Kala 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

Dosen : Ikes Dwiastuti, SKM, M.

Kes
Tugas : Epidemiologi Kesehatan Lingkungan

“Biomonitoring dan Biomarker”

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. HASBUL M.15.02.011
2. ISWAR M.15.02.012
3. KASRUDDIN M.15.02.013
4. MARTINA M.15.02.014
5. MEGAWATI M.15.02.015

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah


memberikan Rahmat serta KaruniaNya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas mata kuliah Epidemiologi Kesehatan Lingkungan ini
yang berjudul “Biomonitoring dan Biomarker”
Kami menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari sempurna,
namun demikian kami telah berupaya dengan tetap mempertimbangkan
mutu sesuai dengan tingkat pengetahuan kami. Harapan kami, makalah ini
dapat memenuhi tujuannya dan bermanfaat bagi yang memerlukan. Saran
dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusun makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha kita. Aamiin

Palopo, 23 Maret 2018

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Biomonitoring dan Biomarker.......................................................5
B. Tes Biologi Suatu Paparan...........................................................................7
C. Macam Macam Biomonitoring..................................................................10
D. Biomarker Sebagai Monitoring Pencemaran Lingkungan yang Efektif dan
Efisien........................................................................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya penilaian paparan bahan kimia terhadap manusia

adalah dengan cara pemantauan lingkungan. Telah diketahui bahwa untuk

mengevaluasi suatu paparan bahan kimia terhadap manusia, tergantung dari

faktor sifat fisikokimia suatu bahan, higiene manusia itu sendiri serta

beberapa faktor biologi antara lain umur dan jenis kelamin. Untuk

mempelajari kandungan bahan kimia di dalam tubuh manusia dan efek

biologi dari bahan kimia tersebut dipakai metode pemantauan biologi

(biological monitoring). Keuntungan dari pemakaian metode ini adalah

terkaitnya bahan kimia secara sistematik yang dapat dipakai untuk

memperkirakan risiko yang terjadi.

Secara umum tujuan dari kegiatan pemantauan biologi adalah sama

dengan pemantauan ambien yaitu mencegah terjadinya paparan bahan kimia

yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik secara akut maupun

kronis.

Biomonitoring adalah alat yang penting untuk pencegahan penyakit.

Ketika hal ini dikombinasikan dengan usaha penelusuran penyakit,

biomonitoring memungkinkan petugas kesehatan masyarakat untuk

mengerti dengan lebih baik apa, dimana dan kapan keterpaparan terjadi, hal

inilah yang dikaitkan dengan faktor-faktor lingkungan.

1
Dalam hubungannya dengan risiko terhadp kesehatan, pendekatan

pemantauan biologi dan pemantauan ambien terhadap risiko kesehatan dapat

dinilai dengan beberapa cara. Cara tersebut antara lain membandingkan hasil

perhitungan parameter dengan nilai perkiraan maksimum yang

diperkenankan yaitu Treshold Limit Value (TLV) atau Biological Limit

Value (BLV).

Seperti halnya pemantauan ambien maka pemantauan biologi suatu

paparan merupakan aktifitas pencegahan yang sangat penting dan

mendeteksi efek akibat bahan kimia. Hal ini disebut sebagai aktifitas

survailen kesehatan (Health Surveillance). Khusus untuk petanda biologi

yang peka (sensitive biological marker), suatu pemantauan biologi bertujuan

untuk mendeteksi tanda keracunan secara dini sebagai aktifitas pencegahan.

Dosis aktif biologi merupakan jumlah total atau sebagian dari bahan

kimia yang diserap, bahan kimia yang disimpan di dalam tubuh dan bahan

kimia yang berada di dalam target sasaran (dosis target). Dengan demikian

pemantauan biologi berguna pula untuk memperkirakan dosis internal.

Pemantauan biologi dipakai untuk mengidentifikasi suatu paparan

bahan kimia yang bekerja secara sistemik pada organisme. Untuk menilai

risiko kesehatan dari suatu bahan kimia yang masuk tubuh lebih efektif

memakai cara pemantauan biologi. Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh

2
melalui kulit, saluran pencernaan dan pernapasan yang bersumber dari

tempat kerja dan lingkungan lainnya dapat dilakukan dengan pemantauan

biologi.

