Anda di halaman 1dari 23

KONTRASEPSI PIL DAN SUNTIK KOMBINASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pelayanan Keluarga Berencana.


Dosen pengampu : Sri Mulyati, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :

Kelompok 2
Ratu Riang Jaga PRJ P17324119042
Resti Fuji Adawiyah P17324119043
Risnawati P17324119044
Roudoh Rusfani Putri Hidayat P17324119045
Salma Herda Yulianti P17324119046
Shilfa Nur Syalbiyah P17324119047

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


D-III KEBIDANAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan kuasa-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah berjudul
“Faktor- faktor yang mempengaruhi nifas” dengan lancar tanpa kendala yang
berarti. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurah limpah kepada Nabi
Muhammad SAW berserta keluarga, para sahabat, dan kita selaku umatnya.
Penulisan makalah mata kuliah Pelayanan KB ini tidak terlepas
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang
terlibat dalam penulisan makalah ini.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan dalam
pembuatannya, sehingga kami membutuhkan saran dan kritik yang dari pembaca
untuk memperbaiki makalah ini.

Bandung, 3 September 2020

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
1
1.3 Tujuan
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
3
2.1 Pil Kombinasi
3
2.1.1. Pengertian Pil Kombinasi
3
2.1.2. Profil Pil Kombinasi
3
2.1.3. Jenis Pil Kombinasi
4
2.1.4. Cara Kerja Pil Kombinasi
4
2.1.5. Manfaat Pil Kombinasi
4
2.1.6. Keterbatasan Pil Kombinasi
5
2.1.7. Orang yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
5
2.1.8. Orang yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombiansi
6

3
2.1.9. Waktu Penggunaan Pil Kombinasi
6
2.1.10 Cara Penggunaan Pil Kombinasi
6
2.1.11. Efek Samping Pil Kombinasi
7
2.2 Suntik Kombinasi
10
2.2.1. Pengertian Suntik Kombinasi
10
2.2.2. Profil Suntik Kombinasi
10
2.2.3. Jenis Suntik Kombinasi
10
2.2.4. Cara Kerja Suntik Kombinasi
11
2.2.5. Keuntungan SuntikKombinasi
11
2.2.6. Keterbatasan Pil Kombinasi
11
2.2.7. Orang yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
12
2.2.8. Orang yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombiansi
12
2.2.9. Waktu Penggunaan Suntikan Kombinasi
12
2.2.10. Cara Penggunaan Suntikan Kombinasi
14
2.2.11. Hal-Hal yang Harus Diwaspadai
15
2.2.12. Tanda-tanda yang Harus di Waspadai
16

4
2.3 Study Kasus dan Pembahasan

16
2.3.1 Kasus

16
2.3.2 Hasil

16
2.3.3 Pembahasan

16

DAFTAR PUSTAKA
18

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Keluarga Berencana (KB) digunakan untuk mengatur jarak kehamilan
sehingga dapat mengurangi resiko kehamilan atau jumlah persalinan yang membawa
bahaya (Royston, 1994). Keluarga berencana sebagai salah satu bagian dari
pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru. Perkembangan
metode yang berhubungan dengan Keluarga Berencana saat ini telah mengalami
kemajuan. Misalnya dengan menggunakan alat kontrasepsi yaitu pil, suntik, alat
kontrasepsi dalam rahim, susuk KB (Pritchard, 1991).
Pemilihan alat kontrasepsi merupakan suatu keputusan yang dilandaskan berbagai
pertimbangan serta pilihan pribadi dari akseptor, metode yang disediakan atau
ditawarkan petugas/program, akseptor dapat memilih sesuai dengan kecocokan dan
pengetahuan tentang metode kontrasepsi yang baik dan cocok untuk dirinya
(Yuarsi,1997). Untuk mengetahui tentang metode kontrasepsi dapat diketahui dengan
pengetahuan, pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2005).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan pil kombinasi?
2. Apa yang dimaksud dengan suntikan kombinasi?
3. Bagaimana profil pil kombinasi dan suntikan kombinasi?
4. Apa saja jenis pil kombinasi dan suntikan kombinasi?
5. Bagaimana cara kerja pil kombinasi dan suntikan kobinasi?
6. Apa saja manfaat atau keuntungan pil kombinasi dan suntikan kombinasi?
7. Apa saja keterbatasan pil kombinasi dan suntikan kombinasi?
8. Siapa saja orang yang dapat menggunakan pil kombinasi dan suntikan kombinasi?
9. Siapa aja orang yang tidak dapat menggunakan pil kombiansi dan suntikan
kombinasi?
10. Kapan waktu penggunaan pil kombinasi dan suntikan kombinasi?
11. Bagaimana efek samping pil kombinasi dan sutikan kombinasi?

