Anda di halaman 1dari 7

Langkah 1.

Pembentukan Tim HACCP


Tahap awal aplikasi HACCP
adalah pembentukan tim. Tim HACPP Tim HACCP di PT Misaja Mitra
terdiri atas ketua, anggota dan komposisi bertanggungjawab atas pengembangan dan
tim HACCP lainnya (Hermansyah et al., implementasi HACCP dalam proses vallue
2013). Tim HACCP PT Misaja added product (panko ebi). Tim HACCP
mencerminkan unit-unit pengolahan memiliki latar belakang pendidikan yang
udang yang ada di perusahaan yang terdiri berbeda yang memiliki tugas dalam
dari devisi produksi, devisi quality pengawasan mutu, penjaminan mutu,
control dan assurance, devisi pengolahan pangan, GMP, mikrobiologi
mikrobiologi, devisi engineering, pangan, penanganan proses dan
marketing dan purchasing. Brahmantyoko pemeliharaan sarana dan prasarana
(2008) menyebutkan bahwa suatu tim (peralatan), dan melakukan langkah –
HACCP dalam perusahaan atau industri langkah HACCP.
mempunyai kewajiban mengumpulkan
Langkah 2. Deskripsi Produk
informasi tentang daftar pekerja, jobdisc
Deskripsi spesifikasi produk
pekerjaan,
merupakan informasi terkait produk yang
background pendidikan karyawan,
diproduksi, dan perlu dicantumkan dalam
pelatihan manual, lay out perusahaan,
dekripsi produk, bumbu – bumbu atau proses produksi agar tepat sasaran. Pemuatan
formulasi, bahan baku, pengemas dan spesifikasi produk dapat berupa sifat kimia
sebagainya. dan fisik dari suatu produk (Hermanyah et
al., 2013). Vallue added product (VAP)
udang beku Panko Ebi yang

Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.2, September 2019 106
Sutrisno Adi Prayitno et al Penerapan HACCP Panko Ebi