Dalam rangka analisis keadaan lingkungan, masalah indikator

biologis perlu diketahui dan ditentukan. Indikator biologis dalam hal ini

merupakan petunjuk ada-tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari garis

dasar, melalui analisis kandungan logam atau kandungan senyawa kimia

tertentu yang terdapat di dalam hewan maupun tanaman, atau suatu hasil

dari hewan (susu, keju) atau tanaman (buah, umbi). Indikator biologis dapat

ditentukan dari hewan atau tanaman yang terletak pada daur pencemaran

lingkungan sebelum sampai kepada manusia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan beberapa


permasalahan, yakni:

1. Apa Defenisi Biomonitoring dan Biomarker?


2. Bagaimana Tes Biologi Suatu Paparan?
3. Apa Macam-Macam Biomonitoring?
4. Bagaimana Biomarker Sebagai Monitoring Pencemaran Lingkungan
yang Efektif dan Efisien?

C. Tujuan
Adapun tujuannya yaitu :
1. Untuk Mengetahui Defenisi Biomonitoring dan Biomarker!
2. Untuk Mengetahui Tes Biologi Suatu Paparan!

3
3. Untuk Mengetahui Macam-Macam Biomonitoring!
4. Untuk Mengetahui Biomarker Sebagai Monitoring Pencemaran
Lingkungan yang Efektif dan Efisien!

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Biomonitoring dan Biomarker


1. Biomonitoring

Secara umum istilah biomonitoring dipakai sebagai alat/cara

yang penting dan merupakan metode baru untuk menilai suatu dampak

pencemaran lingkungan. Istilah yang lebih spesifik adalah monitoring

biologi (Biological Monitoring). Di dalam praktek penggunaan

monitoring biologi (MB) adalah untuk memonitor populasi yang

terpapar oleh bahan polutan di tempat kerja maupun di lingkungan.

Biomonitoring adalah pengujian sampel dari manusia, seperti

darah dan air kemih, untuk mengetahui metabolisme kimiawi. Kapasitas

ini adalah kunci dari fungsi inti untuk efektivitas sebuah laboratorium

kesehatan masyarakat. Tanpa biomonitoring, diagnosis dan pengobatan

terhadap paparan bahan kimia dapat tertunda.

2. Biomarker

Dalam arti luas biomarker atau biological markers atau marka

biologis adalah suatu teknik pengukuran spesimen biologis yang dapat

menjelaskan hubungan antara pemaparan lingkungan dan timbulnya

kerusakan atau dampak buruk pada organisme (CBM-NRC, 1992).

Dalam biomarker, respon biologis yang diukur adalah level terendah

5
dalam organisasi biologis, seperti: respon-respon molekuler, biokimiawi

dan fisiologis, sehingga hasil yang diberikan bersifat jangka pendek dan

sangat sensitif yang merupakan respon organisme terhadap stressor di

dalam lingkungan. Oleh karenanya, biomarker merupakan indikator dini

dari perubahan kondisi fisiologis organisme akibat terdapatnya stressor

dalam lingkungan tempat hidupnya.

Definisi lain Biomarker : variasi-variasi dalam biokimia, seluler,

fisiologi atau tingkah laku, di dalam jaringan atau cairan tubuh atau pada

suluruh bagian organisme, yang member bukti tentang pemaparan bahan

kimia pencemar dan juga dapat mengindikasikan suatu dampak toksik

(Langston et al., 2007).

Seringkali terjadi penggunaan terminologi biomarker dan

bioindicator secara tumpang tindih yang pada akhirnya mengaburkan

makna keduanya. Bioindikator juga merupakan respon biologis, namun

pada tingkatan yang lebih tinggi dalam organisasi biologis, seperti:

individu, populasi dan komunitas. Walaupun juga memberikan respon

yang relatif sensitif terhadap stressor lingkungan dan relevansi ekologis

yang tinggi, namun sifatnya jangka panjang (Gambar ..).

Perbedaan signifikan lainnya antara biomarker dan bioindikator

adalah dalam fungsinya sebagai sistem peringatan dini terhadap

gangguan yang dapat berupa potensi timbulnya suatu penyakit akibat

tekanan yang dialami oleh organisme. Terminologi ‘marker’ merupakan

6
istilah yang umum digunakan dalam bidang imunologi kedokteran untuk

senyawa kimia yang digunakan pada membran protein yang mencirikan

jenis sel yang berbeda. Istilah ini kemudian berkembang dan digunakan

oleh para peneliti dalam bidang-bidang kedokteran, epidemiologi,

toksikologi dan bidang-bidang terkait lainnya untuk mempelajari

dampak pemaparan toxicant lingkungan pada kesehatan manusia atau

organisme lainnya. Penggunaan biomarker oleh ahli toksikologi

terutama ditujukan untuk pengembangan teknik-teknik untuk estimasi

dan prediksi hubungan konsentrasi dan respon, dalam rangka fasilitasi

penilaian resiko yang terkait dengan pemaparan toxicant. Demikian juga

dalam hal klarifikasi terhadap mekanisme terjadinya penyakit yang

disebabkan oleh faktor pemaparan terhadap bahan kimia toksik.

