Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.2, September 2019 106
Sutrisno Adi Prayitno et al Penerapan HACCP Panko Ebi
diproduksi oleh PT Misaja Mitra Factory Tim HACCP PT Misaja Mitra Factory
telah dideskripsikan secara detail. menyusun dan menentukan diagram alir
Deskripsi produk sudah sesuai dengan dengan cara mengelompokkan tahapan –
aturan BSN (BSN, 2007). yang memuat tahapan proses produksi untuk
informasi tentang nama produk, nama mempermudah melakukan identifikaasi
ilmiah, asal bahan baku, cara penerimaan, bahaya. Pada diagram alir terlihat jelas
produk akhir, bahan tambahan, asal bahan gambaran setiap tahapan proses produksi
tambahan, langkah proses, pengemasan, dari kedatangan bahan baku sampai
penyimpanan, masa simpan, label, cara menjadi produk akhir.
penggunaan, petunjuk pelanggan, sistem
penjualan produk hingga sampai ke Langkah 5. Verifikasi Diagram Alir
pengguna atau para konsumen. Akses Verifikasi dilakukan untuk
informasi dapat diperoleh dengan jelas dan mengecek ulang aliran proses produksi
dicantumkan dalam pengemas. pada saat kegiatan produksi sedang
berlangsung di dalam ruangan proses
Langkah 3. Identifikasi Penggunaan produksi. Kegiatan verifikasi terhadap
Produk atau Peruntukan Produk diagram alir yang telah dibuat oleh tim,
Setelah jenis produk teridentifikasi dilakukan pada setiap lini proses produksi
dengan jelas, tahapan selanjutnya adalah yang meliputi penerimaan bahan baku,
identifikasi penggunaan atau peruntukan penimbangan, proses pengolahan,
produk. Peruntukan produk dimaksudkan pengemasan, penyimpanan produk,
agar jelas bagaimana produk digunakan, penggudangan dan pendistribusian.
dan untuk siapa produk tersebut sehingga Kegiatan verifikasi dilakukan oleh tim
perlu diidentifikasi siapa segmen HACCP untuk melihat secara keseluruhan
pengguna, atau konsumennya.. fakta/aktual kegiatan produksi Panko Ebi
(Hermansyah et al., 2013). Produk yang untuk menghasilkan produk akhir yang
dihasilkan oleh PT Misaja Mitra Factory dikehendaki. Metode verifikasi diagram
ditujukan untuk semua konsumen, kecuali alir yang digunakan tim HACCP PT
bayi dan konsumen yang memiliki riwayat Misaja menggunakan sistem wawancara,
alergi. PT Misaja Mitra Factory observasi dan pengujian laboratorium
memproduksi udang beku bentuk PDTO (Tabel 2), sejalan dengan pendapat
(Peel and Devined Tail On) yang dibalut Yogasuria (2009). Apabila di dalam proses
dengan roti atau breaded shrimp atau produksi terdapat penyimpangan atau
disebut juga Panko Ebi. Produk ini Panko ketidaksesuaian antara diagram alir yang
Ebi merupakan produk yang berkualitas telah dibuat dan dengan hasil produk yang
dan memenuhi persyaratan mutu ekspor dihasilkan, maka tim melakukan tindakan
dan sesuai dengan tuntutan konsumen. koreksi dan perbaikan sesuai dengan
Produk Panko Ebi yang dihasilkan kebutuhan atau tingkat kegagalan yang
diekspor ke Jepang. dilakukan dan ditambahkan untuk
melengkapi diagram alir proses produksi
Langkah 4. Pembuatan Diagram Alir pengolahan produk Panko Ebi (Tabel 2).
Diagram alir merupakan
penggambaran rangkaian seluruh proses Langkah 6. Analisa Bahaya (Prinsip 1)
produksi, yang dapat dimodifikasi jika Identifikasi bahaya sangat penting
masih kurang tepat (Handayani, 2012). dilakukan pada setiap tahap proses
107 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.2, September 2019
Penerapan HACCP Panko Ebi Sutrisno Adi Prayitno et al
produksi. Bahaya yang signifikan dapat antibiotika yang sering terdapat dalam
dipergunakan sebagai pertimbangan dalam udang adalah Chloramphenicol (CAP),
menentuakan apakah sifatnya CCP dalam Nitrofuran dan Oksitetracikline (OTC)
proses (Handayani, 2012). Menurut (BSN, 2007). Residu antibiotik dapat
Munarso dan Miskiyah (2014), tingkat berasal dari kegiatan penanganan udang
pada saat panen atau pasca panen
potensi bahaya dibedakan menjadi dua
Kandungan logam berat yang ditemukan
asalnya yaitu dari peralatan dan dari bahan
pada udang hasil budidaya dapat berasal
baku atau bahan pangan tersebut. dari air yang tercemar atau penanganan
Analisis bahaya tim HACCP dilakukan yang menggunakan peralatan yang kurang
dengan cara mengidentifikasi setiap alur standar. Bahaya signifikan yang ditemukan
proses produksi (berdasarkan diagram alir dalam tahap pendeteksian logam (metal
proses) dengan mencari dan menelusuri detector) (Tabel 2) berupa logam berat atau
penyebab terjadinya bahaya dan segala benda asing lainnya yang mungkin terikut
potensi yang dapat mengakibatkan adanya ke dalam produk pada saat proses produksi,
bahaya yang dapat terjadi (Tabel 1 dan 2). baik yang berasal dari tambak atau tempat
Dewi (2015) menyatakan bahwa tahapan budidaya ataupun berasal dari pecahan
analisis semua potensi bahaya (fisik, kimi peralatan selama kegiatan proses produksi
dan biologis) dilakukan dua tahap yaitu berjalan.
