Anda di halaman 1dari 5

Analisis Pola Hidup Mahasiswa di Perantauan

Terhadap Gastritis
Difa Estefany
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
difa.estefany@gmail.com

Abstract. Nowadays, education is a must for teenagers and kids. It feels like they deserve
education as much as they deserve attention from their parents. Moreover, so many adults are
still continuing the education, as if they really need it. Education is not only for those, who are
searching for job, but also for those, who want to get more in their job. Education is really
that important. So many things have been sacrificed for education like time, money, and
distance. Some part of students will spend their time study, practice, and doing the task given.
Some parents will work hardly so they can pay the bill for education. And some people will
spend their life far away from the loved one in order to get the proper education they want.
Moving far away from parents isn’t the easy thing for teenagers. They have to get their life
together, while they’re spending their time on education. This thing can cause the other
problem, like unhealthy life, such as waking up late, rarely doing sport, and irregular time for
eating. If these kinds of thing are done continually, it can cause disease. Many disease caused
by unhealthy life cycle can attack our body, the example is gastritis.

Keywords : gastritis, teenagers, education

1. PENDAHULUAN
Pada masa sekarang, pendidikan sudah menjadi hal penting yang harus dijalani oleh
remaja dan anak-anak. Untuk mendapat pendidikan yang layak, tak sedikit materi, waktu,
dan jarak yang dikorbankan. Beberapa remaja rela merantau dan berjauhan dari keluarga,
terutama orang tua. Tentunya, pola hidup mereka berubah saat berjauhan dari orang tua.
Berubahnya pola hidup bisa membawa efek negatif bagi kesehatan seorang remaja.
Kebanyakan remaja yang sudah hidup sendiri di perantauan tidak begitu menerapkan pola
hidup sehat. Banyak dari mereka yang jarang berolahraga, kurang tidur, dan makan tidak
teratur, merokok, mengonsumsi alkohol, dan stres.
Padahal kebiasaan melakukan pola hidup sehat terutama makan dengan teratur
merupakan hal yang penting untuk kita perhatikan karena dapat mempengaruhi
keoptimalan kita beraktivitas sehari-hari dan keoptimalan fungsi organ (Huzaifah, 2017).
Salah satu masalah yang dapat timbul apabila pola makan kita tidak teratur adalah
gastritis (Mahaji Putri et al., 2018).
Penyakit gastritis atau maag di Indonesia banyak dialami oleh remaja hingga orang-
orang dengan usia lanjut. Salah satu penyebabnya banyaknya kasus gastritis yaitu adanya
kekurangan pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab gastritis ini. Angka gastritis di
Indonesia mempunyai prevalensi yang cukup tinggi yaitu 274,396 kasus dari 283,452,952
jiwa penduduk (Huzaifah, 2017). Yang lebih mengejutkan lagi, penyakit pencernaan
menduduki posisi ke lima dalam peringkat penyakit yang menyebabkan kematian di
Indonesia tahun 2007-2008, dan gastritis menempati peringkat ke 5 dalam kategori
penyakit terbanyak tahun 2010 (Kemenkes RI, 2009).
Penyakit gastritis atau yang biasa dikenal masyarakat dengan istilah maag adalah
kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri uluh hati (Misnadiarly, 2009). Gastritis
juga merupakan peradangan pada mukosa lambung. Peradangan ini bahkan bisa
mengakibatkan pendarahan (Huzaifah, 2017). Peningkatan asam lambung dapat
menyebabkan pergesekan antara dinding lambung dan usus halus sehingga menyebabkan
tukak lambung atau rasa nyeri akibat gesekan. Gesekan tersebut bisa saja betambah parah
saat kita makan tidak teratur dan lambung dalam keadaan kosong. Gesekan yang seperti
ini dapat menimbulkan pendarahan pada lambung (Mahaji Putri, Agustin, & ., 2018).
Orang yang mengalami gastritis biasanya merasakan mual, nyeri atau kembung pada
perut, dan perih pada uluhati. Nafsu makannya juga akan menurun secara drastis, suhu
tubuhnya tinggi, wajahnya pucat, keluar keringat dingin, dan sering bersendawa terutama
saat keadaan lapar (Mahaji Putri et al., 2018).
Gastritis mempunyai beberapa faktor, diantaranya adalah faktor iritasi, infeksi, dan
tidak teraturnya pola makan, seperti makan terlalu banyak, makan terlalu cepat, terlambat
makan dan makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau terlalu pedas (Huzaifah.
2017). Biasanya, gastritis terjadi saat mekanisme pelindungan lambung mulai berkurang.
Merokok, mengonsumsi alkohol, menonsumsi kopi, dan stress juga dapat menyebabkan
gastritis. Ada juga faktor lain seperti pemakaian obat penghilang nyeri dalam jangka
panjang dan terus menerus, serta infeksi yang disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori
(Tamsuri & Windarti, 2016). Mengonsumsi lemak dengan kadar tinggi juga bisa
menyebabkan gastritis karena produksi asam lambung jadi tidak terkendali (Jumaini et al,
2014). Selain itu, gastritis juga dapat dipicu oleh merokok, menonsumsi alkohol, dan
stress (Mahaji Putri et al., 2018).
Gastritis dapat menyebabkan beberapa komplikasi penyakit. Penyakit-penyakit yang
mungkin timbul sebagai komplikasi penyakit gastritis antara lain anemia pernesiosa,
gangguan penyerapan vitamin B12, penyempitan daerah antrum pylorus, gangguan
penyerapan zat besi. Bahkan, jika dibiarkan tidak terawat, gastritis kronis bisa
menyebabkan ulkus peptic dan pendarahan pada lambung, serta dapat juga menyebabkan
kanker lambung, terutama apabila lambung sudah menipis dan ada perubahan pada sel-sel
di dinding lambung (Tamsuri & Windarti, 2016). Pendarahan pada lambung disebabkan
oleh adanya gesekan antar dinding lambung. Pendarahan itulah yang nantiya dapat
menyebabkan muntah darah ataupun feses darah (Mahaji Putri et al., 2018).
Gastritis bisa diatasi dan dicegah kambuhnya dengan berbagai cara, diantaranya
dengan makan dengan jumlah kecil tapi sering, minum banyak air putih untuk menetralkan
asam lambung yang tinggi, dan mengonsumsi makanan yang mengandung banyak serat
seperti buah dan sayur agar memperlancar kerja saluran pencernaan (Tamsuri & Windarti,
2016).