diproduksi oleh PT Misaja Mitra Factory Tim HACCP PT Misaja Mitra Factory
telah dideskripsikan secara detail. menyusun dan menentukan diagram alir
Deskripsi produk sudah sesuai dengan dengan cara mengelompokkan tahapan –
aturan BSN (BSN, 2007). yang memuat tahapan proses produksi untuk
informasi tentang nama produk, nama mempermudah melakukan identifikaasi
ilmiah, asal bahan baku, cara penerimaan, bahaya. Pada diagram alir terlihat jelas
produk akhir, bahan tambahan, asal bahan gambaran setiap tahapan proses produksi
tambahan, langkah proses, pengemasan, dari kedatangan bahan baku sampai
penyimpanan, masa simpan, label, cara menjadi produk akhir.
penggunaan, petunjuk pelanggan, sistem
penjualan produk hingga sampai ke Langkah 5. Verifikasi Diagram Alir
pengguna atau para konsumen. Akses Verifikasi dilakukan untuk
informasi dapat diperoleh dengan jelas dan mengecek ulang aliran proses produksi
dicantumkan dalam pengemas. pada saat kegiatan produksi sedang
berlangsung di dalam ruangan proses
Langkah 3. Identifikasi Penggunaan produksi. Kegiatan verifikasi terhadap
Produk atau Peruntukan Produk diagram alir yang telah dibuat oleh tim,
Setelah jenis produk teridentifikasi dilakukan pada setiap lini proses produksi
dengan jelas, tahapan selanjutnya adalah yang meliputi penerimaan bahan baku,
identifikasi penggunaan atau peruntukan penimbangan, proses pengolahan,
produk. Peruntukan produk dimaksudkan pengemasan, penyimpanan produk,
agar jelas bagaimana produk digunakan, penggudangan dan pendistribusian.
dan untuk siapa produk tersebut sehingga Kegiatan verifikasi dilakukan oleh tim
perlu diidentifikasi siapa segmen HACCP untuk melihat secara keseluruhan
pengguna, atau konsumennya.. fakta/aktual kegiatan produksi Panko Ebi
(Hermansyah et al., 2013). Produk yang untuk menghasilkan produk akhir yang
dihasilkan oleh PT Misaja Mitra Factory dikehendaki. Metode verifikasi diagram
ditujukan untuk semua konsumen, kecuali alir yang digunakan tim HACCP PT
bayi dan konsumen yang memiliki riwayat Misaja menggunakan sistem wawancara,
alergi. PT Misaja Mitra Factory observasi dan pengujian laboratorium
memproduksi udang beku bentuk PDTO (Tabel 2), sejalan dengan pendapat
(Peel and Devined Tail On) yang dibalut Yogasuria (2009). Apabila di dalam proses
dengan roti atau breaded shrimp atau produksi terdapat penyimpangan atau
disebut juga Panko Ebi. Produk ini Panko ketidaksesuaian antara diagram alir yang
Ebi merupakan produk yang berkualitas telah dibuat dan dengan hasil produk yang
dan memenuhi persyaratan mutu ekspor dihasilkan, maka tim melakukan tindakan
dan sesuai dengan tuntutan konsumen. koreksi dan perbaikan sesuai dengan
Produk Panko Ebi yang dihasilkan kebutuhan atau tingkat kegagalan yang
diekspor ke Jepang. dilakukan dan ditambahkan untuk
melengkapi diagram alir proses produksi
Langkah 4. Pembuatan Diagram Alir pengolahan produk Panko Ebi (Tabel 2).
Diagram alir merupakan
penggambaran rangkaian seluruh proses Langkah 6. Analisa Bahaya (Prinsip 1)
produksi, yang dapat dimodifikasi jika Identifikasi bahaya sangat penting
masih kurang tepat (Handayani, 2012). dilakukan pada setiap tahap proses
107 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.2, September 2019
Penerapan HACCP Panko Ebi Sutrisno Adi Prayitno et al

