Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang sangat besar hawa nafsunya. Segala kebutuhan
mereka harus terpenuhi. Manusia memiliki kebutuhan dasar yaitu salah satunya adalah
memenuhi kebutuhan seksual. Hal tersebut dilakukan guna melestarikan keturunan mereka.
Telah menjadi ciri dari mahkluk hidup untuk berkembang biak, atau reproduksi. Reproduksi
melibatkan suatu sistem didalam tubuh yang disebut sistem reproduksi. Sistem Reproduksi
merupakan suatu sistem dimana sangat berperan penting dalam proses pengembangbiakan
makhluk hidup. Sistem Reproduksi memiliki pengertian yaitu seluruh organ yang ada
didalam tubuh manusia yang berguna/berfungsi untuk menghasilkan keturunan atau
melestarikan jenisnya agar tidak terjadi kepunahan. Karena manusia bereproduksi secara
seksual maka hal tersebut melibatkan penyatuan dua sel kelamin. Sel kelamin dibentuk dalam
organ reproduksi yang melibatkan kelenjar dan saluran kelamin.
Interaksi antara organ reproduksi, kelenjar dan saluran kelamin merupakan proses yang
terjadi di dalam sistem reproduksi. Pada wanita dan pria pun memiliki organ reproduksi yang
berbeda. Contoh kecilnya adalah pada wanita, organ kopulasinya adalah vagina, sedangkan
organ kopulasi pria adalah penis. Pada sistem reproduksi ini juga terdapat organ reproduksi
primer yaitu sepasang testis pada pria dan sepasang ovarium pada wanita. Gonad (kelenjar)
yang matang berfungsi untuk menghasilkan gamet atau berperan dalam proses gametogenesis
dan juga menghasilkan hormon seks. Setelah gamet di produksi, ia akan keluar melalui
saluran reproduksi.
Seiring berkembangnya zaman dan makin canggihnya teknologi yang ada di dunia,
manusia berhasil menciptakan dan mengembangkan reproduksi bayi tabung untuk mengatasi
masalah pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak. Namun, selain itu banyak juga
penyakit-penyakit ataupun kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada sistem reproduksi.
Berbagai penyakit ini tentunya harus kita cegah dengan mengetahui dan mengetahui anatomi
dan juga fisiologi sistem reproduksi yang kita miliki. Sebelum mengetahui fisiologinya,
alangkah baiknya jika kita memahami bagian-bagian atau anatomi dari organ reproduksi
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah pada materi ini adalah sebagai berikut :
1) Apakah yang dimaksud sistem reproduksi?
2) Apakah yang dimaksud sistem reproduksi pria?
3) Apa saja organ genitalia eksternal pada pria?
4) Apa saja organ genitalia internal pada pria?
5) Bagaimana proses spermatogenesis terjadi?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui dan lebih memahami tentang sistem reproduksi.
2) Untuk mengetahui tentang sistem reproduksi pria.
3) Untuk mengetahui anatomi dari organ genitalia eksternal pria.
4) Untuk mengetahui anatomi dari organ genitalia internal pria.
5) Untuk mengetahui proses terjadinya atau pembentukan sperma.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Reproduksi


Reproduksi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk melahirkan keturunan.
Reproduksi juga dapat diartikan sebagai suatu proses dimana materi genetis suatu sel
membelah diri menjadi banyak (mitosis) guna memperbaiki sel-sel yang rusak seperti kulit,
hati sumsum tulang dll serta suatu proses dimana materi genetis diturunkan dari suatu
generasi ke generasi berikutnya sehingga keadaan suatu spesies dapat dipertahankan
(Meiosis). Sedangkan, sistem reproduksi merupakan salah satu komponen sistem tubuh yang
penting meskipun tidak berperan dalam proses homeostatis dan esensial bagi kehidupan
seseorang. Bagi manusia dan juga makhluk hidup lainnya reproduksi memiliki tujuan agar
suatu jenis makhluk hidup tidak mengalami kepunahan. Manusia bereproduksi dengan cara
seksual. Namun, organ reproduksi yang dimiliki antara perempuan dan laki-laki berbeda.

2.2 Pengertian Sistem Reproduksi Pria


Sistem reproduksi pria merupakan sistem yang mengatur perkembangbiakan pada pria.
Alat reproduksi pria ini sendiri mulai dapat berfungsi sejak masa puber.(kurang lebih 14
tahun hingga tua). Sistem reproduksi pria tersusun dari orgab-organ yang terletak di luar
tubuh (Eksternal) maupun di dalam tubuh (Internal). Adapaun organ-organ eksternalnya
adalah penis, dan skrotum. Sedangkan organ internalnya adalah testis, saluran reproduksi dan
kelenjar kelamin.