2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode
penelitian kualitatif maksudnya adalah penelitian yang digunakan untuk memahami
fenomena yang dialami oleh responden atau subjek penelitian. Fenomena-fenomena
tersebut dapat berupa perilaku, persepsi, tindakan, motivasi, dll (Kuntjojo, 2014)
Penelitian kualitatis mempunyai sifat deskriptif analitik. Maksudnya, data yang
nantinya akan diperoleh dari hasil wawancara, pemotretan, pengamatan, catatan
lapangan, analisis dokumen, dan lainnya tidak disajikan dalam bentuk angka-angka.
(LPTK & Iswara, 2008)
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode pengamata, pengisian angket, dan
wawancara.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, beberapa mahasiswa yang
tinggal di perantauan dan jauh dari orang tuanya mempunyai pola hidup yang teratur.
Namun, kebanyakan mahasiswa yang merantau mempunyai pola hidup yang tidak teratur
dan bisa dibilang kurang sehat. Dilihat dari bangun tidurnya, beberapa mahasiswa
mengaku bangun lebih siang dibanding saat tinggal bersama orang tuanya. Hal ini karena
kebanyakan mahasiswa mengaku ingin menyimpan energi untuk hari itu dan membayar
lelahnya hari kemarin. Mahasiswa perempuan juga kebanyakan mengaku jarang
melakukan olahraga, sedangkan mahasiswa laki-laki presentasenya tak jauh berbeda
antara yang rutin berolahraga dan tidak.
Selain itu, beberapa mahasiswa mengaku tidak mempunyai pola makan yang teratur.
Sayangnya, pengakuan ini lebih banyak daripada mahasiswa yang mengaku mempunyai
pola makan teratur. Mayoritas mahasiswa yang menjadi responden mengaku lebih sering
makan dua kali sehari dibanding tiga kali sehari. Itu pun waktu makannya berbeda-beda
setiap harinya. Terkadang, mereka makan di pagi dan malam hari. Tetapi, kebanyakan
dari mereka makan berat pada waktu pagi menjelang siang dan saat sore menjelang
maghrib atau malah di waktu malam hari. Ketika ditanya alasannya mengapa, mereka
menjawab bahwa hal itu dilakukan karena menyesuaikan jadwal kuliah. Alasan lainnya
yaitu mereka terlalu malas untuk bangun pagi dan mencari sarapan.
Untuk persoalan sering mengalami mual dan sakit perut, kebanyakan dari mahasiswa
yang menjadi responden tidak mengalaminya, hanya sekitar dua per tiga mahasiswa saja
yang mengalami mual dan sakit perut. Sebagian kecil mengaku bahwa mual dan sakit
perut tersebut terasa apabila telat makan. Beberapa mahasiswa juga mengaku mengalami
sembelit. Stress juga terkadang dirasakan oleh mahasiswa ketika tekanan akademik
terlalu berat.
Penyakit gastritis dialami beberapa mahasiswa. Sebagian mulai merasakan mual dan
sakit perut apabila makan tidak teratur atau terlambat ketika sudah hdup di perantauan,
sebagian lainnya merasa sudah mengalami gastritis sejak sebelum menjadi mahasiswa
atau sebelum hidup di perantauan. Namun, perasaan mual dan sakit perut tersebut belum
diketahui pasti apakah itu gastritis atau bukan.
Mayoritas mahasiswa sudah mengetahui penyebab gastritis. Ketika ditanya bagaimana
agar tidak terkena gastritis, jawaban yang didapat adalah makan teratur, hindari makanan
yang terlalu kecut dan terlalu pedas, jangan telat makan, dan makan pelan-pelan.
Sebagian yang sudah mengalami gastritis, biasanya mengonsumsi obat saat gastritisnya
kambuh, atau hanya makan dan beristirahat.
Dari uraian di atas, peneliti akan membahas hubungan pola hidup mahasiswa yang
kurang teratur dengan penyakit gastritis. Mahasiswa yang bangun siang cenderung akan
melewatkan makan pagi atau sarapan dan lebih memiliki kemungkinan untuk stress
karena mereka memiliki waktu yang lebih sedikit untuk menyiapkan hari-hari mereka.
Mahasiswa kebanyakan juga jarang melakukan olahraga, padahal olahraga bisa
membantu meredakan stress. Ditambah lagi, hal yang paling penting adalah pola makan
mahasiswa yang tidak teratur. Padahal, sebagian besar mahasiswa yang menjadi
responden sudah mengetahui sebab-sebab gastritis. Namun, untuk
pengimplementasiannya mereka belum melakukan sepenuhnya karena beberapa hal
seperti malas mencari makan, padatnya jadwal kuliah, dan badan yang sudah lelah untuk
melakukan pola hidup sehat.