produksi. Bahaya yang signifikan dapat antibiotika yang sering terdapat dalam
dipergunakan sebagai pertimbangan dalam udang adalah Chloramphenicol (CAP),
menentuakan apakah sifatnya CCP dalam Nitrofuran dan Oksitetracikline (OTC)
proses (Handayani, 2012). Menurut (BSN, 2007). Residu antibiotik dapat
Munarso dan Miskiyah (2014), tingkat berasal dari kegiatan penanganan udang
pada saat panen atau pasca panen
potensi bahaya dibedakan menjadi dua
Kandungan logam berat yang ditemukan
asalnya yaitu dari peralatan dan dari bahan
pada udang hasil budidaya dapat berasal
baku atau bahan pangan tersebut. dari air yang tercemar atau penanganan
Analisis bahaya tim HACCP dilakukan yang menggunakan peralatan yang kurang
dengan cara mengidentifikasi setiap alur standar. Bahaya signifikan yang ditemukan
proses produksi (berdasarkan diagram alir dalam tahap pendeteksian logam (metal
proses) dengan mencari dan menelusuri detector) (Tabel 2) berupa logam berat atau
penyebab terjadinya bahaya dan segala benda asing lainnya yang mungkin terikut
potensi yang dapat mengakibatkan adanya ke dalam produk pada saat proses produksi,
bahaya yang dapat terjadi (Tabel 1 dan 2). baik yang berasal dari tambak atau tempat
Dewi (2015) menyatakan bahwa tahapan budidaya ataupun berasal dari pecahan
analisis semua potensi bahaya (fisik, kimi peralatan selama kegiatan proses produksi
dan biologis) dilakukan dua tahap yaitu berjalan.
analisis potensi bahaya dan tahap ke dua
adalah evaluasi potensi bahaya (hazard). Langkah 7 (Prinsip 2) : Penentuan CCP
Semua potensi bahaya (hazard) yang (Critical Control Point)
berkaitan dengan produk diidentifikasi, Titik kendali kritis (Critical Control
yang dilakukan pada semua bahan baku, Point) merupakan tahapan yang dilakukan
bumbu yang digunakan dan bahan dalam rangka pencegahan bahaya atau
pengemas produk yang langsung menghilangkan potensi bahaya tersebut
bersentuhan dengan produk. Bahaya sampai pada batas yang dapat diterima.
pangan di PT Misaja Mitra Factory Pada dasarnya penentuan CCP ini berasal
dikelompokan dalam 3 kategori yaitu
dari pohon penentuan keputusan.
bahaya fisik, kimia dan bahaya biologis,
Pengambilan keputusan untuk penentuan
dan kelompok yang nyata ataukah tidak.
CCP ini dilakukan dengan menganalisis
Tahapan evaluasi potensi bahaya semua lini tahapan proses, sehingga
dilakukan untuk semua potensi bahaya
diketahui tingkat CCP tersebut
yang terdaftar dalam tahap pertama untuk
(Hermansyah et al., 2013). Penentuan titik
menimbang apakah semua potensi bahaya
critical control point, dimulai dengan
tersebut nyata untuk dimasukkan dalam
memastikan dan melihat signifikansi dari
rencana HACCP. Evaluasi potensi bahaya
dilakukan berdasarkan evaluasi tingkat manual yang berisi tentang analisis bahaya
peluang kejadian dan tingkat hazard yang dalam proses produksi. Adanya bahaya
mungkin ditimbulkan oleh potensi bahaya yang tidak terkontrol oleh adanya sistem
tersebut. Berdasarkan manual HACCP atau program persyaratan dasar berupa
proses produksi udang bentuk Pangko ebi GMP dan SSOP dan memiliki signifikansi
(value added product), bahaya yang yang nyata dalam tahapan proses produksi
signifikan terdapat pada penerimaan bahan dinyatakan dalam kelompok CCP (Buku
baku dan tahap pendeteksian logam berat. Panduan HACCP PT Missaja Mitra
Bahaya signifikan yang sering muncul Factory, 2017). Sebagai CCP kegiatan
dalam tahapan penerimaan bahan baku proses produksi udang panko ebi (breaded
adalah residu antibiotik, logam berat dan shrimp) adalah pada proses penerimaan
residu bahan kimia. Residu bahan (receiving) bahan baku, yaitu antibiotik,

Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.2, September 2019 108
Sutrisno Adi Prayitno et al Penerapan HACCP Panko Ebi