2.3 Genitalia Ekternal pada Pria


Adapun beberapa genitalia eksternal pada pria, yaitu :
A. Penis
Penis dari bahasa latin artinya ekor, akar katanya sama dengan phallus, yang
berarti sama. Penis merupakan alat kelamin pria yang berfungsi secara biologis
adalah alat pembuangan sisa metabolisme berwujud cairan (urinasi) dan sebagai
alat bantu reproduksi. Penis juga berfungsi sebagai organ kopulasi. Kopulasi
adalah hubungan kelamin antara pria dan wanita yang bertujuan untuk
memindahkan semen (sperma) ke saluran kelamin wanita. Kulit penis ini tipis dan
tidak berambut kecuali bagian dekat akar organ.
Penis terdiri dari jaringan-jaringan otot, jaringan spons yang lembut, pembuluh
darah dan jaringan saraf. Penis ini sendiri diselimuti oleh selaput tipis yang
nantinya akan dioperasi saat dikhitan/sunat. Penis berbentuk bulat panjang.
Penis terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a) Akar
Akar merupakan bagian penis yang menempel pada dinding perut,
biasanya pada bagian akar inilah terdapat rambut kemaluan.

3
b) Badan
Badan penis merupakan bagian tengah dari penis, bagian badan penis
ini sendiri terdiri dari 3 massa silindris yang berongga-rongga dan
banyak pembuluh darah, yaitu Dua Corpus Cavernosa Penis dan Satu
Corpus Spongiosum Penis yang membungkus uretra. Ketiga massa
tersebut diselimuti oleh jaringan fibrosa yang disebut tunica albuginea.
Jika terdapat rangsangan seksual, jaringan berongga tersebut akan terisi
penuh oleh darah yang mengakibatkan penis mengembang dan tegang,
yang disebut ereksi.
c) Glans Penis
Glans Penis merupakan ujung penis yang berbentuk seperti kerucut.
Pada glans penis ini sendiri banyak mengandung ujung-ujung saraf
sensoris. Glans penis tertutup oleh lipatan kulit lnggar prepusium
(kulup), kecuali diangkat melalui sirkumsisi (khitan). Prepisium
membentang mulai dari korona menutupi glans penis. Lubang uretra
(saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di glans penis).
Pada penis yang telah dikhitan dan yang belum dikhitan terdapat perbedaan
diantara keduanya, yaitu:
Pembeda Telah dikhitan Belum dikhitan
Tanpa kulup, kulit kepala Kulup mewakili
penis, yang biasanya lembap setidaknya sepertiga dari kulit
karena selaput lendir, menjadi penis. Kulup berfungsi
kering dan semakin menebal jauh melindungi kepala penis dari
sebagai tanggapan perlindungan abrasi dan kontak langsung
diri dari kontak terus-menerus. dengan pakaian.
Bagian paling sensitif dari penis Kulup juga meningkatkan
sekarang adalah bekas luka sunat. gairah seksual dengan
Perubahan ini bisa menggeser atas dan bawah
Sensitivita mengakibatkan sensitivitas pada batang, merangsang
s menurun selama hubungan kelenjar dengan bergantian
seksual, terutama dari “reseptor menutup dan mengeksposnya.
saraf sentuhan,” yang sangat Hal ini dapat terjadi selama
responsif terhadap sentuhan masturbasi atau hubungan
ringan. Di sisi lain, berkat seksual.
insensitivitas dari penebalan kulit
kepala penis setelah sunat, Agan
mungkin akan dapat menunda
orgasme hingga 20 detik lebih
lama.
Kebersihan Tidak adanya kulit kulup Pada kepala penis, ada
akan menghemat waktu saat kelenjar yang memproduksi
membersihkan tubuh, walaupun cairan, disebut smegma.
tidak scara signifikan. Namun, Ketika kepala penis tidak
beberapa wanita mungkin merasa rutin dibersihkan, cairan ini
lebih ‘bersih’ saat berhubungan menumpuk bersama sel kulit
seks dengan pria yang disunat. mati, bakteri, kuman, kadang
juga pasir dan kotoran

4
sehingga memproduksi bau
tidak sedap dan bisa
mengiritasi kulit,
menyebabkan peradangan
atau bahkan infeksi baik pada
kulup atau kelenjar.
Centers for Disease Control Ketika seorang pria tidak
and Prevention (CDC) disunat, uap air dapat terjebak
menemukan bahwa secara medis antara penis dan kulup,
sunat laki-laki bisa membantu menciptakan lingkungan yang
mengurangi risiko tertular HIV ideal bagi bakteri untuk
dan beberapa infeksi lainnya berkembang biak.
menular seksual (IMS) serta Pria yang tidak disunat juga
masalah kesehatan lainnya pada lebih mungkin untuk
pria saat berhubungan seks menularkan setiap infeksi
vaginal. Sunat mengurangi risiko yang mereka miliki, termasuk
infeksi HIV sebesar 50 persen infeksi ragi, infeksi saluran
menjadi 60 persen, dan kencing (ISK), dan penyakit
mengurangi 30 persen risiko kelamin (terutama HPV dan
herpes tertular dan virus papiloma HIV), misalnya herpes
manusia (HPV), dua patogen genital, bisul genital,
diyakini menyebabkan kanker chancroid, dan sifilis. Penis
penis (sunat bayi memberikan yang tidak disunat juga
Kesehatan
perlindungan dari kanker penis, menempatkan cewe mu pada
yang hanya terjadi di kulup), risiko penyakit kelamin,
pedoman CDC mencatat.  dengan kejadian herpes
genital, Trichomonas
vaginalis, bacterial vaginosis,
HPV menular seksual (yang
menyebabkan kanker
serviks), dan
mungkin klamidiahingga lima
kali lebih banyak daripada
wanita yang memiliki
pasangan seks yang telah
disunat. Pria yang tidak
disunat memiliki 2-8 kali
lipat risiko HIV lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-
laki yang disunat.

