Anda di halaman 1dari 16

JendelaFarmasiku

Welcome to JendelaFarmasiku. There is no elevator to success. You have to take the stairs

Simulasi Penggunaan WinSAAM

WinSAAM adalah suatu program yang berfungsi sebagai modeling dan menganalisis data yang
terdiri dari kompartemen satu dengan lainnya yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses
pemindahan materi berdasarkan angka serta notasi yang digunakan. keunggulan program ini adalah
tidak diperlukan penulisan persamaan diferensial secara utuh karena software akan mengenali model
yang ditulis berdasarkan konvensi tersebut. Inti dari WinSAAM adalah dua konsep, kompartemen dan
transfer antar-kompartemen. Kompartemen merupakan dasar dari zona dimana zat-zat homogen
didistribusikan, dan antar-kompartemen transfer menggambarkan proses yang bertanggung jawab
untuk memindahkan zat dari satu zona tersebut ke yang lain. Sementara kegunaan dari program ini
untuk biologi (analisis compartmental) hampir tak terbatas, maka sangat cocok untuk:

1) pemeriksaan fisiologis berbasis masalah transportasi nutrisi menggunakan radiotracer / data isotop
stabil.

2) penyelidikan kimia berbasis studi metabolik menggunakan jalur in vitro dan reaksi data kinetik.

Berikut adalah tutorial penggunaan aplikasi WinSAAM, semoga bermanfaat

Modeling merupakan sistem simultan yang tersusun atas persamaan differensial dan atau
persamaan

aljabar yang mendefinisikan peranan variabel-variabel serta koefisien transport pada suatu sistem fisika,

kimia, dan biologis. Modeling yang didesign dengan baik dan benar akan menjadi suatu perangkat
metode
yang handal dan dapat dipercaya dalam analisis data dan mendukung pengambilan kesimpulan. Metode
ini

sangat membantu dalam melakukan summary data, mengeksplorasi mekanisme proses, serta
memprediksikan

suatu parameter variabel tertentu berdasarkan suatu model.

Selama 50 tahun terakhir, model kompartemen telah digunakan untuk menggambarkan dan
membuat

prediksi pada sejumlah sistem farmakokinetik, metabolisme, dan biologis. Dibutuhkan modeling
software

canggih untuk mencocokkan data ke model tersebut dan untuk membuat prediksi menggunakan model

kompartemen. WinSAAM adalah salah satu program pemodelan tersebut, WinSAAM adalah pemodelan

berorientasi program Windows yang memungkinkan pengguna untuk mengeksplorasi sistem biologis

dengan menggunakan model matematika.

Program ini telah berkembang dari program SAAM asli yang

dikembangkan oleh Dr Berman Mones di National Institutes of Health. SAAM kini telah menyediakan

ribuan aplikasi dalam biologi, kedokteran, teknik, dan pertanian baik dalam bentuk aslinya (SAAM19 -

SAAM27), atau dalam bentuk interaktif pertamanya, Consam. Inti dari WinSAAM adalah dua konsep,

kompartemen dan transfer antar-kompartemen. Kompartemen merupakan dasar dari zona dimana zat-
zat

homogen didistribusikan, dan antar-kompartemen transfer menggambarkan proses yang bertanggung


jawab

untuk memindahkan zat dari satu zona tersebut ke yang lain. Sementara kegunaan dari program ini
untuk

biologi (analisis kompartemental) hampir tak terbatas, maka sangat cocok untuk pemeriksaan fisiologis

berbasis masalah transportasi nutrisi menggunakan radiotracer/data isotop stabil dan penyelidikan
kimia

berbasis studi metabolik menggunakan jalur in vitro dan reaksi data kinetik.

Parameter untuk metode konvensional biasanya diperlukan penulisan persamaan diferensial,


sedangkan untuk aplikasi WinSAAM tidak diperlukan penulisan persamaan diferensial secara utuh
karena

software akan mengenali model yang ditulis berdasarkankonvensi tersebut Keuntungan menggunakan

WINSAAM dibandingkan metode konvensional yaitu pengerjaannya lebih cepat dan efisien, dukungan

lebih baik dan fleksibel pada grafik plotting, sistem export ke format file gambar atau ke Microsoft word,

dapat memuat data dalam jumlah yang banyak, tidak diperlukan penulisan persamaan diferensial secara

utuh karena software akan mengenali model yang ditulis berdasarkan konvensi tersebut Kekurangannya

adalah banyak parameter yang apabila tidak dikuasai akan membuat proses pembuatan grafik terganggu

dan sangat tergantung pada command sehingga format penulisan command harus teliti.

