`
DOSEN PENGAMPU :
Tri Fajarwaty, SP., M.Sc
DISUSUN OLEH :
Farah Riana F.N (2019350045)
Gita Auliya Fitriandini (2019350067)
Stefanny Gita Siburian (2020350017)
Khaulah Winda Dinanti (2020350052)
Annisa Rizkia Kala (2020350025)
Chanaya Thabita Sitindaon (2019350078)
Riska Nurhaliza (2020350057)
Ikan segar merupakan salah satu komoditi yang mudah mengalami kerusakan (high
perishable food). Kandungan air hasil perikanan pada umumnya tinggi mencapai 56,79%
sehingga sangat memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi biokimiawi oleh enzim yang
berlangsung pada tubuh ikan segar. Sementara itu, kerusakan secara mikrobiologis
disebabkan karena aktivitas mikroorganisme terutama bakteri. Kandungan protein yang
cukup tinggi pada ikan menyebabkan ikan mudah rusak bila tidak segera dilakukan
pengolahan dan pengawetan. Pengawetan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan
bahan pangan tersebut. Salah satu usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet
pada produk ikan adalah dengan pengalengan ikan (Winarno, 1980 dalam Wulandari et al.,
2009).
Teknik pengawetan pangan yang dapat diterapkan dan banyak digunakan adalah
pengawetan dengan suhu tinggi, contohnya adalah pengalengan ikan sardine. Pengalengan
merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan bahan makanan, terutama ikan dan hasil
perikanan lainnya, dari pembusukan. Dalam pengalengan ini daya awet ikan yang diawetkan
jauh lebih bagus dibandingkan pengawetan cara lain. Namun dalam hal ini dibutuhkan
penanganan yang lebih intensif serta ditunjang dengan peralatan yang serba otomatis
(Murniyati dan Sunarman, 2004 dalam Wulandari et al., 2009).
C. PENGERTIAN HACCP
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem control dalam
upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi titik-titik kritis di
dalam tahap penanganan dan proses produksi. HACCP merupakan salah satu bentuk
manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan
pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam
menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen. Tujuan dari penerapan HACCP dalam
suatu industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai
sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai
sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi
masal dan didistribusikan. Oleh karena itu dengan diterapkannya sistem HACCP akan
mencegah resiko komplain karena adanya bahaya pada suatu produk pangan. Selain itu,
HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi perdagangan di era pasar global yang memiliki
daya saing kompetitif.
Pada beberapa negara penerapan HACCP ini bersifat sukarela dan banyak industri
pangan yang telah menerapkannya. Penerapan HACCP dalam industri pangan memerlukan
komitmen yang tinggi dari pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu,
agar penerapan HACCP ini sukses maka perusahaan perlu memenuhi prasyarat dasar industri
pangan yaitu, telah diterapkannya Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standard
Sanitation Operational Procedure (SSOP).
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh suatu industri pangan dengan penerapan
sistem HACCP antara lain meningkatkan keamanan pangan pada produk 1 makanan yang
dihasilkan, meningkatkan kepuasan konsumen sehingga keluhan konsumen akan berkurang,
memperbaiki fungsi pengendalian, mengubah pendekatan pengujian akhir yang bersifat
retrospektif kepada pendekatan jaminan mutu yang bersifat preventif, dan mengurangi limbah
dan kerusakan produk.
B. LANGKAH-LANGKAH HACCP
Indonesia mengadopsi sistem HACCP versi CAC dan menuangkannya dalam acuan SNI
01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik-Titik Kritis (HACCP)
serta pedoman penerapannya yaitu Pedoman BSN 1004/1999. Sistem yang penerapannya
masih bersifat sukarela ini telah digunakan pula oleh Departemen Pertanian RI dalam
menyusun Pedoman Umun Penyusunan Rencana Kerja Jaminan Mutu Berdasarkan HACCP
atau Pedoman Mutu Nomor 5.
