DOSEN PENGAMPU :
Maliha Amin, SKM, M.Kes
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1. AnnisaNurRahma P (PO7120118011)
2. AuliaSyahrani (PO7120118015)
3. AyuPuspita Sari (PO7120118017)
4. AyuSaputri (PO7120118018)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga penulis berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang“”diharapkan makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua sehingga dan dapat menambah pengetahuan wawasan setiap
orang yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Palembang, Januari 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.3 Tujuan
1. Memahami tentang inversio uteri
2. Mengetahui pengertian, penyebab, gejala, penatalaksanaan inversio uteri
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Inversio Uteri
Inversio uteri adalah terbalik dan melipatnya uterus demikian rupa sehingga
lapisanendometriumnya dapat tampak sampai di luar perinium atau dunia luar.
(Manuaba. 2003)
Pada inversio uteri, uterus terputar balik sehingga fundus uteri terdapat dalam
vaginadengan selaput lendirnya sebelah luar. Keadaan ini disebut inversio uteri
komplet.Jika hanyafundus menekuk ke dalam dan tidak ke luar ostium uteri,
disebut inversiouteri inkomplet. Jikauterus yang berputar balaik itu keluar dari
vulva, disebut inversio prolaps.Inversio uteri jarangterjadi, tetapi jika terjadi,
dapat menimbulkan syok yang berat. (Sastrawinata,2003)
Inversio Uteri adalah suatu keadaan dimana bagian atas uterus (fundus uteri )
memasukikavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam
kavum uteri, bahkan kedalam vagina atau keluar vagina dengan dinding
endometriumnya sebelah luar.(IlmuKandungan,Sarwono Prawiroharjo).
2.2 Klasifikasi
Inversio Uteri dapat diklasifikasikan menurut beberapa kriteria, seperti :
berdasarkan hubungan dengan kehamilan, durasi, dan derajat inversio.3
Pada tahun 1951, Jones mengklasifikasikan inversio uteri menurut hubungan
dengan kehamilan, menjadi :
1. Inversio uteri paska persalinan atau inversio uteri obstetri
Inversio uteri obstetri merupakan inversio uteri yang terjadi setelah persalinan,
keguguran, terminasi kehamilan, atau terjadi dalam 6 minggu setelah persalinan
maupun keguguran.14 Inversio uteri obstetri dapat terjadi paska persalinan
pervaginam maupun paska seksio sesaria.6 Kejadian inversio uteri paska seksio
sangat jarang, kurang dari 10 kasus yang telah dilaporkan di literatur, walaupun
mungkin banyak kasus yang tidak dilaporkan. Dari sekian kasus yang dilaporkan,
ada 2 kasus yang disertai henti jantung.15
Menurut durasi, inversio uteri paska persalinan diklasifikasikan menjadi :
1) Inversio uteri akut
Inversio uteri akut merupakan inversio uteri yang terdiagnosa dalam 24
jam setelah persalinan, dapat dengan atau tanpa penyempitan serviks.
2) Inversio uteri subakut
Inversio uteri subakut merupakan inversio uteri yang terdiagnosa lebih
dari 24 jam namun kurang dari 4 minggu setelah persalinan; selalu disertai
dengan penyempitan serviks.
3) Inversio uteri kronis
Inversio uteri kronis merupakan inversio uteri yang telah terjadi selama 4
minggu atau lebih.
2. Inversio uteri bukan paska persalinan atau inversio uteri ginekologi
Merupakan inversio yang terjadi pada uterus non-gravid. Pada umumnya
terjadi akibat proses primer di uterus, seperti fibroid (sering akibat mioma
submukosa) sarkoma6, dan kanker endometrium namun bisa juga idiopatik.
Menurut onset dan evolusinya, inversio uteri ginekologi dibedakan menjadi :
Berdasarkan Onset :
a) Inversio uteri akut.
Tanda dan gejala klinis inversio uteri akut lebih jelas, yaitu berupa nyeri berat
dan perdarahan
b) Inversio uteri kronis
Inversio uteri kronis ditandai dengan rasa tidak nyaman di pelvis, leukorea,
perdarahan pervaginam, anemia23 dan nekrosis pada jaringan uterus.
Berdasarkan Evolusi :
1. Inversio uteri derajat I (inkomplit)
Inversio uteri derajat I merupakan inversi uterus dimana korpus terbalik ke
arah serviks, namun belum mencapai cincin serviks
2. Inversio uteri derajat II (inkomplit)
Inversio uteri derajat II merupakan inversi uterus melewati cincin serviks,
namun belum mencapai perineum
3. Inversio uteri derajat III (komplit)
Inversio uteri derajat III merupakan inversio uterus komplit, dimana inversi
fundus uteri mencapai perineum.