Adapun kelainan pada penis sebagai berikut:


a) Inconspicous Penis
Kelainan ini merupakan kelainan pada penis yang memiliki
penampakan kecil, padahal sebetulnya berukuran normal. Pada kelainan,
penis dalam kondisi terbenam, dan penyebabnya salah satunya adalah
obesitas. Pada keadaan ini, kulit disekitar penis menebal sehingga
menutupi batang penis. Kelainan ini dapat diatasi dengan melakukan

5
pembedahan membuka dan membuang lapisan kulit yang menutupi
penis.
b) Hipospadia
Kelainan bawaan lahir pada anak laki-laki dengan ciri letak abnormal
lubang kencing tidak diujung kepala penis, namun berada lebih bawah
atau lebih pendek daripada letak seharusnya. Anak yang memiliki
kelainan hipospadia memiliki bentuk batang penis yang melengkung,
dan disekitar lubang kencing abnornal terbentuk jaringan fibrosa (ikat)
yang menarik dan mengerutkan kulit sekitarnya.
c) Mikropenis (Penis berukuran kecil)
Terjadi jika panjang penis kurang dari 2 cm untuk anak yang baru
lahir (bukan prematur), tanpa disertai kelainan struktural penis lain.
Adapun penyebabnya, faktor hormonal sejak masih di kandungan. Oleh
karena itu, kelainan ini bisa diketahui sejak bayi dalam kandungan
dengan USG, namun baru bisa ditangani ketika bayi lahir drnga
memberikan hormon menjelang puber.
d) Kurvatura Penis (Penis yang bengkok)
Kelainan ini dapat disebut juga kelainan yang berdiri sendiri. Arah
bengkok bisa kebawah, keatas ataupun kesamping. Jika menyebabkan
keluhan seperti nyeri, kesulitan berkemih, ataupun gangguan ereksi.
e) Fimosis
Kelainan yang terjadi jika kulit luar penis menutupi muara saluran
kencing yang terdapat pada glans penis. Hal ini menyebabkan hambatan
aliran berkemih dan kulit penis berkembang seperti balon. Fimosis masih
dianggap normal hingga anak berusia 3 tahun, namun jika menyebabkan
infeksi ataupun infeksi atau keluhan, kelainan ini memerlukan
penanganan lebih lanjut.

B. Scrotum
Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang
membungkus testis atau buah zakar.
Skrotum terletak di antara penis dan anus serta di depan perineum. Skrotum
berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum
kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot
polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga
dapat mengerut dan mengendur. Dinding skrotum tidak mengandung lemak
subkutan dan rambut, tetapi mengandung sedikit otot. Di dalam skrotum juga
tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang
disebut otot kremaster. Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur
atau mengencang sehingga testis menggantung lebh jauh dari tubuh( dan suhunya
menjadi dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi hangat).
Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu
lingkungan yang memiliki suhu 1-8oC lebih dingin dibandingkan temperature
rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh

6
sistem otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk
memanasi testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih
dingin. Pada manusia, suhu testis sekitar 34°C. Pengaturan suhu dilakukan
dengan mengeratkan atau melonggarkan skrotum, sehingga testis dapat bergerak
mendekat atau menjauhi tubuh. Melindungi testis dan epididimis dari cedera fisik.
Adapun kelainan yang biasanya terjadi pada scrotum adalah sebagai berikut:
a) Varikokel
Saat kita terlalu lelah berlari atau berjalan, beberapa orang melarang
kita untuk menekuk kaki karena takut varises. Varises adalah
pembengkakan pada vena yang akhirnya muncul dan bisa teraba oleh
kulit. Nah, kasus varises ternyata terjadi juga di testis, saat vena
membengkak, testis akan alami varikokel yang berbahaya. Varikokel
harus segera diatasi karena bisa membuat testis mengecil. Saat testis
mengecil, sperma yang dihasilkan akan jauh lebih kecil dan berpeluang
menyebabkan infertilitas.
b) Hidrokel
Hidrokel adalah penumpukan cairan berair yang tidak menyakitkan
di sekitar satu atau kedua testis, yang menyebabkan skrotum atau area
selangkangan membengkak. Pembengkakan ini mungkin tidak enak
dipandang dan tidak nyaman, tapi biasanya tidak menyakitkan dan pada
umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan hidrokel muncul saat lahir.
Antara 1 dan 2 persen bayi baru lahir mengalami hidrokel. Pada pria,
hidrokel biasanya mempengaruhi pria berumur lebih dari 40 tahun.
Hidrokel seringkali tidak menyebabkan gejala. Anda mungkin menyadari
adanya pembesaran skrotum. Gejala, ketika muncul, mungkin termasuk
nyeri, bengkak, atau merah pada skrotum atau perasaan tertekan pada
dasar penis. Hidrokel mungkin terjadi pada satu atau kedua sisi.
c) Massa skrotum
Massa skrotum kelainan dalam isi skrotum, kantong kulit yang
menggantung di belakang penis. Skrotum berisi dua testis dan struktur
terkait yang memproduksi, menyimpan dan transportasi sperma dan
hormon seks pria. Sebuah massa skrotum mungkin akumulasi cairan,
pertumbuhan jaringan abnormal, atau isi normal skrotum yang telah
menjadi bengkak, meradang atau mengeras.
Massa skrotum harus diperiksa oleh dokter, bahkan jika tidak
mengalami sakit atau gejala lain sekalipun. Massa skrotum bisa menjadi
kanker tumor atau kondisi lain yang mempengaruhi fungsi dan kesehatan
testis. Pemeriksaan diri dan dokter biasa ujian dari skrotum adalah
penting untuk segera pengakuan, diagnosis dan pengobatan dari massa
skrotum. 
Tanda dan gejala dari massa skrotum bervariasi, tergantung pada
sifat dari kelainan. Dalam beberapa kasus, satu-satunya tanda mungkin
adanya benjolan di dalam skrotum yang dapat Anda rasakan dengan jari-
jari anda.