6
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud pil kombinasi.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan suntikan kombinasi.
3. Mengetahui profil pil kombinasi dan suntikan kombinasi.
4. Mengetahui jenis pil kombinasi dan suntikan kombinasi.
5. Mengetahui cara kerja pil kombinasi dan suntikan kobinasi.
6. Mengetahui manfaat atau keuntungan pil kombinasi dan suntikan kombinasi.
7. Mengetahui keterbatasan pil kombinasi dan suntikan kombinasi.
8. Mengetahui siapa saja orang yang dapat menggunakan pil kombinasi dan suntikan
kombinasi.
9. Mengetahui siapa aja orang yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi dan
suntikan kombinasi.
10. Mengetahui waktu penggunaan pil kombinasi dan suntikan kombinasi.
11. Mengetahui efek samping pil kombinasi dan sutikan kombinasi.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pil Kombinasi


2.1.1 Pengertian Pil Kombinasi

Sumber : BKKBN Jawa Timur

Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap
paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi. Pil juga mempunyai efek lain
terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan perubahan-perubahan pada lendir
serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental, yang mengakibatkan
sperma tidak dapat memasuki kavum uteri. Juga terjadi perubahan-perubahan
pada motilitas tuba fallopii dan uterus. (Sarwono, 2010:546).

2.1.2 Profil Pil Kombinasi


a. Efektif dan reversible;
b. Harus diminum setiap har;
c. Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan bercak
yang tidak berbahaya dan segera akan hilang;
d. Efek samping serius sangat jarang terjadi;
e. Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai
anak maupun belum;
f. Dapat mulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil;
g. Tidak dianjurkan pada Ibu yang menyusui;
h. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

8
2.1.3 Jenis Pil Kombinasi
a. Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
b. Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
c. Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif

2.1.4 Cara Kerja Pil Kombinasi


a. Menekan ovulasi;
b. Mencegah implantasi;
c. Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma;
d. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya
akan terganggu pula.

2.1.5 Manfaat Pil Kombinasi


a. Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila
digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan);
b. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil;
c. Tidak mengganggu hubungan seksual;
d. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah
anemia), tidak terjadi nyeri haid;
e. Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan;
f. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause;
g. Mudah dihentikan setiap saat;
h. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan;
i. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat;

9
j. Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium,
kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara,
dismenore, atau akne.

2.1.6 Keterbatasan Pil Kombinsi


a. Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari;
b. Mual, terutama pada 3 bulan pertama;
c. Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama;
d. Pusing;
e. Nyeri payudara;
f. Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat
badan justru memiliki dampak positif;
g. Berhenti haid (amenore), jarang pada pil kombinasi;
h. Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI);
i. Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan perubahan
suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks
berkurang;
j. Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga risiko stroke,
dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat. Pada
perempuan lebih 35 tahun dan merokok perlu hati-hati;
k. Tidak mencegah IMS, HBV, HIV/AIDS.

2.1.7 Orang yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi


Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi, seperti:
a. Usia reproduksi;
b. Telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak;
c. Gemuk atau kurus;
d. Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi;
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusu;
f. Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI ekslusif, sedangkan
semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut;
g. Pascakeguguran;
h. Anemia karena haid berlebihan;
i. Nyeri haid hebat;
j. Siklus haid tidak teratur;
k. Riwayat kehamilan ektopik;
l. Kelainan payudara jinak;

10
m. Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata, dan
saraf;
n. Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium
jinak;
o. Menderita tuberkulosis (kecuali yang sedang menggunakan rifampisin);
p. Varises vena.

2.1.8 Orang yang Tidak Boleh Menggunakan Pil Kombinasi


a. Hamil atau dicurigai hamil;
b. Menyusui ekslusif;
c. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya;
d. Penyakit hati akut (hepatitis);
e. Perokok dengan usia >35 tahun;
f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg;
g. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis >20 tahun;
h. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara;
i. Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi);
j. Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.

2.1.9 Waktu Penggunaan Pil Kombinasi


a. Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak
hamil;
b. Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid;
c. Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke 8 sampai hari ke 14 atau tidak
melakukan hubungan seksual sampai menghabiskan paket pil tersebut;
d. Setelah melahirkan:
e. Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif;
f. Setelah 3 bulan dan tidak menyusui;
g. Paska keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari);
h. Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan
dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.

2.1.10 Cara Penggunaan Pil Kombinasi


Tunjukkan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan pesankan untuk
mengikuti panah yang menunjuk deretan pil berikutnya kemudian sarankan
kepada klien sebagai berikut

11
a. Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap
hari;
b. Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai ke 7 siklus haid;
c. Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid;
d. Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari
yang ada pada paket;
e. Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil
habis, sebaiknya anda mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21
habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari
paket yang baru;
f. Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambillah pil yang
lain;
g. Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keaadaan
memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan Anda, pil dapat diteruskan;
h. Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara
penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa;
i. Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21), segera minum pil setelah ingat boleh
minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan kontrasepsi
yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (1-21 hari), sebaiknya minum 2 pil setiap
hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga sebaiknya gunakan
metode kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan hubungan seksual
sampai telah menghabiskannya;
j. Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.

2.1.11 Efek Samping Pil Kombinasi


Efek samping yang biasa ditemukan dalam pil kombinasi pada umumnya
ditemukan dengan kelebihan estrogen atau progesteron.
a. Efek karena kelebihan estrogen
Mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada mammae, fluor albus serta rasa
mual terkadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi

12
cairan disebebkan oleh kurangnya pengeluaran air minum dan dapat
meningkatkan bertambahnya berat badan. Sakit kepala sebagian juga
disebabkan oleh retensi cairan. Sedangkan apabila kadar estrogen rendah
akan mengakibatkan spotting dan breakthrough bleeding dalam masa
intermenstruum. (Sarwono, 2005:546).
b. Efek karena kelebihan progestogen
Progestagen dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan
tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambah berat badan,
akne, alopesia, kadang-kadang mammae mengecil, fluor albus, hipomenore.
Bertambahnya berat badan karena progestagen kiranya disebabkan oleh
adanya oleh bertambahnya nafsu makan dan efek metabolik hormon. Akne
dan alopesia bisa timbul karena efek androgenik dari jenis progestagen.
Progestagen dapat mengecilkan mammae. Fluor albus yang kadang-kadang
ditemukan pada pil dengan progestagen dalam dosis tinggi, mungkin
disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan kandida albicans (Sarwono,
2010:548).

Tabel perhatian khusus untuk penggunaan pil kombinasi


Keadaan Saran
Tekanan Sistolik >160mmHg, Pil tidak boleh digunakan
darah tinggi atau diastolic
>90mmHg
Kencing Tanpa komplikasi Pil dapat diberikan
manis
Migraine Tanpa gejala Pil dapat diberikan
neurologic fokal
yang berhubungan
dengan nyeri kepala
Menggunakan Pil dengan dosis etinilestradiol 50 µg
obat fenitoin,
barbiturate,
rifampisin
Anemia bulan Pil jangan digunakan
sabit

13
Tabel penangan efek samping yang sering terjadi dan masalah-masalah
kesehatan lainnya.
Efek samping atau Penanganan
masalah
Amenorea Periksa dalam atau tes kehamilan. Bila tidak hamil dan
klien minum pil dengan benar, tenanglah. Tidak datang
haid kemungkinan besar karena kurang adekuatnya efek
estrogen terhadap endometrium. Tidak perlu pengobatan
khusus. Coba berikan pil dengan dosis estrogen 50 µg
atau dosis estrogen tetap, tetapi dosis progestin
dikurangi. Bila klien hamil intrauterine, hentikan pil, dan
yakinkan pasien bahwa pil yang telah diminumnya tidak
punya efek pada janin
Mual, pusing atau Tes kehamilan, atau pemeriksan ginekologik. Bila tidak
muntah (akibat hamil, sarankan minum pil saat makan malam, atau
reaksi anafilaktik) sebelum tidur
Pendarahan Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologik. Sarankan
pervaginam/ spotting minum pilpada waktu yang sama. Jelaskan bahwa
pendarahan/ spotting hal yang biasa terjadi pada 3 bulan
pertama, dan lambat laun akan berhenti. Bila
pendarahan/spotting tetap saja terjadi, ganti pil dengan
dosis estrogen lebih tinggi (50 µg) sampai pendarahan
teratasi, lalu kembali ke dosis awal. Bila
pendarahan/spotting timbul lagi, lanjutkan lagi dengan
dosis 50 µg, atau ganti dengan metode kontrasepsi lain.

Pada prinsipnya berbagai pil kombinasi mempunyai efektivitas yang sama,


walaupun untuk pil yang mengandung hanya 20µg estrogen hal itu mungkin sedikit
kurang. Pil yang mengandung estrogen yang kurang dari 50µg juga lebih sering
menimbulkan gangguan perdarahan, sedangkan pil yang mengandung lebih dari 50µg
dapat menimbulkan mual dan sebagainya. Sebaiknya pada pemberian pil untuk
pertama kali, dipakai pil yang mengandung 50µg mestranol dan 1mg norethindrone.

14
Jika pasien mendapat banyak efek samping yang disebabkan estrogen, gantilah
dengan pil yang mengandung estrogen kurang dari 50µg. Jika terjadi break-through
bleeding, gantilah dengan pil yang memiliki dosis estrogen yang lebih tinggi.

2.2 SUNTIK KOMBINASI


2.2.1 Pengertian Suntik Kombinasi

Abdul Bari S. (2006) dalam BP3K menyatakan, yang dimaksud dengan suntik
kombinasi adalah 25 mg depomedroksiprogesteron asetat dan 5mg estradiol
sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali (cyclofem), dan 50 mg
noretindron enentat dan 5 mg estradiol Valerat yang diberiakn injeksi I.M.
Efektifitas suntik kombinasi selama tahun pertama sangat efektif (0.1-0.4
kehamilan per 100 perempuan)

2.2.2. Profil Suntik Kombinasi


a. Sangat efektif;
b. Aman;
c. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi;
d. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata empat bulan;
e. Cocok untuk masa lktasi karena tidak menekan produksi ASI.

2.2.3. Jenis Suntik Kombinasi


a. Depomendroksiprogesteron asetat (DMPA) mengandung 150 mg DMPA
yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara disuntik intramuscular (di
daerah bokong).
b. Deponoretisteron enantat (Depo Norisetat) mengandung 200 mg
noretindron enantat diberikan setiap dua bulan dengan cara disuntik
intramuscular.

15
2.2.4. Cara Kerja Suntik Kombinasi
a. Menekan ovulasi;
b. Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu;
c. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu;
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba

2.2.5. Keuntungan Suntik Kombinasi


a. Resiko terhadap kesehatan kecil;
b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri;
c. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam;
d. Jangka panjang;
e. Efek samping sangat kecil;
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik;
g. Mengurangi jumlah pendarahan;
h. Mengurangi nyeri saat haid;
i. Mencegah anemia;
j. Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium;
k. Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium;
l. Mencegah kehamilan ektopik;
m. Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul;
n. Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause.

2.2.6. Keterbatasan Suntik Kombinasi


a. Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, pendarahan
bercak/spotting, atau pendarahan sela sampai 10 hari;
b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluahan seperti ini akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga;
c. Ketergantunagn klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali
setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan;
d. Efektivitas berkurang bila digunaan bersamaan dengan obat-obat epilepsy
(fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkolusis (rifampisin);
e. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke,
bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati;
f. Penambahan berat badan;

16
g. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV;
h. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian;
i. Terlambatnya kesuburan setelah penghentian penggunaan
j. Menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi,
sakit kepala, gugup, jerawat, dan densitas tulang.

2.2.7. Orang yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi


a. Usia reproduksi
b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memilki anak
c. Inngin mendapatkan pil kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
d. Menyusui ASI pascapersalinan dan tidak menyusui
e. Anemia
f. Nyeri haid hebat
g. Haid teratur haid teratur riwayat kehamilan ektopik
h. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

2.2.8. Orang yang tidak boleh menggunakan suntik kombinasi


a. Hamil atau diduga hamil
b. Menyusui dibawah 6 minngu pascapersalinan
c. Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
d. Penyakit hati akut (virus hepatitis)
e. Usia >35 tahun yang merokok
f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi
(>180/110 mmHg)
g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun
h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migraine
i. Keganasan pada payudara

2.2.9. Waktu Penggunaan Suntikan Kombinasi


a. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan.
b. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien tidak
boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan
kontrasepsi lain untuk 7 hari.

17
c. Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja
dapat dipastikan Ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan
hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode
kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari.
d. Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan
pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil.
e. Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka
suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.
f. Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan
kombinasi.
g. Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi
dapat diberi.
h. Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam
waktu 7 hari.
i. Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan
ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama Ibu
tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan
kombinasi dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-
ragu, perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.
j. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan Ibu tersebut
ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi
tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak
diperlakukan metode kontrasepsi lain.
k. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi monohormonal dan ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat
segera diberikan, asal saja diyakini Ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada
hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila
sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut
segera AKDR.

2.2.10. Cara Penggunaan Suntik Kombinasi


Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskuler
dalam. Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7
hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga
diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal diyakini ibu

18
tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7
hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.

Tabel 15-4: Keadaan yang memerlukan perhatian khusus


Keadaan Anjuran
Tekanan darah tinggi < 180/110 mmHg dapat diberikan,
tetapi perlu pengawasan
Kencing manis Dapat diberikan pada kasus tanpa
komplikasi dan kencing manisnya
terjadi < 20 tahun. Perlu diawasi.
Migrain Bila tidak ada gejala neurologic yang
berhubungan dengan sakit kepala,
boleh diberikan
Menggunakan obat tuberkolosis Berikan pil kontrasepsi kombinasi
epilepsi dengan 50 mg etinilestradiol atau cari
metode kontrasepsi lain
Mempunyai penyakit anemia bulan Sebaiknya jangan menggunakan
sabit (sickle cell) suntikan kombinasi
Sumber: BP3K 2006

Tabel 15-5: Penanganan efek samping yang sering terjadi


Efek Samping Penanganan
Amenorea Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi
kehamilan, dan tidak perlu diberi
pengobatan khusus. Jelaskan bahwa
darah haid tidak berkumpul dalam
rahim. Anjurkan klien untuk kembali ke
klinik bila tidak datangnya haid masih
menjadi masalah. Bila klien hamil, rujuk
klien. Hentikan penyuntikan, dan
jelaskan bahwa hormone progestin dan
estrogen sedikit sekali pengaruhnya
pada janin.
Mual/pusing/muntah Pastikan tidak ada kehamilan. Bila
hamil, rujuk. Bila tidak hamil,
informasikan bahwa hal ini adalah hal

19
biasa dan akan hilang dalam waktu
dekat.
Perdarahan/perdarahan bercak Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil cari
(spotting) penyebeb perdarahan yang lain.
Jelaskan bahwa perdarahan yang
terjadi merupakan hal biasa. Bila
perdarahan berlanjut dan
mengkhawatirkan klien, metode
kontrasepsi lain perlu dicari.
Sumber: BP3K 2006

2.2.11. Hal- Hal yang Harus Diperhatikan Pada Suntik Kombinasi


a. Klien harus kembali ke dokter/klinik untuk mendapatkan suntikan kembali
setiap 4 minggu;
b. Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke dokter/klinik untuk
memastikan hamil atau tidak;
c. Jelaskan efek samping tersering yang didapat pada penyuntikan dan apa
yang harus dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh mual,
sakit kepala, atau nyeri pada payudara, serta perdarahan, informasikan
kalau keluhan tersebut sering ditemukan, dan biasanya akan hilang pada
suntikan ke-2 atau ke-3;
d. Apabila klien sedang menggunakan obat-obat tuberkolosis atau obat
epilepsi, obat-obat tersebut dapat mengganggu efektivitas kontrasepsi yang
sedang digunakan.

2.2.12. Tanda-Tanda yang Harus Diwaspadai


a. Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah
di paru, atau serangan jantung;
b. Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke,
hipertensi , atau migraine;
c. Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah
pada tungkai;
d. Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan
berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.

20
2.3 STUDY KASUS
2.3.1 Kasus
Studi kasus ini dilakukan di BPM Yeti
Susmiarti Desa Karang Indah dan waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli 2018.
Subjek studi kasus ini adalah Akseptor pil oral kombinasi Ny.T usia 26 tahun dengan
Gangguan sakit kepala.
 Hasil :Setelah dilakukan penatalaksanaan pada Ny. T selama 5 hari, ibu tidak merasa
sakit kepala
 Kesimpulan :Asuhan sudah dilakukan dan keadaan ibu tidak merasa sakit kepala.

2.3.2 Hasil
Setelah dilakukan penelitian selama 5 hari penatalaksaan sakit kepala sudah dapat
ditangani, pada hari ke-1 sampai hari ke-3 belum menunjukan adanya perubahan tetapi pada
hari ke-4 dan ke-5 keadaan ibu sudah membaik dan sakit kepalanya sudah menghilang. Hasil
evaluasi ibu tetap ingin melanjutkan kontrasepsi yang digunakannya yaitu pil oral kombinasi
dan keadaan ibu tidak menunjukkan terjadinya masalah potensial.

2.3.3 Pembahasan
1. Langkah I : Subyektif
Pada kasus Ny.”T” yang dikumpulkan dari hasil pengkajian anamnesis ibu menjadi
akseptor pil oral kombinasi dengan sakit kepala di BPM Yeti Susmiarti, Amd, Keb tanggal 23
sampai 27 juli 2018. Identifikasi data subyektif dan penulis tidak menemukan hambatan. Ini
dapat dilihat dari respon dan sikap akseptor yang terbuka untuk memberikan informasi yang
diperlukan karena dengan melakukan pendekatan yang baik dengan klein kita dapat
memperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan secara lengkap menyeluruh
dan berfokus, antara lain ibu merasakan sakit kepala dengan alat kontrasepsi yang
dipakainya.
2. Langkah II : Obyektif
Dalam melakukan identifikasi data obyektif dapat memperkuat hasil untuk
menegakkan diagnosa. Pada kasus Ny.”T” yang dikumpulkan dari hasil pengkajian
anamnesis ibu menjadi akseptor pil oral kombinasi dengan sakit kepala di BPM Yeti
Susmiarti, Amd, Keb tanggal 23 s.d 27 juli 2018 dan hasil pemeriksaan data obyektif yaitu

21
terdapat nyeri tekan pada kepalanya untuk mengevaluasi keadaan secara lengkap
menyeluruh dan berfokus, antara lain ibu merasakan sakit kepala dengan alat kontrasepsi
yang dipakainya.
3. Langkah III : Assesment
Pada study kasus Ny.“T” berdasarkan data subjektif dan objektif dari hasil pengkajian
data penulis mengidentifikasi diagnosa masalah aktual yaitu : akseptor pil oral
kombinasi dengan sakit kepala. Dalam hal ini terdapat kesamaan antara teori dan studi kasus
Ny.”T”
a. Identifikasi Masalah Potensial Dalam merumuskan diagnosa/masalah polensial
dengan menajemen asuhan kebidanan adalah pengambilan keputusan untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dan membahayakan klien.
Data yang ditemukan dari hasil pengkajian tidak ada data yang mendukung untuk
mengangkat diagnose potensial.
b. Tindakan Segera/Kolaborasi Berdasarkan data yang ditemukan dari hasil
pengkajian tidak ada data yang mendukung untuk melakukan tindakan segera
dan kolaborasi

4. Langkah IV : Planning
Pada studi kasus Ny.”T” penulis merencanakan tindakan asuhan kebidanan yaitu :

1. Menjelaskan pada ibu tentang kontrasepsi pil oral kombinasi seperti pengertian,
efek samping, keuntungan dan kerugiannya.
2. Menganjurkan pada ibu bila sakit kepala dapat mengobatinya dengan analgetik
3. Menganjurkan kepada ibu untuk mengganti alat kontrasepsi lain apa bila masih
mengalami gejala sakit kepala
4. Menganjurkan pada ibu datang kembali/follow up 1 minggu kemudian datang
kapan saja jika ada masalah atau gangguan kesehatan sehubungan dengan alat
kontrasepsinya

22
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono (2010). Ilmu Kandungan. PT Bina Pustaka: Jakarta

Saifuddin, Abdul Bari (2005). Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. PT Bina
Pustaka: Jakarta

Sulistyawati, Ari (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Wibowo, RY (2007). Analisis Pemilihan Cara Kontrasepsi Dalam Upaya Pelaksanan


Program Keluarga Berencana di Jawa Timur dengan Permodelan Regresi Logistik. Jawa
Timur : SDKI

Wijono, Wibisono. 2001. Panduan Baku Klinis Program Pelayanan Keluarga Berencana.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Kesehatan Keluarga

Eka Rati Astuti. 2019. ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR PIL KOMBINASI PADA NY.T
DENGAN GANGGUAN SAKIT KEPALA. Jurnal Kesehatan. 3(2), 64-67

23

Anda mungkin juga menyukai