Prosedur

Install aplikasi winsaam lalu dibuka aplikasinya.

Klik edit, lalu pilih Winsaam Working File.

Isi data sesuai data darah yang diperoleh berdasarkan template di bawah ini.

Klik save, lalu pilih exit.

Klik command, lalu pilih deck.

Klik command, lalu pilih solve.

Klik command, lalu piih iterate.

Pastikan dari proses deck hingga proses iterate tidak ada error. Lakukan iterate hingga muncul tulisan
“no iteration are possible”.

Ketik Plot Q(1), lalu enter.

Atur bentuk kurva hingga sesuai dengan yang seharusnya dengan mengubah nilai P dan L.

Klik file, lalu pilih save plot as, simpan kurva dalam bentuk jpg.

Kembali ke halaman utama. Klik Oke, lalu pilih save, lalu pilih Oke.
PEMBAHASAN

Pada aplikasi WinSAAM terdapat dua konsep kunci yakni kompartemen dan transfer antar-
kompartemen.

Kompartemen pada dasarnya didistribusikan homogen, dan transfer antar-kompartemen


menggambarkan

proses yang bertanggung jawab untuk memindahkan entitas dari satu zona tersebut kepada yang lain.

Sementara kegunaan pendekatan ini untuk biologi (analisis compartmental) hampir tak terbatas, itu
sangat cocok

untuk pemeriksaan masalah transportasi nutrisi berbasis fisiologis menggunakan radiotracer/data


isotop

stabil dan penyelidikan studi metabolisme berbasis kimia menggunakan in vitro ataupun in vivo
pencernaan dan

reaksi data kinetik. WinSAAM adalah program pemodelan Windows yang memungkinkan pengguna
untuk

mengeksplorasi sistem biologi menggunakan model matematika. Dalam hal ini aplikasi WinSAAM
merupakan

aplikasi yang dapat membantu dalamproses pembuatan profil farmakokinetik obat berdasarkan
rute

pemberiannya.

- September 20, 2018

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Label: dd solver, farmasi, kuliah, obat, rosenbaum, teknologi, winsaam

Tidak ada komentar:


Posting Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Popular Posts

Pembahasan Praktikum Biofarmasetika dan Farmkokinetika

EKSKRESI PARACETAMOL MELALUI URINE DAN SALIVA TUJUAN : Mahasiswa mampu memahami proses
metabolisme dan ekskresi paracetamol Mahasis...

RINGKASAN MATERI TEKFAR CAIR (Liquid and Semisolid Dosage Forms Excipients)

Liquid and Semisolid Dosage Forms Excipients (Eksipien Sediaan Cair dan Semisolid) Tipe-tipe formulasi
sediaan ca...

RINGKASAN MATERI TEKFAR CAIR (Pengemas Sediaan Cair dan Semi Padat)

Pengemas Sediaan Cair dan Semi Padat Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat
membantu mencegah atau mengurangi terjadin...

Psychedelic Pointer

Arsip

▼ 2018 (16)

► November 2018 (4)

▼ September 2018 (12)

Simulasi Penggunaan DD Solver

Praktikum Tekfar Steril

Pembahasan Praktikum Tekfar Padat Bagian 3


Pembahasan Praktikum Tekfar Padat Bagian 2

Pembahasan Praktikum Tekfar Padat Bagian 1

Pembahasan Praktikum Biofarmasetika dan Farmkokine...