7
d) Kista di sekitar skrotum
Kista di sekitar skrotum (kantung kemaluan) dapat terjadi pada
semua usia, tetapi paling sering terjadi pada pria berusia 40 tahun keatas.
Ketika ukurannnya masih kecil, biasanya dokter tidak melakukan
tindakan karena pertumbuhan kista tersebut dianggap tidak berbahaya.
Namun, kista yang sudah besar justru lebih menyakitkan dan
mengganggu, dan harus diangkat dengan operasi. Pria bisa merasakan
adanya kista di sekitar skrotum testis saat meraba bagian tersebut. Kista
ini seperti benjolan, rasa nyeri di testis dan pembuluh vena terasa tegang
saat disentuh. Kista ini berisikan cairan jenih dan tidak berwarna.
e) Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada kedua sisi testis, atau hanya satu sisi
saja, sehingga menyebabkan pembengkakan, rasa nyeri dan demam.
Orkitis dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri dan virus. Jika
disebabkan oleh virus, orkitis bisa disembuhkan dengan antibiotik.
Gejalanya berupa pembengkakan testis, testis terasa berat, demam,
sekresi penis dan rasa sakit saat melakukan hubungan seks, kencing atau
ejakulasi. Dalam kasus ekstrim, darah bisa keluar dari air mani.
Mengobati orkitis bisa dilakukan dengan suntikan. Untuk pencegahan
bisa menggunakan kondom karena penyakit ini bisa timbul karena
melakukan hubungan seksual berisiko.

2.4 Genitalia Internal Pada Pria


Adapun organ genitalia interna pada pria sebagai berikut:

A. Testis
Testis adalah organ kelamin dalam pria berbentuk oval yang terletak di dalam
skrotum. Testis berjumlah sepasang dan berfungsi untuk menghasilkan sel kelamin jantan
(spermatozoa) dan hormon seks testosteron. Testis terletak di dalam skrotum yang merupakan
organ berugae (memiliki lipatan kulit), berfungsi untuk menjaga suhu testis agar
spermatogenesis dapat tetap berlangsung. Jika Suhu rendah (dingin) maka skrotum akan
berkerut dan mendekat ke arah tubuh, sedangkan jika suhu tinggi, maka skrotum akan
mengendur, menjauh dari tubuh.
Tempat pembentukan sperma dalam testis adalah tubulus seminiferus. Kemudian
terdapat pintalan-pintalan tubulus seminiferus yang terdapat di dalam ruang testis yang
disebut lobulus testis, satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis.
Karena letaknya berada di dalam skrotum yang menggantung di luar tubuh,
menyebabkan testis tidak memiliki perlindungan otot dan tulang. Hal ini membuat testis
rentan untuk tertendang, terpukul, atau tertindih. Biasanya, kaum pria mengalami cedera pada
testis ketika berolahraga.
Fungsi testis bisa terganggu pada saat terjadi pembengkakan atau nyeri di bagian testis.
Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, meliputi:

a) Penyakit menular seksual, seperti chlamydia.

8
b) Cedera pada testis, seperti ditendang atau dipukul.
c) Varikokel, yaitu pembengkakan di pembuluh darah vena yang mengalirkan
darah keluar dari testis.
d) Kanker testis.
e) Penimbunan cairan pada area yang mengelilingi testis, kondisi yang dikenal
dengan istilah hidrokel.
f) Torsio testis
Testis memiliki saluran (korda spermatika) yang berfungsi mengalirkan darah ke
daerah ini. Ketika saluran tersebut berposisi tidak normal, misalnya bengkok atau
terpelintir, maka aliran darah ke testis pun terhambat. Kondisi inilah yang disebut
dengan torsio testis. Salah satu gejalanya adalah nyeri hebat yang timbul tiba-tiba
pada testis. Torsio testis sangat berbahaya, sebab bila terjadi selama beberapa jam saja
dapat menyebabkan jaringan di testis mati dan berisiko menyebabkan kerusakan
permanen pada testis. Kondisi yang biasanya dialami oleh remaja laki-laki usia 12-16
tahun. Meskipun demikian, bayi atau laki-laki yang usianya lebih dari itu juga dapat
mengalami kelainan ini.
Kelainan pada testis tidak bisa dianggap sepele, karena dapat menyebabkan
penyakit serius, meliputi gangguan hormon, masalah seksual, dan infertilitas. Untuk
menjaga agar testis tidak mengalami penyakit, gangguan, atau cedera, ada beberapa
hal yang dapat Anda lakukan. Di antaranya adalah menggunakan kondom saat
berhubungan intim untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, memakai
alat pelindung tubuh yang sesuai saat berolahraga, dan mendapatkan vaksin MMR.
Vaksinasi MMR dapat mencegah radang testis akibat infeksi virus.