4. Inversio uteri derajat IV (total)
Inversio uteri derajat IV merupakan inversi uterus disertai dengan inversi
vagina Menurut derajat inversio, beberapa peneliti membagi menjadi 3
kelompok, sementara peneliti yang lain membedakan menjadi 4 kelompok
sebagai berikut:
2.3 Etiologi
Faktor yang memudahkan terjadinya inversion uteri adalah
a) Uterus yang lembek
b) Lemah
c) Tipis dindingnya.
d) Adanya kekuatan yang menarik fundus kebawah
Penyebab inversio uteri adalah:
1. Secara spontan:
1) Grandemultipara
2) atonia uteri
3) kelemahan alat kandungan (tonus otot rahim yang lemah, kanalis
servikalis yang longgar)
4) tekanan intra abdominal yang tinggi (misalnya mengejan dan batuk)
2. Karena tindakan:
1) perasat Crede yang berlebihan
2) tarikan tali pusat
3) manual plasenta yang dipaksakan, apalagi bila ada perlekatan
plasenta pada dinding rahim. atau Karna tindakan atraksi pada tali
pusat yang berlebihan yang belum lepas dari dinding rahim.
Berbagai faktor etiologi telah dikaitkan dengan inversi uterus, walaupun
mungkin tidak ada penyebab yang jelas. Di identifikasi faktor etiologi meliputi:
a. Tali pusat yang pendek
b. Traksi yang berlebihan pada tali pusat
c. Tekanan pada fundus yang berlebihan
d. Sisa plasenta dan abnormal perlekatan plasenta (inkreta, perkreta, akreta)
e. Menarik terlalu keras pada tali pusar untuk mempercepat pelepasan
plasenta, terutama jika plasenta melekat pada fundus.
f. Endometritis kronis
g. Kelahiran setelah sebelumnya operasi caesar
h. Cepat atau tenaga His yang panjang
i. Sebelumnya rahim inversi
j. Obat tertentu seperti magnesium sulfat (sebagai relaksan otot selama
persalinan)
k. Unicornuate rahim
l. Kelainan bawaan atau kelemahan rahim.
2.4 Patofisiologi
Ada 3 hal yang menjadi dasar terjadinya inversio uteri akut, yaitu :11
1. Suatu bagian dinding uterus prolaps melalui serviks yang terbuka, atau melipat
ke depan
2.5 Komplikasi
Komplikasi jangka pendek inversio uteri adalah berupa perdarahan
postpartum, namun, endomiometritis sering menyertai inversio uteri. Usus dan
jaringan sekitar uterus dapat terluka akibat terperangkap dalam fundus yang
terinversi. Bahkan dapat terjadi kematian akibat inversio uteri. Namun dengan
deteksi dini, terapi definitif dan resusitasi yang adekuat, angka kematian menjadi
cukup rendah.
2.6 Penatalaksanaan
1. Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong
rahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam
menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
2. Bila telah terjadi maka terapinya 90% kasus inversio uteri disertai dengan
perdarahan yang masif dan “life-threatening”. Bila terjadi syok atau
perdarahan, gejala ini diatasi dulu dengan infus intravena cairan elektrolit dan
tranfusi darah. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal
dan perdarahan maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat
mungkin. Segera lakukan tindakan resusitasi. Bila plasenta masih melekat,
jangan dilepas oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat .
Lakukan tindakan resusitasi dengan cara :
Ø Tangan seluruhnya dimasukkan ke vagina sedang jari tengah dimasukkan ke dalam
cavum uteri melalui serviks uteri yang mungkin sudah mulai menciut, telapak
tangan menekan korpus perlahan-lahan tapi terus menerus kearah atas agak
kedepan sampai korpus uteri melewati serviks dan inversion. Salah satu tehnik
reposisi lain yaitu dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong
uterus kembali kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan
memungkinkan ligamentum uterus menarik uterus kembali ke posisi semula .
Rangkaian tindakan ini dapat dilihat pada gambar 1 diatas.
Ø Sebagai tehnik alternatif : dengan menggunakan 3 – 4 jari yang diletakkan pada
bagian tengah fundus dilakukan dorongan kearah umbilikus sampai uterus
kembali keposisi normal.
Ø Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus
uteri. Berikan oksitosin atau Suntikkan intravena 0,2 mg ergomitrin kemudian dan
jika dianggap masih perlu, dilakukan tamponade uterovaginal dan setelah terjadi
kontraksi, tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak
berulang.
Ø Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui laparotomi.
Ø Setelah reposisi berhasil, tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus
uteri. Berikan oksitosin dan setelah terjadi kontraksi, tangan dalam boleh
dikeluarkan perlahan agar inversio uteri tidak berulang.
2.10 Pathway
2.11 Konsep Dasar Keperawatan
2.11.1 Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data
dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien
( Hidayat, 2000 ).