residu Furazolidone (AOZ), Tetracyline Sistem Pemantauan


(TET) dan Nitrofurant (AHD), dan logam Sistem pemantauan merupakan
berat, serta pada tahap pendeteksian logam, tindakan pengamatan dan atau pengukuran
yaitu adanya serpihan logam (PT Misaja yang dilakukan untuk memberikan
Mitra Factory, 2017). Semua yang penilaian terhadap CCP apakah berada di
termasuk dalam kelompok CCP bawah kontrol (Renosari et al., 2012).
diidentifkasi dan dilakukan Suatu cara atau sistem pemantauan batas
pengembangkan secara tepat dan hari – kritis (critical limit) yang sudah dilakukan
hati, dan selalu dilakukan pemantauan serta PT Misaja Mitra Factory khususnya oleh
terdokumentasi. Tim HACCP adalah melakukan
pengukuran dan observasi atau
Langkah 8 (Prinsip 3) : Penentuan Batas pengawasan berantai atau berurutan dan
Kritis (CP) telah terencana untuk menentukan apakah
Tim HACCP PT Misaja Mitra suatu CCP dalam suatu tahapan proses
Factory dalam penentuan batas kritis (CP) produksi udang breded shrimp (V alue
merujuk pada aturan atau Standar Nasional added product) dalam kondisi terpantau
Indonesia (SNI) 01-2705-2007 dan standar dan terkendali. Terkendalinya suatu CCP
yang telah ditetapkan pihak pembeli dalam proses memberikan jaminan atas
(buyer). Batas kritis pada proses proses yang dijalankan dalam
penerimaan (receiving) bahan baku yaitu menghasilkan bahan pangan atau produk
adanya suatu bahaya antibiotik yang aman untuk dikonsumsi sesuai
Furazolidone (AOZ), Tetracyline (TET) dengan standar dan tuntutan dari
dan Nitrofurant (AHD) yang merupakan konsumen. Tim HACCP PT Misaja Mitra
aspek bahaya pangan dalam kategori Factory membuat prosedur pemantauan
bahaya kimia. Sedangkan batas kritis untuk memastikan batas kritis atau batas
dalam proses metal detector (MD) dalam ambang yang telah ditetapkan dan sudah
produk merupakan kategori suatu bahaya dilaksanakan. Metode yang dilakukan oleh
dalam aspek bahaya / cemaran fisik. Setiap tim HACCP bersifat valid dan dapat
bahaya pangan yang disebabkan karena dipertanggungjawabkan, antara lain
adanya kandungan biotik, memiliki nilai misalnya penggunaan metode sampling
yang berbeda tergantung dari jenis yang tepat dan sesuai, frekuensi yang
antibiotik. Menurut BSN (2007), batasan mencukupi, memiliki personal atau tim
maksimal kadar senyawa kloramfenikol yang berkualifikasi dan terlatih,
dan nitrofuran (furazolidone) dalam suatu pemantauan perlatan yang terkalibrasi dan
produk pangan adalah 0 ppb dan kadar mampu bekerjasama dengan berorientasi
senyawa tetracycline 100 ppb. Sedangkan pada tim.
batas kritis untuk residu sulphite adalah
<10 ppm dan kadar phospate adalah <0.4
% Untuk kandungan logam berat juga Langkah 10 (Prinsip 5) : Menentukan
memiliki ukuran yang berbeda. Dalam Tindakan Koreksi (corective action)
pendeteksian senyawa logam berat untuk Seringkali proses tidak dapat
produk Panko Ebi (value added product), berlangsung dengan baik dan ideal
perusahaan memberikan batasan ukuran sehingga masih memungkinkan terbukanya
kandungan logam Fe 1.0 Ø mm dan Sn 2.0 akses penyimpangan dan tidak dapat
Ø mm. terpenuhinya batas ambang, sehingga
diperlukan tindakan koreksi sebagai
Langkah 9 (Prinsip 4) : Penetapan langkah 10 sisten HACCP. Dengan adanya

109 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.2, September 2019
Penerapan HACCP Panko Ebi Sutrisno Adi Prayitno et al