Konsep HACCP menurut CAC (Codex Alimentarius Commision) terdiri dari 12
langkah, dimana 7 prinsip HACCP. Tercakup pula di dalamnya langkah-langkah penyusunan
dan penerapan sistem HACCP menurut CAC adalah sebagi berikut:
II
HASIL & PEMBAHASAN
Ikan Segar
Penerimaan Barang
Ikan Beku Kering
Pengolahan (Thawing)
Basah
Pencucian 1
Pencucian 2
Pemasakan pendahuluan
Penirisan (Driping)
Pengisian
Penutupan Kaleng
Sterilisasi
Pendinginan
Post Resort
Pengkodean
Pelabelan
Inkubasi
Pengepakan
Penyimpanan
Pengiriman
m M
Penerimaan fisik kondisi ikan pencucian, kualitas bahan baku
bahan baku Penyimpanan bahan
biologi bakteri patogen kurang tepat melakukan pengecekan bahan
baku
kimia ukuran ikan
pemasakan fisik kontaminasi benda logam proses pemasakan memperhatikan waktu dan suhu m M
penirisian fisik kontaminasi benda asing posisi atau kemiringan mengindari benturan l L
kaleng saat penirisan
biologi kontaminasi mikroba
patogen
penambahan biologi kontamiansi mikroba pemabahan bahan pada saat penambahan saus l L
saus patogen yang tidak sesuai sebaiknya dalam kondisi steril
kimia
dosis MSG
penutupan fisik kondisi kaleng penyok tidak dilakukan penutupan dengan double l L
kaleng pengecekan seamer
strerilisasi bilogi kontaminasi mikroba tidak dilakukan mencapai suhu, tekanan dan m M
patogen dengan benar pada
saat tahap proses waktu yang tepat
pendinginan biologi kontaminasi mikroba proses tidak dilakukan melakukan shock therapy m M
thermofilik dengan benar menggunakan air
Penerimaan bahan: Fisik Karakteristik Penerimaan : Sesuai dengan standar kualitas yang telah
ditentukan
Ikan Sarden Segar -Kondisi fisik
-Kesegaran Ikan
Kimia -Tingkat logam berat
Pembersihan ikan Mikrobiologis -Kondisi Fisik Air memenuhi persyaratan, air mengalir
-Kondisi Mikrobiologi
Fisik
Penambahan saus Fisik Ada cemaran logam Formulasi tepat, negatif logam berat
Exhausting Mikrobiologi Ada cemaran mikrobiologi Tidak ada mikroorganisme berbahaya
Penerimaan Sesuai dengan Kondisi fisik ikan Pemeriksaan visual, -Setiap penerimaan -QC
bahan : standar kualitas sarden segar, sampling uji lab logam
yang telah kandungan logam berat -PPIC
Ikan sarden ditentukan berat
segar
Pembersihan Air memenuhi Kondisi fisik ikan Pemeriksaan visual, -Setiap Proses -QC Proses
ikan persyaratan, air dan mikrobiologis sampling air proses
mengalir air (uji mikrobiologi) -Sampling air secara -QC Mikrobiologi
periodic
-QC WTP
Penambahan Formulasi tepat, Sistem pada metal Melakukan pengujian setiap batch formulasi Bagian QC Proses
saus negatif logam detector terhadap fungdi dari (sebelum dilakukan
berat metal detector dengan pelarutan formula saus)
melewatkan sampel
standar
Exhausting Tidak ada Kondisi Uji mikrobiologi Tiap batch produksi -QC Proses
mikroorganisme mikrobiologis
berbahaya -QC Mikrobiologi
Penutupan Kaleng tertutup Kondisi fisik Pemeriksaan Sampling setiap batch QC Proses
rapat kaleng kebocoran kaleng produksi
Sterilisasi Tidak ada Kondisi Uji mikrobiologi Tiap batch produksi -QC Proses
mikroorganisme mikrobiologis
berbahaya -QC Mikrobiologi
FORM 10 : PENENTUAN TNDAKAN KOREKSI
Penerimaan -Fisik Karakteristik Sesuai Kondisi Ruang Pemeriksaan Saat -QC Segera :
bahan : Penerimaan : dengan fisik Pengolahan visual, Pengo
-Kimia standar ikan sampling uji lahan -PPIC Mengecek atau memeriksa
Ikan sarden -Kondisi fisik kualitas sarden lab logam kondisi fisik, cemaran ikan
segar yang telah segar, berat sarden segar agar tidak
-Kesegaran tercemar dengan kandungan
ditentukan kandun
Ikan logam berat atau cemaran
gan
logam lainnya
-Tingkat
logam berat berat
Pencegahan :
QC dan PPIC melakukan
pemeriksaan penerimaan
bahan terlebih dahulu
sebelum ketahap selanjutnya
Pencegahan :
QC Proses melakukan
pemeriksaan kondisi fisik
kaleng, dan layak atau
tidaknya
Penerimaan -Fisik Karakte Sesuai Kondisi Ruang Pemeriksa Saat -QC Segera : Meninjau ulang
bahan : ristik dengan fisik Pengolah an visual, Pengolah keamanan fisik,
- Peneri standar ikan an sampling an -PPIC Mengecek kondisi fisik kimia serta
Ikan sarden Kimia maan : kualitas sarden uji lab ikan sarden segar agar mikrobiologi dan
segar yang segar, logam tidak tercemar dengan alat-alat pada saat
- telah kandun berat kandungan logam berat proses penerimaan,
Kondisi ditentuk gan atau cemaran lainnya pengolohan sampai
fisik an logam proses akhir
berat sebelum
-
Pencegahan : dipasarkan.