Simulasi Penggunaan WinSAAM

Kuliah Teknologi Farmasi Cair

Model Rosenbaum

Kuliah Biofarmasetika

Kuliah Tekfar Steril

Kuliah CPOB

Provided by Blogger Templates Free | Light Koala Template by John Terro

Published on Shop of Intikali

Laporan Akhir Praktikum

Materi Kuliah Farmasi | Laporan | Lapak | Analisis | Farmakologi | Formulasi | Fitokimia | Farmasetika |
Bioteknologi | Mikrobiologi

Thursday, October 31, 2013

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MODELING DAN ANALISIS DATA BIOFARMASETIKA DENGAN WINSAAM -
BIOFARMASI

MODELING DAN ANALISIS DATA BIOFARMASETIKA

DENGANWINSAAM
I. Tujuan Percobaan

Mempelajari modeling dan analisis data penelitian biofarmasetika dengan pengkhususan data in vivo
menggunakan software WinSAAM.

II. Prinsip Percobaan

1. Komputasi

Komputasi adalah cabang ilmu komputer dan matematika yang membahas apakah dan bagaimanakah
suatu masalah dapat dipecahkan pada model komputasi, menggunakan algoritma.

2. WinSAAM

WinSAAM merupakan suatu program yang berfungsi sebagai modeling dan menganalisis data yang
terdiri dari kompartemen satu dengan lainnya yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses
pemindahan materi berdasarkan angka serta notasi yang digunakan. Keungulan program ini adalah tidak
diperlukan penulisan persamaan diferensial secara utuh karena software akan mengenali model yang
ditulis berdasarkan konvensi tersebut

III. Teori

Pada umumnya obat diberikan dalam bentuk sediaan seperti tablet, kapsul , suspensi dan lain-lain.
Suatu bentuk sediaan obat terdiri dari bahan obat dan bahan-bahan pembantu yang tersusun dalam
formula dan diikuti dengan petunjuk cara proses pembuatan. Kita mengetahui bahwa sangat banyak
sediaan farmasi dengan obat, dosis dan bentuk sediaan yang sama, diproduksi oleh industri-industri
farmasi dengan nama-nama yang berbeda. Dengan berbagai alasan dari industri-industri, maka
umumnya formula sediaan tersebut berbeda. Pada akhir tahun lima puluhan dan awal tahun enam
puluhan bermunculan laporan, publikasi dan diskusi yang mengemukakan bahwa banyak obat-obat
dengan kandungan, dosis dan bentuk sediaan yang sama dan dikeluarkan oleh industri farmasi yang
berbeda memberikan kemanjuran yang berbeda. Laporan-laporan dan publikasi-publikasi tersebut
menyebabkan munculnya ilmu baru dalam bidang farmasi yaitu biofarmasi (Bourne, 2009).

Selanjutnya perkembangan ilmu biofarmasi , melihat bentuk sediaan sebagai suatu “drug delivery
system” yang menyangkut pelepasan obat berkhasiat dari sediaannya, absorpsi dari obat berkhasiat
yang sudah dilepaskan, distribusi obat yang sudah diabsorpsi oleh cairan tubuh, metabolisme obat
dalam tubuh serta eliminasi obat dari tubuh.
Kecepatan pelepasan obat dipengaruhi oleh bentuk sediaan, formula dan cara pembuatan sehingga bisa
terjadi sebagian obat dilepas di saluran cerna dan sebagian lagi masih belum dilepas sehingga belum
sempat diabsorpsi sudah keluar dari saluran cerna. Umumnya obat yang sudah terlarut dalam cairan
saluran cerna bisa diabsorpsi oleh dinding saluran cerna, tetapi dilain pihak obat yang sudah terlarut itu
bisa terurai tergantung dari sifatnya , sehingga sudah berkurang obat yang diabsorpsi.

Compendia seperti Farmakope hanya mensyaratkan uji in vitro terhadap produk obat seperti waktu
hancur dan atau uji kecepatan disolusi obat dari sediaan untuk tablet/kapsul. Test in vitro ini tidak
memberikan jaminan terhadap kemanjuran produk tersebut. Uji farmakokinetika yang betul-betul
memberikan jaminan. Tetapi untuk melakukan uji farmakokinetika suatu produk baru dari obat lama
adalah terlalu lama, terlalu mahal dan hasilnya masih diperdebatkan . Cara yang terbaik adalah
melakukan uji bioavailabilitas yang merupakan ukuran kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi oleh
tubuh. Uji bioavailabilitas ini haruslah uji bioavailabilitas komparatif terhadap produk innovator, yaitu
suatu produk yang sudah lama digunakan dan mendapat pengakuan pengalaman klinis dari para dokter.
FDA dari Amerika Serikat pada tahun 1975 telah menetapkan

bahwa jika ada pabrik yang membuat sediaan yang telah dikeluarkan pertama oleh pabrik lain, maka
pabrik yang ikut itu harus menunjukkan minimum sediaannya bioekivalen dengan produk inovatornya.

