakan
untuk mengukur kandungan pH atau kadar keasaman pada air mulai dari pH
0 sampai pH 14. Dimana pH normal memiliki nilai 6.5 hingga 7.5 sementara
bila nilai pH< 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat asam sedangkan
nilai pH> 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa. pH 0
menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat
kebasaan tertinggi.
Sensor adalah komponen yang digunakan untuk mendeteksi suatu
besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan
rangkaian listrik tertentu.pHadalah singkatan dari power of hydrogenyang
memiliki arti ukuran kekuatan suatu asam.
pH meter terdiri dari sebuah elektroda (probepengukur) yang terhubung
ke sebuah alat elektronik yang mengukur dan menampilkan nilai pH. Prinsip
kerja utama pH meter adalah terletak pada sensorprobe berupa elektrode
kaca (glass electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H2O+ di dalam
larutan. Ujung elektrode kaca adalah lapisan kaca setebal 0.1 mm yang
berbentuk bulat (bulb). Bulb ini dipasangkan dengan silinder kaca non
konduktor atau plastik memanjang, yang selanjutnya diisi dengan larutan
HCl (0,1 mol/dm3). Di dalam larutan HCl, terendam sebuah kawat elektrode
panjang berbahan perak yang pada permukaannya terbentuk senyawa
setimbang AgCl. Konstannya jumlah larutan HCl pada sistem ini membuat
elektrode Ag/AgCl memiliki nilai potensial stabil. Inti sensor pH terdapat
pada permukaan bulb kaca yang memiliki kemampuan untuk bertukar ion
positif (H+) dengan larutan terukur.
2.6 Kalibrasi
Pengukuran pH suatu larutan nutrisi hidroponik tidak kalah pentingnya
dengan pengukuran kepekatan larutan tersebut yang dinyatakan dalam PPM
atau EC. Untuk mengukur pH larutan nutrisi diperlukan sebuah alat yaitu
pH Meter. Rata-rata tanaman hanya dapat tumbuh dengan baik dan dapat
menyerap nutrisi jika pH netral (direntang 5,5 – 7,0), baik pada sistem
konvensional maupun hidroponik. Pada tanaman konvensional (ditanam
menggunakan media tanah) yang diukur pH nya adalah media tanam,
sedangkan pada sistem hidroponik yang diukur pH nya adalah larutan
nutrisi. Nilai pH setiap larutan nutrisi berbeda-beda, tegantung pada nilai
pH air baku dan nutrisi yang digunakan. Untuk memastikan atau
mengetahui bahwa pH larutan nutrisi yang digunakan netral (layak
digunakan) maka perlu diukur terlebih dahulu. Alat untuk mengukur pH
suatu larutan bermacam-macam, antara lain menggunakan kertas
lakmus/litmus (kertas pH), melalui proses titrasi atau menggunakan pH
meter digital. Diantara alat-alat tersebut yang paling umum adalah
menggunakan pH meter digital.
Suatu alat ukur dianggap baik jika hasil pengukurannya terbukti akurat
melalui proses pengujian, yakni kalibrasi. Definisi kalibrasi Menurut
ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology
(VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai
yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai
yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui
yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dengan
kata lain “Pengertian Kalibrasi” adalah kegiatan untuk menentukan
kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan
cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable)
ke standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau
internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Pengertian sederhana kalibrasi adalah serangkaian proses yang
dilakukan untuk memastikan keakuratan hasil pengukuran suatau alat ukur
sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Tujuan dan Manfaat Kalibrasi pH Meter. Khusus untuk kalibrasi pH
Meter yang digunakan untuk larutan nutrisi hidroponik, tujuan dan manfaat
kalibrasi antara lain sebagai berikut ;
a. Memastikan keakuratan sebuah pH meter sesuai dengan spesifikasinya,
b. Mencapai pengukuran nilai pH yang benar-benar ideal untuk tanaman,
c. Menghindari penyimpangan/kesalahan hasil pengukuran sebuah pH
Meter,
d. Untuk menjamin hasil pengukuran sebuah pH meter sesuai dengan
standar yang telah ditentukan
e. Menghindari pertumbuhan tanaman yang buruk sebagai akibat dari
kesalahan dalam pengukuran pH larutan nutrisi,
f. Sebagai langkah perawatan untuk menjaga sebuah pH meter agar tetap
baik dan menghasilkan angka penguruan yang akurat.