B. Epididimis
Adalah organ kelamin dalam pria berbentuk saluran berkelok kelok yang terletak di
dalam skrotum, diluar testis. Epididimis berbentuk seperti huruf C. Setiap testis memiliki satu
epididimis sehingga jumlahnya sepasang.
Epididimis berfungsi dalam pengangkutan, penyimpanan, dan pematangan sperma.
Sebelum masuk epididimis, sperma tidak memiliki kemampuan untuk bergerak dan belum
subur, namun setelah epididimis menjalankan fungsinya, sperma sudah subur dan mampu
bergerak walaupun belum sempurna. Setelah dari epididimis sperma akan masuk ke vas
diferens, lalu disalurkan menuju vesikula seminalis.Dalam strukturnya, epididimis terdiri
dari caput (kepala), corpus (badan), cauda (ekor).
Ada beragam penyakit yang bisa menyerang epididimis, beberapa di antaranya adalah:
a) Epididimitis
Epididimitis merupakan peradangan epididimis yang disebabkan oleh infeksi
bakteri atau penyakit menular seksual. Kondisi ini bisa terjadi pada pria dari segala
usia, namun umumnya pada pria berusia antara 14 sampai 35 tahun. Sebagian besar
penyakit epididimitis disebabkan oleh adanya infeksi prostat. Namun kondisi ini
juga bisa terjadi karena pengaruh penyakit tuberkulosis atau akibat cedera pada
pangkal paha.
b) Kista epididimis

9
Kista epididimis (spermatocele) merupakan kista berisi cairan yang terbentuk
di dalam saluran epididimis. Penyebab kista epididimis masih belum diketahui.
Namun, kemungkinan kondisi ini disebabkan oleh sumbatan dalam saluran
epididimis.
c) Epididimo
Epididimo adalah peradangan yang terjadi di epididimis karena infeksi,
terutama infeksi saluran kemih atau infeksi menular seksual. Epididimo ditandai
dengan pembengkakan dan rasa sakit pada skrotum.

C. Vas Deferens
Duktus deferens atau vas deferens adalah tabung yang dilewati sperma ketika
meninggalkan epididimis. Pada satu ujung, vas deferens menempel epididimis sedaangkan
ujung lainnya berada dalam kelenjar prostat. Setiap dua tabung memasuki perut, melewati
kandung kemih, kemudian bersama sama dengan duktus dari vesikula seminalis, bergabung
dengan duktus ejakulatori. Sebelum memasuki saluran ejakulatori, duktus deferens
membesar, membantuk daerah yang disebut ampula. Sperma disimpan dalam duktus deferens
sampai kontraksi peristaltik otot polos disekitar duktus mendorong sperma kedepaan selama
ejakulasi. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis
menuju kantung semen atau vesikula seminalis.
Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis
menuju kantung semen atau vesikula seminalis.
Adapun kelainan pada vas deferens ini adalah Saluran sperma yang rusak. Tabung yang
membawa sperma bisa rusak akibat penyakit atau cedera. Beberapa pria sejak lahir
mengalami penyumbatan pada saluran testis yang menyimpan sperma atau penyumbatan
pada salah satu tabung yang membawa sperma keluar dari testis (vas deferens).