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register, dan diagnosa keperawatan.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga
diri rendah.
( Depkes RI, 1993:66)
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan
klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total
setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
( Sharon J. Reeder, 1997:285)
1. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena
adanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
k. Muskulis skeleta
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanya luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
2.11.4 Implementasi
Ny.K datang ke RS pada tanggal 17 oktober jam 15.00, Ny. K datang ke RS pada
tanggal 17 oktober 2014 jam 15.00, NY.K melahirkan anak ke 5 pada jam 19.00
dengan jenis kelamin laki-laki, plasenta belum keluar selama 30 menit, NY.
Mengatakan Nyeri di bagian perut, Kontraksi lemah, fundus uteri sama sekali tidak
teraba, TD: 130/80 mmHg, Nadi 102x/menit, suhu: 38,6oC, RR: 25x/menit, TB : 155
cm, BB sebelum hamil :50 kg, BB sekarang : 65 kg, LLA: 24 cm.
3.I Pengkajian
3.1.1. Identitas pasien
Nama : Ny.K
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jomblang Tengah
No.RM : 292984
Tanggal MRS : 17 oktober 2014 jam 15.00
Tanggal Pengkajian : 17 oktober 2014 jam 15.15
3.1.2 Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.M
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : jomblang Tengah
3.1.3 Status kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri dibagian perut setelah bayi lahir skala nyeri 8, plasenta
belum keluar selama 30 menit, ekspresi wajah tampak meringis, klien merasa
sakit.
2. Riwayat Haid
Menarche umur 12tahun, siklus 28 hari, lama 7 hari, banyak rata-rata ganti
pembalut 3x sehari, HPHT tanggal 13 januari 2013, HPL tanggal 20 oktober
2014.
3. Riwayat kehamilan ini
ANC teratur, frekuensi 14x, di BPS
Keluhan atau komplikasi saat kehamilan
Trimester I : Mual muntah ringan
Trimester II : tidak ada
Trimester III : tidak ada
Imunisasi
Imunisasi TT1 : caten
Imunisasi TT2 : 1 bulan caten
4. Pergerakan janian dalam 24 jam terkahir : ibu mengatakan sering >20 kali
5. Riwayat obstertik
G4 P5 A0
Tgl Jenis Penolon BBl Nifas
No UK
Lahir persalinan g BB JK Menyusui Masalah
1. 1997 Aterm Spontan Bidan 3000 ♀ Ya Tidak ada
2. 2001 Aterm Spontan Bidan 3400 ♂ Ya Tidak ada
3. 2004 Aterm Spontan Bidan 3010 ♂ Ya Tidak ada
4. 2009 Aterm Spontan Bidan 3050 ♂ Ya Tidak ada
5. 2014 Aterm Sontan Bidan 3040 ♂ Ya Ada
6. Apgar Skor
Karakteristik Menit
No Tgl/Jam Menit 1 Menit 5
Penilaian 10
1. 17-10-14 Denyut jantung 2 2 2
2. 19.00 WIB Pernapasan 2 2 2
3. Refleks 1 1 2
4. Tonus otot 1 2 2
5. Warna kulit 1 2 2
Total 7 9 10
Kesimpulan: Bayi normal tidak mengalami asfiksia.
7. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
8. Riwayat persalinan ini
a. Kontraksi uterus : ada sebelum janin lahir dan mengalami kelemahan
kontraksi uterus selebelum plasenta keluar.
b. Pengeluaran pravaginam : lendir darah positif, air ketuban positif.