Modeling merupakan sistem simultan yang tersusun atas persamaan differensial dan atau persamaan
aljabar yang mendefinisikan peranan variabel-variabel serta koefisien transport pada suatu sistem fisika,
kimia, dan biologis. Modeling yang didesign dengan baik dan benar akan menjadi suatu perangkat
metode yang handal dan dapat dipercaya dalam analisis data dan mendukung pengambilan kesimpulan.
Metode ini sangat membantu dalam melakukan summary data, mengeksplorasi mekanisme proses,
serta memprediksikan suatu parameter variabel tertentu berdasarkan suatu model (Stefanovski et.al.,
2003).

Analisis terhadap data penetrasi in vitro pada umumnya menggunakan metode lag time dengan
parameter yang digunakan misalnya fluks tunak dan lag time. Metode ini memiliki beberapa
keterbatasan. Pertama, beberapa data tidak termasuk daerah linear kurva jumlah kumulatif tertranspor
versus waktu. Kedua, daerah linear kurva jumlah kumulatif tertranspor versus waktu tidak selalu
merefleksikan kondisi tunak proses transpor. Metode lain yang dapat digunakan adalah evaluasi
berdasarkan fluks maksimum yang dicapai. Selain itu juga pernah dilaporkan analisis berdasarkan jumlah
obat tertranspor. Kesemua metode tersebut memiliki keterbatasan yaitu ketidakmampuan
mendeskripsikan perubahan gradual dalam kecepatan transpor. Hal ini penting khususnya bila akan
mengekstrapolasikan dengan data in vitro (Nugroho dkk, 2004).

Untuk memperbaiki keterbatasan metode lag time dalam menganalisis permeasi transdermal,
dikembangkan model yang berdasarkan teori kompartemen yang memiliki beberapa keuntungan.
Pertama, data dapat dianalisa berdasarkan data fluks untuk mengetahui parameter lain. Kedua,
keseluruhan titik data dianalisis tanpa harus mengeluarkan beberapa titik data seperti pada metode lag
time. Ketiga, model kompartemen menggambarkan fluks sebagai fungsi dari waktu. Hal ini dapat
digunakan untuk memprediksikan fluks tunak, meskipun bila fluks tunak tidak dicapai selama
eksperimen (Nugroho dkk, 2004).

Model dua kompartemen disajikan pada gambar 1 dimana kecepatan obat terabsorbsi dari
kompartemen donor ke kulit mengikuti orde nol. Obat tertranspor dengan kecepatan yang relatif kecil
sehingga kadar obat dalam kompartemen donor dapat dianggap konstan. Kecepatan absorbsi dari
kompartemen donor menuju kulit ini tidak mempengaruhi proses kecepatan transfer massa secara
signifikan. Parameter yang juga berpengaruh dalam model dua kompartemen ini adalah potensi obat
tertranspor (Available Doseatau AD) dan kecepatan pelepasan obat dari kulit ke kompartemen aseptor
(KR) (Shargel dan Yu, 1988).

Model tiga kompartemen secara skematis dapat dilihat pada gambar 2, kecepatan obat terabsorbsi dari
kompartemen donor ke kulit mengikuti orde pertama. Obat tertranspor dengan kecepatan tertentu
sehingga menurunkan kadar obat dalam kompartemen donor secara signifikan. Kecepatan absorbsi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap proses transpor. Dengan demikian proses transpor
dipengaruhi oleh tiga kompartemen, yaitu kompartemen donor, kulit dan kompartemen aseptor
(Shargel dan Yu, 1988).

Parameter yang menggambarkan kecepatan transfer massa dari kompartemen donor menuju kulit
adalah Ka, parameter untuk menggambarkan potensi obat tertranspor adalah AD, sedangkan parameter
yang menggambarkan kecepatan transfer massa dari kulit ke kompartemen aseptor adalah KR.
Parameter Ka pada model tiga kompartemen menjadi faktor penentu dalam proses transfer massa,
selain parameter AD dan KR (Bourne, 2009).