4. SIMPULAN
Pola hidup sehat merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan karena bisa
mencegah kita dari terkena berbagai penyakit. Beberapa contoh pola hidup sehat yaitu
makan dengan teratur, bangun pagi, tidur cukup, dan olahraga dengan teratur. Pola hidup
sehat memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah menghindarkan kita dari terkena
gastritis. Gastritis bisa dicegah dengan makan teratur dan menghindari makanan yang
terlalu pedas. Kekambuhan gastritis juga bisa dicegah dengan cara mengurangi stress dan
menjaga pola makan. Mahasiswa yang hidup di perantauan cenderung malas menjaga
keteraturan pola makan. Sebagian dari mereka sudah mulai merasakan gejala gastritis
seperti merasa mual dan perut terasa perih. Gastritis yang mereka alami bukan hanya
karena pola makan yang kurang teratur, tapi juga karena stress. Sebagian dari mereka
sudah mengalami gastritis semenjak masih tinggal di rumah atau belum merantau.

5. SARAN
Pola hidup sehat perlu dilakukan mumpung masih muda. Jagalah tubuh kita dari berbagai
penyakit. Masa muda adalah masa keemasan seseorang. Sebaiknya, masa muda kita
diiringi denga tubuh yang sehat agar kita tetap bisa produktif dan bermanfaat lebih untuk
sesama.

6. DAFTAR PUSTAKA

Buku

Misnadiarly.(2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia


Sarasvati dkk.(2010). Cara Holistik dan Praktis Atasi Maag. Jakarta: PT Buana Ilmu
Populer

Jurnal

Huzaifah, Z. (2017). Hubungan Pengetahuan Tentang Penyebab Gastritis dengan


Perilaku Pencegahan Gastritis. Journal Healthy-Mu, 1(1), 28–31.
Kuntjojo. (2014). Metologi Penelitian. Research on Research, V(current issues), 312.
https://doi.org/10.1111/j.1467-8527.2007.00388_3.x

LPTK, D., &Iswara, W. (2008). Pendekatan, jenis, dan metode penelitian pendidikan.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Retrieved from
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PENELITIANPENDIDIKAN.pdf

Mahaji Putri, R. S., Agustin, H., & . W. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan
Timbulnya Gastritis Pada Pasien Di Universitas Muhammadiyah Malang Medical
Center (Umc). Jurnal Keperawatan, 1(2), 156–164.
https://doi.org/10.22219/jk.v1i2.406

Tamsuri, A., & Windarti, R. (2016). J urnal AKP J urnal AKP. Jurnal AKP, 7(1), 23–29.

Website

Kemenkes RI. (2011). Profil kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: kementrian kesehatan
Indonesia 2011. Diperoleh tanggal 2 Februari 2014 dari
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf

Anda mungkin juga menyukai