D. Vesikula Seminalis
Yaitu organ berupa saluran berbentuk tabung berjumlah sepasang di kanan dan kiri
tubuh. Vesikula Seminalis memiliki panjang sekitar 5 – 10 cm .Dikenal juga dengan istilah
kantung semen atau kantung mani, merupakan salah satu kelenjar asesori pada organ
reproduksi pria, berjumlah sepasang dengan bentuk yang berlekuku lekuk dan terletak di
belakang bawah kantung kemih (vesika urinaria). Saluran pada masing masing vesikula
seminalis bersatu dengan duktus deferens pada sisinya untuk membentuk duktus
ejakulatorius. Bersama dengan kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretralis, sebelum ejakulasi
ketiga kelenjar ini akan mensekresikan mucus bening yang menetralkan setiap urin asam
yang masih tersisa dalam uretra agar sperma tetap dapat hidup. Selama proses ejakulasi
sekitar 2-4 ml semen dikeluarkan dan setiap ml semen mengandung lebih dari seratus juta sel
sperma. Secara histologis, vesikula seminalis dapat dikenali dengan bagiannya yang berliku
liku, epitel bertingkat dan kubus pada lamina basalisnya. Panjang kelenjar ini sekitar 5cm.
Hasil sekresi vesikula seminalis adalah fruktosa yang berfungsi sebagai sumber energi
utama untuk sperma yang terletak sentral dan terkadang menunjukkan adanya beberapa
vakuola dan granula. Pada tingkat mikroskop elektron, terlihat mikrovili yang melapisi
lumen, sejumlah besar mitokondriia yang terpencar, retikulum endoplasma kasar dan suatu
kopleks golgi yang besar supranuklear yang mencolok. Granula granula dan vakuola vakuola
10
sekresi yang terpencar merupakan struktur dikeluarkan, prostaglandin yang diperkirakan
merangsang kontraksi otot polos di saluran reproduksi pria dan wanita sehingga sperma lebih
mudah dipindahkan dari tempat penyimpanan di pria ke tempat pembuahan di oviduktus
wanita dan fibrinogen yeng merupakan suatu pengkursor fibrin dan membentuk jaringan
bekuan. Selain itu, vesikula seminalis juga menghasilkan protein, enzim pengkoagulasi dan
asam askorbat, serta membentuk separuh semen yang membantu menggelontor sperma ke
dalam uretra dan juga mengencerkan massa spermaa yang kental sehingga motilitas sperma
meningkat.
Cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar ini memiliki pH 7,3. Kira-kira 60% dari
tbouotal volume sperma terbentuk dari vesikula seminalis. Kelenjar ini mengandung
mukus,fruktosa, asam askorbat, protaglandin dan enzim pengkoagulasi. Kantung mani dan
vas deferens serta kelenjar prostat menyatu membentuk saluran ejakulasi. yaitu organ berupa
saluran berbentuk tabung berjumlah sepasang di kanan dan kiri tubuh. Vesikula Seminalis
memiliki panjang sekitar 5 – 10 cm. Vesikula Seminalis berfungsi untuk mensekresikan
cairan bersifat basa y (pH 7,3) mukus, vitamin, fruktosa (sebagai nutrisi bagi sperma),
protein, enzim, dan prostaglandin. Cairan dari vesikula seminalis ini merupakan 60% dari
seluruh volume semen. Vesikula Seminalis akan menyatu dengan vas deferens dan kelenjar
prostat untuk membentuk saluran ejakulasi.
Gangguan medis yang dapat terjadi pada Vesikula Seminalis adalah Seminal
vesikulitis atau spermatocystitis. Gangguan ini adalah inflamasi yang terjadi pada Vesikula
Seminalis.
Kondisi ini dapat terjadi karena infeksi bakteri. Gejalanya dapat berupa nyeri pada
penis, skrotum dan perut bagian bawah. Kondisi ini dapat disembuhkan dengan konsumsi
antibiotik.

E. Saluran Ejakulasi
Ejakulasi adalah proses dimana terjadinya pengeluaran semen oleh saluran
reproduksi pria. Sistem reproduksi pria terdiri dari beberapa organ yaitu sepasang testis, yang
berfungsi membentuk sel sperma dan hormon androgen, sepasang epididimis yang berfungsi
untuk menyimpan sel sperma, sepasang saluran bernama vas deferens, kemudian sperma
akan keluar dari vas deferens menuju duktus ejakulatorius, kemudian akan keluar melalui
uretra dan pada akhirnya akan keluar sebagai seuatu ejakulat. Sel sperma ini akan berada di
dalam cairan yang dinamakan semen yang diproduksi oleh beberapa kelenjar yaitu vesikula
seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretra (Cowper glands). Semen ini berfungsi
sebagai sarana transport sperma yang baik dan dengan adanya kandungan fruktosa dapat
berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi sel sperma. Kandungan prostaglandin di dalam semen
juga akan memicu kontraksi uterus yang pada akhirnya akan memudahkan transport sel
sperma ke dalam rahim untuk mencapai sel telur. Pada saat adanya rangsangan seksual,
maka penis akan terisi darah akibat stimulasi dari sistem saraf. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya ereksi pada penis. Orgasme pada pria ditunjukkan dengan proses ejakulasi. Proses
ejakulasi mengalami 2 fase, yaitu emisi dan ekspulsi. Pada proses emisi, kumpulan sel
sperma akan masuk melalui berbagai saluran seperti vas deferens, duktus ejakulatorius,
prostat, vesika seminalis, dan kelenjar bulbouretral untuk bercampur dengan semen. Semua
akan terjadi hingga semen berisi sel sperma akan terkumpul di uretra. Pada saat mencapai

11
uretra, akan terjadi fase ekspulsi dimana terjadi kontraksi ritmik yang akan menyebabkan
keluarnya cairan ejakulat dari penis. Pada saat ejakulasi, terjadi juga kontraksi pada otot
tubuh lainnya dan terjadi sensasi psikologis yang terjadi akibat rangsangan pada bagian otak
yang mengatur rasa puas ataupun kenikmatan. Setelah terjadi ejakulasi dan hilangnya
rangsangan seksual, maka penis akan kembali ke bentuk semula. Pada saat ini umumnya
terjadi periode refrakter dimana rangsangan seksual tidak akan menimbulkan respon ereksi.
Periode rekfrakter ini cenderung meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
Menurut Encyclopedia Britannica, fungsi utama dari saluran ejakulasi adalah untuk
menggabungkan sperma yang disimpan dalam ampula dengan cairan mani dan kemudian
mengangkut mereka ke prostat. Healthline juga menyatakan bahwa air mani mengalir melalui
saluran ejakulasi saat ejakulasi untuk keluar dari tubuh.
Terdapat beberapa gangguan yang dapat terjadi dari awal hingga terjadinya proses
ejakulasi. Adanya gangguan ereksi ataupun dinamakan disfungsi ereksi akan mempengaruhi
terjadinya ejakulasi. gangguan pada ejakulat ataupun semen juga dapat terjadi dimana kadar
semen ataupun parameter sel sperma, seperti jumlah, bentuk, maupun geraknya dapat
ditemukan kelainan hingga dapat terjadi infertilitas pada pria.  Gangguan pada proses
ejakulasi yang sering didengar adalah ejakulasi dini.