c. TFU: fundus uteri tidak teraba pasaca janin lahir
Leopold 1 : Teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting, berbatas tidak tegas
Leopold 2: perut kana ibu teraba, benjol-benjolan, tahanan lemah
Leopold 3: teraba bulat, melenting, keras, tidak dapat digoyangkan
Leopold 4: Divergen
TBJ : (30-11)x155 = 2945
Auskultasi DDJ : punctum maksimum dibawah pusat sebelah kiri
Frekuensi : 144x/menit
HIS:
a. Frekuansi : ada
b. Durasi : 2x dalam 10 menit durasi 30 detik
c. Kekuatan : sedang
d. Palpasi suprapubik: penurunan kepala 3/5, kandung kemih kosong
9. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah mengalami penyakit seperti:jantung, TBC ,
Ginjal, Asma dan penyakit berbahaya lainnya
10. Riwayat Nutrisi dan Eliminasi
a. Makan terakhir tanggal 17 oktober 2014 jam 12.00 jenis makanan : nasi, lauk,
sayur
b. Minum terkahir tanggal 17 oktober 2014 jam 14.30 jenis minuman: air putih
c. BAK terkhir tanggal 17 oktober 2014 jam 12.00
d. BAB tekhir tanggal 17 oktober 2014 jam 05.00
11. Keadaan psikologis
a. Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda persalina dan proses persalinan
ibu mnegatakan sudah mengetahui tanda persalinan berupa kencang-kencang
teratur, keluar lendir darah, dan air ketuban dari jalan lahir
b. Persiapan persalinan yang telah disiapkan
Ibu mengatakan sudah menyiapkan perlengkapan persalinan, perlengkapan bayi
dan sudah menyiapkan biaya persalinan, ibu mnegatakan ingin didampingi oleh
suaminya
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Cukup
2. Kesadaran : Composmentis
3. Status Emosional : Stabil
4. TTV:
TD: 130/80 mmHg, Nadi 102x/menit, suhu: 38,6oC, RR: 24x/menit
5. TB : 155 cm
BB sebelum hamil :50 kg
BB sekarang : 65 kg
LLA: 24 cm
6. Kepala
Edema wajah : tidak ada
Cloasma gavigandrum : tidak ada
Mata : Simatris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : bibir lembab, stomatitis tidak ada, caries tidak ada
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, Vena jugularis dan kelenjar getah
bening
Payudara :
a. Bentuk : simetris, membesar, tidak ada benjolan
b. Puting susu: ukuran sedang, menonjol, bersih
c. Colostrum : sudah keluar
Abdomen:
Palpasi:
Fundus uteri sama sekali tidak teraba dibawah pusat atau teraba tekukan pada
fundus, tonus otot rahim yang lemah
7. Punggung dan pinggang
Punggung : tidak ada kelainan postur
Pinggang : Nyeri
8. Ekstermitas
Bentuk : simetris
Kekuatan otot :
4 4
4 4
Edema : tidak ada
Varices : tidak ada
Kuku : bersih, pendek
9. Genetalia Luar : produksi urin sedikit, perdarahan berkumpal,
Varices : tidak ada
Bekas luka : tidak ada
Kelnjar bortilini : tidak ada pembengkakan
10. Anus : tidak ada hemoroid
11. Pemeriksaan dalam:
Tanggal : 17 oktober 2014 jam 19.30 oleh bidan
Indikasi : tidak adanya kontraksi yang mengakibatkan plasenta tidak
keluar
Tujuan : mengetahui untuk pengeluaran plasenta
Hasil : inkomplit, pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri
cekung ke dalam, perdarahan bergumpal.
Kehilangan
volume caira aktif
5. Untuk mengurangi
tingkat stress pasien
dan pasien dapat
beristirahat
5. Mengganti darah
yang hilang akibat
proses penyakit
4.1 Kesimpulan
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk, ini adalah merupakan komplikasi kala III persalinan yang
sangat ekstrem. Inversio Uteri terjadi dalam beberapa tingkatan, mulai dari bentuk
ekstrem berupa terbaliknya uterus sehingga bagian dalam fundus uteri keluar
melalui servik dan berada diluar seluruhnya ke dalam kavum uteri. Oleh karena
servik mendapatkan pasokan darah yang sangat banyak maka inversio uteri yang
total dapat menyebabkan renjatan vasovagal dan memicu terjadinya perdarahan
pasca persalinan. Inversion uteri ada 3 macam yaitum Inversio uteri
ringan, Inversio uteri sedang, dan Inversio uteri berat. Faktor yang mempermudah
terjadinya inversio uteri yaitu, Tonus otot rahim yang lemah, Tekanan atau tarikan
pada fundus, dan Canalis servikalis yang longgar.
4.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menjadi sumber referensi kepada
kita semua khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat. Sebagai
seorang tenaga kesehatan kita harus memberikan rasa aman dan semangat serta
memberikan kenyamanan pada ibu yang akan melahirkan.Dukungan dan
perhatian akan mengurangi rasa tegang, membantu kelancaran proses persalinan
dan kelahiranbayi.Perubahan-perubahan fisiologis dan psikologis ibu bersalin,
bidan harus mampu menolong dan memberikan rasa aman dan percaya terhadap
ibu bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson DM, Dorland WAN. Dorland's Illustrated Medical Dictionary. 28th ed. USA:
Elsevier Health Sciences;1994.
Tuckett JD, Yeung A, Timmons G, Hughes T. Non-puerperal Uterine Inversion
Secondary to Uterine Sarcoma And Ascites Demonstrated on CT and MRI. European
Journal Of Radiology Extra 2010;75:e119-23.
Kochenour NK. Diagnosis and Management Of Uterine Inversion. In: Gilstrap LC,
Cunningham FG, Vandorsten JP, editors. Operative Obstetrics. 2nd ed. USA:
McGraw-Hill Companies;2002.
Boyle, Manureen. 2007. Kedaruratan dalam Persalinan. Jakarta : TM
Devi Yulianti. 2005. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan.
Jakarta: EGC