Tahapan cara kalibrasi pH Meter.Banyak sekali jenis dan merk pH
meter yang saat ini beredar luas di pasaran. Beberapa merk pH meter bisa
langsung digunakan setelah anda membelinya, ada juga yang harus
dikalibrasi terlebih dahulu agar hasil pengukurannya akurat/valid sesuai
dengan spesifikasinya. Kalibrasi adalah bagian dari pemeliharaan pH
meter, sehingga harus dilakukan secara berkala supaya alat tetap bekerja
dengan baik. Berikut ini langkah dan tahapan cara kalibrasi pH meter
digital :
a. Langkah pertama sebelum melakukan serangkaian proses kalibrasi,
siapkan terlebih dahulu alat dan bahan berikut ini ;
1. Auqades (air suling), air accu atau air buangan AC secukupnya
2. 3 buah gelas kimia kapasitas minimal 250 ml (lebih baik gunakan
gelas yang lebih besar)
3. Botol semprot/hand sprayer
4. Kertas tissue
5. Gelas ukur (beaker)
6. Buffer/larutan penyangga pH 4, dan 7 (6.86)
7. Sendok
b. Tandai masing-masing gelas, misalnya gelas A untuk pH 6 (Mixed
phosphate, pH 6,86), gelas B untuk pH 4 (Potassium Hydrogen
Phthlate, pH 4,00) dan gelas C untuk cairan pembilas.
c. Selanjutnya 3 buah gelas kimia (gelas A, B dan C) diisi aquades, air
accu atau air buangan AC dengan temperatur suhu ruangan
d. Larutkan pH buffer Mixed phosphate (pH = 6,86) pada gelas A, dan
Potassium Hydrogen Phthlate (pH = 4,00) pada gelas B
e. Rendam beberapa saat bagian elektroda pH meter pada gelas C,
kemudian keringkan dengan tissue
f. Nyalakan pH meter (tekan tombol “on“) dan celupkan bagian
elektrodanya pada gelas A (larutan Mixed phosphate, pH = 6,86).
Diamkan beberapa saat sampai angka yang terbaca di layar stabil. Jika
angka pada layar tidak sama dengan 6.86, gunakan obeng kecil untuk
mengatur angka dengan memutar kekiri atau kekanan skrew yang ada
dibagian belakang pH meter sampai layar menunjukkan angka 6.86.
g. Selanjutnya matikan pH meter (tekan tombol “ off ”)kemudian elektroda
pH meter dibilas dengan mencelupkan ke gelas C selama beberapa saat.
Kemudian elektroda pH meter dikeringkan menggunakan tissue.
h. Berikutnya, nyalakan kembali pH meter dan aduk larutan buffer pada
gelas B (larutan Potassium Hydrogen Phthlate, pH = 4,00), rendam
selama beberapa saat elektroda pH meter. Diamkan beberapa saat
sampai angka di layar stabil, jika angka yang terbaca dilayar tidak sama
dengan 4,00. Gunakan kembali obeng kecil dengan cara yang sama
pada langkah (6).
i. Langkah terakhir adalah membilas elektroda pH meter dengan
mencelupkan pada gelas C. Keringkan menggunakan tissue sampai
benar- benar kering, proses kalibrasi sudah selesai dan pH meter siap
digunakan.