B. Tes Biologi Suatu Paparan

Untuk mengukur bahan kimia atau metabolik umumnya

digunakan media biologi. Media biologi yang sering dipakai adalah

urine, darah, udara alveolus. Sedangkan media biologi yang jarang

dipakai untuk pengukuran bahan kimia atau metabolik adalah ASI,

lemak, air liur, rambut, kuku, gigi dan plasenta. Pada umumnya urine

dipakai sebagai media untuk mengukur bahan kimia anorganik dan

organik yang mudah larut dalam air. Darah dipakai sebagai media untuk

sebagian besar bahan kimia anorganik dan organik yang sukar dilakukan

7
biotransformasi, sedangkan udara alveolus dipakai untuk bahan yang

mudah menguap.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengukuran suatu

parameter dan waktu pengambilan sampel adalah:

a. Sifat fisiko-kimia dari bahan

b. Kondisi paparan

c. Parameter toksokinetik: distribusi, biotransformasi dan eliminasi

d. Sensitivitas dari metode analisis

e. Gangguan kesehatan

f. Dosis organ (besar dosis pada organ)

g. Dosis target (besar dosis pada sasaran)

Sebagai contoh adalah Cadmium dalam darah merupakan logam

berat yang secara umum dapat mengganggu kesehatan. Tetapi cadmium

dalam urine merupakan indikator yang baik terakumulasinya logam

berat tersebut di dalam ginjal. Berdasarkan selektifitas dari pemeriksaan

bahan kimia atau metabolitnya, maka pemeriksaan dapat bersifat selektif

dan non selektif. Pemeriksaan yang selektif untuk bahan-bahan kimia

tunggal sedangkan pemeriksaan non selektif untuk gabungan bahan

kimia. Pemantauan biologi dapat pula berisi gas invasife dan non

invasife. Pemeriksaan invasife memerlukan misalnya sampel darah dan

sampel jaringan, sedangkan yang non invasife hanya memerlukan

sampel urine, udara alveolus dan kuku.

8
Selain uji pengukuran bahan kimia atau metabolit di dalam media

biologi ada tes lain yang termasuk uji biologi yaitu:

a. Uji yang didasarkan pada tidak adanya kelainan biologi, contoh:

pengukuran aktifitas eritrosit cholinesterase

b. Uji pengukuran bahan kimia yang terikat pada molekul sasaran,

contoh: uji karboksi haemoglobin pada masyarakat sekitar industri

Kegiatan monitoring dapat dipakai untuk mengevaluasi risiko

kesehatan yang berhubungan dengan bahan polutan. Dikenal ada 3 jenis

monitoring yaitu:

1. Monitoring ambien untuk menilai risiko kesehatan Monitoring ambien

tersebut digunakan untuk memonitor paparan eksternal dari bahan

kimia untuk mengetahui berapa kadar bahan kimia di dalam air,

makanan, dan udara. Risiko kesehatan dapat diperkirakan (diprediksi)

berdasarkan batas paparan lingkungan, misalnya Treshold Limit Value

(TLV) dan Time Weighted Average (TWA) dari suatu paparan.

2. Monitoring biologi dari paparan (MB paparan) Monitoring biologi

suatu paparan adalah pemantauan suatu bahan yang mengadakan

penetrasi ke dalam tubuh dengan efek sistemik yang membahayakan.

Monitoring biologi dari suatu paparan dapat dipakai untuk

mengevaluasi risiko kesehatan. Monitoring biologi tersebut

dilaksanakan dengan memonitor dosis internal dari bahan kimia,

misalnya jumlah dosis efektif yang diserap oleh organisme. Risiko

9
terhadap kesehatan diprediksi dengan membandingkan nilai observasi

dari parameter biologi dengan Biological Limit Value (BLV) dan/atau

Biological Exposure Index (BEI).

3. Monitoring biologi dari efek toksikan (health surveillance) Tujuan

monitoring biologi dari efek toksikan adalah memprediksi dosis

internal untuk menilai hubungannya dengan risiko kesehatan,

mengevaluasi status kesehatan dari individu yang terpapar dan

mengidentifikasi tanda efek negatif akibat suatu paparan, misalnya

kelainan fungsi paru.

