Kontrasepsi Pil Dan Suntik Kombinasi
Kontrasepsi Pil Dan Suntik Kombinasi
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Ratu Riang Jaga PRJ P17324119042
Resti Fuji Adawiyah P17324119043
Risnawati P17324119044
Roudoh Rusfani Putri Hidayat P17324119045
Salma Herda Yulianti P17324119046
Shilfa Nur Syalbiyah P17324119047
Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan kuasa-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah berjudul
“Faktor- faktor yang mempengaruhi nifas” dengan lancar tanpa kendala yang
berarti. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurah limpah kepada Nabi
Muhammad SAW berserta keluarga, para sahabat, dan kita selaku umatnya.
Penulisan makalah mata kuliah Pelayanan KB ini tidak terlepas
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang
terlibat dalam penulisan makalah ini.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan dalam
pembuatannya, sehingga kami membutuhkan saran dan kritik yang dari pembaca
untuk memperbaiki makalah ini.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
1
1.3 Tujuan
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
3
2.1 Pil Kombinasi
3
2.1.1. Pengertian Pil Kombinasi
3
2.1.2. Profil Pil Kombinasi
3
2.1.3. Jenis Pil Kombinasi
4
2.1.4. Cara Kerja Pil Kombinasi
4
2.1.5. Manfaat Pil Kombinasi
4
2.1.6. Keterbatasan Pil Kombinasi
5
2.1.7. Orang yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
5
2.1.8. Orang yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombiansi
6
3
2.1.9. Waktu Penggunaan Pil Kombinasi
6
2.1.10 Cara Penggunaan Pil Kombinasi
6
2.1.11. Efek Samping Pil Kombinasi
7
2.2 Suntik Kombinasi
10
2.2.1. Pengertian Suntik Kombinasi
10
2.2.2. Profil Suntik Kombinasi
10
2.2.3. Jenis Suntik Kombinasi
10
2.2.4. Cara Kerja Suntik Kombinasi
11
2.2.5. Keuntungan SuntikKombinasi
11
2.2.6. Keterbatasan Pil Kombinasi
11
2.2.7. Orang yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
12
2.2.8. Orang yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombiansi
12
2.2.9. Waktu Penggunaan Suntikan Kombinasi
12
2.2.10. Cara Penggunaan Suntikan Kombinasi
14
2.2.11. Hal-Hal yang Harus Diwaspadai
15
2.2.12. Tanda-tanda yang Harus di Waspadai
16
4
2.3 Study Kasus dan Pembahasan
16
2.3.1 Kasus
16
2.3.2 Hasil
16
2.3.3 Pembahasan
16
DAFTAR PUSTAKA
18
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud pil kombinasi.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan suntikan kombinasi.
3. Mengetahui profil pil kombinasi dan suntikan kombinasi.
4. Mengetahui jenis pil kombinasi dan suntikan kombinasi.
5. Mengetahui cara kerja pil kombinasi dan suntikan kobinasi.
6. Mengetahui manfaat atau keuntungan pil kombinasi dan suntikan kombinasi.
7. Mengetahui keterbatasan pil kombinasi dan suntikan kombinasi.
8. Mengetahui siapa saja orang yang dapat menggunakan pil kombinasi dan suntikan
kombinasi.
9. Mengetahui siapa aja orang yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi dan
suntikan kombinasi.
10. Mengetahui waktu penggunaan pil kombinasi dan suntikan kombinasi.
11. Mengetahui efek samping pil kombinasi dan sutikan kombinasi.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap
paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi. Pil juga mempunyai efek lain
terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan perubahan-perubahan pada lendir
serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental, yang mengakibatkan
sperma tidak dapat memasuki kavum uteri. Juga terjadi perubahan-perubahan
pada motilitas tuba fallopii dan uterus. (Sarwono, 2010:546).
8
2.1.3 Jenis Pil Kombinasi
a. Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
b. Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
c. Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif
9
j. Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium,
kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara,
dismenore, atau akne.
10
m. Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata, dan
saraf;
n. Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium
jinak;
o. Menderita tuberkulosis (kecuali yang sedang menggunakan rifampisin);
p. Varises vena.
11
a. Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap
hari;
b. Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai ke 7 siklus haid;
c. Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid;
d. Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari
yang ada pada paket;
e. Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil
habis, sebaiknya anda mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21
habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari
paket yang baru;
f. Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambillah pil yang
lain;
g. Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keaadaan
memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan Anda, pil dapat diteruskan;
h. Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara
penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa;
i. Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21), segera minum pil setelah ingat boleh
minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan kontrasepsi
yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (1-21 hari), sebaiknya minum 2 pil setiap
hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga sebaiknya gunakan
metode kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan hubungan seksual
sampai telah menghabiskannya;
j. Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.
12
cairan disebebkan oleh kurangnya pengeluaran air minum dan dapat
meningkatkan bertambahnya berat badan. Sakit kepala sebagian juga
disebabkan oleh retensi cairan. Sedangkan apabila kadar estrogen rendah
akan mengakibatkan spotting dan breakthrough bleeding dalam masa
intermenstruum. (Sarwono, 2005:546).
b. Efek karena kelebihan progestogen
Progestagen dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan
tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambah berat badan,
akne, alopesia, kadang-kadang mammae mengecil, fluor albus, hipomenore.
Bertambahnya berat badan karena progestagen kiranya disebabkan oleh
adanya oleh bertambahnya nafsu makan dan efek metabolik hormon. Akne
dan alopesia bisa timbul karena efek androgenik dari jenis progestagen.
Progestagen dapat mengecilkan mammae. Fluor albus yang kadang-kadang
ditemukan pada pil dengan progestagen dalam dosis tinggi, mungkin
disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan kandida albicans (Sarwono,
2010:548).
13
Tabel penangan efek samping yang sering terjadi dan masalah-masalah
kesehatan lainnya.
Efek samping atau Penanganan
masalah
Amenorea Periksa dalam atau tes kehamilan. Bila tidak hamil dan
klien minum pil dengan benar, tenanglah. Tidak datang
haid kemungkinan besar karena kurang adekuatnya efek
estrogen terhadap endometrium. Tidak perlu pengobatan
khusus. Coba berikan pil dengan dosis estrogen 50 µg
atau dosis estrogen tetap, tetapi dosis progestin
dikurangi. Bila klien hamil intrauterine, hentikan pil, dan
yakinkan pasien bahwa pil yang telah diminumnya tidak
punya efek pada janin
Mual, pusing atau Tes kehamilan, atau pemeriksan ginekologik. Bila tidak
muntah (akibat hamil, sarankan minum pil saat makan malam, atau
reaksi anafilaktik) sebelum tidur
Pendarahan Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik. Sarankan
pervaginam/ spotting minum pilpada waktu yang sama. Jelaskan bahwa
pendarahan/ spotting hal yang biasa terjadi pada 3 bulan
pertama, dan lambat laun akan berhenti. Bila
pendarahan/spotting tetap saja terjadi, ganti pil dengan
dosis estrogen lebih tinggi (50 µg) sampai pendarahan
teratasi, lalu kembali ke dosis awal. Bila
pendarahan/spotting timbul lagi, lanjutkan lagi dengan
dosis 50 µg, atau ganti dengan metode kontrasepsi lain.
14
Jika pasien mendapat banyak efek samping yang disebabkan estrogen, gantilah
dengan pil yang mengandung estrogen kurang dari 50µg. Jika terjadi break-through
bleeding, gantilah dengan pil yang memiliki dosis estrogen yang lebih tinggi.
Abdul Bari S. (2006) dalam BP3K menyatakan, yang dimaksud dengan suntik
kombinasi adalah 25 mg depomedroksiprogesteron asetat dan 5mg estradiol
sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali (cyclofem), dan 50 mg
noretindron enentat dan 5 mg estradiol Valerat yang diberiakn injeksi I.M.
Efektifitas suntik kombinasi selama tahun pertama sangat efektif (0.1-0.4
kehamilan per 100 perempuan)
15
2.2.4. Cara Kerja Suntik Kombinasi
a. Menekan ovulasi;
b. Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu;
c. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu;
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
16
g. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV;
h. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian;
i. Terlambatnya kesuburan setelah penghentian penggunaan
j. Menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi,
sakit kepala, gugup, jerawat, dan densitas tulang.
17
c. Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja
dapat dipastikan Ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan
hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode
kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari.
d. Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan
pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil.
e. Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka
suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.
f. Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan
kombinasi.
g. Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi
dapat diberi.
h. Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam
waktu 7 hari.
i. Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan
ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama Ibu
tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan
kombinasi dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-
ragu, perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.
j. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan Ibu tersebut
ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi
tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak
diperlakukan metode kontrasepsi lain.
k. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi monohormonal dan ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat
segera diberikan, asal saja diyakini Ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada
hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila
sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut
segera AKDR.
18
tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7
hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
19
biasa dan akan hilang dalam waktu
dekat.
Perdarahan/perdarahan bercak Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil cari
(spotting) penyebeb perdarahan yang lain.
Jelaskan bahwa perdarahan yang
terjadi merupakan hal biasa. Bila
perdarahan berlanjut dan
mengkhawatirkan klien, metode
kontrasepsi lain perlu dicari.
Sumber: BP3K 2006
20
2.3 STUDY KASUS
2.3.1 Kasus
Studi kasus ini dilakukan di BPM Yeti
Susmiarti Desa Karang Indah dan waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli 2018.
Subjek studi kasus ini adalah Akseptor pil oral kombinasi Ny.T usia 26 tahun dengan
Gangguan sakit kepala.
Hasil :Setelah dilakukan penatalaksanaan pada Ny. T selama 5 hari, ibu tidak merasa
sakit kepala
Kesimpulan :Asuhan sudah dilakukan dan keadaan ibu tidak merasa sakit kepala.
2.3.2 Hasil
Setelah dilakukan penelitian selama 5 hari penatalaksaan sakit kepala sudah dapat
ditangani, pada hari ke-1 sampai hari ke-3 belum menunjukan adanya perubahan tetapi pada
hari ke-4 dan ke-5 keadaan ibu sudah membaik dan sakit kepalanya sudah menghilang. Hasil
evaluasi ibu tetap ingin melanjutkan kontrasepsi yang digunakannya yaitu pil oral kombinasi
dan keadaan ibu tidak menunjukkan terjadinya masalah potensial.
2.3.3 Pembahasan
1. Langkah I : Subyektif
Pada kasus Ny.”T” yang dikumpulkan dari hasil pengkajian anamnesis ibu menjadi
akseptor pil oral kombinasi dengan sakit kepala di BPM Yeti Susmiarti, Amd, Keb tanggal 23
sampai 27 juli 2018. Identifikasi data subyektif dan penulis tidak menemukan hambatan. Ini
dapat dilihat dari respon dan sikap akseptor yang terbuka untuk memberikan informasi yang
diperlukan karena dengan melakukan pendekatan yang baik dengan klein kita dapat
memperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan secara lengkap menyeluruh
dan berfokus, antara lain ibu merasakan sakit kepala dengan alat kontrasepsi yang
dipakainya.
2. Langkah II : Obyektif
Dalam melakukan identifikasi data obyektif dapat memperkuat hasil untuk
menegakkan diagnosa. Pada kasus Ny.”T” yang dikumpulkan dari hasil pengkajian
anamnesis ibu menjadi akseptor pil oral kombinasi dengan sakit kepala di BPM Yeti
Susmiarti, Amd, Keb tanggal 23 s.d 27 juli 2018 dan hasil pemeriksaan data obyektif yaitu
21
terdapat nyeri tekan pada kepalanya untuk mengevaluasi keadaan secara lengkap
menyeluruh dan berfokus, antara lain ibu merasakan sakit kepala dengan alat kontrasepsi
yang dipakainya.
3. Langkah III : Assesment
Pada study kasus Ny.“T” berdasarkan data subjektif dan objektif dari hasil pengkajian
data penulis mengidentifikasi diagnosa masalah aktual yaitu : akseptor pil oral
kombinasi dengan sakit kepala. Dalam hal ini terdapat kesamaan antara teori dan studi kasus
Ny.”T”
a. Identifikasi Masalah Potensial Dalam merumuskan diagnosa/masalah polensial
dengan menajemen asuhan kebidanan adalah pengambilan keputusan untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dan membahayakan klien.
Data yang ditemukan dari hasil pengkajian tidak ada data yang mendukung untuk
mengangkat diagnose potensial.
b. Tindakan Segera/Kolaborasi Berdasarkan data yang ditemukan dari hasil
pengkajian tidak ada data yang mendukung untuk melakukan tindakan segera
dan kolaborasi
4. Langkah IV : Planning
Pada studi kasus Ny.”T” penulis merencanakan tindakan asuhan kebidanan yaitu :
1. Menjelaskan pada ibu tentang kontrasepsi pil oral kombinasi seperti pengertian,
efek samping, keuntungan dan kerugiannya.
2. Menganjurkan pada ibu bila sakit kepala dapat mengobatinya dengan analgetik
3. Menganjurkan kepada ibu untuk mengganti alat kontrasepsi lain apa bila masih
mengalami gejala sakit kepala
4. Menganjurkan pada ibu datang kembali/follow up 1 minggu kemudian datang
kapan saja jika ada masalah atau gangguan kesehatan sehubungan dengan alat
kontrasepsinya
22
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul Bari (2005). Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. PT Bina
Pustaka: Jakarta
Sulistyawati, Ari (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Wijono, Wibisono. 2001. Panduan Baku Klinis Program Pelayanan Keluarga Berencana.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Kesehatan Keluarga
Eka Rati Astuti. 2019. ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR PIL KOMBINASI PADA NY.T
DENGAN GANGGUAN SAKIT KEPALA. Jurnal Kesehatan. 3(2), 64-67
23