Tips Merawat dan Pemeliharaan pH Meter Agar Awet dan Tahan
Lama Bagian paling penting pada sebuah pH meter adalah bagian
elektroda, untuk itu pemeliharaan dan perawatan elektroda harus
dilakukan dengan benar supaya pH meter selalu dalam kondisi baik dan
layak untuk digunakan. Jika tidak dilakukan pemeliharaan dengan benar,
sudah dapat dipastikan usia pH meter tidak akan lama. Berikut ini tips
merawat pH meter digital :
a. Sebelum dan sesudah digunakan cucilah elektroda pH meter
menggunakan cairan khusus yang memiliki pH 0, yaitu elektrolit KCL
3M
b. Pastikan elektroda benar-benar kering jika tidak digunakan (selama
dalam penyimpanan)
c. Simpan pH meter didalam box pada tempat yang bersih dan aman
d. pH meter disimpan pada suhu ruangan dan tidak lebih dari 50C
e. Lakukan kalibrasi secara berkala, jika pH meter digunakan selama 24
jam non stop, minimal kalibrasi dilakukan setiap 8 jam.
f. Pastikan pH meter dalam kondisi “off” jika tidak digunakan.
g. Buka baterai jika pH meter akan disimpan dalam jangka waktu yang
lama.
h. Penutup elektroda harus terpasang dengan baik dan benar.
2.7 Konsentrasi
Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat
tersusun partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Susunan dan sifat partikel setiap zat berbeda- beda. Susunan
dan sifat partikel sangat menentukan wujud zat. Zat cair mempunyai sifat
bentuk berubah-ubah dan volumenya tetap.
Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya.
Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah
konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap pelarut. Untuk jumlah terlarut yang berbeda pada setiap larutan,
maka dibutuhkan energi panas yang berbeda pula, yang nantinya akan
mempengaruhi titik didih larutan tersebut. Titik didih suatu larutan
merupakan suhu larutan pada saat tekanan uap jenuh larutan itu sama
dengan tekanan udara luar (tekanan yang diberikan pada permukaan
cairan). Suhu dan energi kalor merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan.
Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau
dinginnya suatu benda. Konsentrasi larutan adalah komposisi yang
menunjukkan dengan jelas perbandingan jumlah zat terlarut terhadap
pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar sekali, dan jika jumlah zat terlarut
melewati titik jenuh, zat itu akan keluar (mengendap di bawah larutan).
Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat mengandung lebih banyak zat
terlarut dari pada dalam keadaan jenuh. Air adalah suatu zat kimia yang
penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di
bumi, tetapi tidak di planet lain. Air merupakan bahan pelarut yang
universal, sehingga air merupakan pelarut yang baik. Air mampu
melarutkan berbagai jenis senyawa kimia misalnya seperti garam-garam,
gula, asam, beberapa jenis senyawa gas dan banyak macam molekul-
molekul organic.
Semakin banyak jenis zat terlarut yang dicampurkan maka semakin
tinggi pula titik didih larutannya. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
memutuskan untuk mengambil judul Pengaruh Konsentrasi Larutan
Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan.
Jumlah mol suatu senyawa dalam ilmu kimia, banyaknya suatu zat atau
senyawa seringkali dinyatakan dalam besaran mol. Besaran konsentrasi
molaritas, molalitas, normalitas, dan fraksi mol menggunakan satuan
kuantitas zat atau senyawa dalam mol. Mol adalah gram zat dibagi dengan
massa molekul relatif (Mr).
Rumus menghitung mol suatu senyawa adalah sebagai berikut :
W.......................................................................................................................
Mr (2.1)
Konsentrasi larutan suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat dalam komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut.
Sebagai contoh, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan
baik, maka campuran tersebut dasarnya akan seragam di semua bagian
(Salim, 2016).
2.9 NaOH
Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida yang
dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat ketika dilarutkan dalam air. NaOH bersifat lembab cair dan secara
spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH digunakan
untuk menggantikan kapur dan natrium karbonat dalam pembuatan telur
pidan pada industri yang lebih modern (Reliantari, Evanuarini and
Thohari, 2017).
2.10 HCl
Larutan asam klorida atau yang biasa kita kenal dengan larutan HCl
dalam air, adalah cairan kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat.
HCl termasuk bahan kimia berbahaya atau B3. Dalam skala industri, HCl
biasanya diproduksi dengan konsentrasi 38%. Ketika dikirim ke industri
pengguna, HCl dikirim dengan konsentrasi antara 32~34%. Pembatasan
konsentrasi HCl ini karena tekanan uapnya yang sangat tinggi, sehingga
menyebabkan kesulitan ketika penyimpanan.