tindakan koreksi maka segala pengujian apakah suatu rencana HACCP


penyimpangan yang tidak sesuai panduan yang telah dibuat memiliki kesesuaian
operasioanl bisa teratasi (Wardani, 2015). dengan kondisi proses atau masih
PT Misaja Mitra Factory dalam membutuhkan sistem baru untuk
melaksanakan atau menerapkan sistem memodifikasi rencana sebelumnya dan
keamanan pangan atau HACCP, kemudian bisa dilakukan sistem validasi.
melakukan perancangan atau penyusunan Hal – hal yang dilakukan oleh Tim
suatu kegiatan atau tindakan yang wajib HACCP adalah melakukan kegiatan
dan harus dilakukan apabila suatu bahaya validasi HACCP, melakukan evaluasi hasil
telah melampaui batas kritis yang telah dari monitoring proses produksi (sistem
ditetapkan sebelumnya oleh Tim HACCP. pemantauan), melakukan pengujian produk
Apabila ditemukan penyimpangan dan melakukan tindakan audit internal
misalnya adalah kadar antibiotik melebihi dalam proses produksi.
batas yang ditetapkan, maka bahan baku Kegiatan verifikasi yang dilakukan
yang tersampling akan ditolak sebelum oleh PT Misaja Mitra Factory juga
dilakukan pembongkaran dan apabila sudah dilakukan untuk menganalisa setiap
terlanjur diproses, maka tidak diproses tahapan proses yang diidentifikasi dan
lebih lanjut. Apabila ditemukan bahaya dinyatakan sebagai suatu CCP. Selain itu
logam berat pada produk dengan ukuran verifikasi juga dilakukan terhadap setiap
yang melebihi batas yang ditentukan, maka diagram alir dan dilakukan perbaikan dan
perusahaan akan menahan produk tersebut. pendokumentasian. Hal – hal tersebut
Apabila logam berat tersebut dapat sejalan dalam pendapat Hulebak dan
dibersihkan, dan dapat dipastikan Schlosser (2002); Alli (2004) menyatakan
keberadaanya tidak terdeteksi dalam metal kegiatan verifikasi dilakukaan secara
detektor, maka produk tersebut dapat berkala dan memiliki jadwal dalam melihat
digunakan kembali atau diproses ulang (PT rencana HACCP berfungsi dengan baik
Misaja Mitra Factory, 2017). Aplikasi di sepanjang proses validasi dan dilakukan
lapangan dan sebagai tambahan pengujian akhir pada produk yang bisa
pelaksanaan rencana HCCP telah menunjukkan kesesuaian regulasi dan
ditetapkan personil yang mampu bertindak persyaratan yang telah ditetapkan.
sebagai verifikator atau melakukan
tindakan perbaikan untuk setiap Langkah 12 (Prinsip 7) : Penetapan
penyimpangan yang terjadi di dalam proses Dokumentasi
produksi. Semua laporan dan informasi Menurut Mulyawanti dan Dewandari
yang terkait dengan proses produksi dan (2010), tujuan dilakukan tindakan
penerapan sistem HACCP yang telah dokumentasi adalah dalam rangka
dilakukan harus selalu dijaga dan pemantauan efektifitas penerapan HACCP
memberikan kesiapan apabila dilakukan dalam suatu proses produksi. Sistem
pengkajian ulang terhadap sisstem HACCP dokumentasi bukan hanya saat diperlukan
tersebut. ketika sistem HACCP dapat
diimplementasikan, tetapi sistem
Langkah 11 (Prinsip 6) : Melakukan pendokumentasian ini dilakukan untuk
verifikasi sistem HACCP kegiatan proses dari sistem verifikasi dan
Dalam melaksanakan prinsip sistem kaji ulang dari rencana HACCP
HACCP, Tim HACCP PT Misaja Mitra yang diimplementasikan oleh perusahaan.
Factory melakukan beberapa tindakan Sistem pendokumentasian dilakukan untuk
verifikasi sebagai bentuk implementasinya. melakukan pemeriksaan ulang dalam
Verifikasi tersebut merupakan tindakan periode tertentu (Wardani, 2015). Dalam

Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.2, September 2019 110
Sutrisno Adi Prayitno et al Penerapan HACCP Panko Ebi
melakukan kegiatan dokumentasi, PT
Misaja Mitra Factory melakukan pendokumentasian yang telah terstandar dan sesuai dengan
panduan dan perancanaan yang tertulis di dalam buku manual HACCP. Kegiatan dokumentasi
yang dilakukan oleh PT Misaja Mitra Factory bersifat tepat waktu dan sasaran, tepat guna dan
mudah dipahami seluruh karyawan. Sistem dokumentasi telah dilaksanakan secara internal dan
terkontrol.
Dokumentasi dan pencatatan yang dilakukan di PT. Misaja Mitra Factory antara lain
dokumentasi tim HACCP, deskripsi produk, bagan alir proses, catatan monitoring dari semua
tahapan proses
penerimaan bahan baku sampai penyimpanan produk akhir, catatan tindakan koreksi, catatan
tindakan verifikasi dan lain – lain.

Anda mungkin juga menyukai