Kesegar
Meninjau ulang
an Ikan
QC dan PPIC kemaanan pada saat
- melakukan pemeriksaan pengemasan produk
Tingkat penerimaan bahan sampai
logam terlebih dahulu sebelum pendistribusian
berat ketahap selanjutnya produk kepada
Pembersiha - - Air Kondisi Pemeriksa -QC Segera : konsumen.
n ikan Mikro Kondisi memen fisik an visual, Proses
biolog Fisik uhi ikan sampling Memeriksa kondisi fisik
i persyar dan air proses -QC ikan dan mikrobiologis
- atan, air mikrobi (uji Mikrobi air agar terhindar dari
-Fisik Kondisi mengali ologis mikrobiolo ologi bahan baku yang sudah
Mikrobi r air gi) rusak
ologi -QC
WTP
Pencegahan :
QC Proses, QC
Mikrobiolog i dan QC
WTP melakukan
pemeriksaan terhadap
bahan baku, mulai dari
ikan maupun kondisi
airnya
Pencegahan :
QC Proses & QC
Mikrobiologi
melakukan pengujian
untuk memastikan tidak
adanya cemaran
mikrobiologi
Pencegahan :
QC Proses melakukan
pemeriksaan kondisi
fisik kaleng, dan layak
atau tidaknya
Tahap / Bahaya Tindakan TKK Batas Pemantauan Tindakan Koreksi Verifikasi Penyediaan &
Input Pengenda Kritis Pencatatan
lian
What Where How When Who What & Who What & Who PT. Sardinesia
melakukan
pengecekan
Penerimaan -Fisik Karakt Sesuai Kondi Ruang Pemeri Saat -QC Segera : Meninjau ulang
produk ikan
bahan : eristik dengan si fisik Pengo ksaan Pengo keamanan fisik,
-Kimia - Mengecek kondisi kimia serta sarden kaleng
Peneri standar ikan lahan visual, lahan
Ikan sarden PPIC fisik ikan sarden secara bertahap,
maan : kualitas sarden samplin mikrobiologi dan
segar segar agar tidak dari proses
yang segar, g uji lab alat-alat pada saat
- tercemar dengan penerimanaan
telah kandu logam proses penerimaan,
Kondi ditentuk kandungan logam pengolohan sampai hingga proses
ngan berat
si fisik an berat atau pendistribusian
logam proses akhir
berat cemaran lainnya sebelum
-
dipasarkan.
Keseg
Meninjau ulang
aran
Pencegahan : kemaanan pada saat
Ikan
pengemasan produk
sampai
- QC dan PPIC pendistribusian
Tingka melakukan produk kepada
t pemeriksaan konsumen.
logam penerimaan bahan
berat terlebih dahulu
sebelum ketahap
selanjutnya
Pencegahan :
QC Proses
melakukan
pemeriksaan
kondisi fisik
kaleng, dan layak
atau tidaknya
Sterilisasi - Ada Tidak Kondi Uji -QC Segera :
Mikrob cemar ada si mikrobi Pros
iologi an mikroor mikro ologi es melakukan
Mikro ganism biolog pengecekan
biologi e is -QC terhadap kondisi
berbaha Mikr mikrobiologi
ya obiol melakukan uji
ogi mikrobiologi, hal
ini untuk
menjaminkan ikan
sarden tersebut
menjamin hygiene
nya
Pencegahan :
QC Proses & QC
Mikrobiologi
melakukan uji
mikrobiologi
untuk menjamin
Sterilisasi
III
PEMBAHASAN
PT. Canned Fish adalah perusahaan pengalengan ikan sarden yang sangat
memperhatikan keamanan pangan bagi konsumen. Keamanan konsumen adalah standar wajib
dalam pengolahan. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) merupakan alat kontrol
yang digunakan untuk menjamin mutu dan kualitas dari produk olahan ikan dalam kaleng.