Di Industri, asam klorida dibuat berdasarkan bahan baku garam dapur,
asam sulfat pekat dan batubara sebagai bahan bakar. Garam dapur atau
natrium klorida (NaCl) dengan asam sulfat 100% dimasukkan dalam dapur
dari besi tuang yang dilengkapi dengan pengaduk. Pada suhu kamar terjadi
reaksi:
NaCl + H2SO4 → NaHSO4 + HCl
Pada suhu panas terjadi reaksi:
2NaCl + H2SO4 → Na2SO4 + 2HCl
Garam natrium sulfat (Na2SO4) ditampung dibawah dapur dan gas
hidrogen klorida di dinginkan dan direaksikan dengan air, maka terjadilah
asam klorida cair.
c. Sebagai tempat keluarnya gas pada saat gelas piala ditutup kaca
arloji.
d. Gelas piala yang banyak dipakai berukuran 400 mL, sering
juga dipakai yang berukuran 250 mL, 600 mL, atau 800 mL
dan 1L.
2.13.4 Desikator
Pada umumnya desikator digunakan untuk menyimpan cawan
dan alat alat yang sudah di panaskan di oven maupun di dalam
tanur untuk didinginkan, juga demikian isi cawan. Agar desikator
benar- benar rapat dari udara antara tutup asah dan mulutnya harus
diolesi oleh pelumas khusus atau campuran vaseline dan lilin
tawon. Sedangkan untuk menjaga agar udara di dalamnya tetap
kering diperlukan bahan pengering seperti CaO, CaCl 2, anhidrida,
Al2O3, Mg(ClO4), P2O5 atau silica gel (Yazer, dkk., 2011).
Perlu diperhatikan, jangan memasukkan benda yang terlalu
panas ke dalam desikator, sebab udara di dalamnya akan
berkembang dan mengangkat tutup eksikator sehingga dapat
terbuka atau terjatuh, disamping itu suhu benda di dalam desikator
akan lambat turunnya, sehingga tidak dapat cepat ditimbang.
Desikator, bejana yang tertutup berisi zat pengering untuk
mengeringkan zat-zat lain, yang biasa dipakai ialah asam sulfat
pekat, kalsium klorida atau gel silika. Juga dipakai untuk
menyimpan zat dalam keadaan kering. Desikator terdiri dari dua
bagian, dibagian bawah diisi bahan pengering seperti silika gel
sehingga pengaruh uap air selama pengeringan dapat diserap oleh
gel silika tersebut. Dibagian atas digunakan untuk tempat
pengeringan. Desikator merupakan alat yang berbobot dan untuk
membukanya dengan cara menggeser karena di sekeliling dilapisi
vaselin. Desikasi merupakan cara pengeringan zat padat, zat cair,
gas yang mengandung air sedikit sekali dengan menggunakan zat
yang mengandung air atau uap air lebih sedikit dari pada zat-zat
yang akan dikeringkan. Sehingga, desikasi adalah pengeringan
dengan jalan penyerapan air yang dikandung sesuatu zat oleh zat-
zat lain. Zat-zat yang digunakan untuk pengeringan disebut
desikan (desiccant) yang dapat berupa zat padat atau zat cair.
Desikator harus diisi dengan zat pengadsopsi yang sesuai dengan
jenis pelarut yang digunakan, pelarutnya senyawa hidrokarbon,
maka isi desikator yang sesuai ialah parafin. Apabila pelarutnya
asam asetat maka dapat diisi desikatornya pengadsopsinya NaOH
atau KOH pellet (Yazer, dkk., 2011).
2.13.5 Oven
Oven Laboratorium berfungsi untuk memanaskan atau
mengeringkan peralatan laboratorium, tidak cuman itu fungsi oven
kebanyakan digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas
laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut organik, mampu pula
digunakan untuk mengukur takaran air.