C. Macam-Macam Biomonitoring

1. Biomonitoring Logam

Biomonitoring logam dapat dilakukan dengan pemeriksaan

suatu media untuk menentukan bahan logam. Media yang dipakai

antara darah/urine, jaringan tubuh, ikan, binatang invertebrata, dan

tanaman perairan.

a. Logam yang dapat ditemukan pada darah/urine: Cadmium, Zat

besi, Manganese, Tembaga, Merkuri, Zink

b. Logam berat di atmosfer yang ditemukan pada jaringan burung:

partikel timbal, Cadmium, Arsen, Merkuri. Logam berat tersebut

berasal dari pabrik pengelasan logam dan secara tidak langsung

burung memakan serangga dengan yang terkontaminasi oleh

10
logam berat. Tempat akumulasi logam berat di dalam tubuh

burung terletak pada jaringan dan bulu burung.

c. Logam berat di perairan yang ditemukan pada ikan: Chromium,

Tembaga, Timbal, Zink. Logam tersebut akan meningkat

kadarnya, apabila ada peningkatan BOD di perairan.

d. Logam berat di perairan yang ditemukan pada binatang

invertebrata: Chromium, Cadmium, tembaga, timbal, cobalt,

nikel. Adanya logam berat tersebut pada tubuh invertebrata

merupakan indikator tercemarnya lingkungan.

e. Tanaman perairan dan tanaman darat dapat dipakai sebagai bio

indikator lingkungan yang terkontaminasi oleh logam berat.

Pabrik pengecoran besi yang mengeluarkan bahan pencemar

udara logam berat dapat dideteksi pada tanaman dengan analisis

Neutron Activation Analysis.

2. Biomonitoring Zat Organik

Akumulasi zat organik pada beberapa spesies mamalia

merupakan bio indikator yang potensial untuk mendeteksi

pencemaran lingkungan. Beberapa zat organik yang dipakai

indikator antara lain:

11
a. perubahan non protein sulfhidril pada sel liver dari tikus sebagai

indikator terpapar oleh pestisida.

b. Meningkatnya bilirubin pada tikus, menunjukkan adanya paparan

oleh Tri Nitro Toluen (TNT).

c. Terdapatnya hubungan antara pencemaran lingkungan dengan

Poly Chlorinated Bifenil (PCB), dioxin, dan furan pada manusia.

d. Terdapatnya dioxin, furan, PCB, DDE, dan lindane pada telur

burung sebagai indikator tercemarnya lingkungan oleh zat

organik

e. Terakumulasinya PCB, pestisida, dan bahan antropogenik pada

tubuh ikan sebagai indikator tercemarnya ekosistem perairan

f. Meningkatnya aktifitas Mixed Function Oxidase (MFO) pada

ikan di sungai yang tercemar oleh bahan organik, PAH, Dioxin,

dan PCB.

g. Aktivitas Xenobiotik – DNA adduct, Cytochrome P 450 induksi

dan oryl hidrokarbon hidroksilase pada ikan dipakai sebagai

biomarker pencemaran pantai oleh PCB dan DDT.

h. Mengurangnya komunitas phytoplankton dapat dipakai sebagai

biomonitoring pencemaran pestisida dalam perairan.

12
3. Biomonitoring Limbah Cair

Ada beberapa studi toksisitas yang dipakai untuk menilai

buangan limbah cair antara lain pemakaian bakteri dan pemakaian

invertebrata. Limbah pabrik kertas yang mengandung bahan kimia

pemutih dilakukan studi memakai biota air misalnya ikan.

Cara baru untuk menilai kualitas air laut yang terkontaminasi

oleh bahan kimia pemutih adalah dengan cara bio assay antara lain:

uji inhibisi pertumbuhan algae dan uji larva biota air.

4. Biomonitoring Pencemar Udara

Perubahan ambien atmosfer oleh adanya bahan pencemar

udara akan dapat mempengaruhi kehidupan tanaman. Daun pinus

jarum dapat dipakai sebagai indikator pencemaran alifatik

hidrokarbon. Dengan pemeriksaan gas kromatografi ditemukan

bahwa kadar hidrokarbon lebih tinggi pada daun pohon pinus yang

berumur tua. Tanaman tingkat rendah antara lain lichen parmalia

sulcata dapat sebagai indikator pencemaran udara. Dengan demikian

maka lichen dapat dipakai sebagai biomonitor untuk pencemar udara.