Gambar 1. Skema transfer massa model dua kompartemen

Gambar 2. Skema transfer massa model tiga kompartemen

Selama 50 tahun terakhir, model kompartemen telah digunakan untuk menggambarkan dan membuat
prediksi pada sejumlah sistem farmakokinetik, metabolisme, dan biologis. Dibutuhkan modeling
software canggih untuk mencocokkan data ke model tersebut dan untuk membuat prediksi
menggunakan model kompartemen. WinSAAM adalah salah satu program pemodelan tersebut
(Stefanovski et.al., 2003).
WinSAAM adalah pemodelan berorientasi program Windows yang memungkinkan pengguna untuk
mengeksplorasi sistem biologis dengan menggunakan model matematika. Program ini telah berkembang
dari program SAAM asli yang dikembangkan oleh Dr Berman Mones di National Institutes of Health.
SAAM kini telah menyediakan ribuan aplikasi dalam biologi, kedokteran, teknik, dan pertanian baik
dalam bentuk aslinya (SAAM19 - SAAM27), atau dalam bentuk interaktif pertamanya, Consam (Wu,
2011).

Inti dari WinSAAM adalah dua konsep, kompartemen dan transfer antar-kompartemen. Kompartemen
merupakan dasar dari zona dimana zat-zat homogen didistribusikan, dan antar-kompartemen transfer
menggambarkan proses yang bertanggung jawab untuk memindahkan zat dari satu zona tersebut ke
yang lain. Sementara kegunaan dari program ini untuk biologi (analisis compartmental) hampir tak
terbatas, maka sangat cocok untuk:

1) pemeriksaan fisiologis berbasis masalah transportasi nutrisi menggunakan radiotracer / data isotop
stabil.

2) penyelidikan kimia berbasis studi metabolik menggunakan jalur in vitro dan reaksi data kinetik.

(Wu, 2011).

IV. Alat dan Bahan

1. Komputer (SistemOperasi Windows)

2. CD Instalasi Software WiinSAAM atau koneksi internet untuk dapat mendownload secara langsung
WinSAAM dari situs http://www.winsaam.com

V. Prosedur

Pertama-tama program WinSAAM dibuka dan dibuka WinSAAm working file kemudian dimasukkan
parameter farmakokinetik (perhatikan penggunaan “titik” dan “koma”) dan WinSAAM working file
disimpan terlebih dahulu kemudian ditutup (hanya working file saja). Lalu Ketik “deck”, enter; Ketik
“solve”, enter; Ketik “Iter”, enter; ketik plot q(1), enter. Dilihat bentuk kurva, jika belum saling
berhimpitan itu berarti data kita belum sesuai dengan prediksi winsaam. Jika kurva sudah berhimpitan,
gambar kurva disimpan, klik “file”, “safe plot as”, simpan dalam JPG. Untuk melihat grafik tidak dalam
bentuk grafik semi log dapat dilakukan dengan cara klik kanan di gambar grafik kemudian pilih tab “axe”
dan klik axis Y kemudian uncheck pilihan is logaritmic. Setelah selesai data disimpan pada halaman
utama klik “file”, “save”, beri nama.

VI. Data Pengamatan danPerhitungan


6.1 Data Pengamatan

Obat T dosis 100 mg (peroral)

Time (hr)

Cp (mg/L)

0.0

0.25

0.901

0.5

1.309

0.75

1.526

1.577

1.5

1.429

0.964

0.384

12

0.062

18

0.01
24

0.002

6.2 Kurva Plot Q

Keterangan : bentuk kurva ▲ adalah prediksi WinSAAM, sedangkan yang berupa garis adalah data yang
dimasukkan.