F. Kelenjar Cowper
Kelenjar cowper atau dalam bahasa ilmu biologinya BULBOURETRA. Bulbouretra
atau kelenjar cowper adalah sepasang eksokrin kecil yang merupakan bagian yang dimiliki
oleh pria untuk melakukan reproduksi. Kelenjar cowper terletak pada bagian belakang
samping bagian uretra dasar dan dibawah kelenjar prostat. Kelenjar cowper ini bertanggung
jawab untuk memproduksi cairan pra-ejakulasi dalam sistem reproduksi laki-laki. Kelenjar
cowper ini mudahnya member pelumas untuk memudahkan cairan sperma untuk keluar serta
juga sebagai pembersih bagi saluran pada laki-laki. Cairan ini transparan, tidak berwarna
namun juga kental. Cairan ini akan keluar dengan sendirinya saat terangsang, tapi tidak
sampai keluar banyak seperti cairan sperma, karena memang tugasnya adalah member
kemudahan sperma untuk keluar.
Fungsi dari kelenjar cowper atau bulbouretra, anatara lain:
1. Mengeluarkan cairan pra-ejakulasi yang berguna untuk membuat lingkungan di dalam
uretra menjadi lebih ramah untuk sperma saat keluar dan mempermudah dalam proses
reproduksi.
2. Mengeluarkan cairan pra-ejakulasi untuk mengurangi keasaman dalam uretra akibat dari
berlalunya urin. Tempat keluarnya sama urin dengan sperma namun saat sperma keluar
kelenjar inilah yang membersihkan sisa dari urin sehingga memudahkan untuk keluar.
3. Kelenjar cowper bertanggung jawab untuk produksi dan sekresi prostate specific antigen
( PSA ) yaitu enzim yang mencairkan air mani dan memmungkin sperma keluar dengan
mudah melalui uretra dan masuk ke bagian reproduksi wanita dengan mudah dan bebas.
4. Adanya enzim PSA ini dari kelenjar cowper mempermudah atau meningkatkan
kemungkinan pembuahan karena membantu melarutkan lendir serviks agar
memungkinkan sperma ke dalam rahim menuju sel telur.
Kelanjar Bulbouretra dapat dibagi menjadi bagian kepala dan ekor. Kelenjar ini
tersusun atas lobus glandular yang dihubungkan oleh serat fibrosa satu sama lainnya.

12
Diantara lobus lobus tersebut terdapat pori – pori kecil yang dikelilingi oleh epitel kolumnar.
Lobus yang saling berhubungan satu sama lain ini membentuk saluran yang panjangnya
sekitar 2,5 cm. Sel epitel yang melapisinya mempunyai nukleus yang kecil dan datar, serta
mempunyai sitoplasma yang bersifat basophilic.

G. Uretra
Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh.
Uretra berfungsi sebagai saluran pembuangan baik pada sistem kemih atau ekskresi maupun
pada sistem seksual. Pada pria, uretra berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran
pengeluaran air mani atau sperma. Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada
akhir penis. Uretra pada pria dibagi menjadi empat bagian, dinamakan sesuai dengan
letaknya, yaitu:
1. pars pra-prostatica, yaitu bagian yang berada sebelum kelenjar prostat.
2. pars prostatica, yaitu bagian yang berada di prostat. Di bagian ini ada bukaan kecil
untuk muara vas deferens.
3. pars membranosa, yaitu bagian yang berada di lateral dan memiliki panjang sekitar
1,5 cm. Di sana terdapat kelenjar bulbouretralis.
4. pars spongiosa/cavernosa, yaitu bagian yang melintas di corpus spogiosum dan
memiliki panjang sekitar 15 cm. bagian ini terdiri lagi menjadi 2 bagian, yaitu
a) Pars bulbosa, yaitu bagian bars spongiosa yang dilapisi oleh otot
bulbocavernosus.
b) pars pendulosa, yaitu bagian pars spongiosa yang tidak terlapisi otot.