analisis potensi bahaya dan tahap ke dua
adalah evaluasi potensi bahaya (hazard). Langkah 7 (Prinsip 2) : Penentuan CCP
Semua potensi bahaya (hazard) yang (Critical Control Point)
berkaitan dengan produk diidentifikasi, Titik kendali kritis (Critical Control
yang dilakukan pada semua bahan baku, Point) merupakan tahapan yang dilakukan
bumbu yang digunakan dan bahan dalam rangka pencegahan bahaya atau
pengemas produk yang langsung menghilangkan potensi bahaya tersebut
bersentuhan dengan produk. Bahaya sampai pada batas yang dapat diterima.
pangan di PT Misaja Mitra Factory Pada dasarnya penentuan CCP ini berasal
dikelompokan dalam 3 kategori yaitu
dari pohon penentuan keputusan.
bahaya fisik, kimia dan bahaya biologis,
Pengambilan keputusan untuk penentuan
dan kelompok yang nyata ataukah tidak.
CCP ini dilakukan dengan menganalisis
Tahapan evaluasi potensi bahaya semua lini tahapan proses, sehingga
dilakukan untuk semua potensi bahaya
diketahui tingkat CCP tersebut
yang terdaftar dalam tahap pertama untuk
(Hermansyah et al., 2013). Penentuan titik
menimbang apakah semua potensi bahaya
critical control point, dimulai dengan
tersebut nyata untuk dimasukkan dalam
memastikan dan melihat signifikansi dari
rencana HACCP. Evaluasi potensi bahaya
dilakukan berdasarkan evaluasi tingkat manual yang berisi tentang analisis bahaya
peluang kejadian dan tingkat hazard yang dalam proses produksi. Adanya bahaya
mungkin ditimbulkan oleh potensi bahaya yang tidak terkontrol oleh adanya sistem
tersebut. Berdasarkan manual HACCP atau program persyaratan dasar berupa
proses produksi udang bentuk Pangko ebi GMP dan SSOP dan memiliki signifikansi
(value added product), bahaya yang yang nyata dalam tahapan proses produksi
signifikan terdapat pada penerimaan bahan dinyatakan dalam kelompok CCP (Buku
baku dan tahap pendeteksian logam berat. Panduan HACCP PT Missaja Mitra
Bahaya signifikan yang sering muncul Factory, 2017). Sebagai CCP kegiatan
dalam tahapan penerimaan bahan baku proses produksi udang panko ebi (breaded
adalah residu antibiotik, logam berat dan shrimp) adalah pada proses penerimaan
residu bahan kimia. Residu bahan (receiving) bahan baku, yaitu antibiotik,
Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.2, September 2019 108
Sutrisno Adi Prayitno et al Penerapan HACCP Panko Ebi
109 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.2, September 2019
Penerapan HACCP Panko Ebi Sutrisno Adi Prayitno et al
Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.2, September 2019 110
Sutrisno Adi Prayitno et al Penerapan HACCP Panko Ebi
melakukan kegiatan dokumentasi, PT
Misaja Mitra Factory melakukan pendokumentasian yang telah terstandar dan sesuai dengan
panduan dan perancanaan yang tertulis di dalam buku manual HACCP. Kegiatan dokumentasi
yang dilakukan oleh PT Misaja Mitra Factory bersifat tepat waktu dan sasaran, tepat guna dan
mudah dipahami seluruh karyawan. Sistem dokumentasi telah dilaksanakan secara internal dan
terkontrol.
Dokumentasi dan pencatatan yang dilakukan di PT. Misaja Mitra Factory antara lain
dokumentasi tim HACCP, deskripsi produk, bagan alir proses, catatan monitoring dari semua
tahapan proses
penerimaan bahan baku sampai penyimpanan produk akhir, catatan tindakan koreksi, catatan
tindakan verifikasi dan lain – lain.