6.3 Data Working file WinSAAM

Obat T dosisi 100 mg (peroral)

1: A SAAM31

2: C Insert Control lines 2,3,4 here as needed

3: H PAR

4: C Insert model parameters here

5: IC(1) 100

6: L(2,1) 2.512904E+00 0.000000E+00 1.000000E+01

7: L(0,2) 2.979282E-01 0.000000E+00 1.000000E+01

8: P(2) 4.918799E+00 0.000000E+00 1.000000E+04

9: H DAT

10: C Insert data values here

11: XG(2)=F(2)/P(2)

12: 101G(2) FSD=0.1

1. Konstanta Eliminasi (Kel) = 2,513x10-1/Jam

2. Konstanta Absorpsi (Ka) = 2,979/Jam

3. Volume Distribusi (Vd) = 4,919 L


6.4 KurvaWinSAAM (non logaritmik)

Obat T dosisi 100 mg (peroral)

Keterangan : bentuk kurva ▲ adalah prediksi WinSAAM, sedangkan yang berupa garis adalah data yang
dimasukkan.

VII. Pembahasan

Percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari modeling dan analisis data dan penelitian
biofarmasetika dengan pengkhususan data in vivo menggunakan software WinSAAM. WinSAAM adalah
pemodelan berbasis program Windows yang memungkinkan pengguna untuk mengeksplorasi sistem
biologis dengan menggunakan model matematika. Program ini telah berkembang dari program SAAM
asli yang dikembangkan oleh Dr Berman Mones di National Institutes of Health. SAAM kini telah
menyediakan ribuan aplikasi dalam biologi, kedokteran, teknik, dan pertanian baik dalam bentuk aslinya
(SAAM19 - SAAM27), atau dalam bentuk interaktif pertamanya, Consam.

Prinsip dari percobaan kali ini adalah komputasi dan winSAAM. Komputasi adalah cabang ilmu komputer
dan matematika yang membahas apakah dan bagaimanakah suatu masalah dapat dipecahkan pada
model komputasi, menggunakan algoritma. Sedangkan WinSAAM merupakan suatu program yang
berfungsi sebagai modeling dan menganalisis data yang terdiri dari kompartemen satu dengan lainnya
yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pemindahan materi berdasarkan angka serta
notasi yang digunakan. Keungulan program ini adalah tidak diperlukan penulisan persamaan diferensial
secara utuh karena software akan mengenali model yang ditulis berdasarkan konvensi tersebut.

Pada praktikum kali ini yang pertama dilakukan adalah menginstall program WinSAAM kemudian buka
programnya lalu buka “edit” dan masuk ke dalam winsaam working file. Pada windows working file ini
kita akan mengisi beberapa angka dan data kemudian akan diolah menjadi sebuah grafik. Parameter
L(2,1) menggambarkan parameter kecepatan perpindahan obat dari kompartemen 1 menuju
kompartemen 2. Parameter L (0,2) menunjukan kecepatan eliminasi sedangkan IC (1) adalah initial
condition untuk kompartemen I. Initial condition pada umumnya mengacu pada jumlah obat yang
tersedia pada awal proses transport. Setiap parameter diasumsikan dengan 3 angka yang dipisahkan
dengan TAB (tabulasi) dengan rincian angka pertama adalah prediksi awal, angka kedua adalah nilai
minimum dan angka ketiga adalah angka batasan maksimal.
Selanjutnya, data obat T dengan dosis 100 mg secara oral dimasukan kemudian ketik “deck” kemudian
di “enter”. Deck berfungsi untuk menerjemahkan listing dalam bahasa binary (decking) selanjutnya ketik
“solve” lalu di”enter”. Solve, adalah proses untuk menerjemahkan persamaan termasuk bahwa
persamaan yang dianalisis adalah persamaan diferensial menjadi persamaan planar termasuk profil
kurva prediksi sesuai dengan angka yang kita masukkan, kemudian ketik “iterasi” lalu ketik “enter”.
Iterasi digunakan untuk mendapatkan parameter model fitting yang paling baik merefleksikan data
observasi. Kemudian ketik “plot q(1)” lalu di “enter”. “Plot q(1)” berfungsi untuk menampilkan kurva
perbandingan antara prediksi winsaam dengan data yang kita masukan. Jika data yang dimasukan belum
berhimpit antara prediksi dengan data kita, misalnya jika prediksi terlalu tinggi, maka kita memberikan
nilai P(2) atau volume distribusi yang terlalu rendah maka dapat diperbaiki dengan cara kembali ke
winsaam working file kemudian data ketiga parameter tadi diubah sehingga akan mempengaruhi bentuk
kurva. Apabila grafik masih belum baik dilakukan iterasi dengan cara ketik iter kemudian enter berkali-
kali hingga program tidak bisa melakukan iterasi yang dalam arti lain bahwa grafik yang didapatkan
adalah grafik yang terbaik, sehingga didapatkanlah grafik seperti dibawah ini :