2.5 Proses Spermatogenesis


Titik kulminasi aksi seksual laki-laki ditandai dengan ejakulasi (penyemprotan
semen/sperma). Cairan semen ni berwarna abu-abu kekuningan dengan pH 6,8-8,8. Volume
cairan sperma yang dikeluarkan saat ejakulasi adalah sekitar 1-10mL (rata-rata 3 mL) yang
mengandung 90% air dan 50-120 juta sperma/mL. Setelah ejakulasi, sperma mampu bertahan
hidup sekitar 24-72 jam salam saluran reproduksi wanita. Sperma dapat disimpan beberapa
hari atau dibekukan untuk disimpan lebih dari satu tahun.
Spermatogenensis merupakan proses pembentukan sel sprema yang terjadi di tubulus
seminiferus dalam testis. Proses spermatogenesis memerlukan waktu sekitar 74 hari. Adapun
tahapan dari spermatogenesis sebagai berikut:
A. Mitosis
Bermula dari sel induk sperma atau spermatogonium yang berkromosom diploid
(2n) yang terletak berdekatan dengan membran basalis tubulus seminiferus
berproliferasi melalui pembelahan secara mitosis dan berdiferensiasi menjadi
spermatosit primer (2n).
B. Meiosis
Setiap spermatosit primer akan membelah pada meiosis I, membentuk 2
spermatosit sekunder (n). Dari kedua spermatosit sekunder itu akan membelah lagi
pada meiosis II menjadi spermatid (n).
C. Spermiogenesis
Masing-masing spermatid (n) mengalami maturasi (pematangan) menjadi
spermatozoid (Sperma) berkromosom haploid (n). Sperma ini sendiri berukuran 60
mikrometer, terdiri atas Kepala, Leher dan Ekor.

13
a) Kepala Sperma
Kepala sperma memiliki nukleus dan dilapisi Akrosom yang
mengandung enzim untuk menembus ovum.
b) Leher Sperma
Pada bagian leher sperma mengandung mitkondria yang memproduksi
ATP untuk energi pergerakan.
c) Ekor Sperma
Ekor sperma menjadi alat gerak bagi sperma untuk menuju ovum.
D. Spermiasi
Pelepasan spermayang telah matang/dewasa ke lumen tubulus seminiferus,
menuju ke tubulus rekti (tubulus lurus), anyaman saluran testis (rete testis), dan
duktus eferen. Sperma selanjutnya akan disalurkan ke epididimis. Pergerakan sperma
tersebut disebabkan oleh kontraksi peristaltik otot saluran.

BAB III
PENUTUP

14
3.1 Kesimpulan
Maka dapat ditarik kesimpulan jika, sistem reproduksi memiliki andil yang sangat besar
dalam proses pelestarian makhluk hidup, sistem reproduksi manusia terbagi menjadi sistem
reproduksi wanita dan sistem reproduksi pria. Adapun organ-organ sistem reproduksi pria
terbagi menjadi dua bagian yaitu, Genitalia Eksterna dan Genitalia Interna.
Pada genitalia eksternal terdiri dari penis dan scrotum, dimana penis sendiri terdiri dari 3
bagian yaitu, akar, badan, dan glans penis. Pada badan penis terdapat 3 massa silindris yang
diselimuti jaringan fibrosa yang disebut tunica albuginea, yaitu Dua corpora cavernosa
penis dan Satu Corpus spongiosum penis. Scrotum merupakan kantung (terdiri
dari kulit dan otot) yang membungkus testis atau buah zakar. Skrotum terletak di
antara penis dan anus serta di depan perineum.
Pada genitalia interna terdiri dari testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis,
saluran ejakulasi, kelenjar cowper, dan uretra. Dimana hampir pada bagian-bagian tersebut
adalah tempat yang berperan dalam pembentukan sperma dan organ tersebut juga termasuk
organ yang sangat berbahaya bila sampai terjadi gangguan ataupun kelainan.
Spermatogenesis merupakan proses dimana sel sperma itu dibentuk atau dihasilkan.
Terdiri dari 4 tahapan, yaitu, tahap mitosis, meiosis, spermiogenesis dan spermisi. Proses ini
sendiri terjadi di tubulus seminiferus.

3.2 Saran
Maka dari itu, sangat diharapkan setelah mengetahui hal tersebut kita lebih bisa
mengetahui tentang betapa pentingnya sistem reproduksi tersebut, dan mulai dari sekarang
untuk menjaga sistem reproduksi milik kita, baik secara kebersihan maupun kesehatan.
Karena sistem reproduksi inilah kita dapat melestarikan keturunan. Selain itu, alangkah
baiknya bila teman-teman sekalian lebih memahami tentang sistem reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.softilmu.com/2015/05/Alat-Organ-Reproduksi-Pria-dan-Fungsi-Adalah.html

15
http://dosenbiologi.com/manusia/fungsi-kelenjar-prostat-dan-cowper

https://alodokter.com/mengenal-epididimis-dan-penyakit-yang-dapat-menyertainya

Irnaningtyas.2014.Biologi untuk SMA/MA kelas XII.Erlangga,Jakarta.


Prawirohartono, Slamet dan Sri Hidayati.2001.Sains Biologi.Bumi Aksara, Jakarta.

http://fungsi.info/fungsi-skrotum/ by iksan

https://doktersehat.com/pria-waspadai-kelainan-pada-skrotum-dan-testis/

https://hellosehat.com/penyakit/hidrokel/

https://health.detik.com/penyakit/d-1259990/massa-skrotum

https://doktersehat.com/waspada-penyakit-ini-menyerang-testis-pria/

https://www.softilmu.com/2015/05/Alat-Organ-Reproduksi-Pria-dan-Fungsi-Adalah.html

https://www.alodokter.com/fungsi-penting-testis-dan-risiko-yang-menyertainya

https://ritaelfianis.com/pengertian-fungsi-dan-kelenjar-cowper-bulbouretral/

file.upi.edu>JUR._PEND._BIOLOGI

https://umybiology.files.com

staff.ui.ac.id > users > tutinfik > material

LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai