Anda di halaman 1dari 47

HUBUNGAN RELATIVE FAT MASS DENGAN TINGKAT MEMORI

JANGKA PENDEK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN

PROPOSAL PENELITIAN

NUR ASIRAH

C131 16 012

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNUVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memori merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu

melalui proses penerimaan atau pengenalan (learning), penyimpanan

(retention) dan proses pengingatan kembali (remembering) sesuatu yang telah

lampau. Memori juga dianggap sebagai sumber dari pengetahuan seseorang

karena semua materi yang pernah diperoleh akan tersimpan didalam memori.

Seorang mahasiswa memerlukan kemampuan memori yang baik agar dapat

memudahkannya dalam mengingat materi perkuliahan yang telah diajarkan

(Iniche Tinta, 2019). Sehingga, tanpa kemampuan memori yang baik,

seseorang mahasiswa tidak akan mampu mengingat informasi dan

pengalaman yang pernah terjadi dalam hidupnya. Hal tersebut dapat

menyebabkan proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik (Nina

Kurniah et al., 2017). Sehingga, dapat dikatakan bahwa memori sangat

berkontribusi dalam memegang peranan penting dalam proses belajar

mahasiswa agar mampu memperoleh hasil belajar yang maksimal dalam

bentuk indeks prestasi belajar.

Memori dibentuk pertama kali dari memori jangka pendek yang

kemudian mengalami pengulangan secara terus-menerus sehingga

menghasilkan memori jangka panjang. Apabila terjadi perburukan pada


memori jangka pendek tentu juga akan mempengaruhi pembentukan memori

jangka panjang sehingga menyebabkan terjadinya penurunan dalam

kemampuan belajar (Putri, 2016). Salah satu kondisi yang dapat

mempengaruhi dalam proses pembentukan memori jangka pendek adalah

adanya peningkatan akumuluasi lemak pada tubuh. Peningkatan akumulasi

lemak tubuh tersebut sering dikaitkan dengan peningkatan kadar trigliserida,

kolesterol total dan low density lipoprotein (LDL) dan penurunan high density

lipoprotein (HDL). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

diperoleh hasil bahwa adanya peningkatan trigliserida dan rendahnya kadar

HDL berhubungan dengan memburuknya fungsi memori jangka pendek

seseorang (Fatma Adhayani, 2011)

Secara umum yang paling sering digunakan untuk menentukan

akumulasi lemak tubuh seseorang yaitu body mass index (BMI). Namun

akurasinya dianggap terbatas untuk memperkirakan persentasi lemak tubuh

karena perhitungannya hanya berdasarkan dua faktor yaitu tinggi badan dan

berat badan sehingga proporsi tulang, otot maupun lemak seseorang tidak

diperhitungkan. Sehingga, para ahli mulai merancang alternatif baru agar hasil

yang diperoleh dapat tepat menentukan akumulasi lemah tubuh seseorang

(Woolcott, 2018).

Relative fat mass (RFM) merupakan persamaan linear sederhana yang

dihitung berdasarkan rasio tinggi badan dan lingkar pinggang yang sekarang
ini dicanangkan sebagai alternatif untuk memperkirakan persentase lemak

seluruh tubuh seseorang. Berdasarkan data dari 3.456 pasien dewasa di

Amerika Serikat, pengukuran dengan menggunakan RFM cenderung

memperoleh hasil yang sesuai dengan pemindaian tubuh dengan

menggunakan dual-energy x-ray absorptiometry (DXA atau DEXA) yang

merupakan teknologi tinggi untuk mengukur jaringan tubuh, tulang dan

lemak. Selain itu apabila dibandingkan dengan BMI, RFM menunjukkan

akurasi diagnostik yang lebih baik dan konsisten untuk menilai obesitas yang

didefinisikan sebagai lemak tubuh (Woolcott, 2018).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

“Hubungan Relative Fat Mass dengan Tingkat Memori Jangka Pendek Pada

Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan relative fat mass dengan

tingkat memori jangka pendek pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan

Universitas Hasanuddin.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti adalah sebagai

berikut :
1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan relative fat mass dengan tingkat memori jangka pendek

pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

a) Untuk mengetahui distribusi relative fat mass pada Mahasiswa Fakultas

Keperawatan Universitas Hasanuddin.

b) Untuk mengetahui distribusi tingkat memori jangka pendek pada

Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.

c) Untuk mengetahui hubungan relative fat mass dengan tingkat memori

jangka pendek pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas

Hasanuddin.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Bidang Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan pendidikan Fisioterapi dan menambah informasi untuk

memperluas pengetahuan tentang pengukuran akumulasi lemak tubuh.

2. Bidang Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan teori dalam

mengembangkan dan merencanakan tindakan Fisioterapi dalam

mendeteksi risiko gangguan neurodegeneratif.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Memori Jangka Pendek

1. Definisi Memori

Memori adalah kemampuan seseorang untuk penyimpanan

pengetahuan yang dapat diingat kembali beberapa waktu kemudian. Selain

itu, memori termasuk dalam salah satu unsur utama dari fungsi koginitif

karena segala bentuk pembelajaran akan melibatkan memori. Dengan

adanya memori, seseorang akan dimungkinkan untuk memyimpan

informasi yang telah diterima. Apabila terdapat gangguan pada memori

maka mustahil bagi seseorang untuk merefleksikan dirinya sendiri karena

hal tersebut sangat bergantung pada suatu kesadaran yang saling

berkesinambungan dan hanya dapat terlaksana dengan adanya memori

(Hartono, 2015).

Dalam proses mengingat dan melupakan (remembering and

forgetting) tidak akan terlepas dari kegiatan belajar dan mengingat

(learning and memory). Kedua hal tersebut merupakan kunci keberhasilan

dalam proses kehidupan yang tidak dapat saling dipisahkan. Sehingga

apabila seseorang mempunyai daya ingat yang baik maka umumnya akan

mempunyai kemampuan belajar yang baik pula (Hartono, 2015).


Memori termasuk dalam bagian dari fungsi kognitif yang meliputi

beberapa fungsi (Hartono, 2015) sebagai berikut :

a) Fungsi reseptif, yang akan melibatkan kemampuan seseorang

untuk menerima informasi.

b) Fungsi memori dan belajar, berarti informasi yang telah diterima

akan disimpan dan dapat dipanggil kembali.

c) Fungsi berpikir, merupakan cara mengorganisasikan dan

mereorganisasikan informasi.

d) Fungsi ekspresif, merupakan infornasi yang telah diterima

kemudian diinformasikan dan digunakan.

Dalam sub pembahasan behavioral neurology terkait ilmu yang

menghubungkan antara struktur otak dan perilaku seseoranng terdapat

lima konsep yang termasuk dalam domain kognitif (Hartono, 2015)

yaitu :

a) Attention (perhatian)

b) Language (bahasa)

c) Memory (daya ingat)

d) Visuospatial (pengenalan ruang)

e) Executive function ( berupa fungsi perencanaan, pengorganisasian

dan pelaksanaan)
2. Klasifikasi Memori

a) Berdasarkan Jenis informasi yang akan diingat, memori terbadi atas 2

(Nevid, 2017) yaitu :

1) Memori Prosedural

Memori prosedural merupakan memori tentang bagaimana cara

melakukan sesuatu, seperti bagaimana mengendarai sepeda,

mengikat tali, menaiki tangga atau memainkan sebuah alat musik.

Memori jenis ini digerakkan tanpa upaya sadar dan melibatkan

keterampilan kinerja atau motorik yang tidak dapat dijelaskan

hanya dengan menggunakan kata.

2) Memori Deklaratif

Memori deklaratif atau biasa disebut dengan memori eksplisit

merupakan memori yang terkait dengan fakta dan informasi

pribadi yang memerlukan upaya sadar untuk membawanya ke

dalam pikiran. Memori deklaratif dapat dikelompokkan

berdasarkan dua jenis kategori (Nevid, 2017) yaitu:

(a) Berdasarkan jenis memori

(1) Memori semantik merupakan memori yang terkait fakta

dan informasi umum tentang dunia yang dapat berupa

ensiklopedia mental atau gudang infromasi didalam kepala.


Memori semantik masih bias terhapus namun akan diingat

lebih baik apabila digali dan dilatih secara terus-menerus.

(2) Memori episodik atau biasa disebut dengan memori

otobiografis merupakan memori yang terkait dengan

pengalaman pribadi yang membentuk kisah hidup.

(b) Berdasarkan jenjang waktunya

(1) Memori retrospektif merupakan memori yang terkait

pengalaman atau kejadian pada masa lalu dan informasi

yang telah diperoleh sebelumnya.

(2) Memori prospektif merupakan memori yang terkait

dengan hal-hal yang perlu dilakukan pada masa yang akan

datang seperti mengingat untuk meminum obat, membayar

tagihan tepat waktu dan lain-lain.

b) Berdasarkan Jangka waktu informasi yang dapat diingat (Fatma

Adhayani, 2011), dibagi menjadi :

1) Immediate memory

Immediate memory merupakan salah satu jenis memori yang

dapat dipanggil kembali setelah jangka waktu beberapa detik. Jenis

memori ini sangat tergantung pada atensi dan konsentrasi

seseorang. Adapun bagian otak yang berperan dalam memori ini

yaitu daerah asosiasi neokorteks dan prefrontal.


2) Recent memory

Recent memory merupakan jenis memori yang berkaitan

dengan recall memori setelah beberapa menit, jam ataupun hari.

Jenis memori ini dapat ditingkatkan dengan melakukan

pengulangan dan proses belajar. Bagian otak yang berperan adalah

lobus temporal medial yang berupa hipokampus dan amgidala, dan

dienchephalon berupa nucleus dorsomedial thalamus dan corpus

mamilare dari hipothalamus.

3) Remote Memory

Remote Memory merupakan jenis memori yang menunjuk

kepada recall kejadian yang telah terjadi beberapa tahun

sbebelumya seperti mengingat teman-teman sekolah yang lama.

Adapun struktur otak yang terlibat dalam remote memory adalah

korteks asosiasi kanan dan kiri.

c) Berdasarkan cara penyampaian infromasi yang diingat (Fatma

Adhayani, 2011), terbagi menjadi :

1) Memori verbal

Memori verbal merupakan jenis memori yang berkenaan

dengan proses belajar dan recall yang diperoleh dari bahasa.

2) Memori non verbal


Memori non verbal merupakan jenis memori yang

berhubungan dengan proses belajar dan recall infromasi yang

diperoleh dari visual, melodi, sensasi, bau maupun sentuhan

(Fatma Adhayani, 2011).

3. Bagian otak yang berfungsi untuk pembentukan memori

Area pada otak yang penting dalam pembentukan memori adalah

temporal, diencephalon, mamilarry bodies, dan sistem limbik. Adapun

neurontransmitter utama yang berfungsi dalam penyampaian impuls

memori yaitu asetilkolin berupa Nucleus basalis of Mynert dan glutamat

berupa N-methyl-D-aspartatate receptor (NMDA) (Arthur C Guyton,

1990).

a) Korteks Serebri

Bagian dari korteks serebri yang berfungsi adalah lapisan neuron

yang melapisi serebri. Adapun struktur histlogi neuron pada

permukaan serebri yaitu:

1) Granuler, berfungsi untuk mentransmisikan sinyal dalam jarak

yang pendek. Sebagian besar pada serebri terdiri dari granuler.

2) Fusiform, berfungsi sebagai output dan berhubungan dengan area

serebri yang lain.


3) Pyramidal, mirip dengan fusiform yang berfungsi sebagai output

yang berhubungan dengan area serebri yang lain.

Dalam pengelolahan suatu informasi menjadi suatu memori,

serebri akan saling berintegrasi antar area korteks. Daerah sensorik

primer yang meliputi sensasi spesifik berupa visual, somatik, dan

audiotorik. Sedangkan untuk daerah sensorik sekunder berperan

sebagai pengolah data data interpretasi yang diperoleh dari sensasi

primer.

b) Area Asosiasi

Area asosiasi merupakan area yang akan menerima dan

menganalisa sinyal dari area motorik, sensorik maupun subkorteks.

Adapun area asosiasi yang penting yaitu:

1) Area asosiasi parietal-occipitotemporal, yang terdiri dari area

koordinasi spasial tubuh, komprehensi bahasa, proses bahasa

visual, dan penanaman objek.

2) Area asosiasi prefrontal, yang berfungsi untuk mengolah informasi

dan melaksakana gerakan kompleks. Area ini akan menerima

informasi pre-analisis dari koordinasi spasial yang penting untuk

gerakan efektif. Selain itu, area ini juga sebagai tempat untuk

mengumpulkan infromasi yang masuk ke serebri untuk menjadi

memori jangka pendek.


3) Area asosiasi limbik, yang berfungsi dalam tingkah laku, mtivasi

dan emosi.

Gambar 1. Bagian otak yang berperan dalam memori

4. Tahapan dalam Proses Mengingat

Informasi yang masuk kedalam memori jangka pendek melalui

beberapa tahapan (Kenneth J. Malmberg et al., 2019) yaitu sebagai

berikut:
a) Rangsangan yang diterima oleh memori sensorik dengan jangka waktu

penyimpanan sekitar satu detik. Informasi tersebut diperhatikan dan

ditransfer kedalam memori jangka pendek, sedangkan informasi yang

tidak diperhatikan akan hilang dari penyimpanan.

b) Informasi yang diperhatikan akan tersimpan dalam memori jangka

pendek selama 15 - 30 detik. Lama penyimpanan tersebut dapat

ditingkatkan dengan melakukan pengulangan. Informasi yang bias

dipertahankan lebih lama dan diproses secara mendalam akan

ditransfer kedalam tahap penyimpanan selanjutnya yaitu memori

jangka panjang. Sedangkan yang tidak memiliki makna mendalam

akan terlupakan atau terhapus dari ingatan.

c) Tahap penyimpanan terakhir dari memori adalah memori jangka

panjang. Informasi yang telah disimpan dalam tahap ini adalah

informasi yang diproses secara mendalam dengan pemaknaan atau

dengan pengorganisasian. Informasi ini akan disimpan secara

permanen di dalam memori dan dapat di akses dengan mentransfer

kembali ke memori jangka pendek untuk dikeluarkan dalam

kesadaran. Namun kadang informasi tersebut tidak dapat diakses

kembali disebabkan karena proses penyandian yang kurang baik

maupun akibat kegagalan dalam proses pengambilan kembali.


Suatu memori berawal dari impresi sensorik. Stimulasi sensorik

tersebut akan ditangkap oleh reseptor tubuh yang kemudian dihantarkan

ke korteks sensoris primer. Rangsangan tersebut kemudian diteruskan ke

korteks sensorik sekunder dan berakhir di stasiun akhir asosiasi yang akan

menimbulkan respon terhadap stimulus yang mengenai daerah lebih luas

(Barrett et al., 2012).

Semua sistem sensorik korteks akan mempunyai hubungan timbal

balik secara langsung dengan amigdala. Hal tersebut menunjukkan peran

penting dalam asosiasi terkait berbagai memori yang dibentuk melalui

indera yang berbeda. Hipokampus dan amigdala akan mengirim serat

proyeksi ke talamus dan hiptalamus yang merupakan kumpulan nukleus

diensefalon. Diensefalon dan sistem limbik inilah yang akan membentuk

suatu sirkuit memori. Hipotalamus berperan sebagai sumber respon

emosional yang mempunyai hubungan timbal balik dengan amigdala.

Hipokampus pada memori spasial berperan sebagai penyaring untuk

stimulus sensorik yang telah mengalami proses di korteks serebri (Barrett

et al., 2012).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi memori jangka pendek

a) Umur

Beberapa penelitian telah dilakukan terkait perbedaan umur

dan memori. Pada tahun 1929, Willoughby mendokumentasikan


bahwa memori akan mulai menurun setelah seseorang berumur 20

hingga 70 tahun. Selain itu, menurut Ruch pada tahun 1934

menunjukkan bahwa memori akan menjadi lebih buruk daripada umur

34-59 tahun daripada anak umur 12-17 tahun. Beberapa penelitian

terdahulu juga diperoleh bahwa orang dewasa yang lebih muda apabila

dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih tua akan cenderung

mengguakan pencitraan atau membuat mnemonic verbal ketika

mencoba mengingat. Selain itu, faktor biologis lain seperti perubahan

neurotransmitter dan disfungsi vascular yang berhubungan dengan

umur juga telah dianggap berkontibusi pada perbedaan memori yang

berkaitan usia (Park & Festini, 2016).

b) Genetik

Terdapat beberapa penyakit yang dikarenakan faktor genetik

yang dapat mempengaruhi kognitif seseorang sehingga menyebabkan

suatu gangguan. Brain-derived neurotrophic factor (BDNF) terletak

pada kromoson 11 yang diekspresikan dalam berbagai jaringan dengan

kadar tinggi dalam system saraf pusat. Ketika terjadi penghambatan

maka akan meningkatkan kadar protein dan merangsang pertumbuhan

dan diferensiasi dari neuron. Oleh Karen itu, BDNF dapat terlibat

dalam berbagai fungsi kognitif berupa belajar dan memori (Avgan et

al., 2017).
c) Emosi

Emosi merupakan faktor lain yang memengaruhi memori.

Seseorang akan cenderung lebih muda mengingat peristiwa atau

kejadian yang menyentuh perasaan, menarik, menakjubkan, bahkan

yang menakutkan dan menggangu emosi akan lebih mudah untuk

diingat. Adanya sugesti berupa rasa takut, cemas, ragu-ragu, gugup,

minder, malu juga akan memengaruhi memori. Maka apabila

seseorang yang mengalami kecemasan dan gugup ketika mengahadapi

ujian maka akan mengakibatkan hilangnya semua materi yang telah

dipelajari (Lilik Sriyanti, 2013).

d) Nutrisi

Menurut Moriris et al., tahun 2015, Diet yang sering dilakukan

oleh orang barat adalah kaya akan lemak jenuk dan karbohidrat.

Konsumsi berlebihan dari diet tersebut akan berkontibusi terhadap

peluang terjadinya penurunan fungsi kognitif selain terjadinya

perkembangan obesitas. Makanan yang memiliki kandungan lemak

dan gula yang tinggi apabila dikonsumsi dengan jumlah yang

berlebihan maka akan menyebabkan perubahan pada otak yang terlibat

dalam proses belajar dan memori (Reichelt, Westbrook, & Morris,

2017)
Mekanisme neuroplastisitas yang mempengaruhi perubahan

kognitif dan perilaku yang ditinjau oleh Morin et al., terkait perubahan

neuron di hipokampus dan prefrontal cortex, yang merupakan bagian

otak yang penting dalam proses penyandian memori dan

mengendalikan perilaku (Reichelt et al., 2017).

e) Hormon

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menyatakan

bahwa hormon seperti estrogen yang diperoleh dari ovarium dapat

menjaga homeostatis pertumbuhan dan perkembangan seluruh organ

termasuk sel saraf pada otak dan berperan penting dsebagai

neuroprotektif dan memicu terjadinya sinaptogenesis didalam otak.

Ketika seorang wanita memasuki masa menopause maka akan terjadi

penurunan produksi estrogen yang akan mengganggu suplai nutrisi

untuk perkembangan sel saraf di otak akibatnya dapat mempengaruhi

fungsi kognitif, memori kelainan pada koordinasi dan perubahan mood

(Zulkarnain, 2015).

f) Trauma otak

Penurunan kemampuan belajar dan memori sering dilaporkan

sebagai konsekuensi dari traumatic brain injury (TBI). Penelitian yag

telah dilakukan menghasilkan bahwa TBI mempengaruhi berbagai


aspek dari memori. Proses memori yang rentan apabila seseorang

pernah mengalami TBI dilaporkan sangat mirip dengan pasien yang

mengalami kerusakan pada lobus frontal seperti kesulitan dalam

melakukan usaha dalam proses pembelajaran (Vakil, 2005).

6. Cara mengukur memori jangka pendek

Menurut Fitzgerald tahun 1991 (dalam Santrock, 2003), Cara

yang dapat dilakukan untuk mengukur memori jangka pendek

seseorang adalah dengan memberikan sederetan hal untuk diingat yang

sering disebut dengan tugas rentang memori (digit span memory).

Digit span memory merupakan tes WAIS yang dibuat oleh

David Wechler. Dalam tes ini terdapat dua jenis tes dalam digit span

yaitu digit span forward dan digit span backward (Kaufman, 2013).

a) Digit span forward (Tes Angka Maju)

Mulai dengan percobaan I dari seri ke tiga untuk semua subjek.

Dalam tiap seri, sebutkan angka secara acak dan bila sudah selesai

minta subjek mengulang angka yang telah disebutkan dari urutan

depan. Dalam tiap-tiap seri, bilamana subjek menirukan percobaan

I dengan benar, lanjutkan dengan seri selanjutnya. Bila subjek

gagal dalam percobaan I berikan percobaan II pada seri yang sama,

kemudian lanjutkan ke seri berikutnya bila subjek berhasil.

Percobaan II dari suatu seri hanya diberikan bilamana subjek gagal


dalam percobaan I. Hentikan sesudah gagal kedua percobaan

dalam suatu rangkaian. Nilai adalah jumlah angka dalam seri

terpanjang yang dikatakan kembali tanpa salah dalam percobaan I

dan percobaan II. Nilai tertinggi : sembilan.

Tabel 1. Seri percobaan I dan II untuk Digit span forward

Seri Percobaan I Percobaan II


3 3-8-6 6-1-2
4 3-4-1-7 6-1-5-8
5 8-4-2-3-9 5-2-1-8-6
6 3-8-9-1-7-4 7-9-6-4-8-3
7 5-1-7-4-2-3-8 9-8-5-2-1-6-3
8 1-6-4-5-9-7-6-3 2-9-7-6-3-1-5-4
9 5-3-8-7-1-2-4-6-9 4-2-6-9-1-7-8-3-5

b) Digit span backward (Tes Angka Mundur)

Mulai dengan menyuruh subjek untuk mengulang tiga angka

yang telah disebutkan dari urutan belakang, apabila subjek berhasil

lanjutkan dengan percobaan I dengan seri tiga angka. Bilamana

subjek tidak menjawab dengan benar atau tidak mengerti, berikan

jawaban yang benar dan contoh lain. Dalam tiap seri, sebutkan
angka secara acak dan bila sudah selesai minta subjek mengulang

angka yang telah disebutkan dari urutan belakang. Dalam tiap-tiap

seri, bilamana subjek menirukan percobaan I dengan benar,

lanjutkan dengan seri selanjutnya. Bila subjek gagal dalam

percobaan I berikan percobaan II pada seri yang sama, kemudian

lanjutkan ke seri berikutnya bila subjek berhasil. Percobaan II dari

suatu seri hanya diberikan bilamana subjek gagal dalam percobaan

I. Hentikan sesudah gagal ke dua perobaan dalam satu rangkaian.

Nilai adalah jumlah angka dalam seri terpanjang yang dikatakan

kembali tanpa salah dalam percobaan I dan percobaan II. Nilai

tertinggi: delapan.

Tabel 2. Seri percobaan I dan II untuk Digit span backward

Seri Percobaan I Percobaan II


2 2-5 6-3
3 5-7-4 2-5-9
4 7-2-9-6 8-4-9-3
5 4-1-3-5-7 9-7-8-5-2
6 1-6-5-2-9-8 3-6-7-1-9-4
7 8-5-9-2-3-4-2 4-5-7-8-2-8-1
8 6-9-1-6-3-2-5-8 3-1-7-9-5-4-8-2

Pemberian skor pada WAIS didasarkan pada kebenaran

jawaban dan waktu yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan

jawaban. Adapun hasil interpretasi dari skor tes tersebut akan

dijumlahkan dan disebut sebagai nilai raw score. Nilai raw score ini
kemudian diterjemahkan lagi sesuai dengan aturan sehingga menjadi

nilai scale score. Nilai scale score ini yang digunakan sebagai dasar

interpretasi hasil pada masing-masing subjek. Adapun interpretasi

hasil dari nilai scale score dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 3. Interpretasi Nilai Scale Score

Scale Score Keterangan

1-4 Sangat buruk


5-7 Buruk
8-12 Rata-rata
13-15 Baik
16-19 Sangat baik

B. Tinjauan Umum Relative Fat Mass

Beberapa indikator telah diteliti untuk memperkirakan persentase lemak

tubuh yang akurat dan diagnosis persentase lemak tubuh seseorang agar dapat

menjadi alternatif pengobatan yang efektif bagi orang yang berisiko. Secara

umum pengukuran yang sering digunkan untuk mendiagnosis akumulasi

lemak tubuh seseorang adalah BMI. Namun penggunaannya masih dianggap

memiliki akurasi diagnosis yang terbatas (J A Batsis et al., 2015). BMI

didefinisikan dengan persamaan berat badan dibagi dengan tinggi badan

kuadrat (kg/m2). Pengukuran BMI memiliki beberapa kekurangan dalam

mendiagnosis presentasi lemak tubuh seseorang, karena hanya didasarkan

pada tinggi dan berat badan sehingga secara tidak langsung mengukur

persentase berat secara keseluruhan. Selain itu, BMI tidak memperhatikan


perubahan yang terjadi seiring bertambahnya usia padahal prosporsi lemak

tubuh justru akan meningkat dengan bertambahnya usia akan tetapi perubahan

terkait penurunan massa otot justru juga akan terjadi. Beberapa individu yang

sudah lanjut usia seharusnya termasuk dalam kategori presentasi lemak yang

berlebih namun karena telah terjadi penurunan massa otot maka skor BMI-nya

termasuk dalam kategori rendah. Selain itu, orang yang seharusnya termasuk

dalam kategori dengan presentasi lemak yang kurang namun memiliki massa

otot yang tinggi justru terkadang akan memperoleh hasil BMI yang termasuk

dalam kategori tinggi (Putri, 2016). Oleh karenanya, ketika menentukan

persentasi lemak tubuh diperlukan pertimbangan yang baik dalam memilih

indikator yang tepat guna mengeliminasi faktor-faktor perancunya. Adapun

indeks antropometri lainnya yang dapat digunakan untuk memperkirakan

persentase lemak tubuh seseoramg yaitu indeks lemak tubuh (ILT), rasio

lingkar pinggang dan lingkar pinggul, dan triceps skinfold (Siti Nurokhman et

al., 2013).

Namun baru-baru ini, Wolcott et al (RFM) menyarankan sebuah

persamaan yaitu RFM yang merupakan persamaan linear sederhana yang

dihitung berdasarkan rasio tinggi badan dan lingkar pinggang yang telah

dicanangkan sebagai alternatif untuk memperkirakan akumulasi lemak seluruh

tubuh seseorang. Berdasarkan data dari 3.456 pasien dewasa di Amerika

Serikat, pengukuran dengan menggunakan RFM cenderung memperoleh hasil


yangs sesuai dengan pemindaian tubuh dengan menggunakan dual-energy x-

ray absorptiometry (DXA atau DEXA) yang merupakan teknologi tinggi

untuk mengukur jaringan tubuh, tulang dan lemak. Adapun dataset validisasi

terkait perbandingan kineja antara persamaan RFM dengan BMI untuk

prediksi presentase lamak tubuh di anatara peserta dewasa ( n=3.456)

(NHANES 2005-2006) sebagai berikut :


Gambar 2. Perbandingan kinerja RFM dengan BMI

Berdasarkan hasil penelitian tersebut terbukti bahwa RFM memiliki

tingkat akurasi yang lebih tinggi dan untuk tingkat pembiasannya yang lebih

rendah apabila dibandingkan dengan BMI. Selain itu, beberapa penelitian juga

memberikan hasil yang lebih akurat ketika memperkirakan presentasi lemak

tubuh seseorang dengan menggunakan indikator RFM di antara pria dan

wanita dengan dan tanpa sindrom down (Michael V. Fedewa et al., 2018).

Adapun persamaan akhir dari RFM (Woolcott, 2018) sebagai berikut :

Tinggi badan
Persamaan untuk wanita = 76 – (20 x ( ))
Lingkar pinggang

Tinggi badan
Persamaan untuk pria = 64 – (20 x ( ))
Lingkar pinggang

Atau

Tinggi badan
RFM = 64 – (20 x ( ) + (12 x Jenis Kelamin ))
Lingkar pinggang

Dalam persamaan tersebut : tinggi badan dan lingkar pinggang dinyatakan

dalam satuan meter dan untuk jenis kelamin yaitu 0 untuk pria dan 1 untuk

wanita.

Hasil dari persamaan tersebut dapat dilanjutkan dengan memasukkan data

hasil perhitungan ke dalam Interpretasi akhir RFM sebagai berikut :

1. Underfat, berarti menggambarkan keadaan tubuh seseorang yang memiliki

terlalu sedikit lemak pada tubuhnya.


2. Healthy, berarti menggambarkan keadaan tubuh seseorang yang memiliki

akumulasi lemak yang pada tubuhnya.

3. Overfat, berarti menggambarkan keadaan tubuh seseorang yang memiliki

terlalu banyak lemak pada tubuhnya.

4. Obese, berarti menggambarkan keadaan tubuh seseorang yang memiliki

sangat banyak lemak pada tubuhnya (Maffetone, 2017).

Gambar 3. Hasil interpretasi RFM

Saat akumulasi lemak tubuh seseorang berada di atas batas normal maka

hal tersebut akan meningkatkan kejadian obesitas yang justru akan menjadi

peluang untuk menjadi risiko penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus dan

penyakit degeneratif lainnya. Sebaliknya, apabila akumulasi lemak tubuh

seseorang berada di bawah batas normal maka hal tersebut juga akan

memberikan pengaruh negatif. Hal tersebut karena tubuh akan membutuhkan

lemak dalam menjalankan berbagai fungsinya seperti pelarut vitamin dan


penyusun hormon. Maka apabila persentase lemak tubuh seseorang terlalu

rendah juga akan menyebabkan berbagai pengaruh negatif.

C. Tinjauan Umum Tentang Hubungan Relative Fat Mass dengan Memori

Jangka Pendek

RFM merupakan suatu persamaan linear sederhana yang dihitung

berdasarkan rasio tinggi badan dan lingkar pinggang yang telah dicanangkan

sebagai alternatif untuk memperkirakan akumulasi lemak seluruh tubuh

seseorang (Woolcott, 2018). Adanya peningkatan akumulasi lemak pada

seseorang maka juga akan menyebabkan rendahnya kadar High Density

Lipoprotein (HDL) dan meningkatnya kolesterol total dan trigliserida (Fatma

Adhayani, 2011).

Lipoprotein yang ditemukan pada cerebrospinal fluid sangat mirip

dengan HDL plasma yang berbentuk sferis dan memiliki diameter 10-12 nm

dengan densitas berkisar 1,063-1,25 g/mL yang berfungsi untuk membawa

kolesterol. Seperti yang telah diketahui bahwa otak manusia mengandung 25

kolesterol dari keseluruhan kolesterol yang ada pada tubuh dan paling banyak

ditemukan pada membrane myelin,membrane neuron dan sel glia. Pada

neuron, kolesterol digunakan untuk synaptogenesis dan dapat masuk dalam

vesikel sinaps. Apabila terjadi kelebihan kolesterol maka akan dieliminasi ke

dalam plasma darah yang kemudian akan dikeluarkan dengan dikonversi

terlebih dahulu menjadi oxysterol (24S- dehydroxcholesterol) sebelum


dieliminasi ke dalam cerebrospinal fluid. Adanya gangguan pada

pembuangan oxystreol akan menyebabkan meningkatnya proses inflamasi di

neuron sehingga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi sinaptik yang

secara tidak alngsung juga akan mempengaruhi fungsi pengantaran inpuls

untuk disimpan dalam memori (Bjo & Meaney, 2004).

Kolesterol yang ada di sistem saraf pusat diperlukan untuk transmisi

neuron, mempertahankan plastisitas sinaps, dan pematangan sinaps. Sehingga

apabila terjadi gangguan pada metabolism lipoprotein HDL, maka akan

menyebabkan terjadinya perubahan komposisi membrane lipid yang akan

meningkatkan metabolism dari amyloid precursor protein (APP) sehingga

akan menghasilkan terjadinya peningkatan produksi amyloid β (Aβ)

monomer. Bentuk monomer Aβ ini merupakan chelator agent yang kuat

terhadap perpindahan prooksidan ion-ion logam. Hal tersebut akan memicu

timbulnya stress oksidatif yang nantinya akan menyebabkan oligomerisasi dan

agregasi dari Aβ. Secara keseluruhan, proses tersebut akan menggangu

pembentukan dan pematangan sinaps sehingga proses transmisi neuronal yang

berfungsi dalam pembentukan memori juga dapat mengalami gangguan

(Kontush & Chapman, 2008).

Kadar HDL juga berperan dalam metabolism Aβ melalui membentuk

ikatan dengan Aβ yang berlebihan dan mengeksresikannya ke dalam plasma

darah. Dengan demikian apabila terjadi kekurangan lipoprotein HDL dapat


menyebabkan gangguan pembuangan Aβ yang dapat meningkatkan

terbentuknya oligomerisasi dan agregasi Aβ serta juga berperan dalam

perburukan dungsi memori (Archana Singh-Manoux et al., 2008).

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan

hubungan trigliserida yang dapat menyebabkan pemburukan pada memori.

Penelitian tersebut menyatakan terdapat dua mekanisme sehingga trigliserida

dapat mempengaruhi fungsi memori. Pertama, ketika terjadi peningkatan

kadar trigliserida dalam darah maka hal tersebut dspat menyebabkan

terjaidnya peningkatan protein-protein karbonil yang merupakan suatu indeks

oksidasi protein dan kadar 4-hydroxynonenal (HNE) yang merupakan suatu

indeks oksidasi membrane lipid. Kedua hal tersebut merupakan zat

prooksidan yang dapat mencetuskan terjadinya oksidative stress di system

saraf pusat. Peningkatan reactive oxygen species (ROS) dapat mengubah

influx kalsium pada reseptor NMDA, sehinggga akan mengubah long term

potentiation pada sinaps di hipokampus dan akhirnya akan memberikan

dampak pada perburukan proses dalam belajar dan memori (Susan A. Farr et

al., 2008). Mekanisme kedua, kadar trigliserid yang tinggi dalam darah akan

meneybabkan terjadinya resisten leptin yang ditandai dengan memburuknya

transport leptin menuju BBB, sehingga mengakibatkan rendahnya kadar

leptin di cerebrospinal fluid. Padahal telah diketahui bahwa leptin berperan

dalam proses belajar dan memori (William A. Banks et al., 2004).


D. Kerangka Teori

Akumulasi lemak tubuh

Kolesterol
Trigliserida HDL total

Gangguan Pembuangan kolesterol


protein karbonil
transportasi dari sel neuron
dan kadar HNE bersamaan dengan
kolesterol ke
neuron inflamasi neuron

PERUBAHAN
RESISTEN OKSIDATIVE INFLAMASI
MEMBRAN
LEPTIN STRESS NEURON
LIPID

Bentuk agregasi
Aβ merupakan Produksi Aβ
prooksidan

GANGGUAN
MEMORI

Gambar 4. Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Variabel Variabel Variabel


Independen antara Dependen

Relative Merokok
Akumulasi Memori
fat mass Konsumsi
lemak jangka
tubuh pendek alkohol
Trauma Otak
Tumor Otak

Variabel
Kontrol

Keterangan : Kriteria Inklusi


dan kriteria
------- : Variabel perancu
ekslusi

Gambar 5. Kerangka Konsep

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka terdapat hipotesis penelitian

bahwa terdapa hubungan relative fat mass dengan tingkat memori jangka

pendek pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan

pendekatan cross sectional. Dalam penggunaan pendekatan ini, pengukuran

variable terikat (relative fat mass) dan variable bebas (tingkat memori jangka

pendek) yang dilakukan secara stimulan dan tidak dilakukan follow up.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Keperawatan Universitas

Hasanuddin.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada bulan Januari-Februari 2020.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Populasi target

penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas

Hasanuddin tahun ajaran 2019-2020

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari keseluruhan objek yang diteliti serta

dapat mewakili populasi. Dalam Penelitian ini, sampel diambil


menggunakan probability sampling yaitu purpossive sampling karena

tidak semua mahasiswa memiliki kesempatan untuk menjadi sampel,

terdapat kriteria-kriteria yang telah ditentukan peneliti. Adapun yang

menjadi sampel pada penelitian ini merupakan mahasiswa yang termasuk

kategori dalam relative fat mass.

Dengan pengambilan sampel purposive sampling maka perlu

diperhatikan kriteria-kriteria yang ditetapkan berupa kriteria inklusi dan

ekslusi sebagai berikut:

a) Kriteria inklusi

(1) Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin

(2) Bersedia mengikuti penelitian

(3) Relative fat mass termasuk underfat, healthy, overfat dan

b) Kriteria Ekslusi

(1) Menolak mengikuti penelitian

(2) Memiliki riwayat trauma atau tumor otak

(3) Mengonsumsi obat anti hiperkolesterolemia

Untuk menentukan jumlah sampel dilakukan dengan cara perhitungan

statistika yaitu dengan mengunakan rumus Slovin. Rumus ini digunakan

untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang telah diketahui

jumlahnya yaitu sebanyak 486 mahasiswa. Dalam penelitian ini,

digunakan tingkat keandalan sebesar 90% dan tingkat kelonggaran


ketidaktelitian sebesar 10%. Adapun rumus untuk menentukan sampel

adalah sebagai berikut:

N
n= 2
1+ N ( d)

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = presisi (margin of error dalam memperkirakan proporsi) misalnya

10% (0.1), 5% (0.05), 1% (0.01).

Sehingga berdasarkan rumus tersebut, maka besarnya penarikan

jumlah sampel penelitian yaitu:

N
n=
1+ N ( d )2

486
n= 2
1+ 486(0,1)

n = 82,94 dibulatkan menjadi 83 mahasiswa

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh besar sampel

minimal yang didapat berjumlah 83 mahasiswa. Namun, berdasarkan

pengkategorian RFM yaitu terdapat 4 kategori diaman untuk setiap

kategori akan diwakili oleh 21 mahasiswa. Sehingga total sampel yang

akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 84 mahasiswa.


D. Alur Penelitian

Pengambilan
Studi Identifikasi data awal
pendahulu masalah

Pengukuran RFM
Pengelolahan dan Tingkat Penentuan
data memori jangka sampel
pendek

Menyusun
Pengambilan laporan
Analisi data
data awal penelitian

Gambar 6. Alur Penelitian

E. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (variabel

bebas dan variabel dependen (variabel terikat):

a) Variabel independen: relative fat mass

b) Variabel dependen: tingkat memori jangka pendek

2. Definisi Operational Variabel

a) Relative fat mass merupakan persamaan linear sederhana yang

dihitung berdasarkan rasio tinggi badan dan lingkar pinggang yang

telah dicanangkan sebagai alternatif untuk memperkirakan akumulasi

lemak seluruh tubuh seseorang (Woolcott, 2018).


Pengukuran relative fat mass

Adapun persamaan akhir dari RFM (Woolcott, 2018) sebagai berikut :

Tinggi badan
Persamaan untuk wanita = 76 – (20 x ( ))
Lingkar pinggang

Tinggi badan
Persamaan untuk pria = 64 – (20 x ( ))
Lingkar pinggang

Atau

Tinggi badan
RFM = 64 – (20 x ( ) + (12 x Jenis Kelamin ))
Lingkar pinggang

Dalam persamaan tersebut : tinggi badan dan lingkar pinggang

dinyatakan dalam satuan meter dan untuk jenis kelamin yaitu 0 untuk

pria dan 1 untuk wanita.

Kriteria Objektif

b) Memori Jangka Pendek merupakan system penyimpanan yang

memungkinkan seseorang untuk mempertahannkan dan mengelolah

informasi sensorik selama sekitar tiga puluh detik. Salah satu tes yang
digunakan untuk mengukur ringkat memori jangka pende seseorang

yaitu dengan menggunakan digit span test (Kaufman, 2013).

Kriteria Objektif

Scale Score Keterangan

1-4 Sangat buruk


5-7 Buruk
8-12 Rata-rata
13-15 Baik
16-19 Sangat baik
F. Prosedur Penelitian

1. Pengukuran relative fat mass (RFM)

Tujuan : Untuk menentukan nilai relative fat mass (RFM)

Alat dan bahan : Meteran, microtoise dan alat tulis.

Pelaksanaan :

a) Lingkar pinggang responden diukur menggunakan meteran dan tinggi

badan responden diukur menggunakan microtoise.

b) Hasil pengukuran tersebut akan disubtitusikan ke dalam rumus RFM

yaitu:

Tinggi badan
Persamaan untuk wanita = 76 – (20 x ( ))
Lingkar pinggang

Tinggi badan
Persamaan untuk pria = 64 – (20 x ( ))
Lingkar pinggang

Atau

Tinggi badan
RFM = 64 – (20 x ( ) + (12 x Jenis Kelamin ))
Lingkar pinggang
Dalam persamaan tersebut : tinggi badan dan lingkar pinggang

dinyatakan dalam satuan meter dan untuk jenis kelamin yaitu 0 untuk

pria dan 1 untuk wanita.

c) Hasil perhitungan tersebut selanjutnya akan disesuaikan dengan tabel

interpretasi RFM yaitu:

2. Pengukuran memori jangka pendek

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat memori jangka pendek

Alat dan bahan : Slide digit span test dan alat tulis

Pelaksanaan :

a) Pengukuran dimulai dengan memberikan instruksi kepada reponden

terkait tes yang akan dilaksanakan dan memberikan contoh satu kali.

Apabila responden sudah mengerti maka pengukuran dapat dimulai.

b) Untuk tes Digit span forward:

Pemeriksa : 1-2-3-4

Responden : 1-2-3-4
Mulai dengan percobaan I dari seri ke tiga untuk semua subjek.

Dalam tiap seri, sebutkan angka secara acak dan bila sudah selesai

minta subjek mengulang angka yang telah disebutkan dari urutan

depan. Dalam tiap-tiap seri, bilamana subjek menirukan percobaan I

dengan benar, lanjutkan dengan seri selanjutnya. Bila subjek gagal

dalam percobaan I berikan percobaan II pada seri yang sama,

kemudian lanjutkan ke seri berikutnya bila subjek berhasil. Percobaan

II dari suatu seri hanya diberikan bilamana subjek gagal dalam

percobaan I. Hentikan sesudah gagal kedua percobaan dalam suatu

rangkaian.

c) Untuk tes Digit span backward:

Pemeriksa : 1-2-3-4

Responden :4-3-2-1

Mulai dengan menyuruh subjek untuk mengulang tiga angka

yang telah disebutkan dari urutan belakang, apabila subjek berhasil

lanjutkan dengan percobaan I dengan seri tiga angka. Bilamana subjek

tidak menjawab dengan benar atau tidak mengerti, berikan jawaban

yang benar dan contoh lain. Dalam tiap seri, sebutkan angka secara

acak dan bila sudah selesai minta subjek mengulang angka yang telah

disebutkan dari urutan belakang. Dalam tiap-tiap seri, bilamana subjek

menirukan percobaan I dengan benar, lanjutkan dengan seri

selanjutnya. Bila subjek gagal dalam percobaan I berikan percobaan II


pada seri yang sama, kemudian lanjutkan ke seri berikutnya bila

subjek berhasil. Percobaan II dari suatu seri hanya diberikan bilamana

subjek gagal dalam percobaan I. Hentikan sesudah gagal ke dua

perobaan dalam satu rangkaian.

Hasil pemeriksaan didasarkan pada kebenaran jawaban dan

waktu yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan jawaban.

Adapun hasil interpretasi dari skor tes tersebut akan dijumlahkan dan

disebut sebagai nilai raw score. Nilai raw score ini kemudian

diterjemahkan lagi sesuai dengan aturan sehingga menjadi nilai scale

score. Nilai scale score ini yang digunakan sebagai dasar interpretasi

hasil pada masing-masing subjek. Adapun interpretasi hasil dari nilai

scale score sebagai berikut:

Scale Score Keterangan

1-4 Sangat buruk


5-7 Buruk
8-12 Rata-rata
13-15 Baik
16-19 Sangat baik

G. Rencana pengelolaan dan Analisis Data

Rencana pengelolaan data akan dilakukan dengan menggunakan program

SPSS dan untuk penyajian datanya akan dibuat dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dengan persentase dan kejelasan tabel. Data yang telah diperoleh

terlebih dahulu diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Pada tahap ini akan dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan

kesinambungan data yang telah dikumpulkan.

2. Coding

Pada tahap ini akan dilakukan pemberian kode pada semua variabel

yang telah dikumpulkan.

3. Tabulasi

Pada tahap ini akan dilakukan penyusunan data sedemikian rupa agar

dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun, dan ditata untuk disajikan dan

dianalisis.

4. Analisis Data

Data yang telah diperoleh adalah data primer yang merupakan hasil

pengukuran relative fat mass dan memori jangka pendek. Setelah data

dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan analisis

univariat dan bivariate. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui

frekuensi distribusi dari setiap variabel. Sedangkan analisis bivariate yang

diolah dengan pengujian chi-square dan menggunakan program komputer


statistical product and service solutions (SPSS) untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

H. Masalah Etika

Dalam melakukan penelitian, masalah etika merupakan hal yang

penting untuk diperhatikan. Penelitian yang dilakukan harus mendapatkan

rekomendasi dari institusi dan mengajukan permohonan izinkepada isntansi

penelitian dalam hal ini dekan Fakultas Keperwatan Universitas Hasanuddin.

Setelah mendapatkan persetujuan selanjutkan akan dilakukan

penelitian dengan menerapkan etika penelitian sebagai berikut:

1) Informed consent

Lembar persetujuan ini akan diberikan kepada responden yang akan

diteliti setelah memenuhi kriteria inklusi disertai dengan judul serta

manfaat dari penelitian. Apabila responden menolak maka peneliti tidak

akan memaksa kehendak dan tetap menghormati hak-hak responden.

2) Anonimity

Demi menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden.

3) Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden akan dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Archana Singh-Manoux et al. (2008). Low HDL Cholesterol Is a Risk Factor for
Deficit and Decline in Memory in Midlife The Whitehall II Study. Arterioscler
Thromb Vasc Biol, 28, 1556–1562.
https://doi.org/10.1161/ATVBAHA.108.163998
Arthur C Guyton, M. ( D. of P. and B. U. of M. (1990). Fisiologi Manusia dan
Mekanisme Penyakit (3rd ed.; Petrus Andrianto, Ed.). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Avgan, N., Sutherland, H. G., Spriggens, L. K., Yu, C., Ibrahim, O., Bellis, C., …
Griffiths, L. R. (2017). BDNF Variants May Modulate Long-Term Visual
Memory Performance in a Healthy Cohort. International Journal of Molecular
Sciences, 18(655). https://doi.org/10.3390/ijms18030655
Barrett et al. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Jakarta: EGC Medical.
Bjo, I., & Meaney, S. (2004). Brain Cholesterol : Long Secret Life Behind a Barrier.
Arterioscler Thromb Vasc Biol, 24, 806–815.
https://doi.org/10.1161/01.ATV.0000120374.59826.1b
Fatma Adhayani. (2011). Hubungan antara profil lipid dan gangguan memori pada
usia paruh baya [tesis].
Hartono, A. H. P. (2015). Pengaruh Olahraga Erob Rutin terhadap Memori Jangka
Pendek Mahasiswa FK UNDIP yang diukur dengan Scenery Picture Memory
Test. Semarang.
Iniche Tinta, S. (2019). Hubungan Obesitas Sentral dengan Memori Jangka Pendek
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako. 5(3), 45–49.
J A Batsis et al. (2015). Diagnostic Accuracy of Body Mass Index to Identifity
Obesity in Older Adults: NHANES 1999-2004. International Journal of Obesity,
1–32. https://doi.org/10.1038/ijo.2015.243
Kaufman, A. S. (2013). Essentials of WAIS IV Assessment. Canada: John Wiley &
Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
Kenneth J. Malmberg et al. (2019). 50 years of research sparked by Atkinson and
Shiffrin ( 1968 ). Memory & Cognition. https://doi.org/10.3758/s13421-019-
00896-7
Kontush, A., & Chapman, M. J. (2008). HDL : Close to Our Memories ?
Arterioscleroscler Thrumb Vasc Biol, 28, 1418–1421.
https://doi.org/10.1161/ATVBAHA.108.169714
Lilik Sriyanti. (2013). Psikologi Belajar. Yogyakarta.
Maffetone, P. B. (2017). Overfat and Underfat: New Terms and Definitions Long
Overdue. 4. https://doi.org/10.3389/fpubh.2016.00279
Michael V. Fedewa et al. (2018). Relative accuracy of body adiposity index and
relative fat mass in participants with and without down syndrome. European
Journal of Clinical Nutrition. https://doi.org/10.1038/s41430-018-0351-3
Nevid, jeffrey S. (2017). Psikologi Konsepsi dan Aplikasi. Bandung: Penerbit Nusa
Media.
Nina Kurniah et al. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Memori untuk
Meningkatkan Daya Ingat dan Prestasi Belajar Matematika (Studi pada siswa
kelas III SD Gugus II Kecamatan Ipuh). 7(2), 87–97.
Park, D. C., & Festini, S. B. (2016). Theories of Memory and Aging : A Look at the
Past and a Glimpse of the Future. Journals of Gerontology : Psychological
Sciences, 00(00), 1–10. https://doi.org/10.1093/geronb/gbw066
Putri, D. L. (2016). Hubungan antara Lingkar Perut dan Memori Jangka Pendek
pada Mahasiswa Program Atudi Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura.
Reichelt, A. C., Westbrook, R. F., & Morris, M. J. (2017). Editorial : Impact of Diet
on Learning , Memory and Cognition. Frontiers in Behavioral Neuroscience, 11.
https://doi.org/10.3389/fnbeh.2017.00096
Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja (6th ed.; Wisnu C, Ed.).
Jakarta: Erlangga.
Siti Nurokhman et al. (2013). Pengukuran Persen Lemak Tubuh Menggunakan
Antropometri Sederhana : Studi Validasi pada Mahasiswi Program Sarjana
Ekstensi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tahun 2013. 1–
20.
Susan A. Farr et al. (2008). Obesity and Hypertriglyceridemia Produce Cognitive
Impairment. Endocrinology, 149(5), 2628–2636.
https://doi.org/10.1210/en.2007-1722
Vakil, E. (2005). The Effect of Moderate to Severe Traumatic Brain Injury ( TBI ) on
Different Aspects of Memory : A Selective Review The Effect of Moderate to
Severe Traumatic Brain Injury ( TBI ) on Different Aspects of Memory : A
Selective Review. Journal of Clinical and Exerimental Neuropsychology, 27,
977–1021. https://doi.org/10.1080/13803390490919245
William A. Banks et al. (2004). Triglycerides Induce Leptin Resistance at the.
Diabetes, 53(8), 1253–1260.
Woolcott, O. richard N. B. (2018). Relative fat mass (RFM) as a new estimator of
whole-body fat percentage ─ A cross-sectional study in American adult
individuals.
Zulkarnain. (2015). Peran Latihan Fisik Teratur terhadap Fungsi Memori dan
Kognitif Wanita Pasca Menopause. Jurnal Sport Pedagogy, 5(1), 6–10.

Anda mungkin juga menyukai