Kurva plot q

Kurva yang diperoleh dari pratikum kali ini dapat dikatakan baik karena kurva yang diperoleh berhimpit
antara prediksi WinSAAM yang disimbolkan dalam bentuk segitiga didalam grafik dengan data yang
dimasukan dalam bentuk garis. Selanjutnya simpan kurva dalam bentuk gambar (jpg) setelah itu untuk
melihat grafik dalam bentuk non logaritmik grafik diklik kanan kemudian pilih tab “axe” dan klik axis Y
kemudian uncheck pilihan is logaritmic. Dan didapatkan grafik antara waktu dan Cp.

Grafik Cp adalah nilai konsentrasi obat dalam plasma berdasarkan data yang diperoleh sedangkan grafik
prediksi adalah grafik prediksi dari WinSAAM. Tujuan akhir dari WinSAAM ini adalah untuk menentukan
Ka, Kel, dan Vd.

Hasil grafik hubungan antara waktu (T) dengan Cp yang diperoleh pada praktikum kali ini dapat
dikatakan baik karena hampir semua titik antara data Cp dan prediksi saling berhimpitan. Nilai konstanta
Absorbsi (Ka) dari data WinSAAM adalah 2,979/Jam.

Nilai kecepatan eliminasi (Kel) dari data WinSAAM adalah 2,513x10-1/Jam atau 0,2513/jam. Kecepatan
eliminasi adalah laju atau kecepatan dimana obat dalam system peredaran darah dieliminasi dalam
bentuk pecahan per satuan waktu.

Volume distribusi yang diperoleh dari data WinSAAM adalah sebesar 4,919 L. Volume distribusi (Vd)
merupakan volume hipotesis cairan tubuh yang akan diperlukan untuk melarutkan jumlah total obat
pada konsentrasi yang sama seperti yang ditemukan dalam darah. Atau volume distribusi merupakan
perbandingan antara dosis jumlah obat yang diberikan dengan konsentrasi obat dalam plasma.
VIII. Kesimpulan

Perhitungan profil farmakokinetik obat T menggunakan program WinSAAM merupakan metode yang
baik dalam menentukan prediksi matematis kinetika transfer massa antar kompartemen yang diperoleh
dari derivasi dengan fitting model terhadap data eksperimental. Penentuan kinetika transport dilakukan
melalui pendekatan goodness of fit dengan metode visual dan numerik berdasarkan plot q prediksi dan
q pengamatan. Meskipun diperlukan keahlian dalam menggunakan program ini terutama penggunaan
titik dan koma yang salah dapat mengakibatkan hasil yang tidak benar atau bahkan data tidak bisa
diolah oleh program WinSAAM ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bourne, D. W. A,. 2009. Pharmacocinetics and Biopharceutics. Available online at :


http://www.boomer.0rg. [Diakses pada tanggal 29 September 2013].

Nugroho, AK., O Della-Pasqua, M Danhof, and JA Bouwstra. 2004. Compartemental Modeling of


Transdermal Iontophoretic Transport : in vitro Model Derivation and Application. Pharm. Res.

Shargel L and ABC Yu.1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, edisi kedua. Surabaya:
Airlangga University Press.

Stefanovski D, PJ Moate and RC Boston. 2003. WinSAAM: a windows-based compartmental modeling


system. School of Veterinary Medicine, University of Pennsylvania, PA 19348. USA. 52(9):1153-66.
Wu, C. 2011. WinSAAM - The Simulation, Analysis and Modeling Software. Available at:
http://www.imcportal.org/repository/software/winsaam-the-simulation-analysis-and-modeling-
software [diakses tanggal 29 September 2013].

scz at 3:45 PM

Share

Home

View web version

Powered by Blogger.

About Me

scz

View my complete profile

Anda mungkin juga menyukai