Prinsip kerja oven yaitu sterilisasi melalui mekanisme
konduksi panas. Panas bakal diabsorbsi oleh permukaan luar obat
yang disterilkan sesudah itu merambat kebagian didalam dari
permukaan sampai terhadap selanjutnya suhu sterilisasi tercapai
sehingga mikroorganisme mati melalui mekanisme oksidasi
sampai terjadinya koagulasi protein sel mikroorganisme (Yazer,
dkk., 2011).
Bekerja terhadap suhu 170-180oC sepanjang 2-3 jam. Untuk
alat- alat dari logam dan gelas. Dan 150oC selama ± 1 jam untuk
bahan- bahan bersifat minyak, parafin atau salep. Oven pengering
ada yang di panaskan dengan listrik (250-300oC) atau uap air (90-
95oC). Alat ini yang digunakan untuk mengeringkan contoh
ataupun menetapkan kadar air dalam contoh.
2.13.6 Neraca Analitik
Neraca analitik (sering disebut "neraca laboratorium") adalah
jenis neraca yang dirancang untuk mengukur massa kecil dalam
rentang sub-miligram. Piringan pengukur neraca analitik (0,1 mg
atau lebih baik) berada dalam kotak transparan berpintu sehingga
tidak berdebu dan angin di dalam ruangan tidak mempengaruhi
operasional penimbangan. Ruang bertutup ini sering disebut
dengan pelindung angin.
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1. Alat
39
3.10. Neraca Digital 3.11. Labu Ukur 3.12. Corong
100 mL
3.2. Bahan
1. Natrium Hidroksida (NaOH) 0,5 M
2. Asam Klorida (HCl) 0,5 M
3. Aquadest (H2O)
4. Tissue
40
50 ml. Mengukur pH larutan NaOH setiap penambahan larutan HCl
sebanyak 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 dan 50 ml dengan
menggunakan pH meter. Kemudian menganalisis data dan membuat
grafik hubungan antara volume penambahan NaOH dengan pH
campuran yang diperoleh dari pembacaan pH meter menggunakan
alat pH meter.
42
Pembahasan
43
pH Larutan
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa nilai pH
secara praktek sebesar 13,26, 13,20, 13,16, 13,13, 13,09, 13,05,
12,99,
12,97, 12,91, 12,87 dan 12,82. Sedangkan pH secara perhitungan
sebesar 13,70, 13,65, 13,61, 13,57, 13,48, 13,48, 13,43, 13,38, 13,32, 13,28
dan 13,23.
5.2. Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
Ari, A. (2008) 'Bahan Ajar Kimia Dasar'. Fakultas Teknik Universitas Negri
Yogyakarta : Yogyakarta, pp. 1-11.
Desmira (2018) ‘Penerapan Sensor pH Pada Area Elektrolizer’, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa : Serang, 5(1), pp. 3–6.
Harnanto, A. (2009) 'Kimia 2 SMA/MA Kelas XI' . Edited by E. S.W. Pusat
Pembukuan Dapartemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Hidayanto, E. (2015) ‘Teori Dasar pH’ FMIPA Universitas Negeri Makassar :
Makassar, pp. 3–37.
Kartika, Irma, et al (2015) 'Kimia Industri 2 sks' . Sekolah Tinggi Teknologi
Dumai Riau : Riau, Indonesia’
Matana, Orpa, et al (2015) 'Kimia Analisis Volumetri' . SMK Negeri SMAK
Makassar : Makassar
Mulyani, I. (2017) ‘Larutan asam dan basa’. Universitas Pendidikan Ganesha :
Denpasar, Bali (1613031015), pp. 1–14.
Ngafifuddin, M. and Sunarno, S. (2017) ‘Penerapan Rancang Bangun pH Meter
Berbasis Arduino Pada Mesin Pencuci Film Radiografi Sinar-X’. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang :
Semarang 6(1), pp. 66–70
Premono, S., Wardani, A. and Hidayati, N. (2009) 'Kimia SMA / MA Kelas XI' .
Edited by I. A. Z. Munnal Hani’ah, Desy Wijaya. Jakarta.
Syarief, R. (2016) ‘Asam Asetat (CH3COOH) Jurnal Skripsi Akhir'. Universitas
Indonesia : Jakarta, pp. 3–7.
Utami, N. (2017) ‘Air Penyulingan’, pp. 5–28.
Utari, P. W. (2016) ‘Pengukuran pH Larutan’ Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta, pp. 1–3.
DATA PENGAMATAN
LAMP.A-1
Tabel LAMP. A.2 Data Pengamatan pH Larutan dengan Metode
Perhitungan
LAMP.A -2
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
N N = M x Valensi
N
M =
Valensi
0,5
=
1 eq/mol
mol
= 0,5
L
= 0,5 M
W = M x BM x V
= 2 gram
LAMP.B-1
Jadi, volume CH3COOH yang dipipet adalah:
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 12,06 M = 100 ml × 0,5 M
100 ml × 0,5 M
V1 =
12,06 M
V1 = 4,14 ml
V NaOH = 100 ml
= 0,5 M
= 1 - log 5
= 0,3
pH = 14 – 0,3
= 13,70
= 0,5mmol/mL x 100 ml
= 50 mmol
= 0,5 mmol/mL × 5 ml
= 2,5 mmol
LAMP.B-2
Volume total = (100 + 5) ml = 105 ml
NaOH + HCl → NaCl + H2O
= 4,5 × 10-1 M
= 1 – log 4,5
= 0,35
pH = 14 – pOH
= 14 – 0,35
= 13,65
= 50 mmol
= 5 mmol
Volume total = (100 + 10) ml = 110 ml
= 4,1 × 10-1 M
= 1 – 1og 4,1
= 0,39
pH = 14 – pOH
= 14 – 0,39
= 13,61
= 50 mmol
= 0,5 mmol/mL × 15 ml
= 7,5 mmol
Volume total = (100 + 15) ml = 115 ml
= 3,7 × 10-1 M
= 1 – log 3,7
= 0,43
pH = 14 – pOH
= 14 – 0,43
= 13,57
= 50 mmol
= 0,5 mmol/mL× 20 ml
= 10 mmol
Volume total = (100 + 20) ml = 120 ml
= b x Mb
[OH-]
40
=1×
120
= 1 × 0,3
= 3 × 10-1 M
= - log (3 × 10-1)
= 1 – log 3
= 0,52
pH = 14 – pOH
= 14 – 0,52
= 13,48
= 50 mmol
= 0,5 mmol/mL × 25 ml
= 12,5 mmol
Volume total = (100 + 25) ml = 125 ml
NaOH + HCl → NaCl + H2O
[OH-] = b x Mb
40
=1×
120
= 0,3
= 3 × 10-1 M
= - log (3 × 10-1)
= 1 – log 3
= 0,52
pH = 14 – pOH
= 14 – 0,52
= 13,48
= 50 mmol
= 0,5 mmol/mL × 30 ml
= 15 mmol
= 2,7 × 10-1 M
= 1 – log 2,7
= 0,57
pH = 14 – pOH
= 14 – 0,57
= 13,43
= 50 mmol
= 0,5 mmol/mL × 35 ml
= 17,5 mmol
= 2,4 × 10-1 M
= 1 – log 2,4
= 0,62
pH = 14 – pOH
= 14 – 0,62
= 13,38
= 50 mmol
= 0,5 mmol/mL × 40 ml
= 20 mmol
[OH-] = b x Mb
30
=1×
1
= 0,21
= 2,1 × 10-1 M
= 1 – log 2,1
= 0,62
pH = 14 – pOH
= 14 – 0,62
= 13,38
= 50 mmol
= 22,5 mmol
[OH-] = b x Mb
27,5
=1×
1
= 1 x 0,19
= 1,9 × 10-1 M
= 1 – log 1,9
= 0,72
pH = 14 – pOH
= 14 – 0,72
= 13,28
= 50 mmol
mmol HCl= M . V
= 0,5 mmol/mL ×50 ml
= 25 mmol
[OH-] = b x Mb
= 1/1 × 25
= 0,17
= 1,7 × 10-1 M
= 1 – log 1,7
= 0,77
pH = 14 – pOH
= 14 – 0,77
= 13,23
LAMPIRAN C
RANGKAIAN ALAT
A-3
A-1
A-2
LAMP.C-1