5. Biomonitoring Asidifikasi

Perairan yang mempunyai pH rendah akan bersifat asam.

Keasaman perairan dapat dideteksi dengan memakai biomarker biota

13
yang hidup dalam perairan tersebut. Dalam keadaan pH rendah

(pH=3), maka logam besi dan manganese akan terdeteksi dalam

perairan. Efek perairan dengan pH rendah, logam yang toksis dan

Dissolve Organic Carbon (DOC) terhadap hewan amfibi akan

menyebabkan terlambatnya metamorfosa, menurunnya daya tahan

dan menurunnya berat badan hewan amfibi.

6. Biomonitoring Kesehatan Manusia

Biomonitoring Pb dan Cd pada wanita yang melahirkan,

dilakukan dengan pemeriksaan ASI dan darah. Karyawan industri

petrokimia yang terpapar dengan PAH pada pemeriksaan urine

ditemukan biomarker hidroksipyrene.

D. Biomarker Sebagai Monitoring Pencemaran Lingkungan yang

Efektif dan Efisien.

Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya zat atau energi

oleh manusia secara langsung maupun tidak langsung ke dalam

lingkungan yang dapat menyebabkan kerugian karena merusak sumber

daya hayati, membahayakan kesehatan manusia, menghalangi aktivitas

manusia dan menurunkan mutu suatu lingkungan yang digunakan

manusia untuk beraktivitas (Jenis limbah yang berasal dari industri,

limbah cair pemukiman (sewage), pertambangan, pelayaran (shipping)

14
dan pertanian dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan,

dimana salah satunya adalah pencemaran logam (Hutagalung dan

Razak, 1982). Air merupakan zat yang sangat penting dalam

kehidupan mahluk hidup, baik itu hewan, tumbuhan dan manusia.

Apabila air telah tercemar logam-logam yang berbahaya akan

mengakibatkan hal-hal yang buruk bagi kehidupan. Pada air tawar yang

biasanya mengalir di sungai, logam yang terkandung di dalamnya

biasanya berasal dari buangan air limbah, erosi, dan dari udara secara

langsung. Air tawar biasanya material organik dan anorganik yang

mengembang lebih banyak dari pada air laut. Material tersebut

mempunyai kemampuan dalam mengarbsobsi logam, sehingga

pencemaran logam pada air tawar lebih mudah terjadi. Pada air laut di

lautan lepas kontaminasi logam biasanya terjadi secara langsung dari

atmosfer atau karena tumpahan minyak dari kapal tangker yang

melewatinya. Sedangkan daerah sekitar pantai kontaminasi logam

kebanyakan berasal dari muara sungai yang terkontaminasi oleh limbah

buangan industri dan pertambangan (Darmono, 1995).

Pencemaran laut di Indonesia sudah terjadi bertahun-tahun yang

lalu. Banyak wilayah perairan Indonesia, terutama di Teluk Jakarta,

pencemaran non-minyak telah dideteksi oleh LIPI tahun 1974. Telah

dilakukan penelitian sebaran pestisida dan logam oleh sekelompok

peneliti di berbagai tempat di wilayah pantai, seperti Jepara, Surabaya,

15
Medan, Makassar dll (Romomohtarto, 1990). Seiring dengan semakin

industri juga meningkat baik yang berupa bahan organik maupun

anorganik baik yang berupa padatan maupun cairan yang mengandung

logam baik Pb maupun Cd. Logam Pb dan Cd merupakan jenis buangan

yang banyak terdapat di perairan. Sayangnya kebanyakan industri di

Indonesia belum menyertakan unit pengolah limbah yang baik sehingga,

masih banyak limbah yang dibuang ke saluran air dan akhirnya menuju

perairan pantai (Hutagalung, 1991). Bahan pencemar yang masuk ke

ekosistem laut akan dipekatkan melalui proses fisik dan kimiawi dengan

absorbsi, pertukaran ion dan pengendapan di dasar laut, sedangkan

melalui proses biologi akan diserap oleh organisme laut, seperti

avertebrata dan zooplankton (Darmono, 1995).

Perubahan kualitas air akibat masuknya logam dapat diketahui

dengan menggunakan parameter biologi yang disebut biomonitoring.

Biomonitoring merupakan cabang monitoring lingkungan dengan

menggunakan organisme hidup, dengan mengamati kadar residu bahan

pencemar yang terdapat dalam jaringan organisme hingga pengaruh

biologi yang lebih spesifik. Bentuk atau tipe biomonitoring dapat

dikembangkan berdasarkan perubahan karakteristik secara biokimia,

fisiologi, morfologi atau tingkah laku organisme demikian juga pada

sistem tradisional yang meliputi pengamatan kelimpahan dan indeks

diversitas suatu komunitas (Djajadiningrat,1982).

16
Salah satu kegiatan monitoring kualitas perairan dilakukan dengan

menggunakan organisme, untuk mendeteksi efek sinergisme dari bahan

pencemar yang tidak terdeteksi secara kimiawi (Soeprobowati,1999).

Untuk menaksir efek toksiologis dari beberapa polutan kimia dalam

lingkungan dapat diuji dengan menggunakan spesies yang mewakili

lingkungan yang ada di perairan tersebut. Spesies yang diuji harus

dipilih atas dasar kesamaan biokemis meningkatnya industri di

Indonesia, buangan limbah dari dan fisiologis dari species dimana hasil

percobaan digunakan (Price, 1979). Menurut Price (1979) kriteria

organisme yang cocok untuk digunakan sebagai uji hayati tergantung

dari beberapa faktor :

1. Organisme harus sensitif terhadap material beracun dan perubahan

lingkungan.

2. Penyebarannya luas dan mudah didapatkan dalam jumlah yang

banyak

3. Mempunyai arti ekonomi, rekreasi dan kepentingan ekologi baik

secara lokal nasional

4. Mudah dipelihara di laboratorium

5. Mempunyai kondisi yang baik, bebas dari penyakit dan parasit

6. Sesuai untuk kepentingan uji hayati

17
Beberapa organisme mempunyai kemampuan untuk mengontrol

jumlah racun dalam tubuh mereka melalui proses pengeluaran.

Organisme yang tidak dapat mengontrol jumlah kandungan racun akan

mengakumulasi polutan dan jaringan mereka menunjukkan adanya

polutan. Salah satu contoh biota tersebut adalah bivalvia yang sangat

baik mengakumulasi polutan sehingga digunakan sebagai biomonitor

polusi (Philips & Me Roy, 1980). Menurut Suseno dan Panggabean

(2007) biomarker yaitu respon biologis yang dapat

dihubungkan dengan pajanan atau efek kimiawi toksik terhadap

lingkungan. Salah satu cara yang dapat menandai bahwa suatu perairan

tercemar adalah biomarker. Biomarker merupakan metode untuk

pendugaan masuknya bahan kimia berbahaya dan bersifat toksik di

dalam perairan. Biomarker dapat memberikan informasi mengenai

potensi merugikan dari polutan pada konsentrasi subletal dan bertindak

sebagai peringatan awal untuk mengurangi kerusakan lingkungan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Biomonitoring adalah pengujian sampel dari manusia, seperti

darah dan air kemih, untuk mengetahui metabolisme kimiawi. Kapasitas

ini adalah kunci dari fungsi inti untuk efektivitas sebuah laboratorium

kesehatan masyarakat. Tanpa biomonitoring, diagnosis dan pengobatan

terhadap paparan bahan kimia dapat tertunda.

Biomarker adalah variasi-variasi dalam biokimia, seluler,

fisiologi atau tingkah laku, di dalam jaringan atau cairan tubuh atau pada

suluruh bagian organisme, yang member bukti tentang pemaparan bahan

kimia pencemar dan juga dapat mengindikasikan suatu dampak toksik.

19
Adapun macam-macam biomonitoring adalang; Biomonitoring

logam, Biomonitoring zat organik, Biomonitoring limbah cair,

Biomonitoring pencemaran udara, Biomonitoring asidifikasi,

Biomonitoring kesehatan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar Tahir..Biomarker dan Keutamannya. Link :

related:repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10987/2.BIOMA

RKER%20DAN%20KEUTAMAANNYA.docx?sequence=2. Diakses pada

tanggal 23 Apil tahun 2018.

Fadil Hayat. 2010. Biomonitoring dan Biomarker Lingkungan. Link :

https://fadhilhayat.wordpress.com/2010/12/23/biomonitoring-biomarker-

lingkungan/. Diakses pada tanggal 23 tahun 2018.

Hima Superindo. 2012. Biomarker Sebagai Monitoring Pencemaran Lingkungan

yang Efektif dan Efisien.

http://himasuperindo.blogspot.co.id/2012/05/biomarker-sebagai-monitoring-

pencemaran.html. Diakses pada tanggal 27 April 2018.

20
21

Anda mungkin juga menyukai