Selain itu, HACCP telah menjadi bagian dari promosi yang menunjukkan bahwa produk
perusahaan merupakan produk yang terjamin mutu dan kualitasnya, HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Points) adalah sistem kontrol pengendalian yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya masalah terhadap bahaya yang timbul melalui titik-titik kritis dalam
proses pengolahan dan produksi. Metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai
kemungkinan bahaya yang mungkin muncul pada proses pembuatan, pengolahan atau
penyiapan produk pangan, menilai resiko-resiko yang terkait dan menentukan kegiatan
dimana prosedur pengendalian akan dilakukan. Dalam industri pangan, tujuan HACCP
adalah untuk mencegah bahaya sehingga dapat di jadikan jaminan mutu pangan yang dapat
memenuhi kebutuhan konsumen. HACCP sistem kontrol Kualitas dari produksi bahan baku
hingga produksi masal dan distribusi produk akhir. Dilakukannya sistem HACCP akan
mencegah risiko keluhan yang timbul akibat adanya bahaya dalam suatu pangan.
Bagi industri pangan, manfaaat menerapkan HACCP adalah Mencegah penarikan
produk pangan yang dihasilkan, Mencegah penutupan pabrik, Meningkatkan jaminan
keamanan produk, Pembenahan dan pembersihan pabrik, Mencegah kehilangan
pembeli/pelanggan atau pasar, Meningkatkan kepercayaan konsumen dan Mencegah
pemborosan biaya atau kerugian yang mungkin timbul karena masalah keamanan produk
seperti limbah atau kerusakan produk. CCP (Critical Control Point) atau titik kritis
merupakan sebuah tindakan pengendalian yang dapat diterapkan untuk mencegah terjadinya
ancaman keamanan pangan. Tindakan ini bersifat sebagai pencegahan, penurunan resiko dan
penghilangan resiko hingga pangan yang diproduksi masuk kedalam ambang batas yang
aman dan dapat diterima dnegan baik oleh konsumen. Setiap industry pengalengan ikan
mempunyai identifikasi CCP yang berbeda, identifikasi CCP pada proses pengalengan ikan
lemuru adalah pada seaming dan retorting.
Secara teoritis ada tujuh prinsip dasar penting dalam penerapan sistem HACCP pada
industri pangan seperti yang direkomendasikan baik oleh NACMCP (National Advisory
Committee on Microbilogical Criteria for Foods, 1992) dan CAC (Codex Alintarius
Commission, 1993). Ketujuh prinsip dasar penting HACCP yang merupakan dasar filosofi
HACCP tersebut adalah:
1. Analisis bahaya (Hazard Analysis) dan penetapan resiko beserta cara pencegahannya.
2. Identifikasi dan penentuan titik kendali kritis (CCP) di dalam proses produksi.
3. Penetapan batas kritis (Critical Limits) terhadap setiap CCP yang telah teridentifikasi.
4. Penyusunan prosedur pemantauan dan persyaratan untuk memonitor CCP.
5. Menetapkan/menentukan tindakan koreksi yang harus dilakukan bila terjadi penyimpangan
(diviasi) pada batas kritisnya.
6. Melaksanakan prosedur yang efektif untuk pencatatan dan penyimpanan datanya (Record
keeping).
7. Menetapkan prosedur untuk menguji kebenaran.
Jenis bahaya yang mungkin terdapat di dalam makanan dibedakan atas tiga kelompok
bahaya, yaitu :
(1) Bahaya Biologis/Mikrobiologis, disebabkan oleh bakteri pathogen, virus atau parasit
yang dapat menyebabkan keracunan, penyakit infeksi atau infestasi. misalnya : E. coli
pathogenik, Listeria monocytogenes, dan lain-lain.
(2) Bahaya Kimia, karena tertelannya toksin alami atau bahan kimia yang beracun,
misalnya: aflatoksin, histamin, toksin jamur, dan lain-lain.
(3) Bahaya Fisik, karena tertelannya benda-benda asing yang seharusnya tidak boleh
terdapat di dalam makanan, misalnya : pecahan gelas, potongan kayu, kerikil, logam, dan
lain-lain.
IV
KESIMPULAN
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada PT. Canned Fish yaitu dengan
melaksanakan GMP, SSOP dan traceability disetiap proses pengalengan sebagai kelayakan
dasar penerapan HACCP. Menurut ketua HACCP PT. Canned Fish, traceability dimasukkan
dalam kelayakan dasar penerapan HACCP karena traceability memberikan pedoman dalam
pelaksanaan sistem mampu telusur diproses produksi ikan dalam kaleng sardine sehingga
setiap produk dapat ditelusuri sejarah bahan baku dan produksinya dengan lengkap, dan
memberikan pedoman dalam pemberian identifikasi produk ikan dalam kaleng sardine yang
diproduksi sehingga setiap produk memiliki identifikasi yang jelas dan dapat diidentifikasi
dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA